Anda di halaman 1dari 289

Buku Ajar Keperawatan

Dasar
Nuniek Tri Wahyuni, S.Kep.,Ners.,M Kep
Witriyani,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Ns. Endah Indrawati, M.Kep
Supriatin,S.Kep.,Ners.,M.Kep
Fathiya Luthfil Yumni, S.Kep., Ns., M.Kep
Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep
Sri lestari , S.Kep.,Ners.,S.Pd.,M.Si
Titin Supriatin, S.Kep., Ners.,M.Kep
Uun Kurniasih.S.Kep.Ns.M.M
Yuni Astuti, M.Kep
Ns. Rogayah, SKep, M.Kep
Ns. Nita Puspita, M.Kep
Indriyati, S.Kep., Ns., M.Psi
Heni,,S.Kep.,Ners.,M.Kep
I Putu Juni Andika, S.Kep.,Ns.,M.Kep

CV. Science Techno Direct

i | Buku Ajar Keperawatan Dasar


Buku Ajar Keperawatan Dasar

Nuniek Tri Wahyuni, S.Kep.,Ners.,M Kep; Witriyani,S.Kep.,Ns.,M.Kep; Ns. Endah


Indrawati, M.Kep ;Supriatin,S.Kep.,Ners.,M.Kep ;Fathiya Luthfil Yumni, S.Kep., Ns.,
M.Kep ;Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep ;Sri lestari , S.Kep.,Ners.,S.Pd.,M.Si ;Titin
Supriatin, S.Kep., Ners.,M.Kep ;Uun Kurniasih.S.Kep.Ns.M.M ;Yuni Astuti, M.Kep ;Ns.
Rogayah, SKep, M.Kep ;Ns. Nita Puspita, M.Kep ; Heni,,S.Kep.,Ners.,M.Kep ;I Putu Juni
Andika, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Copyright © 2023 by Penulis

Diterbitkan oleh:

CV. Science Techno Direct


Perum Korpri, Pangkalpinang

Penyunting: M.Seto
Tata letak: M.Seto
Desain Cover: M.Seto

Terbit: Maret, 2023


ISBN: 978-623-09-2655-6

hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
bentuk dan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

ii | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmat,serta penyertaanNya, sehingga
makalah Ilmu Keperewatan Dasar ini dapat kami selesaikan.
Dalam penulisan buku ini kami berusaha menyajikan bahan
dan bahasa yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya
oleh para pembaca.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna serta masih terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini. maka kami berharap adanya masukan dari
berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya

iii | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
D aftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................ iv
BAB I TEORI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ......................................... 1

BAB II TEORI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MENURUT MASLOW ................. 9

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMENUHAN KEBUTUHAN


DASAR MANUSIA .................................................................... 19

BAB IV KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN ............................ 29

BAB V KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT ................................... 63

BAB VI KEBUTUHAN NUTRISI ....................................................... 83

BAB VII KONSEP DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI ................................ 105

BAB VIII KEBUTUHAN AKTIVITAS ................................................. 129

BAB IX KEBUTUHAN ISTRAHAT TIDUR............................................ 155

BAB X KESEIMBANGAN SUHU TUBUH ............................................. 173

BAB XI ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN SEKSUALITAS


...................................................................................... 197

BAB XII KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI .......................................... 217

BAB XIII KEBUTUHAN MENJELANG AJAL ........................................ 231

BAB XIV KEBUTUHAN HARGA DIRI ................................................ 245

BAB XV Kebutuhan Memiliki dan Dimiliki ....................................... 265

iv | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB I TEORI KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA
(Nuniek Tri Wahyuni, S.Kep.,Ners.,M
Kep)

A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan teori
kebutuhan dasar manusia.

B. Materi
1. Pengertian
a. Konsep Manusia
Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan manusia
sebagai system.6
1) Manusia Sebagai Makhluk Holistik
Merupakan makhluk yang utuh paduan dari unsur
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Sebagai
makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ
tubuh yang digunakan untuk mempertahankan
hidupnya mulai dari lahir tumbuh kembang hingga

1 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


meninggal. Sebagai makhluk psikologis, manusia
memiliki struktur kepribadian, tingkah laku sebagai
manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berfikir serta
kecerdasan. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu
hidup bersama orang lain saling bekerja sama untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup mudah
dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk
bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang
ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia memiliki
keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang
sejalan dengan keyakinan yang dianutnya.

Gambar 1.1. Komponen Individu holistik

2) Manusia Sebagai Sistem


Manusia sebagai sistem terdiri atas sistem adaptif,
personal, interpersonal dan sosial. Sistem adaptif merupakan
proses perubahan inividu sebagai respon terhadap perubahan
lingkungan yang dapat mempengaruhi integritas atau
keutuhan. Sebagai sistem personal, masnusia memiliki proses
persepsi dan bertumbuh kembang. Sebagai sistem
interpersonal manusia dapat berinteraksi, berperan, dan
berkomunikasi terhadap orang lain. Sementara itu sebagai
sistem sosial, manusia memiliki kekuatan dan wewenang

2 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


dalam pengambilan keputusan di lingkungannya, baik dalam
keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pekerjaan.

b. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia (KDM) adalah unsur-unsur yang
dibutuhkan manusia dalam mempertahankan keseimbangan
fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan maupun kesehatan.1
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
dalam teori Hierarki, menyatakan bahwa setiap manusia
memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisiologis, keamanan,
cinta, harga diri, dan aktualisasi diri.2
Kebutuhan dasar manusia berfokus dalam asuhan
keperawatan. Bagi pasien yang mengalami masalah pada
kesehatan, maka kemungkinan ada salah satu atau beberapa
kebutuhan dasar manusia yang terganggu.3
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan dasar manusia
sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup dari manusia
tersebut. Setiap tahap usia perkembangan akan memerlukan
kebutuhan dasar yang berbeda beda. Besarnya kebutuhan
dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan
seseorang.

2. Tujuan
Tujuan dari pemenuhan kebutuhan dasar mausia yaitu
untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan manusia.1

3. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia


Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat
heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan
yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya,
maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Lalu jika gagal

3 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir lebih keras
dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar


Manusia
Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut ini:
a. Penyakit.
Penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan
perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis
maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh
memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari
biasanya.
b. Hubungan Keluarga
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling
percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa
curiga dan lain lain.
c. Konsep Diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam
pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif
memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi
seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan
positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang
dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali
kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat,
sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya.
d. Tahap Perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan
tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual,
mengingat berbagai fungsi organ tubuh mengalami

4 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda untuk
setiap tahap perkembangan.4

5. Teori Tentang Kebutuhan Dasar Manusia


Berikut akan dijelaskan secara singkat pendapat
beberapa ahli tentang model kebutuhan dasar manusia.
a. Virginia Henderson
Virginia Henderson membagi kebutuhan dasar
manusia ke dalam 14 Komponen berikut 2 :
1) Bernafas secara normal
2) Makan dan minum yang cukup
3) Eliminasi (buang air besar dan kecil)
4) Bergerak dan mempertahankan postur yang di
inginkan
5) Tidur dan istirahat
6) Memilih pakaian yang tepat
7) Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal
dengan menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan
modifikasi linkungan
8) Menjaga kebersihan diri dan penampilan
9) Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari
membahayakan orang lain
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresi
emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan agama dan
kepercayaan
12) Bekerja sedemikian rupa sesuai modal untuk
membiayai kebutuhan hidup
13) Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk
rekreasi
14) Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu
yang mengarah pada perkembangan yang normal,

5 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia
b. Jean Watson
Jean Watson dalam B. Talento (1995) membagi
kebutuhan dasar manusia ke dalam dua peringkat utama,
yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower orser
needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher
order needs). Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih
rendah tidak selalu membantu upaya kompleks manusia
untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang
dalam konteknya terhadap kebutuhan lain, dan semuanya
dianggap penting.6
c. Abraham Maslow
Teori Hierarki kebutuhan dasar manusia yang
dikemukakan Abraham Maslow dapat dikembangkan untuk
menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut 2 :
1) Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan, nutrisi,
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur serta kebutuhan seksual
2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikologis
3) Kebutuhan akan rasa cinta serta rasa memiliki dan
dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih dan
sayang, mendapatkan kehangatan keluaraga, memiliki
sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya
4) Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh
orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk
mendapatkan kekuatan meraih prestasi, rasa percaya diri,
dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan
pengakuan dari orang lain
5) Pengakuan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan
tertinggi dalam hierarki Maslow, merupakan kebutuhan

6 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


untuk berkontribusi pada orang lain/ lingkungan serta
mencapai potensi diri sepenuhnya.

6. Peran Perawat
Peran perawat yang utama adalah memenuhi kebutuhan
dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri
sendiri serta kliennya. Kegagalan pemenuhan kebutuhan
dasar menimbulkan kondisi yang tidak seimbang, sehingga
diperlukan bantuan terhadap pemenuhannya kebutuhan
dasar tersebut. Disinilah pentingnya peranan perawat sebagai
profesi kesehatan dimana salah satu tujuan pelayanan
keperawatan adalah membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya. Jenis –jenis kebutuhan dasar manusia
yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat
holistik yang mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial
dan spiritual.5
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia pada
saat memberikan perawatan, maka perawat harus bisa
memilah beberapa kebutuhan dasar tertentu yang lebih
mendasar daripada kebutuhan lainnya. Oleh karena itu
beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan
lainnya untuk kelangsungan hidup dari pasien tersebut.
Misalnya, pasien mengalami defisit nutrisi, maka perawat
harus memenuhi kebutuhan yangg lebih penting dari
kelangsungan hidup pasien tersebut dengan memberikan
makan yang adekuat daripada melakukan aktivitas untuk
meningkatkan harga diri.1

C. Rangkuman
Kebutuhan dasar manusia harus terpenuhi dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
untuk mencapai kehidupan dan kesehatan yang optimal,

7 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


apabila mengalami gangguan, maka manusia juga akan
mengalami gangguan dalam kesehatannya.
Hierarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow
adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk
memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada
saat memberikan perawatan.

D. Tugas
Untuk memperdalam pemahaman mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
Amatilah bayi baru lahir, bayi, anak-anak, remaja,
orang dewasa dan manusia usia lanjut, kemudian tuliskan
bagaimana mereka memenuhi kebutuhannya dan gangguan
pemenuhan kebutuhan apa yang lazim terjadi pada usia
mereka.
Petunjuk Jawaban Latihan
Carilah sumber dari berbagai buku atau melalui
internet
E. Referensi
1. Wahyudi AS, Wahid A. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta : Mitra Wacana Media.
2. Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.E disi 4.Volume 2.
Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC.
3. Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
4. Walyani. E. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
5. Asmadi. 2008, Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC
6. A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar
kebutuhan dasar manusia. Edisi 2. Jakarta : Salemba medika
F. Glosarium
KDM : Kebutuhan Dasar Manusia

8 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


BAB II TEORI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
MENURUT MASLOW
(Witriyani,S.Kep.,Ns.,M.Kep)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, Mahasiswa
diharapkan:
1. Mampu memahami pengertian teori hierarki kebutuhan
Maslow
2. Mampu memahami konsep teori hierarki kebutuhan Maslow
3. Mampu memahami pembagian hierarki kebutuhan Maslow

B. Materi
1. Pengertian teori hierarki kebutuhan Maslow
Hierarki kebutuhan Maslow adalah
teori psikologi yang diperkenalkan oleh Abraham
Maslow dalam makalahnya, "A Theory of Human Motivation",
di Psychological Review pada tahun 1943. Ia beranggapan
bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat yang lebih rendah
harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih
dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat yang lebih
tinggi menjadi hal yang memotivasi. Psikolog Humanistik

9 | Buku Ajar Keperawatan Dasar


yang bernama Abraham Maslow telah mengembangkan teori
kepribadian yang mampu memberikan pengaruh terhadap
berbagai bidang keilmuan. Abraham Maslow atau yang lebih
akrab dengan panggilan Maslow ini mengembangkan teori
yang memiliki tingkat kepraktisan yang tinggi sehingga mudah
untuk dipahami oleh semua orang atau kalangan. Teori ini
sering disebut juga dengan teori Maslow yang diambil dari
nama belakang Abraham Maslow. Didalam teori ini
menggambarkan tentang realitas kehidupan. Isi dari teori ini
sangat mudah sekali untuk dipahami karena isi teori ini
memuat sesuatu dari hasil pengalaman hidup atau perilaku
manusia yang pernah dialami namun tidak pernah
dimasukkan kedalam kata-kata.

2. Konsep teori hierarki kebutuhan Maslow


Teori yang dikembangkan oleh Abraham Maslow adalah
teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang menjadi dasar
dari perkembangan keilmuan lain yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan
kebutuhan dasar ini dibagi menjadi satu tingkat tertentu yang
memprioritaskan kebutuhan manusia dari yang paling dasar.
Abraham Maslow berpendapat bahwa kebutuhan-kebutuhan
manusia ditingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak
cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-
kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi menjadi hal yang
memotivasi. Dalam hierarki kebutuhan maslow dapat
digambarkan dengan menggunakan piramida untuk
memudahkan tingkat kebutuhan dari yang terkecil sampai
terbesar. Setiap kebutuhan akan mencapai tingkatan secara
teratur atau bisa diartikan bahwa manusia tidak akan pernah
bisa memenuhi kebutuhan terbesar nya manakala kebutuhan
terkecil nya belum bisa terpenuhi.

10 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika
Maslow melakukan observasi terhadap perilaku
monyet. Berdasarkan pengamatannya didapatkan kesimpulan
bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan
dengan kebutuhan yang lain. Contohnya jika individu merasa
haus maka individu akan cenderung untuk mencoba
memuaskan dahaga. Individu dapat hidup tanpa makanan
selama berminggu-minggu. Tetapi tanpa air, individu hanya
dapat hidup selama beberapa hari saja karena kebutuhan
akan air lebih kuat daripada kebutuhan akan makan.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sering disebut oleh maslow
sebagai kebutuhan dasar yang kemudian digambarkan
sebagai sebuah hierarki atau tangga yang menggambarkan
tingkat kebutuhan manusia.

3. Pembagian Hierarki Kebutuhan Maslow


Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Abraham
Maslow, teori hierarki kebutuhan maslow ini terdiri dari 5

11 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tingkatan kebutuhan. Yakni meliputi kebutuhan fisiologi,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang dan
kepemilikan, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologi merupakan sebuah kebutuhan
yang paling dasar yang lebih erat hubungannya pada
kebutuhan fisik, seperti misalnya kebutuhan makanan,
minuman, tidur, rumah, dan oksigen. Kebutuhan fisiologi
merupakan kebutuhan yang memiliki potensi besar untuk
menuju ketingkat kebutuhan selanjutnya. Kebutuhan
fisiologi ini berbeda dengan ke 4 kebutuhan lainnya, hal
ini karena kebutuhan fisiologi memiliki dua hal mendasar
yang membedakannya dari ke 4 kebutuhan lainnya.
Pertama, kebutuhan fisiologi merupakan salah satu
kebutuhan yang harus dipenuhi atau minimal dapat
diatasi oleh manusia, seperti misalnya pada kebutuhan
makanan. Setelah selesai makan umumnya seseorang
akan merasa kenyang dan apabila kemudian dihidangkan
makan lagi besar kemungkinan manusia tersebut akan
merasa mual. Kedua, ciri mendasar dari kebutuhan
fisiologi ini adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan
berulang-ulang. Pada saat seseorang tersebut telah
memenuhi rasa laparnya, kemudian lapar tersebut akan
muncul kembali dan terus berulang-ulang maka mereka
akan memenuhi kebutuhannya tersebut.

b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)


Setelah kebutuhan akan fisiologis nya sudah terpenuhi
maka kebutuhan akan rasa aman dan nyaman seperti rasa
aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan
kebebasan dari berbagai ancaman baik dari teroris,
penyakit, takut, cemas dan atau bencana alam.

12 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Kebutuhan akan fisiologis perlu dipenuhi secara total,
namun jika kebutuhan akan rasa aman dan nyaman
manusia tidak bisa terpenuhi secara total, maka manusia
tidak dapat terlindungi dari berbagai ancaman seperti
misalnya banjir atau bencana alam dan adanya acaman
dari orang lain. Menurut teori Maslow, orang-orang yang
tidak mempunyai rasa aman memiliki tingkah laku yang
berbeda. Mereka akan bertingkah laku seperti orang yang
sedang memiliki ancaman yang besar. Orang yang merasa
tidak aman maka secara otomatis akan mencari
kestabilan dan akan berusaha keras sebisa mungkin
menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.

c. Kebutuhan Kasih sayang dan Kepemilikan (Social


Needs)
Kemudian setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan
akan rasa aman dan nyaman terpenuhi, maka selanjutnya
akan timbul kebutuhan akan sebuah rasa memiliki atau
dimiliki dan kasih sayang. Manusia akan mencari seorang
sahabat, pasangan dan keturunan serta kebutuhan untuk
selalu dekat dengan keluarga. Seseorang yang cintanya
sudah relatif terpenuhi tidak akan merasa panik ketika
menolak cinta atau ketika cintanya ditolak oleh
seseorang, ia tidak akan merasa hancur. Didalam teori
Maslow ini, Abraham Maslow berpendapat bahwa
kebutuhan cinta merupakan cinta yang memberi dan
cinta yang menolak.

d. Kebutuhan Penghargaan Diri (Self Esteem Needs)


Seorang manusia akan mengejar kebutuhan akan
penghargaan, seperti dengan cara menghormati orang
lain terlebih dahulu, meningkatkan status, ketenaran
atau reputasi, perhatian dan sebagainya. Menurut

13 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Maslow, kebutuhan akan penghargaan juga
dikelompokkan atas dua tingkatan. Yakni tingkatan
rendah dan tinggi. Tingkat rendah yakni kebutuhan untuk
menghormati orang lain, reputasi, ketenaran, martabat,
dominasi dan apresiasi. Sedangkan untuk tingkat
tingginya yakni seperti kebutuhan harga diri seperti
perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,
kemandirian, kebebasan, dan penguasaan. Maslow
berpendapat apabila kebutuhan harga diri sudah
teratasi, maka manusia sudah siap untuk memenuhi
tingkat kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi dari
tingkatan-tingkatan sebelumnya.

e. Kebutuhan Aktualisasi diri (Self Actualization Needs)


Kebutuhan akualisiasi diri merupakan kebutuhan yang
terakhir dan yang berada pada paling atas dari
kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. Kebutuhan ini
melibatkan keinginan yang terus menerus demi mencapai
potensi yang diinginkan. Maslow menjelaskan bahwa
kebutuhan ini adalah kebutuhan yang ada pada manusia
untuk melibatkan diri sendiri agar menjadi apa yang
sesuai dengan kemauan dan keinginannya berdasarkan
kemampuan dirinya sendiri.
Berikut gambaran aktualisasi diri menurut Maslow:
1) Acceptance and Realism
Seseorang yang berhasil memahami diri sendiri
serta menerima semua kenyataan baik mengenai diri
mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya.
2) Problem Centering
Mempunyai pribadi yang suka tolong menolong
dengan sesama, dapat mencari solusi terbaik untuk
permasalahan yang tengah dihadapi. Meskipun
masalah tersebut di luar kendali dan lingkungan

14 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pribadi individu tersebut memiliki motivasi untuk
selalu bertanggung jawab dan selalu
mengedepankan etika sosial.
3) Spontaneity
Mampu bertindak spontan dan dapat
beradaptasi dalam kondisi tersebut.
4) Autonomy and Solitude
Memilki tingkat kebebasan serta privasi yang
lebih tinggi.
5) Continued Freshness of Appreciation
Orang yang berhasil mencapai aktualisasi diri
memandang dunia dengan pandangan penuh rasa
syukur serta kekaguman yang tak pernah
terhentikan. Mereka akan mudah untuk bersyukur
sekalipun hanya menerima atau mengalami hal yang
kecil, mereka juga dengan sangat mudah
menjadikan setiap kejadian di kehidupannya sebagai
inspirasi dan sumber kesenangan mereka.
6) Peak Experiences
Orang yang berhasil mencapai aktualisasi
diri memiliki puncak kesenangan mereka yang
biasa Abraham Maslow sebut dengan suka cita.
Mereka akan memandang semua hal yang telah
terjadi padanya dengan pandangan yan positif.
Setiap kejadian yang baik maupun buruk
digunakan dengan bijak sebagai pembelajaran,
inspirasi, pengalaman, serta kekuatan untuk
menjadi lebih baik dan semakin baik.
Menurut Maslow seseorang yang berhasil mencapai
aktualisasi diri memiliki beberapa kualitas yang berbeda
dengan individu lainnya. Berikut ini kualitas dari individu
yang berhasil mencapai aktualisasi diri antara lain:
a) Truth

15 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
b) Goodness
c) Beauty
d) Wholeness
e) Dikotomi
f) Aliveness
g) Unique
h) Perfection
i) Necessity
j) Completion
k) Justice
l) Order
m) Simplicity
n) Richness
o) Effortless
p) Playfulness
q) Self-sufficiency

C. Rangkuman
Hierarki kebutuhan Maslow adalah
teori psikologi yang diperkenalkan oleh Abraham
Maslow dalam makalahnya, "A Theory of Human
Motivation", di Psychological Review pada tahun 1943.
Didalam teori ini menggambarkan tentang realitas
kehidupan. Isi dari teori ini sangat mudah sekali untuk
dipahami karena isi teori ini memuat sesuatu dari hasil
pengalaman hidup atau perilaku manusia yang pernah
dialami namun tidak pernah dimasukkan kedalam kata-
kata.
Dalam hierarki kebutuhan maslow dapat
digambarkan dengan menggunakan piramida untuk
memudahkan tingkat kebutuhan dari yang terkecil
sampai terbesar. Setiap kebutuhan akan mencapai

16 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tingkatan secara teratur atau bisa diartikan bahwa
manusia tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhan
terbesar nya manakala kebutuhan terkecil nya belum
bisa terpenuhi.
Teori hierarki kebutuhan maslow terdiri dari 5
tingkatan kebutuhan yang meliputi kebutuhan fisiologi
(Physiological Needs), kebutuhan akan rasa aman
(Safety Needs), kebutuhan rasa kasih sayang dan
kepemilikan (Social Needs), kebutuhan akan
penghargaan (Self Esteem Needs), dan kebutuhan
aktualisasi diri (Self Actualization Needs).

D. Tugas
1. Jelaskan pengertian teori hierarki kebutuhan
Maslow!
2. Jelaskan konsep teori hierarki kebutuhan Maslow!
3. Jelaskan pembagian hierarki kebutuhan Maslow!
4. Jelaskan gambaran aktualisasi diri mmenurut
Maslow!
5. Sebutkan kualitas dari individu yang berhasil
mencapai aktualisasi diri!

E. Referensi
Baihagi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan: Kepribadian
Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme. Bandung.
Rosda.
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta. Rineka Cipta.
Feist, Jess. 2010. Teori Kepribadian : Theories of
Personality. Jakarta. Salemba Humanika.
G. Goble, Frank .1987. A. Supratiknya, ed. Mazhab Ketiga.
Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Jogjakarta.
Kanisius.

17 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Hall, Calvin S & Lindzey, Gardner. 2000. Teori-Teori
Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya
(ed.). Jogjakarta. Kanisius.
Hartiah, Haroen. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan:
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta.
Salemba Humanika.
Passer, Michael W and Ronald E.smith. 2007. Psychology the
science of mind and behavior. New York. Mcgraw-hill.
Rahmat Hidayat, Deden. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi
Kepribadian dalam Konseling. Jakarta. Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta.
Kencana Prenanda Media Grup.

18 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
(Ns. Endah Indrawati, M.Kep)

A. Tujuan Pembelajaran :
Diakhir pembelajaran mahasiswa mampu memahami :
1. Kebutuhan Dasar
2. Konsep Dasar Manusia
3. Karakteristik Manusia Yang Mempengaruhi Kebutuhan
Dasar
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan
6. Ciri-ciri Orang Yang Memenuhi Kebutuhan Dasar
7. Penerapan Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Praktek
Keperawatan

B. Materi
1. Pengertian Kebutuhan Dasar
Manusia memiliki kebutuhan dasar (kebutuhan
pokok) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Walaupun setiap individu mempunyai karakteristik yang
unik, kebutuhan dasarnya sama, perbedaan pada

19 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Kebutuhan
dasar manusia memiliki banyak kategori atau jenis,
salah satunya adalah kebutuhan fisiologis (seperti
oksigen, cairan, nutrisi, eleminasi dan lain-lain) sebagai
kebutuhan yang paling mendasar dalam jasmaniah
m(Walyani, 2015).
Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar
menimbulkan kondisi yang tidak seimbang, sehingga
diperlukan bantuan terhadap pemenuhannya
kebutuhan dasar tersebut. Disinilah pentingnya
peranan perawat sebagai profesi kesehatan dimana
salah satu tujuan pelayanan keperawatan adalah
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Jenis-jenis kebutuhan dasar manusia yang menjadi
lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik yang
mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual (Asmadi, 2008).

2. Pengertian Konsep Dasar Manusia


Manuasi adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling
utama, mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang
harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat dan
seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-
unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan dan kesehatan.
 Kebutuhan Dasar Manusia Munurut Abraham Maslow
Abraham Maslow, membagi kebutuhan dasar
manusia kedalam lima tingkat berikut :

20 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
a. Kebutuhan Fisiologis, merupakan kebutuhan
paling mendasar dan memiliko prioritas tertinggi
dalam kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis
merupakan hal yang mutlak harus terpenuhi oleh
manusia untuk nertahan hidup. Kebutuhan
tersebut terdiri dari pemenuhan oksigen dan
pertukaran gas, makan, minum, istirahat dan
tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan
kebutuhan seksual.
b. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman, kebutuhan
ini dibagi menjadi perlindungan fisik dan
perlindungan psikologis. Perlindungan psikologis
meliputi perlindungan atas ancaman terhadap
tubuh seperti penyakit, kecelakaan, atau bahaya
dari lingkungan dan sebagainnya, sedangkan
perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas
ancaman dari pengalaman baru dan asing
misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang
ketika masuk sekolah pertama, karena akan
terancam oleh keharusan untuk berinteraksi
dengan orang baru.

21 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
c. Kebutuhan Sosial (Cinta dan Kasih Sayang),
kebutuhan ini memberikan dan menerima kasih
sayang kehangatan, persahabatan dan
mendapatkan tempat dalam keluarga, kelompok
sosial, dan sebagainya.
d. Kebutuhan Harga Diri, perasaan dihargai oleh
orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan
keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih
prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri, merupakan
kebutuhan tertinggi dalam Hierarki Maslow,
berupa kebutuhan untuk kontribusi daripada
orang lain dan lingkungan serta mencapai potensi
diri sepenuhnya.

3. Karakteristik Manusia Yang Mempengaruhi Kebutuhan


Dasar
a. Semua manusia mempunyai kebutuhan dasar yang
sama, persepsi individu terhadap kebutuhan
bervariasi.
b. Manusia menempatkan prioritas kebutuhannya secara
relatif.
c. Bila kebutuhan datang individu mempunyai berbagai
cara untuk merespon kebutuhan tersebut.
d. Kebutuhan dasar saling berhubungan.
e. Kebutuhan dapat timbul oleh stimulus eksternal atau
internal
f. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dapat
menyebabkan sakit
g. Walaupun kebutuhan dasar manusia tetap ditemui
tetapi beberapa pemenuhannyadapat ditunda.

22 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
4. Faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
dasar manusia
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia adalah
sebagai berikut (Walyani, 2015):
a. Penyakit
Adanya penyakit yang terdapat dalam tubuh
seseorang dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis,
hal ini di sebabkan beberapa organ tubuh memerlukan
pemenuhan kebutuhan yang lebih besar dari biasanya.
b. Hubungan keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung dalam
diri seseorang. Hubungan kekeluargaan yang baik
dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar
karena adanya rasa saling percaya, merasakan
kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga antara yang
satu dengan yang lainnya.
c. Konsep diri
Konsep diri manusia juga memiliki peran dalam
pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif
memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi
seseorang. Konsep diri yang sehat dapat menghasilkan
perasaan dan kekuatan positif dalam diri seseorang.
Orang yang beranggapan positif terhadap dirinya
sendiri akan mudah berubah, mudah mengenali
kebutuhannya, dan mengembangkan cara hidup yang
sehat sehingga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
d. Tahap perkembangan
Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia
akan mengalami perkembangan. Berbagai fungsi
organ tubuh akan mengalami proses kematangan

23 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
dengan aktivitas yang berbeda pada setiap tahap
perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut
memiliki pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula,
baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual.
e. Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempengaruhi cara
seseorang memuaskan kebutuhannya. Sebagai contoh
seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan
bayinya dibandingkan kebutuhan sendiri.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan


a. Kondisi Alam : Pernedaan kondisi alam yang tedapat
diberbagai daerah/wilayah menyebabkan kebutuhan
masyarakatnya juga berbeda. Contoh orang yang
tinggal didaerah tropis senang menggunakan pakaian
tipis dan terbuat dari bahan katun sedangkan di
Jepang atau Eropa membutuhkan pakaian tebal dan
berbulu untuk untuk menghadapi musim dingin .
b. Peradaban : Kebutuhan dasar manusia meningkat
seiring dengan meningkatnya peradaban. Contoh
pada zaman purba manusia tidak membutuhkan alat
komunikasi jarak jauh dan trasportasi yang cepat.
Karena bagi dia bertahan hidup adalah hal yang
paling mutlak.
c. Adat Istiadat : Masyarakat diberbagai daerah
memiliki adat istiadat dan tradisi yang berbeda,
sehingga muncul berbagai kebutuhan yang berbeda.
Contoh upacara perkawinan, kesenian tradisional ,
dan lain-lain.
d. Agama dan Kepercayaan : Berbagai macam agama
dan kepercayaan yang berbeda mengakibatkan
timbulnya perbedaan kebutuhan. Contoh orang yang

24 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
beragama Hindu tidak akan makan daging sapi
karena sapi dianggap binatang suci, sementara orang
Muslim tidak akan makan daging babi karena
dianggap haram.
e. Pendidikan : Kebutuhan seorang pelajar SD dengan
SMP atau SMA akan berbeda. Semakin tinggi
pendidikannya mereka semain tinggi pula
kebutuhannya.
f. Pekerjaan : Tiap perbedaan pekerjaaan akan
berbeda pula kebutuhan mereka. Petani butuh
cangkul untuk menggarap sawah sedangkan guru
butuh buku pelajaran untuk mengajar.
g. Penghasilan : Semakin tinggi penghasilan seseorang,
maka akan semakin tinggi pula kebutuhan mereka.
h. Usia : Bayi butuh susu, anak butuh makan nasi dan
seterusnya.

6. Ciri-ciri orang yang memenuhi kebutuhan dasar


Manusia dan kebutuhannya terus berubah dan
berkembang. Ketika seseorang dapat mendapatkan
suatu kebutuhan mereka, ia tentu bahagian, nyaman
dan akan bebas berkembang mengarah kebutuhan
potensial lainnya. Disisi lain, ketika kepuasan
kebutuhan ini terhambat, kondisi patologis yang lain
akan timbul. Dalam konteks homeostatis, masalah atau
persoalan dapat dirumuskan sebagai penghambat
pemenuhan kebutuhan, dan kondisi tersebut
selanjutnya dapat mengancam homestatis fisiologis dan
psikologis seseorang.

7. Penerapan Kebutuhan Dasar Manusia Dalam Praktek


Keperawatan

25 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Pengetahuan tentang kebutuhan dasar manusia
dapat membantu perawat dalam banyak hal. Pertama,
membantu perawat memahami bahwa mereka dapat
memenuhi kebutuhan pribadi mereka di luar situasi
klien. Kedua, dengan memahami kebutuhan manusia,
perawat dapat lebih memahami perilaku orang lain.
Ketiga, pengetahuan tentang kebutuhan dasar dapat
memberikan kerangka kerja untuk diterapkan pada
proses keperawatan ditingkat individu dan keluarga.
keempat, perawat dapat menerapkan pengetahuan
tentang kebutuhan manusia untuk mengurangi stres,
dan kelima, perawat menggunakan pengetahuan
tentang kebutuhan manusia untuk membantu seseorang
tumbuh dan berkembang.

C. Rangkuman
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling
utama, mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang
harus terpenuhi jika ingin dalam keadaan sehat dan
seimbang. Manusia memiliki kebutuhan dasar (kebutuhan
pokok) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Walaupun setiap individu mempunyai karakteristik yang
unik, kebutuhan dasarnya sama. Menurut Abraham
Maslow kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkat
yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan
nyaman, kebutuhan citna dan kasih sayang, kebutuhan
harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Karakteristik
manusia yang mempengaruhi kebutuhan dasar, Faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
adalah penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, tahap
perkembangan dan struktur keluarga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan seperti : Kondisi alam,
peradaban, adat istiadat, agama dan kepercayaan,

26 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan usia. Ciri-ciri
orang yang memenuhi kebutuhan dasar dan penerapan
kebutuhan dasar manusia dalam praktek keperawatan.
D. Tugas

Lakukan Brainstroming faktor-faktor yang


mempengaruhi kebutuhan dasar manusia antara dosen
dan mahasiswa.

E. Referensi
Asmadi. 2008 . Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep
dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta.
Salemba Medika.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:


Buku Kedokteran
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
F. Glosarium
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti
makanan, air, keamanan dan cinta yang penting untuk
kelangsungan hidup dan kesehatan. Hirarki Kebutuhan
Dasar Manusia Maslow adalah teori yang dapat digunakan
perawat untuk memenuhi hubungan antara kebutuhan
dasar manusia memberikan perawatan.

27 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
28 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB IV KONSEP PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGEN
(Supriatin,S.Kep.,Ners.,M.Kep)

A. Tujuan Pembelajaran
Diakhir pembelajaran mahasiswa mampu
memahami menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan
oksigen
B. Materi
1. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Struktur Sistem Pernapasan
a. Sistem Pernapasan Atas
Sistem pernapasan meliputi hidung,
tenggorokan, dan paru-paru. Saluran pernapasan
dari hidung ke bronkiolus dilapisi dengan selaput
lendir bersilia. Ketika udara memasuki rongga
hidung, disaring, dihangatkan, dan dilembabkan.
Ketiga proses ini adalah fungsi utama dari mukosa
pernapasan yang terdiri dari epitel toraks berlapis,
bersilia, dan sel goblet. Permukaan epitel ditutupi
oleh lapisan lendir yang disekresikan oleh sel goblet
dan kelenjar mukosa. Partikel halus terperangkap di
lapisan mukosa, dan gerakan silia mendorong lapisan

29 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
mukosa ke posterior di rongga hidung, dan ke
superior di saluran pernapasan bagian bawah menuju
faring. Dari sini, partikel halus tertelan atau
terbatuk keluar. Lapisan mukosa menyediakan air
untuk kelembapan, dan jaringan pembuluh darah
yang kaya di bawahnya memasok panas ke udara
inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan
sehingga udara yang mencapai faring hampir bebas
debu, memiliki suhu mendekati suhu tubuh, dan
memiliki kelembapan 100%. Udara mengalir dari
faring ke laring atau kotak suara. Laring terdiri dari
serangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan
oleh otot dan berisi pita suara. Ruang berbentuk
segitiga antara pita suara (yaitu glotis) membuka ke
trakea dan membentuk saluran antara saluran
pernapasan atas dan bawah.
1) Hidung
. Hidung bagian luar adalah bagian hidung
yang terlihat. Terdiri dari dua tulang hidung dan
tulang rawan. Keduanya ditutupi dan ditutupi
kulit, dengan bulu halus (rambut) di dalamnya
yang membantu mencegah benda asing keluar
dari hidung. Rongga hidung adalah lubang besar
yang dipisahkan oleh diafragma. Lubang hidung
depan terbuka dari luar ke dalam, dan lubang
hidung belakang terbuka ke belakang dengan cara
yang sama, memasuki faring. Langit-langit
dibentuk oleh tulang ethmoid di dasar tengkorak
dan langit-langit keras dan lunak di langit-langit
mulut. Dinding lateral rongga dibentuk oleh
maksila, concha telinga tengah, dan secara
eksternal tulang vertikal dan vomerethmoid,
sedangkan bagian anterior dibentuk oleh tulang

30 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
rawan. Tiga konka menonjol ke dalam rongga
hidung dari kedua sisi, sehingga menambah area
di dalam hidung. Rongga hidung dilapisi dengan
selaput lendir bersilia dengan banyak pembuluh
darah, dan udara menjadi hangat setelah
melewati sel epitel yang mengandung banyak
kapiler. Lendir melembabkan udara dan
menjebak debu dalam jumlah besar, dan silia
memindahkan lendir kembali ke faring untuk
ditelan dan dimuntahkan. Ujung saraf penciuman
terletak di atap rongga hidung di sekitar pelat
berkisi tulang ethmoid. Beberapa tulang yang
mengelilingi rongga basal berlubang. Lubang-
lubang di tulang disebut parasinus, yang
melunakkan tulang dan bertindak sebagai ruang
suara, memungkinkan suara beresonansi. Sinus
maksilaris terletak di bawah rongga mata dan
terbuka melalui dinding samping hidung. Sinus
frontal terletak di atas orbit, menuju garis tengah
tulang frontal. Sinus frontal sangat banyak dan
merupakan bagian dari tulang ethmoid yang
memisahkan batas hidung, dan sinus sphenoid
terletak di dalam tulang sphenoid. Semua sinus
dilapisi dengan selaput lendir dan terbuka ke
rongga hidung, mis. dapat terinfeksi. Di dalam
hidung, udara yang masuk disaring, dilembabkan,
dan dihangatkan
2) Faring
Faring adalah saluran yang terbagi menjadi
dua bagian: nasofaring dan orofaring. Nasofaring
terletak di belakang hidung, dan orofaring
terletak di belakang mulut. Orofaring adalah
bagian dari sistem pernapasan dan pencernaan,

31 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tetapi tidak dapat digunakan untuk menelan dan
bernapas secara bersamaan. Saat menelan,
pernapasan berhenti sebentar dan orofaring
benar-benar terpisah dari nasofaring.
3) Laring (Pangkal Tenggorokan)
Laring adalah struktur seperti tulang rawan
yang berperan dalam menghasilkan suara dan
melindungi saluran napas bagian bawah dari air
dan makanan. Laring merupakan kelanjutan dari
bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea.
Di atas laring adalah tulang hyoid dan akar lidah.
Otot leher berada di depan laring dan di belakang
laring adalah laringofaring dan tulang belakang
leher. Laring terdiri dari beberapa kartilago tidak
beraturan yang disatukan oleh ligamen dan
membran. Kartilago tiroid lebih besar pada pria
daripada wanita. Bagian atas dilapisi oleh epitel
bertingkat dan bagian bawah oleh epitel bersilia.
Tulang rawan krikoid berada di bawah tulang
rawan tiroid dan berbentuk seperti cincin
bertanda di bagian belakang. Tulang-tulang ini
membentuk dinding lateral dan posterior laring
dan dilapisi oleh epitel bersilia. Epiglotis adalah
tulang rawan berbentuk daun yang melekat pada
bagian dalam, dinding anterior tulang rawan
tiroid, di bagian bawah nodul tiroid. Selama
menelan, laring bergerak ke atas dan ke depan
sehingga pembukaan laring dapat ditahan oleh
epiglotis.
Tulang rawan aritenoid adalah sepasang
piramida kecil yang dibentuk oleh tulang rawan
hialin. Tulang rawan ini terletak pada ujung atas
sebelah luar tulang rawan krikoideus dan ligamen

32 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
suara menyatu pada tulang rawan tersebut.
Tulang rawan ini membentuk dinding posterior
laring. Tulang hioid dan tulang rawan laringeus
digabungkan oleh ligament dan membran. Salah
satunya ialah membran krikotiroid, sekelilingnya
menyatu dengan sisi atas tulang rawan krikoid dan
memiliki batas sebelah atas yang bebas, seperti
batasan sebelah bawah, tetapi membentuk dua
garis paralel yang melintas dari yang tidak sirkular
depan ke belakang. Kedua batasan paralel
tersebut adalah ligamen suara (vocal ligament).
Mereka terikat pada bagian tengah tulang rawan
tiroid di sebelah depan dan pada tulang rawan
aritenoid pada bagian belakang dan mengandung
banyak jaringan elastis. Ketika otot intrinsik lain
menggantikan posisi tulang rawan aritenoid,
ligamen suara ditarik bersama, menyempitkan
celah di antara mereka. Apabila udara digerakkan
melalui celah sempit yang disebut chink selama
ekspirasi, ligamen suara bergetar, dan
menghasilkan bunyi. Nada dari bunyi yang
dihasilkan bergantung pada panjang dan
kekencangan ligamen. Tekanan yang meningkat
menghasilkan not yang lebih tinggi sedangkan
tekanan yang lebih kendur menghasilkan not yang
lebih rendah. Suara bergantung kepada tenaga
yang menyebabkan udara terisap. Perubahan
suara menjadi kata-kata yang berbeda
bergantung pada gerakan mulut, lidah, bibir, dan
otot muka.
4) Epiglotis
Epiglotis ini merupakan penutup kedap
udara (airtight) yang terdiri atas tulang rawan dan

33 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
membran lendir (mukosa). Tujuannya adalah
untuk menutup batang tenggorokan (trakea) dan
pangkal tenggorokan (laring). Biasanya saat
menahan napas dengan menutup epiglottis
setelah mengisi paru-paru. Cara memeriksa
epiglotis dengan menahan napas dengan mulut
terbuka, dengan membuat beberapa tekanan
perlahan pada paru-paru.
b. Sistem Pernapasan Bawah
Sistem pernapasan bawah terdiri atas
trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan
bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler
paru, dan membran pleura.
a. Trakea (Tenggorokan)
Trakea merupakan pipa membran yang
disokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkan laring dengan bronkus utama
kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama
terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih
kecil dan berakhir di bronkiolus terminal.
Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk
pohon bronkus. Trakea dimulai dari bagian
bawah laring dan melewati bagian depan hidung
menuju dada. Trakea dibagi atas bagian kiri dan
kanan bronkus utama yang sejajar dengan
vertebrae thoraciae yang kelima. Panjangnya
sekitar 12 cm. Ismus kelenjar tiroid memotong
bagian depan trakea dan lengkung aorta terletak
di sebelah bawahnya dengan manubrium
sternum di depannya. Esofagus terletak di
belakang trakea, memisahkannya dari badan
vertebra torasik. Pada sisi-sisi lain trakea
terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar

34 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tiroid di sebelah atasnya. Dinding trakea
tersusun atas otot involunter dan jaringan
fibrosa yang diperkuat oleh cincin tulang rawan
hialin yang tidak sempurna. Defisiensi dalam
tulang rawan terletak pada bagian belakang,
yaitu trakea bersentuhan dengan esofagus.
Ketika suatu bolus makanan ditelan, esofagus
mampu mengembang tanpa gangguan, tetapi
tulang rawan mempertahankan kepatenan jalan
napas. Trakea dihubungkan dengan epitelium
yang mengandung sel-sel goblet yang
menyekresi mukus. Silia membersihkan mukus
dan partikel-partikel asing yang diisap ke arah
laring.
b. Bronkus dan Bronkiolus
Seperti halnya trakea, bronkus tersusun
atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan otot
polos, dan cincin tulang rawan serta lapisan
epitel. Perbedaannya adalah bahwa dinding
trakea lebih tebal dan cincin tulang rawan pada
bronkus tidak berbentuk lingkaran sempurna.
Ujung tenggorokan bercabang dua disebut
bronkus, yaitu bronkus kiri dan bronkus kanan.
Struktur bronkus kanan lebih pendek, lebih
lebar, dan cenderung lebih vertikal daripada
cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan
benda asing lebih mudah masuk ke dalam
cabang sebelah kanan daripada bronkus sebelah
kiri. Kedua bronkus masing-masing masuk ke
dalam paru. Di dalam paru-paru bronkus
bercabang menjadi bronkiolus yang menuju
setiap lobus (belahan) paru-paru. Bronkus
sebelah kanan bercabang menjadi tiga

35 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
bronkiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang
menjadi dua bronkiolus. Cabang bronkiolus yang
paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-
paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus
mengandung banyak kapiler darah. Melalui
kapiler darah oksigen yang berada dalam
alveolus berdifusi masuk ke dalam darah.
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus.
Salurannya lebih kecil dan dindingnya lebih
tipis. Cincin tulang rawannya juga semakin tipis
dan lingkarannya tidak sempurna. Bronkiolus
bercabang-cabang menjadi saluran yang
semakin halus.
c. Paru-Paru
Paru-paru terletak pada rongga dada,
berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru-paru ada dua buah, terletak di
sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru-paru
terdiri atas beberapa lobus (paru-paru kanan
tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus) dan
dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru-paru
sendiri terdiri atas serangkaian jalan napas yang
bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh
darah paru, dan jaringan ikat elastis. Permukaan
luar paru-paru dilapisi oleh kantung tertutup
berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura
parietal membatasi toraks dan permukaan
diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi
permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi
sebagai pelumas guna mencegah friksi selama
gerakan bernapas. Mengembang dan

36 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
mengempisnya paru-paru disebabkan oleh
perubahan tekanan dalam rongga dada.
d. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang
aktif bekerja dari jaringan paru-paru. Parenkim
tersebut banyak mengandung berjuta-juta unit
alveolus. Alveolus merupakan tempat kantong
udara yang berukuran sangat kecil dan
merupakan akhir dari bronkiolus respiratoris
sehingga memungkinkan pertukaran O, dan CO₂.
Dinding alveoli tipis, lembap, setebal selapis
sel, dan berlekatan erat dengan kapiler darah.
Di beberapa bagian alveolus, dindingnya terbuka
sehingga mempermudah hubungannya dengan
kapiler darah. Dinding alveolus yang tipis dan
lembap ini mempermudah udara pernapasan
melaluinya. Adanya alveolus memungkinkan
daerah permukaan yang berperan penting untuk
pertukaran gas menjadi luas, yaitu sekitar 50
kali luas permukaan tubuh. Pada bagian alveolus
inilah terjadi pertukaran oksigen dari udara
bebas ke sel-sel darah dan CO, dari sel-sel darah
ke udara bebas.
2. Regulasi / pengaturan respiratori (ventilasi, difusi
dan transportasi)
Menurut Tarwoto Wartonah (2006) ada 3 sistem
yang bekerja dalam penyampaian oksigen ke jaringan
tubuh yaitu sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan
sistem hematologi.
a. Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas
yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang
terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan,

37 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan
pusat pernafasan di otak.
Pada sistem respirasi ada tiga langkah dalam
proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan
difusi.
1) Ventilasi merupakan proses keluar masuknya
udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya sekitar
500 mililiter. Udara yang masuk serta keluar
terjadi karena adanya disparitas tekanan
antara intrapleura dengan tekanan atmosfer,
dimana pada waktu pandangan baru tekanan
intrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada
tekanan atmosfer (760 mmHg) sebagai
akibatnya udara akan masuk ke alveoli. Faktor-
faktor yg mensugesti kepatenan ventilasi yaitu
kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau
obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk
dan munculnya udara asal serta ke paru-paru),
adekuatnya sistem saraf sentra serta pusat
pernafasan, adekuatnya pengembangan serta
pengempisan paru, kemampuan otot-otot
pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosta, internal interkosta, otot abdominal
(Wartonah, 2006).
2) Perfusi Paru
Perfusi paru adalah pergerakan aliran
darah melalui sirkulasi paru untuk dioksigenasi
dimana pada sirkulasi paru darah yang
dioksigenasi mengalir dalam arteri pulmonalis
dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta
dalam proses pertukaran oksigen dan karbon
dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama
sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah

38 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang dioksigenasi dari dan ke paruparu agar
dapat terjadi pertukaran gas. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Dengan
demikian, adekuatnya pertukaran gas dalam
paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan
perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat
istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V)
sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah
kapiler pulmonal (Q) sekitar 5 lt/menit
(Wartonah, 2006).
3) Difusi
Dalam difusi pernafasan, komponen yang
berperan penting adalah alveoli dan darah.
Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan,
proses difusi gas pada system respirasi haruslah
optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan
CO2 atau partikel lain dari area bertekanan
tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam
alveoli, O2 melintasi membran alveoli-kapiler
dari alveoli berdifusi kedalam darah karena
adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi
dialveolus (100 mmHg) dan tekanan pada kapiler
lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan CO2
berdifusi keluar alveoli akibat adanya
perbedaan tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di
alveoli 40 mmHg. Proses difusi dipengaruhi oleh
faktor ketebalan membran, luas permukaan
membran, komposisi membran, koefisien difusi
O2 dan CO2, serta perbedaan tekanan gas O2
dan CO2 (Muttaqin, 2010).
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan
sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk

39 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah
masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran
darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta
melalui katup aorta. Kemudian dari aorta darah
disalurkan keseluruh sirkulasi sistemik melalui
arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu
kembali membentuk vena yang kemudian di
alirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah
dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan
melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke
arteri pulmonalis melalui katup pulmonalis untuk
kemudian di alirkan ke paru-paru kanan dan kiri
untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena
pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersirkulasi
secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya
sirkulasi sistemik berdampak pada kemampuan
transpor gas oksigen dan karbon dioksida
(Wartonah, 2006).

c. Sistem Hematologi
Dalam Tarwoto Wartonah (2006) dijelaskan
bahwa oksigen membutuhkan transpor dari paru-
paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan
ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah
dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan
hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam
plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280
juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat
molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan
satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin
(HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 adalah
Hb + O2 ↔ HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan

40 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
O2 di pengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3
difosfogliserat dalam darah merah. Dengan
demikian, besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan
mempengaruhi transport gas.
1) Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar
dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke
dalam darah, menurunnya perfusi jaringan
atau gangguan ventilasi yang dapat
menurunkan konsentrasi oksigen. Ventilasi
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya
perbedaan tekanan antara atmosfer dengan
paru, semakin tinggi tempat maka tekanan
udara semakin rendah, demikian sebaliknya.
Pada lingkungan normal, udara atmosfir yang
dihisap terdiri dari nitrogen (N2), Oksigen
(O2), dan karbon dioksida (CO2). Dari ketiga
gas tersebut, hanya O2 yang masuk kapiler,
sedangkan CO2 dan N2 kembali di ekspirasi
keluar. Bahkan CO2 dari kapiler berpindah ke
alveoli dibuang keluar bersama udara
ekspirasi. Proses pertukaran O2 dan CO2
antara darah kapiler dan alveoli disebut
ventilasi alveola. Adanya kemampuan otak
dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan
napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli
yang terdiri atas berbagai otot polos yang
kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom (Kusnanto, 2016).
2) Disfusi Gas

41 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Disfusi gas merupakan pertukaran antara
oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO2 di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal membran
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial, perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2. Proses difusi dalam paru-paru
oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi.
Alveoli dipisahkan dengan darah kapiler oleh
membrane pulmonal dan dinding kapiler. Tebal
membrane pulmonal hanya sekitar 0.1-1.5 μm.
Oksigen dan CO2 dapat melewati membrane
tersebut secara difusi dengan bebas. Oksigen dari
alveoli ke darah dan CO2 dari darah ke alveoli.
Kemampuan berpindah secara difusi ini karena
pengaruh tekanan parsial gas-gas tersebut.
Tekanan parsial gas adalah tekanan yang
menyebabkan substansi gas memiliki daya
menembus dinding sekitar. Tekanan parsial gas
O2 di atmosfir berkisar 159 mmHg dan CO2
berkisar 0.15 mmHg. Di alveoli, tekanan parsial
O2 sekitar sekitar 104 mmHg dan CO2 sekitar 40
mmHg. Di dalam darah, tekanan parsial O2 100
mmHg dan CO2 46 mmHg. Tekanan parsial ini
menyebabkan oksigen cenderung bergerak dari
atmosfir (159 mmHg) ke alveoli (104 mmHg) dan
dari alveoli oksigen cenderung masuk ke kapiler
karena tekanan parsialnya lebih rendah (100
mmHg). Sedangkan CO2 cenderung bergerak dari
kapiler ke alveoli (46 → 40 mmHg) dan dari

42 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
alveoli cenderung ke atmosfir bebas (0.15
mmHg). (Kusnanto, 2016).
3) Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses
pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb
membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan
berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma
(5%) dan sebagian menjadi HCO3 yang berada
dalam darah. Pada kondisi normal, hampir
seluruh oksigen diikat oleh hemoglobin (Hb) yang
berada di dalam eritrosit (RBC) untuk dihantarkan
keseluruh tubuh. Eritrosit bersama cairan plasma
dipompa oleh jantung keseluruh sel di tubuh.
Sebagian kecil O2 (3%) langsung larut dalam
plasma dalam bentuk oksigen bebas. Setelah
sampai di kapiler organ, O2 lepas dari Hb dan
berdifusi ke jaringan interstisial dan selanjutnya
masuk ke dalam sel. Dengan berikatan dengan Hb,
transportasi O2 ditingkatkan sampai 60 x lipat.
Ikatan Oksigen-Hemoglobin ketika berdifusi dari
alveoli ke dalam kapiler, tekanan parsial O2
masih 100 mmHg. Tekanan yang cukup tinggi ini
membuat sekitar 97% O2 terikat dengan Hb (Hb
O2). Ketika sampai dikapiler organ (tempat
tujuan) tekanan parsial oksigen menurunsampai
40 mmHg, akibatnya sekitar 27% O2 dilepas oleh
Hb masuk ke insterstisial sehingga hanya tinggal
70% O2 yang terikat dengan Hb. Bila tubuh sedang
stress (misal berolahraga), oksigen akan banyak

43 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
habis terpakai sehingga tekanan parsial O2
menurun, hal ini menyebabkan kemampuan Hb
mengikat O2 menurun sehingga O2 banyak dilepas
ke jaringan. Di dalam sel, O2 akan bereaksi
(bermetabolisme) dengan karbohidrat (CH2O)
untuk suplai energy bagi kehidupan sel. Sisa
metabolisme berupa CO2 dan air (H2O)
(Kusnanto, 2016).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi oksigenasi


Dalam Tarwoto Wartonah (2006) disebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan,
perilaku, dan lingkungan. Tabel dibawah ini menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
:
No Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi
1. Faktor 1. Menurunnya kapasitas
Fisiologi pengikatan O2 seperti
pada anemia.
2. Menurunnya
konsentrasi O2 yang di
inspirasi seperti pada
obstruksi saluran nafas
bagian atas.
3. Hipovolemia sehingga
tekanan darah
menurun
mengakibatkan
transport O2
terganggu.

44 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
4. Meningkatnya
metabolisme seperti
adanya infeksi,
demam, ibu hamil,
luka, dan lain-lain.
5. Kondisi yang
mempengaruhi
pergerakan dinding
dada seperti pada
kehamilan, obesitas,
penyakit kronik TB
paru.
2. Faktor 1. Bayi prematur : yang
Perkembangan disebabkan kurangnya
pembentukan
surfaktan.
2. Bayi dan toddler :
adanya risiko saluran
pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan
remaja, risiko infeksi
saluran pernafasan
dan merokok.
4. Dewasa muda dan
pertengahan :
Diet yang tidak
sehat, kurang
aktivitas, stress yang
mengakibatkan
penyakit jantung dan
paru-paru.
5. Dewasa tua :

45 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Adanya proses
penuaan yang
mengakibatkan
kemungkinan
arteriosklerosis,
elastisitas menurun,
ekspansi paru
menurun.
3. Faktor 1. Nutrisi:
Perilaku Misalnya pada
obesitas
mengakibatkan
penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk
menjadi anemia
sehingga daya ikat
oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak
menimbulkan
arteriosklerosis.
2. Exercise:
exercise akan
meningkatkan
kebutuhan oksigen.
3. Merokok:
Nikotin
menyebabkan
vasokontriksi
pembuluh darah
perifer dan koroner.
4. Alkohol dan obat-
obatan :

46 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Menyebabkan
intake nutrisi/ Fe
menurun
mengakibatkan
penurunan
hemoglobin, alkohol
menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
5. Kecemasan :
menyebabkan
metabolisme
meningkat
4. Faktor 1. Tempat kerja (polusi)
Lingkungan 2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari
permukaan laut
Pada lingkungan yang
panas tubuh berespon
dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh
darah perifer, sehingga
darah banyak mengalirke
kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas
banyak dikeluarkan melalui
kulit. Respon demikian
menyebabkan curah jantung
meningkat dan
kebutuhan oksigen pun
meningkat. Sebaliknya pada
lingkungan yang dingin,
pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan

47 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tekanan darah sehingga
menurunkan kerja jantung
dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan
terhadap oksigen juga
ditentukan olehketinggian
tempat. Pada tempat tinggi
tekanan barometer akan
turun, sehingga tekanan
oksigen juga turun.
Implikasinya, apabila
seseorang berada pada
tempat yang tinggi,
misalnya pada ketinggian
3000 meter diatas
permukaan laut, maka
tekanan oksigen alveoli
berkurang. Ini
mengindikasikan kandungan
oksigen dalam paru-paru
sedikit. Dengan
demikian, pada tempat
yang tinggi kandungan
oksigennya berkurang.
Semakin tinggi suatu
tempat maka makin sedikit
kandungan oksigennya,
sehingga seseorang yang
berada pada tempat yang
tinggi akan mengalami
kekurangan oksigen. Selain
itu, kadar oksigen di udara
juga dipengaruhi oleh polusi

48 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
udara. Udara yang dihirup
pada lingkungan yang
mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya
rendah. Hal tersebut
menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara
optimal.Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi
udara diantaranya mata
perih, sakit kepala, pusing,
batuk dan merasa tercekik.
5 Latihan Latihan fisik atau
peningkatan aktivitas dapat
meningkatkan denyut
jantung dan respirasi rate
sehingga kebutuhan
terhadap oksigen semakin
tinggi
Emosi Takut, cemas, dan
marah akan mempercepat
denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen
meningkat
6 Gaya Hidup Kebiasaan merokok
akan mempengaruhi status
oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat
memperburuk penyakit
arteri koroner dan
pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung

49 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan
pembuluh darah koroner.
Akibatnya, suplai darah ke
jaringan menurun.
7 Status Pada orang sehat,
Kesehatan sistem kardiovaskuler dan
sistem respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat
memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang
yang mempunyai penyakit
jantung ataupun penyakit
pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan
oksigen tubu

4. Perubahan – perubahan dalam fungsi pernafasan


Perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung
seperti disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya
cardiac output seperti pada pasien dekompensi kordis
menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi katup
seperti pada stenosis, obstruksi, myokardial
iskemia/infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah
dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada
perubahan fungsi pernafasan masalah yang dapat
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi dan hipoksia (Wartonah, 2006). Tabel berikut

50 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
menjelaskan perubahan fungsi pernafasan yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi.
Perubahan
Tanda dan
No fungsi Definisi
Gejala
pernafasan
1. Hiperventilasi Upaya tubuh dalam Takikardia,
meningkatkan jumlah nafas pendek,
O2 dalam paru-paru nyeri dada
agar pernafasan lebih (chest pain),
cepat dan dalam. menurunnya
Hiperventilasi dapat konsentrasi,
disebabkan karena : disorientasi.
a. Kecemasan tinnitus.
b. Infeksi/sepsis
c. Keracunan obat-
obatan
d.Ketidakseimbangan
asam basa seperti
pada asidosis
metabolic.

2. Hipoventilasi Terjadi ketika Nyeri


ventilasi alveolar tidak kepala,
adekuat untuk penurunan
memenuhi penggunaan kesadaran,
O2 tubuh atau disorientasi,
mengeluarkan CO2 kardiak
dengan cukup. Biasanya disritmia,
terjadi pada atelektasis ketidakseimba
(kolaps paru) ngan
elektrolit,
kejang dan
kardiak arrest
3. Hipoksia Kondisi tidak Kelelah
tercukupinya an,
pemenuhan O2 dalam kecemasan,
tubuh akibat dari menurunnya
defisiensi O2 yang kemampuan
diinspirasi atau konsentrasi,
nadi

51 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
meningkatnya meningkat,
penggunaan O2 di sel pernafasan
cepat dan
dalam,
sianosis, sesak
nafas dan
clubbing
finger.

5. Gangguan pada masalah dalam sistem pernafasan


Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yaitu perubahan fungsi jantung
dan perubahan fungsi pernafasan.
a. Perubahan Pola Napas
Pola Napas mengacu pada fretrkuensi,
volume, irama, dan usaha pernapasan. Pola napas
yang normal (eupnea) ditandai dengan pernapasan
yang tenang, berirama, dan tanpa usaha.
Perubahan pola napas yang umum terjadi
adalah sebagai berikut.
1) Takipnea adalah frekuensi pernapasan yang
cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada
kasus hiperkapnia atau hipoksemia. Takipnea
merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi
melebihi 24 kali per menit. Proses ini terjadi
karena paru dalam keadaan atelektasis atau
terjadi emboli.
2) Bradipnea adalah frekuensi pernapasan yang
lambat kurang lebih sepuluh kali per menit dan
abnormal. Biasanya ini terlihat pada orang yang
baru menggunakan obat-obat seperti morfin,

52 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pada kasus alkalosis metabolik, atau
peningkatan TIK.
3) Apnea adalah henti napas.
4) Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam
mengompensasi peningkatan jumlah oksigen
dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan
dalam. Kondisi ini terjadi saat kecepatan
ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk
pembuangan CO₂. Proses ini ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek,
adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi
CO₂, dan lain-lain. Keadaan demikian dapat
disebabkan karena adanya infeksi,
ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan
psikologis/ kecemasan. Apabila pasien
mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan
hipokapnea, yaitu berkurangnya CO₂, tubuh di
bawah batas normal, sehingga rangsangan
terhadap pusat pernapasan menurun. Lebih
lanjut, kondisi ini bisa menyebabkan alkalosis
akibat pengeluaran CO₂ yang berlebihan.
5) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk
mengeluarkan karbon dioksida dengan cukup
yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar,
serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen
dengan ditandai adanya nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi atau
ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi
akibat atelektasis, otot-otot pernapasan
lumpuh, obat-obatan, anestesia, depresi pusat
pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan
meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks
menurun, serta compliance paru dan toraks

53 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
menurun. Keadaan demikian dapat
menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO₂
dalam tubuh sehingga PaCO, meningkat (akibat
hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi
susunan saraf pusat.
6) Pernapasan Kussmaul yaitu salah satu jenis
hiperventilasi yang menyertai asidosis
metabolik. Pernapasan ini merupakan upaya
tubuh untuk mengompensasi asidosis dengan
mengeluarkan karbon dioksida melalui
pernapasan yang cepat dan dangkal.
7) Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk
bernapas, kecuali dalam posisi tegak atau
berdiri. Pola ini sering ditemukan pada
seseorang yang mengalami kongestif paru.
8) Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat
saat pernapasan atau ketidaknyamanan saat
bernapas. Hal ini dapat disebabkan oleh
perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan,kerja berat/berlebihan, dan
pengaruh psikis.
9) Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan
yang amplitudonya mula-mula naik kemudian
menurun dan berhenti, kemudian mulai dari
siklus baru.
10) Pernapasan paradoksal merupakan pernapasan
yakni dinding paru bergerak berlawanan arah
dari keadaan normal. Sering ditemukan pada
keadaan atelektasis.
11) Pernapasan Biot merupakan pernapasan dengan
irama yang mirip dengan cheyne stokes tetapi
amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering
dijumpai pada rangsangan selaput otak,tekanan

54 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
intrakranial yang meningkat, trauma kepala,
dan lain-lain.
12) Stridor merupakan pernapasan bising yang
terjadi karena penyempitan pada saluran
pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada
kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.
b. Hipoksia
Hipoksia adalah kondisi ketika kadar oksigen
dalam tubuh (sel) tidak adekuat akibat kurangnya
penggunaan atau pengikatan O, pada tingkat sel.
Kondisi ini ditandai dengan kelelahan, kecemasan,
pusing, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
konsentrasi, kelemahan,peningkatan tanda-tanda
vital, disritmia, pucat, sianosis, clubbing, dan
dispnea. Penyebabnyaantara lain penurunan Hb dan
kapasitas angkut O, dalam darah, penurunan
konsentrasi 0,inspirasi, ketidakmampuan sel
mengikat O₂, penurunan difusi O₂ dari alveoli ke
dalam darah, dan penurunan perfusi jaringan
c. Obastruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas, baik total ataupun
sebagian, dapat terjadi di seluruh tempat di
sepanjang jalan napas atas atau bawah. Obstruksi
jalan napas atas (hidung, faring, laring) merupakan
suatu kondisi individu mengalami ancaman pada
kondisi pernapasannya terkaitdengan
ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat
disebabkan oleh benda asing sepertimakanan,
akumulasi sekret, atau oleh lidah yang menyumbat
orofaring pada orang yangtidak sadar karena
penyakit persarafan seperti CVA (cerebro vascular
accident), akibat efekpengobatan sedatif, dan lain-
lain. Sementara obstruksi jalan napas bawah

55 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
meliputi sumbatan total atau sebagian pada jalan
napas bronkus dan paru. Tanda klinisnya yaitu batuk
tidak efektif atau tidak ada, tidak mampu
mengeluarkan sekresi di jalan napas, suara napas
menunjukkanadanya sumbatan, dan jumlah, irama,
dan kedalaman pernapasan tidak normal.

d. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi
individu mengalami penurunan gas baik oksigen
maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan
sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem
saraf, depresi susunan saraf pusat,penurunan
kapasitas difusi, yang antara lain disebabkan oleh
menurunnya luas permukaan atau penyakit radang
pada paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini
menunjukkan difusi, menebalnya membran
alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik
dan dapat menyebabkan pengangkutan O,, dari
paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala
dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada
fase ekspirasi yang panjang, agitasi, lelah, macam
bentuknya, keracunan CO,, dan terganggunya
aliran darah. Tanda klinisnya antara lainletargi,
meningkatnya tahanan vaskular paru, menurunnya
saturasi oksigen, meningkatnya PaCO,, dan
sianosis.

C. Rangkuman
Pernapasan bagian atas, meliputi hidung, faring, laring,
trakea, bronkus dan bronkiolus. Sistem pernapasan bawah
terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan

56 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
bronkus, bronkiolus, alveolus, jaringan kapiler paru, dan
membran pleura. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh yaitu
sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan sistem hematologi.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain
faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, lingkungan, latihan,
emosi, gaya hidup dan status kesehatan. Perubahan fungsi
jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu
gangguan konduksi jantung seperti disritmia
(takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti
pada pasien dekompensi kordis menimbulkan hipoksia
jaringan, kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis,
obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan
kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium
sedangkan pada perubahan fungsi pernafasan masalah yang
dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu
hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia. Gangguan yang
terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu perubahan
fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan

D. Tugas
1 Jelaskan urutan yang benar proses pernapasan saat
menghirup udara !
2 Sebutkan gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan
oksigenasi !
3 Tn.H datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada, sesak
nafas, dan tubuh lemas. Saat pengkajian didapatkan data TD
140/100 mmHg, RR 28x/mnt, S 36,7˚C, Nadi 67x/mnt. Tn.H
seorang perokok aktif, tidak memiliki riwayat penyakit paru-
paru dan beprofesi sebagai karyawan di pabrik kapas. Faktor
yang mempengaruhi proses oksigenasi pada kasus diatas
adalah...

57 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
4 Fisiologi pernafasan terdiri atas 3 bagian. Proses
pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh
dan karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler disebut...
5 Suatu kondisi dimana tubuh mengalami
ketidakseimbangan asam dan basa dalam tubuh
sehingga menyebabkan pH darah terlalu rendah atau
terlalu tinggi disebut...

E. Referensi

Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta: EGC


Depkes R.I. 1987. Pedoman Teknis Perawatan Dasar. Jakarta:
Granesia
Gibson, J. 2002. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton, A.C. dan J.E Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kusnanto, 2016.Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan
Oksigen. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga
Kozier, B. 1997. Fundamental of Nursing: Concept and
Procedure. California: Anderson Wesley
Kemp, B. dan A. Pilitteri. 1990. Fundamentals of Nursing.
Philadelphia: W.B.Saunders Company.Publishing
Co.

Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada


Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Prentice Hall.2004. Fundamentals of Nursing: Concepts,
Process, and Practice 7th edition. New
Jersey:

58 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Perry, A.G. dan P.A. Potter. 1993. Fundamental of
Nursing: Concept, Prosess, and Practice 2nd
edition.
Perry, A.G., V.R. Peterson, dan P.A. Potter. 2005.
Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 5.
Jakarta: EGC.

Serington, G. 1981. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan


Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Sherwood, L. 1996. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Syaifuddin. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta:
Widya Medika.
Tamboyang, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Taylor, Carol R., dkk. 1989. Fundamentals of Nursing:
The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia: J.B. Lippincott Co.
Tarwoto & Wartonah. (2006), Kebutuhan dasar manusia
dan proses keperawatan. Edisi 3.Salemba
Medika, Jakarta.
.Toronto: Mosby Company. 2005. Fundamental
Keperawatan Edisi 4. Volume 2. Jakarta:
EGC.

F. Glosarium
Faring : tenggorok atau kerongkongan yang
merupakan bagian dari sistem
pencernaan dan sistem
pernapasan

59 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Laring: : organ pada leher mamalia
yang melindungi trakea dan
terlibat dalam produksi suara.
Laring adalah saluran pernapasan
yang membawa udara menuju ke
trakea
Trakea : Trakea atau batang
kerongkongan adalah
sebuah tabung udara yang
memiliki ukuran yang besar dan
mengarah dari kotak suara atau
laring sampai ke bronkus atau
saluran udara ke paru-paru
Bronkiolus : saluran udara berdiameter
0,3–1 mm. Fungsi bronkiolus yang
utama adalah membantu distribusi
udara di paru-paru
Epitelium : jaringan yang melapisi
permukaan luar tubuh atau
membatasi permukaan suatu
rongga tubuh
Ventilasi : proses keluar masuknya
udara dari dan ke paru-paru
Perfusi paru : pergerakan aliran darah
melalui sirkulasi paru untuk
dioksigenasi dimana pada sirkulasi
paru darah yang dioksigenasi
mengalir dalam arteri pulmonalis
dari ventrikel kanan jantung
Disfusi gas : pertukaran antara oksigen di
alveoli dengan kapiler paru dan
CO2 di kapiler dengan alveoli

60 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Transportasi gas : proses pendistribusian O2 kapiler
ke jaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh ke kapiler

61 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
62 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB V KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
(Fathiya Luthfil Yumni, S.Kep., Ns., M.Kep)

A. Tujuan Pembelajaran :
Mampu Memahami Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

B. Materi
1. Pengertian Cairan Tubuh
Cairan tubuh adalah air dalam tubuh beserta
komponen yang terkandung di dalamnya, baik berupa
komponen non elektrolit maupun elektrolit (kation dan
anion). ccairan tubuh bukanlah suatu cairan murni,
melainkan terdapat berbagai zat di dalamnya. Oleh karena
itu cairan tubuh boleh disebut sebagai suatu larutan.

Dalam suatu larutan selalu ada komponen zat


pelarut (solven) dan zat terlarut (solute). Demikian pula
cairan tubuh kita, terdapat solven di dalamnya berupa air
dan solut meliputi zat-zat tak bermuatan listrik (non
elektrolit) dan ion-ion bermuatan listrik (elektrolit). Solut
non elektrolit misalnya glukosa, ureum dll., sedangkan solut
elektrolit misalnya ion Natrium (Sodium), Kalium
(Potasium), Calsium, Magnesium, Chloride, Bikarbonat, dan
sebagainya. Secara lebih detail, elektrolit tubuh

63 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
didefinisikan sebagai senyawasenyawa yang terlarut dalam
cairan tubuh yang dapat terurai menjadi ion-ion 95 (atom
yang bermuatan listrik). Reaksi pelepasan ion disebut reaksi
ionisasi, contoh: NaCl  Na+ + Cl. Terdapat 2 macam ion,
yaitu:

a. Kation (ion yang bermuatan positif), antara lain: Na+


,K+ ,Ca++, Mg++, dsb.
b. Anion (ion yang bermuatan negatif), antara lain: Cl- ,
HCO3 - , PO4 ---, SO4 -- , protein, asam-asam organik,
dsb.
Tidak semua elektrolit akan kita bahas, hanya
kalium dan natrium yang akan kita bahas. Ada dua macam
kelainan elektrolit yang terjadi ; kadarnya terlalu tinggi
(hiper) dan kadarnya terlalu rendah (hipo). Peningkatan
kadar konsentrasi Natrium dalam plasma darah atau disebut
hipernatremia akan mengakibatkan kondisi tubuh
terganggu seperti kejang akibat dari gangguan listrik di
saraf dan otot tubuh. Natrium yang juga berfungsi mengikat
air juga mengakibatkan meningkatnya tekanan darah yang
akan berbahaya bagi penderita yang sudah menderita
tekanan darah tinggi. Sumber natrium berada dalam
konsumsi makanan sehari-hari kita; garam, sayur-sayuran
dan buah-buahan banyak mengandung elektrolit termasuk
natrium.

Banyak kondisi yang mengakibatkan meningkatnya


kadar natrium dalam plasma darah. Kondisi dehidrasi akibat
kurang minum air, diare, muntah-muntah, olahraga berat,
sauna menyebabkan tubuh kehilangan banyak air sehingga
darah menjadi lebih pekat dan kadar natrium secara relatif
juga meningkat. Adanya gangguan ginjal seperti pada
penderita Diabetes dan Hipertensi juga menyebabkan tubuh

64 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tidak bisa membuang natrium yang berlebihan dalam darah.
Makan garam berlebihan serta penyakit yang menyebabkan
peningkatan berkemih (kencing) juga meningkatkan kadar
natrium dalam darah.

Sedangkan hiponatremia atau menurunnya kadar


natrium dalam darah dapat disebabkan oleh kurangnya diet
makanan yang mengandung natrium, sedang menjalankan
terapi dengan obat diuretik (mengeluarkan air kencing dan
elektrolit), terapi ini biasanya diberikan dokter kepada
penderita hipertensi dan jantung, terutama yang disertai
bengkak akibat tertimbunnya cairan. Muntah-muntah yang
lama dan hebat juga dapat menurunkan kadar natrium
darah, diare apabila akut memang dapat menyebabkan
hipernatremia tapi apabila berlangsung lama dapat
mengakibatkan hiponatremia, kondisi darah yang terlalu
asam (asidosis) baik karena gangguan ginjal maupun kondisi
lain misalnya diabetes juga dapat menjadi penyebab
hiponatremia. Akibat hiponatremia sendiri relatif sama
dengan kondisi hipernatremia yaitu kejang, gangguan otot
dan gangguan syaraf.

Disamping natrium, elektrolit lain yang penting


yaitu kalium. Fungsi kalium sendiri mirip dengan natrium,
karena kedua elektrolit ini ibarat kunci dan anak kunci yang
saling bekerja sama baik dalam mengatur keseimbangan
osmosis sel, aktivitas saraf dan otot serta keseimbangan
asam–basa. Kondisi hiperkalemia atau meningkatnya kadar
kalium dalam darah menyebabkan gangguan irama jantung
sehingga berhentinya denyut jantung, Kondisi ini
merupakan kegawatdaruratan yang harus segera diatasi
karena mengancam jiwa. Beberapa hal yang menjadi
penyebab meningkatnya kadar kalium adalah pemberian

65 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
infus yang mengandung kalium, dehidrasi, luka bakar berat,
kenjang, meningkatnya kadar leukosit darah, gagal ginjal,
serangan jantung dan meningkatnya keasaman darah karena
diabetes. Keadaan hiperkalemia ini biasanya diketahui dari
keluhan berdebar akibat detak jantung yang tidak teratur,
yang apabila dilakukan pemeriksaan rekam jantung
menunjukkan gambaran yang khas.

Kondisi yang berkebalikan terjadi pada


hipokalemia, penderita biasanya mengeluhkan badannya
lemas dan tak bertenaga. Hal ini terjadi mengingat fungsi
kalium dalam menghantarkan aliran saraf di otot maupun
tempat lain. Penyebab hipokalemia lebih bervariasi,
penurunan konsumsi kalium akibat kelaparan yang lama dan
pasca operasi yang tidak mendapatkan cairan mengandung
kalium secara cukup adalah penyebab hipokalemia. Terapi
insulin pada diabet dengan hiperglikemia, pengambilan
glukosa darah ke dalam sel serta kondisi darah yang basa
(alkalosis) menyebabkan kalim berpindah dari luar sel
(darah) ke dalam sel-sel tubuh.Akibatnya kalium dalam
darah menjadi menurun.

Kehilangan cairan tubuh yang mengandung kalium


seperti muntah berlebih, diare, terapi diuretik, obat-
obatan, dan beberapa penyakit seperti gangguan ginjal dan
sindroma Cushing (penyakit akibat gangguan hormon) juga
menyebabkan penurunan kalium dalam darah. Penanganan
kondisi hipokalemia adalah dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung kalium tinggi seperti buah-buahan,
mengobati penyakit penyebabnya dan apabila kadar kalium
darah rendah sekali dapat dikoreksi dengan memasukkan
kalium melalui infus.

66 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
2. Fisiologi Cairan Tubuh
a. Distribusi dan Kompisisi Cairan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia.
Persentase cairan tubuh tergantung pada usia, jenis
kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap
berat badan menurun.

Tabel 5.1. Distribusu Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi


ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular.

 Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam
tubuhnya terdapat di intraselular. Sebaliknya pada bayi
hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan
intraselular.

 Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring
dengan bertambahnya usia, yaitu sampai sekitar sepertiga
dari volume total pada dewasa.

Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial


dan cairan intravaskular. Cairan interstitial adalah cairan

67 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung
diantara rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal,
perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi
saluran pencernaan. Sementara, cairan intravaskular
merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah,
dalam hal ini plasma darah.

Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam


cairan tubuh, yaitu elektrolit dan non-elektrolit.

a. Elektrolit
Zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan
menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium
(Na+ ), sedangkan kation utama dalam cairan
intraselular adalah potasium (K+ ). Anion utama dalam
cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat
(HCO3- ), sedangkan anion utama dalam cairan
intraselular adalah ion fosfat (PO43- ). Kandungan
elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang
lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma
mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler.

Tabel 5.2. Kompisisi Elektrolit Ekstraseluler

68 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Tabel 5.3. Komposisi Elektrolit Intraseluler

b. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam
nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan
bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan.

3. Fungsi Cairan Tubuh


Dalam proses metabolisme yang terjadi didalam
tubuh,air mempunyai 2 fungsi utama yaitu sebagai
pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat,vitamin dan
mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen
ke dalam sel- sel tubuh.Selain itu,air didalam tubuh juga
akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil
metabolisme seperti karbon dioksida(CO ) dan juga senyawa
nitrat.Selain berperan dalam proses metabolisme,air yang
terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi
penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan
tubuh seperti mata,mulut dan hidung, pelumas dalamcairan
sendi 02 Sports Science Brief tubuh,katalisator reaksi
biologik sel,pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga
akan membantu dalammenjaga tekanan darah dan
konsentrasi zat terlarut.Selain itu agar fungsi-fungsi tubuh
dapat berjalan dengan normal,air di dalam tubuh juga akan

69 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
berfungsi sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu
tubuh tetap berada pada kondisi ideal yaitu ± 37 C

4. Mekanisme Keseimabngan Cairan dan Elektrolit


Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh
melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi
terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif yang
membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis
adalah bergeraknya molekulmelalui membran
semipermeabeldari larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh
membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga
tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama.
Tekanan osmotik plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4 .

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat


pori-pori. Larutan akan bergerak dari konsentrasi tinggi ke
arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung
kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan
hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu
proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion
kalium dari luar ke dalam.

Berikut merupakan beberapa mekanisme


pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit antar
kompartemen.

a. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan
antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler
yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.
Protein yang merupakan suatu molekul besar

70 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya
yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang
berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein
ini tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi
ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding
dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi
membran. Pergerakan muatan pada ion akan
menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara
langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui
membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut

b. Osmolalitas dan Osmolaritas


Osmolalitas digunakan untuk menampilkan
konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah
partikel, sehubungan dengan berat pelarut. Lebih
khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram
pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode
yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi
larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah
osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas
adalah properti koligatif, yang berarti bahwa
tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam
larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada
perubahan suhu
c. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang
dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat
berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air
ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid
merupakan molekul protein dengan berat molekul lebih
dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan 0,5%
dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai arti

71 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan
permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil
sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen
plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen
cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid
osmotik, akan menyebabkan timbulnya edema paru.
d. Kekuatan Starling (Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg
sedang tekanan darah 36 mmHg pada ujung arteri dari
kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan
ini menyebabkan terjadinya difusi air dan ion-ion yang
dapat berdifusi keluar dari kapiler masuk ke cairan
interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90%
dari cairan ini pada akhir arteri dan reabsosrsi berkisar
90% dari cairan ini pada ujung venous.

5. Jumlah Cairan Tubuh


Pada orang sehat telah diketahui cara
mengestimasikan jumlah cairan tubuh (dalam liter)
berdasarkan umur dan berat badan. Jumlah cairan tubuh
orang dewasa kira-kira 45–75% dari berat badan. Untuk
pria kira-kira 60% dari berat badan, sedangkan wanita kira-
kira 55% dari berat badan. Sedangkan pada anak-anak
jumlah cairan kira-kira 70–80% dari berat badan, rata-rata
75% dari berat badan.

Contoh

Jika berat badannya 3 kg gram berapa jumlah


cairan tubuhnya ?

Bila hitungan anda benar jumlah cairan tubuh


bayi dengan berat 3 kg adalah 2,1 liter – 2,4 liter.

72 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Mari kita hitung 3 kg x 70/ 100 = 2,1 liter

3 kg x 80/100 = 2,4 liter

Tubuh kita mempunyai pertahan diri yang cukup


baik tahu kapan membutuhkan cairan dan kapan tidak
membutuhkan cairan.

Kebutuhan cairan tubuh meningkat terjadi pada


kondisi

a. Demam/panas (12% tiap kenaikan suhu 1C ) mis :


Demam berdarah, Typhus, Malaria
b. Hiperventilasi mis : Olah raga Lari, Voly, Bulu
tangkis dsb
c. Suhu lingkungan tinggi mis: musim kemarau
d. Aktivitas ekstrim: olag raga panjat teping, mendaki
gunung
e. Setiap kehilangan abnormal mis: diare, sering
kencing, dll
Kebutuhan cairan tubuh menurun terjadi pada
kondisi:

a. Hipotermi (12% tiap penurunan suhu 1C)


b. Kelembaban sangat tinggi
c. Oligouri atau anuria d. Aktivitas menurun/ tidak
beraktivitas e. Retensi cairan (ex: gagal jantung,
gagal ginjal, dll)
6. Keseimbangan Cairan Tubuh
Untuk mempertahan homeostasis tubuh maka
diperlukan keseimbangan antara asupan cairan dan
haluaran cairan. Jumlah dan sumber input dan output
cairan kurang lebih sbb:

73 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Input:

Air yang dicerna : 1200-1500 cc

Makanan : 700-1000 cc

Oksidasi metabolic : 200-400 cc

Jumlah : 2100-2900 cc

Output:

Urine : 1200-1700 cc

Faeces : 100-200 cc

Keringat : 100-200 cc

Insensible water loss

Kulit : 350-400 cc

Paru : 350-400 cc

Jumlah : 2100-2900 cc

7. Pengaturan Homeostasis Air


Pengaturan homemostasis air dapat dilakukan
dengan berbagai cara sebagai berikut:

a. Pengaturan sistem pernafasan


Cairan dikeluarkan melalui paru dalam
bentuk uap air.

74 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
b. Pengaturan sistem perkemihan
Ginjal secara selektif menahan elektrolit dan
air untuk memelihara keseimbangan, dan
mengeluarkan zat buangan dan zat yang
berlebihan. Ginjal bekerjasama dengan sistem
endokrin, pada saat terjadi dehidrasi hipofise
posterior mengeluarkan ADH (anti diuretik
hormon). ADH ini mempengaruhi tubulus ginjal
menjadi lebih permeabel sehingga resorbsi air
bertambah. Akibatnya urine berkurang.

c. Pengaturan sistem sirkulasi


Sistem sirkulasi sangat vital bagi
pengangkutan cairan ke seluruh tubuh. Mekanisme
tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik sangat
diperlukan dalam sistem ini. Ginjal dapat berfungsi
dengan baik hanya jika mendapatkan sirkulasi yang
baik. Gangguan pada sistem sirkulasi dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan cairan,
contoh: edema paru, anuria akibat gagal ginjal,
gangguan perfusi akibat syok dll.

d. Pengaturan sistem endokrin


Selain ADH, sistem endokrin mengatur
homeostasis air dengan hormon aldosteron yang
disekresi oleh korteks adrenal. Jika terjadi
dehidrasi, terjadi peningkatan sekresi aldosteron,
dengan efek terjadi peningkatan resorbsi ion
natrium di tubulus ginjal, diikuti dengan resorbsi
air.

75 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
e. Pengaturan sistem gastrointestinal
Air dan elektrolit diserap dalam saluran
pencernaan, sehingga jumlah air dan elektrolit
dapat dipertahankan. Sangat penting untuk
menjaga efektifitas fungsi pencernaan untuk
mencegah gangguan homeostasis cairan.

f. Pengaturan sistem saraf


Pada saat terjadi dehidrasi, terjadi
rangsangan osmoreseptor di hipotalamus dengan
efek terjadi rasa haus sehingga timbul keinginan
untuk minum.

8. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Keseimbangan


Cairan Dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:

a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi
tergantung dari usia,karena usia akanberpengaruh
pada luas permukaan tubuh,metabolisme,dan
berat badan.Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa.Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas
(suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat.Sedangkan seseorang

76 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang beraktifitas di lingkungan yang panas
dapatkehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake
cairan dan elktrolit.Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan
lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme
sel,glukosa darah,dan pemecahan glykogen
otot.Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi airsehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap
kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :

 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan


kehilangan air melalui IWL.
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran
akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan
f. Tindakan Medis

77 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Banyak tindakan medis yang berpengaruh
pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction,nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik,
laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan
dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan Pasien dengan tindakan pembedahan


memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh,dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
9. Gangguan Keseimbangan Cairan
Sebagaimana penjelasan diatas, cairan dalam
tubuh harus seimbang. Apa yang akan tejadi jika cairan
dalam tubuh tidak seimbang? Beberapa keadaan yang
terjadi akibat cairan tubuh tidak seimbang

a. Edema Edema adalah meningkatnya volume cairan


ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan
dengan penimbunan cairan ini dalam sela-sela
jaringan dan rongga tubuh. Penyebab:
 Obstruksi saluran limfe
 Permeabilitas kapiler meningkat, akibat
keracunan, infeksi, anafilaksis dll.
 Tekanan hidrostatik dalam kapiler meningkat
 Tekanan osmotik dalam spasi interstitial
meningkat
 Tekanan osmotik dalam kapiler menurun
b. Dehidrasi Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan
air yang disertai output yang melebihi intake

78 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang.
Penyebab:
 Kekurangan air (water depletion) Terjadi
akibat intake air yang kurang, sehingga disebut
juga dehidrasi primer. Akibatnya terjadi
pengeluaran cairan dari dalam sel (dehidrasi
intraseluler) yang merangsang rasa haus.
 Kekurangan natrium (sodium depletion) Terjadi
akibat output cairan dan elektrolit secara
berlebihan, oleh karena itu disebut juga
dehidrasi sekunder. Akibatnya terjadi
pengeluaran cairan dari dalam sel (dehidrasi
intraseluler) yang merangsang rasa haus
c. Kekurangan air dan natrium
C. Rangkuman
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh
manusia. Persentase cairan tubuh tergantung pada usia,
jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh
cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam
2 kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.
Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit
dan elektrolit yang masing-masing memegang peranannya.

Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh


melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan
energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif
yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Dalam
kondisi yang normal, tubuh mememiliki suatu sistem
mekanisme pengaturan untuk menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh, baik melalui kendali osmoler dan
nonosmoler. Perlu diketahui kebutuhan harian cairan
tubuh untuk menilai apakah keseimbangan cairan tubuh

79 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang
tidak balans, perlu diberikan terapi cairan.

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam


tubuh dapat menyebabkan berbagai macam gangguan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
terjadi dalam beberapa bentuk, seperti overhidrasi,
dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan sebagainya.
Masing-masing gangguan keseimbangan tersebut
menimbulkan berbagai gejala dan bahkan
kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi
kesehatan seharusnya mengetahui tentang pentingnya
keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi
kasus-kasus tersebut.

D. Referensi
Alziz Allimul Hidalyalt & Musrifaltul Uliyalh, 2012, Buku
Aljalr & Kebutuhaln DalsalrMalnusial, Suralbalyal :
Heallth Books Publishing.

Dewi, P. R. V. (2017). Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit


a. 1302006243, 1–12.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1
_dir/0808d85bbffd7846e8103a10877033aa.pdf

Hastuti, A. (2020). Gambaran Tindakan Pemberian Monitor


Hidrasi Untuk Mengatasi Defisit Volume Cairan Pada
Anak “R”Penderita Diare Di Ruang Ketilang Rs
Bhayangkara. C.

Khrisna, I. N. E. A. (2017). Keseimbangan Cairan Dan


Elektrolit Oleh: 1–14.

80 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Mardiana, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien
Gastroenteritis Dengan Masalah Keperawatan
Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit Di
Ruang Asoka Rsud Bangil Pasuruan.

Nurwening Tyas W, Hery Sumasto, Suparji, B. J. S., & Prodi.


(2017). Kebutuhan Dasar Manusia.

Suparto. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. P. M.


Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan
Elektrolit Di Ruang Komodo Rsud Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang.

81 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
82 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB VI KEBUTUHAN NUTRISI
Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep

A. Tujuan pembelajaran :
Di akhir pembelajaran mahasiswa mampu memahami :

1. Konsep Nutrisi
2. Zat – zat yang dibutuhkan dari nutrisi
3. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan masalah
nutrisi
B. Materi
Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi
merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup,
mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali
sehari selama puluhan tahun akan menjadi racun yang
menyebabkan penyakit dikemudian hari. Nutrisi sangat
bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka
tidak ada gizi dalam tubuh kita, sehingga bisa menyebabkan
penyakit/terkena gizi buruk. Oleh karena itu kita harus
memperbanyak nutrisi. Namun kebutuhan nutrisi juga harus
disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing usia.

83 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Pengertian

Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi


adalah proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan
yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan
penggantian sel tubuh. Nutrient adalah zat organik dan anorganik
dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi
untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah
defisiensi, memelihara kesehatan dan mencegah penyakit,
memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh,
meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan.

Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk


kalori (cal) atau kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang
diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori
adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu
1 C dari 1 kg air.

1. Struktur dan Fungsi Nutrient


Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida
dan disakarida) dan gula kompleks (polisakarida).
Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan susu adalah
sumber karbohidrat sederhana. Roti, sereal,
kentang, beras, pasta, dan gandum berisi karbohidrat
kompleks. Fungsi karbohidrat adalah memberikan
energi. Setiap gram karbohidrat mengandung 4 kcal.
Karbohidrat juga penting dalam oksidasi lemak,
meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran

84 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pencernaan, yang membantu sintesis vitamin K dan
B12, memproduksi komponen karbon dalam sintesis
asam amino esensial. Sirkulasi darah membawa
glukosa ke sel sebagai sumber energi dan untuk
produksi substansi penting. Kadar glukosa darah
normal 80-110 mg/dL, pada kondisi puasa kadar
glukosa darah 60-80 mg/dL, dan pada 2 jam setelah
puasa meningkat menjadi 140-180 mg/dL,
tergantung usia. Hiperglikemia dimana kadar glukosa
darah lebih tinggi dari normal akibat produksi atau
penggunaan insulin tidak adekuat, terjadi pada
diabetes militus. Hipoglikemia dimana kadar glukosa
darah lebih rendah dari normal, dapat sebagai tanda
dari abnormalitas liver dan pankreas.
b. Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam
amino, yang dihubungkan dengan rantai peptida.
Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Tubuh mensintesis protein antara lain
membentuk hemoglobin untuk membawa oksigen ke
jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan
albumin untuk regulasi tekanan osmotik darah.
Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi
dan proses tubuh, pembentukan kembali protein sel,
dan energi, memelihara sistem imunitas tubuh, sel,
cairan tubuh, tulang, kulit, gigi, otot, rambut, darah,
dan serum. Katabolisme protein memberi 4 kcal/g.
Katalis enzim dibentuk dari protein pada regulasi
pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan
katabolisme.
Diit protein diklasifikasikan menjadi :

85 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
1) Protein lengkap, berisi asam amino esensial untuk
memelihara jaringan tubuh dan meningkatkan
pertumbuhan. Tubuh tidak dapat mensintesis
asam amino esensial. Tubuh dapat mensintesis
asam amino nonesensial dari sumber lain.
Sumber protein lengkap antara lain daging,
ikan,susu, keju, dan telur.
2) Protein lengkap sebagian, berisi asam amino
untuk memelihara kehidupan, tetapi tidak
meningkatkanpertumbuhan.
3) Protein tidak lengkap, tidak berisi asam amino
esensial untuk memelihara kehidupan,
membentuk jaringan, dan meningkatkan
pertumbuhan. Sumber protein tidak lengkap
antara lain buah dan sayuran, buncis, roti, sereal,
beras, pasta,kacang-kacangan.
Status protein diukur dalam keseimbangan
nitrogen. Keseimbangan nitrogen adalah jumlah
nitrogen yang digunakan sama dengan jumlah
nitrogen yang dikeluarkan. Keseimbangan nitrogen
positif jika intake nitrogen lebih besar dari nitrogen
yang dikeluarkan. Keadaan ini terjadi jika jaringan
baru disintesis, misalnya sembuh dari sakit, latihan,
hamil, dan pertumbuhan masa anak. Keseimbangan
nitrogen negatif jika pengeluaran nitrogen lebih besar
dari intake nitrogen. Keadaan ini terjadi pada
penyakit yang disebabkan kerusakan jaringan, atau
diet protein dan/atau kalori tidakadekuat.
c. Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak,
asam lemak, kolesterol, dan phospholopid. Lemak

86 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
adalah zat organik yang terdiri dari karbon, hidrogen,
dan oksigen. Lemak secara ideal membentuk sekitar
20% berat badan pada orang yang tidak gemuk.
Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi
organ vital, energi, simpanan energi pada jaringan
adiposa,absorbsi vitamin, dan transport vitamin larut
lemak. Lemak yang dioksidasi menghasilkan energi
9 kcal/g. Lemak memberikan rasa kenyang karena
menetap di lambung lebih lama daripada karbohidrat
atau protein. Lemak diklasifikasikan sebagai lemak
jenuh dan lemak tidak jenuh. Daging sapi, daging
domba, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan
minyak biji kelapa sawit mengandung asam lemak
jenuh lebih tinggi dan lebih keras. Daging ayam, ikan
dan sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih
tinggi dan lebih lunak.

d. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh
untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan,
dan reproduksi, serta membantu dalam penggunaan
energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan sebagai
vitamin larut lemak dan vitamin larut air.
1) Vitamin larut dalam lemak
a) Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk memelihara
penglihatan, memelihara jaringan epitel,
meningkatkan perkembangan tulang dan
gigi, meningkatkan proliferasi sel.
Kekurangan vitamin A ditandai dengan buta
senja atau buta total, degenerasi sel keratin

87 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang menyebabkan infeksi mata, telinga,
dan rongga hidung. Kulit menjadi kasar,
kering, dan bersisik, mata kering,
perkembangan gigi dan tulang tidak adekuat.
Vitamin A disimpan di hati dan intake
berlebihan menyebabkan keracunan.
b) Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk mineralisasi
tulang, kartilago, dan gigi, memelihara
calcium cairan ekstra selular, dan untuk
kontraksi otot. Kekurangan vitamin D
menyebabkan riketsia, kesehatan gigi
kurang, otot kaku dan kejang, osteomalasia
(tulang lunak dan mudah fraktur spontan).
c) Vitamin E
Vitamin E berperan sebagai antioksidan
yang membantu memelihara integritas
membran sel dan melindungi vitamin A dan
C dari oksidasi. Kekurangan vitamin E
ditandai dengan meningkatnya hemolisis
eritrosit, refleks kurang, kerusakan fungsi
neuromuskular, dan anemia.
d) Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk pembentukan
protrombin dan faktor pembekuan lain untuk
pembekuan darah. Kekurangan vitamin K
dimanifestasikan dengan perdarahan, dan
penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.

2) Vitamin larut dalam air

88 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Vitamin larut air disimpan dalam tubuh. Intake
berlebihan diabsorbsi oleh
jaringan, dan diekskresikan dalam urine.
a) Vitamin B Kompleks
 Vitamin B1 (thiamine) berfungsi
dalam metabolisme karbohidrat,
memelihara fungsi syaraf, nafsu
makan dan pencernaan. Gejala
kekurangan vitamin B1 adalah nafsu
makan menurun, apatis, depresi
mental, fatigue, konstipasi, edema,
gagal jantung, danneuritis.
 Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi
dalam metabolisme protein dan
karbohidrat, memelihara kulit dan
penglihatan. Gajala kekurangan
vitamin B2 adalah sudut mulut
pecah-pecah, dermatitis, dan
peningkatan vaskularisasi kornea
dan penglihatan tidak teratur.
 Vitamin B3 (niacin) berfungsi dalam
metabolisme glikogen, regenerasi
jaringan, dan sintesis lemak.
Kekurangan vitamin B3
menyebabkan pellagra, ditandai
dengan fatigue, sakit kepala,
anoreksi, penurunan berat badan,
nyeri abdomen, diare, dermatitis,
gangguan syaraf.
 Vitamin B12 (cyanocobalamin)
berfungsi dalam membentuk eritrosit

89 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
matang, dan sintesis DNA dan RNA,
absorbsi vitamin A. Kekurangan
vitamin B12 menyebabkan anemi
pernisiosa, dan kerusakansyaraf.
 Asam folat berfungsi sebagai ko
enzim metabolisme protein dan
pertumbuhan sel, membentuk
eritrosit, perkembangan tulang dan
sumsum tulang belakang janin. Tanda
kekurangan asam folat adalah glositis,
diare, anemi makrositik, defek
kelahiran (spinabifida)
b) Vitamin C
Vitamin C penting untuk absorbsi Fe,
melawan infeksi, penyembuhan luka,
pembentukan kolagen, metabolisme
beberapa asam amino. Vitamin C adalah
antioksidan, dan melindungi vitamin A
dan E dari oksidasi berlebihan.
Kekurangan vitamin C ditandai dengan
penyembuhan luka kurang, rentan
infeksi, retardasi pertumbuhan dan
perkembangan, nyeri sendi, anemi, gusi
berdarah.
e. Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan
regulasi metabolisme
1) Calcium
Calcium berfungsi untuk membentuk dan
memelihara tulang dan gigi, pembekuan
darah, tansmisi syaraf, kontraksi dan relaksasi

90 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
otot, permeabilitas membran sel. Tanda dan
gejala kekurangan calcium adalah
pertumbuhan pendek, ricketsia,
osteoporosis,tetani.
2) Magnesium
Magnesium berfungsi untuk pembentukan
tulang, relaksasi otot, sintesis protein. Tanda
dan gejala kekurangan magnesium adalah
penyakit ginjal, tremor mengakibatkan kejang
3) Sodium
Sodium berfungsi untuk membantu
memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
asam basa. Makanan rendah sodium penting
bagi orang dengan penyakit jantung,
hipertensi, edema, gangguan
ginjal,penyakitliver.
4) Potasium/kalium
Fungsi potasium untuk sintesis protein,
keseimbangan cairan, dan regulasi kontraksi
otot. Pembatasan potasium dilakukan pada
klien dengan kerusakan/gagal ginjal
5) Fosfor
Fosfor berfungsi untuk pembentukan dan
pemeliharaan tulang dan gigi, keseimbangan
asam basa,metabolisme energi, struktur
membran sel, regulasi hormon dan ko enzim.
Tanda dan gejala kekurangan fosfor adalah
pertumbuhan pendek, riketsia.
6) Besi (Fe)
Besi berfungsi untuk membawa oksigen
melalui hemoglobin dan myoglobin, unsur

91 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pokok sistem enzim. Kekurangan besi ditandai
dengan deplesi simpanan besi, anemi, pucat.
7) Iodine
Fungsi iodine adalah unsur pokok hormon
tiroid yang meregulasi basal metabolisme
rate. Kekurangan iodine menyebabkan goiter.
8) Zinc
Fungsi zinc untuk pertumbuhan jaringan,
perkembangan dan penyembuhan,
kematangan seksual dan reproduksi, unsur
utama beberapa enzim dalam energi dan
metabolime asam nukleat. Kekurangan zinc
menyebabkan kerusakan pertumbuhan,
kematangan seksual, dan fungsi sistem imun,
lesi kulit, akrodermatitis, penurunan sensasi
rasa dan penghidu
9) Air
Air diperlukan untuk memelihara fungsi sel. Air
diperoleh dari minum cairan dan makan
makanan tinggi air, dan dengan oksidasi
makanan. Haus menandakan butuh air dan
mendorong seseorang untuk minum.

2. Proses Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan membentuk makanan
yang diubah ke zat dimana sel tubuh
dapat mengabsorbsi dan
menggunakannya.
a. Proses memecah makanan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, perkembangan, penyembuhan,
dan pencegahan penyakit. Mencerna meliputi

92 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
proses mekanik dan kimia untuk mengubah
makanan dalam bentuk yang bisa dicerna.
Proses mekanik meliputi mengunyah,
menelan, mencampur dan menggerakkan
makanan ke lambung dan duodenum. Dalam
usus, makanan diaduk dan dicampur dengan
enzim pencernaan, dan diabsorbsi mukosa
usus halus. Peristaltik membawa makanan ke
dalam kolon untuk disimpan sampai
dikeluarkan daritubuh. Proses kimia
mengubah komposisi makanan yang masuk.
Karbohidrat, lemak, dan protein harus dipecah
secara kimia untuk diabsorbsi. Pencernaan
karbohidrat meliputi hidrolisis polisakarida
(kecuali selulosa dan fiber) menjadi disakarida
oleh enzim amilase. Disakarida dihidrolisis
menjadi monosakarida oleh enzim sukrase,
maltase, dan laktase yang disekresi oleh usus
halus. Pencernaan lemak dilakukan oleh
emulsi lemak yang difasilitasi oleh empedu.
Emulsi memecah lemak menjadi lemak yang
lebih kecil dan diurai menjadi solution. Enzim
lipase pankreas menghidrolisis lemak kecil
menjadi asam lemak dan gliserol. Pencernaan
protein meliputi hidrolisis protein menjadi
asam amino oleh enzim protease (pepsin dari
cairan gaster, tripsin, dan protease lain dari
cairan pankreas, dan peptidase dari cairan
usus halus).
b. Absorbsi

93 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Absorbsi adalah proses mencerna protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air
yang secara aktif dan pasif dibawa melalui
mukosa usus halus ke darah atau sirkulasi
limfatik. Asam amino, monosakarida
diabsorbsi ke aliran darah melalui kapiler usus
halus. Gliserol dan asam lemak diabsorbsi ke
sistem limfatik melalui kapiler limfatik di vili
usus halus. Beberapa lemak netral yang
diemulsi diabsorbsi tanpa dicerna kekapiler.
c. Metabolisme
Metabolisme adalah proses kimia kompleks
yang terjadi di sel yang digunakan untuk
energi, untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.
Katabolisme adalah proses memecah zat
kompleks menjadi zat simpel (misalnya,
memecah jaringan), dan anabolisme adalah
proses mengubah zat sederhana menjadi
sesuatu yang lebih kompleks (misalnya,
perbaikan jaringan). Sel hepar merubah
glukosa menjadi glikogen oleh insulin. Proses
anabolisme ini disebut glikogenesis. Glikogen
disimpan di hepar dan jaringan otot, kemudian
diubah kembali menjadi glukose oleh proses
katabolisme yang disebut glikogenolisis.
Simpanan glukose oleh insulin dalam bentuk
deposit lemak (jaringan adiposa). Jika glukosa
yangmasuk sel tidak cukup untuk kebutuhan
sel, glukoneogenesis (bentuk glukosa dari
protein dan lemak di hepar) terjadi. Proses
katabolisme menghasilkan energi 4kcal/g.

94 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Lemak diubah menjadi jaringan adiposa dan
disimpan di deposit lemak tubuh. Simpanan
deposit lemak membuat sumber energi paling
besar. Katabolisme lemak menghidrolisis
lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Asam
lemak diubah oleh reaksi kimia yang disebut
ketogenesis menjadi keton. Dalam jaringan
sel, keton diubah oleh siklus asam sitras
menjadi energi, karbon dioksida, dan air.
Gliserol diubah oleh glukoneogenesis menjadi
glukosa. Lemak menghasilkan energi 9kcal/g.
Anabolisme protein membangun jaringan,
menghasilkan antibodi, membentuk sel darah,
dan memperbaiki jaringan. Protein disimpan di
hepar dan jaringan otot atau diubah menjadi
lemak. Katabolisme protein menghidrolisis
protein sel menjadi asam amino di jaringan
sel. Asam amino dipecah menjadi amoniak
dan ketoacid. Proses ini terjadi di sel hepar
untuk membentuk glukosa dan urea
d. Ekskresi
Organ ekskretori (ginjal, kelenjar keringat,
kulit, paru, dan usus) mengeluarkan produk
pembuangan dari tubuh. Air, toksin, garam,
dan nitrogen diekskresikan melalui ginjal, kulit,
dan kelenjar keringat. Karbon dioksida dan air
diekskresikan melalui paru. Pembuangan
pencernaan diekskresikan melalui usus dan
rektum
Keseimbangan Energi

95 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Pola diit untuk memelihara keseimbangan antara intake
kalori dan energi. Basal metabolisme adalah sejumlah
energi yang dibutuhkan untuk aktivitas saat istirahat
(bernapas, sirkulasi darah, memelihara suhu tubuh). Laki-
laki mempunyai basal metabolisme rate (BMR) lebih tinggi
daripada wanita. Pertumbuhan, infeksi, demam, stres dan
suhu lingkungan ekstrim dapat meningkatkan BMR.
Penurunan BMR dapat disebabkan oleh usia, puasa lama,
dan tidur. Jika intake kalori lebih besar daripada energi,
terjadi peningkatan berat badan, karena energi disimpan
menjadi lemak, jika intake kalori kurang dari pengeluaran
energi, terjadi kehilangan berat badan, karena simpanan
energi tubuh sedikit
Faktor Yang mempengaruhi pola diet meliputi :
1. Status Kesehatan : fungsi sistem pencernaan,
proses penyakit.
2. Kultur/budaya dan Agama
3. Usia
4. Jenis kelamin
5. Pekerjaan
6. Status Sosioekonomi
7. Pilihan Pribadi
8. Faktor Psikologis
9. Alkohol dan Obat
10. Kesalahan Informasi dan Keyakinan terhadap
makanan
Komposisi Diet :
1. Karbohidrat : 45-50%
2. Lemak : 35-40%
3. Protein : 10-15%
Penilaian Status Nutrisi

96 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
1. BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh
BMI = BB

(TB)²

Kriteria hasil = < 20 : underweight

20-25 : normal

25-30 : overweight

> 30 : obese

2. BB Relatif / Berat Badan Ideal :

(TB (cm) – 100) + 10% x (TM (cm) – 100)

4. Lingkar Lengan Atas (LiLA)


Kriteria hasil = LiLA < 12 cm : Gizi Buruk
LiLA 12 – 13,5 cm : Gizi Kurang

LiLA > 13,5 cm : Normal

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan


pemenuhan kebutuhan nutrisi

1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : tidak nafsu makan, mual, muntah
b. Riwayat Kesehatan Diabetes Melitus, Heart
Problem, Tumor, Batu ginjal/ empedu, Ulcus,
Gangguan pada intestine, Hiper/ hipotiroid

97 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
c. Riwayat Diet , kaji pola kebiasaan makan (waktu,
jenis dan jumlah), makanan yang disukai, tidak
disukai, menimbulkan alergi, membahayakan
serta yang menguntungkan, pembatasan
makanan (diet khusus, budaya, keyakinan),
pasien dengan kesulitan mengunyah dan
menelan, pasien dengan masalah diet (nafsu
makan, makanan yang menimbulkan diare serta
kembung).
d. Riwayat pengobatan, pasien yang mendapat
program kemoterapi biasanya akan mengalami
mual dan kehilangan nafsu makan. Penggunaan
vitamin dan mineral (jenis & frekuensi)
e. Manifestasi klinis : dapat ditemukan pada saat
pemeriksaan fisik
- Rambut -
Kardiovaskular

- Mata - Otot

- Lidah -Sistem Pemcernaan

- Membran mukosa - Neurologis

- Vitalitas - Penilaian status nutrisi

2. Masalah Keperawatan

Ketidak seimbangan nutrisi

Definisi

98 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
Penyebab
Fisiologis
a. Ketidakmampuan menelan makanan
b. Ketidakmampuan mencerna makanan
c. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
d. Peningkatan kebutuhan metabolisme
e. Faktor ekonomi (mis. finansial
tidak mencukupi)
f. Faktor psikologis (mis. stres, keengganan
untuk makan)

Gejala Tanda Mayor


Subjektif : Tidak tersedia
Objektif : Berat badan menurun minimal 10%
di bawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a. Cepat kenyang setelah makan
b. Kram/nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun
Objektif :
a. Bising usus hiperaktif
b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok berlebihan
h. Diare

99 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
3. Perencanaan
Luaran Keperawatan
Tujuan :
Setelah dilakukan intevensi keperawatan
maka Status Nutrisi Membaik dengan kriteria hasil
: Status Nutrisi Membaik ditandai dengan :
Menurun :
a. Porsi makanan yang dihabiskan 1 2 3 4 5
b. ekuatan otot menyunyah 1 2 3 4 5
c. Kekuatan otot menelan 1 2 3 4 5
d. Verbalisasi keinginan untuk 1 2 3 4 5
e. Meningkatkan nutrisi pengetahuan tentang
pilihan 1 2 3 4 5
f. Minuman yang sehat pengetahuan tentang
standar 1 2 3 4 5
g. Asuhan nutrisi yang tepat.
Meningkat :
a. Perasaan cepat kenyang 1 2 3 4 5
b. Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
c. Satriawan 1 2 3 4 5
d. Rambut Rontok 1 2 3 4 5
e. Diare 1 2 3 4 5
Memburuk :
a. Berat Badan indeks Massa tubuh (IMT) 1 2
345
b. Frekuensi makan 1 2 3 4 5
c. Nafsu Makan 1 2 3 4 5
d. Bising Usus 1 2 3 4 5
e. Tebal lipatan kulit trisep 1 2 3 4 5

100 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Intervensi Keperawatan
Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
c. Identifikasi makanan yang disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
e. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
jika perlu
b. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
f. Berikan suplemen makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu

101 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu Kolaborasi
b. dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan
Kolaborasi
a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
b. Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
a. Hidangkan makan secara menarik
b. Berikan suplemen, jika perlu
c. Berikan pujian pada pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
b. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan

C. Rangkuman
Nutrisi adalah proses tersedianya energi dan bahan
kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan,
pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrient adalah

102 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan
tubuh. Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sistem
pencernaan membentuk makanan yang diubah ke zat
dimana sel tubuh dapat mengabsorbsi dan
menggunakannya. Proses pencernaan terdiri dari
mencerna, absorbsi, metabolisme,dan ekskresi.
Metabolisme adalah proses kimia kompleks yang terjadi di
sel yang digunakan untuk energi, pertumbuhan dan
perbaikan sel. Katabolisme adalah proses memecah zat
kompleks menjadi zat sederhana (misalnya, memecah
jaringan), dan anabolisme adalah proses mengubah zat
sederhana menjadi sesuatu yang lebih kompleks (misalnya,
perbaikan jaringan). Katabolisme karbohidrat menghasilkan
energi 4 kcal/g, protein menghasilkan energi 4 kcal/g, dan
lemak menghasilkan energi 9 kcal/g. Energi didapat dari
makanan, diukur dalam bentuk kalori (cal) atau kilokalori
(kcal).

D. Tugas
Kerjakan dengan jawaban singkat:
1. Sebutkan apa saja yang harus dinilai untuk mengetahui
status nutrisi !
2. Sebutkan hal apa saja yang perlu dikaji pada pengkajian
pasien dengan masalah nutrisi !
3. Sebutkan masalah keperawatan dan rencana tindakan
pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi !

E. Referensi
1. Craven, Ruth (1999). Fundamental of Nursing. Human
Health and Fuction, Philadelphia: Lippincott

103 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
2. Patricia AP & Anne GP. (1996) Fundamental of Nursing,
St Louis Toronto: Mosby Co.

F. Glosarium
Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan
yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan
dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memelihara
kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh,
kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan,
dan membentuk kekebalan

Absorbsi adalah proses mencerna protein, lemak,


karbohidrat, vitamin, mineral, dan air yang secara aktif dan pasif
dibawa melalui mukosa usus halus ke darah atau sirkulasi
limfatik.

Metabolisme adalah proses kimia kompleks yang terjadi di


sel yang digunakan untuk energi, untuk pertumbuhan dan
perbaikan sel

104 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB VII KONSEP DASAR KEBUTUHAN
ELIMINASI
Sri lestari , S.Kep.,Ners.,S.Pd.,M.Si

KONSEP DASAR ELIMINASI ALVI


A. Definisi
Eliminasi adalah suatu proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urine atau bowel (feses).
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.
Peristiwa ini disebut bowel movement. Frekuensi defekasi
pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali per
hari sampai 2-3 kali per minggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik
mendorong feses ke dalam kolon sigmoid dan rektum, saraf
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

B. Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan Normal


Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri |mulut,
esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Saluran
pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus
halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan
ileum, sedangkan usus besar terdiri atas empat bagian yaitu
sekum, kolon, apendiks, dan rektum.

105 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
1. Mulut. Saluran gastrointestinal secara mekanis dan
kimiawi memecah nutrisi ke ukuran dan bentuk yang
sesuai.
2. Esofagus. Begitu makanan memasuki bagian atas
esofagus, makanan berjalan melalui otot sirkular, yang
mencegah udara memasuki esofagus dan makanan
mengalami refluks (bergerak ke belakang) kembali ke
tenggorokan.
3. Lambung. Di dalam lambung, makanan disimpan untuk
sementara, secara mekanis dan kimiawi dipecahkan
untuk dicerna dan diabsorpsi. Lambung menyekresi asam
hidroklorida (HCI). Konsentrasi HCl memengaruhi
keasaman lambung dan keseimbangan asam-basa tubuh.
HCl membantu mencampur dan memecahkan makanan
di lambung. Lendir melindungi mukosa lambung dari
keasaman dan aktivitas enzim. Pepsin mencerna protein.
Faktor intrinsik adalah komponen penting yang
dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B di dalam usus dan
selanjutnya untuk pembentukan sel darah merah normal.
Kekurangan faktor intrinsik ini mengakibatkan anemia
dan pernisiosa. Sebelum makanan meninggalkan
lambung, makanan diubah menjadi materi semicair yang
disebut kimus.
4. Usus Halus. Pada proses pencernaan normal, kimus
meninggalkan lambung dan memasuki usus. Usus halus
merupakan sebuah saluran dengan panjang kira-kira 6
meter, dengan diameter 2,5 cm. Sebagian besar proses
pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di
Usus halus. Kimus bercampur dengan enzim-enzim
pencernaan (misal empedu dan amilase) saat berjalan
melalui usus halus. Pada saat kimus bercampur, gerakan
peristaltik berikutnya berhenti sehingga memungkinkan
absorpsi. Enzim di dalam usus halus memecahkan lemak,

106 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
protein, dan karbohidrat menjadi unsur-unsur dasar.
Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum.
5. Usus Besar. Usus besar merupakan bagian utama dalam
eliminasi alvi. Usus menerima makanan yang sudah
berbentuk kimus (makanan setengah padat) dari
lambung untuk mengabsorpsi air, nutrien, dan elektrolit.
Usus menyekresi mukus, kalium, bikarbonat, dan enzim.
Fungsi usus besar adalah untuk menyerap air dan
makanan, sebagai tempat tinggal bakteri koli, dan
tempat penampungan feses.
Bagian- bagian usus besar meliputi sekum,
apendiks, kolon (asendens, transversus, desendens,
sigmoid), rektum, dan anus.
1. Sekum. Kimus yang tidak diabsorpsi memasuki sekum
melalui katup ileosekal. Katup ini merupakan lapisan
otot sirkular yang mencegah regurgitasi dan
kembalinya isi kolon ke usus halus.
2. Kolon. Panjang kolon dewasa ± 125-150 cm. Kolon
memiliki empat fungsi yang saling berkaitan yaitu
absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
3. Rektum. Produk buangan yang mencapai bagian kolon
sigmoid disebut feses. Sigmoid menyimpan feses
sampai beberapa saat sebelum defekasi. Rektum
merupakan bagian akhir pada saluran gastrointestinal.
Panjang rektum bervariasi menurut usia. Rektum
tidak berisi feses sampai defekasi. Kolon yang
merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi
mengabsorpsi air dan nutrien, memberi perlindungan
dengan menyekresi mukus yang akan melindungi
dinding usus dari trauma akibat feses dan aktivitas
bakteri, serta menghantarkan sisa makanan sampai ke
anus melalui kontraksi.

107 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Kolon bergerak dalam tiga cara, yaitu sebagai berikut.
1) Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus
untuk membantu absorpsi air.
2) Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi
cair dan semipadat di sepanjang kolon.
3) Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju
anus.

C. Fisiologi Defekasi
Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan
massa di kolon yang disebabkan oleh refleks gastrokolon.
Refleks ini biasanya paling jelas terlihat setelah sarapan dan
sering diikuti oleh keinginan kuat untuk buang air besar.
Ketika gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam
rektum, terjadi peregangan rektum yang memicu refleks
defekasi.
Produk Defekasi
Produk defekasi yang utama adalah feses. Feses terdiri
atas 75% air dan 25% materi padat. Warnanya cokelat akibat
pengaruh sterkobilin dan urobilin serta aktivitas bakteri.
Baunya sendiri khas karena pengaruh mikroorganisme.
Konsistensinya lembek namun berbentuk. Selain itu,
defekasi juga disertai pengeluaran gas yang dihasilkan dari
pencernaan usus besar dalam 24 jam.
Faktor yang Mempengaruhi Defekasi ;
1. Usia. Perubahan eliminasi terjadi di sepanjang
kehidupan. Pada Usia bayi, kontrol defekasi belum
berkembang dengan baik, bayi memiliki lambung yang
kecil dan lebih sedikit menyekresi enzim pencernaan.
Beberapa makanan, seperti zat pati yang kompleks,
ditoleransi dengan buruk. Bayi tidak mampu mengontrol
defekasi karena kurangnya perkembangan
neuromuskular. Pertumbuhan usus besar terjadi sangat

108 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pesat selama masa remaja. Sekresi HCL meningkat
khususnya pada anak laki-laki. Anak remaja biasanya
mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih besar. Pada
lansia, kontrol defekasi menurun seiring dengan
berkurangnya kemampuan fisiologis sejumlah organ,
beberapa lansia mungkin tidak lagi memiliki gigi sehingga
mereka tidak mampu mengunyah makanan dengan baik.
Makanan yang masuk hanya dikunyah sebagian dan tidak
dapat dicerna dengan baik, karena jumlah enzim
pencernaan di dalam saliva dan volume asam lambung
menurun seiring dengan proses penuaan.
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan yang
mengandung lemak mencerminkan terjadinya kehilangan
enzim lipase.
2. Diet. Feses terbentuk sangat tergantung pada kualitas,
frekuensi, dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Sebagai contoh, makanan berserat akan mempercepat
produksi feses. Secara fisiologis, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga berpengaruh terhadap
keinginan defekasi. Mengonsumsi makanan tinggi serat
meningkatkan kemungkinan normalnya pola eliminasi
jika faktor lain juga normal. Makanan yang menghasilkan
gas, seperti bawang, kembang kol, dan buncis juga
menstimulasi peristaltik. Beberapa makanan pedas
dapat meningkatkan peristaltik, tetapi juga dapat
menyebabkan pencernaan tidak berlangsung dan feses
menjadi encer. Beberapa jenis makanan, seperti susu
dan produk-produk susu, sulit dicerna oleh beberapa
individu. Hal ini disebabkan oleh intoleransi laktosa.
Laktosa merupakan suatu bentuk karbohidrat sederhana
yang ditemukan di dalam susu. secara normal dipecah
oleh enzim laktase. Intoleransi terhadap makanan

109 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tertentu dapat mengakibatkan diare, distensi gas, dan
kram.
3. Asupan cairan. Feses lebih keras jika asupan cairannya
kurang, karena jumlah absorpsi cairan di kolon
meningkat. Cairan yang cukup memudahkan makanan
bergerak melalui kolon. Asupan cairan yang menurun
memperlambat pergerakan makanan yang melalui usus.
Orang dewasa harus minum 6-8 gelas (1.400-2.000 ml)
cairan setiap hari. Minuman ringan yang hangat dan jus
buah memperlunak feses dan meningkatkan peristaltik.
Konsumsi susu dalam jumlah besar dapat memperlambat
peristaltik pada beberapa individu dan menyebabkan
konstipasi
4. Aktivitas fisik. Imobilisasi dapat menekan motilitas
kolon, aktifitas fisik yang baik dapat meningkatkan
peristaltik usus. Ambulasi dini pada klien dianjurkan
untuk meningkatkan dan mempertahankan eliminasi
normal.
Tonus otot.
Tonus otot-terutama abdomen-yang ditunjang
dengan aktivitas yang cukup akan membantu defekasi.
Gerakan peristaltik akan memudahkan materi feses
bergerak di sepanjang kolon.
5. Faktor psikologis. Apabila individu mengalami
kecemasan, ketakutan, atau marah, muncul respons
stres, yang memungkinkan tubuh membuat pertahanan.
Perasaan cemas atau takut akan memengaruhi peristaltik
atau motilitas usus sehingga dapat menyebabkan diare.
Efek samping peristaltik yang meningkat antara lain
diare dan distensi gas. Apabila individu mengalami
depresi, sistem saraf otonom memperlambat impuls
saraf dan peristaltik dapat menurun. Sejumlah penyakit

110 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pada saluran pencernaan dapat dikaitkan dengan stres.
Contohnya: colitis, ulseratif dan ulkus lambung
6. Pengobatan. Beberapa jenis obat dapat menimbulkan
efek konstipasi. Laksatif dan katartik dapat melunakkan
feses dan meningkatkan peristaltik. Obat-obatan seperti
disiklomin HCl menekan gerakan peristaltik dan
mengobati diare. Akan tetapi, jika digunakan dalam
waktu lama, kedua obat tersebut dapat menurunkan
tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsif
terhadap stimulus laksatif. Obat analgesik narkotik
menekan gerakan peristaltik. Opiat umumnya
menyebabkan konstipasi. Obat-obatan antikolinergik,
seperti atropin atau glikopirolat (robinul), menghambat
sekresi asam lambung dan menekan motilitas saluran
pencernaan.
7. Aktivitas dan gaya hidup. Kebiasaan eliminasi pribadi
memengaruhi fungsi usus. Kebanyakan individu merasa
lebih mudah melakukan defekasi di kamar mandi mereka
sendiri pada waktu yang paling efektif dan paling nyaman
bagi mereka. Jadwal kerja yang sibuk dapat mengganggu
kebiasaan dan mengakibatkan perubahan seperti
konstipasi. Individu harus mencari waktu terbaik untuk
melaksanakan eliminasinya.
8. Posisi saat defekasi.
Posisi jongkok merupakan posisi paling sesuai untuk
defekasi. Posisi tersebut memungkinkan individu
mengerahkan tekanan intraabdomen dan mengerutkan
otot pahanya sehingga memudahkan proses defekasi.
Toilet modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini,
sehingga memungkinkan individu untuk duduk tegak ke
arah depan, mengeluarkan tekanan intraabdomen dan
mengontraksi otot-otot pahanya. Pada klien lansia atau
individu yang menderita penyakit sendi, seperti artritis,

111 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
mungkin tidak mampu untuk bangun dari posisi duduk di
toilet tanpa bantuan. Klien imobilisasi di tempat tidur,
defekasi sering kali dirasakan sulit. Posisi telentang tidak
memungkinkan klien mengkontraksi otot-otot yang
digunakan selama defekasi. Membantu klien ke posisi
duduk yang lebih normal pada pispot akan meningkatkan
kemampuan defekasi.
9. Nyeri. Normalnya, defekasi tidak menimbulkan nyeri.
Akan tetapi, pada kondisi tertentu (hemoroid, bedah
rektum, melahirkan), defekasi dapat menyebabkan
nyeri. Akibatnya, klien sering kali menekan keinginannya
untuk defekasi. Lama-kelamaan, kondisi ini dapat
menyebabkan konstipasi.
10. Kehamilan. Konstipasi adalah masalah yang umum
ditemui pada trimester akhir kehamilan. Seiring
bertambahnya usia kehamilan, ukuran janin dapat
menyebabkan obstruksi yang akan menghambat
pengeluaran feses. Akibatnya, ibu hamil sering kali
mengalami hemoroid permanen karena seringnya
mengejan saat defekasi.
11. Pembedahan dan anestesi. Pemberian anestesi saat
pembedahan dapat menghambat atau menghentikan
aktivitas peristaltik untuk sementara waktu. Kondisi ini
umumnya berlangsung antara 24 dan 48 jam yang disebut
dengan ileus paralitik. Kerja anestesi tersebut
memperlambat atau menghentikan gelombang
peristaltik. Klien yang menerima anestesi lokal atau
regional berisiko lebih kecil mengalami perubahan
eliminasi karena aktivitas usus hanya dipengaruhi sedikit
atau bahkan tidak dipengaruhi sama sekali.
Pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan diagnostik tertentu, khususnya yang
ditujukan untuk melihat struktur saluran pencernaan,

112 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
mengharuskan dilakukannya pengosongan lambung
(misal dengan enema atau katartik). Klien tidak diizinkan
untuk makan atau minum setelah tengah malam jika
esoknya akan dilakukan pemeriksaan, menggunakan
barium enema, endoskopi saluran gastro intestinal
bagian bawah atau serangkaian pemeriksaan saluran
gastrointestinal bagian atas. Pada kasus penggunaan
barium enema atau endoskopi, klien biasanya menerima
katartik dan enema. Tindakan ini dapat mengganggu pola
eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal.
Selain itu, prosedur pemeriksaan dengan menggunakan
barium dapat menyebabkan masalah tambahan. Sisa
barium yang tertinggal di saluran pencernaan akan
mengeras dan menyebabkan impaksi usus.

D. Masalah pada Pola Defekasi


Konstipasi atau pada orang awam lebih dikenal dengan
susah buang air besar/sembelit adalah gangguan pada pola
eliminasi akibat adanya feses kering atau keras yang
melewati usus besar. Konstipasi merupakan gejala, bukan
penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan
pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejan. BAB yang
keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi
karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga
banyak air diserap. Perjalanan feses yang lama karena
jumlah air yang diabsorpsi sangat kurang menyebabkan feses
menjadi kering dan keras. Defekasi yang normal bervariasi
antara tiga kali sehari dan tiga kali seminggu (Wright, 1974).
Ada banyak penyebab konstipasi yaitu sebagai berikut:
1. Kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak teratur.
2. Penggunaan laksatif yang berlebihan.
3. Peningkatan stres psikologi. Ketidaksesuaian diet.
4. Obat-obatan.

113 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5. Latihan yang tidak cukup. Secara tidak langsung
kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu
makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang
penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
6. Usia. Otot semakin melemah dan melemahnya tonus
sfingter yang terjadi pada orang tua turut berperan
menyebabkan defekasi.

E. Penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan
konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri
ketika defekasi berhubungan dengan hemoroid, yang
membuat orang menghindari defekasi, paralisis, yang
menghambat kemampuan klien untuk buang air besar,
terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis
atau atoni pada usus.

F. Impaksi Feses (Tertahannya Feses)


Impaksi feses adalah massa keras yang teraba di lipatan
rektum seperti dempul akibat retensi dan akumulasi feses
yang berkepanjangan. Impaksi merupakan akibat konstipasi
yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses yang keras di
rektum tidak bisa dikeluarkan. Tanda dan gejala impaksi
feses menurut Potter dan Perry, 2005: Adanya pembesaran,
rasa ingin buang air besar, rasa sakit di bagian
rektum.Penyebab impaksi dapat disebabkan oleh pola
defekasi yang tidak teratur, konstipasi, asupan cairan yang
kurang, aktivitas yang kurang, diet rendah serat, dan tonus
otot yang lemah. Pada orang yang lebih tua , faktor-faktor
yang beragam dapat menyebabkan impaksi seperti asupan
cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya
aktivitas, dan melemahnya tonus otot.

114 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Diare adalah keluarnya feses cair dan meningkatnya
frekuensi buang air besar akibat perjalanan kimus yang
cepat sewaktu melewati usus sehingga usus tidak
mempunyai cukup waktu untuk menyerap air. Diare
berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan
meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Diare adalah
lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan
feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan kimus
mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorpsi air dan
elektrolit. Tanda dan gejala diare meliputi adanya spasme,
nyeri atau kejang pada abdomen, kadang disertai darah atau
mucus, mual atau muntah

1. Inkontinensia Alvi. Hilangnya kemampuan otot untuk


mengontrol pengeluaran gas yang melalui sfingter anus
akibat kerusakan fungsi shinglet atau persarafan , hal ini
lebih dikenal dengan istilah inkontinensia Alvi. Kasus ini
lebih jarang ditemui dibandingkan inkontinensia urine .
Inkontinen bisa pada waktu yang spesifik, seperti setelah
makan, atau bisa juga terjadi irregular, kondisi ini
disebabkan oleh masalah kejiwaan.
Penyebab inkontinensia alvi antara lain
melemahnya otot sfingter anus atau suplai sarafnya dan
meningkatnya tekanan rongga perut, gangguan
psikogeriatrik, penyakit fisik, penyakit neuromuskular,
trauma medula spinalis, serta tumor pada sfingter anus
eksterna.
2. Flatulens. Rasa kembung pada perut yang ditandai
dengan flatus yang berlebihan di usus sehingga
menyebabkan gangguan pada fungsi usus berupa nyeri
lebih dikenal dengan istilah Flatulens (Reeves, dkk.,
2001). Flatulens adanya flatus yang banyak pada
intestinal mengarah pada peregangan dan pemompaan

115 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pada intestinal. Kondisi ini disebut juga timpanites.
Jumlah udara yang besar dan gas-gas lainnya juga dapat
berkumpul di perut, dampaknya pada distensi gaster.
Tanda dan gejalanya meliputi sebagai berikut : Distensi
pada lambung dan usus, Terdengar bunyi timpani di
abdomen, Rasa tidak nyaman pada daerah abdomen.
Penyebab flatulens antara lain konstipasi,
penggunaan obat-obatan seperti barbiturat yang
mengakibatkan penurunan aktivitas dan ansietas,
konsumsi makanan tertentu yang banyak mengandung
gas, serta efek dari tindakan anestesi. Akan tetapi,
penyebab umum dari flatulens dan distensi adalah
konstipasi.
Ada tiga sebab utama flatus yaitu sebagai berikut :
Kerja dari bakteri dalam kimus di usus besar, Udara yang
tertelan, gas yang berdifusi dari pembuluh darah ke
dalam intestinal.
3. Hemoroid. Hemoroid sering juga disebut wasir, yaitu
pelebaran pembuluh darah vena di anus, dapat terjadi
secara internal dan eksternal. Internal terjadi pada kanal
anus, di mana venanya berada. Eksternal hemoroid
prolapsus melalui pembukaan anus dan dapat dilihat di
sana. Hemoroid merupakan pelebaran vena di daerah
anus akibat peningkatan tekanan di daerah tersebut.
Dilatasi vena sering sekali terjadi pada individu yang
rentan akibat peningkatan tekanan yang menetap pada
pleksus venosus rektalis. Kondisi ini ditandai dengan
keluarnya darah pada waktu defekasi atau mengejan.
Penyebabnya antara lain konstipasi kronis, peregangan
yang maksimal pada saat defekasi, kehamilan, gagal
jantung, penyakit hati menahun, serta obesitas. bisa
mengurangi iritasi selama defekasi. Pada beberapa kasus

116 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
hemoroid dibuang dengan pembedahan (Syamsuhidajat
dan Wim de Jong, 2005).
KONSEP DASAR ELIMINASI URINE
A. Anatomi Fisiologi Saluran Perkemihan.
Eliminasi urine bergantung pada fungsi ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Saluran perkemihan
terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Ginjal menyaring produk limbah dari darah untuk
membentuk urine. Ureter mentranspor urine dari ginjal
ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine
sampai timbul keinginan untuk berkemih. Urine keluar
dari tubuh melalui uretra.
1. Ginjal. Ginjal jumlahnya ada dua di kiri dan kanan.
Ginjal terletak di kedua sisi medula spinalis, di balik
rongga peritoneum, berbentuk seperti biji kacang.
Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan, dan pada
umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada
ginjal perempuan (Syaifuddin, 1994). Ginjal terdiri
atas satu juta unit fungsional nefron yang bertugas
menyaring darah dan membuang limbah metabolik.
Ginjal juga bertugas mempertahankan homeostasis
cairan tubuh melalui beberapa cara : Pengaturan
volume cairan, Pengaturan jumlah elektrolit tubuh,
Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh,
Ekskresi sisa-sisa metabolisme. Ginjal
mengekskresikan zat-zat racun (misal ureum, asam
urat, kreatinin, sulfat, fosfat) dan obat-obatan dari
tubuh.
2. Ureter. Ureter merupakan tabung yang berasal dari
ginjal dan bermuara di kandung kemih. Panjangnya
sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm. Urine

117 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
didorong melewati ureter dengan gelombang
peristalsis yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit.
Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih,
terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak
sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali
ke ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi
dari kandung kemih ke atas.
3. Kandung kemih. Kandung kemih (vesika urinaria)
adalah kantung muskular tempat urine bermuara
dari ureter. Pada pria kandung kemih terletak di
antara kelenjar prostat dan rektum, pada wanita
kandung kemih terletak di antara uterus dan vagina.
Saat penuh, kandung kemih bisa melebihi simfisis
pubis, bahkan bisa setinggi umbilikus.
4. Uretra. Uretra membentang dari kandung kemih
sampai meatus uretra. Panjang uretra pada pria
sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai ujung penis. Uretra pria terdiri atas tiga
bagian, yaitu uretra pars prostatika, uretra pars
membranosa, dan uretra pars spongiosa. Pada
wanita, panjang uretra sekitar 4-6,5 cm dan
membentang dari kandung kemih sampai lubang di
antara labia minora, 2,5 cm di belakang klitoris.
Oleh karena uretranya yang pendek, wanita lebih
rentan mengalami infeksi saluran kemih.
B. Kerja Perkemihan
Kandung kemih dalam kondisi normal dapat
menampung 600 ml urine. Namun keinginan berkemih
dapat dirasakan pada saat kandung kemih terisi urine
dalam jumlah 150-200 ml pada orang dewasa dan 50-

118 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
200 ml pada anak kecil. Seiring dengan peningkatan
volume urine, dinding kandung kemih meregang,
mengirim impuls sensorik ke pusat mikturisi di medula
spinalis pars sakralis. Impuls saraf parasimpatis dari
pusat mikturisi menstimulasi otot detrusor untuk
berkontraksi secara teratur. Sfingter uretra interna
juga berelaksasi sehingga urine dapat masuk ke dalam
uretra, walaupun berkemih belum terjadi. Saat
kandung kemih berkontraksi impuls saraf naik ke
medula spinalis sampai ke pons dan korteks serebral.
Kemudian individu akan menyadari keinginannya untuk
berkemih.
C. Proses Pembentukan Urine
Ada tiga proses dasar yang berperan dalam
pembentukan urine yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
1. Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena
permukaan aferen lebih besar dari permukaan
eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat
darah melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma
bebas-protein menembus membran kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Filtrat yang
lolos tersebut terdiri atas air, glukosa, natrium,
klorida, sulfat, dan bikarbonat yang kemudian
diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas,
terjadi penyerapan kembali sebagian besar zat-zat
penting, seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat,
dan ion bikarbonat. Proses tersebut berlangsung
secara pasif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi

119 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
obligator. Apabila diperlukan, tubulus bawah akan
menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat
melalui proses aktif yang dikenal dengan istilah
reabsorpsi fakultatif. Zat-zat yang direabsorpsi
tersebut diangkut oleh kapiler peritubulus ke vena
dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan.
3. Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara
kedua bagi darah untuk masuk ke dalam tubulus di
samping melalui filtrasi glomerulus. Melalui sekresi
tubulus, zat-zat tertentu pada plasma yang tidak
berhasil disaring di kapiler tubulus dapat lebih cepat
dieliminasi.

D. Faktor yang Memengaruhi Eliminasi Urine


Beberapa faktor yang memengaruhi eliminasi
urine :
1. Pertumbuhan dan perkembangan. Jumlah urine
yang diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan
berat badan seseorang. Normalnya, bayi dan anak-
anak mengekskresikan 400-500 ml urine setiap
harinya. Sementara orang dewasa mengekskresikan
1.500-1.600 ml urine per hari. Pada lansia
mengalami perubahan fungsi ginjal dan kandung
kemihnya, sehingga mengakibatkan perubahan pada
pola eliminasi urine seperti nokturia, sering
berkemih, residu urine.
2. Asupan cairan dan makanan. Kebiasaan
mengonsumsi jenis makanan atau minuman tertentu
seperti teh, kopi, cokelat, alkohol dapat

120 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
menyebabkan peningkatan ekskresi urine karena
dapat menghambat hormon antidiuretik (ADH).
3. Kebiasaan/gaya hidup. Gaya hidup ada kaitannya
dengan kebiasaan seseorang ketika berkemih.
Privasi dan waktu yang adekuat untuk berkemih
biasanya penting untuk kebanyakan individu.
Beberapa individu memerlukan distraksi (misalnya
membaca) untuk relaks. Contoh lain, seseorang
yang terbiasa buang air kecil di sungai atau di alam
bebas akan mengalami kesulitan ketika harus
berkemih di toilet atau menggunakan pispot pada
saat sakit.
4. Faktor psikososiokultural
a. Faktor psikologis. Seorang individu yang
cemas dapat merasakan suatu keinginan
untuk berkemih, bahkan setelah buang air
beberapa menit sebelumnya. Ansietas juga
dapat membuat individu tidak mampu
berkemih sampai tuntas. Ketegangan
emosional membuat relaksasi otot abdomen
dan otot perineum menjadi sulit.
b. Faktor sosial-kultural. Adat istiadat tentang
privasi berkemih berbeda-beda. Masyarakat
Amerika Utara mengharapkan agar fasilitas
toilet merupakan suatu yang pribadi
sementara beberapa budaya Eropa menerima
fasilitas toilet yang digunakan secara
bersama-sama. Peraturan sosial (misalnya
anak-anak saat istirahat sekolah)
memengaruhi waktu berkemih.

121 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5. Aktivitas dan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan kerja (kontraksi) otot-otot kandung
kemih, abdomen, dan pelvis. Jika terjadi gangguan
pada kemampuan tonus otot, dorongan untuk
berkemih juga akan berkurang. Aktivitas dapat
meningkatkan kemampuan metabolisme dan
produksi urine secara optimal. Lemahnya otot
abdomen dan otot dasar panggul merusak kontraksi
kandung kemih dan kontrol sfinger uretra eksterna.
6. Status volume. Ginjal mempertahankan
keseimbangan sensitif antara retensi dan ekskresi
cairan. Apabila cairan dan konsentrasi elektrolit
serta sulit berada dalam keseimbangan,
peningkatan asupan cairan dapat menyebabkan
peningkatan produksi urine
7. Kondisi penyakit. Kondisi sakit seperti demam dapat
menyebabkan penurunan produksi urine akibat
banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui
penguapan. Kondisi inflamasi dan iritasi organ
kemih dapat menyebabkan retensi urine.
8. Medikasi. Penggunaan obat-obat tertentu (misal
diuretik) dapat meningkatkan haluaran urine,
sedangkan penggunaan antikolinergik dapat
menyebabkan retensi urine (misalnya atropin),
antihistamin (misalnya sudafed), antihipertensi
(misalnya aldoment), dan obat penyekat beta-
adrenergik (misalnya inderal).
9. Prosedur pembedahan. Tindakan pembedahan
menyebabkan stres yang akan memicu sindrom
adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan

122 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
melepaskan hormon ADH sehingga meningkatkan
reabsorpsi air dan menurunkan haluaran urine.
10. Pemeriksaan diagnostik. Prosedur pemeriksaan
saluran perkemihan dapat memengaruhi berkemih,
seperti IVY (intravenus pyelogram) dan urogram,
tidak membolehkan klien mengonsumsi cairan per
oral sehingga akan memengaruhi haluaran urine. Hal
ini menyebabkan klien sering mengalami retensi
urine dan mengeluarkan urine berwarna merah
muda akibat adanya perdarahan.

E. Masalah Perubahan pada Pola Berkemih


Klien yang memiliki masalah perkemihan paling
sering mengalami gangguan dalam aktivitas
berkemihnya. Beberapa klien dapat mengalami
perubahan sementara atau permanen dalam jalur
normal ekskresi urine, klien yang menjalani diversi
urine memiliki masalah khusus karena urine keluar
melalui stoma.
Beberapa perubahan yang terjadi pada pola
eliminasi urine akibat kondisi tersebut antara lain
inkontinensia, retensi, enuresis, frekuensi, urgensi, dan
disuria.
1. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi
tertahannya urine di kandung kemih akibat
terganggunya proses pengosongan kandung kemih
sehingga kandung kemih menjadi regang.
2. Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah
kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu
dikontrol oleh sfingter eksternal. Sifatnya bisa

123 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
menyeluruh (inkontinensia komplet) atau sebagian
(inkontinensia parsial). Infeksi saluran kemih
bawah. Infeksi ini sering didapat di rumah sakit.
Mikroorganisme sering masuk ke dalam saluran
kemih melalui rute uretra asenden.
3. Diversi urinarius. Klien yang memiliki diversi
urinarius inkontinen harus mengenakan kantung
stoma secara berkelanjutan karena tidak terdapat
mengontrol sfingter untuk mengatur keluarnya
aliran urine.
F. Gejala Perubahan Perkemihan
Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain
yang kerap dijumpai pada pola berkemih adalah
perubahan produksi urine. Perubahan tersebut meliputi
sebagai berikut.
1. Poliuria. Produksi urine abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa
adanya peningkatan intake cairan. Kondisi ini dapat
terjadi pada penderita diabetes atau insipidus,
penggunaan diuretik, diuresis pascaobstruktif,
ketidakseimbangan hormonal (misal ADH), dan
nefritis kronik.
2. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine
yang rendah, yakni 100-500 ml/24 jam. Kondisi ini
bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau
pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang
ini mengindikasikan gangguan pada aliran darah
menuju ginjal. Sementara anuria adalah produksi
urine kurang dari 100 ml/24 jam.

124 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
3. Enuresis (mengompol), Enuresis adalah peristiwa
berkemih yang tidak disadari pada anak yang
usianya melampaui batas usia normal kontrol
kandung kemih seharusnya tercapai. Enuresis lebih
banyak terjadi pada anak-anak di malam hari
(enuresis nokturnal).
4. Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih
(frekuensi) adalah meningkatnya frekuensi
berkemih tanpa disertai peningkatan asupan cairan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita hamil
(tekanan rahim pada kandung kemih), kondisi stres
psikologis, dan infeksi saluran kemih.
5. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat
untuk berkemih. Ini biasa terjadi pada anak-anak
karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang
lemah. Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi
stres psikologis, penuhnya kandung kemih, iritasi
atau radang kandung kemih akibat infeksi, sfingter
uretra tidak kompeten.
6. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat
berkemih. Ini biasanya terjadi pada kasus infeksi
uretra, peradangan atau infeksi saluran kemih,
trauma atau inflamasi kandung kemih.
7. Nokturia. Nokturia yaitu berkemih berlebihan atau
sering pada malam hari. Penyebab atau faktor
terkait adalah asupan cairan berlebihan sebelum
tidur (terutama kopi atau alkohol), penyakit ginjal,
proses penuaan.
8. Dribbling (urine yang menetes). Dribbling yaitu
kebocoran atau rembesan urine walaupun ada

125 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
kontrol terhadap pengeluaran urine, terdapat darah
dalam urine.
9. Hematuria, terdapat darah dalam urine. Penyebab
atau faktor terkait adalah neoplasma pada ginjal
atau kandung kemih, penyakit glomerulus, infeksi
pada ginjal atau kandung kemih, trauma pada
struktur perkemihan, diskrasia darah dalam urine.
10. Retensi. Retensi yaitu akumulasi urine di dalam
kandung kemih disertai ketidakmampuan kandung
kemih untuk benar-benar mengosongkan diri.
11. Residu urine. Residu urine yaitu volume urine
yang tersisa setelah berkemih (volume 100 ml atau
lebih).

G. KESIMPULAN
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni
eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar) Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah: ginjal, kandung
kemih dan uretra. Dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi urine terjadi proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika urinaria
(kandung kemih). Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi urine adalah diet, asupan, respon keinginan
awal untuk berkemih kebiasaan seseorang dan stress
psikologi.
Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan
eliminasi urine dan alvi dalam kehidupan kita sehari-

126 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
hari. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya
urine dan alvi

H. PERTANYAAN
1.Mengapa eliminasi penting bagi tubuh?
Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan
keseimbangan fisiologis melalui sisa-sisa metabolisme
tubuh
2.Apa yang menyebabkan gangguan eliminasi alvi?
Penyebab Inkontinensia Alvi Diare, yang
mengakibatkan tinja lebih berair, sehingga
memperburuk inkontinensia tinja. Kerusakan saraf
pengendali sfingter anus, yang dapat diakibatkan oleh
persalinan, peregangan berlebihan saat buang air, atau
cedera saraf tulang belakang.

I. DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal, Lilis, Indrawati dan Joko,
Susanto. 2015. Buku Ajar: Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Salemba Medika.
Ethel Sloane.2004.Anatomi dan fisiologi untuk
pemula.Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC.
Anakardian Kris Buana Devi. 2017. Anatomi
Fisiologi dan biokimia Keperawatan.Pustaka Baru Press.
Syaifuddin.2002.Fungsi Sistem Tubuh Manusia.
Jakarta: Widya Medika.
Taylor,Carol R.,dkk.1989.Fundamental of
Nursing:The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia:J.B.Lippincot Co.

127 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Reeves,C.J.,dkk.2001.Keperawatan medical
bedah. Jakarta:Salemba Medika.
Glosarium
BAB: Buang air besar
Konstipasi : Susah buang air besar atau sembelit
Defekasi : Buang air besar, buang kotoran, berak.
Kimus : Bahan setengah cair,seperti bubur yang
ada di lambung sebagai hasil pencernaan makanan.
ADH: Anti Deuretik Hormon
IVY: Intra Venus Pyelogram
Urine : Air Seni,Kemih atau Air Kencing.

128 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB VIII KEBUTUHAN AKTIVITAS
(Titin Supriatin, S.Kep., Ners.,M.Kep)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelas proses pembelajaran, mampu memahami
dan menjelaskan terkait konsep pemenuhan kebutuhan
aktivitas

B. Materi
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

1. Definisi Kebutuhan Aktivitas


Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar
yang mutlak bagi setiap manusia. Dengan beraktivitas,
maka tubuh akan menjadi lebih sehat, dan
mempengaruhi fungsi sistem tubuh lainnya, dengan
baiknya aktivitas tubuh maka sistem pernafasan dan
sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik pula,
demikian pula metabolisme tubuh akan bekerja labih
optimal melalui kegiatan beraktivitas. Dalam
pemenuhan kebutuhan aktivitas tidak lepas dari
koordinasi dengan system lainnya, seperti sistem

129 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pernafasan dan muskuloskeletal yang adekuat (Mubarak
& Chayatin, 2007).
Setiap individu memiliki irama atau pola masing-
masing dalam melakukan aktivitas sahari-hari seperti
bekerja, rekreasi, istirahat tidur, dan lain-lain. Aktivitas
fisik merupakan irama sirkadian manusia. Aktifitas fisik
pada dasarnya adalah bagaimana menggunakan tubuh
secara efisien, terkoordinasi, dan aman, sehingga
menghasilkan gerakan yang baik dan memelihara
keseimbangan selama beraktivitas (Asmadi, 2008).
Kebutuhan aktivitas adalah kebutuhan dasar untuk
melakukan mobilitas (bergerak). Kebutuhan dasar ini
diatur oleh beberapa sistem/organ tubuh diantaranya
tulang, otot, tendon, ligamen, sistem saraf, dan sendi
(Hidayat & Uliyah, 2015).
2. Koordinasi aktivitas fisik
Koordinasi aktivitas fisik melibatkan fungsi sistem
muskuloskeletal muskuloskeletal dan sistem saraf
(neuromuskuler).

a. Anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal


Komponen sistem muskuloskeletal melibatkan
tulang, otot, tendon, ligamen, kartilago, dan
sendi (Asmadi, 2008).

1) Tulang
Tulang adalah jaringan dinamis yang
tersusun dari tiga jenis sel, yaitu osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Fungsi tulang:
a) Sebagai penunjang jaringan tubuh yang
membentuk otot-otot tubuh.

130 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
b) Melindungi organ yanng lunak, seperti otak,
jantung, paru-paru, dan sebagainya.
c) Membantu pergerakan tubuh.
d) Menyimpan garam-garam mineral, seoperti
kalsium.
e) Membantu proses hematopoiesis, yaitu
proses pembentukan sel darah merah di
sumsum tulang.
2) Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi
dan menghasilkan gerakan-gerakan. Otot ada
tiga macam, yaitu otot rangka, otot polos,
dan otot jantung. Otot rangka terdapat pada
sistem skletal dan merupakan otot yang
paling berperan dalam aktivitas fisik. Otot
rangka berfungsi dalam membantu
pengontrolan gerakan, mempertahankan
postur tubuh, dan menghasilkan panas.

3) Tendon
Tendon adalah sekumpulan jaringan fibrosa
padat yang merupakan perpanjangan dari
pembungkus otot dan membentuk ujung-
ujung otot yang mengikatkannya pada tulang.
Tendon ini dibatasi oleh membran sinovial
yang berfungsi untuk memberikan pelicin
agar pergerakan tendon menjadi mudah.

4) Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan jaringan
penyambung fibrosa yang padat, lentur, dan

131 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
kuat. Ligamen berfungsi menghubungkan
ujung persendian dan menjaga kestabilan.

5) Kartilago
Kartilago terdiri atas serat yang tertanam
dalam suatu gel yang kuat tetapi elastis dan
tidak mempunyai pembuluh darah. Fungsi
kartilago antara lain:
a) Mengurangi gesekan dan berperan sebagai
bantalan antar tulang di persendian.
b) Membantu menopang berat badan saat
tubuh melakukan kegiatan seperti berlari,
membungkuk, atau melakukan peregangan.
c) Sebagai perekat tulang-tulang di tubuh.
d) Menjalankan fungsi sesuai organ yang
dibentuknya.
6) Sendi
Persendian memfasilitasi pergerakan dengan
memungkinkan terjadinya kelenturan. Ada
tiga jenis sendi, yaitu sendi sinartroses (sendi
yang tidak bergerak, seperti batas tulang
tengkorak), sendi amfiartoses (sendi yang
pergerakannya terbatas hanya satu gerakan,
seperti tulang vertebrae), dan sendi
diartroses (sendi yang bebas pergerakannya,
seperti sendi bahu dan sendi leher).

b. Anantomi dan fisiologi sistem saraf


(Neuromuskuler)
Menurut Mubarak, Indrawati, dan Susanto
(2015), secara spesifik sistem persarafan memiliki
beberapa fungsi, yaitu:

132 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
1) Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerim
rangsangan dari luar kemudian meneruskannya
ke susunan saraf pusat.
2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa
implus dari bagian tubuh satu ke bagian
tubuh lainnya.
3) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi
memproses impuls dan kemudian
memberikan respon melalui saraf eferen.
4) Saraf eferen, berfungsi menerima respon
dari SPP kemudian meneruskannya ke otot
rangka.
3. Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik
a. Tingkat perkembangan tubuh
Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan
neuromuskular dan tubuh secara proporsional,
postur, dan refleks akan berfungsi secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangan.

b. Kesehatan fisik
Penyakit, cacat tubuh, dan imobilisasi akan
memengaruhi pergerakan tubuh. Banyak penyakit
yang menimbulkan keterbatasan aktivitas, baik
karena efek penyakitnya maupun faktor terapi
pembatasan aktivitas.

c. Keadaan nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan
kelemahan pada otot, sedangkan obesitas dapat
menyebabkan pergerakan menjadi kurang bebas.

d. Kelemahan neuromuscular dan skeletal

133 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Adanya postur abnormal seperti skoliosis,
lordosis, dan kifosis dapat berpengaruh terhadap
pergerakan.

e. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di kantor dengan
sebagian besar waktunya duduk dibelakang meja,
kurang melakukan aktivitas jika dibandingkan
dengan petani atau buruh.

4. Konsep mobilitas
a. Pengertian mobilitas
Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas dalam rangka mempertahankan
kesehatannya (Hidayat & Uliyah, 2015). Mobilitas
adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehat. Mobilitas diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri.
Lingkup mobilitas itu sendiri mencakup exercise
atau range of motion (ROM), ambulansi, dan body
mechanic (Kozier, 2000 dalam Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015)

b. Tujuan mobilitas
Tujuan mobilitas adalah memenuhi kebutuhan
dasar (termasuk melakukan aktivitas hidup

134 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
sehari-hari dan aktivitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari
trauma), mempertahankan konsep diri, dan
mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan
non verbal. Adapun tujuan dari mobilitas
menurut Brunner dan Suddarth (2002) dalam
Mubarak, Indrawati, dan Susanto (2015) meliputi:

1) Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah


kemunduran serta mengembalikan rentang
gerak aktivitas tertentu sehingga penderita
dapat kembali normal atau setidak-tidaknya
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Memperlambat peredaran darah.
3) Membantu pernafasan menjadi lebih kuat.
4) Mempertahankan tonus otot, memelihara,
dan meningkatkan pergerakan dan
persendian.
5) Memperlancar eliminasi fekal dan urine.
6) Melatih pergerakan atau ambulasi.
c. Jenis mobilitas
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015), jenis
mobilitas:
1) Mobilitas penuh merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak secara penuh,
bebas tanpa pembatasan jelas yang dapat
mempertahankan untuk berinteraksi sosial
dan menjalankan peran sehari-harinya.
Mobilitas penuh memberikan fungsi saraf
motorik volunter dan sensori yang dapat

135 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
mengontrol seluruh area tubuh seseorang
yang melakukan mobilitas.
2) Mobilitas sebagian merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas atau tidak mampu
bergerak secara bebas, hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuh seseorang.
Mobilitas sebagian ada dua jenis, yaitu:
3) Mobilitas sebagian temporer merupakan
kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan bersifat sementara. Hal
ini disebabkan adanya trauma reversibel
pada sistem muskuloskeletal, contohnya
ada dislokasi sendi dan tulang.
4) Mobilitas sebagian permanen merupakan
kemampuan individu untuk bergerak
dengan batasan yang sifatnya menetap.
Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya
sistem saraf yang reversibel, contohnya
terjadi hemiplegia karena stroke.

d. Faktor yang mempengaruhi mobilitas


Menurut Mubarak, Indrawati, dan Susanto
(2015), faktor yang memengaruhi mobilitas meliputi
:
1) Gaya hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai-nilai yang dianut, serta
lingkungan tempat tinggal (masyarakat). Contoh
sederhananya adalah wanita jawa yang dituntut
untuk berpenampilan lemah dan lembut. Selain
itu, tabu bagi mereka untuk melakukan aktivitas

136 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang berat.
2) Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan
menghalangi seseorang untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum,
ketidakmampuan ada dua macam,
ketidakmampuan primer dan sekunder.
Ketidakmampuan primer disebabkan oleh
penyakit atau trauma (misal: paralisis akibat
gangguan atau cedera pada medula spinalis).
Sementara ketidakmampuan sekunder terjadi
akibat dampak dari ketidakmampuan primer
(misal: kelemahan otot dan tirah baring).
Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera
akan berpengaruh terhadap mobilitas.
3) Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah
satunya mobilitas. Dalam hal ini, cadangan
energi yang dimiliki masing-masing individu
bervariasi. Di samping ini, ada kecenderungan
seseorang untuk menghindari stresor guna
mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis.
4) Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan
seseorang dalam melakukan mobilitas. Pada
individu lansia, kemampuan untuk melakukan
aktivitas dan mobilitas menurun sejalan dengan
penuaan
5) Sistem neuromuscular
Mobilitas sangat dipengaruhi oleh sistem
neuromuskuler, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligamen, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot skeletal mengatur gerakan tulang karena

137 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontrak otot, yaitu
isotorik dan isometrik. Peningkatan tekanan
otot pada kontraksi isotonik menyebabkan otot
memendek sedangkan peningkatan tekanan
otot pada kontraksi isometrik tidak
menyebabkan otot memendek.
e. Rentang gerak dalam mobilitas
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah
satu dari tiga potongan tubuh,yaitu sagital, frontal,
dan transversal. Menurut Carpenito (2000) dalam
Mubarak, Indrawati, dan Susanto (2015) terdapat
tiga rentang gerak :
1) Rentang gerak pasif, berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif, berguna untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif misalnya berbaring pasien
menggerakkan kakinya.
3) Rentang gerak fungsional, berguna untuk
memperkuat otot-otot dan sendi dengan
melakukan aktivitas yang diperlukan.
5. Tinjauan asuhan keperawatan kebutuhab mobilitas

a. Pengkajian keperawatan
Menurut Hidayat & Uliyah (2015) pengkajian
kebutuhan mobilitas :

138 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
1) Pengkajian riwayat pasien saat ini, meliputi
alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan/gangguan mobilitas, seperti adanya
kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas, daerah terganggunya mobilitas,
dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
2) Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, seperti adanya riwayat penyakit
sistem neurologis (cerebro vaskular acsident,
trauma kepala, peningkatan intrakranial,
miastenia gravis, gullain barre, cedera
medula spinalis, dan lain-lain), riwayat
sistem kardiovaskuler (infark miokard, gagal
jantung kongestif), riwayat penyakit sistem
muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur,
artritis), riwayat penyakit sistem pernafasan
(penyakit paru obstruksi menahun,
pneumonia, dan lain-lain), riwayat
pemakaian obat-obatan (sedatif, hipotik,
depressan sistem saraf pusat, laksantif, dan
lain-lain).
3) Pengkajian fungsi motorik dilakukan pada
tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri
untuk dinilai ada tidaknya kelemahan dan
kekuatan.
4) Pengkajian terhadap kemampuan mobilitas,
meliputi kemampuan untuk miring secara
sendiri, duduk, berdiri, bangun, dan
berpindah. Untuk mengkaji kemampuan
mobilitas maka ditentukan tingkatan
mobilitas atau aktivitas.

139 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Tabel 8.1 Tingkat Mobilitas
Sumber: Hidayah dan Uliyah (2015)

Tingkat Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat sendiri secara
penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
atau peralatan.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain, dan
alat.
Tingkat 4 Semua tergantung dan tidak
dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan.

5) Pengkajian rentang gerak


Tabel 8.2. Pengkajian Rentang Gerak Sendi
Sumber: Hidayah dan Uliyah (2015)

Gerak sendi Derajat


Rentang
normal
Bahu
Aduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi 180
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.

140 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Siku
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah depan 150
dan ke arah atas menuju bahu.
Pergelangan tangan
1. Fleksi: tekuk jari-jari tangan ke bagian 80-
dalam lengan bawah. 90
2. Ekstensi: luruskan pergelangan tangan dari
posisi fleksi. 80-
3. Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 90
arah belakang sejauh mungkin. 70-
4. Abduksi: tekuk pergelangan tangan ke 90
sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap ke arah atas. 0-20
5. Adduksi: tekuk pergelangan tangan ke 30-
arah kelingking, telapak tangan 50
menghadap ke arah atas.
Tangan dan kaki
1. Fleksi: buat kepalan tangan. 90
2. Ekstensi: luruskan jari. 90
3. Hiperekstensi: tekuk jari-jari ke belakang 30
sejauh mungkin. 20
4. Abduksi: kembangkan jari tangan. 20
5. Adduksi: rapatkan jari-jari dari posisi
abduksi.

6) Pengkajian terhadap kekuatan otot untuk


menentukan derajat kekuatan ot

141 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Tabel 8.2 Derajat Kekuatan Otot Sumber: Hidayah
& Uliyah (2015)

Skala Presentase Karakteristik


kekuatan
normal
0 0 Parasilisis sempurna.
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat di palpasi atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi, dengan topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi.
4 75 Gerakan yang normal melawan
gravitasi.
5 100 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal.
7) Pengkajian perubahan psikologis
yang disebabkan adanya gangguan
mobilitas antara lain perubahan
perilaku, meningkatnya emosi,
perubahan dalam koping
mekanisme, dan lain-lain.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan
penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
142 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan masalah mobilitas
fisik adalah gangguan mobilitas fisik (SDKI,
2017).
1) Definisi gangguan mobilitas fisik
Keterbatasan dalam gerakan
fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri.
2) Penyebab gangguan mobilitas fisik
a) Kerusakan integritas struktur
tulang.
b) Perubahan metabolisme.
c) Ketidakbugaran fisik.
d) Penurunan massa otot.
e) Penurunan kekuatan otot.
f) Keterlambatan perkembangan.
g) Kekakuan sendi.
h) Kontraktur.
i) Malnutrisi.
j) Gangguan muskuloskeletal.
k) Gangguan neuromuskular.
l) Indeks masa tubuh di atas
persentil ke-75 sesuai usia.
m) Efek agen farmakologis.
143 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
n) Program pembatasan gerak.
o) Nyeri.
p) Kurang terpapar informasi tentang
aktivitas fisik.
q) Kecemasan.
r) Gangguan kognitif.
s) Keengganan melakukan
pergerakan.
t) Gangguan sensori persepsi.
3) Gejala dan tanda gangguan mobilitas
fisik
Tabel 8.3 Gejala Dan Tanda Gangguan Mobilitas
FisikSumber: SDKI, 2017

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
1. Mengeluh sulit 1. Kekuatan otot menurun.
menggerakkan 2. Rentang gerak (ROM)
ekstremitas. menurunn.
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1. Nyeri saat bergerak. 1. Sendi kaku.
2. Enggan melakukan 2. Gerakan tidak
pergerakan. terkoordinasi.
3. Merasa cemas saat 3. Gerakan terbatas.
bergerak. 4. Fisik lemah.

4) Kondisi klinis terkait


144 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
a) Stroke.
b) Cedera medula spinalis.
c) Trauma.
d) Fraktur.
e) Osteoarthritis.
f) Ostemalasia.
g) Keganasan.

c. Intervensi keperawatan
Menurut Tarwoto & Wartonah
(2010), pada tahap perencanaan, ada
empat hal yang harus diperhatikan antara
lain:
1) Menentukan prioritas masalah.
2) Menentukan tujuan.
3) Menentukan kriteria hasil.
4) Merumuskan intervensi dan aktivitas
perawatan.

145 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Tabe 8.3 Intervensi Keperawatan Gangguan
Mobilitas Fisik Sumber: SIKI (2018)

Diagnosa Intervensi utama Intervensi


pendukung

Gangguan mobillitas Dukungan mobilisasi 1. Dukungan


fisik berhubungan Observasi: kepatuhan
dengan penurunan 1. Identifikasi adanya progrm
kekuatan otot. nyeri atau keluhan pengobatan.
Tujuan: fisik lainnya. 2. Dukungan
Setelah dilakukan 2. Identifikasi toleransi perawatan diri.
asuhan keperawatan aktivitas fisik 3. Dukungan
diharapkan mobilitas melakukan perawatan diri:
fisik meningkat pergerakan. BAB/BAK.
dengan kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi 4. Dukungan
1. Pergerakan jantung dan tekanan perawatan diri:
ekstremitas darah sebelum berpakaian.
meningkat. memulai mobilisasi. 5. Dukungan
2. Kekuatan 4. Monitor kondisi umum perawatan diri:
otot selama melakukan makan/minum.
meningkat. mobilisasi. 6. Dukungan
3. Rentang gerak Terapeutik perawatan diri:
(ROM) 1. Fasilitasi aktivitas mandi.
meningkat. mobilisasi dengan alat 7. Edukasi latihan
4. Nyeri menurun. bantu (mis. pagar fisik.
5. Kecemasan tempat tidur). 8. Edukasi teknik
menurun. 2. Fasilitasi ambulasi.
6. Kaku melakukan 9. Edukasi teknik
sendi pergerakan, jika transfer.
menurun. perlu. 10. Konsultasi via
7. Gerakan 3. Libatkan keluarga telepon.
146 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tidak untuk membantu 11. Latihan otogenik.
terkoordina pasien dalam 12. Manajemen
si menurun. meningkatkan energi.
8. Gerakan pergerakan. 13. Manajemen
terbatas Edukasi lingkungan.
menurun. 1. Jelaskan tujuan dan 14. Menajemen
9. Kelemahan prosedur mobilisasi. mood.
fisik menurun. 2. Anjurkan melakukan 15. Mannajemen
Sumber: mobilisasi dini. nutrisi.
(SLKI, 2019) 3. Ajarkan mobilisasi 16. Manajemen nyeri.
sederhana yang harus 17. Manajemen
dilakukan (mis. duduk medikasi.
di tempat tidur, duduk 18. Manajemen
di sisi tempat tidur, program
pindah dari tempat latihan.
tidur ke kursi). 19. Manajemen
sensasi perifer.
Dukungan Ambulasi 20. Manajemen
Observasi: neurologis.
1. Identifikasi adanya 21. Pemberian obat.
nyeri atau keluhan 22. Pemberian obat
fisik lainnya. intravena.
2. Identifikasi toleransi 23. Pembidaian.
aktivitas fisik 24. Pencegahan
melakukan ambulasi. jatuh.
3. Monitor frekuensi 25. Pencegahan luka
jantung dan tekanan tekan.
darah sebelum 26. Pengaturan posisi.
memulai ambulasi. 27. Pengekangan
4. Monitor kondisi umum fisik.
selama melakukan 28. Perawatan kaki.
ambulasi. 29. Perawatan
147 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Terapeutik sirkulasi.
1. Fasilitasi aktivitas 30. Perawatan tirah
ambulasi dengan alat baring.
bantu (mis. tongkat, 31. Perawatan traksi.
kruk). 32. Promosi berat
2. Anjurkan melakukan badan.
mobilisasi fisik, jika 33. Promosi
perlu. kepatuhan
3. Libatkan keluarga program
untuk membantu latihan.
pasien dalam. 34. Teknik latihan
meningkatkan penguatan otot.
ambulasi. 35. Teknik latihan
Ajarkan ambulasi penguatan
sederhana. yang sendi.
harus dilakukan. 36. Teknik aktivitas.
37. Teknik pemijatan.
Teknik relaksasi
otot progresif.

148 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
d. Implementasi
Implementasi/tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi. Tindakan mandiri adalah
aktivitas perawat yang didasarkan pada
keputusan sendiri. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama, seperti dokter
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
Implementasi keperawatan dapat
disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah ditetapkan dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) meliputi
tindakan observasi, terapeutik, edukasi,
dan kolaborasi. Bentuk implementasi
keperawatan gangguan mobilitas fisik:

1) Bentuk perawatan, pengkajian untuk


mengidentifikasi masalahbaru atau
mempertahankan masalah yang ada.
2) Pengajaran/pendidikan kesehatan
pada pasien untuk membantu
menambah pengetahuan tentang
kesehatan.
3) Konseling pasien untuk memutuskan
kesehatan pasien.

4) Konsultasi atau berdiskusi dengan


tenaa profesional kesehatan lainnya
sebagai bentuk perawatan holistik.
5) Membantu pasien dalam melakukan
aktivitas sendiri.

149 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
e. Evaluasi
Langkah-langkah evaluasi pasien antara
lain: membuat daftar tujuan pasien,
melakukan pengkajian apakah pasien
dapat melakukan sesuatu, membandingkan
antara tujuan dengan kemampuan pasien,
dan mendiskusikan dengan pasien
mengenai tujuan dapat tercapai atau tidak
(Tarwoto & Wartonah, 2010). Evaluasi
keperawatan terhadap pasien dengan
masalah gangguan mobilitas fisik mengacu
pada capaian tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) meliputi apakah pasien
mengalami peningkatan terhadap
kemampuan pergerakan ekstremitas,
kekuatan otot, dan rentang gerak (ROM)
serta apakah pasien mengalami penurunan
terhadap nyeri, kecemasan, kaku sendi,
gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas, dan kelemahan fisik

C.Rangkuman
Kebutuhan aktivitas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia. Dengan beraktivitas, maka
tubuh akan menjadi lebih sehat. Dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas tidak lepas dari koordinasi dengan
system lainnya, seperti sistem persarafan
(neuromuscular) dan muskuloskeletal yang adekuat.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas diantaranya usia,
kesehatan fisik, keadaan nutrisi, kelemahan
neuromuscular dan skeletal, pekerjaan.

150 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
D.Tugas
1. Dalam koordinasi aktivitas fisik melibatkan
fungsi sistem muskuloskeletal muskuloskeletal
dan sistem saraf (neuromuskuler). Sebutkan
organ tubuh yang terlibat didalamnya dan
jelaskan!
2. Apakah yang dimaksud dengan mobilitas,
jelaskan pula tujuan dari mobilitas?
3. Sebutkan jenis-jenis mobilitas yang anda
ketahui?
4. Bagaimana cara melakukan pengkajian pada
pasien kebutuhan aktivitas!
5. Sebutkan gejala dan tanda pasien dengan
gangguan mobilitas fisik yang biasa ditemukan?

E.Referensi
Asmadi. (2008). Teknik prosedural konsep & aplikasi
kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.
Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah. (2015). Pengantar
kebutuhan dasar manusia. edisi 2. Jakarta:
Salemba Empat
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010).
Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses dan praktik (7th ed.). Jakarta: EGC.
Mubarak & Nurul Chayatin.(2007). Buku Ajar Kebutuhan
Dasar manusia teori dan Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: EGC
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku
Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (2nd ed.). Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

151 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Praktik, Volume 2. In M. Ester, D. Yuliati, & I.
Parulan (Eds.) (ed 4 vol 2, pp. 1153–1970).
Jakarta: ECG.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia.
Tarwoto, W. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses
Keperawatan (3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

G.Glosarium

Elastis : Dapat kembali kebentuk


semula
Reseptor : Merupakan alat penerima
rangsangan
Neuron : Sel yang terpanjang yang
dimilki oleh tubuh manusia
dan bertugas untuk menerima
dan menghantarkan impuls ke
tempat yang dituju
Impuls : Pesan kimia maupun fisik dari
luar organ yang dialirkan
melaui selaput permukaan
serabut saraf.
Nutrisi : Makanan yang mengandung
gizi; nutrien
Skoliosis : Kelainan pada tulang belakang
yang ditandai dengan bentuk

152 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
punggung melengkung seperti
huruf C atau S
Lordosis : Kelainan pada tulang belakang
(vertebra) yang
mengakibatkan lumbar
(bagian bawah) melengkung ke
dalam secara berlebihan.
Kifosis : Kelainan pada lengkungan
tulang belakang yang
membuat punggung bagian
atas terlihat membungkuk

153 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
154 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB IX KEBUTUHAN ISTRAHAT TIDUR
Uun Kurniasih.S.Kep.Ns.M.M

A. POKOK BAHASAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR


Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa dapat
1. Menjelaskan pengertian istirahat, tidur
2. Menjelaskan karakteristik istirahat
3. Menjelaskan fungsi tidur
4. Menjelaskan fisiologi tidur
5. Menyebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi tidur
6. Menjelaskan gangguan tidur
7. Menjelaskan kebutuhan tidur berdasarkan perkembangan

B. MATERI

1. Pengertian
a. Istirahat
Keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional
dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti
tidak melakukan aktivitas sama sekali, tapi juga kondisi
yangmembtuhkan ketenangan. Terkadang, jalan-jalan di
taman, nonton tv, dan sebagainya juga dapat dikatakan
sebagai bentuk istirahat. Keadaan istirahat berarti
berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai
untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan untuk

155 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyullitkan bahkan menjengkelkan (Alimul, 2006).
b. Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang – ulang,
perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode
tertentu. Jika seseorang memperoleh tidur yang cukup,
mereka 30 merasa tenaganya pulih.
c. Karakteristik istirahat
Terdapat beberapa karakteristik istirahat, misalnya
Narrow (1967), yang dikutip Perry dan Potter 1993, (dalam
Alimul 2006), mengemukakan ada 6 karakteristik, yaitu:
1) merasakan bahwa segala sesuatunya dapat diatasi;
2) merasa diterima;
3) mengetahui apa yang sedang terjadi;
4) bebas dari gangguan ketidaknyamanan;
5) mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas
yang mempunyai tujuan;
6) mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.
d . Fungsi Tidur
Potter & Perry (2012), menyatakan bahwa tidur
bermanfaat dalam pemulihan fisiologis dan psikologis
individu. Tidur nyenyak bermanfaat memelihara fungsi
jantung. Selama tidur tahap 4 NREM, tubuh melepaskan
hormone pertumbuhan untuk memperbaiki sel – sel otak.
Teori lain mengatakan, bahwa tubuh menyimpan energi
selama tidur. Otot skeletal berelaksasi secara progresif.
Penurunan laju metabolik lebih jauh menyimpan
persediaan energi tubuh (Anch, 1988 dalam Potter &
Perry, 2012). Tidur REM sangat penting untuk pemulihan
fungsi kognitif. tidur REM dikaitkan dengan perubahan
aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal,
peningkatan konsumsi O2 dan pelepasan epinefrin. Hal ini
membantu penyimpanan memori dan pembelajaran. Tidur

156 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
REM yang kurang dapat berdampak pada perasaan bingung
dan curiga (Potter & Perry, 2012

2. Fisiologi tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system


pada batang otak, yaitu: Reticular Activating System (RAS)
dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas
batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi
stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta
emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur
terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR. (Hidayat,
2008).

3. Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam
biologis) yang berbeda. Pada manusia, bioritme ini
dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor
lingkungan (misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan
stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling
umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus
selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,
tekanan darah, temperature, sekresi hormon, metabolism
dan penampilan serta perasaan individu bergantung pada
ritme sirkadiannya.
Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang
sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika
individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam
biologisnya. Individu akan bangun pada saat ritme
fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada
saat ritme tersebut paling rendah.

157 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
4. Tahapan tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan


bantuan alat elektroensefalogram (EEG), elektro-
okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui
ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM). (Asmadi, 2008).
5. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-
pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh
orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa
dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur
NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di
samping itu, semua proses metabolic termasuk tanda-
tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur
NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut
sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut
sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).
6. Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan


berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak
senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi
pada tahap ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif
dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap
individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru
dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi,
sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasan sering kali tidak teratur.
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM
dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung
selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat
hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut
dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM.
Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
158 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu,
individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.
Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama
10 menit.

7. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUANTITAS DAN


KUALITAS TIDUR
Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun
kuantitas tidur, di antaranya adalah penyakit, lingkungan,
kelelahan, gaya hidup, stress emosional, stimulan dan
alkohol, diet, merokok, dan motivasi.
Selanjutnya mari kita bahas faktor yang
mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur.
a. Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress
fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur. Sakit
dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang.
Banyak penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur,
misalnya penyakit yang disebabkan oleh infeksi, namun
banyak juga penyakit yang menjadikan klien kurang
atau bahkan tidak bisa tidur, misalnya nyeri habis
operasi.
Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur
yang lebih banyak daripada biasanya di samping itu,
siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami
gangguan.

b. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus
menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus
tertentu atau adanya stimulus dapat menghambat
upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak
nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu

159 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan
kondisi tersebut.
c. Latihan dan Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi
pola tidur seseorang. Semakin Lelah seseorang,
semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya.
Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang.

d. Gaya Hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus
mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang
tepat.

e. Stress Emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur
seseorang. Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar
norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf
simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus
tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya
terjaga saat tidur.
f. Stimulant dan Alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman
dapat merangsang susunan syaraf pusat (SSP) sehingga
dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur
REM. Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu
sering kali mengalami mimpi buruk.

g. Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan
penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam
hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan

160 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode
terjaga di malam hari.
h. Merokok
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki
efek stimulasi pada tubuh. Akibatnya, perokok sering
kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di
malam hari.
i. Medikasi
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi
kualitas tidur seseorang. Hipnotik dapatmengganggu
tahap III dan IV tidur NREM, metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan
narkotik (misalnya: meperidin hidroklorida dan morfin
(yang biasanya di gunakan dalam pengobatan saat
perang)) diketahui dapat menekan tidur REM dan
menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.
j. Motivasi
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat
menutupi perasaan lelah seseorang. Sebaliknya,
perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk
terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk.
k. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur.
Jadi ada 11 faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam proses tidurnya, bila kita hubungkan
dengan klien di masyarakat, disini akan membantu kita
menentukan asuhan keperawatan apabila menemukan
klien yang datang dengan gangguan tidur.

161 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
8. GANGGUAN TIDUR YANG UMUM TERJADI

a. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitasmaupun
kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena faktor mental seperti perasaan
gundah atau gelisah.

Ada tiga jenis insomnia:


Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.
Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur
karena seringnya terjaga.
Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit
untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
mengatasi insomnia antara lain dengan
mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif
melalui olahraga rutin, menghindari rangsangan
tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan
tidur jika benar-benar mengantuk).

162 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
b. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat
mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.
Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa
turunan parasomnia antara lain sering terjaga
(misalnya: tidur berjalan, night terror), gangguan
transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau),
parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya:
mimpi buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).

163 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
c. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia,
yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang
hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi
tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan
pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggung jawab pada siang hari.

d. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak


tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab
pastinya belum diketahui. Diduga karena
kerusakan genetik system saraf pusat yang
menyebabkan tidak terkendali lainnya periode
tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah
164 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau
metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

e.Apnea Saat Tidur dan Mendengkur

Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi


terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur.
Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang mengorok
dengan keras, sering terjaga di malam hari,
insomnia, mengatup berlebihan pada siang hari,
sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau
mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi
atau aritmia jantung. Mendengkur sendiri
disebabkan oleh adanya rintangn dalam pengairan
udara di hudung dan mulut pada waktu tidur,
biasanya disebabkan oleh adenoid, amandel atau
mengendurnya otot di belakang mulut.

165 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
f.Enuresa

Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak


disengaja pada waktu tidur, atau biasa disebut
isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua
jenis: enuresa noktural: merupakan amengompol
di waktu tidur, dan enuresa diurnal, mengompol
saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM

Pola Tidur
Pola Tidur Normal Berdasarkan Usia Usia Tingkat
Perkembangan
Jumlah Kebutuhan Tidur Tahapan Tidur

166 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
0 - 3 bulan Neonatus 14 – 18 jam/hari REM 50%
(minggu pertama kelahiran)
1 - 18 bulan Bayi 12 – 14 jam/hari REM 20 – 30%
18 bulan – 3 tahun Anak 11 – 12 jam/hari REM 25%
3 - 6 tahun Prasekolah 11 jam/hari REM 20%
6 – 12 tahun Sekolah 10 jam/hari REM 18,5%
12 – 18 tahun Remaja 8,5 jam/ hari REM 20%
18 – 40 tahun Dewasa Muda 7 – 8 jam/hari REM 20
– 25%
40 – 60 tahun Dewasa Pertengahan 7 jam/hari REM
20%
60 tahun ke atas Usia Tua 6 jam/hari REM 20 – 25%
NREM menurun

ILUSTRASI DAN CONTOH.


Ny. C. berusia 54 tahun masuk Rumah Sakit pada
tangal 23 Oktober 2022 dengan keluhan sesak nafas,
demam, batuk-batuk ,pusing, sakit kepala dan
bertambah sesak jika melakukan aktifitas , Pasien
mengatakan sulit tidur dimalam hari karena khawatir
dengan kondisinya saat ini. Disamping itu pasien juga
susah tidur karena lingkungan asing, mengeluh sering
terjaga dimalam hari, tidak puas tidur, dan hanya tidur
dua jam pada malam .
Berdasarkan pemaparan pengkajian di atas,
adapun analisis data yang dapat di rumuskan pada Ny. H
yaitu mengatakan sulit tidur dimalam hari karena
khawatir dengan kondisinya saat ini, pasien juga susah
tidur karena lingkungan asing, mengeluh sering terjaga
dimalam hari, tidak puas tidur, dan hanya tidur dua jam
pada malam hari, pasien tampak menguap saat
pengkajian dan terdapat kantung mata.
Berdasarkan analisis data yang telah di paparkan
pada pengkajian di atas adapun rumusan diagnosis
167 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
keperawatan sesuai dengan Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017) yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan
Hambatan lingkungan dibuktikan dengan pasien
mengatakan sulit tidur di malam hari karena khawatir
dengan kondisi saat ini, tidak bisa tidur karena
lingkungan asing, mengeluh sering terjaga dimalam hari,
tidak puas tidur, dan hanya tidur dua jam pada malam
hari, tampak menguap saat pengkajian ,dan terdapat
kantong mata

TUJUAN
SLKI DPP PPNI (2019) Setelah dilakukan rencana
keperawatan selama 3x24 jam maka Pola Tidur (L.05045)
membaik dengan kriteria hasil : - Keluhan sulit tidur
menurun - Keluhan sering terjaga menurun, Keluhan
tidak puas tidur menurun - Keluhan pola tidur berubah
menurun
INTERVENSI
SIKI DPP PPNI (2018) Dukungan tidur (I.05174)
Observasi - Identifikasi pola aktivitas dan tidur -
Identifikasi factor pengganggu tidur (fisik dan/atau
psikologis) - Identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (mis kopi,the,alcohol,makan
mendekati waktu tidur ,minum banyak air waktu tidur) -
Identivikasi obat tidur yang di konsumsi
Terapeutik : - Modifikasi Lingkungan (misnya
pencahayaan 28 ,kebisingan suhu,matras dan tempat
tidur ) - Batasi waktu tidur siang,jika perlu - Fasilitasi
menghilangkan stress sebelum tidur - Tetapkan jadwal
tidur rutin - Sesuaikan jadwal pemberian obat dana tau
tindakan untuk menunjang siklus tidur – terjaga. Edukasi
29 - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit -
Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur - Anjurkan
menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur yang berkontribusi
168 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
terhadap gangguan pola tidur (mis psikologis,gaya
hidup,sering berubah shift bekerja
Anjurkan Relaksasi otot autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya . Intervensi Inovasi yang disusun
yaitu : pemberian Eye Mask dan Earplug

C. Ringkasan

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya


tekanan Emosional bukan hanya dalam keadaan tidak
Beraktivitas tetapi juga Kondisi yang membutuhkan
Ketenangan. Kata Istirahat berati berhenti sebentar
untuk melepaskan lelah berasantai untuk menyegarkan
diri atau suatu keadaan. Sedangkan Tidur merupakan
kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau dapat
dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relative bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
kegiatan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang dengan ciri adanya aktivitas yang minim
memiliki kesadaran yang bervariasi. (Wedho, dkk, 2013)

169 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
D. DAFTAR PUSTAKA

Alman. 2000. Fundamental & Advanced Nursing


Skill. Canada: Delmar Thompson, Learning
Publisher.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan,
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
A. Azis Alimun. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia I.
Jakarta: Salemba Medika.
A. Azis Alimun H. 2006. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, Buku 1, Buku 2. Jakarta: Salemba
Medika.
A. Azis Alimun H, Musrifatul U. 2005. Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Elkin, et al . 2000. Nursing Intervention and
Clinical Skills. Aecond edt.
Kozier, B. 1995, Fundamental of Nursing: Concept
Process and Practice, Ethics and Values,
California, Addison Wesley.
Perry,at al. 2005. Ketwrampilan dan Prosedur
Dasar Kedokteran. Jakarta: EGC.
Potter,P. 1998. Fundamental of Nursing.
Philadelphia: Lippincott.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep,Proses, dan Praktik, Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik
Keperawatan. Jakarta: EGC.
PPNI (2018). Standar intervensi keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

170 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: definisi dan ktiteria hasil
keperawatan,Edisi 1.jakarta:DPP PPNI

S. Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010. Manajemen


Keperawatan. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Tim Poltekkes Depkes Jakarta III .2009. Panduan
Praktek KDM. Jakarta: Salemba Medika.
Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 2012.
Modul Pembelajaran KDM. Malang.

E.GLOSARIUM
A
Aktivitas : Keaktifan, kegiatan
B
Berelaksasi ; Pengenduran, pemanjangan (tentang
otot).
F
Fisiologis; cabang biologi yang berkaitan dengan
fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ,
jaringan, atau sel); ilmu faal
K
Kualitas ; tingkat baik buruknya kadar
Kwantitas; banyaknya benda, jumlah
M

171 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Metabolisme; pertukaran zat pada organisme yang
meliputi proses fisika dan kimia, pembentukan dan
penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan
berlangsungnya hidup
P
Psikologis; ilmu yang berkaitan dengan proses
mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya
pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan jiwa;
Progresif; kearah kemajuan
R
Ritme; Irama
S
Sekresi; pengeluaran hasil kelenjar atau sel secara
aktif
Stimulus ; ; perangsang organisme bagian tubuh
atau reseptor lain untuk menjadi aktif
Saraf Simpatis ; salah satu dari dua divisi sistem
saraf otonom bersama dengan system saraf parasympatis
Siklus; putaran waktu yang di dalamnya terdapat
rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan
teratur; daur
T
Transisi; peralihan dari keadaan (tempat,
tindakan, dan sebagainya) pada yang lain: masa -- , masa
peraliha

172 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB X KESEIMBANGAN SUHU
TUBUH
Yuni Astuti, M.Kep

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan umum:
Mahasiswa mampu memahami tentang
asuhan keperawatan dengan gangguan
keseimbangan suhu tubuh.
2. Tujuan khusus:
Mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan konsep keseimbangan suhu
tubuh
b. Menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan keseimbangan suhu
tubuh.

B. MATERI
1. Konsep keseimbangan suhu tubuh
a. Pengertian
Keseimbangan suhu tubuh
(termoregulasi) merupakan suatu pengatur
fisiologis tubuh manusia tentang
keseimbangan produksi panas dan kehilangan
panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan. Supaya suhu

173 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
tubuh tetap konstan dan berada pada batas
yang normal, maka produksi dan pengeluaran
panas harus tetap dipertahankan.
b. Prinsip keseimbangan suhu tubuh
Hipotalamus berfungsi mengatur suhu
tubuh sebagaimana kerja thermostat dalam
rumah. Suhu tubuh yang nyaman berada pada
set point dimana sistem pemanas beroperasi.
Hipotalamus mendeteksi perubahan suhu
tubuh meskipun perubahan ringan.
Hipotalamus anterior mengatur pengeluaran
panas dan hipotalamus posterior mengatur
produksi panas. Ketika sel termal di
hipotalamus anterior melebihi set point,
impuls dikirim untuk menurunkan suhu
tubuh. Mekanisme kehilangan panas antara
lain berkeringat, dilatasi (pelebaran)
pembuluh darah dan penghambatan produksi
panas. Darah didistribusikan kembali ke
pembuluh superfisial untuk meningkatkan
pembuangan panas.
Ketika hipotalamus posterior
mendeteksi bahwa suhu tubuh lebih rendah
dari set point, mekanisme konservasi
diaktifkan. Vasokontriksi pembuluh darah
mengurangi aliran darah ke anggota tubuh
khususnya kulit dan ekstremitas.
Kompensasi produksi panas dirangsang
melalui kontraksi otot volunter dan getaran
(menggigil) pada otot. Ketika vasokontriksi
tidak efektif dalam mencegah kehilangan
panas, tubuh mulai menggigil. Kerusakan
atau trauma pada hipothalamus atau korda
spinalis, yang membawa pesan dari

174 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
hipothalamus, dapat menyebabkan
perubahan yang besar pada kontrol suhu
c. Mekanisme keseimbangan suhu tubuh
1) Produksi panas
Metabolisme adalah sumber utama
pembentukan panas dalam tubuh.
Sedangkan sumber bahan bakar utama
bagi metabolisme adalah makanan.
Termoregulasi membutuhkan fungsi
normal dari proses produksi panas. Reaksi
kimia seluler membutuhkan adenosine
trifosfat (ATP). Aktivitas yang
memerlukan reaksi kimia tambahan
meningkatkan laju metabolik. Ketika
metabolisme meningkat, maka tubuh
akan memproduksi panas tambahan. Dan
pada saat metabolisme menurun, maka
panas yang diproduksi oleh tubuh
menjadi berkurang. Produksi panas
terjadi selama istirahat, gerakan otot
polos, getaran otot dan termogenesis
tanpa menggigil.
2) Pengeluaran panas
a) Radiasi
Penyebaran panas melalui
gelombang elektromagnetik.
Perpindahan panas dengan radiasi ini
objeknya tidak saling bersentuhan.
Contohnya tubuh mengeluarkan
panas dari permukaan yang terpajan
udara sekitar.
b) Konduksi
Permindahan panas ini
dilakukan secara langsung antara dua
zat yang berbeda suhunya melalu
175 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
kontak secara langsung. Contohnya
kompres dingin.
c) Konveksi
Penyebaran panas ini melalui
pergerakan udara. Contoh kipas angin
yang berputar dapat menghilangkan
suhu tubuh yang meningkat.
d) Evaporasi
Perpindahan panas melalui
perubahan cairan menjadi gas.
Contohnya penguapan.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh
1) Usia
Pengaturan suhu tubuh pada bayi
dan balita belum sempurna sehingga
dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang
drastis terhadap llingkungan. Suhu tubuh
bayi baru lahir berkisar antara 35,5oC -
37,5 oC. Bayi baru lahir lebih rentan
kehilangan panas tubuh. Bayi dapat
kehilangan 30% panas tubuhnya melalui
kepala dan untuk menghindari kehilangan
panas tersebut maka bayi dianjurkan
memakai tutup kepala. Suhu tubuh akan
stabil saat usia pubertas. Rentang suhu
normal turun berangsur-angsur sampi
seseorang mendekati masa lansia. Lansia
sangat rentan terhadap gangguan
keseimbangan suhu tubuh. Hal ini
diakibatkan adanya kemunduran
mekanisme kontrol vasomotor,
penurunan jumlah jaringan subkutan,
penurunan metabolisme dan penurunan
aktivitas kelenjar keringat.
176 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
2) Olahraga
Olahraga adalah bentuk aktivitas
fisik yang terencana dan terstruktur
untuk meningkatkan kesehatan jasmani
dan rohani. Aktivitas otot saat olahraga
memerlukan peningkatan suplai darah,
pemecahan lemak dan karbohidrat
sehingga menyebabkan peningkatan
metabolisme dan produksi panas di
tubuh.
3) Kadar hormon
Pada laki-laki terdapat hormon
testosterone yang tinggi. Hormon ini
dapat meningkatkan kecepatan
metabolisme basal di tubuh sebesar 10-
15% kecepatan normal akibatnya terjadi
peningkatan produksi panas. Sedangkan
kadar hormon progesterone pada
perempuan berpengaruh terhadap
fluktuasi suhu tubuh. Suhu tubuh
perempuan pada saat menstruasi dan
ovulasi cenderung meningkat sekitar 0,3-
0,5oC pada pagi hari. Perubahan hormon
yang terjadi pada perempuan dapat
mengubah kinerja dan toleransi terhadap
lingkungan panas.
4) Variasi Diurnal
Tubuh mempunyai jam biologis
yang dikenal ritme sirkardian dan diatur
oleh hipotalamus. Ritme sikardian ini
mempengaruhi perilaku dan pola fungsi
biologis utama yaitu suhu tubuh. Suhu
tubuh merupakan irama paling stabil
177 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pada manusia. Faktor eksternal seperti
cahaya, kegelapan, dan aktivitas
seseorang. dapat mempengaruhi ritme
sirkadian. Selama periode 24 jam suhu
tubuh yang normal berubah 0,5 sampai
1oC. Suhu tubuh manusia paling rendah
terjadi antara pukul 01.00 - 04.00 dan
akan meningkat sekitar pukul 18.00
kemudian turun pada dini hari.
5) Stres
Suhu tubuh meningkat saat terjadi
stress fisik maupun emosional.
Keseimbangan suhu tubuh pada manusia
merupakan proses yang kompleks di
bawah kendali sistem saraf pusat, dan
suhu inti maupun prefer pada manusia
yang akan berespon secara berbeda
terhadap stress yang terjadi. Pada saat
stres neuron post ganglion akan
melepaskan norepinephrine dan akan
memicu hormon epinefrin sehingga
terjadi peningkatan metabolisme sel di
dalam tubuh yang berdampak pada
peningkatan suhu tubuh.
6) Lingkungan
Suhu tubuh dipengaruhi oleh
lingkungan. Panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat suhu lingkungan
yang lebih dingin. Suhu tubuh manusia
sebagian besar dilepaskan ke lingkungan
melalui kulit. Kehilangan panas melalui
kulit dimungkinkan karena panas
diedarkan melalui pembuluh darah dan
juga disuplai langsung ke fleksus arteri
melalui anastomosis arteiovenosa yang
178 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
cukup tinggi sehingga menyebabkan
konduksi panas yang sangat efisien dari
inti tubuh ke kulit.
7) Gangguan organ
Gangguan atau kerusakan pada
hipotalamus akibat trauma atau penyakit
menyebabkan gangguan mekanisme
regulasi tubuh. Tubuh akan mengalami
peningkatan suhu akibat rangsangan zat
pyrogen pada saat terjadi infeksi.
8) Demam
Proses peradangan atau infeksi dan
demam menyebabkan peningkatan
metabolisme sebesar 120% untuk setiap
peningkatan suhu 10oC.
e. Gangguan pengaturan suhu tubuh
1) Pireksia dan hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6 – 40oC) dan
hiperpireksia (suhu >40oC) merupakan
kondisi utuhnya mekanisme
termoregulasi tetapi suhu tubuh
dipertahankan pada angka yang tinggi,
infeksi adalah penyebab utama pireksia,
penyebab pireksia yang lain adalah
dehidrasi, obat - obatan tertentu,
keganasan, pembedahan trauma berat,
infark miokardium akut, reaksi transfusi
darah, gagal jantung dan hipertiroid
2) Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh inti akibat
kehilangan mekanisme termoregulasi.
Terdapat disfungsi hipothalamus, kondisi
ini disebabkan oleh masalah sistem saraf
pusat (SSP) dan tidak berespon terhadap
terapi anti piretik, suhu 41 – 430 C
179 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
menyebabkan kerusakan saraf, koagulasi
dan konvulsi
3) Hipotermia
Suhu inti yang berkurang dari 35°C,
hampir semua proses metabolisme dapat
dipengaruhi oleh hipotermia, derajat
hipotermia diklasifikasikan sebagai
berikut :
a) Ringan (Suhu Tubuh 32-35°C)
b) Sedang (Suhu Tubuh 28-31,9°C)
c) Berat (Suhu Tubuh 20-27°C)

2. Asuhan keperawatan pada gangguan


keseimbangan suhu tubuh
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal
yang dilakukan oleh perawat dalam proses
keperawatan. Pada tahapan pengkajian ini
dilakukan pengumpulan data yang akurat dan
sistematik melalui amanesa, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Ada beberapa hal yang perlu dikaji
dalam keseimbangan suhu tubuh, yaitu:
1) Inspeksi dan palpasi kulit untuk
mengetahui suhu, kelembaban, dan
turgor
2) Inspeksi kondisi mukosa mulut untuk
adanya penebalan, lesi, dan penurunan
saliva
3) Tanyakan apakah klien mengalami sakit
kepala, myalgia, menggigil, mual,
kelemahan, kelelahan, kehilangan nafsu
makan
4) Catat muntah dan diare
180 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5) Observasi perilaku seperti bingung,
disorientasi, dan gelisah
6) Mengukur suhu tubuh

b. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan merupakan
penilaian klinis tentang respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial.
Diagnosa yang muncul pada gangguan
keseimbangan suhu tubuh yaitu:
N Masala Penyebab Gejala dan Tanda
o h Mayor Minor
1 Hipert o Dehidrasi Subjekti Subjektif :
ermi o Terpapar f: o Tidak
(D.013 lingkungan o Tidak tersedia
0) panas tersedia Objektif
o Proses Objektif :
penyakit (mis, : o Kulit
infeksi, o Suhu merah
kanker). tubuh di o Kejang
o Ketidaksesuai atas nilai o Takikardi
an pakaian normal o Takipnea
dengan suhu o Kulit
lingkungan. terasa
o Peningkatan hangat
laju
metabolism.
o Aktivitas
berlebih.
2 T o Stimulasi Subjektif : Subjektif :
ermor pusat o (Tidak o (Tidak
egulasi termoregulasi tersedia) tersedia)
tidak hipotalamus
181 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
efektif o Fluktuasi suhu Objektif Objektif
(D.014 lingkungan : :
9) o Proses o Kulit o Piolereksi
penyakit dingin/ha o Pengisian
misal infeksi ngat kapiler >3
o Proses o Menggigil detik
penuaan o Suhu o Tekanan
o Dehidrasi tubuh darah
o Ketidak flukuatif meningkat
sesuaian o Pucat
pakaian untuk o Frekuensi
suhu nafas
lingkungan meningkat
o Peningkatan o Takhikardi
kebutuhan a
oksigen o Kejang
o Perubahan o Kulit
laju kemeraha
metabolisme n
o Suhu o Dasar
lingkungan kuku
ekstrim sianotik
o Ketidakadeku
atan suplai
lemak
subkutan
o Berat badan
ekstrem
o Efek agen
farmalogis
(mis. sedasi).
Hipote
3 o Kerusakan Subjektif: Subjekti
rmia hipotalamus (Tidak ada) f:
(D.013 o Konsumsi Objektif: (Tidak
1) alkohol ada)
182 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
o Berat badan o Kulit Objektif
ekstrim teraba :
o Kekurangan dingin o Akrosiano
lemak o Menggigil tik
subkutan o Suhu o Bradikardi
o Terpapar suhu tubuh di a
lingkungan bawah o Dasar
rendah normal kuku
o Malnutrisi sianotik
o Pemakaian o Hipoksia
pakaian tipis o Pengisian
o Penurunan kapiler >3
laju detik
metabolisme o Konsumsi
o Tidak oksigen
beraktivitas meningka
o Transfer t
panas (mis: o Ventilasi
konduksi, menurun
konveksi, o Piloereksi
evaporasi, o Takhikard
radiasi) ia
o Trauma o Vasokontr
o Proses iksi
penuaan o Kutis
o Efek agen memorata
farmakologis pada
o Kurang neonatus
terpapar
informasi
tentang
pencegahan
hipotermia

183 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Resiko
4 Faktor
hipote resiko:
rmia o Berat badan
ekstrem
o Kerusakan
hipotalamus
o Konsumsi
alkohol
o Kurangnya
lapisan lemak
subtukan
o Suhu
lingkungan
rendah
o Malnutrisi
o Pemakaian
pakaian yang
tipis
o Penurunan
laju
metabolisme
o Terapi radiasi
o Tidak
beraktivitas
o Transfer
panas
(mis.konduksi
, konveksi,
evaporasi,
radiasi)
o Trauma
o Prematuritas
o Penuaan
o Bayi baru
lahir
184 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
o berat badan
lahir rendah
o Kurang
terpapar
informasi
tentang
pencegahan
hipotermia
o Efek agen
farmakologis

c. Intervensi keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
1 Hipertermi Termoregulasi Manajemen
1 membaik (L.14134) Hipertermia:
Setelah (I.15506)
dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan o Identifikasi
selama 3 x 24 jam penyebab
diharapkan hipertermi
termoregulasi o Monitor suhu
membaik, dengan tubuh
kriteria hasil : o Monitor
o Menggigil komplikasi
menurun akibat
o Kulit merah hipertermi
menurun Terapeutik
o Pucat menurun. o Sediakan
o Suhu tubuh lingkungan
membaik yang dingin
o Suhu kulit o Longgarkan
membaik atau lepaskan
pakaian
185 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
o Tekanan darah o Basahi dan
membaik kipasi
permukaan
tubuh
o Berikan cairan
oral
Edukasi
o Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
o Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena.
2 Termoregulasi Termoregulasi Regulasi
2 Tidak Efektif membaik (L.14134) Temperatur
Setelah (I.14578)
dilakukan asuhan Observasi:
keperawatan o Monitor suhu
selama 3x 24 jam bayi sampai
diharapkan: stabil (36,5⁰C –
o Menggigil 37,5⁰)
menurun o Monitor suhu
o Kejang menurun tubuh bayi
o Akrosianosis setiap dua jam,
menurun jika perlu
o Konsumsi o tekanan darah,
oksigen frekuensi
menurun pernafasan dan
o Piloereksi nadi
menurun o Monitor warna
dan suhu kulit
186 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
o Kutis memorata o Monitor dan
menurun catat tanda dan
o Pucat menurun gejala
o Takikardi hipotermia
menurun atau
o Takipnea hipertermia
menurun Terapeutik:
o Bradikardi o Pasang alat
menurun pemantau suhu
o Dasar kuku kontinu, jika
sianotik perlu
menurun o Tingkatkan
o Hipoksia asupan cairan
menurun dan nutrisi
o Suhu tubuh yang adekuat
membaik o Bedong bayi
o Suhu kulit segera setelah
membaik lahir untuk
o Kadar glokosa mencegah
darah membaik kehilangan
o Pengisian panas
kapiler o Masukkan bayi
membaik BBLR ke dalam
o Ventilasi plastik segera
membaik setelah lahir
o Tekanan darah o Gunakan topi
membaik bayi untuk
mencegah
kehilangan
panas pada
bayi baru lahir
o Tempatkan
bayi baru lahir
187 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
di bawah
radiant
warmer
o Pertahankan
kelembapan
inkubator 50%
atau lebih
untuk
mengurangi
kehilangan
panas karena
proses
evaporasi
o Atur suhu
inkubator
sesuai
kebutuhan
o Hangatkan
terlebih dahulu
bahan-bahan
yang akan
kontak dengan
bayi
o Hindari
meletakkan
bayi di dekat
jendela
terbuka atau di
area aliran
pendingin
ruangan atau
kipas angin

188 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
o Gunakan
matras
penghangat,
selimut hangat,
dan
penghangat
ruangan untuk
menaikkan
suhu tubuh
o Gunakan kasur
pendingin,
water water
circulating
blankets, ice
pack atau gel
pad dan
intravascular
cooling
catheterization
untuk
menurunkan
suhu tubuh
o Sesuaikan suhu
lingkungan
dengan
kebutuhan
pasien
Edukasi:
o Jelaskan cara
pencegahan
heat
exhaustion dan
heat stroke
189 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
o Jelaskan cara
pencegahan
hipotermi
karena
terpapar udara
dingin
o Demontrasikan
teknik
perawatan
metode
kanguru (PMK)
untuk bayi
BBLR
Kolaborasi:
o Kolaborasi
pemberian
antipiretik
3 Hipotermia Termoregulasi Manajemen
3 membaik (L.14134) hipotermi (I.14507)
Setelah Observasi:
dilakukan asuhan o Monitor suhu
keperawatan tubuh
selama 3x24 jam o Identifikasi
diharapkan: penyebab
o Menggigil hipotermia
menurun o Monitor tanda
o Suhu tubuh dan gejala
membaik akibat
o Suhu kulit hipotermia
membaik Terapeutik
o Sediakan
lingkungan
yang hangat
190 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
o Ganti pakaian
dana tau linen
yang basah
o Lakukan
penghangatan
pasif
o Lakukan
penghangatan
aktif eksternal
o Lakukan
penghangatan
aktif internal
Edukasi:
o Anjurkan
makan/minum
hangat
4 Resiko hipotermia Termoregulasi Terapi
4 membaik (L.14134) paparan panas
Setelah (I.14586)
dilakukan asuhan Observasi
keperawatan o Identifikasi
selama 3x 24 jam kontraindikasi
diharapkan: penggunaan
o Menggigil terapi (mis:
menurun penurunan
o Suhu tubuh atau tidak
membaik adanya
o Suhu kulit sensasi,
membaik penurunan
sirkulasi)
o Monitor suhu
alat terapi

191 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
o Monitor
kondisi kulit
selama terapi
o Monitor
kondisi umum,
kenyamanan,
dan keamanan
selama terapi
o Monitor respon
pasien
terhadap
terapi
Terapeutik
o Pilih metode
stimulasi yang
nyaman dan
mudah
didapatkan
(mis: botol air
panas, bantal
panas listrik,
lilin paraffin,
lampu)
o Pilih lokasi
stimulus yang
sesuai
o Bungkus alat
terapi dengan
menggunakan
kain
o Gunakan kain
lembab di

192 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
No Keperawatan Kriteria Hasil
sekitar area
terapi
o Tentukan
durasi terapi
sesuai dengan
respon pasien
o Hindari
melakukan
terapi pada
daerah yang
mendapatkan
terapi radiasi
Edukasi
o Ajarkan cara
mencegah
kerusakan
jaringan
o Ajarkan cara
menyesuaikan
suhu secara
mandiri

d. Implentasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan
fase dimana perawat mengimplemntasikan
rencana atau tindakan asuhan keperawatan
berupa tindakan keperawatan untuk
membantu pasien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Budiono, S., 2015).

e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan
langkah terakhir dari proses keperawatan
193 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang meliputi perbandingan sistematis dan
terencana antara hasil akhir yang diamati
dan tujuan atau kriteria hasil yang sudah
ditetapkan dalam perencanaan. Evaluasi
yang dilakukan pada asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP
(subjektif, objektif, assessment, planning)
(Asmadi, 2008).

C. RANGKUMAN
1. Keseimbangan suhu tubuh (termoregulasi)
merupakan suatu pengatur fisiologis tubuh
manusia tentang keseimbangan produksi panas
dan kehilangan panas sebagai akibatnya suhu
tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
2. Hipotalamus berfungsi mengatur suhu tubuh.
Hipotalamus mendeteksi perubahan suhu tubuh
meskipun perubahan ringan.
3. Mekanisme pengeluaran panas melalui radiasi,
konduksi, konveksi, dan evaporasi.
4. Suhu tubuh dapat dipengaruhi beberapa faktor
antara lain usia, olahraga, kadar hormon, variasi
diurnal, stress, lingkungan, gangguan organ,
demam.

D. TUGAS
1. Jelaskan definisi tentang keseimbangan suhu
tubuh!
2. Sebutkan dan jelaskan mekanisme pengeluaran
panas pada tubuh!
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh?
4. Sebutkan apa saja yang perlu dilakukan
pengakjia dalam keseimbangan suhu tubuh!
194 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5. Sebutkan diagnose keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan gangguan
keseimbangan suhu tubuh!

E. REFERENSI
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta : EGC

Brooker, C. (2008). Ensiklopedia Keperawatan.


Jakarta : EGC

Budiono & Sumirah, BP. (2015) : Konsep Dasar


Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika

Pearce, Evelyn C. (2006). Anatomi dan Fisiologis


Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh
Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama

Potter, PA & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta: PPNI.

195 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Purwanto, S,. Susanto, E,. 2018. Nilai-nilai karakter


dalam pendidikan jasmani. Yogyakarta. UNY
PRESS

F. GLOSARIUM
Anterior : depan
Hipotalamus : kelenjar di otak yang mengontrol
sistem hormon
Posterior : belakang
Termoregulasi : kemampuan untuk
menyeimbangkan antara produksi panas dan
hilangnya panas dalam rangka untuk menjaga suhu
tubuh dalam keadaan normal
Vasokontriksi : penyempitan

196 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB XI ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN SEKSUALITAS
Ns. Rogayah, SKep, M. Kep

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mampu memahami konsep seksualitas sebagai
kebutuhan dasar
2. Mampu memahami kesehatan seksualitas
3. Mampu mengidentifikasi dimensi seksualitas
4. Mampu mengidentifikasi Faktor yang mempengruhi
Seksualitas
5. Mampu memahami disfungsi dan gangguan seksual
6. Mampu mengidentifikasi tahap Perkembangan Seksual
7. Mampu memahami asuhan keperawatan seksualitas

B. MATERI
1. KONSEP SEKSUALITAS SEBAGAI KEBUTUHAN DASAR
a. Pengertian
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda,
Seksualitas adalah bagaimana seseorng merasa tantang
diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan
peraasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan
yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun
perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak yubuh,
car aberpakaian, dan perbendaharaan kata termasuk
pikiran, pengalaman, nilai, fantasi dan emosi.
Aspek seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
aspek biologi, psikologi, sosiologi, kultural dan spiritual.
Pengaruh penyuluhan keagamaan, peran gender secara
kultural, keyakinan tentang orientasi seksual, pengaruh
social dalam lingkungan masa lalu dan saat ini
mempengaruhi sistem nilai klien maupun perawat.

Seks adalah menjelaskan ciri jenis kelamin secara


anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan perempuan atau
hubungan fisik antar indiidu (aktivitas seksual genital)
Istilah gender seringkali tumpeng tindih dengan seks
(jenis kelamin). Seks merupakan penafsiran atau
pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan
secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
tertentu. Contoh laki-laki memiliki penis, scrotum dan
memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki
vagina, Rahim, dan memproduksi sel telur.

b. Identitas Seksual
Berikut adalah pemehaman tentang identitas
seksual :
1) Identitas biologi
Perbedaan antara pria dan wanita ditentukan
pada masa konsepsi.
2) Identitas gender
Rasa menjadi feminim atau maskulin. Secara
umum merupakan perasaan sesorang tentang jenis
kelaminnnya
3) Peran gender
Cara dimana seseorang bertindak sebagai pria
atau wanita.
4) Perilaku peran gender

198 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Bagaimana seseorang berperan sesuai
gendernya dan nilai-nilai yang dianut individu dan
lingkungannnya

Berdaasarkan hal tersebut gender merupakan suatu


sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dikontruksikan secara social maupun
kultural. Misalnya laki-laki itu kuat, rasional, perkasa
sedangkan perempuan itu lembut, lebih perasaas dan
keibuan. Ciri-ciri tersebut sebenarnya bisa dipertukarkan
artinya ada laki-laki yang lembut dan lebih berperasaan.
Demikian juga ada perempuan yang kuat, rasional dan
perkasa.

2. KONSEP KESEHATAN SEKSUALITAS


Kesehatan seksual merupakan pengintegrasian aspek
somatik, emosional, intelektual dan social dari kehidupan
seksual dengan cara yang positif memperkaya dan
meningkatkan kepribadian, komunikasi , dan cinta (WHO,
1975). Komponen kesehatan seksual
Konsep seksual diri, body image, identitas seksual, dan
orientasi seksual
Berikut ini penjelasan dari masing-masing
komponen :
1) Konsep seksual diri
Nilai tentang kapan, dimana, dengan siapa dan
bagaimana seseorang mengekspresikan
seksualitasnya. Konsep seksual diri yang negative
menghalangi terbentuknya suatu hubungan
denganorang lain.
2) Body image
Pusat kesadaran terhadap diri sendiri secara
konstan dapat berubah sehingga bagaimana seseorang
memandang (merasakan) penampilan tubuhnya

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 199
berhubugan dengan seksualitasnya. Contoh wanita
bentuk tubuh dan ukuran payudara), pria (ukuran
penis)
3) Identitas seksual
Identitas biologi seperti kromosom seks, hormon
seks, kelamin. Identitas gender adalah suatu
pandangan mengenai jeis kelamin seseorang, sebagai
laki-laki atau perempuan mencangkup komponen
biologi, juga norma social dan budaya. Peran gender
ditentukan oleh lingkungan (orang tua, teman sebaya
dan media), hormone seks dan factor kultural
4) Orientasi Seksual
Perasaan erotic seseorang yang ditujukkan pada
jenis kelmain, orientasi seksual akan mempengaruhi
gaya hidup seseorang.
Berdasarkan hal tersebut berikut ini komponen
kesehatan dan jenis penyimpangan
Seksual :
Komponen Jenis Penyimpangan
kesehatan seksual
Konsep seksual diri Sadomasokis,ekshibisonisme,
vouyeurisme, fetishisme,
pedophilia, bestially, incest,
Necrophilia, Frotteuris
Body Image Suntik silicon payudara, operasi
payudara, penanaman alat pada
penis
Identitas seksual Trans gender seperti cross
dresses, interseks, transeksual
pre operatif dan transeksual
postoperatif
Orientasi Seksual Homoseksual seperti gay,
lesbian, biseksual

200 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Karakteristik Kesehatan seksual diantaranya :
1) Kemempuan mengekspresikan potensi seksual, dengan
mediadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan
seksual
2) Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan
diri terhadap penampilan pribadi
3) Kongruen antara seks biologis, identitas gender, dan
perilaku peran gender
4) Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi)
mengenai kehidupan seksual yang dijalani dalam
konteks personal dan etik social
5) Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui
komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta
6) Kemampuan menerima pelayanan kesehatan seksual
untuk mencegah dan mengatasi semua maslah dan
gangguan seksual
7) Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran
gendernya
8) Menghargai sistem yang berlaku
9) Mampu membina hubungan efektif dengan orang lain

Sikap Terhadap Kesehatan Seksual diantaranaya


1) Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan
seseorang menjadi tua
2) Dipengaruhi oleh perubahan dari masyarakat, umpan
baik dari orang lain dan keterlibatan kelompok agama
dan komunitas
3) Sikap seksual klien, seseorang memiliki sistem nila
seksual yang menentukan mudah atau sulitnya
seseorang untk mengekspresikan maslah seksual dalam
lingkungan perawatan kesehatan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 201
4) Sistem Nilai seksual yaitu keyakinan pribadi dan
keinginan yang berkaitan dengan seksualitas yang
didapat sepanjang daur hidupnya

3. DIMENSI SEKSUALITAS
1) Dimensi Sosiokultural
Dimensi ini dipengaruhi oleh norma dan
peraturan kultural yang menentukan apakah perilaku
yang diterima didala kultural. Seorang individu
dipengaruhi oleh jaringan social mereka dan cenderung
untuk melakukan apa yang digariskan oleh lingkungan
social mereka. Kehidupan social melekat erat dalam
kehidupan social yang memberikan kesempatan dan
Batasan.
2) Dimensi Agama dan Etik
Pelaksanaan seksual etik dan emosi yang
berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar
untuk pembuat keputusan seksual berdasarkan agama.
Jika kepuasan seksual melewati batas kode etik
individu, maka akan menimbulkan konflik internal
seperti perasaan bersalah dan berdosa. Meskipun
agama memegang peranan penting, keputusan seksual
akhirnya diserahkan pada individu sehingga terjadi
pelanggaran etik atau agama.
3) Dimensi Biologi
Merupakan dimensi yang berkaitan dengan
anatomi dan fungsional organ reproduksi termasuk
bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan
optimal missal kesehatan reproduksi pria dan wanita
berbeda, membutuhkan perawatan yang berbeda pula
baik internal maupu eksternal.
4) Dimensi Psikologis
Banyak keyakinan dan sikap kita mengenai
perkembangan psikologis, moral dan psikoseksual

202 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
wanita dan pria berdasarkan teori freud, erikson dan
Kohlberg, Sehingga seksualitas mengandung sesuatu
yang dipelajai dan orangtua mempunyai pengaruh
signifikan pertama pada anak-anaknya

4. FAKTOR -FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI SEKSUALITAS


1) Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan
sesksual karena alasan fisik berupa penyakit ringan
atau berat, citra tubuh yang buruk. Factor ini termasuk
kedalam status kesehatan
2) Faktor hubungan
Maslah dalam berhubungan dapat mempengaruhi
hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual
tergantung bagaimana mereka berkompromi dan
bernegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat
diterima.
3) Faktor Gaya Hidup
Meliputi penyalahgunaan alcohol dalam aktivitas
seks, ketersediaan waktu, penentuan yang tepat untuk
aktivitas seks. Penggunaan alcohol dapat memberikan
eforia palsu
4) Faktor Harga diri
Jika harga diri seksual tidak dipelihara dengan
mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual
diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual,
aktivitas seksual mungkin memberikan perasaan
negative atau tekanan perasaan seksual. Harga diri
dapat terganggu oleh pemerkosaan, penganiayaan fisik
dan emosi.
5) Budaya
Berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku sesuai
norma, peran laki-laki dan perempuan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 203
6) Nilai-nilai Religi
Aturan dan Batasan yang terkait dengan
seksualitas sesuai
7) Hospitalisasi
Kesepian, tidak punya privacy, merasa tidak
berguna, pasien dirumah sakit ada beberapa yang
berperilaku secara seksual mellaui pengucapan kata-
kata kotor, mencubit. Pasien RS mengalami
pembedahan dapat merasa kehilangan harga diri dan
perasaan kehilangan maskulinitas dan feminitas.

5. DISFUNGSI DAN GANGGUAN SEKSUAL


Masalah yang berhubungan dengan seksualitas
1) Penganiayaan seksual
Tindakan kekerasan pada wanita, pelecehan
seksual, perkosaan, pedefolia, inses, pronografi anak
mengakibatkan efek traumatic, maslaah fisik dan
psikologis. Anak-anak yang mengalami penganiayaan
dapat beresiko terhadap maslah kesehatan emosional,
kinerja disekolah dan dapat terjadi peningkatan
keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka
melakukan kekerasan. Dukungan perlu diberikan kepad
korban dan pelaku wajib dilaporkan ke yang
berwenang.
2) Aborsi
Kontroversi baik yang pro dan kontra sehingga
psien dapat merasa bersalah
3) Penyakit menular seksual
Penyakit ini ditularkan dari individu yang
terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual
intim melalui penularan genital, oral genital atau anal
genital.
4) Penyakit seksual bakteri
Penyakit Gonorea, kalamadia, sifilis

204 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5) Penyakit seksual penyebab virus
Penyakit herpes genital, HIV AIDS

6. TAHAP PERKEMBANGAN SEKSUAL


a. Tahap Perkembangan Seksual menurut Freud
1) Bayi (0-12 bulan)
a) Oral stage
b) Penentuan gender laki-laki atau perempuan
c) Pembedaan diri sendiri dengan orang lain
secara bertahap
d) Genital eksternal sensitive terhadap
sentuhan
e) Bayi laki-laki mengalami ereksi penis, ereksi
noktural spontan perempuan mengalami
rubrikasi vagina
f) Stimulasi taktil (sentuhan menyusu,
memeluk, membuai) sehingga senang dan
nyaman berintaraksi dengan manusia
2) Todler (1-3 Tahun)
a) Anal stage
b) Identitas gender berkembang secara terus
menerus
c) Mampu mengidentifkasi gender diri sendiri
d) Mlai menirukan tindakan orang tua yang
berjenis kelamin sama melalui interaksi
boneka, pakaian yang dipakai
3) Prasekolah (4 -5 Tahun)
a) Phalic or oediphal stage
b) Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat
c) Mengeksplorasi anggota tubuh dengan benar
d) Belajar mengendalikan perasaan dan
tingkah laku
e) Menyukai orangtua yang berbeda jenis

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 205
f) Mempertanyakan mengenai bagaimana
seorang bayi bisa ada
4) Usia Sekolah (6 – 12 Tahun)
a) Latency stage
b) Mempunyai identifikasi yang kuat dengan
orang tua yang berjenis kelamin sama (
misalkan anak perempuan dekat dengan
ibunya)
c) Senang berteman dengan sesame jenis
d) Kesadaran diri meningkat
e) Mempelajari konsep dan peran gender
f) Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi,
modis
g) Usia 8 -9 tahun mulai memikirkan tentang
prilaku seksual, menstruasi, reproduksi dan
seksualitas.
5) Remaja (12-18 Tahun)
a) Puberty atau genital stage
b) Karakteristik seks mulai berkembang
c) Mulai terjadi menarke
d) Mengembangkan hubungan yang
menyenangkan
e) Dapat terjadi aktivitas seksual
f) Mengidentifikasi orientasi seksual
(homoseks/heteroseks)
g) Mencari perawatan kesehatan tanpa
ditemani orang tua
6) Dewasa awal (18-40 Tahun)
a) Terjadi aktivitas seksual
b) Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut kuat
c) Beberapa pasangan berbagi tugas seperti
keuangan, pekerjaan rumah tanggga
d) Mengalami ancaman terhadap body image
akibat penuaan

206 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
7) Dewasa Tengah (40 – 65 Tahun)
a) Penurunan produksi hormone
b) Wanita mengalami menapouse (umumnya
40 – 55 tahun)
c) Laki-laki mengalami klimakterik bertahap
d) Mulai memperkokoh standar moral dan etik
8) Dewasa Akhir (65 Tahun keatas)
a) Aktivitas seksual lebih berkurang
b) Sekresi vagina berkurang, payudara
mengalami atropi
c) Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit
dan memerlukan waktu lebih lama untuk
dapat ereksi dan ejakulasi

b. Tahap perkembangan seksual menurut


Fundamental Nursing
1) Masa Bayi
a) Bayi dilahirkan untuk kesenanagan dan
respons seksual
b) Genetalia bayi sensitive terhadap sentuhan
sejak lahir
c) Respons oarangyua :membentuk arah dari
perkembangan seksual, edukasi dan
kenyamanan
2) Masa usia bermain dan prasekolah
a) Anak usia 1 – 5 tahun menguatkan identitas
gender dan mulai membedakan perilaku
sesuai gender yang didefinisakn secara
social
b) Mulai menirukan tindakan orang tua yang
berjenis kelamin sama
c) Eksplorasi tubuh terus berlanjut dalam
kelompok usia ini
3) Masa Usia Sekolah

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 207
a) Anak usia 6 -10 tahun edukasi dan
penekanan tentang seksualitas datang dari
orang tua dan gurunya
b) Anak mulai punya keinginan dan kebutuhan
privasi
c) Anak juga harus diberi penjelasan potensial
terjadi penganiayaan seksual
4) Pubertas dan masa remaja
a) Adanya pertumbuhan tanda-tanda kelamin
sekunder
b) Perubahan emosi selama pubertas dan masa
remaja sangat dramatis
c) Informasi yang akurat tentang perubahan
tubuh, hubungan dan aktivitas seksual, PMS
dan kehamilan
5) Masa Dewasa
a) Telah mencapai maturase terus menerus
mengeksplorasi untuk kematangan
emosional dalam hubungan
b) Mengembangkan hubungan yang intin
c) Pada akhir dewsa individu menyesuaikan
dengan perubahan social yang terjadi
6) Masa dewasa tua ( lansia)
a) Seksualitas beralih pada penekanan
prokreasi menjadi penekanan pada
pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi,
intim dan hubungan fisik mencari
kesenangan
b) Terajsdinya perubahan fisik yang terjadi
pada proses penuaan harus dijelaskan pada
klien

7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA SEKSUALITAS


a. Pengkajian

208 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Perawat menguhungkan riwayat
seksualdengan kategori :
1) Pasien yang sednag pelayanan kesehatan hamil,
infertilitas, kontrasepsi atau PMS.
2) Pasien yang sednag sakit atau terapi yang
kemungkinan dapat mempengaruhi fungsi
seksual seperti penyakit jantung, DM
3) Pasien yang secara jelas memiliki masalah
seksual
4) Riwayat Kesehatan Seksual
Pertanyaan berkaitan dengan Seks yaitu
apakah pasien punya masalah atau
kekhawatiran seksualitas merasa malu atau
tidak mengetahui cara mengatasinya,
pertanyaan dengan isyarat.
5) Pengkajian Fisik
Inspeksidan palpasi
Beberapa riwayat kesehatan yang
memerlukan pengkajian fisik : Riwayat PMS,
infertilitas, kehamilan, secret dari genital tidak
normal, perubahan warna genital, gangguan
fungsi urin
6) Identifikasi pasien yang beresiko yaitu adanya
gangguan struktur atau fungsi tubuh akibat
trauma, kehamilan, post partum,
kongenitalgenital, riwayat penganiayaan
seksual, penyaahgunaan seksual, kondisi yang
tidak menyenangkan : luka bakar, masektomi
timbul skar, ada ostomo dalam tubuh, terapi
medikasi : kurang pengetahuan tentang
ekspresi seksual, gangguan aktiftas fisik
sementara tau permanen seperti kehilangan
pasangan, konflik nilai-nilai antara kepercayaan
pribadi dengan aturan religi

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 209
b. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan pola seksualitas berhubungan
dengan ketakutan kehamilan, efek
antihipertensi, depresi terhadap kematian atu
perpisahan pasangan
2) Disfungsi seksual berhubungan dengan cedera
medulaspinalis, penyakit kronis, nyeri, ansietas
mengenai penempatan dirumah perawatan atau
panti
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek
masektomi atau kolostomi, disfungsi seksual,
perubahan pascapersalinan
4) Gangguan harga diri berhubungan dengan
kerentanan yang dirasakan setelah mengalami
serangan infark miokardium, pola penganiayaan
ketika masih kecil

Maslah seksual dapat menjadi etiologi


diagnosa keperawatan :
1) Kurang pengetahuan (konsepsi, kontrasepsi,
perubahan seksual normal) berhubungan
dengan salah informasi dan mitos-mitos seksual
2) Nyeri berhubungan dengan tidak adekuatnya
lubikasi vagina atau efek pembedahan genital
3) Cemas berhubngan dengan kehilangan fungsi
seksual
c. Perencanaan Keperawatan
Tujuan yang akan dicapai terhadap masalah
seksual yang dialami :
1) Mempertahankan, memperbaiki atau
meningkatkan kesehtaan seksual
2) Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan
kesehatan seksual

210 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
3) Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan
4) Meningkatkan kepuasaan terhadap tingkat
fungsi seksual
5) Memperbaiki konsep seksual diri
d. Implementasi
1) Promosi kesehatan seksual melalui penyuluhan
dan Pendidikan kesehatan
2) Perawat melalui keterampilan komunikasi yang
baik, lingkungan dan waktu yang mendukung
privasi dan kenyamanan klien
3) Topik Pendidikan kesehatan disesuaikan dengan
masalah seksualitas yang terjadi : Pendidikan
kesehatan tentang perkembangan normal pada
usia toddler, kontrasepsi pada klien usia subur,
Pendidikan kesehatan PMS bila pasangan lebih
dari satu. Dirujuk bila perlu.
e. Evaluasi
1) Perawat harus mengeksplorasikan alasan –
alasan tujuan tidak tercapai seperti
pengungkapan pasien atau pasangan,
kekhawatiran, menunjukkan factor resiko,
isyarat prilaku seperti kontak mata atau poster
yang menandakankenyamanan atau
kekhawatiran
2) Pasien, pasangan dan perawat mungkin harus
mengubah harapan atau menetapkan jangka
waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan
3) Komunikasi terbuka dan harga diri positif

C. RANGKUMAN
Aspek seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
aspek biologi, psikologi, sosiologi, kultural dan spiritual.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 211
Berdasarkan aspek tersebut penyuluhan melalui
Pendidikan kesehtan sangat berpengaruh terhadap
sistem nilai seksualitas individu. Tenaga kesehatan
mengkaji kemungkinan terjadinya perubahan peran
gender pada klien ataupun anggota keluarga sebagai
dampak dari hospitalisasi atau perubahan status
kesehatan. Selain itu menerima seksualitas sebagai area
penting dalam intervensi keperawatan dan adanya
kemauan bekerja dengan klien yang mempunyai
berbagai jenis ekspresi seksualitas sehingga kemampuan
mengenal kebutuhan klien dan anggota keluarga dalam
mendiskusikan topik seksualitas tidak hanya dengan
tulisan atau audiovisual tetapi juga melalui diskusi
verbal. Karena rasa ingin tahu yang tinggi akan topik
seksualitas, anggapan bahwa topik ini tabu untuk
dibicarakan membuat anak akhirnya mengakses
informasi di wadah yang tidak sesuai. Hal ini penting
untuk mengedukasi seksual pada anak sejak dini sesuai
dengan usia yang tepat.

D. TUGAS
1. Komponen kesehatan seksualialitas dengan cara yang
positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian,
komunikasi dan cinta hal ini dikemukakan oleh…..
a. WHO
b. Freud
c. Kohlberg
d. Erikson
e. HL.Blum

2. Pusat kesadaran terhadap diri sendiri secara konstan dapat


berubah sehingga bagaimana seseorang memandang
(merasakan) penampilan tubuhnya hal tersebut termasuk
kedalam komponen…

212 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
a. Seksual diri
b. Body Image
c. Identitas seksual
d. Orintasi seksual
e. Gender

3. Komponen berikut ini yang termasuk kedalam


penjelasan kromosom seks, hormon
seks, kelami adalah….
a. Seksual diri
b. Body Image
c. Identitas seksual
d. Orintasi seksual
e. Gender

4. Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi)


mengenai kehidupan seksual yang dijalaninya berikut ini
termasuk dalam konteks….
a. Personal
b. Etika
c. Sosial
d. Jawaban a dan b benar
e. Jawban a, b dan c benar

5. Seksualitas mengandung sesuatu yang dipelajai


dan orangtua mempunyai pengaruh , signifikan pertama
pada anak-anaknya, hal tersebut termasuk kedalam
dimensi..
a. Biologi
b. Agama
c. Psikologi
d. Etika
e. Kultural

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 213
6. Penyalahgunaan alcohol dalam aktivitas seks, ketersediaan
waktu, penentuan yang tepat untuk aktivitas seks
oltermasuk kedalam faktor yang memepengaruhi seks
pada…..
a. Harga diri
b. Gaya hidup
c. Budaya
d. hubungan
e. fisik

7. Kontroversi baik yang pro dan kontra sehingga pasien


merasa bersalahpernyataan tersebut termasuk kedalam
disfungsi seksual…...
a. Penganiayaan seksual
b. Aborsi
c. PMS
d. Penyakit seksual bakteri
e. HIV AIDS
8. Mampu mengidentifikasi gender diri sendiri termasuk tahap
perkembangan seksual adalah….
a. Bayi
b. Todler
c. Prasekolah
d. Sekolah
e. Remaja
9. Berikut ini pengkajian fisik yang tepat dilakukan pada
seksualitas adalah……
a. Kehamilan
b. Gangguan fungsi urin
c. Infertilitas
d. Jawaban b dan c benar
e. Jawaban a, b dan c benar

214 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
10. Masalah keperawatan prioritas yang muncul pada maslah
seksualitas adalah…….
a. Gangguan harga diri
b. Disfungsi seksualitas
c. Perubahan pola seksualitas
d. Gangguan cutra tubuh
e. Kurang pengetahuan seksualitas

E. KUNCI JAWABAN
1. a
2. b
3. c
4. e
5. c
6. b
7. b
8. b
9. e
10. c

F. REFERENSI
Dalimunthe, dkk (2012) Tingkat Pengetahuan pelajar SMA
Harapan 1 Medan tentang seks bebabs dengan Risiko HIV/AIDS.
Ejurnal FK USU
Gunawan 2011. Remaja dan permasalahannnya, Yogyakarta :
Hanggar Kreaton
Hidayah N.F.N, dan Maryatun, 2013. Hubungan antara pola
asuh orang tua dengan perilaku
seksual pranikah pada remaja di SMK Batik 1 Surakarta,
GASTER 10
Kumalasari, Desi (2014) Hubungan pengetahuan dan sikap
dengan prilaku seksual pada siswa

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 215
SMK Lampung Jurnal Kebidanan
Kusmiran, E, 2011.Kesehatan Reproduksi remaja dan wanita.
Jakaarta: Salemba Medika
Sarwono, S.W. 2011 PSikologi Remaja Jakarta : Rajawali Pers

G. GLOSARIUM
Seks : Menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan
fisiologi pada laki- laki dan perempuan atau hubungan fisik antar
indiidu (aktivitas seksual genital)

Seksualitas : Bagaimana seseorng merasa tantang


diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan
perawasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya
Dimensi : dalam segi hokum menjadi pusat tinjauan
ilmiah

216 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB XII KEBUTUHAN PERAWATAN DIRI
Ns.Nita Puspita, M.Kep

A. Tujuan pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar kebutuhan
perawatan diri (personal hygine)
2. Mahasiswa mampu mnegtahui tujuan perawatan diri
3. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi perawatan
diri
B. Materi
1. Definisi
Perawatan diri sebagai kegiatan-kegiatan, yaitu
individu memulai dan melaksanakan untuk diri sendiri,
dalam hal yang mempertahankan kehidupan, kesehatan,
dan kesejahteraan (Orem, 1991). Orem (1991)
menyatakan bahwa upaya perawatan diri dilakukan
untuk memenuhi tiga macam kebutuhan perawatan diri:
universal, perkembangan, deviasi kesehatan

Hygiene adalah bagian dari kesehatan dan


dipengaruhi oleh sosiokultural, keluarga dan faktor-
faktor yang dimiliki oleh individu, meliputi pengatahuan
tentang kesehatan dan presepsi tentang kebutuhan
hygiene (Potter & Perry, 2005). Sedangkan personal
hyigene di definisikan sebagai kemampuan seseorang

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 217
dalam melakukan perawatan diri yang terdiri makan,
mandi, Toileting, dan kebersihan pakaian tanpa
dibantu orang lain (Craven & Himle, 2007). Personal
hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene yang berarti sehat.
Kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Kasiati & Rosmalawati Ni
Wayan Dwi, 2016). Kebutuhan dasar manusia merupakan
unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan kehidupan dan kesehatan salah
satunya adalah personal hygiene. Kebutuhan personal
hygiene merupakan kebutuhan perawatan diri sendiri
atau perorangan yang dilakukan perorangan untuk
mempertahankan kesehatan fisik maupun psikologis
(Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).

Perawatan diri atau adalah salah satu


kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Kemampuan ini berguna untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
memerlukan personal hygiene ketika ia tidak
mampu perawatan diri secara mandiri (Depkes,2000
dalam buku sutanto, 2017). Perawatan diri
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam
melakukan perawatan diri yang terdiri dari makan,
mandi, toilet, dan kebersihan pakaian tanpa bantuan
orang lain (Craven & Hirnle, 2007). Seorang ilmuwan
bernama Potter Perry (2005) menyatakan,
personal hygiene (perawatan diri) merupakan
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesejahteraan.
Dapat disimpulkan perawatan diri adalah
kebutuhan yang sangat dimiliki setiap individu untuk
dipenuhi, seperti: mandi, berpakaian/berdandan,

218 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
makan, toileting. Individu untuk terpenuhi dan
terselesaikan aktivitas sehari-hari dapat ditentukan
oleh nilai dan praktek individu yang bertujuan
terhadap intergritas struktural, fungsi, dan
perkembangan manusia.
2. Jenis Personal Hygiene

Menurut Mubarok, et al (2015) terdapat beberapa


jenis personal hygiene, yaitu:
a. Berdasarkan waktu pelaksanaan
Personal hygiene dapat dibagi menjadi 4
(empat):
1) Perawatan dini hari
Merupakan perawatan yang dari dilakukan
pada waktu bangun tidur, untuk melakukan
tindakan seperti persiapan dalam pengambilan
bahan pemeriksaan (urine/feses) dan
mempersiapkan pasien melakukan sarapan.
2) Perawatan pagi hari
Perawatan yang digunakan setelah
melakukan sarapan pagi, perawat melakukan
pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan
eliminasi (mandi, bab, dan bak) sampai
merapihkan tempat tidur pasien.
3) Perawatan siang hari

Setelah makan siang melakukan perawatan


diri anatara lain, mencuci piring, membersihkan
tangan dan mulut. Setelah itu, perawatan diri
yang dilakukan setelah melakukan berbagai
tindakan pengobatan serta membersihkan tempat
tidur pasien.
4) Perawatan menjelang tidur

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 219
Perawatan yang dilakukan saar menjelang
tidur agar pasien dapat beristirahat dengan
nyaman seperti, mencuci tangan, membersihkan
wajah dan menyikat gigi.
b. Ber asarkan tempat

1) Personal hygiene pada kulit


Kulit merupakan salah satu bagian penting
bagi tubuh yang dapat melindungi tubuh dari
berbagai kuman, sehingga diperlukan perawatan
yang baik dan bermanfaat sebagai:
a) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu
produksi keringat serta penguapan.
b) Sebagai indra peraba yang membantu tubuh
menerima rangsangan.
c) Membantu keseimbangan cairan dan
elektrolit yang mencegah pengeluaran cairan
tubuh secara berlebihan.
d) Menghasilkan minyak untuk menjaga
kelembapan kulit.
e) Menghasilkan dan menyerap vitamin D
sebagai penghubung atau pemberian vitamin
D dari sinar ultraviolet matahari.
Faktor yang memperngaruhi perubahan dan
kebutuhan pada kulit:
a) Umur
Perubahan kulit dapat ditentukan oleh
umur seseorang, seperti pada bayi yang kondisi
kulitnya masih sensitive sangat rawan terhadap
masuknya kuman. Sebaliknya pada orang dewasa
kondisi kulit sudah memiliki kematangan
sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
b) Jaringan kulit

220 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Perubahan kulit dapat dipengaruhi
oleh struktur jaringan kulit, apalagi jaringan
kulit rusak maka terjadi perubahan pada struktur
kulit.
c) Kondisi atau keadaan lingkungan
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi
keadaan kulit secara utuh adalah keadaan panas,
adanya nyeri akibat sentuhan atau tekanan.
2) Personal hygiene pada kuku dan kaki
Perawatan kali dan kuku sering sekali
memerlukan perhatian khusus untuk mencegah
infeksi, bau kaki, dan cidera jaringan lunak. Akan
tetapi sering sekali orang tidak sadar akan
masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku
penting dalam mempertahankan personal
hygiene karena berbagai kuman dapat masuk
kedalam tubuh melalui kuku. Perawatan dapat di
gabungkan saat mandi atau pada waktu terpisah.
Tujuan perawatan kaki dan kuku penting dalam
mempertahankan perawatan diri agar pasien
memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang
lembut, pasien merasa nyaman dan bersih,
pasien akan memahami dan melakukan metode
perawatan kaki dan kuku dengan benar.
Gangguan pada kuku:
a) Ingrown nail: Kuku tangan yang tidak
tumbuh dan dirasakan sakit pada daerah
tesebut.
b) Paronychia: Radang di sekitar jaringan kuku.
c) Ram’s horn nail: Ganguan kuku yang
ditandai dengan pertumbuhan kuku yang
lambat disertai dengan kerusakan dasar kuku
yang berlebihan.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 221
d) Tinea pedis: Terdapat garutan pada
lempengan kuku yang pada akhirnya
menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal,
berubah warna dan rapuh. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi jamur
epidermophyton, trichophyton
microprodium, dan candida albicans di kaki.
e) Bauk tidak sedap: Reaksi mikroorganisme
yang menyebabkan bau tidak sedap.
3) Personal hygiene pada rambut
Rambut merupakan bagian tubuh yang memiliki
fungsi sebagai proteksi dan penghantar suuhu.
Indikasi perubahan status kesehatan diri juga
dapat dilihat dari rambut. Perawatan ini
bermanfaat mencegah infeksi daerah kepala
titik tujuan membersihkan kepala agar
menghilangkan debu dan kotoran yang melekat
di rambut dan di kepala.
Fungsi rambut:
a) Sebagai proteksi dan penghantar (suhu
melindungi dari panas).
b) Keindahan atau mempercantik penampilan.
Gangguan pada rambut:
a) Ketombe yaitu pelepasan kulit kepala yang
disertai rasa gatal.
b) Kutu (pediculotis cepitis) yaitu kutu ini
menghisap darah dan menyebabkan rasa
gatal.
c) Sebor heic dermatitis yaitu merupakan
radang pada kulit kepala yang ditumbuhi
rambut.
d) Alopecia (kehilangan rambut) dapat
disebabkan oleh penggunaan alat pelurus
atau pengeriting rambut, pengikat rambut

222 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
yang terlalu kuat dan pemakaian produk
perawatan rambut yang tidak cocok.
4) Personal hygiene gigi dan mulut

Gigi dan mulut merupakan bagian


pertama dari sitem pencernaan dan
merupakan bagian sistem tambahan dari
sistem pernapasan titik dalam rongga
mulut terdapat gigi dan lidah yang
berperan penting dalam proses
pencernaan awal. Selain gigi dan lidah,
pada bulan saliva yang penting untuk
membersihkan mulut secara mekanis
mulut merupakan rongga yang tidak
bersih dan penuh dengan bakteri,
karena harus selalu dibersihkan. Adapun
salah satu tujuan perawatan gigi dan
mulut adalah untuk mencegah
penyebaran penyakit yang ditularkan
melalui mulut.
Gangguan pada gigi dan mulut:

a) Halitosis yaitu napas yang tidak


sedap, biasanya dikarenakan oleh
kuman atau hal lain.
b) Peridonatala disease yaitu gigi
yang mengalami pendarahan dan
membengkak.
c) Glositis adalah radang yang terjadi
pada lidah.
d) Kilosis adalah bibir yang pecah-
pecah, hal ini dapat terjadi karena
hipersalivasi, nafsu mulut dan
defisiensi riboflavin.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 223
5) Personal hygiene pada genetalia

Perawatan diri pada genetalia adalah


untuk mencegah infeksi, mencegah
kerusakan kulit, meningkatkan
kenyamanan serta mempertahankan
kebersihan diri (Potter dan Perry, 2000
dalam buku Mubarak, 2015). Perawatan
genetalia perempuan pada eksternal
yang terdiri atas mons veneris labia
mayora labia minora, klitoris, uretra,
vagina, perineum, dan anus. Sedangkan
pada laki-laki pada daerah ujung penis
untuk mencegah penumpukan sisa urine.
Tujuan:

a) Mencegah dan mengontrol


infeksi.
b) Mempertahankan kebersihan
genetalia.
c) Meningkatkan kenyamanan
serta mempertahankan
personal hygiene.
d) Mencegah kerusakan kulit.

4. Tujuan Perawatan Personal Hygiene

Tujuan personal hygiene adalah untuk


memelihara kebersihan diri menciptakan
keindahan serta mengingkatkan derajat
kesehatan individu sehingga dapat mencegah
timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun
orang lain sementara secara khusus tujuan
perawatan personal hygiene adalah:
224 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
a. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
b. Memelihara integritas permukaan kulit
c. Menghilangkan keringat, sel-sel kulit yang
mati dan bakteri
d. Menciptakan keindahan\
e. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

5. Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Menurut Mubarak, et al (2015) sikap


seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi
sejumlah faktor antara lain:

a. Citra tubuh

Citra tubuh merupakan subjektif


seseorang tentang penampilan fisiknya, citra
tubuh ini dapat sering berubah, citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan
hygiene. Jika seseorang rapi sekali maka
perawat mempertimbangkan rincian kerapian
ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada klien sebelum membuat
keputusan tentang bagaimana memberikan
perawatan hygiene. Oleh karena citra tubuh
klien dapat berubah akibat pembedahan atau
penyakit fisik maka perawat harus membuat
suatu usaha ekstra untuk meningkatkan
hygiene.
b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah


seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi.
B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 225
Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak
mendapatkan praktik hygiene dari orang tua
mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di
rumah, dan ketersediaan air panas dan air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi perawatan kebersihan.

c. Status sosial ekonomi

Sumber daya ekonomi seseorang


mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat harus
menentukan apakah klien dapat menyediakan
bahan-bahan yang penting seperti deodorant,
sampo, pasta gigi dan kosmetik. Perawat juga
harus menentukan jika penggunaan produk-
produk ini merupakan bagian dari kebiasaan
sosial yang dipraktikkan oleh kelompok
sosial.
d. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya


hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati
demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah
cukup. Kalian juga harus termotivasi untuk
memelihara perawatan diri. Seringkali,
pembelajaran tentang penyakit atau kondisi
mendorong klien untuk meningkatkan
hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang
diharapkan dan menguntungkan dalam
mengurangi risiko kesehatan dapat
memotivasi seseorang untuk memenuhi
perawatan yang perlu.
226 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
e. Kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan klien dan


nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene, orang dari latar kebudayaan yang
berbeda mengikuti praktik kepeerawatan diri
yang berbeda pula. Di Asia kebersihan
dipandang penting bagi kesehatan, di Negara-
negara Eropa bagaimanapun hal ini biasa
untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam
seminggu.
f. Pilihan pribadi

Setiap kalian memiliki keinginan


individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bersyukur, dan melakukan perawatan
rambut. Klien memilih produk yang berbeda
(misalnya sabun, sampo, deodorant dan pasta
gigi) menurut pilihan pribadi.

g. Kondisi fisik

Orang yang menderita penyakit


tertentu misal kanker tahap lanjut atau
menjalani operasi seringkali kekurangan
energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.
6. Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita


seseorang karena tidak terpeliharanya
B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 227
kebersihan perorangan dengan baik.
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga,
serta gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan


personal hygiene adalah gangguan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, dan
gangguan interaksi sosial
7. Aplikasi Perawatan Diri

Orem (1991) membagi tiga tipe, yaitu


perawatan total, perawatan sebagian, mandiri
(sistem pendukung-pendidik).
Perawatan total diperlukan ketika perawat
membantu ketidakmampuan total seorang pasien
dalam hubungan kegiatan merawat yang
membutuhkan penyembuhan. Perawatan sebagian
diperlukan ketika perawat dan pasien menjalankan
ukuran-ukuran perawatan atau tindakan-tindakan
lain yang melibatkan tugas-tugas manipulatif atau
penyembuhan. Mandiri (sistem pendukung- pendidik)
adalah situasi dimana pasien tidak dapat
melakukan tanpa bantuan dengan menapilkan
atau belajar menjalankan ukuran-ukuran yang
dibutuhkan secara eksternal atau internal melalui
metode-metode bantuan yaitu: tindakan, panduan,
pelajaran, dukungan, dan lingkungan yang baik.
C. Rangkuman
Perawatan diri atau adalah salah satu kemampuan
dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
228 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Kemampuan ini berguna untuk mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan memerlukan personal
hygiene ketika ia tidak mampu perawatan diri secara
mandiri (Depkes,2000 dalam buku sutanto, 2017).
Perawatan diri didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang dalam melakukan perawatan diri yang terdiri
dari makan, mandi, toilet, dan kebersihan pakaian tanpa
bantuan orang lain (Craven & Hirnle, 2007). Seorang
ilmuwan bernama Potter Perry (2005) menyatakan,
personal hygiene (perawatan diri) merupakan suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesejahteraan.
Menurut Mubarok (2015) perawatan diri dibagi menjadi 2
kriteria yaitu perawatan diri berdasarkan tempat dan
waktu pelaksanaan. Adapun Tujuan personal hygiene
adalah untuk memelihara kebersihan diri menciptakan
keindahan serta mengingkatkan derajat kesehatan
individu sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit
pada diri sendiri maupun orang lain
D. Tugas
1. Berdasarkan pemahaman yang saudara ketahui apa
yang dimaksud dengan perawatan diri,Jelaskan!!
2. Sebutkan jenis perawatan diri bagi pasien?
3. Seberapa penting perawatan diri bagi pasien dan apa
tujuan pelaksanan perawatan diri?
4. Dampak apa yang akan ditimbulkan jika pasien tidak
melkaukan perawatan diri?

E. Referensi
Kasiati, Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar
Manusia 1. Jakarta: Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 229
Kozier. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, & Praktik. (Vol 2 ( Edisi 7).
Jakarta: EGC

Mubarak, I, W. (2015). Ilmu Keperawatan Dasar.


Jakarta: Salemba Medika.

230 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB XIII KEBUTUHAN MENJELANG AJAL
(Heni.,S.Kep.,Ners.,M.Kep)

A. Tujuan pembelajaran :
Diakhir pembelajaran mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan konsep kebutuhan menjelang
ajal

B. Materi
1. Definisi
a. Perawatan menjelang ajal adalah perawatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dengan membantu mengatasi berbagai
masalah penderitaan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual pada pasien yang tidak lagi responsif
terhadap tindakan kuratif (WHO, 2010).
b. Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang
menghadapi kematian, yang memiliki bebagai hal dan
harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death)
merupakan kondisiterhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, serta hilangnya respon otak, atau
dapat jugadikatakan terhentinya fungsi jantung dan
paru secara menetap atau terhentinya kerja otak
secaramenetap. (Hidayat, 2006)

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 231
c. National Academy of Medicine (NAM) mendefinisikan
kematian yang baik sebagai kematian yang “bebas
dari kesusahan dan penderitaan yang dapat dihindari
untuk pasien, keluarga dan pengasuh, secara umum
sesuai dengan keinginan pasien dan keluarga, dan
cukup konsisten dengan standar klinis, budaya dan
etika ”(Newman, 2016).
Misalnya, individu yang lebih tua mungkin lebih memilih
otonomi yang berkepanjangan dan fungsi kognitif dan
fisik yang lebih baik daripada pengobatan invasif (Fried,
O'Leary, Van Ness, & Fraenkel, 2007). Meskipun atribut
kematian yang baik sangat individual, mereka terdiri dari
rekonsiliasi relasional, keinginan untuk mengalami beban
gejala yang rendah, perdamaian spiritual, dan membuat
rencana pemakaman dan keuangan untuk mengurangi
beban pada keluarga (Gott, Small, Barnes, Payne, &
Seamark, 2008).
Kehilangan dan kematian merupakan kata yang kurang
‘enak’ untuk membicarakannya, karena lebih banyak
melibatkan emosi yang bersangkutan. Menjelang ajal
atau ajal itu sendiri mempunyai aspek yang
membangkitkan rasa takut, kegelisahan, dan sesuatu
yang tidak menentu. Tidak ada orang yang mempunyai
pengalaman dengan mati, membuat orang bertanya-
tanya tentang kematian seperti: seperti apa rasanya mati
itu? Kalau ada kehidupan lain, bagaimana bentuk dan
rasanya, bagaimana dengan orang-orang tercinta yang
kita tinggal, dan lainsebagainya.

2. Peran perawat menjelang ajal


Peran perawat menjelang ajal menurut Potter
dan Perry (2010) adalah :
a. Pemberi perawatan dimana perawat memfokuskan
asuhan pada kebutuhan kesehatan pasien secara

232 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan
emosi, spiritual dan sosial.
b. Pembimbing spiritual pasien, komunikator, fasilitator,
dan pemberi dukungan emosional keluarga.
Bimbingan spiritual yang dimaksudkan adalah
bimbingan rohani dengan membacakan doa-doa sesuai
dengan agama pasien. Sejalan dengan pendapat Kozier,
dkk. (2010), bahwa perawat memiliki tanggung jawab
untuk memastikan bahwa kebutuhan spiritual pasien
diberikan baik melalui intervensi langsung ataupun
dengan mengatur akses terhadap individu yang dapat
memberikan perawatan spiritual. Milligan (2011)
mengungkapkan pengkajian dan perawatan spiritual
adalah merupakan bagian integral dari peran perawat.
c. Sebagai fasilitator.
Salah satu bentuk peran sebagai fasilitator adalah
perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama
bagi keluarga pasien menjelang ajal sehingga pasien dan
keluarganya memiliki lebih banyak kebersamaan.
Ruangan intensive menetapkan waktu kunjungan
keluarga pada jam-jam tertentu sehingga keluarga tidak
bisa setiap saat berada disamping pasien namun
perawat dapat memfasilitasi untuk kebersamaan
keluarga dan pasien menjelang ajal.
Mendukung penelitian yang dilakukan oleh Calvin,
Lindy, dan Clingon (2009), yang menyatakan bahwa
perawat berusaha menghadirkan keluarga untuk
mempersiapkan keluarga menerima kematian pasien
karena sulit bagi keluarga untuk menerima kondisi
pasien. Penelitian lain menyebutkan bahwa
menyedihkan apabila membiarkan pasien meninggal
dalam keadaan tanpa didampingi oleh keluarga.
d. Peran perawat apabila pasien tidak mempunyai
keluarga adalah perawat harus berperan untuk

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 233
mendampingi pasien (Fridh, Forsberg, & Bergbom,
2009).
e. Perawat juga berperan dalam memberikan dukungan
kepada keluarga pasien yang menjelang ajal.
Sejalan dengan penelitian Wright, Bourbonnais,
Brajtman, Gagnon (2011), menggambarkan bahwa
kepuasan yang didapatkan perawat perawatan kritis
pada saat merawat pasien dan keluarga dalam
perawatan akhir hidup adalah dengan hadir
mendampingi keluarga dan memberikan dukungan
melewati fase tersebut.
Peran perawat dalam merawat pasien di
rumah sakit mencakup bio–psiko–sosio–kultural dan
spiritual. Perawat dituntut untuk memberikan pelayanan
yang prima disamping beban kerja yang tinggi. Pelayanan
prima bisa dilakukan oleh perawat terkait kebutuhan
dasar pasien agar terpenuhi, tidak terkecuali pada aspek
spiritual (Hardianto, 2017).
Spiritual dapat memotivasi seseorang
(pasien) dalam keadaan tidak berdaya untuk lebih fokus,
lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, stres emosi
karena sakit. Hal lain terkait aspek spiritual yaitu dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien terutama pada
kondisi menjelang kematian sehingga pasien dapat
meninggal dengan tenang diakhir hidupnya (Monod et al.,
2011).

3. Dying process
Sekitar dua minggu menjelang kematian, pasien bisa
memperlihatkan tanda-tanda psikis berupa disorientasi
mental: kekacauan dan kekeliruan dalam daya pemikiran,
perasaan dan pengamatannya. Pasien bisa mengalami tiga
gejala berikut: ilusi, halusinasi dan delusi. Ketiga gejala
itu timbul karena kondisi mental pasien yang makin

234 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
menurun hingga kerap berada dalam kondisi setengah
sadar, seakan-akan setengah bermimpi. Ilusi adalah
kesalahan dalam membaca/mentafsirkan kesan atau
stimulus indrawi eksternal. Misalnya: bunyi angin
dipersepsi sebagai suara orang menangis, harum parfum
sebagai bau mayat, rasa gatal sebagai adanya serangga di
balik selimut, ada cacing kecil dalam gelas susu. Dalam
kehidupan normal, kita juga bisa mengalami ilusi indrawi
semacam itu, namun pada umumnya kita bisa segera
melakukan koreksi atasnya. Dalam diri pasien yang
terminal, kemampuan untuk mengkoreksi-diri itu telah
menurun/menghilang hingga ilusi itu bisa sungguh terasa
sebagai real. Lain dari ilusi yang terjadi kerna stimulus
indrawi eksternal, halusinasi adalah produk internal
imaginasi kita sendiri. Contoh dari bayangan/gambaran
(image) yang halusioner adalah gambaran-gambaran yang
muncul saat kita bermimpi atau berada dalam pengaruh
narkoba. Mungkin karena pengaruh obat penenang dan
kegalauan emosional yang dirasakannya, pasien sering
nampak mendapat halusinasi tertentu: ia seakan-akan
melihat atau berbicara dengan orang-orang tertentu yang
tidak ada di sekitarnya, termasuk juga berbicara/melihat
orang-orang yang sudah meninggal dunia. Beberapa orang
yang menganut faham spiritisme (komunikasi dengan roh)
mentafsirkan gejala ini sebagai tersibaknya selubung
antara alam fana dengan alam baka: “Some may see this
as the veil being lifted between this life and the next life.
Persepsi halusioner ini bisa terungkap secara fisik juga:
pasien menjadi tegang dan gelisah (agitasi), ia
menggerak-gerakan anggota badannya secara kacau tak
menentu, seakan-akan seperti hendak mengusir,
menghindar atau menjangkau sesuatu; atau ia terengah-
engah mencengkram ujung seprai atau selimutnya erat-
erat.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 235
4. Perawatan End of life
a. Pengertian
Perawatan end of life merupakan perawatan
yang membantu semua orang dengan pernyakit lanjut,
progresif, tidak dapat disembuhkan untuk dapat
bertahan hidup sebaik mungkin sampai menghadapi
kematian. Perawatan end of life diberikan ketika
sesorang telah terdiagnosis menghadapi penyakit
lanjut oleh profesional kesehatan (Sadler, 2015).
Profesional kesehatan yang memberikan perawatan
end of life harus memahami suatu tanda dan gejala
fisik yang dialami oleh pasien. Pasien pada fase end of
life cenderung lebih takut terhadap gejala kematian
itu sendiri dibandingkan kematiannya. Pasien harus
merasa nyaman secara fisik sebelum fikiran mereka
berfokus tentang kondisi sosial, psikologis, dan
spiritual (Perkins, 2016).

236 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5. Etika Dalam Perawatan End of life
Dalam proses pengambilan keputusan yang
terkait dengan masalah end of life, terdapat beberapa
prinsip etika yang harus ditekankan, pertama
nonmaleficience yaitu memastikan pasien terhindar
dari bahaya baik itu fisik maupun emosional, kedua
beneficience yaitu melakukakn sesuatu yang baik
terhadap pasien dan menguntungkan seperti
mendengarkan keluhan pasien dengan penuh
perhatian, memperlakukan pasien seperti manusia
seutuhnya, dan terus berusaha meringankan beban
pasien baik itu fisik, psikologis, sosial dan spiritual.
Ketiga autonomy yaitu pasien memiliki hak tentang
pengambilan keputusan terkait perawatan dengan
menggunakan inform konsen yang menekankan
terhadap hak katas kerahasian, privasi, dan hak untuk
menolak pengobatan (Qualls and Kasl-Godley, 2011;
Zerwekh, 2006).

6. Teori Keperawatan Peaceful End of life


Teori keperawatan peaceful end of life Ruland
& Moore (1998) dalam (Alligood, 2014) tidak
terpisahkan dengan sistem keluarga (pasien dengan
sakit terminal dan orang yang dianggap berarti dalam
hidupnya) yang dirancang untuk mempromosikan hasil
positif dari hal berikut :
a. Terbebas Dari Nyeri
Bebas dari rasa penderitaan atau gejala yang
disebabkan oleh nyeri merupakan bagian penting
dari banyak pengalaman end of life karena nyeri
dianggap sensori yang tidak menyenangkan atau
pengalaman emosional yang berhubungan dengan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 237
actual atau potensial kerusakan jaringan (Alligood,
2014).

b. Mendapat Kenyamanan
Kenyamanan didefinisikan oleh teori kolkaba
sebagai sebuah kelegaan dari ketidaknyamanan,
keadaan mudah dan damai, dan apapun yang
membuat hidup mudah atau
menyenangkan(Alligood, 2014).

c. Bermartabat dan Merasa Terhormat


Setiap pasien yang mengalami sakit parah harus
dihormati dan dihargai sebagai manusia. Konsep ini
menggabungkan gagasan pribadi, setiap tindakan
didasarkan oleh prinsip etika dan otonomi pasien dan
berhak atas perlindungan (Alligood, 2014).

d. Merasa Damai
Damai merupakan sebuah perasaan yang
tenang, harmonis, puas, bebas dari kegelisahan,
kekhawatiran dan ketakutan. Sebuah pendekatan
untuk merasa damai meliputi aspek fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual (Alligood, 2014).

e. Kedekatan Dengan Orang Yang Disayang.


Kedekatan adalah sebuah perasaan yang saling
terhubung dengan orang lain yang peduli. Ini
melibatkan kedekatan fisik atau emosional yang
diungkapkan dengan hangat, intim, dan berhubungan
(Alligood, 2014).

7. Perubahan-perubahan tubuh setelah kematian :


Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah
kematian, di antaranya :

238 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
a. Rigor mortis (reaksi kimia dalam otot orang mati yang
menyebabkan kekakuan), dapat terjadi sekitar 2-4 jam
setelah kematian,
b. Algor mortis (dinginnya mayat karena suhu tubuhnya
mendekati suhu lingkungan) suhu tubuh perlahan-lahan
turun
c. Post mortem decomposition yaitu terjadi livor mortis
(lembam/kebiruan) terjadi karena sirkulasi berhenti,
darah dlm pembuluh darah mengambil tempat
menurut tarikan gravitasi, sehingga jaringan yang
paling bawah tertekan serta melunaknya jaringan yang
dapat menimbulkan banyak bakteri.
d. Otolisis post morten, enzim-enzim dikeluarkan secara
lokal dan terjadi reaksi lisis, memudahkan bakteri
tumbuh.

8. Tahapan Dying dan Death (Kubler Ross)


a. Denial dan isolation : menyangkal, merepresikan
kenyataan dan mengisolasi diri terhadap kenyataan
b. Anger : mengepresikan kemarahan dan permusuhan ,
bersikap menyalahkan takdir
c. Bergaining : mempunyai harapan-harapan
d. Depression : banyak menangis, tidak banyak bicara
e. Acceptence : merasa lebih tenang dan damai,
menantikan tibanya kematian dan mempersiapkan diri
menghadapinya

9. Tindakan dalam Menghadapi Kematian


a. Perawatan jenazah :
1) Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
2) Singkirkan pakaian dan alat tenun kotor
3) Lepaskan semua alat-alat kesehatan
4) Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 239
5) Tempatkan tangan jenazah di atas abdomen dan ikat
pergelangannya (tergantung kepercayaan)
6) Tempatkan satu bantal dibawah kepala
7) Tutup kelopak mata, jika tidak dapat ditutup pakai
kapas basah
8) Katupkan rahang dan mulut, kemudian ikat dan
letakkan gulungan handuk dibawah dagu
9) Letakkan alas dibawah bokong
10) Tutup sampai batas sebatas bahu, kepala ditutup
dengan kain tipis
11) Catat semua milik pasien dan berikan kepada
keluarga
12) Beri kartu / tanda pengenal
13) Bungkus jenazah dengan kain panjang
b. Perawatan jenazah yang diotopsi :
1) Ikuti prosedur Rumah sakit dan jangan lepas alat-
alat kesehatan
2) Beri label pada pembungkus jenazah
3) Beri label pada alat-alat protesa yang digunakan
4) Tempatkan jenazah pada lemari pendingin
c. Perawatan kepada keluarga :
1) Dengarkan ekspresi keluarga
2) Beri kesempatan keluarga untuk bersama dengan
jenazah beberapa saat
3) Siapkan ruangan khusus untuk memulai rasa berduka
4) Pahami syok yang dialami dan dengarkan rasa
dukanya, biasanya keluarga marah-marah dan
menyalahkan kita, jangan ikut-ikutan marah, beri
pengertian
5) Bantu keluarga untuk membuat keputusan serta
perencanaan pada jenazah
6) Beri dukungan jika terjadi disfungsi berduka

240 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
C. Rangkuman
Merawat klien menjelang ajal bertujuan untuk
menyadari perasaan klien sendiri tentang kematian. Ketika
vonis dokter tentang kematian telah dijatuhkan, respon dari
tiap individu dalam menerima hal tersebut tergantung dari
kondisi fisik, psikologi, sosial yang dialami, sehingga dampak
yang ditimbulkan pada setiap individu juga berbeda.
Karnanya perawat perlu memberikan sebuah kenyamanan
dan mendukung klien agar tetap tenang pada psikisnya dan
perawat juga harus memahami apa yang dialami klien
dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan
dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai

D. Tugas
1. Jelaskan definisi menjelang ajal!
2. Jelaskan salah satu peran perawat menjelang ajal!
3. Jelaskan dying proses!
4. Jelaskan perubahan-perubahan tubuh setelah kematian
5. Jelaskan perawatan jenazah yang di otopsi

E. Referensi
Adhisty, Effendy, Setiyarini. (2016). Pelayanan
Paliatif pada Pasien Kanker di RSUP
Dr. Sadjito Yogyakarta. Tesis.
etd.repository.ugm.ac.id/.../95916
/.../S2- 2016-352965-

Alligood, M. R. 2014. Nursing theory & their work


(8th ed). The CV Mosby Company St.
Louis. Toronto. Missouri: Mosby
Elsevier. Inc

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 241
Asano, R., Abshire, M., Dennison-Himmelfarb,
C., & Davidson, P. M. (2019). Barriers
and facilitators to a ‘good death’in
heart failure: an integrative review.
Collegian, 26(6), 651-665.

Ferrell, B.R., Virani R., Paice, J.A., Malloy, P.,


& Dahlin, C. (2010). Statewide
efforts to improve palliative care.
Critical Care Nurse, 30 (6). Diakses
dari http://www.ccnonline. Org

Higgs, C. (2010). The Palliative care


Handbook: Advice on clinical
Management 7th ed. Sanford:
Hierographics Ltd.

Meier, E. A., Gallegos, J. V., Thomas, L. P. M.,


Depp, C. A., Irwin, S. A., & Jeste,
D.V. (2016). Defining a good death
(successful dying): literature review
and a call for research and public
dialogue. The American Journal of
Geriatric Psychiatry, 24(4), 261-271.

Nurul Izah1, F. H. (2020). Sikap Perawat


terhadap Persiapan Kematian pada
Pasien Kanker Stadium Lanjut .
Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal
Bedah 3 (1), Mei 2020, 1-76 , 1-76.

Potter & Perry. 2005. Fundamental of Nursing


Concept, Process and Practice. Edisi
4. Jakarta: EGC

242 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Risal M, Syafitri K. H, Sholichin (2021).
Literatur Review : Perawatan
Menjelang Ajal Pada Pasien Kritis.
https://repository.unmul.ac.id/bits
tream/handle/123456789/22990/L
ITERATUR%20REVIEW%20PERAWAT
AN%20MENJELANG%20AJAL.pdf?se
quence=1 diakses 20 maret 2023

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku


Ajar Keperawatan Dasar. Edisi
10.Jakarta: EGC.

Ruland, C. M., & Moore, S. M. (1998). Theory


construction based on standards of
care: A proposed theory of the
peaceful end of life. Nursing
outlook, 46(4), 169-175.

Sisilia Mariani Destisary, S. A. (2021).


PENGALAMAN PERAWAT DALAM
MERAWAT PASIEN FASE END OF LIFE
DI RUANG ICU. Jurnal Gawat Darurat
Volume 3 No 1 Juni 2021, Hal 29 - 42,
3, 29-42.

Smith, S.A. (2008). Developing and Utilizing


End of Life Nursing Competencies.
Home Health Care Management &
Practice, 15(2), pp.116122.
Available
at:http://hhc.sagepub.com/cgi/doi
/10.1177/1084822302239297
[Accessed March 9, 2023].

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 243
Wai-Man Liu, P. J. (2019). Improved Quality of
Death and Dying in Care Homes: A
Palliative Care Stepped Wedge
Randomized Control Trial in
Australia . JAGS 00:1-8, 2019, 1-8.

World Health Organization. (2010). Definition


of Palliative
Care.http://www.who.int/cancer/p
alliative/definition/en/ diakses
tanggal 22 Februari 2023

244 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB XIV KEBUTUHAN HARGA DIRI
Indriyati, S.Kep., Ns., M.Psi

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian kebutuhan
harga diri
2. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik harga diri
3. Mahasiswa mampu mengetahui aspek harga diri
4. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor – faktor yang
mepengaruhi harga diri
5. Mahasiswa mampu mempraktikkan bagaimana cara
mengukur harga diri
6. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan
bagaimana cara meningkatkan harga diri.
B. MATERI POKOK

1. PENGERTIAN KEBUTUHAN HARGA DIRI


Harga diri / selt esteem merupakan aspek kepribadian
yang memiliki sangat berpengaruh terhadap pembetukan
sikap dan perilaku setiap individu. penilaian diri
dipengaruhi adanya interaksi sikap, penghargaan dan
penerimaan orang lain terhadap individu.
Menurut Maslow mengatakan bahwa harga diri
merupakan bagian dari suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh setiap manusia. Maslow juga mengemukakan
bahwa: “The feeling self esteem can be realistic if it is
soundly based upon real capacity personal ablities,
achievement, and efficiency”, yang berarti bahwa

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 245
perasaan harga diri bisa realistis jika didasarkan pada
kapasitas nyata dari kemampuan pribadi, prestasi, dan
efisiensi.
Kebutuhan akan rasa harga diri ini oleh Maslow dibagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Penghargaan diri sendiri
Penghargaan ini mencakup hasrat atau keinginan
untuk memperoleh rasa percaya diri, adekuasi,
kompetensi, kemandirian, kekuatan pribadi, dan
kebebasan. Penghargaan ini diberikan pada diri sendiri
dikarenakan setiap individu memiliki rasa ingin
mengetahui bahwa dirinya berharga dan mampu
mengatasi segala tantangan dalam hidupnya.
b. Penghargaan orang lain
Penghargaan dari orang lain bisa berupa prestasi.
Dalam hal ini setiap individu membutuhkan adanya
penghargaan atau pengakuan atas apa yang
dilakukannya, dimana setiap individu akan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri, akan rasa
cinta dan kebutuhan akan rasa memiliki yang telah
terpuaskan atau terpenuhi.

Berikut adalah model harga diri dari Buss ini, dapat


dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 14.1 : Model harga diri

246 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Model diatas menunjukkan bahwa harga diri sebagai
penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang berarti
bahwa harga diri memiliki sifat implisit dan tidak dapat
diverbalisasikan. Berdasarkan dari gambar diatas terdapat
dua jenis penilaian diri (self judgement) diantaranya
adalah:
a. Temporary
Jenis ini menunjukkan adanya perilaku khusus
dan situasi tertentu yang dibatasi oleh ruang dan
waktu.
Contoh:
“Hari ini saya bermain bulu tangkis jelek sekali”
b. Enduring.
Penilaian diri enduring lebih berpusat pada diri
sendiri yang mencakup hasil dari berbagai pengalaman
hidup yang mendasar atas afeksi dari orang lain dan
prestasi yang dicapai.
Contoh:
“kamu hebat bisa memenangkan lomba ini”

Model harga diri pada gambar tedapat


core dan peripheral. Core lebih bersifat menetap dan
terbentuk karena adanya kasih sayang orang terdekat
dalam hidup dan faktor konstitusional. Sedangkan
peripheral bersifat stabil dan terbentuk oleh prestasi yang
dicapai dan afeksi dari orang lain, yang merupakan
kelanjutan dari afeksi dari orang tua, bisa berasal dari
teman atau cinta kasih dari lawan jenis. Terkait dengan
pembentukan harga diri ini,
Harga diri sangat pengaruh terhadap perilaku
seseorang, dimana harga diri merupakan pengatur utama
perilaku individu yang bergantung pada kekuatan pribadi,
integritas diri dan tindakan untuk membangun dan
memenuhi kebutuhan harga diri serta pengembangan
segenap potensi yang dimiliki setiap individu guna
menggapai sebuah prestasi.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 247
2. KARAKTERISTIK HARGA DIRI
Harga diri memiliki beberapa karakteristik
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Harga diri bervariasi dalam berbagai pengalaman
1) Ada tidaknya kasih sayang, dorongan, dan
tantangan.
2) Ada tidaknya cinta dan penerimaan
3) Ada tidaknya pengalaman dalam hal mendapatkan
kritikan, ejekan, sarkasme, dan sinisme
4) Ada tidaknya pemukulan fisik dan pelecehan
5) Ada tidaknya pengakuan dan pujian untuk prestasi
6) Ada tidaknya kelebihan dan keunikan yang selalu
diabaikan
b. Harga diri sebagai sesuatu yang bersifat umum
Memiliki pikiran yang rasional ataupun yang tidak
rasional
c. Evaluasi diri
Harga diri positif memiliki karakteristik
diantaranya sebagai berikut:
1) Menganggap bahwa diri sendiri sebagai orang yang
berharga dan baik terhadap orang lain
2) Tidak menganggap dirinya sempurna, tahhu akan
adanya keterbatasan diri dan mengaharapkan
adanya pertumbuhan dalam dirinya.
3) Menyukai tugas baru yang menantang serta tidak
cepat bingung bila sesuatu berjalan diluar rencana.
4) Berprestasi dibidang akademik serta dapat
mengekspresikan dirinya dengan baik Dapat
mengontrol tindakan serta dapat menerima kritik
dengan baik.
5) Mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan.
6) Bersifat demokratis dan berorientasi secara
realistis.

Harga diri negatif memiliki karakteristik


diantaranya sebagai berikut:
1) Sulitan mengontrol tindakan dan perilakunya ketika
menerima saran dan kritikan dari orang lain

248 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
2) Menganggap dirinya sebagai orang yang tidak
berharga dan tidak sesuai, sehingga takut gagal
untuk melakukan hubungan sosial.
3) Menganggap apa yang dikerjakan selalu gagal dan
terjadi hal buruk meskipun segala usaha sudah
dilakukannya dengan baik.
4) Selalu mearasa khawatir dan ragu-ragu dalam
menghadapi tuntutan dari lingungan.
5) Tidak menyukai segala hal atau tugas yang baru,
sehingga sulit untuk menyesuaiakan diri.
6) Tidak yakin akan pendapat dan kemampuan diri
sendiri
7) Kurang dapat mengekspresikan dirinya dengan
baik.
8) Kurang memiliki nilai dan sikap yang demokratis
sehingga orientasi kurang realistis.

Individu yang memiliki harga diri tinggi atau positif


menunjukkan perilaku menerima dirinya apa adanya,
percaya diri, puas dengan karakter dan kemampuan diri
dan individu yang memiliki harga diri rendah, akan
menunjukkan perhargaan buruk terhadap dirinya
sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial.
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir,
ketika anak berhadapan dengan dunia luar dan
berinteraksi dengan di lingkungan sekitarnya. Interaksi
secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan
peran yang saling tergantung pada orang yang bicara
dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan
pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan
pemahaman tentang diri.

3. ASPEK HARGA DIRI


Aspek Harga Diri Menurut Coopersmith terdapat
empat aspek diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Keberartian Diri (Significance)

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 249
Keberartian diri membuat individu cenderung
untuk mengembangkan harga diri yang rendah atau
negatif menjadi berhasil atau positif. Keberartian diri
dapat diukur melalui perhatian dan kasih sayang yang
ditunjukkan oleh lingkungan yang ditandai dengan
adanya respon hangat dari lingkungan.
b. Kekuatan Individu (Power)
Kekuatan atau power ini berarti kemampuan
individu untuk dapat mempengaruhi orang lain, serta
mampu untuk mengontrol atau mengendalikan orang
lain. Dengan miliki kemampuan untuk mengontrol diri
sendiri maka dapat membentuk harga diri yang positif
atau tinggi, demikian juga sebaliknya. Kekuatan juga
dikaitkan dengan inisiatif. Pada individu yang memiliki
kekuatan tinggi akan memiliki inisiatif yang tinggi.
Demikian sebaliknya
c. Kompetensi (Competence)
Kompetensi dapat diartikan sebagai usaha untuk
mendapatkan prestasi yang baik, sesuai dengan
tahapan usianya. Sebagai contoh, pada remaja putra
akan berasumsi bahwa prestasi akademik dan
kemampuan atletik adalah dua bidang utama yang
digunakan untuk menilai kompetensinya, maka individu
tersebut akan melakukan usaha yang maksimal untuk
berhasil di bidang tersebut. Apabila usaha individu
sesuai dengan tuntutan dan harapan, itu berarti bahwa
invidu memiliki kompetensi untuk membantu
membentuk harga diri yang tinggi. Sebaliknya apabila
individu sering mengalami kegagalan dalam meraih
prestasi memenuhi harapan dan tuntutan, maka
individu tersebut merasa tidak kompeten. Hal tersebut
dapat membuat individu mengembangkan harga diri
menjadi rendah.
d. Kebajikan (virtue)

250 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Kebajikan bagian dari ketaatan untuk mengikuti
nilai, moral dan etika serta agama dimana individu akan
menjauhi larangan dan berperilaku sesuai nilai moral,
etika, dan agama. Seseorang yang taat nilai moral,
etika dan agama dianggap memiliki sikap yang positif
dan penilaian orang lain positif terhadap dirinya. Hal ini
telah mengembangkan harga diri positif pada diri
sediri.

Keempat aspek diatassebagai dasar dalam menyusun


skala harga diri, baik yang berbentuk panjang maupun
pendek. -hari.

4. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI


a. Keluarga dan orang tua
Keluarga dan orang tua memiliki pengaruh terbesar
terhadap terbentuknya harga diri, hal ini dikarenakan
keluarga merupakan modal utama dalam proses
pembentukan, keluarga sebagai role model peniruan
dalam berperilaku, sehingga perasaan dihargai dalam
keluarga merupakan nilai penting dalam pembentukan
harga diri.
b. Penerimaan atau Penghinaan Terhadap Diri
Orang yang merasa berguna akan memiliki
penilaian yang lebih tinggi atau positif terhadap diri
mereka sendiri daripada mereka yang tidak
mengalaminya. Individu dengan citra diri yang baik
akan dapat menghargai diri sendiri, menerima diri
sendiri, tidak meremehkan diri sendiri, namun
menyadari keterbatasannya dan memiliki harapan
untuk maju dan memahami potensi dirinya cenderung
menjauh, tidak puas dengan diri sendiri, bahkan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 251
mereka yang memiliki citra diri rendah membutuhkan
dukungan.
c. Harapan orang tuas yang tidak realistis
d. Keterbukaan dan kecemasan
Lingkungan menerima sikap, perilaku, terbuka
akan keyakinan, nilai , sikap, etika akan menimbulkan
kenyamanan dan merasa dihargai, begitupun sebaliknya
jika lingkungan menolak akan kehadiran seseroang
maka bisa menimbulkan perasaan frustasi, cemas
bahkan stress dan depresi.
e. Kegagalan yang berulang
f. Kemampuan dan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas
g. Kepemimpinan dan popularitas
Kepemimpinan seseorang dapat digunakan untuk
membedakan diri sendiri dengan orang lain dan
lingkungan dalam situasi kompetitif orang lain dapat
menerima dan membuktikan popularitasnya. Dalam hal
ini dapat dikeatui bahwa individu dapat mengenal diri
sendiri seperti menghindari persaingan, mampu untuk
memimpin. Peran sosial yang diamanahkan dan adanya
penghargaan dalam peran tersebut
h. Kelas sosial dan kesuksesan
i. Nilai dan ispirasi
j. Cara seseorang untuk menghadapi devaluasi

Adapun beberapa factor yang melatarbelakangi harga


diri yaitu:
a. Pola asuh
b. Pengalaman
c. Lingkungan dan
d. Sosial ekonomi

252 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
5. PENGUKURAN HARGA DIRI
Harga diri sering dinilai menggunakan penilaian
diri. Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) adalah salah satu
alat yang digunakan untuk mengukur harga diri. Skala ini
menggunakan 10 item yang meminta peserta untuk
menunjukkan seberapa setuju mereka dengan serangkaian
pernyataan tentang diri mereka sendiri.

ROSENBERG SELF ESTEEM SCALE

Silahkan baca pernyataan di bawah dan bulatkan di


huruf yang sesuai. Tidak ada jawapan yang betul atau
salah, pilih jawapan yang sesuai dengan keadaan anda
sekarang

A. Sangat setuju
B. Setuju
C. Tidak setuju
D. Sangat tidak setuju

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


setuju setuju Tidak
setuju
1 Saya rasa, saya adalah A B C D
seorang yang berguna,
sekurang-kurangnya
sama seperti orang lain
2 Saya rasa diri saya A B C D
mempunyai beberapa
keistemewaan.
3 Secara keseluruhannya A B C D
saya merasakan diri saya
seorang yang gagal.
4 Saya mampu melakukan A B C D
sebarang pekerjaan yang
dilakukan oleh orang lain.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 253
5 Saya tidak mempunyai A B C D
keistemewaan diri yang
dapat dibanggakan.
6 Saya bersikap baik A B C D
terhadap diri sendiri.
7 Secara keseluruhannya, A B C D
saya berpuas hati
terhadap diri sendiri.
8 Saya berharap saya boleh A B C D
lebih menghormati diri
sendiri.
9 Kadangkala saya A B C D
merasakan diri saya tidak
berguna.
10 Kadangkala saya fikir diri A B C D
saya tidak baik langsung.

Pengukuran lain harga diri adalah


menggunakan Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI),
menggunakan 58 pertanyaan tentang topik yang berbeda.
CSEI dikembangkan oleh Stanley Coopersmith pada tahun
1967. Skala ini aslinya dirancang untuk anak-anak,
kemudian dikembangkan untuk digunakan pada orang
dewasa oleh Ryden (1978). Skala ini untuk melihat aspek-
aspek spesifik harga diri yaitu harga diri secara umum,
hubungan sosial dengan teman sebaya, hubungan dalam
keluarga (orangtua), dan situasi dalam pekerjaan (Potard,
2017). CSEI terdiri dari 58 pernyataan dengan 2 pilihan
“Ya” dan “Tidak”. Pilihan jawaban “Ya” jika pernyataan
menggambarkan diri, sedangkan pilihan jawaban “Tidak”
jika pernyataan tidak menggambarkan diri.
Pada CSEI ini terdapat 8 item yang berfungsi untuk
mendeteksi kebohongan atau yang biasa disebut lie scale.
Skala tersebut berguna untuk mengetahui apakah individu
benar-benar mengisi skala sesuai dengan keadaan
sebenarnya (Potard, 2017). Analisis faktor 58 item CSEI
menunjukkan skor global yang berkorelasi secara

254 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
konseptual diantarnya pertanyaan diri secara umum,
pertanyaan yang berhubungan sosial dengan teman
sebaya,pertanyaan yang berhubungan dengan orangtua,
dan sekolah atau tempat kerja.

Coopersmith Self- esteem Inventory (CSEI). Instrumen


ini disusun menggunakan skala Guttman dengan alasan
untuk memperoleh jawaban secara jelas dan tegas dengan
alternatif jawaban antara “Ya” atau “Tidak”.

COOPERSMITH SELF- ESTEEM INVENTORY (CSEI)

NO Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya menghabiskan banyak
waktu untuk melamun
2 Saya cukup yakin pada diri
sendiri
3 Saya sering berharap
menjadi orang lain
4 Saya mudah menyukai
5 Saya dan keluarga
mempunyai waktu
bersenang bersama
6 Saya tidak pernah khawatir
tentang apa pun
7 Saya merasa sangat sulit
untuk berbicara di depan
kelompok
8 Saya berharap saya
lebih muda
9 Ada banyak hal tentang

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 255
diri saya, jika saya mau
saya akan ubah
10 Saya dapat berpikir tanpa
banyak kesulitan
11 Saya orang yang sangat
menyenangkan
12 Saya mudah kecewa di
rumah
13 Saya selalu melakukan
sesuatu hal yang benar
14 Saya bangga dengan
pekerjaan sendiri
15 Seseorang selalu
memeberitahu saya apa
yang harus dilakukan
16 Saya membutuhkan
waktu lama untuk
membiasakan diri dengan
suatu yang baru
17 Saya sering menyesali hal-
hal yang saya lakukan
18 Saya dikenal oleh orang-
orang seusia saya.
19 Keluarga saya
biasanya memahami
perasaan saya
20 Saya tidak pernah bahagia
21 Saya berusaha
mengerjakan apa yang
dapat saya kerjakan sebaik
mungkin

256 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
22 Saya mudah menyerah
23 Saya biasanya dapat
mengurus diri sendiri
24 Saya merasa cukup
bahagia
25 Saya lebih suka berteman
dengan orang yang lebih
muda dari saya.
26 Keluarga saya sangat
berharap pada saya
27 Saya suka dengan semua
orang yang saya kenal
28 Saya ingin diperhatikan
ketika dalam kelompok
29 Saya memahami diri saya
30 Hal yang paling sulit
adalah menjadi diri sendiri
31 Segala sesuatu bercampur
dalam hidup saya
32 Orang-orang biasanya
menyetujui ide saya
33 Tidak ada orang yang
memberikan perhatian
pada saya saat di rumah
34 Saya tidak pernah
dimarahi
35 Saya tidak mengerjakan
pekerjaan saya dengan
baik seperti yang saya
harapkan
36 Saya dapat menentukan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 257
pilihan dan berpegang
teguh pada pilihan
tersebut
37 Saya sangat tidak suka
menjadi laki-laki atau
perempuan
38 Saya merasa pendapat
saya kurang bagus
39 Saya tidak suka menjadi
orang lain
40 Seringkali saya ingin pergi
dari rumah
41 Saya tidak pernah merasa
malu
42 Saya sering merasa
kecewa
43 Saya sering merasa malu
pada diri sendiri
44 Muka saya tidak seelok
orang pada umumnya
45 Jika ada sesuatu yang
harus katakana, biasanya
akan saya katakan
46 Orang-orang sering
mengerjai saya
47 Keluarga saya memahami
saya
48 Saya selalu berkata benar
49 Pimpinan atau supervisor
membuat saya merasa
tidak cukup berkualitas

258 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
50 Saya tidak peduli apa
yang terjadi pada saya
51 Saya merasa gagal
52 Saya mudah merasa kesal
apabila dimarahi
53 Saya kurang begitu
disukai, tidak seperti
sebagian besar orang
54 Biasanya saya merasa
seolah-olah keluarga
terlalu menekan saya
55 Saya tahu apa yang harus
saya katakan kepada orang
lain
56 Saya sering merasa
berkecil hati
57 Tidak ada sesuatu hal
yang mengganggu saya
58 Saya tidak bisa diandalkan

Hasil dari kriteria CSEI:


≤ 50 = self esteem rendah
≥ 50 = self esteem tinggi

6. CARA MENINGKATKAN HARGA DIRI


Cara untuk meningkatkan harga diri dapat dilakukan
dengan cara:
a. menyadari kemampuan diri dan mengembangkannya.
Harga diri dapat dibangun dengan cara menunjukkan
kemampuan dan prestasi yang di dapat selama

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 259
hidupnya, dengan demikian harga diri dapat
dikembangkan dan diupayakan.
b. berhenti mengkhawatirkan apa yang orang lain pikirkan
tentang diri kita. Ketika perasaan khawatir berlebihan
tentang apa yang dipikirkan orang lain, maka akan
cenderung tidak memiliki waktu luang untuk melakukan
apapun.
c. tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Orang lain tidak selalu menjadi standar hidup. Sebagai
contoh apa yang orang lain posting di media sosial
hanya mewakili yang terbaik dalam hidup. Maka
perilaku membandingkan diri dengan orang lain itu
tidak baik dan fokus dengan apa yang bisa
meningkatkan kualitas hidup kita yang bisa tumbuh
dalam diri.
d. Mengenali kekuatan dan kelemahan dapat
meningkatkan harga diri.

C. RANGKUMAN
 Harga diri merupakan aspek kepribadian yang memiliki
sangat berpengaruh terhadap pembetukan sikap dan
perilaku setiap individu. penilaian diri dipengaruhi adanya
interaksi sikap, penghargaan dan penerimaan orang lain
terhadap individu.

 Harga diri memiliki beberapa karakteristik diantaranya


adalah sebagai berikut:
1. Harga diri bervariasi dalam berbagai pengalaman
2. Harga diri sebagai sesuatu yang bersifat umum
3. Evaluasi diri (Harga diri positif dan harga diri negatif )

 Aspek Harga Diri Menurut Coopersmith terdapat empat


aspek diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Keberartian Diri (Significance)
2. Kekuatan Individu (Power)
3. Kompetensi (Competence)
4. Kebajikan (virtue)

260 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
 Faktor - faktor yang mempengaruhi harga diri
1. Keluarga dan orang tua
2. Penerimaan atau Penghinaan Terhadap Diri
3. Harapan orang tuas yang tidak realistis
4. Keterbukaan dan kecemasan
5. Kegagalan yang berulang
6. Kemampuan dan kesempatan untuk menyelesaikan
tugas
7. Kepemimpinan dan popularitas
8. Kelas sosial dan kesuksesan
9. Nilai dan ispirasi
10. Cara seseorang untuk menghadapi devaluasi

 Pengukuran harga diri menggunakan Rosenberg Self-


Esteem Scale (RSES) yang terdiri dari 10 item pertanyaan
dan Coopersmith Self-Esteem Inventory (CSEI), yang
terdiri dari 58 pertanyaan.

 cara untuk meningkatkan harga diri dengan cara


menyadari kemampuan yang dimiliki dan
mengembangkannya. Selain itu harga diri juga bisa
ditingkatkan dengan cara berhenti mengkhawatirkan apa
yang orang lain pikirkan tentang diri kita.

D. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri?
2. Mengapa tuhan yang maha esa memberikan manusia
harkat atau nilai manusia?
3. Apa penyebab seseorang kehilangan harga diri?
4. Mengapa seseorang menjunjung tinggi harga dirinya?
5. Bagaimana cara memperbaiki harga diri yang sering
direndahkan?
6. Bagaimana cara mempertahankan harga diri?
7. Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi harga diri?
8. Bagaimana cara mengukur harga diri seseorang?
9. Orang yang mempunyai sifat baik maka harga dirinya
bagaimana?

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 261
10. Penting atau tidakkah kebutuhan harga diri, jika penting
jelaskan alasannya?
E. DAFTAR PUSTAKA
Basaran, Z. (2016). The Effect of Recreational Activities on the
Self-esteem and Loneliness Level of the Prisoners as an
Alternative Education i, 4(5), 1080– 1088.
https://doi.org/10.13189/ujer.2016.040518.

Berg. R. C., Landerth. G.L., Fall. K.A. (2018). Group


Counseling Concepts and Procedures 6th Edition.
Routledge: Taylor & Francis Group.

Cakar, F. S. (2012). The Self-Esteem , Perceived Social Support


and Hopelessness in Adolescents : The Structural
Equation Modeling, 12(4), 2406–2412.

Corey, G. (2014). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.


Bandung: PT Refika Aditama.

Ghufron, Nur dan Risnawita, R. (2014). Teori-Teori Psikologi.


Yogyakarta: ArRuzz Media.

Hapsari, D., & Astuti, K. (2016). Cognitive Behaviour Therapy


For Male Orphan Adolescent Self-Esteem Improvement In
Orphanage “ M ,” 32–48.

Irawati, K., Daulima, N. H. C., & Wardhani, I. Y. (2019).


Manajemen Kasus pada Klien Harga Diri Rendah Kronis
dengan Pendekatan Teori Caring. Jurnal Keperawatan,
11(2), 125–134.

Rizwan & Ahmad. (2015). Self-Esteem Deficits Among


Psychiatric Patients. SAGE Open April-June 2015: 1-6.

Srivastava, S. K. (2013). To study the effect of academic


achieve on the level of self confidence. Journal
Psychology. 8(1), 41-51.

262 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2013). Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. (7 th Ed) St. Louis: Mosby.

Suerni, T., Keliat, B. A., & C.D, N. H. (2013). Penerapan Terapi


Kognotif Dan Psikoedukasi Keluarga Pada Klien Harga Diri
Rendah Di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor Tahun 2013. Jurnal Keperawatan Jiwa, 161–
169.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung :


Refika Medika.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 263
264 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BAB XV KEBUTUHAN MEMILIKI DAN
DIMILIKI
I Putu Juni Andika, S.Kep.,Ns.,M.Kep

A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa memahami kebutuhan memiliki dan dimiliki

B. Pengertian Kebutuhan Memiliki dan Dimiiliki


Kebutuhan tersebut meliputi menerima dan memberi
cinta, perasaan memiliki dan hubungan yang bermakna dengan
orang lain, kehangatan, persahabatan, dan memperoleh tempat
atau pengakuan dalam keluarga, kelompok dan lingkaran sosial
(Rini, 2017).
Kebutuhan akan cinta dan memiliki (love and belonging
needs), ketika kebutuhan fisik akan pangan, papan, sandang dan
keamanan telah terpenuhi, barulah seseorang berpindah pada
kebutuhan berikutnya yaitu kebutuhan untuk dicintai dan
diperhatikan (love and care) dan kebutuhan memiliki) (Aruma &
Hanachor, 2017). Dalam hal ini seseorang mencari dan
menginginkan persahabatan, menjadi bagian dari suatu
kelompok, dan hal-hal yang lebih ke pribadi seperti mencari
kekasih atau memiliki anak, merupakan efek dari munculnya
kebutuhan tersebut setelah kebutuhan dasar dan rasa aman
terpenuhi (Aruma & Hanachor, 2017).
Manusia pada umumnya perlu merasa dicintai oleh
keluarga, diterima oleh teman sebaya dan masyarakat.
Kebutuhan ini meningkat setelah terpenuhinya kebutuhan
fisiologis dan rasa aman di rumah sakit klien yang terikat oleh
B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 265
aturan, rutinitas, batasan lingkungan, dan batasan berkunjung
(Aruma & Hanachor, 2017). Perilaku afektif dan naluriah
mengarah pada pengembangan ikatan kasih sayang antara
seorang anak dan pengasuh utama mereka (Aruma & Hanachor,
2017). Ikatan hubungan ada dan aktif sepanjang siklus hidup
individu yang kemudian akan mengidentifikasikan dirinya
dengan individu dalam hubungan lain (Griscti et al., 2017).
Perilaku penuh kasih sayang memastikan kelangsungan hidup
karena menjaga individu dengan semua yang menawarkan cinta,
perlindungan, dan dukungan (Dai, 2021). Kemudian menurut
Meehan et al., (2017) yang menggambarkan pengalaman
berkabung.
1. Kebutuhan Rasa Memiliki dan cinta
a. Menerima dan memberikan kasih saying dan cinta
b. Membutuhkan teman bergaul dan hidup
c. Membtuhkan kasih saying dan interpersonal
d. Membutuhkan peran yang sangat memuaskan
e. Memberikan perlakuan yang halus
f. Saling membutuhkan kebersamaan
g. Membutuhkan pergaulan yang intim
2. Kegegalan dalam memenuhi rasa memiliki dan dimiliki
a. Stress
b. Merasa di terasingkan atau dikucilkan sendiri
c. Tidak dapat bergaul atau tidak mempunyai teman
d. Kurangya kasih sayang dan perhatian
e. Memiliki rasa ingin bunuh diri atau ingin mati.
3. Factor-faktor Pendukung dalam Rasa dimiliki dan memiliki
a. Kemiripan
Jika seseorang tidak berpikir dia terlalu cantik, maka
mungkin dia tidak akan mencintai seseorang yang terlalu
tampan (Liao et al., 2020). Biasanya orang cenderung
membentuk hubungan cinta dengan orang yang
merasakan hal yang sama dalam hal daya tarik fisik,
dengan Demikian juga, kita lebih tertarik pada orang yang

266 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
memiliki minat tertentu dalam kegiatan tertentu,
misalnya, kita sama-sama suka bepergian (Putri & Utami,
2017). Ia akan memilih orang yang kurang lebih memiliki
daya tarik fisik yang sama. Seseorang cenderung
menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan, baik
secara fisik, karakteristik kepribadian, nilai, sikap,
maupun latar belakang (Alfredo et al., 2019). Kemudian
keduanya menganut agama yang sama, pandangan hidup
yang sama, tingkat ekonomi yang sama, dan berbagai
persamaan lainnya . Anda bisa lihat, Kebanyakan
pasangan memiliki banyak kesamaan di antara mereka.
Umumnya, pasangan relatif setara dalam hal suku, kondisi
ekonomi keluarga, usia, kepercayaan, pendidikan, dan
sebagainya (Faridah, 2021).
b. Keabraban
Semakin akrab kita dengan seseorang, semakin kita
tertarik pada mereka. Mereka yang lebih akrab akan
merasa memiliki lebih banyak kesamaan. Banyak yang
awalnya berteman akhirnya menjadi sepasang kekasih.
Tidak heran jika banyak hubungan cinta yang dibangun
setelah melalui proses kedekatan (Rukan, 2022).

c. Kedekatan spesial
Orang yang dekat secara fisik cenderung lebih
disukai. Interaksi mereka lebih sering sehingga
memungkinkan tumbuhnya minat (Parmin, 2017).
d. Daya Tarik Terhadap Pribadi
Pada umumnya seseorang menilai individu memiliki
daya tarik atau tidak tergantung dari daya tarik pribadi
yang dimilikinya.Inilah sumber utama daya tarik
seseorang dan Daya tarik p ribadi meliputi daya tarik fisik,
daya tarik pribadi, dan daya tarik sosial (Rondonuwu et
al., 2019).
4. Unsur Rasa Memiliki dan Dimiliki

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 267
Terdapat beberapa unsur dalam rasa memiliki dan
dimiliki, yaitu (Shen et al., 2021):
a. Perasaan kasih sayang, yang meliputi cinta, kegembiraan,
cinta dan kasih sayang
b. Terhadap sesuatu ialah objek yang dicintai meliputi Tuhan
Sang Pencipta, manusia dan lingkungan beserta alam
c. Dinyatakan dengan cara nyata, yaitu berupa sikap, tingkah
laku dan perbuatan nyata yang dapat diamati
d. Penuh dengan tanggung jawab, ialah dengan segala akibat
yang timbul atau terjadi adalah baik, bermanfaat,
menciptakan keselarasan menguntungkan, keseimbangan
dan kebahagiaan.
5. Kebutuhan Cinta dan Rasa Memiliki
Menurut Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan
sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk
sikap saling percaya (Rostanawa, 2018). sering kali cinta
menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut dalam
kelemahan serta dengan kesalahan terungkap (Hayre-Kwan
et al., 2021). Dalam hubungan yang sejati tidak akam ada
rasa takut, sedangkan berbagai bentuk pertahanan pun akan
runtuh (Hoffman, 2020).
Apabila dalam memenuhi kebutuhan Faali (fisiologi)
dan keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul
kebutuhan-kebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan rasa
memiliki, dan seluruh jalur yang telah di gambarkan diulangi
kembali dengan menempatkan hal-hal ini sebagai titik pusat
yang baru (Lestari & Attas, 2018). Sekarang ia akan sangat
merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial,
penolakan, tiadanya keramahan, keadaan yang tak menentu
(King et al., 2020). Maka sekarang, dan belum pernah
sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya kawan,
atau kekasih, atau istri, atau anak-anak (Liu et al., 2022). Ia
akan bermaksud mendapatkan tempat seperti itu lebih
daripada lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan melupakan

268 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
bahwa, ketika lapar, pernah melakukan mentertawakan cinta
sebagai sesuatu yang tidak nyata, atau tidak perlu atau tidak
penting (Lee et al., 2018). Maka, Ia haus akan hubungan yang
penuh rasa dengan orang-orang pada umumnya, yakni akan
suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya, dan ia akan
berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini
(Omodan, 2022).
Dalam hal ini seseorang mencari dan menginginkan
persahabatan, menjadi bagian dari suatu kelompok, dan
sesuatu yang lebih pribadi, seperti mencari kekasih atau
memiliki anak, merupakan pengaruh dari munculnya
kebutuhan tersebut setelah kebutuhan dasar dan rasa aman
terpenuhi (Al-Mahdi et al., 2022). Ketika kebutuhan fisik akan
pangan, papan, sandang, dan keamanan telah terpenuhi,
maka seseorang beralih ke kebutuhan berikutnya, yaitu
kebutuhan untuk dicintai dan dicintai (love and belonging
needs) (Canbolat & Hisar, 2022).
Kebutuhan ini umumnya meningkat setelah kebutuhan
fisiologis dan rasa aman terpenuhi hanya ketika individu
merasa aman dan terjamin, mereka memiliki waktu dan
energi untuk mencari cinta dan rasa memiliki serta berbagi
cinta itu dengan orang lain (Omodan & Abejide, 2022).
Manusia pada umumnya sangat membutuhkan perasaan
bahwa dirinya dicintai oleh keluarganya dan diterima oleh
teman sebayanya dan masyarakat (Omodan & Abejide, 2022).
Kebutuhan tersebut antara lain memberi dan menerima kasih
sayang, rasa memiliki dan hubungan yang bermakna dengan
orang lain, kehangatan, persahabatan dan mendapatkan
tempat atau diakui dalam lingkungan keluarga, kelompok dan
sosial (Sianipar & Jusmaya, 2019). Misalnya berikut ini:
1. Dimana seseorang yang memiliki tujuan dan kepentingan
yang sama dalam membentuk suatu kelopok atau
komunitas karena ingin memperhatikan tujuannya dan
dapat memberikan perhatian kelompok.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 269
2. Kebutuhan kasih sayang dan rasa dicintai kepada anak
oleh ibu sangat memperngaruhi tumbuh kembang anak,
misalnya dalam kebutuhan kasih sayang anak terpenuhi
maka perkembangan anak akan optimal baik secara fisik
maupun secara psikis dikarenakan adanya perhatian yang
diberikan oleh seorang ibu kepada anaknya.
Cinta lebih mengandung pegertian yang mendalam,
sedangkan kasih lebih keluarnya dengan kata lain bersumber
dari cinta dan kasih sayang yang mendalam dan dapat
diwujudkan secara nyata (Ratcliffe, 2018). Walaupun cinta
dalam kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun
terdapat perbedaan di antara keduanya (Elizabeth et al.,
2019).
6. Kegagalan Dalam Memenuhi Rasa Memiliki dan Dimiliki
Menurut Marquis R. Jones, (2017)Kegagalan dalam
memenuhi rasa memiliki dan memiliki terdapat lima bagian
ialah:
a. Menyebabkan stress
b. Berpikir merasa sendiri dan dikucilkan
c. Menyebabkan tidak mempunyai teman
d. Menyebabkan kurang di perhatikan dan mendapatkan
kasih sayang
e. Mempunyai rasa ingin mati
C. Rangkuman
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih
sayang, rasa memiliki dan hubungan yang bermakna dengan
orang lain, kehangatan, persahabatan, dan mendapatkan
tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan
sosial, dan dengan memahami hal ini, kita dapat memahami
bahwa kebutuhan ini memiliki faktor pendukung, yaitu:
kesamaan, keakraban, kedekatan fisik, dan ketertarikan
pribadi. Dengan memahami ini, kita dapat memahami apa yang
kita butuhkan untuk memenuhi kebutuhan ini.

270 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
D. Tugas
Teman-teman untuk memperdalam pemahaman Anda
pada materi ini, kami menambahkan beberapa tugas yang
harus Anda kerjakan. Lakukan pengamatan pada beberapa
klien Anda, tuliskan bagaimana Anda memandang mereka
kalau dihubungkan dengan konsep manusia dalam memiliki dan
dimiliki. Amati bayi baru lahir, bayi, anak-anak, remaja, orang
dewasa dan manusia usia lanjut, kemudian Anda tuliskan
bagaimana mereka memenuhi kebutuhannya memiliki dan
dimiliki. Anda tulis sebagai lembar kerja dan konsulkan pada
tutor/ pembimbing yang ada di dekat Anda.

Daftar Pusataka
Al-Mahdi, F., Negara, C. K., Basid, A., & Dalle, J. (2022). Family
Centered Nursing Care (Fcn) Model In Snh (Non-Hemorrhagic
Stroke) Patients. Jurnal EduHealth, 13(01), 212–220.
Alfredo, D., Dedi, B., & Tambunan, R. (2019). Implementasi
Hierarki Maslow Kebutuhan Klien Pengguna Napza Dalam
Meningkatkan Status Kesehatan Di Panti Rehabilitasi Yayasan
Sekar Mawar Lembang Study Phenomenology. Jurnal
Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing
Journal), 5(1), 39–46. https://doi.org/10.33755/jkk.v5i1.126
Aruma, D. E. O., & Hanachor, D. M. E. (2017). Abraham Maslow’s
Hierarchy of Needs and Assessment of Needs in Community
Development. International Journal of Development and
Economic Sustainability, 5(7), 15–27.
Canbolat, O., & Hisar, F. (2022). The Effectiveness of Counseling
in the Internship Program According to Maslow’s Hierarchy of
Needs. International Journal of Caring Sciences, 15(1), 617–
626.
https://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&AuthT

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 271
ype=shib&db=ccm&AN=157194407&site=ehost-
live&custid=s5672194
Dai, L. (2021). Effect of Hierarchical Nursing Management in
Patients with Hypertension Complicated with Cardiovascular
and Cerebrovascular Risk Factors. Computational and
Mathematical Methods in Medicine, 2021.
https://doi.org/10.1155/2021/1246566
Elizabeth, J., Munoz, K. D., Onda, J. N. S., Pantoja, A. S., Perez,
J. K. C., & Magnaye, B. P. (2019). Nurses Working Beyond
Retirement Age. 6(1), 35–47.
Faridah, F. (2021). Perbedaan Perilaku Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Berdasarkan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(2), 892.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i2.1429
Griscti, O., Aston, M., Warner, G., Martin-Misener, R., & McLeod,
D. (2017). Power and resistance within the hospital’s
hierarchical system: the experiences of chronically ill
patients. Journal of Clinical Nursing, 26(1–2), 238–247.
https://doi.org/10.1111/jocn.13382
Hayre-Kwan, S., Quinn, B., Chu, T., Orr, P., & Snoke, J. (2021).
Nursing and Maslow’s Hierarchy: A Health Care Pyramid
Approach to Safety and Security During a Global Pandemic.
Nurse Leader, 19(6), 590–595.
https://doi.org/10.1016/j.mnl.2021.08.013
Hoffman, E. (2020). Abraham Maslow ’ s legacy for holistic nursing.
Beginnings, 40(6), 22–24.
King, A. T., Gontarz, J. A., & Wei, H. (2020). Employee
engagement and absenteeism: A step towards improving
patient care. Nursing Forum, 55(3), 356–361.
https://doi.org/10.1111/nuf.12435
Lee, V., Reilly, R., Laux, K., & Robitaille, A. (2018). Compassion,
connection, community: Preserving traditional core values to
meet future challenges in oncology nursing practice. …

272 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
OnCOlOgy Nursing JOurnal, 28(3), 212–216.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6516916/
Lestari, C. B., & Attas, S. G. (2018). Self-actualization of The Main
Character Hujan Novel by Tere Liye A Review of Psychology
Abraham Maslow. BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra, 17(1), 74–89. https://doi.org/10.21009/bahtera.171.6
Liao, R. W., Yeh, M. L., Lin, K. C., & Wang, K. Y. (2020). A
Hierarchical Model of Occupational Burnout in Nurses
Associated with Job-Induced Stress, Self-Concept, and Work
Environment. Journal of Nursing Research, 28(2), 1–9.
https://doi.org/10.1097/JNR.0000000000000348
Liu, Z., Xiang, J., Luo, F., Hu, X., & Luo, P. (2022). The Study of
Maslow’s Hierarchy of Needs Theory in the Doctor-Nurse
Integration Teaching Method on Clinical Interns. Journal of
Healthcare Engineering, 2022.
https://doi.org/10.1155/2022/6388068
Marquis R. Jones, T. M. (2017). Surface Navy Chaplains: An
Ethnographic and Narrative Analysis Study on a Sense of
Belonging during Deployment. Regent University ProQuest
Dissertations Publishing, 5(3), 248–253.
Meehan, M., Massavelli, B., & Pachana, N. (2017). Using
Attachment Theory and Social Support Theory to Examine and
Measure Pets as Sources of Social Support and Attachment
Figures. Anthrozoos, 30(2), 273–289.
https://doi.org/10.1080/08927936.2017.1311050
Omodan, B. I. (2022). Analysis of “Hierarchy of Needs” as a
Strategy to Enhance Academics Retention in South African
Universities. Academic Journal of Interdisciplinary Studies,
11(3), 366. https://doi.org/10.36941/ajis-2022-0089
Omodan, B. I., & Abejide, S. O. (2022). Reconstructing Abraham
Maslow’s hierarchy of needs towards inclusive infrastructure
development needs assessment. Journal of Infrastructure,
Policy and Development, 6(2).
https://doi.org/10.24294/jipd.v6i2.1483

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 273
Parmin, P. (2017). Analisis Pengaruh Lingkungan Kerja, Budaya
Organisasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di
Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Kabupaten Kebumen. Fokus
Bisnis : Media Pengkajian Manajemen Dan Akuntansi, 10(2), 1–
16. https://doi.org/10.32639/fokusbisnis.v10i2.139
Putri, Y. D., & Utami, H. N. (2017). Pengaruh Organizational
Citizenship Behavior (Ocb) Terhadap Kinerja (Studi Pada
Tenaga Perawat Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Baptis Batu).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 46(1), 27–34.
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Ratcliffe, J. (2018). Learning from screenwriting techniques: how
to tell your patient’s story, not yours. Journal of Aesthetic
Nursing, 7(4), 226–227.
https://doi.org/10.12968/joan.2018.7.4.226
Rini, P. S. (2017). Hubungan Konsep Diri dengan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia Secara Holistik Berdasarkan Teori
Abraham Maslow pada Anak Usia 6-12 Tahun yang Tinggal Di
Panti Asuhan Pondok Pesantren Subul’Ussalam Palembang.
Masker Medika, 5(2), 504–515.
Rondonuwu, J. R., Bunga, A. L., & Susilo, W. H. (2019). the Impact
of Leadership Training That Serves By Nursing Managers
Towards Work Motivation and Clinical Care Performance.
Jurnal Ilmiah Perawat Manado (Juiperdo), 7(2), 120–136.
https://doi.org/10.47718/jpd.v7i2.810
Rostanawa, G. (2018). Hirarki Kebutuhan Tokoh Utama dalam Novel
Pulang dan Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori (Kajian
Psikologi Humanistik Abraham Maslow). ELite Journal:
International Journal of Education, Language, and Literature,
1(2), 58–67.
Rukan, R. K. (2022). Motivasi Orang Tua Mengikutsertakan Anak ke
Daycare An-Nahl Ditinjau dari Teori Hierarki Kebutuhan
Maslow. 3(1), 23–29.
Shen, J., Xiao, L. D., Liu, Y., Zhang, H., & Wu, L. (2021). A
Phenomenological Study on New Care Needs of Maslow’s Need-

274 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Hierarchy Among Disabled Residents at Nursing Homes in
Modern Chinese Society. Journal of Transcultural Nursing,
32(5), 501–507. https://doi.org/10.1177/1043659620967426
Sianipar, A. R., & Jusmaya, A. (2019). The Unfulfilled Love and
Belonging Needs Found by The Main Character in “Anna
Karenina” by Leo Tolstoy: Psychological Approach. Scentia
Journal, 01(02).

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 275
276 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
BIOGRAFI PENULIS

Nuniek Tri Wahyuni,


S.Kep.,Ners.,M.Kep. Lahir di Indramayu,
20 Februari 1983. Pendidikan terakhir
Magister Keperawatan Anak Fitkes
UNJANI Cimahi Bandung. Pengalaman
bekerja sebagai Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Poltekes Yapkesbi
Sukabumi 2008-2009, Dosen tetap Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Cirebon tahun 2010 sampai dengan sekarang,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan tahun 2019 sampai
dengan sekarang.

Witriyani,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,CWCS, Penulis lahir di kota


klaten pada tanggal 21 Februari 1986.
Penulis menyelesaikan pendidikan pada
program studi S1 Ilmu Keperawatan di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
pada tahun 2008 dan menyelesaikan
program pendidikan Profesi Ners pada
bulan Januari tahun 2010. Selanjutnya
B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 277
penulis menyelesaikan program pendidikan Magister
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
pada tahun 2015. Penulis mulai menekuni dunia
pendidikan dengan menjadi dosen pada bidang ilmu
keperawatan sejak awal tahun 2011 sampai dengan saat
ini.

Endah Yuliany Rahmawati, S.Kep., Ners.,


M.Kep.
Lahir di Bandung, 11 Juli 1993. Penulis
menyelesaikan Studi Pendidikan Sarjana
Keperawatan pada tahun 2015 dan Profesi
Ners pada tahun 2016 di Fakultas Ilmu dan
Teknologi Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani.
Kemudian penulis melanjutkan studi Magister Keperawatan
tahun 2017-2019 di Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran dengan mengambil peminatan Keperawatan
Medikal Bedah. Saat ini penulis merupakan Dosen Tetap di
Akademi Keperawatan Polri yang mengampu mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah dan Keperawatan Dasar. Selain itu,
penulis menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Akper Polri serta sebagai
Sekretaris Dewan Pengurus Komisariat PPNI Akper Rumkitpolpus
Raden Said Sukanto.

278 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Merupakan salah satu dosen
pengajar keperawatan di Sekolah tinggi
ilmu Kesehatan (STIKes) Ahmad Dahlan
Cirebon. Penulis lahir di Cirebon pada
tanggal 11 Oktober 1980. Jenjang
Akademik penulis dimulai dengan
menempuh program diploma III di
Akedemi Perawat Pemkab Indarmayu
2000-2002, melanjutkan pendidikan pada
jenjang pendidikan S1 Keperawatan di Fekultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Penulis mengambil Pendidikan magister
Keperawatan (S2) di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Dwi Sulistyowati lahir di Medan pada tanggal


22 Oktober 1963, pernah kuliah di SPPM di
Jogja lulus tahun 1984, AKPER Dep Kes
Bandung lulus tahun 1991, Si Keperawatan
di UNDIP Semarang lulus tahun 2003, dan S2
Kesehatan Lulus tahun 2013. Pengalaman
bekerja penulis pernah bekerja di
Puskesmas tahun 1985, mulai tahun 2000
penulis bekerja sebagai dosen di Poltekkes Surakarta sampai
sekarang.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 279
Sri Lestari,S.Kep.,Ners.,S.Pd.,MSi.
Lahir di Sungai Liat,15 Desember 1964.
Penddidikan SD dan SLTP di Lampur
Pangkal Pinang Bangka. SPK Aisiyah
Jogyakarya, Sekolah Guru Perawat
Cilandak Jakarta, AKPER Padjajaran
Bandung,dan S1 Keperawatan Profesi Ners STIKes Cirebon
serta Magister di Univesitas Syeh Yusuf Tangerang.
Pengalaman bekerja di SPK Muhamadiyah Cirebon (1986-
1994) sebagai Wakasek Pendidikan, di AKPER Muhamadiyah
Klaten (1994-2000) sebagai Wadir Kurikulum,di AKPER
Yapkesbi Cirebon (2000-2005) dan di STIKes Cirebon (2005-
sekarang) sebagai Dosen.

Titin Supriatin,S.Kep.,Ners.,M.Kep.
Lahir di Cirebon, 11 Oktober 1980.
Saat ini penulis merupakan salah satu
Dosen di Program Studi D-III
Keperawatan STIKes Ahmad Dahlan
Cirebon, sejak tahun 2010 hingga
sekarang. Riwayat pendidikan yang
ditempuh oleh penulis: pendidikan
sekolah dasar di SDN Bulak V lulus tahun 1993, lalu

280 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Jatibarang lulus tahun
1996, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 7 Cirebon
lulus tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan jenjang
perguruan tinggi bidang ilmu keperawatan di Akper Pemkab
Indramayu lulus tahun 2002, kemudian meningkatkan jenjang
pendidikan S1 keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
(FIK) Universitas Indonesia lulus pada tahun 2010 serta
Profesi Ners lulus tahun 2012, Pendidikan terakhir penulis S2
Magister Keperawatan di FIK Universitas Muhammadiyah
Jakarta lulus tahun 2017. Penulis ingin berbagi ilmu dan
pengalaman dalam dunia pendidikan dan juga melalui karya
tulis ilmiah, salah satunya turut berkontribusi dalam meyusun
buku khususnya buku bidang ilmu kesehatan dan
keperawatan. Upaya pengembangan diri dengan mengikuti
konferensi, seminar, lokakarya dan symposium yang sangat
berguna dalam peningkatan pengetahuan dan menambah
wawasan penulis.

Nama penulis Uun Kurniasih, lahir di


Cirebon pada tanggal 17 September
1977, menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Keperawatan di AKper
Yapkesbi Cirebon Lulus tahun 1998, melanjutkan
Pendidikan S1 Keperawatan di STIKes Cirebon tamat
tahun 2003, melanjutkan pendidikan profesi Ners di

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 281
STIKes Cirebon tamat tahun 2011, melanjutkan
Pendidikan Magister Manajemen Kesehatan di IMNI
Jakarta tamat tahun 2012 Sejak tahun 2007 sampai
dengan sekarang sebagai tenaga pengajar di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Cirebon. Pada tahun 2018
menulis buku panduan pratikum keperawatan maternitas
1 dengan ISN;978-602-451-187-6.dan menerbitkan
beberapa jurnal dibidang Kesehatan yang diterbitkan di
jurnal nasional terakreditasi/internasional

Nita Puspita,Dosen STIKes Horizon


Karawang,Alamat Jl.Proklamasi
Gg Melati II Tanjung Mekar
Karawang.

Yuni Astuti, lahir di Pati, 25 Juni 1979. Riwayat pendidikan


diawali dari Akper Depkes Blora lulus tahun 2001, lulus

282 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
pendidikan sarjana keperawatan Universitas Diponegoro tahun
2007, meraih gelar Ners di Universitas Diponegoro tahun 2008,
dan pendidikan magister keperawatan di Universitas Gadjah
Mada lulus tahun 2017.
Penulis saat ini sebagai pendidik di STIKES Kesdam
IV/Diponegoro tahun 2010-sekarang. Sebelumnya penulis
pernah bekerja di RSUD Blora tahun 1999-2001, pernah bekerja
di Puskesmas Jakenan Pati tahun 2001-2005.

Nama : Dwi Sulistyo Cahyaningsih, S.Kp,M.Kep

NIDN : 0407047602

Pangkat/Jabatan : Lektor

Tempat/Tanggal Lahir : Gombong/ 7 April 1976

Pekerjaan : Staff pengajar STIKes Horizon Karawang

Riwayat Pendidikan :

1. Prodi Keperawatan Diploma III, AKPER DEPKES RI Jakarta.


2. Program Sarjana Keperawatan, FIK Universitas Indonesia
3. Program Pascasarjana Magister Ilmu Keperawatan

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 283
Kekhususan Anak, FIK Universitas Indonesia

Supriatin,S.Kep.,Ners.,M.Kep. Lahir
di Cirebon, 20 Mei 1980. Bekerja sebagai
dosen di Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) STIKes Cirebon mulai tahun 2006
sampai dengan sekarang. Lulus Sekolah
Dasar Negeri 2 Megucilik tahun 1993, Lulus
SLTP Negeri Weru Cirebon tahun 1996,
Lulus SLTA Negeri 1 Sumber tahun 1999,
Lulus S1 Keperawatan dan Profesi Ners tahun 2005, Lulus S2
Magister Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Jendral Ahmad Yani Cimahi tahun 2015. Menghasilkan banyak
karya tulis ilmiah. Penulis juga sering mengikuti konferensi,
seminar, lokakarya dan symposium sebagai penyaji, peserta
maupun moderator

Ns. Rogayah, SKep, M.Kep Lahir di


Jakarta , 25 Desember 1977, Tahun 2000
bekerja sebagai Asisten dosen di Akper
Sismadi , Tahun 2003 Lulus Sarjana
Keperawatan dan sebagai dosen tetap.
Tahun 2008 Akper berubah bentuk
menjadi STIKes dr. Sismadi sampai
Sekarang. Penulis Lulus S2 Keperawatan
Tahun 2013 dan menjadi Ka. Prodi keperawatan sampai saat
ini di STIKes dr. Sismadi.

284 | B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r
Penulis, Indriyati lahir pada
tanggal 24 Oktober 1987 di
Karanganyar Jawa tengah, yang
merupakan anak kedua dari 2
bersaudara. Lulus S1 Keperawatan
pada tahun 2009 dan lulus Program
Studi Profesi Ners pada tahun 2011
di Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Lulus S2 Psikologi Klinis
pada tahun 2018 di Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Penulis
tertarik di bidang keperawatan Kesehatan jiwa. Saat ini adalah
sebagai dosen tetap program studi Profesi Ners, Fakultas Sains,
Teknologi dan Kesehatan di Universitas Sahid Surakarta sampai
dengan sekarang.

B u k u A j a r K e p e r a w a t a n D a s a r | 285

Anda mungkin juga menyukai