Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH THIBUNNABAWI

DAUN BIDARA

Disusun Oleh :

Anisa Dwi Putri


(482012108117)
Kelompok VIII

Dosen Pengampuh : Apt. Abu Rachman M.Farm

STIK SITI KHADIJAH


PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Secara
khusus, makalah ini membahas tentang “ Daun Bidara”. Makalah ini dibuat untuk
membantu proses pembelajaran .

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Teori Thibbunnabawi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Demikian makalah ini kami buat. Semoga bermanfaat bagi kita serta para pembaca.
penulis juga berharap kritik dan saran atas ketidaksempurnaanya makalah ini, agar penulis
lebih baik lagi untuk proses kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Palembang, 24 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
Cost Effectiveness Analysis (CEA)........................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................5
ISI DAN PEMBAHASAN.........................................................................................................5
Metode Penelitian...................................................................................................................5
Data Hasil...............................................................................................................................5
Obat yg digunakan..................................................................................................................6
Efektivitas terapi.....................................................................................................................7
Analisis Biaya.........................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman bidara merupakan salah satu tanaman yang popular di Jazirah Arab,
tanaman bidara juga banyak tumbuh di daerah Afrika Utara, Asia Barat dan daerah tropis
salah satunya di Indonesia khususnya di wilayah Jawa dan Sumbawa (Nusa Tenggara Barat).
Bagian tanaman bidara seperti daun, buah, biji, akar dan batang banyak digunakan sebagai
pengobatan tradisional (Bintoro et al., 2017). Salah satunya yang sering digunakan oleh
tanaman bidara ialah daunnya yang memiliki nama latin Ziziphus Mauritiana Lam yang
banyak sekali manfaatnya. Pemanfaatan daun bidara di sisi muslim daun bidara bisa sebagai
penagkal makhluk halus, biasa digunakan untuk memandikan jenazah, bisa digunakan untuk
mandi wajib bagi wanita yang suci dari haid dan juga bisa digunkan proses ruqyah untuk
orang kesurupan (Nafisah, 2020).

Secara medis di Arab sebagai antiseptik, anti jamur, anti-inflamasi dan digunakan
untuk menyembuhkan penyakit kulit. Selain itu di Badui menggunakan daun bidara sebagai
obat penurun panas dan diuretik. Sedangkan di Iran digunakan untuk mencuci rambut dan
tubuh yang dipercaya sebagai antibakteri. Secara umum di Indonesia memiliki khasiat
sebagai pengobatan bisul, penyakit kuning, penyakit kulit, menyembuhkan luka,
menghaluskan kulit serta terbukti sebagai antibakteri dan anti jamur (Yulianingsih and Arwie,
2019).

Tanaman bidara ini sangat jarang dijumpai didaerah perkotaan, karena masyarakat
awam masih belum banyak mengetahui bahwa tanaman bidara ini 2 sangat banyak
manfaatnya. Daun bidara sebagian besar mengandung senyawa golongan saponin, struktur
saponin tersebut menyebabkan saponin bersifat seperti sabun atau deterjen yang
menghasilkan busa sehingga saponin disebut sebagai surfaktan alami yang diambil dari sifat
utama ini yaitu “sapo” dalam bahasa latin yang berarti sabun (Bintoro et al., 2017).

Senyawa lain yang terkandung dari tanaman daun bidara seperti flavonoid, steroid dan
tannin ini juga dipercaya memiliki aktivitas sebagai antibakteri, antiseptik, anti jamur, anti
inflamasi dan menyembuhkan penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri salah satunya
bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri penyebab terjadinya jerawat.

1
Khususnya senyawa flavonoid yang berperan secara langsung dengan mengganggu fungsi sel
mikroorganisme dan menghambat siklus sel mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa pada
konsentrasi yang tinggi aktivitas senyawa antimikroba yang bersifat antibakteri yang
terkandung pada daun Bidara cukup untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
(Yulianingsih and Arwie, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yg dimaksud dengan daun bidara?

2. Apa Saja kandungan senyawa yang ada pada daun bidara?

3. Bagaimana interaksi obat dari daun bidara?

4. Apa manfaat daun bidara?

5. Apa Saja contoh sediaan dari daun bidara?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yg dimaksud dengan daun bidara

2. Mengetahui apa Saja kandungan senyawa yang ada pada daun bidara

3. Mengetahui Bagaimana interaksi obat dari daun bidara

4. Mengetahui Apa saja manfaat dari daun bidara

5. Mengetahui Saja contoh sediaan dari daun bidara

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

2.1.1 Morfologi Tanaman Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

Bidara (Ziziphus mauritiana L.) adalah semacam tumbuhan kecil dengan penghasil
buah yang tumbuh diwilayah kering. Tumbuhan ini di maksud juga dengan beragam nama
daerah umpamanya widara. Bidara merupakan salah satu semak atau pohon berduri dengan
tinggi mencapai 15 m, diameter batang kurang lebih 40 cm. Kulit batang berwarna abu-abu
gelap atau hitam, pecah-pecah tidak beraturan. Daun memiliki panjang 4-6 cm dan lebar 2,5-
4,5 cm. Tangkai daun memiliki bulu dan pada pinggiran daun terdapat gigi yang sangat halus.
Bidara juga mempunyai buah berbiji satu, bulat seperti bulat telur, ukuran kira-kira 6x4 cm,
daging buah putih, agak asam hingga manis (Jannah 2018).

2.1.2 Klasifikasi Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

Klasifikasi ilmiah Tanaman Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.) menurut Tazkiatulmilla
(2020) sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Family : Rhamnaceae

3
Genus : Ziziphus

Spesies : Ziziphus mauritiana Lam.

2.1.3 Kandungan dari Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

Tanaman bidara mengandung berbagai senyawa seperti alkaloid, saponin, flavonoid


steroid dan tannin. Aktivitas antimikroba daun dan buah bidara menunjukkan adanya efek
antifungi dan antibakteri yang terdapat pada ekstrak etanol, n-heksan masing-masing sebesar
1,32 mg/mL dan 2,21 mg/mL dan telah diidentifikasi adanya kandungan senyawa alkaloid,
glikosida saponin dan flavonoid (Taufiq 2018). Flavanoid adalah golongan terbesar dari
senyawa fenol, senyawa fenol mempunyai sifat yang efektif dalam menghambat
pertumbuhan virus, bakteri, dan jamur. Flavonoid termasuk senyawa fenol. Senyawa fenol
bekerja dengan cara denaturasi protein sehingga meningkatkan permeabilitas membran sel.
Denaturasi protein menyebabkan gangguan dalam pembentukan sel sehingga merubah
komposisi komponen protein. 8 Gangguan dalam fungsi membrane sel dapat menyebabkan
meningkatkan permeabilitas sel, sehingga mengakibatkan kerusakan sel jamur. Kerusakan
tersebut menyebabkan kematian sel jamur (Rahayu 2013)

4
BAB III

ISI DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

Bidara atau widara (Ziziphus mauritiana) adalah sejenis pohon kecil penghasil buah
yang tumbuh di daerah kering. tanaman ini dikenal pula dengan berbagai nama daerah seperti
widara (Sd, Jw) atau dipendekkan menjadi dara (Jw); bukkol (Md); bekul (bal); gol (Sas); ko
(sawu); kok (rote); kom, kon (timor); bedara (alor0; bidara (makassar); rangga (bima); serta
kalangga (sumba). (Heyne, 1987)

Daun bidara adalah salah satu tanaman yang disebut dalam al-Qur’an. Menurut yang
diceritakan al-Qur’an dan hadits daun bidara memiliki banyak manfaat. Daun bidara atau
yang biasanya disebut daun sidr dan bahasa latinnya ziziphus mauritiana disebutkan dalam al-
Qur’an sebanyak dua kali, sebagaimana dalam firman Allah SWT :

Artinya : “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohonpohon) yang
berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba’ :16)

Artinya : “Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,” (QS. Al-Waqiah : 28)

Dari ayat yang mencantumkan tanaman bidara, dapat diambil pernyataan bahwa daun
bidara sangatlah penting karena telah disebutkan seanyak dua kali dalam al-Qur’an.
Penyebutan tanaman dalam al-Qur’an jadi perhatian Nabi Muhammad SAW terhadap
tanaman bidara ini. Nabi Muhammad bersabda “Allah akan menuangkan air panas ke atas
kepala penebang pohon bidara di dalam neraka”. Jadi tanaman ini sangatlah penting untuk
Rasulullah karena dilihat dari segi pemanfaatannya sangatlah banyak manfaatnya.

3.2 Kandungan Senyawa dari Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

5
3.3 Interaksi Obat dari Daun Bidara (Ziziphus mauritiana L.)

Air rebusan daun bidara juga dapat menyebabkan interaksi dengan obat-obatan
tertentu. Beberapa obat seperti aspirin, warfarin, dan obat penurun tekanan darah dapat
bereaksi dengan senyawa kimia dalam daun bidara dan menyebabkan efek samping yang
tidak ada harapannya.

6
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi yang lebih costeffective antara
penggunan antimalaria kombinasi kina-primakuin dan kombinasi artesunat-primakuin pada
pengobatan malaria falciparum di RSUD Nabire yaitu terapi dengan kombinasi
artesnuatprimakuin. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan nilai ACER kombinasi artesunat-
primakuin (12.479) lebih kecil dari nilai ACER kombinasi kina-primakuin (15.523), serta
dapat dilihat juga pada hasil perhitungan nilai ICER yaitu -0.284.

B. Saran

Tentunya dalam pembuatan makalah ini penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Tri Murti, 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Bursa Ilmu,
Yogyakarta.

The Rational Of Drugs WHO Health Assembly Resolution WHA 39.27. World Health
Organization , Geneva.

Adjuik M, dkk., 1999. Amodiaquinartesunat versus amodiaquin for uncomplicated


Plasmodium falciparum malaria in Afrika children.

Bootman, J.L., Townsend R.J., McGhan W.F. 2005. Principles of pharmacoeconomics, 3rd
edition. Harvey Whitney Books company. US.

Depkes RI, 2008. Buku Saku pelayanan kefarmasian untuk penyakit malaria. Direktorat
jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:

Depkes RI, 2009. Buku Saku Pengendalian dan Pencegahan Malaria : Pedomanan
Penatalaksanaan Kasus Malaria Di Indonesia. Ditjen PP & PL. Jakarta.

Harijanto PN dkk, 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis. Edisi Kedua. EGC, Jakarta.

Harijanto, PN, 2012, Gejala klinik Malaria Dalam Malaria, Epidemiologi, patogenesis,
manifekstasi klinis & penanganan, Ed P.N

Harijanto, 2000,cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hassan, 2006. Rasio Efektivitas Biaya Obat Antimalaria Kombinasi ArtesunateAmodiakuin


Dan Kombinasi Sulfadoksin + Pirimetamin Dalam Terapi Malaria Falsiparum.
Universitas Indonesia, Jakarta.

Hurlock Elizabeth B., 2008. Psikologi Perkembangan. Erlangga, Jakarta. Koes Irianto. 2013.
Parasitologi Medis. Alfabeta, Bandung.

Lorensia, A., dan Doddy, D.Q. 2016. Farmakoekonomi Edisi Kedua. UBAYA, Surabaya.

8
Prabowo A., 2004. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Cetakan 1. Puspa Swara, Jakarta.

Siregar, R. 2011. Farmasi rumah sakit : Terapi dan Penerapan. Buku kedokteran EGC,
Jakarta.

Tjiptoherijanto P, & Soesetyo B. (1994). Ekonomi Kesehatan. Penerbit Rhineka Cipta,


Jakarta.

Tri Murti, A. 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Bursa Ilmu, Jogyakarta.
Trisna,

Yilia. 2010. Aplikasi Farmakoekonomi. Materi Perkembangan Farmasi Nasional. Ikatan


Apoteker Indonesia, Jakarta.

Vongenberg, FR. (2001). Introduction To Applied Pharmacoeconomics. Editior: Zollo S.


McGraw-Hill Companies, USA.

World Health Organization, 2006. Guidelines fot The Treatment of malaria. Guneva,
Switzerland.

Yulius, 2007. Desain case care series di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006
pada penderita malaria.

Anda mungkin juga menyukai