MANAJEMEN KINERJA
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK)
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
"Manajemen Kinerja Pegawai Pemerintah dan Perjanjian Kerja ".
Tujuan penulisan ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan bagi pembaca
serta bagi penulis itu sendiri.
Penulis mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Seluruh Tim BKPSDM
Kabupaten Kolaka yang telah bekerja keras dalam menyelenggarakan orientasi PPPK
dengan sangat baik.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi
kesempurnaan dari makalah ini.
ttd
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
A. Kesimpulan……………………………………………..
B. Saran.......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan. Kinerja pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada instansi pemerintahan. Setiap
pegawai memiliki kriteria pekerjaan yang spesifik, atau dimensi kerja yang
mengidentifikasi elemen-elemen yang paling penting dari suatu pekerjaan. Organisasi
atau instansi perlu mengetahui berbagai kelemahan dan kelebihan pegawai sebagai
landasan untuk memperbaiki kelemahan dan menguatkan kelebihan dalam rangka
meningkatkan produktifitas dan pengembangan pegawai sehingga kinerja pegawai
pada setiap instansi harus dioptimalkan demi tercapainya tujuan instansi tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan penilaian kinerja secara periodik yang berorientasi pada masa
lalu atau masa yang akan datang. Penilaian disini dimaksudkan untuk mengetahui
apakah untuk kinerja dari pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) sudah
memenuhi standar kerja yang diharapkan atau belum
Disahkannya UU No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN PPPK)
merupakan sebuah angin segar dalam upaya mereformasi SDM di birokrasi. Secara
umum UU tersebut mengupayakan adanya sebuah sistem yang dapat mengoptimalkan
potensi SDM untuk pencapaian tujuan birokrasi. Hal tersebut dilakukan dengan
melakukan redefinisi dari peran manajemen SDM. UU tersebut menguraikan berbagai
hal yang berkaitan dengan pengaturan SDM di birokrasi, termasuk tentang pegawai
tidak tetap atau yang di dalam UU tersebut dikenal dengan istilah Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pada pasal 6 UU tersebut disebutkan bahwa pegawai
ASN PPPK dapat diategorikan atas dua jenis yaitu PNS yang berstatus pegawai tetap
dan PPPK sebagai pegawai dengan perjanjian kerja.
B. Rumusan Masalah
KEDUDUKAN, PERAN, HAK DAN KEWAJIBAN, DAN KODE ETIK ASN PPPK
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk
dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU
ASN PPPK tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No.
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Oleh karena itu dalam pembinaan karier pegawai ASN PPPK, khususnya
di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karier tertinggi.
Kedudukan ASN PPPK berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian
pegawai ASN PPPK merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN PPPK ini
sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah,
sering terjadi adanya isu putra daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga
perkembangan birokrasi menjadi stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut
merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
a. Penetapan Kebutuhan
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan
Presiden. Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan
jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Penyusunan kebutuhan jumlah PPPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1
(satu) tahun berdasarkan prioritas kebutuhan. Kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PPPK ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
b. Pengadaan
e. Pengembangan Kompetensi
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangan kompetensi.
Kesempatan untuk pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh
Instansi Pemerintah. Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud harus
dievaluasi oleh Pejabat yang Berwenang dan dipergunakan sebagai salah satu
dasar untuk perjanjian kerja selanjutnya.
f. Pemberian Penghargaan
PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan,
kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat
diberikan penghargaan. Penghargaan dapat berupa pemberian:
1. tanda kehormatan;
2. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
3. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemutusan
hubungan perjanjian kerja tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai
tanda kehormatan berdasarkan Undang-Undang ini.
g. Disiplin
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri karena:
2. jaminan kesehatan;
5. bantuan hukum.
A. KESIMPULAN
1. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
2. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja;
penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.
B. SARAN
1. Sebaiknya TES MOOC yang diadakan Oleh LAN dilakukan di ruangan CAT
agar mendapatkan Nilai Jujur dan Adil
2. Memberikan sanksi yang lebih tegas kepada Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja yang melanggar aturan mengenai disiplin kerja.