Proposal Fix
Proposal Fix
Disusun oleh :
Yosef Sigit Pratama Aji 121190098
Gilang Bagus Prasetyo 121190122
Dosen Pembimbing :
Ir. Tutik Muji Setyoningrum ,M.T.
Disusun oleh :
Yosef Sigit Pratama Aji 121190098
Gilang Bagus Prasetyo 121190122
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal
penelitian “Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan Tambahan Pada
Pembuatan Sabun” dengan baik.
Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akademis pada Program
Studi S1 Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri UPN
Veteran Yogyakarta. Pada kesempatan ini kami juga ingin mengucapakan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Adi Ilcham, S.T, M.T selaku selaku Ketua Jurusan Teknik
Kimia,Fakultas Teknik Industri, UPN “Veteran” Yogyakarta.
2. Ibu . Ir. Tutik Muji Setyoningrum ,M.T. selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingannya dengan baik.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, penyusun sadar masih jauh dari
sejauh sempurna, oleh karena itu saran dan masukan yang membangun sangat
diharapkan untuk perbaikan makalah penelitian ini. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
PROPOSAL PENELITIAN.............................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2
1.3 Variabel Penelitian..............................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................................................2
1.5 Manfaat.................................................................................................................................3
1.6 Batasan..................................................................................................................................3
1.7 Hipotesis................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................4
2.1 Ekstraksi...............................................................................................................................4
2.2 Minyak Atsiri.......................................................................................................................6
2.3 Jeruk.....................................................................................................................................7
2.4 Analisis GC-MS.................................................................................................................10
2.5 Sabun..................................................................................................................................11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................................17
3.1 Alat dan Bahan..................................................................................................................17
3.2 Rangkaian Alat..................................................................................................................17
3.2.1 Rangkaian Alat Soxhlet........................................................................................................17
3.3 Prosedur Kerja...................................................................................................................19
3.4 Diagram Alir Proses..........................................................................................................20
3.5 Hasil Analisa.......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................23
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Proposal Penelitian
Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan Tambahan Pada
Pembuatan Sabun Cair
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman jeruk sudah tumbuh di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, baik
tumbuh secara alami maupun dibudidayakan. Sayangnya, selama ini jeruk terkenal
hanya merupakan sumber vitamin C. Padahal, buah jeruk ini juga mengandung
berbagai zat gizi esensial lainnya, yang meliputi : karbohidrat (serat makanan dan
zat gula), kalium, magnesium, tembaga, kalsium, fosfor, folat, thiamin, niacin,
riboflavin, vitamin B6, asam pantotenat, dan senyawa fitokimia.
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essensial oils, etherical oils, atau
volatile oils adalah senyawa yang mudah menguap yang tidak larut di dalam air dan
merupakan ekstrak alami dari tanaman, baik yang berasal dari daun, bunga, kayu,
biji-bijian, ataupun kulit buah. Komponen senyawa kimiawi dalam minyak atsiri
dapat dibagi dalam 3 golongan yaitu :
1. Hydrocarbon
Senyawa yang termasuk dalam golongan ini terbentuk dari unsur hidrogen(H)
dan karbon(C).
2. Oxygenated Hydrocarbon
Senyawa yang termasuk dalam golongan ini terbentuk dari unsur hidrogen(H),
karbon (C), dan oksigen(O).
3. Komponen lainnya
Senyawa lainnya seperti asam, lacones, senyawa belerang dan nitrogen.
Kulit buah jeruk biasanya hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan dan menjadi
sampah yang tidak ada manfaatnya. Selama ini pemanfaatan kulit jeruk belum
dilakukan secara intensif. Hal ini tentu sangat ironi dengan kandungan kulit jeruk
yang sangat kompleks. Kandungan kulit jeruk yang paling dominan adalah minyak
atsiri. Jenis minyak atsiri dibedakan berdasarkan varietasnya. Minyak atsiri jeruk
jeruk juga dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan
penambah cita rasa pada makanan. Selain itu, kulit jeruk dapat dimanfaatkan
sebagai
aroma terapi yang dapat menimbulkan rasa senang dan tenang, meningkatkan nafsu
makan, dan menyembuhkan penyakit serta baik untuk kulit.
Oleh karena itu, limbah kulit jeruk dapat dimanfaatkan menjadi bahan
tambahan pada pembuatan sabun. Untuk meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit
jeruk dan meningkatkan pendapatan petani jeruk maka perlu dikaji pemanfaatan
limbah kulit jeruk sebagai bahan baku minyak atsiri.
Variabel bebas :
a) Volume pelarut
b) Massa Bahan
4. Mengetahui pengaruh antara rasio massa bahan terhadap jumlah minyak atsiri
yang dihasilkan.
1.5 Manfaat
1. Memanfaatkan limbah kulit jeruk yang terbuang percuma dan meningkatkan
nilai ekonomisnya.
2. Menambah pengetahuan tentang proses ekstraksi pada kulit jeruk.
3. Memperoleh jumlah pelarut terbaik untuk mendapatkan jumlah minyak atsiri yang
dihasilkan
4. Memperoleh rasio massa bahan terbaik untuk mendapatkan jumlah minyak atsiri yang
dihasilkan
1.6 Batasan
1. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium.
2. Parameter yang diamati adalah pengaruh volume pelarut dan rasio massa bahan
ekstraksi terhadap jumlah minyak atsiri.
1.7 Hipotesis
1. Semakin banyak volume pelarut maka jumlah minyak atsiri yang dihasilkan
semakin banyak.
2. Semakin besar rasio massa bahan maka jumlah minyak atsiri yang dihasilkan
semakin banyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses
pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel,
biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase
ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
(Wilson, et al., 2000)
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan diekstrak
biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk
atau simplisia (Sembiring, 2007).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan
pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang 7
masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang
digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada
fase pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang telah pecah
pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi
pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka selulosa dinding sel
sehingga pori-pori
Yosef Sigit Pratama Aji (121190098)
Gilang Bagus Prasetyo (121190122) 4
Proposal Penelitian
Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan Tambahan Pada
Pembuatan Sabun Cair
dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan pelarut dapat dengan mudah
masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai
dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya yang
ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam
dan di luar sel (Voigt, 1995).
Jumlah molekul pelarut yang semakin besar akan mengakibatkan jumlah
molekul minyak yang terlarut juga semakin besar. Hal ini menyebabkan minyak
atsiri yang diperoleh selama ekstraksi semakin banyak (Yustinah, 2016).
Menurut Guenther (1990), lamanya proses penyulingan akan
mempengaruhi penguapan fraksi yang bertitik didih tinggi, dimana semakin lama
waktu proses distilasi maka penguapan fraksi yang bertitik didih tinggi akan
semakin besar.
Ekstraksi secara umum dapat digolongkan menjadi dua yaitu ekstraksi
padat cair dan ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair, senyawa yang
dipisahkan terdapat dalam campuran yang berupa cairan, sedangkan ekstraksi
padat-cair adalah suatu metode pemisahan senyawa dari campuran yang berupa
padatan (Sembiring, 2007).
Pada penelitian ini menggunakan ekstraksi padat-cair dengan metode
destilasi uap karena untuk mengetahui kandungan minyak atsiri dalam bahan
tersebut.
Laju perpindahan massa solute A antara fasa padat dengan fasa cairan
pada sistem batch dapat dirumuskan dengan persamaan berikut (Geankoplis,
1993):
̅𝑁̅𝐴̅ (𝐶 − 𝐶 ) ………………………………………………… (1)
𝐴
= 𝑘𝐿 𝐴𝑠 𝐴
Keterangan :
𝑁̅̅̅𝐴̅ = kg mol solute A terlarut dalam larutan per satuan waktu
(kgmol/s) A= luas permukaan partikel (m2)
KL = koefisien perpindahan massa (m/s)
CAs = kelarutan jenuh solute A dalam larutan (kgmol/m3)
CA = konsentrasi solute A dalam larutan pada waktu t (kgmol/m3)
2.3 Jeruk
Jeruk (Citrus sp) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.
Negara Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Jeruk
merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan daerah subtropis.
Komposisi buah jeruk terdiri dari bermacam-macam, diantaranya air 70-
92% (tergantung kualitas buah), gula, asam organik, asam amino, vitamin, zat
warna, mineral dan lain-lain. Kandungan asam sitrat pada waktu cukup muda,
tetapi setelah buah masak makin berkurang. Kandungan asam sitrat jeruk manis
yang telah masak akan berkurang sampai dua pertiga bagian (Pracaya, 2000).
Buah jeruk jika dilihat dari bagian luar ke arah dalam, mempunyai bagian-
bagian utama : kulit, segmen-segmen dan core. Kulit jeruk tersusun atas bagian
epidermis, flavedo, kelenjar minyak, dan bagian paling dalam ikatan pembuluh.
Buah jeruk tersusun dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Flavedo
Flavedo merupakan bagian yang memberikan warna pada kulit jeruk. Di
dalam flavedo terkandung karoten yang memberi sifat warna kuning pada
buah jeruk. Sekitar 60% karoten yang terdapat pada buah jeruk terdapat pada
bagian ini. Di bagian ini juga terdapat gland yang mengandung minyak kulit
jeruk.
2. Albedo
Albedo terletak di bawah flavedo. Albedo biasanya mempunyai lapisan yang
tebal, putih dan seperti spon. Albedo terdiri atas sel-sel parenkim yang kaya
akan substansi pektin dan hemiselulosa. Kombinasi antara albedo dan flavedo
disebut pericarp yang sering dikenal sebagai kulit.
3. Endocarp
Endocarp merupakan bagian buah yang dapat dimakan, di mana pada
endocarp ini terdapat sejumlah segmen di dalamnya. Umumnya buah jeruk
mempunyai 9-13 segmen. Di bagian dalam tiap-tiap segmen terdapat kantung
sari buah (juice sacs) yang mempunyai membran relatif kuat dan mempunyai
dinding sel tipis (Suryaningrum, 2009).
terdiri dari campuran beberapa zat dengan komposisi dan titik didih yang
berbeda. Minyak ini terdapat didalam kelenjar minyak yang harus dikeluarkan
sebelum dilakukan penyulingan, yaitu dengan memotong kecil-kecil atau
menghancurkan jaringan pada tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak
mungkin, sehingga mengakibatkan minyak dapat dengan mudah diuapkan pada
saat penyulingan.
Minyak kulit jeruk merupakan minyak aromatis yang terdapat pada gland
di bagian kulit buah jeruk. Dalam minyak kulit jeruk umumnya terkandung
limonene(95%), myrcene(2%), noctanal(1%), pinene(0,4%), linanool(0,3%),
decanal(0,3%), sabiene(0,2%), geranial(0,1%), neral(0,1%), dodecanal(0,1%),
dan senyawa-senyawa lainnya (0,5%).
Mineral
1. Kalsium 9.7 mg (1%)
2. Besi 0.0 mg (0%)
3. Magnesium 1.3 mg (0%)
4. Fosfor 1.3 mg (0%)
5. Kalium 12.7 mg (0%)
6. Sodium 0,2 mg (0%)
7. Seleneium 0,1 mcg (0%) (Indra, 2018)
Kulit jeruk mengandung pektin dalam konsentrasi tinggi berkisar antara 15-25
% dari berat kering dan terdapat senyawa limonene 94% dalam kulit jeruk. Pektin
merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β-
1,4 glikosidik.
4. Inositol banyak terdapat pada kulit buah, 70-83 % kulit buah mengandung air.
Karakteristik ekstrak jeruk limau dipengaruhi oleh jenis pelarut dan waktu
ekstraksi yang tepat. Jeruk limau mengandung senyawa flavonoid yang bersifat
polar sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat polar (Gillespie dan Paul, 2001).
Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan
senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip like dissolve like yaitu suatu
senyawa akan terlarut pada pelarut dengan sifat yang sama. Pelarut yang bersifat
polar diantaranya adalah etanol,metanol, aseton dan air (Sudarmadji et al.,1997).
Menurut penelitian sebelumnya mengenai efektivitas ekstrak kulit jeruk mandarin,
didapatkan pelarut yang paling efektif untuk menghasilkan ekstrak kulit jeruk
mandarin dengan karakteristik terbaik yaitu pelarut etanol 96% (Adiyasa et al.,
2015).
waktu dalam fase diam akan terelusi dengan cepat. Hanya bahan-bahan yang
dapat diuapkan tanpa dekomposisi yang cocok untuk analisis GC. Oleh karena
itu, ciri utama kromatografi gas adalah sistem yang memanaskan injektor,
detektor, jalur transfer, dan memungkinkan kontrol suhu terprogram pada kolom
(Kitson et al., 1996).
2.5 Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau
minyak dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalent dari
asam karboksilat dengan rumus umumnya RCOO-M. R adalah rantai lurus
(alifatis)
panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12 – C18 dan M adalah
kation dari kelompok alkali atau ion ammonium (Austin. 1984).
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zatzat
non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena
adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah
benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena
Yosef Sigit Pratama Aji (121190098)
Gilang Bagus Prasetyo (121190122) 11
Proposal Penelitian
Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan Tambahan Pada
Pembuatan Sabun Cair
membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 - 150) molekul yang rantai
hidrokarbonnya
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni
senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa
saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan
suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus
mengandung 12 atom karbon atau lebih agar efektif (Austin, 1984).
Secara teoritis semua minyak atau lemak dapat digunakan untuk membuat
sabun. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam
memilih bahan mentah untuk membuat sabun. Beberapa bahan yang dapat
digunakan dalam pembuatan sabun antara lain (Ralph J. Fessenden, 1992).
a. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur
berupa ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau
lemak yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan
antara minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang.
Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan
lemak akan berwujud padat (Ralph J. Fessenden, 1992).
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan
sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti : kelayakan ekonomi,
spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan
mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa
dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
1. Tallow ( Lemak Sapi )
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Tallow dengan kualitas baik
biasanya digunakan dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan
kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan
stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow.
Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer point pada
tallow umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer point di bawah 40°C
dikenal dengan nama grease. Kandungan utama dari tallow yaitu : asam
oleat 40- 45%, asam palmitat 24-37%, asam stearat 14-19%, asam
miristat 2-8%, asam linoleat 3-4%, dan asam laurat 0,2%.
asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam stearat 1-3%, dan asam
linoleat 2%.
6. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )
Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana.
Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah asam palmitat
52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat asam linoleat
6,6- 8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2-1,3%, asam laurat
0,1-
0,4%.
7. Marine Oil
Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh (asam oleat) yang cukup
tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai bahan baku.
8. Castor Oil ( Minyak Jarak )
Minyak jarak berwarna bening dan dapat dimanfaatkan sebagai
kosmetika, bahan baku pembuatan biodisel dan sabun. Minyak jarak
mempunyai massa jenis 0,957-0,963 kg/liter, bilangan iodium 82-88 g
I2/100 g, bilangan penyabunan 176-181 mg KOH/g. Minyak jarak
mengandung komponen gliserida atau dikenal sebagai senyawa ester.
Komposisi asam lemak minyak jarak terdiri dari asam riccinoleat
sebanyak 86%, asam oleat 8,5%, asam linoleat 3,5%, asam stearat 0,5-
2,0%, asam dihidroksi stearat 1-2% (G. Brown, 1973).
9. Olive Oil ( Minyak Zaitun )
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun
dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal
dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
Zaitun secara alami mengandung beberapa senyawa yang tak
tersabunkan seperti fenol, tokoferol, sterol, pigmen, dan squalen.
Minyak zaitun juga mengandung triasil gliserol yang sebagian besar di
antaranya berupa asam lemak tidak jenuh tunggal jenis oleat. Kandungan
asam oleat tersebut dapat mencapai 55-83 persen dari total asam lemak
dalam minyak zaitun.
Yosef Sigit Pratama Aji (121190098)
Gilang Bagus Prasetyo (121190122) 15
Proposal Penelitian
Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk Sebagai Bahan Tambahan Pada
Pembuatan Sabun Cair
b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines (sinonim: 2-
Aminoethanol, monoethanolamine, dengan rumus kimia C2H7NO, dan
formulasi kimia NH2CH2CH2OH). NaOH, atau yang biasa dikenal dengan
soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na 2CO3
(abu soda atau natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida dari
minyak atau lemak (Ralph J. Fessenden, 1992).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan :
1. Kondenser
2. Timbal
3. Pipa F
4. Sifon
5. Labu Didih
6. Kompor Listrik
Keterangan :
1. Labu Distilasi
2. Pendingin Balik
3. Termometer
4. Heater
5. Kompor Listrik
6. Erlenmeyer
7. Kaki Tiga
8. Statif dan Klem
9. Waterbath
3.3.Bahan
1. Kulit Jeruk
2. Aquadest
3. KOH
4. Etanol
5. Minyak Kelapa Sawit
6. Asam Stearat
7. Gliserin
Melakukan Ekstraksi Soxhlet pada kulit jeruk nipis dengan berbagai macam rasio bahan
dan volume pelarut
Melakukan Distilasi pada hasil ekstraksi untuk mendapatkan hasil yang lebih murni
Menimbang 1,4 gram KOH lalu melarutkan nya dengan air sebanyak 3,3 ml
DAFTAR PUSTAKA
Austin, Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. Singapore :
McGraHill Book Co.
Fessenden, R. J and Fessenden. J.S. 1992. Kimia Organik 3rd Edition. Bandung :
Erlangga.
Geankoplis, C. J., 1993. Transport Processes and Unit Operations. 3rd ed. New
Jersey: Prentice-Hall International Inc.
Gunawan, W. (2009). Kualitas dan nilai minyak atsiri, implikasi pada pengembangan
turunannya. Semarang :Makalah pada Kimia Bervisi SETS (Science,
Environment, Technology, Society) Kontribusi Bagi Kemajuan Pendidikan dan
Industri.
Hidayati. 2012. Distilasi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Pontianak dan
Pemanfaatannya dalam Pembuatan Sabun Aromaterapi. Biopropal Industri
Vol. 3 No. 2, 39-49.
Indra. 2018. Manfaat Kulit Jeruk untuk Kesehatan Tubuh. Tasikmalaya : Inilahtasik.
https://inilahtasik.com/manfaat-kulit-jeruk-untuk-kesehatan-tubuh (diakses 21
Maret 2021)
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan, Edisi Pertama, Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.
Kitson, et al. 1996. Gas Chromatography and Mass Spectrometry : A Pratical Guide.
San Diego : Academic Press.
Kurniawan, Adityo., dkk. 2006. Ekstraksi Minyak Kulit Jeruk Dengan Metode
Distilasi, Pengepresan dan Leaching. Surabaya : Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala.
Mauliyah, NH, 2006, Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin dari Limbah Proses
Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus nobilis var microcarpa), Bogor :
Departemen Teknologi Industri Pertanian,Fakultas Teknologi Pertanian,Institut
Pertanian Bogor.
Pracaya, 2000. Jeruk Manis, Varietas, Budidaya dan Pascapanen. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suryaningrum, S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Buah Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Surakarta : Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani N.
S., UGM Press, Yogyakarta.
Yustinah, dan Dena Fananda. 2016. Ekstraksi Minyak Atsiri Kulit Jeruk Sebagai
Bahan Tambahan Pada Pembuatan Sabun. Teknik Kimia Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
m d