Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KLASIFIKASI PEMBAGIAN HUKUM PRIVAT

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pengantar Ilmu Hukum Yang Dibimbing
Oleh :

Neng Yani Nurhyani, S.H., M.H.

Dian Rachmat Gumelar, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH

Tansya Hadiansyah Ramdi (NIM: 1233050093)


Muhamad Mulkan Fadhilah (NIM: 1233050085)
Rayhan Ade Dwiyana (NIM: 1233050086)
Bimo Satrio Wicaksono (NIM: 1233050087)

Pengantar Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Ilmu Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga kami bisa Menyusun tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum yang
berjudul “Klasifikasi Pembagian Hukum Privat” ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan


nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai bagian dari
tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum dengan judul “Klasifikasi Pembagian
Hukum Privat”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah ini. Demikian, semoga
makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, Oktober 2023

penyusun
3

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL.................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................

B. Rumusan Masalah....................................................................................................

C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................

A. Definisi Hukum Privat.............................................................................................

B. Ciri-ciri Hukum Privat............................................................................................

C. Cakupan Hukum Privat..........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................

A. Sejarah dan penerapan Hukum privat di Indonesia...........................................

B. Perbedaan Antara Hukum Privat Dengan Hukum Publik ................................

C. Urgensi Atau Kepentingan Hukum Privat Bagi Pemenuhan Hak


Hukum di Indonesia ...................................................................................................

BAB IV PENUTUP/SIMPULAN........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, hukum privat menjadi salah satu bidang hukum
yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Hukum privat mengatur
berbagai relasi antarindividu yang bersifat pribadi, seperti hukum perdata, hukum
dagang, dan hukum keluarga. Dalam hukum privat, terdapat klasifikasi atau
pembagian hukum privat yang menjadi landasan dalam mengatur segala aktivitas
yang berhubungan dengan individu.

Klasifikasi pembagian hukum privat ini menjadi sangat penting dalam


rangka mempermudah interpretasi dan pelaksanaan hukum. Terdapat beberapa
klasifikasi pembagian hukum privat yang umum digunakan, seperti berdasarkan
sifat subjektif atau objektif, berdasarkan asal dan lingkupnya, serta berdasarkan
asas hukum yang digunakan.

Pertama, klasifikasi berdasarkan sifat subjektif atau objektif. Klasifikasi ini


membedakan hukum yang mengatur hubungan individu dengan masyarakat atau
orang lain (hukum objektif) dan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
individu secara personal (hukum subjektif). Hukum objektif meliputi hukum
dagang, hukum perdata, dan hukum keluarga yang mengatur relasi antarindividu
dalam masyarakat. Sedangkan hukum subjektif meliputi hak-hak individu seperti
hak kepemilikan, hak waris, dan hak-hak lainnya yang berkaitan dengan
kepentingan pribadi individu.

Kedua, klasifikasi berdasarkan asal dan lingkupnya. Klasifikasi ini


membedakan hukum yang berlaku secara umum untuk seluruh masyarakat
(hukum umum) dan hukum yang hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas
tertentu (hukum khusus). Hukum umum meliputi hukum perdata dan hukum
pidana yang berlaku bagi semua individu dalam masyarakat. Sedangkan hukum
khusus meliputi hukum dagang yang hanya berlaku bagi pelaku usaha atau hukum
keluarga yang hanya berlaku bagi anggota keluarga.
5

Ketiga, klasifikasi berdasarkan asas hukum yang digunakan. Klasifikasi ini


membedakan hukum yang didasarkan pada prinsip kebebasan berkontrak (hukum
kontrak) dan hukum yang didasarkan pada prinsip perlindungan kepentingan
pihak yang lebih lemah (hukum perlindungan). Hukum kontrak mengatur
hubungan antara pihak yang saling mengadakan kontrak, sedangkan hukum
perlindungan mengatur hubungan yang bersifat protektif terhadap kepentingan
individu yang lebih lemah, seperti dalam hukum ketenagakerjaan atau hukum
konsumen.

Dalam penulisan makalah ini, klasifikasi pembagian hukum privat yang


dijelaskan di atas akan dipaparkan lebih rinci. Dengan memahami klasifikasi
pembagian hukum privat, diharapkan kita dapat lebih memahami sistem hukum
privat yang berlaku dalam masyarakat dan dapat mengimplementasikannya
dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan untuk memperjelas dan mempermudah


pelaksanaan agar sasaran penelitian menjadi runtut, jelas, dan tegas guna
mencapai hasil yang diharapkan. Berdasarkan penelitian yag disusun oleh penulis
maka perumusan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa itu pengertian hukum privat menurut para ahli berikut cakupan, ciri-ciri,
dan jenis mengenai hukum privat?

2. Apa saja hal-hal yang membedakan antara hukum privat dan publik?.

3. Seberapa penting pemberlakuan hukum privat di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu kegiatan penelitian dapat dipastikan terdapat suatu tujuan


yang jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan arah dalam melangkah
6

sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
dalam penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui semua hal terkait hukum privat

2. Mengetahui kegunaan hukum privat bagi dunia pehukuman

3. Mengetahui alasan diadakannya hukum privat


7

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Hukum Privat

Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur kepentingan pribadi dan cara
mempertahankannya dilakukan oleh masing-masing individu Hukum privat
adalah hukum yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain,
dengan mengutamakan kepentingan pribadi. Ini juga mencakup negara sebagai
individu yang menekankan kepentingannya. dalam hukum privat, asas dasar
otonomi warga negara adalah milik pribadi.

Dengan cara ini, warga negara dapat melindungi hak-haknya dengan tetap
terikat pada prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai pemeliharanya.
Pada hukum privat, terjadinya perselisihan hak untuk mempertahankan atau tidak
mempertahankan haknya ditentukan para pihak itu sendiri. Bahkan, dalam hukum
privat para pihak dapat memilih penyelesaian perselisihan pengadilan melalui
institusi mana, apakah lewat pengadilan, arbitrase, atau melalui mediasi

Definisi Hukum Privat menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Ulpianus, yaitu “Hukum publik berkaitan dengan fungsi negara


sedangkan hukum privat berkaitan dengan kepentingan indiidu

2. Menurut. Marwan Mas, yaitu “Hukum yang mengatur kepentingan pribadi


dan cara mempertahankannya dilakukan oleh masing-masing individu.

3. Menurut Peter Mahmud, yaitu “Hukum privat antara lain dipandang sebagai
hukum sehari-hari yang hidup dan ada dalam masyarakat yang dapat di-
simpangi oleh penguasa hanya melalui undang-undang dan peraturan-
peraturan”.

4. Menurut Stanley L. Poulson, yaitu “Hukum privat menggambarkan hubungan


antara subjek-subjek sederajat yang memiliki kedudukan sama secara hukum,
dan hukum publik menggambarkan sebuah hubungan antara subjek atasan
8

dan subjek bawahan - antara dua subjek, kemudian, salah satu subjek
memiliki kedudukan lebh linggi secara hukum dari subjek yang lain”.

5. Menurut R. Soeroso, yaitu “Hukum privat adalah hukum yang mengatur


hubungan antara dua orang atau lebih, dengan menitikberatkan kepentingan
pribadi Hukum privat juga dikenal sebagai hukum sipil atau hukum perdata”.

B. Ciri-ciri Hukum Privat

Hukum privat bervariasi dari satu negara ke negara lain dan kadang-kadang
disebut hukum Hal ini bertujuan untuk mengatur hubungan antara individu dan
suatu kelompok lainnya secara jelas dan adil, sekaligus melindungi hak dan
kepentingan mereka. sebagai klasifikasi hukum yang mengatur bagaimana
masyarakat berinteraksi dalam aspek-aspek kehidupan sehari-hari.

Dengan menyediakan kerangka kerja hukum yang jelas untuk berbagai


aspek kehidupan sehari-hari, hukum privat berperan penting dalam menjaga
ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Ciri-ciri hukum privat adalah sebagai
berikut :

1). Fokus pada perilaku dalam masyarakat yang bersifat individual

Masyarakat secara Individual Ini merupakan ciri mendasar hukum privat, baik
dalam skala perseorangan dengan perseorangan maupun perseorangan dengan
kelompok masyarakat serta sebaliknya. Masalah-masalah hukum tersebut diatur
dalam wilayah hukum privat. Hukum privat mengatur hubungan antara individu,
seperti perjanjian kontrak, perbuatan melawan hukum, dan kepemilikan properti.

2). Memuat perintah atau larangan

Sesuai Ranahnya Sebagai sebuah hukum, hal-hal yang diatur dalam hukum privat
umumnya berupa perintah atau larangan. Hal ini disebabkan tujuan hukum privat
yang dibuat untuk melindungi hak individu. Sebagian hukum privat berisi aturan
9

mengenai perilaku dalam bermasyarakat serta hal yang tidak boleh dilakukan
dalam upaya menjaga hal tersebut.

Perintah dan larangan itu pun muncul dari berbagai jalan. Bisa perintah dari atasan
pemerintah, perundangan-undangan dan dan masih banyak lagi. Perintah dan
larangan ini agar menimbulkan efek jera.

3). Diawasi oleh Badan yang Berwenang

Sama seperti berbagai jenis dan ranah hukum yang lain, hukum privat juga
mendapat pengawasan dari badan yang berwenang agar proses penegakannya
tidak mengalami penyelewengan.

Dalam batas tertentu, tiap individu juga dapat bertindak sebagaipengawas


berjalannya hukum privat. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai hal ini
sangatlah penting. Fungsi pengawasan yang dilakukan pemerintah ini dilakukan
agar tidak terjadi penyelewenangan dalam pelaksaan hukum.

4). Sebagian Bersifat Memaksa dan Sebagian Bersifat Tidak

Memaksa Hukum privat merupakan aturan yang tegas. Namun, ada sebagian yang
bersifat memaksa dan sebagian bersifat tidak memaksa. Hal itu dikarenakan
hukum privat merupakan aturan yang juga didasarkan pada norma umum yang
berlaku di masyarakat. Sebagian aturan norma tersebut mencakup hal yang ringan,
sebagian lagi mencakup hal yang berat.

Tidak ada aturan yang sifatnya menyenangkan. Hampir semua peraturan bersifat
memaksa dan tidak menyenangkan.Karena sifatnya yang memaksa inilah, yang
mendorong orang untuk patuh dan tidak melanggar.

Bisa kita bayangkan jika tidak ada aturan tegas, maka tatanan kehidupan
masyarakat kita akan terlihat berantakan dan amburadul.hampir semua peraturan
atau hukum bersifat memaksa, sehingga seseorang bisa path dan tidak
10

melanggarnya.Peraturan yang memaksa inilah yang bisa mengatur tatanan


kehidupan masyarakat agar menjadi lebih tertib dan aman.

5). Pelanggar yang terbukti mendapatkan sanksi tegas

Setiap warga Negara, tanpa terkecuali, setiap pelanggar wajib mendapatkan sanksi
tegas. Meski dalam kasus yang terjadi di lapangan, banyak pelanggaran kasus
suap atau semacamnya yang tidak terendus oleh pihak berwajib.

Terkadang masyarakat pun bisa menjadi pengawas atas pelanggaran-pelanggaran


yang terjadi di dalam masyarakat. Yang kemudian bisa diberikan sanksi jelas.
Apalagi di era teknologi seperti sekarang ini. Netizen kini memiliki kekuatan
masa yang luar biasa.

Pelanggar Tiap-tiap situasi yang diatur dalam hukum privat diganjar dengan
sanksi tertentu bagi pelanggar. Hal ini diatur berlaku bagi semua orang. Jadi,
hukum privat berlaku bagi siapapun yang terhitung sebagai individu.

Semua warga negara yang melanggar hukum wajib mendapatkan sanksi yang
tegas agar menimbulkan etek jera.Selain pemerintah, masyarakat lain juga bisa
menjadi pengawas dari berbagai pelanggaran yang terjadi dalam kehidupan.

6). Aturan larangan dan perintah wajib dipatuhi oleh seseorang

Setiap perintah dan larangan yang termuat, wajib dipatuhi oleh seseorang dan
warga masyarakat. Jika terbukti melanggar, maka akan mendapatkan sanksi tegas.
Bentuk sanksi pun beragam, bergantung dari masing-masing kasus yang dialami.

hukum privat mempunyai ciri khas bahwa pihak yang diatur oleh hukum itu
mempunyai kebebasan untuk membuat pilihan apakah ia akan mem-pertahankan
kepentingannya atau tidak melalui aturan-aturan itu. (PIH Peter mahmud)
11

C. Cakupan Hukum Privat

Dimensi privat cukup luas cakupannya yang meliputi dimensi hukum


keluarga, hukum kewarisan, hukum kekayaan, hukum perjanjian (kontrak) bisnis,
dan lainnya. Dalam dimensi hukum privat atau perdata, para pihak yang
bersengketa dapat melakukan penyelesaian sengketanya melalui jalur hukum di
pengadilan maupun di luar jalur pengadilan.

Cakupan hukum privat bisa saja bersingungan dengan hukum publik. Meski
demikian, ada batasan yang jelas yang dapat diingat. Hukum publik merupakan
hukum yang mengatur kepentingan umum, contohnya adalah hukum pidana.

1). Hukum Perdata

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antara satu individu
dengan individu yang lain. Jadi, hukum privat jenis ini mengatur bagaimana hak
dan kepentingan antarindividu terpenuhi dalam sebuah masyarakat.

a) Hukum tentang orang (Personenrecht) diatur dalam Bab I dan II buku II serta
buku IV bab IV KUH Perdata yang memuat hal-hal tentang manusia sebagai
subjek hukum, kecakapan untuk memiliki hak-hak,kecakapan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-haknya itu,serta hal lain yang mempengaruhi
kecakapan, domisili, nama, pencatatan sipil (burgerlijk stand).

b) Hukum keluarga (Familierecht) diatur dalam Bab IV – XVIII buku I KUH


Perdata yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan hubungan hukum
yang timbul dari hubungan kekeluargaan seperti perkawinan beserta
hubungannya dalam harta kekayaan antara suami istri,hubungan antara orang
tua dan anak, perwalian, pengampuan (curatele) serta perceraian.

c) Hukum kekayaan /hukum harta kekayaan/ hukum harta benda


(Vermogensrecht) diatur dalam Bab I-IX dan XIX – XXI buku II serta Bab I
– XVIII buku III KUHPerdata yang memuat hal-hal yang berhubungan
tentang sesuatu yang dapat dinilai dengan uang, yang terdiri dari : pertama,
Hukum kekayaan mutlak (absolut) yang meliputi hak-hak kebendaan material
dan immaterial seperti, hak atas merek, hak cipta,dan hak oktroi, dan Kedua,
12

Hukum harta kekayaan relative (nisbi) yaitu hak yang timbul dari suatu
perikatan.

d) Hukum kewarisan (Erfrecht) diatur dalam Bab XII – XVIII buku II KUH
Perdata yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan pengalihan tentang benda
atau kekayaan seorang jika telah meninggal dunia

2). Hukum Dagang

Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata yang termasuk dalam
Buku III KUHPerdata yaitu dalam Hukum Perikatan. Hukum Dagang terdiri dari
2 suku kata yaitu Hukum dan Dagang. Sekarang kita lihat apa hukum itu. Hukum
tidak dapat didefinisikan secara sempurna, sebab satu-satunya hal yang tetap pada
hukum adalah sifat "tidak tepatnya isi"hukum itu.

Hukum dagang biasanya mengatur hubungan antara individu dengan badan atau
lembaga tertentu dalam urusan bisnis dan dagang. Biasanya, ada tiga sumber yang
digunakan dalam hukum dagang, yaitu hukum tertulis yang sudah dikodifikasi,
hukum tertulis yang belum dikodifikasi, dan hukum kebiasaan.

3). Hukum perdata internasional

Sesuai dengan namanya, hukum perdata internasional mengatur mengenai


hubungan antarindividu yang berada dalam dua negara yang berbeda. Biasanya,
kedua belah pihak juga akan tunduk pada hukum perdata masing-masing negara.
Oleh karena itu, proses yang terjadi dalam hukum perdata internasional ini lebih
rumit.

Hukum Perdata Internasional dipahami sebagai suatu proses dan juga aturan-
aturan yang akan digunakan oleh suatu pengadilan untuk menentukan hukum
manakah yang harus digunakan dalam menghadapi suatu perkara-perkara tentang
keperdataan yang berkaitan khusus dengan sistem hukum asing. (Seto and
Hardjowahono 2006)
13

4). Hukum Acara Perdata

Hukum acara perdata adalah sebuah hukum yang mengatur tata cara
mempertahankan hukum perdata itu sendiri apabila sedang terjadi pelanggaran
hukum sebagai penyebab tindak kriminal dalam hukum perdata materiil.Untuk
menuntut hak-hak yang lahir dari hubungan hukum itu diperlukan tata cara dan
pengaturan agar tuntutan hak tersebut berjalan sesuai dengan hukum.

Hukum yang mengatur hal itu biasa disebut hukum acara perdata.Hukum acara
mengatur bagaimana cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum material
dalam hal apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum materiel.

Hukum acara perdata secara umum adalah peraturan hukum yang mengatur proses
penyelesaian perkara perdata melalui hakim (di pengadilan) sejak diajukan
gugatan, diperiksanya gugatan, diputusnya sengketa sampai pelaksanaan putusan
hakim.

Ada dua karakteristik yang dimiliki oleh hukum acara perdata, yakni:

Menentukan dan mengatur bagaimana cara menjamin ditaatinya Hukum Perdata


Materiil; dan

Menentukan syarat yang harus dipenuhi untuk beracara di muka persidangan


pengadilan, mulai dari pengajuan gugatan, pengambilan keputusan, hingga
pelaksanaan putusan pengadilan.

5). Hukum Acara Peradilan agama

Istilah Hukum Acara, sering juga disebut dengan istilah Hukum Proses atau
Hukum Formal. Proses berarti suatu rangkaian perbuatan, yaitu mulai dari
memasukan permohonan atau gugatan sampai selesai diputus dan dilaksanakan.

Tujuan dari proses ialah untuk melaksanakan penentuan bagaimana hukumnya


suatu kasus dan bagaimana hubungan hukum antara dua pihak yang berperkara itu
14

sebenarnya dan seharusnya, agar segala apa yang ditetapkan oleh pengadilan
dapat direalisir dengan secara paksa dan karenanya dapat terwujud secara pasti.

Peradilan Agama adalah salah satu dari Peradilan Negara Indonesia yang sah,
yang bersifat Peradilan Khusus, yang berwenang dalam jenis perkara perdata
Islam tertentu, bagi orang-orang islam di Indonesia.Sebagaimana diketahui bahwa
Peradilan Agama adalah Peradilan Perdata dan Peradilan islam di Indonesia jadi ia
harus mengindahkan peraturan perundang-undangan negara dan syariat islam
sekaligus.

Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau
lebih, dengan menitikberatkan kepentingan pribadi Hukum privat juga dikenal
sebagai hukum sipil atau hukum perdata . Hukum privat tidak melibatkan
pemerintah sebagai salah satu pihak Secara artian lebih luas, hukum privat terdiri
dari beberapa jenis diantaranya.

6). Hukum Perselisihan

Selain Hukum Perdata dan Hukum Dagang, dikenal pula Hukum Perselisihan.
Yang dimaksud dengan hukum perselisihan, ialah hukum yang menerangkan
peraturan apa yang menjadi peraturan hukum atau peraturan hukum mana yang
berlaku mengenai sesuatu hubungan hukum yang diadakan oleh karena suatu
peristiwa hukum yang memuat anasir-anasir yang dapat menyangkutkan dua atau
lebih tata hukum (sistem hukum) yang berlainan. Hukum Perselisihan ini dibagi
sebagai berikut :

(a) Hukum perselisihan (privat) Internasional, yaitu hukum yang menerangkan


peraturan apa yang menjadi peraturan hukum yang berlaku mengenai sesuatu
hubungan hukum yang diadakan oleh karena suatu peristiwa hukum yang memuat
anasir-anasir yang dapat menyangkutkan dua atau lebih tata hukum privat
nasional yang berlaku di wilayah dua atau lebih

Contoh : Seorang saudagar warga negara Indonesia menjual kayu ke pedagang


warga negara Jerman. Dalam hal ini perjanjian (jual-beli) diadakan oleh 2 orang
15

yang berbeda kewarganegaraannya dan tunduk kepada tata hukum/sistem hukum


privat internasional.

b) Hukum perselisihan Nasional. Hukum perselisihan Nasional digolongkan lagi


sebagai berikut :

(1) Hukum Intergentil.

Hukum Intergentil atau hukum antar golongan, ialah himpunan peraturan-


peraturan yang menentukan hukum mana yang berlaku atau apa yang menjadi
hukum mengenai suatu hubungan hukum yang memuat anasir-anasir yang
menyangkut dua atau lebih tata hukum yang berlaku bagi masing-masing dua atau
lebih golongan yang berlainan di wilayah satu negara. Contoh: Seorang WNI
keturunan Eropa menjual sebuah mobil kepada seorang W.N., Asli (Pribumi).

(2) Hukum Interlokal.

Hukum Interlokal atau Hukum Antar Daerah atau Antar Tempat, ialah hukum
yang mengatur hubungan hukum antara orang-orang Indonesia asli dari masing-
masing lingkungan hukum Adat (Adatrechtskringen).

Contoh : Orang Minangkabau kawin dengan orang Jawa Tengah.

(3) Hukum Antar Agama.

Hukum Antar Agama atau Hukum Interreligius, ialah hukum yang mengatur
antara lain perkawinan antara dua orang yang berlainan agamanya dan akibat
hukum dari perkawinan tersebut.

Contoh : Orang Ambon yang beragama Kristen kawin dengan orang yang
beragama Islam.

(4) Hukum Interregional: ialah hukum yang mengatur hukum antar penduduk dari
negara bagian. Hukum ini berlaku pada zaman kolonial.

Contoh: Mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Negara Belanda kawin


dengan orang Belanda di sana.
16

BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan penerapan Hukum privat di Indonesia

Hukum privat adalah cabang hukum yang mengatur hubungan antara subjek
hukum yang berkedudukan sama, seperti individu, kelompok, atau badan hukum.
Hukum privat mencakup bidang-bidang seperti hukum perdata, hukum dagang,
hukum perusahaan, hukum kontrak, hukum kekayaan intelektual, dan lain-lain.

Sejarah hukum privat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kolonialisme


Belanda yang berlangsung selama lebih dari 300 tahun. Selama masa itu, Belanda
menerapkan sistem hukum Eropa kontinental yang berbasis pada hukum Romawi
dan hukum Jerman. Hukum privat Belanda diberlakukan terhadap orang-orang
Belanda atau Eropa, sedangkan bagi pribumi, yang berlaku adalah hukum adat
yang beragam sesuai dengan daerah dan budaya masing-masing. Hukum adat
memainkan peran penting dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya masyarakat Indonesia sebelum dan selama masa penjajahan.

1. Sejarah Hukum Burgelijk Wetboek/Hukum Perdata

Hukum perdata mula-mula berasal dari bangsa Romawi sekitar tahun 50


SM. pada masa pemerintahan Julius Caesar di Eropa Barat. Sejak saat itu, hukum
Romawi mulai diterapkan di Perancis, meskipun tercampur dengan hukum asli
yang berlaku sebelum Romawi menguasai Galis (Prancis). Keadaan ini
berlangsung hingga masa pemerintahan Louis. Pengkodean ini sangat erat
kaitannya dengan unsur-unsur Romawi, tetapi penyusunnya juga memasukkan
banyak unsur hukum aslinya, yaitu Hukum umum Perancis kuno (hukum Jerman)
berlaku di Eropa Barat sebelum Romawi menguasai Perancis. Gabungan isi KUH
Perdata yang ketiga adalah hukum kanon atau hukum Katolik yang didukung oleh
Gereja Katolik Roma pada saat itu.
17

Pada tahun 1811, Belanda dijajah oleh Perancis dan seluruh KUH Perdata
yang memuat tiga unsur yaitu hukum Romawi, hukum Jerman, dan hukum
kanonik diterapkan di Belanda dan seperti halnya Indonesia yang merupakan
wilayah jajahan Belanda pada waktu itu, hukum perdata Belanda Undang-undang
tersebut terutama didasarkan pada Kode. Aparatur Sipil Negara juga
diperkenalkan di Indonesia pada tanggal 1 Januari 1848 dengan Staatsblad Tahun
1847 Nomor 23. Namun hukum perdata Indonesia agak berbeda dengan hukum
perdata yang berlaku di Belanda pada tahun1848, apalagi jika dibandingkan
dengan hukum perdata Perancis, hanya saja asas-asasnya banyak yang diambil
dari KUH Perdata. Penerapan hukum perdata Belanda di Indonesia erat kaitannya
dengan kebijakan hukum pemerintah Hindia Belanda yang membagi penduduk
Hindia Belanda menjadi tiga golongan:

(1) Kelompok Eropa, yaitu. yaitu. seluruh orang Belanda, orang asal Eropa, orang
Jepang, orang yang hukum keluarganya berdasarkan asas yang sama dengan
hukum Belanda, serta keturunannya;

(2) Kelompok asing Tionghoa dan non-Tionghoa Oriental, misalnya Arab, India,
dan Pakistan; (3) Mereka yang telah bersatu dan menyesuaikan diri dengan
kelompok Bumi Putera. Penggolongan tersebut diatur dalam Pasal 163 IS
(Peraturan Pemerintah India) yang masih berlaku sampai saat ini berdasarkan
ketentuan Pasal 2 Ketentuan Peralihan UUD 1945.8 Peraturan perundang-
undangan yang berlaku bagi masing-masing golongan diatur dalam Pasal 131 IS It
menyatakan es: Pertama, hukum perdata dan komersial yang berlaku di Belanda
diterapkan pada perusahaan-perusahaan Eropa berdasarkan prinsip konkordansi.
Kedua, hukum perdata yang diatur dalam BW dan hukum dagang (WvK) yang
diatur dalam KUHD berlaku bagi Kelompok Tionghoa Asing Timur, dengan
beberapa pengecualian dan tambahan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 129 Tahun 1917 juncto Stb. 1925 nomor 557.Pengecualian dan
penambahan meliputi:

(a) upacara pernikahan;


18

b) pencegahan perkawinan;

c) Kantor Pendaftaran (Stand Burgerlijk);

d) pengangkatan anak;

e) Peraturan Kongsi.

Bagi kelompok asing Oriental non-Tinghoan, hukum perdata Eropa berlaku


untuk hak milik, sedangkan hukum keluarga dan hukum waris diatur oleh hukum
setempat. Hal ini diatur dalam Staatsblad Tahun 1924 Nomor 556 yang mulai
berlaku pada tanggal 1 Maret 1925. Ketiga, golongan Bumi Putra berdasarkan
ketentuan Pasal 131 Ayat 6 IS yaitu hukum perdata adat, segala norma hukum
yang tidak tertulis tetapi hidup dalam perbuatan masyarakat sehari-hari.-Hari.
Sementara itu, hukum perdata adat masih belum seragam menurut banyaknya
lingkungan hukum adat (adat rech skiringen) yang ada di Indonesia.Sedangkan
berdasarkan ketentuan Pasal 131 ayat (2) IS, ketentuan bagi orang Eropa dapat
diberlakukan terhadap penduduk asli Indonesia/kelompok orang Timur Asing
secara keseluruhan atau dengan perubahan sehingga timbul peraturan baru yang
bersifat umum bagi semua golongan, dan dilakukan penyimpangan.
penyimpangan umum/kebutuhan masyarakat.

Sistimatika Burgelijk Wetboek

Sistematis Burgelijk Wetboek terdiri atas: Pertama, topik Orang (Van


personen), yang mengatur tentang hukum badan perseorangan dan hukum
keluarga. Kedua, tentang benda (Van Zaken) yang mengatur hal-hal mengenai
benda, termasuk hukum waris. Ketiga,Tentang Kewajiban (Van Verbintenissen),
yang mengatur tentang undang-undang Kekayaan yang berkaitan dengan hak dan
kewajiban.berlaku untuk orang atau pihak tertentu. Empat,Tentang pembuktian
melalui waktu (Van Bewijaeu Veryaring).Sistem tersebut sangat dipengaruhi oleh
sistem institusi Justiniasnse.

Jika kita membandingkan kedua sistem yang disebutkan di atas,terdapat


perbedaan atau ketidakakuratan seperti:yaitu: BW pada mulanya mengatur hukum
19

keluarga sebagai bagiannya Buku I (Hukum Badan Pribadi), dengan


memperhatikan bahwa dalam hukum keluarga terdapat hubungan-hubungan yang
mempunyai pengaruh Kapasitas subjek atau person. Kedua, BW mengatur hukum
waris dalam Buku II (Buku benda). karena pembentuk undang-undang
memandang hak waris adalah hak kebendaan atas harta benda seseorang.yang
meninggal. Warisan dianggap sebagai salahsatu cara untuk memperoleh eigendom
sedangkan eigendom merupakan suatu hak kebendaan. Ketiga, dalam sistematika
ilmu pengetahuan., hukum harta benda dan hukum kontrak tidak diatur tersendiri
karena hukum harta kekayaan sebagai aturan yang mengatur yang dapat dinilai
dengan uang dapat ditimbulkan karena hak– hak kebendaan yang diatur dalam
buku II BW maupun yang ditimbulkan karena perikatan seperti diatur dalam buku
III BW.Keempat, pengaturan alat bukti dan lewat waktu dalam buku IV BW di
pandang kurang tepat karena merupakan persoalan hukum acara,sedang BW
mengatur tentang hukum perdata pokok.

2. Sejarah Hukum Dagang Di Indonesia

Hukum Dagang adalah hukum yang mengatur hubungan antara satu pihak
dengan pihak lain dalam urusan dagang. Hukum dagang merupakan bagian dari
hukum perdata, khususnya hukum kontrak. Karena undang-undang ini berkaitan
dengan kegiatan usaha manusia, maka termasuk juga hukum dagang. Hukum
kontrak secara khusus mengatur kontrak mengenai hubungan bisnis. Peraturan
perdagangan telah diterapkan di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Perkembangan hukum dagang pertama kali terjadi di Eropa antara tahun


1000 dan 1500. Pada periode ini muncul kota-kota yang aktif berfungsi sebagai
pusat perdagangan, seperti Genoa, Venesia, Barcelona dan Florence. Banyaknya
kota perdagangan menimbulkan berbagai permasalahan perekonomian yang tidak
dapat diselesaikan. Dengan kondisi tersebut maka muncullah hukum dagang
(hukum Koopman). Kodifikasi hukum dagang pertama kali ditulis di Perancis
pada tahun 1673 dengan nama Ordonnance de Commerce pada masa
pemerintahan Raja Louis XIV. Undang-undang ini mencakup segala sesuatu yang
berhubungan dengan perusahaan, mulai dari pedagang, bank, perusahaan dagang,
20

sekuritas hingga kebangkrutan. Kemudian, pada tahun 1681, muncul kodifikasi


hukum dagang lainnya dengan nama Ordinance de la Marine, yang mencakup
seluruh aspek perdagangan dan transportasi laut, seperti perdagangan maritim.
Kedua undang-undang ini kemudian menjadi acuan lahirnya Kitab Undang-
undang Dagang, yaitu undang-undang dagang yang mulai berlaku di Perancis
pada tahun 1807. Kitab Undang-undang Hukum Dagang kemudian dikembangkan
di beberapa negara Eropa lainnya, termasuk Belanda. Belanda kemudian menjajah
Indonesia, termasuk berkembangnya hukum dagang di nusantara. Seiring
berjalannya waktu, beberapa daerah di Indonesia pun berkembang menjadi pusat
perdagangan, termasuk Batavia (sekarang Jakarta).

Hukum Dagang di Indonesia didasarkan pada tiga jenis sumber hukum


dagang, yang mengacu pada: Hukum Terkodifikasi, Hukum Non-Kodifikasi,
Hukum Umum. Semula hukum dagang hanya berlaku bagi pedagang di Indonesia.
Namun belakangan muncul pendapat berbeda mengenai penerapan hukum
dagang. Ada yang berpendapat bahwa hukum dagang tidak hanya berlaku pada
pedagang saja.Alasan usulan ini adalah adanya perbedaan pemahaman antara
pedagang dan non pedagang. Oleh karena itu, mulai tanggal 17 Juli 1938, hukum
dagang berlaku bagi semua orang.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Negara ini mulai merumuskan
sistem hukum nasional yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan cita-cita
bangsa Indonesia. Pada tahun 1949, UUD 1945 disahkan menjadi Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia. Hal ini membuka jalan bagi terciptanya sistem
hukum nasional yang lebih mandiri dan adil. Namun dalam praktiknya, hukum
perdata Indonesia sebagian besar masih mengadopsi hukum perdata Belanda yang
sudah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan kurangnya sumber daya manusia,
waktu dan uang untuk membuat undang-undang swasta baru yang sesuai dengan
kondisi Indonesia. Beberapa contoh hukum perdata yang masih mengacu pada
hukum Belanda adalah KUHPerdata, KUHPerdata, dan UU Hak Tanggungan.

Meskipun demikian, Indonesia juga telah melakukan beberapa upaya untuk


mengembangkan hukum privat yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Beberapa upaya tersebut antara lain adalah:
21

Berlakunya undang-undang baru yang mengatur bidang-bidang hukum


privat yang sebelumnya tidak diatur, seperti: B. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-
undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan lain-lain.

Melakukan perubahan dan perbaikan terhadap undang-undang yang ada,


seperti: Misalnya UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, UU Nomor
30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, dan lain-lain.

Pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan hukum adat sebagai


sumber hukum nasional, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945.Hal ini sejalan dengan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan
bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan kemasyarakatan. negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Mempromosikan penelitian dan pengembangan hukum privat di Indonesia


melalui pendidikan, publikasi dan debat ilmiah. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang kompeten di
bidang hukum privat dan menghasilkan karya hukum inovatif yang relevan
dengan kepentingan masyarakat.

B. Perbedaan Antara Hukum Privat dengan Hukum Publik

Hukum privat dan hukum publik adalah dua cabang utama dalam sistem
hukum yang memainkan peran yang berbeda dalam mengatur hubungan dan
kegiatan masyarakat.

Hukum tata negara dan hukum administrasi negara yang berkaitan dengan
negara dan hukum pidana bersama-sama dengan hukum acara pidana karena
berkaitan dengan kepentingan bersama diklasifikasikan sebagai hukum publik.
Sebaliknya, kepentingan yang bersifat pribadi, misalnya berdomisili, perkawinan,
22

kepemilikan harta kekayan, dan pewarisan merupakan kepentingan khusus


sehniga yang mengaturnya adalah hukum privat. ( prof dr peter mahmud)

Hukum privat, juga dikenal sebagai hukum sipil, mengatur hubungan antara
individu atau entitas swasta. Ini termasuk hukum kontrak, hukum properti, hukum
warisan, dan hukum perusahaan. Hukum privat menangani perselisihan antara
individu, bisnis, atau organisasi swasta, dan biasanya melibatkan hak, kewajiban,
dan tanggung jawab pribadi.

Sementara itu, hukum publik mengatur hubungan antara individu dan


pemerintah serta antara pemerintah dengan pemerintah lainnya. Ini mencakup
hukum pidana, hukum konstitusi, hukum administratif, dan hukum perdata
negara. Hukum publik menangani pelanggaran terhadap hukum yang melibatkan
kepentingan masyarakat secara umum, dan sanksinya seringkali bersifat umum
atau berdampak pada masyarakat secara keseluruhan.

Dengan kata lain, perbedaan mendasar antara hukum privat dan hukum publik
terletak pada jenis hubungan yang diatur hukum privat mengatur hubungan antara
individu atau entitas swasta, sementara hukum publik mengatur hubungan yang
melibatkan pemerintah atau kepentingan masyarakat secara umum.

Perbedaan antara hukum privat dan hukum publik cenderung mengadopsi


makna pertentangan antara hukum dan kekuasaan (kekuasaan bukan hukum atau
kuasaan hanya setengah hukum), pertentangan, khususnya, antara hukum dan
negara. Jika kedudukan yang lebih tinggi menurut beberapa subjek dilihat lebih
dekat, kedudukan mereka yang lebih tinggi daripada subjek-subjek lain, kelihatan
bahwa kedudukan tersebut benar-benar bergantung pada perbedaan di antara
fakta-fakta material penciptaan hukum. Dan perbedaan yang ditunjukkan tersebut
sama seperti perbedaan yang mendasari klasifikasi bentuk-bentuk negara. (hansen
kelsen)

Hukum publik yang tipikal adalah petunjuk administratif, norma individual


yang dikeluarkan oleh lembaga administratif, agar penerima norma diwajibkan
secara hukum berperilaku sesuai dengan petunjuk tersebut. Hubungan hukum
privat tipikal adalah transaksi hukum, terutama kontrak, yaitu, sebuah norma
23

individual yang diciptakan melalui kontrak, agar pinak- pihak yang terlibat
kontrak diwajibkan secara hukum untuk berperilaku dengan beberapa cara timbal
balik.

Perbedaan hukum publik dan hukum privat juga ditentukan oleh siapa yang
melakukan perbuatan.23 Apabila yang melakukan perbuatan itu penguasa, yang
menguasai adalah hukum publik. Sebaliknya, jika yang melakukan perbuatan
adalah individu, perbuatan itu dikuasai oleh hukum privat. Perbuatan yang
dilakukan itu baik oleh penguasa maupun oleh masyarakat adalah dalam rangka
memaksimalisasi kemanfaatan. Pembedaan semacam itu jelas dipengaruhi oleh
pandangan utilitarianisme. Ketentuan yang bersifat privat mengatur hubungan di
antara sesama individu. Adapun ketentuan yang bersifat publik mengatur
hubungan antara negara dengan warga masyarakat.

23( Henk Simon, Publiekrecht Of Privatrecht. Zwolle: W.E.I Tjeenk Willink


1993, hlm 73.)

Aturan-aturan hukum privat mempunyai ciri khas bahwa pihak yang diatur
oleh hukum itu mempunyai kebebasan untuk membuat pilihan apakah ia akan
mempertahankan kepentingannya atau tidak melalui aturan-aturan itu. Sebagai
contoh, seseorang menderita kerugian karena perbuatan orang lain tidak
memenuhi kewajiban yang tertung di dalam perjanjian. Orang tersebut dapat
mempertahankan kepentingannya dengan menggugat orang yang merugikan atau
ia menerima keadaannya tanpa melakukan tindakan apa apa (prof dr peter
mahmud marziku)

Kriteria dalam membedakan hukum publik dan hukum privat adalah siapa
yang dibebani untuk mempertahankan aturan tertentu selalu dikaitkan dengan
kepentingan yang dilindungi. Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat dikatakan
bahwa hukum publik adalah aturan-aturan hukum yang objek utamanya adalah
kepentingan umum dan yang mempertahankannya adalah penguasa, sedangkan
hukum privat adalah aturan-aturan hukum yang objek utamanya adalah ke-
pentingan khusus yang dipertahankan atau tidaknya kepentingan itu terserah
kepada yang berkepentingan.33. P.Van Dijik, Op cit., hlm.18
24

C. Urgensi Atau Kepentingan Hukum Privat Bagi Pemenuhan Hak Hukum


di Indonesia
Di tengah lika-liku kehidupan sehari-hari di Indonesia, hukum privat muncul
dengan membawa urgensi dan memberikan peran dalam pemenuhan hak hukum
bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Hukum privat menjadi pelindung utama bagi hak-hak individu. Misalnya,
ketika seseorang bekerja keras untuk membeli rumah impian mereka, hukum
privat melindungi hak kepemilikan mereka, serta memberi mereka rasa aman dan
kepastian. Selain itu, dalam dunia bisnis yang terus berkembang, hukum privat
mengatur kontrak dan transaksi, menciptakan fondasi yang kuat untuk
pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja di suatu perusahaan.
Namun, urgensi hukum privat juga muncul pada fenomena-fenomena yang
lebih bersifat privat. Misalnya, ketika konflik muncul dalam keluarga, maka ada
hukum privat yang mengatur perkawinan, perceraian dan warisan, sehingga
menciptakan kerangka kerja yang adil dan langgeng untuk menjaga perdamaian
dan keadilan dalam hubungan keluarga. Sama pentingnya, hukum privat juga
memainkan peran penting dalam penyelesaian sengketa.
Ketika individu atau perusahaan mengalami konflik, hukum privat memberikan
solusi dan panduan, sehingga menghindari potensi ketegangan yang mengikis dan
mengancam kohesi sosial.
Contoh tersebut menggambarkan bagaimana hukum privat merupakan kunci
dalam menjamin pemenuhan terhadap hak-hak hukum di Indonesia. Mulai dari
perlindungan hak-hak individu hingga keamanan hukum, hukum privat
merupakan tulang punggung tatanan hukum yang kuat yang mendukung keadilan,
perdamaian, dan pembangunan ekonomi masyarakat.
Hukum privat memiliki urgensi dan kepentingan yang penting dalam pemenuhan
hak hukum di Indonesia. Beberapa urgensi dan kepentingan tersebut meliputi:

1. Perlindungan Hak Individu: Hukum privat membantu individu melindungi hak-


hak mereka dalam berbagai aspek kehidupan, seperti hak milik, kontrak, warisan,
dan lainnya.
25

2. Kepastian Hukum: Hukum privat memberikan kerangka kerja hukum yang


jelas, sehingga individu dan bisnis dapat memahami hak dan kewajiban mereka,
menciptakan kepastian hukum yang sangat penting untuk stabilitas sosial dan
ekonomi.

3. Fasilitasi Transaksi Bisnis: Hukum privat mendukung aktivitas ekonomi


dengan memberikan aturan yang mengatur kontrak, kepemilikan, serta kewajiban
dan hak pihak-pihak dalam transaksi bisnis. Ini penting untuk pertumbuhan
ekonomi.

4. Penyelesaian Sengketa: Hukum privat memberikan kerangka hukum untuk


penyelesaian sengketa antara individu, bisnis, atau entitas lainnya. Ini membantu
menjaga perdamaian sosial dan keadilan.

5. Warisan dan Keluarga: Hukum privat mengatur pernikahan, perceraian, serta


pewarisan harta, yang berperan penting dalam hubungan keluarga dan
pemeliharaan hak-hak keluarga.

Dengan demikian, hukum privat memiliki urgensi besar dalam memastikan


pemenuhan hak hukum dan memelihara tatanan hukum yang berfungsi dengan
baik bagi warga negara di Indonesia.
26

BAB IV
PENUTUP/SIMPULAN

Hukum privat merupakan tulang punggung sistem hukum yang mengatur


hubungan antara individu, dunia usaha, dan badan swasta lainnya dalam
masyarakat. Dalam hukum privat, ciri-ciri utamanya meliputi pengaturan
hubungan privat, hukum kontrak, pengaturan harta benda, tanggung jawab
perdata, hukum keluarga, dan hukum waris. Hal ini merupakan bagian penting
dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan kerangka hukum yang diperlukan
untuk menjaga ketertiban, kepastian dan keadilan.

Hukum perdata memberikan kepercayaan kepada pihak-pihak yang terlibat


dalam transaksi bisnis dan perjanjian kontrak, sekaligus melindungi hak individu
dalam aspek kepemilikan individu itu sendiri

Hal ini memastikan bahwa perusahaan dapat beroperasi dengan lancar dan
andal, sekaligus menyediakan sarana untuk menyelesaikan perselisihan jika
timbul. Oleh karena itu, hukum privat memberikan landasan penting untuk
menjaga keadilan dan stabilitas dalam masyarakat dan berfungsi sebagai pedoman
hukum yang penting dalam berbagai aspek kehidupan kita.

Hukum perdata juga berperan penting dalam mendorong pertumbuhan


ekonomi dan perdagangan. Dengan memberikan kerangka hukum yang jelas
untuk transaksi komersial dan melindungi hak kekayaan intelektual, hukum privat
mendorong investasi, perdagangan dan inovasi ekonomi. Hal ini mendorong
pengusaha, investor dan pelaku swasta untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi,
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
umum.

Selain itu, hukum privat meningkatkan kepercayaan dalam masyarakat,


karena individu dan bisnis merasa nyaman berinteraksi dalam lingkungan hukum
yang dapat dipercaya. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mengembangkan
kolaborasi dan kemitraan yang dapat menciptakan hasil positif bagi semua pihak.
27

Dengan demikian, hukum privat tidak hanya berfungsi mengatur hubungan


tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
28

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai