Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

TOKOH RAYMOND B. CATTELL

MATA KULIAH : PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Dosen Pengampu: Nur Evira Anggrainy, M.Si

DISUSUN OLEH :

AFDI AIDIN SINADIA (20236029)

DIVA PERMATA DEWI (20236006)

FADHLAN MAMONTO (20236004)

NADILLA AMALIA SALAM (20236005)

Program Studi Psikologi Islam

Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih juga untuk beberapa pihak
yang telah berkontribusi hingga penyusunan makalah ini selesai .

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai
tokoh-tokoh penting yang berkontribusi teori dalam Psikologi Kepribadian. Kami juga sangat
berharap semoga informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi yang membaca nya. Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT. Tuhan yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon krtitik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami memohon
maaf. Kami selaku penulis menerima kritik dan saran seluas-luas nya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Manado, 18 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Biografi Raymond B. Cattell.....................................................................................................5
B. Sejarah Perkembangan Teori.....................................................................................................5
C. Riset Kepribadian Cattell...........................................................................................................5
D. Klasifikasi Sifat.........................................................................................................................7
F. Peranan Faktor Perkembangan dan Pembentukan Kepribadian Individu...................................8
G. Dinamika Trait.........................................................................................................................11
H. Perkembangan Kepribadian.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Raymond B. Cattell mempunyai keyakinan dasar bahwa kepribadian memiliki banyak


sekali dimensi yang dapat diukur, dan teknik statistik analisis faktor dapat dipakai sebagai
sarana untuk mengisolasi variabel-variabel kepribadian itu. Misalnya, seorang pakar
kepribadian akan meneliti hipotesa yang menyatakan bahwa manusia itu mempunyai 30
macam traits di dalam dirinya. Pengukuran merupakan dasar dari kemajuan ilmu
kontemporer, dan dalam psikologi yang harus mengukur obyek-obyek yang tidak kasat mata,
taksonomi atau klasifikasi tingkah laku memakai analisis faktor menjadi langkah yang
signifikan. Raymond Cattell mengambil pendekatan berbeda dalam penelitian psikologis
dibandingkan banyak pendahulunya. Kunci dari teknik penelitiannya adalahpsikometrik,
bidang studi difokuskan pada pengukuran kualitas seperti kecerdasan, ciri-ciri kepribadian,
kemampuan, dan sikap. Alih-alih bekerja sebagai terapis, Cattell menghabiskan karirnya di
bidang psikologi sebagai peneliti yang setia.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa biografi kehidupan Raymond B. Cattell sebagai salah satu tokoh
psikologi?
2. Bagaimana sejarah perkembangan teori Cattell?
3. Seperti apa riset kepribadian yang dilakukan oleh Cattell?
4. Bagaimana pengklasifikasian sifat menurut teori Cattell?
5. Seperti apa peranan faktor perkembangan dan pembentukan kepribadian individu
menurut teori Cattell?
6. Bagaimana dinamika trait menurut teori Cattell?
7. Seperti apa perkembangan kepribadian menurut teori Cattell?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui biografi Raymond B. Cattell salah satu tokoh psikologi
2. Mengetahui sejarah perkembangan teori Cattell
3. Mengetahui riset kepribadian yang dilakukan Cattell
4. Mengetahui klasifikasi sifat menurut teori Cattell
5. Mengetahui peranan faktor perkembangan dan pembentukan kepribadian individu
menurut teori Cattell
6. Mengetahui seperti apa dinamika trait menurut teori Cattell
7. Mengetahui seperti apa perkembangan kepribadian menurut teori Cattell
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Raymond B. Cattell

Raymond B. Cattell lahir pada 1905 di Devonshire, Inggris. Dia mendapatkan gelar
B.Sc dalam bidang kimia dari Universitas London pada 1924. Cattell kemudian beralih ke
psikologi dan mendapatkan gelar Ph.D dari universitas yang sama pada 1929. Sebelum
pindah ke Amerika Serikat, Cattell melakukan sejumlah studi tentang kepribadian, dan
mendapatkan pengalaman klinis ketika menjadi ketua di klinik bimbingan anak. Selama 20
tahun dia adalah professor riset psikologi dan direktur Laboratorium Penilaian Kepribadian di
Universitas Illinois. Sepanjang karier profesionalnya, dia memublikasikan lebih dari 200
artikel dan 15 buku.

B. Sejarah Perkembangan Teori Cattell

Pengaruh yang tampak jelas dari pengalaman dan karya Cattel yaitu ketertarikan
Cattel dalam menggunakan metode analisis faktor dalam riset kepribadian dan upayanya
untuk mengembangkan teori hierarki kepribadian organisasi bisa jadi berkaitan dengan
hubungannya dengan dua psikolog Inggris yang memengaruhi Eysenck, Spearman and Burt.
Teori Cattel memiliki asumsi yang sama dengan teori sifat Eysenck yaitu karakteristik
alamiah sifat kepribadian dan kegunaan analisis faktor dalam mengidentifikasi sifat
seseorang. Selain itu, pandangan Cattell tentang motivasi dipengaruhi oleh psikologi Inggris
lain, William McDougall. (Lawrence, 2004) Pengalaman Cattel dalam riset kepribadian dan
pengalaman klinis membuat Cattell menjadi peka terhadap manfaat dan batasan riset klinis
dan eksperimental. Di bidang kimia, karya Cattell berupaya mengembangkan klasifikasi
variable untuk eksperimental dalam kepribadian. Cattell berharap bahwa analisi factor akan
mengarahkan psikologi kepada table elemen periodiknya sendiri.

C. Riset Kepribadian Cattell

Teori kepribadian Cattell tidak berasal dari latar klinis. Pendekatannya sangatlah
ilmiah mengandalkan observasi perilaku dan data yang banyak. Dalam penelitian Cattell, 50
jenis pengukuran dari satu subjek yang sudah biasa di penuhi kekhasan penelitian Cattell
adalah perlakuannya terhadap data. Ia memasukkan data ke dalam prosedur statistik yang
disebut analisis faktor, yang melibatkan penilaian hubungan antara setiap pasang pengukuran
yang mungkin diambil dari kelompok subjek untuk menentukan faktor yang umum.

Cattell menyebut faktor-faktor tersebut sebagai sifat, yang ia jelaskan sebagai elemen
mental kepribadian. Hanya ketika kita tahu sifat seseorang kita dapat memprediksi bagaimana
orang tersebut akan berperilaku dalam situasi tertentu. Dengan demikian, untuk memahami
seseorang sepenuhnya kita harus mampu menjelaskan dengan tepat seluruh pola sifat yang
mendefinisikan orang tersebut sebagai individu.

Umumnya pakar kepribadian membangun teori dengan mengemukakan proposisi-


proposisi yang kemudian secara deduktif dibuat hipotesis-hipotesis untuk diuji. Cattell
memakai pendekatan yang berbeda, yakni dengan memanfaatkan statistik secara optimal. Dia
tidak berangkat dari proposisi, tetapi berangkat dari pengamatan-eksperimen untuk kemudian
disimpulkan secara induktif. Dari induksi ini disusun hipotesis dan pembuktian hipotesis
disusun deduksi teoritik. Manakala muncul alernatif pemikiran yang baru, proses dimulai
dengan melakukan eksperimen dan pengamatan. Jadi Cattell memakai pendekatan: induktif-
hipotetik-deduktif. Menurutnya, kepribadian itu sangat kompleks, sehingga eksperimen harus
selalu bersifat multivariat. Eksperimen bivariat terlalu menyederhanakan masalah dan tidak
akan memperoleh gambaran kepribadian yang utuh.

Eksperimen bivariat memakai teknik statistik sederhana, disebut Teknik R. Hasil yang
paling bagus dari teknik R terbatas pada pemahaman trait yang banyak dimiliki sekelompok
orang. Statistik untuk mengungkap trait apa saja yang dimiliki oleh satu orang, disebut
Teknik P. Misalnya, teknik P dipakai untuk menganalisis 30 variabel yang diperoleh dari
lebih 100 pengukuran terhadap seorang responden. Untuk melengkapi Teknik P, Cattell
memakai Teknik dR (differential R), yang mengkorelasikan skor hasil pengukuran terhadap
sampel yang jumlahnya besar, pada dua variabel yang berbeda. Perbedaan kepribadian antara
dua orang (atau dua kelompok budaya) di analisis memakai Teknik Q. Analisis statistik itu
dikenakan kepada tiga jenis data yang dipakai Cattell, yakni data L, data Q dan data T.
D. Klasifikasi Sifat
Menurut Cattell, “personality is that which permits a prediction or what person will do
in a given situation”. Persoalan mengenai kepribadian adalah persoalan mengenai segala
aktivitas individu, baik yang nampak maupun tidak tampak (Suryabrata, 2000).

Trait (sifat) adalah pengertian yang paling pokok menurut Cattell. Menurut Cattell
trait adalah suatu struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang
dapat diamati, untuk menunjukkan keteraturan dan ketetapan dalam tingkah laku itu. Cattell
menolak pendapat Allport bahwa traits memiliki kapling eksistensi di sistem neurofisik.
Menurutnya, trait merupakan konstruk hipotetik atau imajiner sebagai kesimpulan dari
pengamatan objektif terhadap tingkahlaku. Ini sama sekali tidak mengecilkan makna penting
traits. Bahkan menurut Cattell trait adalah elemen dasar dari kepribadian yang berperan vital
dalam usaha meramalkan tingkahlaku. Ini tampak dari definisi kepribadian menurut Cattel.
Kepribadian adalah struktur kompleks dari traits yang tersusun dalam berbagai kategori, yang
memungkinkan prediksi tingkahlaku seseorang dalam situasi tertentu, mencakup seluruh
tingkahlaku baik yang kongkrit maupun yang abstrak simpulan. Trait dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Kategori kepemilikian yaitu :


a. Common Traits atau sifat umum adalah sifat yang dimiliki oleh semua
individu atau setidaknya oleh sekelompok individu yang hidup dalam
lingkungan social yang sama. Trait umum adalah trait yang dimiliki oleh
semua orang, dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Misalnya inteligensi,
introversi, dan suka berteman. Sifat universal dari trait umum mungkin
dilatarbelakangi oleh hereditas manusia yang kurang-lebih sama, dan mereka
yang berada pada kelompok budaya yang sama menghadapi pola tekanan
sosial yang hampir sama pula. Sudut pandangnya agak berbeda dengan trait
umum dari Allport, yang membatasi sifat umum sebagai sifat-sifat yang
dimiliki bersama oleh banyak orang. Cattell mementingkan universalitas,
sehingga sifat umum itu dimiliki dalam kadar yang berbeda, sedang Allport
mementingkan kesamaan sifat sehingga kepemilikannya lebih terbatas pada
kelompok tertentu saja.
b. Unique Traits atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh indivdu-
individu masing-masing, dan tak dapat ditemukan pada individu lain dalam
bentuk yang sedemikian itu. Sifat unik ini terutama berhubungan dengan
interes dan atitud.
2. Kategori kedalaman
a. Surface trait (sifat nampak) adalah kelompok variable-variabel yang nampak.
Misalnya, remaja yang lincah, menyenangkan orang lain, dan merencanakan
kegiatan yang menarik, mungkin dapat dikatakan memiliki trait permukaan
yang periang (surface traits cheerfullness). Sebaliknya remaja yang senang
mengkritik orang lain, memandang masa depan selalu suram, dan tampak
kelelahan, dikatakan memiliki sifat permukaan depresif.
b. Source trait (sifat sumber) adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan
tingkah laku. Sifat ini tidak dapat disimpulkan langsung dari amatan tingkah
laku, dan hanya dapat diidentifikasi memakai analisis faktor. Berbagai trait
permukaan dicari interkoneksinya atau faktor-faktornya, untuk menentukan
unit yang mempengaruhi dan melatarbelakangi trait-trait itu. Trait sumber ini
bisa bersifat konstitusional (dibawa sejak lahir), atau bersifat bentukan
lingkungan (environmental mold), Menurut Cattell trait sumber yang ketika
berinteraksi dengan lingkungan menjadi trait permukaan, lebih penting dalam
pemahaman tingkah laku, sehingga disebut juga traits primer.
3. Kategori Modalitas Ekspresi
a. Trait kemampuan dan keterampilan sebagai fungsi yang efektif yang
mendorong seorang individu. Misalnya, kecerdasan
b. Trait temperamen, berkaitan dengan kehidupan emosional dan kualitas gaya
perilaku, misalnya bertindak secara sengaja maupun tidak sengaja
c. Trait dinamik, berkaitan dengan pergulatan kehidupan motivasional individu
dan tujuan penting bagi individu.

E. Peranan Faktor Perkembangan dan Pembentukan Kepribadian Individu


1. Faktor Sumber (Faktor Primer)
Cattell meneliti trait sumber dengan mengumpulkan 4000 sifat manusia (sebagian
besar diperoleh dari kamus yang disusun oleh Allport dan Obert), yang kemudian dia
ringkas dengan cara mengelompokkan sifat yang mirip dan menghilangkan istilah
yang asing dan metaforik, menjadi 200 sifat. Memakai metoda kluster (mirip analisis
faktor tetapi lebih sederhana), 200 sifat itu dikelompokkan dan diperas menjadi 35
sifat (dinamakan 35 sifat sumber atau sifat primer, masing-masing diberi simbol huruf
yang berbeda). 35 sifat itu terbagi menjadi dua kelompok, 23 sifat populasi normal
dan 12 sifat populasi berdimensi patologis. Sesudah dilakukan analisis faktor terhadap
23 sifat primer dari populasi normal, ditemukan 16 sifat primer yang satu dengan
lainnya saling asing. 16 sifat sumber (sifat primer) ini dinamakan 16 Faktor Primer,
oleh Cattell kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan instrumen pengukuran
kepribadian yang terkenal, yakni 16 Personality Factor Ouestionnair (16 PF
Ouestionnair).
2. Faktor-Faktor pada 16 PF
 Faktor A (Sizia-Affectia)
Faktor yang paling besar proporsinya, mirip dengan polarisasi tipe
schizothemes-cyclothemes dari Kretschmer. Type reserved - schizothemes
adalah orang yang menarik diri, halusinasi, cenderung mempunyai bentuk
tubuh tinggi kurus. Type outgoing - cyclothemes adalah orang yang ramah, .
senang tertawa dan cenderung memiliki bentuk tubuh gemuk pendek.
 Faktor B (Intelligence)
Faktor yang berhubungan dengan kecerdasan dan kemampuan berfikir pada
umumnya. Nilai rendah atau tinggi dari faktor ini berhubungan dengan skor
tes inteligensi, tingkat pendidikan, kemampuan berfikir dan logika.
 Faktor C (Ego Strength)
Faktor ini ditemukan melalui analisis faktor. Mirip dengan konsep kekuatan
ego pada psikoanalisis, orang yang neurotik cenderung memiliki kekuatan ego
yang rendah. Begitu pula alkoholik, adiksi narkotik, delingkuen, dan putus
sekolah memiliki kekuatan ego yang rendah. Hakekat faktor ini adalah
kekuatan untuk mengontrol impuls dan menangani masalah dengan realistic
 Faktor E (Submissive-Dominance)
Orang yang dominan pada faktor E adalah orang yang percaya diri, sombong,
congkak, agresif, bersemangat, bertenaga, berkemauan, mementingkan diri
sendiri. Sebaliknya (E-) cenderung ragu-ragu, rendah hati, ogah-ogahan,
lembut, diam, dan penurut. Ini berarti (E+) dan (E-) sama-sama mempunyai
sifat positif (yang dikehendaki) dan sifat negatif (yang tidak dikehendaki).
 Faktor F (Disurgency-Surgency)
Faktor yang proporsinya paling besar pada masa anak-anak, dan tetap penting
pada usia dewasa. Diperkirakan oleh Cattell trait ini dipengaruhi oleh
keturunan sebesar 55%. Orang yang disurgensinya tinggi (F-) adalah orang
yang depresi, pesimistik, seklusif, kelelahan, lemah, introspektif, dan
khawatir. Sebaliknya surgensi (F+) ditandai oleh sifat penggembira, ramah,
mudah bergaul, responsif, bersemangat, humoris, dan senang bicara.
 Faktor G (Superego Strength)
Faktor ini mirip dengan konsep superego dari Freud, orang yang superegonya
kuat cenderung memiliki ketetapan atau setia dengan tujuan mengejar tujuan
ideal, peduli dengan kontrol diri terhadap tingkah laku.
 Faktor H (Threctia-Parmia)
Faktor ini dipengaruhi oleh keturunan sekitar 40%. Threctia (H-) adalah reaksi
bahaya dari sistem simpatetik (malu, takut-takut, menyendiri, dan menahan
diri), sedang Parmia (H+) bercirikan dominasi syaraf parasimpatik
(pemberani, penjelajah, senang berkelompok, periang, responsif).
 Faktor I (Harria-Premsia)
Harria berhubungan dengan sikap disiplin dari orang tua, sedang Premsia
berhubungan dengan proteksi yang berlebihan dari orang tua. (I-) menjadi
orang yang masak, independen, realistik, dan mencukupi diri sendiri. (I+)
adalah orang yang tidak sabaran, banyak tuntutan, tidak masak, sopan,
sentimental, imajinatif, kreatif, dan kecemasan. Budaya yang lama cenderung
premsik, sedang budaya pionir lebih harrik.
 Faktor L (Alaxia-Protension)
Alaxia diambil dari kata relaxation, sedang Protension adalah gabungan dari
projection dan tension. Orang yang protensif cenderung mudah curiga,
cemburu, dan menarik diri, sedang alaxis mudah percaya, memahami, dan
sabar.
 Faktor M (Praxernia-Autia)
Praxernia (M-) merupakan gabungan dari istilah practical dan concerned.
Sifat ini mengacu ke orang yang konvensional, praktis, sadar tujuan, logis, dan
khawatir. Autia (M+) dari kata Autistic, orang yang tidak konvensional, kritis-
rewel, perhatiannya terserap, imajinatif, dan intelektual. (M+) pada orang
neurotik menjadi terserap dengan fikirannya sendiri, dan tidak peduli dengan
rencana praktis, orang ini cenderung kehilangan kebutuhan terhadap realitas
eksternal. Sebaliknya orang dengan tipe (M-) peduli dengan kebutuhan
terhadap lingkungan, cenderung memperhatikan ditail. (M-) ini menurut
Cattell bisa menjadi dasar dari gejala obsesif-kompulsif.
 Faktor N (Artlessness-Shrewdness)
(N-) adalah ciri orang yang naif, rendah hati-bersahaja, dan spontan, sedang
(N+) bercirikan materialis, cerdik, berpandangan luas, pintar.
 Faktor O (Assurance-Guild Proneness)
(O-) adalah orang yang percaya diri, ulet, tabah, dan tenang. (O+) adalah trait
yang ditemukan pada orang-orang yang patologis alkoholik, kriminal, manis
depresif. Mereka hanya memiliki teman terbatas dengan standar hidup yang
tidak normal, selalu khawatir dan merasa berdosa.
 Faktor Q1 (Conservative-Radicalims)
Q2 (Group Adherence-Selfsufficient)
Q3 (Low Integration-High Self Concept)
Q4 (Ergic Tension)
Empat faktor ini proporsi pengaruhnya terhadap tingkah laku hanya kecil.
Semuanya menjelaskan tentang self, dan satu dengan yang lain saling
berhubungan walaupun bentuk sifatnya berbeda-beda. Orang yang konservatif
cenderung terikat dengan kelompok, integrasi dirinya kurang sehingga lebih
santai dalam memperjuangkan sesuatu. Sebaliknya, orang yang radikal
cenderung mandiri, percaya diri, dan bersemangat.

F. Dinamika Trait
1. Sikap (Attitude)
Sikap atau atitud bukan pandangan tentang sesuatu menolak atau menerima,
senang atau tidak senang tetapi sikap adalah konsep tentang tingkahlaku spesifik (atau
keinginan untuk bertingkahlaku tertentu) sebagai respon terhadap suatu situasi.
2. Dorongan Pembawaan (Erg dari Ergon (Yunanil - Kerja atau Energi)
Dorongan atau motif pembawaan oleh Cattell disebut Erg. Semua dorongan primer
yang dibawa bersama kelahiran disebut Erg, seperti seks, lapar, haus, rasa ingin tahu,
marah, dan motif-motif lainnya yang biasanya tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga
dimiliki oleh primata dan mamalia lainnya. Tidak seperti psikoanalis yang menentukan
drive apa saja yang dimiliki manusia secara subyektif, Cattell kembali memakai analisis
faktor terhadap data T dari sampel anak-anak dan orang dewasa dari berbagai budaya.
Pendekatan itu memetakan motivasi manusia secara matematis alihalih secara
logis. Dari pendekatan statistik itu, Cattell menemukan 10 erg, yang sebagian besar
juga ditemukan pada binatang, karena ternyata trait dinamik itu ada pada semua
budaya. Faktor erg pada manusia ekuivalen dengan pola insting binatang. Secara
keseluruhan, peta erg manusia terdiri dari 10 erg independen, 4 erg yang
independensinya kurang jelas, dan 2 erg yang masih dipertanyakan nilainya sebagai
faktor hereditas.
3. Sentimen (Sentiment)
Sentimen sering disebut Cattell Sems, akronim dari “socially shaped ergic
manifold” (bermacam-macam erg yang dibentuk secara sosial). Sentimen adalah
organisasi struktur keseimbangan atitud, yang memperoleh enerji dari erg tetapi
dibentuk oleh hasil belajar.
Sentimen merupakan sumber motivasi yang penting karena kecenderungannya
mengorganisir diri di sekitar institusi sosial yang menonjol (misalnya karir, agama) atau
disekitar orang yang penting (orang tua, pasangan, self), dia dibutuhkan oleh
lingkungan sosial dan memuaskan beberapa erg pada saat yang sama. Atitud adalah
aksi atau keinginan melakukan aksi sebagai respon terhadap situasi tertentu, yang kalau
dilacak asal-muasalnya akan sampai ke dorongan primer bawaan erg. Tujuan antara, di
tengah-tengah antara atitud dengan erg adalah sentimen.
4. Kalkulus Dinamik (Dynamic Calculus)
Dari sisi tujuan akhir dari pengembangan teorinya, Cattell adalah seorang
behavioris, yakni: bahwa psikologi sebagai ilmu bertujuan untuk memahami dan
meramalkan tingkahlaku. Temperamen, trait, abilitas, dan motivasi diukur tidak dalam
pengertian sesuatu yang dimiliki individu, tetapi lebih dalam pengertian tingkahlaku.
Untuk meramalkan tingkahlaku secara akurat, Cattell memakai konsep kalkulus
dinamik suatu prosedur yang kompleks untuk menentukan kekuatan dan arah
tingkahlaku.
Dalam kalkulus dinamik, erg dan sentimen dipandang sebagai akar dari semua
motivasi dan dimasukkan kedalam persamaan tingkah laku (behavior eguation), yang
dapat dipakai untuk meramalkan tingkah laku seseorang. Persamaan itu memasukkan
semua data tentang hubungan trait, erg, dan sentimen dengan Situasi tertentu, untuk
menentukan bentuk respon seseorang.
G. Perkembangan Kepribadian
1. Tahapan Perkembangan
 Tahap Bayi (Infancy, 0-6 tahun)
Periode pembentukan yang terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada
tahap ini individu sangat dipengaruhi oleh orang tua dan saudara-saudaranya,
dan secara alami dipengaruhi oleh pengalaman perolehan makan dan caranya
membuang kotoran. Pengaruh-pengaruh tersebut membentuk sikap sosial,
kekuatan superego, perasaan aman dan tidak aman, sikap terhadap otoritas,
dan kemungkinan kecenderungan neurotik.
 Tahap Anak (Childhood, 6-14 tahun)
Hanya sedikit masalah psikologis yang timbul, sehingga oleh Cattell disebut
periode konsolidasi, sesudah periode bayi yang kritis. Ada awal
kecenderungan menuju kemandirian dari orang tua dan meningkatnya
identifikasi dengan sebayanya, tetapi problemnya tidak besar, kalau
dibandingkan dengan periode sebelum dan sesudahnya.
 Tahap Adolesen (Adolescence, 14-23 tahun)
Ini adalah periode yang paling menyulitkan dan menekan. Kejadian kelainan
mental, neurosis, dan delinkuensi banyak muncul pada periode ini; begitu pula
konflik disekitar dorongan kemandirian, keyakinan diri, dan seks.
 Tahap Kemasakan (Maturity, 23-50 tahun)
Secara umum, awal tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagiaan, dan
produktivitas. Pada umumnya orang pada usia itu menyiapkan karir,
perkawinan, dan keluarga. Kepribadian cenderung menjadi tidak mudah
berubah, lebih mantap, kalau dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Cattell juga menemukan hanya sedikit perubahan minat dan sikap pada tahap
ini.
 Tahap Usia Pertengahan (Middle age 50-60/70 tahun)
Ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai respon terhadap
perubahan fisik, sosial, dan psikologikal. Kesehatan dan kekuatan semakin
redup pada tahap ini, begitu pula dengan daya tarik pribadi. Anak-anak
meninggalkan rumah, dan mulai ada orang dekat yang meninggal. Biasanya
terjadi uji ulang terhadap nilai yang menjadi pegangan hidup.
 Tahap Tua (Senility, 60/70-mati)
Tahap final, melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan kematian keluarga
dan sahabat, pensiun, kehilangan status di masyarakat mengikuti perasaan
kesendirian dan tidak aman.
2. Keturunan dan Lingkungan
Di antara pakar kepribadian, Cattell yang paling besar perhatiannya terhadap
pengaruh relatif dari keturunan dan lingkungan dalam pembentukan kepribadian.
Metoda meneliti pentingnya faktor keturunan dan lingkungan dikenal dengan nama
analisis varian abstrak jamak (MAVA-multiple abstract variance analysis), teknik
yang membandingkan persamaan antara orang kembar yang diasuh di dalam satu
keluarga, kembar yang diasuh keluarga yang berbeda, saudara kandung tidak kembar
yang diasuh di satu keluarga, dan saudara kandung tidak kembar yang diasuh
keluarga berlainan. Hasilnya adalah perhitungan seberapa besar perbedaan trait yang
disebabkan oleh genetik dan lingkungan yang berbeda. Dari penelitiannya, Cattell
menunjukkan pentingnya peran keturunan pada beberapa traits.
Dalam hal trait, ada kecenderungan lingkungan tidak menghargai bahkan
memaksa faktor keturunan untuk berubah/menyesuaikan diri. Misalnya, ketika orang
dewasa mengajari anak memakai tangan kanan alih-alih tangan kiri, atau mengajari
menghilangkan rasa malu.
3. Kecemasan
Cattell menekankan pentingnya kecemasan sebagai aspek kepribadian karena
bahaya dampaknya terhadap fungsi fisik dan mental. Menurutnya, kecemasan itu
bisa merupakan suatu keadaan sekaligus sifat dari kepribadian. Orang dapat
mengalami berbagai tingkat kecemasan sebagai dampak keadaan yang mengancam
atau menekan. Orang itu dalam keadaan cemas. Di sisi lain, ada orang yang terus
menerus kronis cemas, yang berarti cemas itu menjadi bagian atau faktor dari
kepribadiannya.
Dari analisis faktor mengenai kecemasan ini, Cattell mengidentifikasi kecemasan
ternyata dipakai untuk menggambarkan sekurang-kurangnya lima macam,/jenis
perasaan lainnya. Orang yang cemas secara kronis, perasaan cemasnya mudah
terangsang oleh perasaan curiga kepada orang lain, khawatir mendapat celaan, tidak
mampu membentuk konsep diri, tegang dan kegembiraan berlebihan.
4. Belajar
Menurut Cattell ada tiga jenis belajar untuk tujuan pengembangan kepribadian:
 Kondisioning Klasik (Asosiasi sederhana dari kognisi yang simultan): Secara
khusus digunakan untuk mengaitkan respon emosional dengan isyarat
lingkungan, misalnya belajar menghubungkan antara kehadiran ibu dengan
perasaan tenang.
 Kondisioning Instrumental (Asosiasi berbagai kegiatan dengan tujuan tertentu)
Belajar membentuk subsidiasi untuk memuaskan tujuan sadar erg, misalnya
belajar bahwa makan siang bersama rekan bisnis dapat melancarkan penjualan
sekaligus meningkatkan rasa aman/ percaya diri. Kondisioning instrumental
yang khas pada belajar kepribadian adalah belajar konfluen (confluence
learning), yakni belajar memperoleh kepuasan beberapa tujuan dengan melalui
satu kegiatan tingkahlaku.
 Belajar terintegrasi (Model instrumental kondisioning yang canggih): Belajar
memaksimalkan kepuasan total jangka panjang dengan memilih erg tertentu
untuk diekspresikan seraya menahan atau mensublimasi erg yang lain. Belajar
terintegrasi merupakan aspek kunci ke arah pembentukan sentimen self dan
superego. Misalnya, seorang anak belajar menekan erg kebebasan diri dan
memilih membantu orang tua untuk menyatakan erg cinta dan perlindungan
dari orang tua.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas kami mengambil kesimpulan bahwa teori kepribadian Cattell tidak
berasal dari latar klinis. Pendekatannya sangatlah ilmiah mengandalkan observasi perilaku
dan data yang banyak. Ia memasukkan data ke dalam prosedur statistik yang disebut analisis
faktor, yang melibatkan penilaian hubungan antara setiap pasang pengukuran yang mungkin
diambil dari kelompok subjek untuk menentukan faktor yang umum. Cattell menyebut faktor-
faktor tersebut sebagai sifat, yang ia jelaskan sebagai elemen mental kepribadian. Hanya
ketika kita tahu sifat seseorang kita dapat memprediksi bagaimana orang tersebut akan
berperilaku dalam situasi tertentu. Dengan demikian, untuk memahami seseorang sepenuhnya
kita harus mampu menjelaskan dengan tepat seluruh pola sifat yang mendefinisikan orang
tersebut sebagai individu. Menurut Cattel. Kepribadian adalah struktur kompleks dari traits
yang tersusun dalam berbagai kategori, yang memungkinkan prediksi tingkahlaku seseorang
dalam situasi tertentu, mencakup seluruh tingkahlaku baik yang kongkrit maupun yang
abstrak simpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2018). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Lawrence, D. C. (2004). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Kencana.

Suryabrata, S. (2000). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai