Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PUTING LECET


DI RUANG BAYI RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN

NAMA : SHINTA ANGGREANI

NIM : P07224420039

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN PROFESI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PUTING LECET


DI RUANG BAYI RSUD dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN

Disetujui di Balikpapan, April 2021

Mahasiswa

Shinta Anggreani
NIM. PO 7224420039

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan

Ita Kusumayanti, S.ST Hj. Tuti Widiyaningsih,S.ST


NIP: 19810423 200212 2001 NIP. 197305251993032005

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

ii
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Shinta Anggreani
Nim : P0 7224420039
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Jurusan kebidanan Poltekes
Kemenkes Kaltim

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Komprehensif yang


saya tulis ini benar - benar hasil karya sendiri, bukan merupakan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dklienktikan bahwa laporan ini adalah


hasil plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku
panduan atas perbuatan tersebut

Samarinda,
Mahasiswa

Shinta Anggreani
NIM. PO 7224420039

KATA PENGANTAR

iii
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan putting lecet. Penyusunan laporan ini
terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. H. Supriadi B, S.Kep., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ita Kusumayanti, S.ST, selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam penyusunan
laporan ini.
5. dr. Edy Iskandar, Sp. PD selaku direktur RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan.
6. Hj. Tuti Widiyaningsih S.ST selaku Preceptor Mentor dan Bidan
pembimbing lahan di Ruang Bougenville RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan tempat mahasiswa melakukan praktek lapangan yang telah
memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
8. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan
material dan moral.
9. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas

iv
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan
komprehensif ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Balikpapan, April 2021


Penulis

Shinta Anggreani

v
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ iii
Kata Pengantar................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum................................................................................. 3
2. Tujuan Khusus................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP TEORI
1. Pengertian....................................................................................... 5
2. Fisiologi.......................................................................................... 6
3. Patofisiologi.................................................................................... 7
4. Komplikasi...................................................................................... 8
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 9
6. Pelayanan yang dklientuhkan......................................................... 9
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 14
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
1. Langkah I (Pengkajian).................................................................. 30
2. Langkah II (Interpretasi data)........................................................ 44
3. Langkah III (Identifikasi diagnose dan masalah potensial)........... 45
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan segera dan atau kolaborasi)... 46
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh asuhan kebidanan).................. 46
6. Langkah VI (Pelaksanaan)............................................................. 47
7. Langkah VII (Evaluasi)................................................................. 48

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 49


BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 73
BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 86
A. KESIMPULAN................................................................................... 86
B. SARAN................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 89

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi baru lahir merupakan salah
satu upaya untuk mencegah kematian dan masalah kekurangan gizi pada bayi
dan balita. World Health Organization (WHO) (2010) merekomendasikan
agar bayi baru lahir diberikan ASI hingga usia 6 bulan tanpa memberikan
makanan atau cairan lain, kecuali vitamin, mineral, dan obat yang telah
diijinkan karena adanya alasan medis. Menurut United Nations Childrens
Fund (UNICEF) (2012), sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10
juta kematian balita di dunia pada tiap tahunnya dapat dicegah melalui
pemberian ASI secara eksklusif.
Pemberian ASI memberikan manfaat bagi bayi maupun ibu. Bayi yang
diberikan ASI eksklusif akan terhindar dari risiko kematian akibat diare
sebesar 3,9 kali dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebesar 2,4 kali
(Arifeen dkk, 2011). Bayi yang diberi ASI memiliki peluang 25 kali lebih
rendah untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya
dibandingkan dengan bayi yang diberi selain ASI. Penelitian lain
menunjukkan bahwa bayi juga akan terhindar dari risiko infeksi telinga, alergi
makanan, anemia, dan obesitas di masa yang akan datang (Haryono, 2014).
Dukungan pemberian ASI ini sangat dibutuhkan karena cakupan
pemberian ASI yang masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI
eksklusif di dunia yaitu 38%. Menurut WHO, cakupan ASI Eksklusif di
beberapa Negara ASEAN juga masih cukup rendah antara lain India (46%),
Philipina (34%), Vietnam (27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%)
(Kemenkes, 2014). Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun
2017, cakupan presentasi bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia
adalah sebesar 61,33%. Pemerintah telah menargetkan pencapaian ASI
Ekslusif di Indonesia sebesar 80%, namun hal itu masih belum tercapai
hingga saat ini (Kemenkes RI,2018).

1
Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui merupakan teknik
menyusui yang tidak benar sehingga mengakibatkan lecet puting susu,
dimana bayi tidak mengisap puting sampai ke areola payudara (Wahyuni,
2019). Sekitar 57% dari ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan
pada putingnya (Soetjiningsih, 2012).
Data WHO tahun 2014 menjelaskan bahwa kurang lebih 40% wanita
Amerika Serikat saat ini memilih untuk tidak menyusui, dan banyak
diantaranya mengalami nyeri, pembengkakan payudara dan puting susu lecet
mencapai puncaknya tiga sampai lima hari postpartum. Hal ini dibuktikan
oleh penelitian Ozkul dan Turfan (2018), menunjukkan bahwa 80-90% ibu
mengalami nyeri pada puting susu dan 26% dari masalah ini berkembang dan
berubah menjadi nyeri puting susu yang serius.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada ibu nifas tahun
2010 diperoleh jumlah ibu nifas yang menyusui bayinya adalah 17,3% dan
ibu nifas yang tidak menyusui bayinya sama sekali adalah 20,7 % serta ibu
yang berhenti menyusui bayinya adalah 62%. Dari data tersebut, persentase
tertinggi adalah ibu nifas yang berhenti menyusui bayinya sebelum masa
nifas selesai dengan alasan 79,3% mengalami puting susu lecet, 5,8%
mengalami bendungan ASI dan 12,5% ASI tidak lancar serta 2,4% radang
payudara atau mastitis (Pratiwi, 2020).
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu (42) hari setelah itu. Periode pasca persalinan meliputi masa
transisi kritis bagi Ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan
fisik. Baik dinegara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi
ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada kehamilan dan persalinan sementara
keadaannya yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya yaitu masa
nifas. Oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering
terjadi pada masa pasca persalinan (Prawirohardjo,2014).
Masalah dalam masa nifas adalah puting susu lecet, payudara
bengkak,saluran ASI tersumbat, mastitis, abses payudara, ASI tidak keluar
secara optimal sehingga bayi tidak mau menyusu, dan bayi menjadi kembung.

2
Umumnya puting susu lecet pada saat menyusui akan menyakitkan dan
kadang-kadang mengeluarkan darah. puting susu lecet dapat disebabkan oleh
posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush
(candidates) atau dermatitis (Damaiyanti,2014).
Hasil pendataan tentang cakupan ASI Eksklusif di RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan tahun 2018 didapatkan hasil sebesar 63,51%, dan
dalam kasus puting lecet yang terjadi di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan sebesar 15,17% (83 kasus) dari angka cakupan ASI Eksklusif
yang ada di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Maka dari itu
penulis tertarik untuk membahas kasus asuhan kebidanan ibu nifas dengan
puting susu lecet di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting
lecet di Rumah Sakit dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif pada ibu nifas dengan puting lecet
b. Menginterpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah, dan
kebutuhan pada ibu nifas dengan puting lecet
c. Merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan
bidan pada ibu nifas dengan puting lecet
d. Mengidentifikasi rencana tindakan segera pada ibu nifas dengan
puting lecet
e. Menyusun rencana tindakan pada ibu nifas dengan puting lecet
f. Melaksanakan tindakan terhadap kebidanan pada ibu nifas dengan
puting lecet
g. Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dan
memperbaiki tindakan yang dipandang perlu.

3
h. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan
kebidanan ibu nifas dengan puting lecet
i. Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap kesenjangan
antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan ibu nifas dengan
puting lecet.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Putting susu lecet merupakan salah satu masalah yang terjadi pada
masa menyusui yang ditandai dengan lecet pada putting, berwarna
kemerahan (sehingga ASI menjadi berwarna pink) dan putting yang
pecah-pecah serta terasa panas. Yang dimaksud dengan nipple crack
yaitu salah satu trauma pada puting susu yang ditandai dengan adanya
luka lecet atau retak bahkan sampai berdarah pada puting. Hal ini sering
dialami oleh ibu menyusui dan menjadi salah satu penyebab tidak
optimalnya pemberian ASI pada bayi. Jika tidak segera diatasi, nipple
crack dapat berkembang menjadi mastitis jika terjadi infeksi oleh bakteri
Staphylococcus aureus (Wahyuni,2019).
Puting susu lecet yaitu adanya rasa nyeri pada puting payudara,
pecah-pecah bila menyusui yang disebabkan karena cara menyusui atau
perawatan payudara yang kurang benar (Astutik, 2015). Puting susu lecet
dapat disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat
pula terjadi letak pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu
dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam (Marmi, 2015)

5
2. Fisiologi
Menurut Maryunani (2013) penyebab dari puting lecet adalah:
a. Tehnik menyusui yang kurang benar yaitu bayi tidak menyusu
sampai kekalang payudara atau bayi tidak menyusui sampai aerola
tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusui pada puting
susu, maka bayi akan mendapat ASI sedikit, karena gusi bayi tidak
menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan merasa
nyeri/kelecetan pada puting susu.
Kalang payudara terletaknya mengelilingi puting susu dan
berwarna kegelapan. Warnanya akan menjadi lebih gelap saat
kehamilan dan warna ini akan menetap. Pada daerah ini akan
didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery
yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan yang dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di bawah kalang
payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat
penampungan air susu. Luasnya kalang payudara bisa 1⁄3 - 1⁄2 dari
payudara.
b. Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu
c. Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zatiritan lainnya
untuk mencuci putting susu
d. Dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang
pendek sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai kalang
payudara dan hisapan hanya pada puttingnya saja,
e. Melepas penghisapan yang salah/ cara menghentikan menyusui
yang kurang tepat dan kurang hati-hati.
Kasus cracked nipple dilaporkan berkurang seiring usia bayi dan
pertambahan pengalaman ibu dengan proses menyusui. Sebuah studi
melaporkan bahwa cracked nipple berkurang dari 58% pada minggu
pertama menjadi 8% setelah minggu ke delapan menyusui (Buck, 2014).

6
3. Patofisiologi
Cracked nipple adalah lesi kutan makroskopik pada ujung dan
areola payudara, yang dapat berupa hilangnya jaringan kulit, luka, celah,
eritema, edema, atau lepuhan (Buck, 2014).
Cracked nipple sering kali disebabkan perlekatan yang tidak baik.
Bayi akan menarik puting keluar masuk saat menyusu. Jika perlekatan
saat menyusui tidak tepat, akan terjadi gesekan antara kulit ibu dengan
mulut bayi dan tekanan kuat pada puting. Penyebab cracked nipple lain
adalah infeksi Staphylococcus aureus dan Candida albicans, atau
frenulum bayi yang pendek (Niazi, 2018).
Meskipun demikian, bayi dapat belajar untuk mengisap payudara
dengan baik ketika ia melekat dengan tepat saat menyusu (mereka akan
belajar dengan sendirinya).
Jadi, proses mengisap yang bermasalah seringkali disebabkan oleh
pelekatan yang kurang baik. Infeksi jamur yang terjadi di puting
(disebabkan oleh Candida Albicans) dapat pula menyebabkan puting
lecet. Vasospasma yang disebabkan oleh iritasi pada saluran darah di
puting akibat pelekatan yang kurang baik dan/atau infeksi jamur, juga
dapat menyebabkan puting lecet. Rasa sakit yang disebakan oleh
pelekatan yang kurang baik dan proses mengisap yang tidak efektif akan
terasa paling sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan
berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah, rasa
sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat pelekatan
kurang baik/mengisap tidak efektif.
Rasa sakit akibat infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus
selama proses menyusui dan bahkan setelahnya. Banyak ibu
mendeskripsikan rasa sakit seperti teriris sebagai akibat pelekatan yang
kurang baik atau proses mengisap yang kurang efektif. Rasa sakit akibat
infeksi jamur seringkali digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa
sakit pada puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah
merasakannya, maka rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh

7
infeksi Candida, meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan
lanjutan dari penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa
sakit hampir tidak pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena
infeksi jamur. Kondisi dermatologis (kulit) dapat pula menyebabkan
sakit pada puting (Saleha, 2013).

4. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada cracked nipple berhubungan
dengan kesulitan dalam menyusui, sehingga menyebabkan
terjadinya mastitis atau abses payudara (Kim, 2010). Selain itu, retakan
pada puting susu dapat menjadi jalur masuknya mikroorganisme,
termasuk yang berasal dari flora mulut bayi (Shanazi, 2015).
Bayi tidak puas setelah menyusui, ASI tidak keluar secara optimal
sehingga mempengaruhi produksi ASI, bayi sering menangis atau rewel,
bayi menjadi kembung dan menolak untuk menyusu (Juliani,2017).
Risiko lain yang sering muncul adalah ibu menjadi demam dan
pembengkakan pada payudara (Prawirohardjo,2014).

8
5. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa puting lecet dapat ditegakkan secara klinis dari hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik tanpa memerlukan pemeriksaan
penunjang. Namun untuk menyingkirkan diagnose banding maka
pemeriksaan penunjang yang diperlukan, yaitu:
a. Mammografi
b. USG payudara (Varney, 2017)

6. Pelayanan yang dibutuhkan


a. Anamnesis
Pasien mengeluh perasaan seperti teriris pisau atau terbakar.
Pasien juga mengatakan rasa nyeri pada puting terjadi saat awal
menyusui dan akan membaik seiring dengan waktu menyusuinya.
Rasa nyeri dapat terjadi di awal menyusui, dapat pula terjadi secara
terus-menerus saat menyusui, bahkan sampai saat setelah selesai
menyusui. Rasa nyeri pada puting dapat dibagi menjadi 2 penyebab
yang sering. Jika terjadi nyeri karena puting lecet saat Puting susu
yang lecet dengan luka kulit yang kekuningan. Puting susu yang
lecet dan kemerahan disertai kulit yang retak.
Puting susu yang lecet dan kemerahan dengan gumpalan
bercak darah awal menyusui dan membaik seiring dengan waktu
menyusui biasanya disebabkan oleh posisi dan perlekatan bayi yang
kurang tepat saat menyusu, atau bayi tidak menghisap puting dengan
baik. Nyeri yang disebabkan oleh perlekatan ini biasanya dirasakan
seperti diiris dengan pisau. Lalu ada pula nyeri yang dirasakan secara
terus-menerus sebelum, saat, bahkan sampai setelah menyusui. Nyeri
ini biasanya disebabkan oleh infeksi. Infeksi yang paling sering
adalah infeksi jamur Candida albicans. Nyeri karena infeksi ini
biasanya dirasakan seperti rasa terbakar pada daerah puting susu
(Santos,2016).

9
Rasa sakit saat bayi melekat ke payudara dan biasanya akan
berkurang seiring bayi menyusu. Namun jika lecetnya cukup parah,
rasa sakit dapat berlangsung terus selama proses menyusu akibat
pelekatan kurang baik/mengisap tidak efektif. Rasa sakit akibat
infeksi jamur biasanya akan berlangsung terus selama proses
menyusui dan bahkan setelahnya. Rasa sakit akibat infeksi jamur
seringkali digambarkan seperti rasa terbakar. Jika rasa sakit pada
puting terjadi padahal sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka
rasa sakit tersebut mungkin disebabkan oleh infeksi Candida,
meskipun infeksi tersebut dapat pula merupakan lanjutan dari
penyebab lain sakit pada puting, sehingga periode tanpa sakit hampir
tidak pernah terjadi. Retak pada puting dapat terjadi karena infeksi
jamur (Dewi, Hema dkk,2017).
b. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi dilakukan pada ibu untuk melihat tanda-
tanda infeksi pada payudara, ditemukan adanya lecet dan kemerahan
pada daerah puting susu. Ditemukan lesi kulit/ fissura tunggal atau
beberapa dengan kedalaman yang berbeda pada salah satu atau kedua
puting. Fissura dapat dangkal ataupun dalam sampai lapisan
subkutan. Jika rusak, kapiler jaringan subkutan yang retak dapat
berdarah. Adanya infeksi menyebabkan peradangan puting yang
ditandai dengan: infiltrasi jaringan, hiperemia , pembentukan erosi
dan ulserasi, discharge purulen . infeksi pada fissura (terutama jamur)
dapat menyebabkan mastitis (Dewi, Hema dkk,2017).
c. Palpasi
Pada palpasi dapat ditemukan adanya nyeri tekan. Pada saat
akan dilakukan palpasi ibu harus tidur, tangan yang dekat dengan
payudara yang akan diraba diangkat kebawah kepala dan payudara
ibu diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan
jari-jari yang harus kebagian lateral. Palpasi ini harus meliputi
seluruh payudara, bila dilakukan secara sirkuler dan parasternal

10
kearah garis aksilla belakang, dan dari subklavikuler kearah paling
distal. Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi
aksilla dan supraklavikular.
Untuk pemeriksaan aksilla ibu harus duduk, tangan aksilla
yang akan diperiksa dipegang oleh pemeriksa, dan dokter pemeriksa
mengadakan palpasi aksilla dengan tangan yang kontralateral dari
tangan sipenderita. Misalnya aksilla kiri ibu yang akan diperiksa,
tangan kiri dokter mengadakan palpasi (Rukiyah, Yulianti, 2012: 23).

11
Pemeriksaan payudara bias juga dilakukan dengan teknik
SADARI (Dewi, Hema dkk,2017).
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu:
a. Melihat payudara
1) Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
2) Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di
depan cermin yang besar
3) Lakukan dengan kedua tangan disamping tubuh
4) Perhatikan payudara :
a) Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?
b) Apakah payudara membesar atau mengeras?
c) Apakah arah puting tidak lurus ke depan atau berubah arah?
d) Apakah puting tertarik ke dalam?
e) Apakah puting atau kulit ada yang lecet?
f) Apakah ada perubahan warna kulit?
g) Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit
jeruk)
h) Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau
cekungan?
5) Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus
keatas.
6) Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua
tangan di pinggang, dada di busungkan, dan siku tertarik ke
belakang.
b. Memijat payudara
1) Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi
hingga ke puting
2) Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari puting
susu (seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita
yang sedang menyusui).

12
c. Meraba payudara
1) Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring
2) Lakukan perabaan payudara satu persatu
3) Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau
handuk yang dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan
direntangkan disamping kepala atau diletakkan dibawah kepala.
4) Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan
kiri yang saling dirapatkan
5) Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara
hingga keputing susu
6) Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari
tepi payudara hingga keputing susu
7) Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa
8) Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi
9) Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan:
tekanana ringan untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit,
tekanan sedang untuk memeriksa adanya benjolan ditengah
jaringan payudara, dan tekanan kuat untuk meraba benjolan di
dasar payudara yang melekat pada tulang iga.
10) Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau
minyak sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitive.
Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi
berdiri. Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan
menggunakan sabun).

13
7. Penatalaksanaan
Menurut Walyani, 2015 cara menengani puting susu lecet adalah
dengan cara:
a. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui salah, candidates
atau dermatitis).
b. Obati penyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi
menyusui.
c. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi.
d. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu
sakit.
e. Olesi puting susu degan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain, seperti cream, salep, dan lain-lain.
f. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1×24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2×24 jam.
g. Selama puting susu diistrahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
h. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan dengan sabun.
i. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
menyembuh.
j. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit degan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI.
k. Berikan ASI perah degan sendok atau gelas jangan menggunakan
dot.
l. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan
waktu yang singkat.

14
m. Bila lecet tidak sembuh selama 1 minggu maka rujuk ke pelayanan
kesehatan terdekat.

Menurut (Dewi, Hema dkk,2017) tata laksana dari putting lecet


yaitu
a. Penanganan – sebelum menyusui
1) Sebelum menyusui bayi kompres payudara dengan kompres
dingin,dengan mengkompres bagian yang terluka dapat
mengurangi rasa sakit terutama saat perlekatan awal.
2) Periksa apakah bayi menderita infeksi jamur atau tidak, jika ada
dapat diberikan antijamur seperti nistatin
b. Penanganan – saat menyusui
1) Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal
yang lecetnya lebih sedikit dan untuk menghindari payudara
yang bengkak ASI dapat dipompa dan disusukan pada bayi
lewat sendok atau pipet.
2) Harus yakin bahwa teknik menyusui benar
3) Posisi perlekatan yang paling baik adalah pada bagian tengah
payudara dengan bagian areola bawah lebih banyak masuk ke
mulut bayi
Tanda menyusui yang benar
a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menempel pada perut ibu
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah
lebih banyak yang masuk
f) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g) Puting susu tidak terasa nyeri
h) Telinga dan lengan bayi terletak pada 1 garis lurus

15
i) Kepala bayi agak menengadah

4) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) sehingga


payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar
juga tidak menyusu terlalu rakus,kurangi durasi menyusui pada
payudara yang lecet
5) Gunakan posisi yang berbeda, dengan mencoba beberapa posisi
menyusui ibu dapat mendapatkan posisi yang sesuai dan
nyaman untuk bayi dan ibu.

16
c. Penanganan – setelah menyusui
1) Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan,
tapi dianginanginkan sebentar agar melembutkan puting
sekaligus sebagai anti infeksi dan pada puting susu dapat
diberikan lanolin atau minyak kelapa.
2) Bilasan Air Garam Tipe spesial dari air garam ini dinamakan
Normal Saline. Larutan ini mempunyai konsentrasi garam yang
sama dengan air mata. Jadi, tidak menyakitkan untuk digunakan.
a) Setelah menyusui, rendam puting susu dalam larutan garam
yang hangat beberapa menit sampai rata mengenai seluruh
area puting.
b) Hindari perendaman yang terlalu lama (lebih dari 5-10
menit) karena dapat menyebabkan super-hidrasi pada kulit
yang menyebabkan lecet semakin parah dan memperlambat
penyembuhan.
c) Keringkan dengan hati-hati menggunakan handuk yang
lembut.
d) Jika bayi terganggu dengan rasa asin dari sisa larutan
garam, bilas terlebih dahulu dengan air putih dan keringkan
kembali sebelum menyusui.
3) Setelah Membilas Dengan Air Garam
a) Untuk menjaga kelembaban kulit dalam tanpa
menyebabkan kulit luar puting basah, gunakan salep lanolin
(Lansinoh, Purelan, dsb), vaseline atau hydrogel (Comfort
Gel, Soothies, dsb).
b) Jika terdapat infeksi jamur, gunakan salep anti jamur.
c) Jika diperlukan, gunakan salep antibiotik atau All Purpose
Nipple Ointment (berisi antibiotik, anti-inflamasi, dan anti –
jamur) setelah menyusui.

17
d. Penanganan – Diantara Waktu Menyusui
1) Biarkan puting susu terkena udara selama memungkinkan.
Gunakan “Nipple Shells” jika perlu untuk melindungi puting
dari kelembaban dan gesekan.
2) Jika ada luka (bekas gigitan, dsb) kompres dengan es yang
dibungkus dengan kain, selama 20 menit on, 20 menit off, dan
ulangi seperlunya.
3) Dapat digunakan obat analgetik yang aman bagi ibu menyusui
untuk mengurangi nyeri.
Cara memerah ASI dr. Marmet (Roesli, 2012).:
1) Pijat payudara
2) Perah payudara selama 5-7 menit
3) Pijat payudara
4) Perah payudara selama 3-5 menit
5) Pijat payudara
6) Perah payudara selama 2-3 menit

Cara memijat payudara (Roesli, 2012)

18
1) Mulai dari pangkal payudara, tekan payudara menggunakan 2
jari (gambar 1,3) atau 3 jari (gambar 2,4) ke permukaan dada.
Buat gerakan melingkar pada satu daerah payudara. Pijat selama
beberapa detik kemudian pindahkan jari ke daerah lain. Arah
pijatan spiral (gambar 1,2), mengelilingi payudara atau radial
(gambar 3,4) menuju ke puting susu.
2) Kepalkan tangan, kemudian tekan ruas ibu jari kedinding dada
(gambar 5). Pindahkan tekanan berturut dimulai dari telunjuk,
jari tengah, jari manis dan kelingking kearahputing (gambar 6).
Ulangi gerakan tersebut pada daerah lain dengan cara yang
sama. Untuk bagian bawah payudara tekanan dimulai dari
tekanan ruas jari kelingking sampai ke ibu jari.
Cara memerah ASI dengan teknik marmet (Nurdiansyah, 2011).

1) Sebelum memerah payudara, lakukan pemijatan payudara


menggunakan tangan dengan gerakan memutar dari arah dada
menuju aerola.
2) Memijat daerah aerola dengan jari telunjuk dan ibu jari untuk
menonjolkan puting.
3) Perah payudara dengan menggunakan telapak tangan dengan
posisi ibu ajari berada diatas payudara.
4) Arahkan gerakan mulai dari pangkal payudara menuju aerola
sampai ASI keluar.

19
Pijat Oketani merupakan perawatan payudara yang unik yang
pertama kali dipopulerkan oleh Sotomi Oketani dari Jepang dan sudah
dilaksanakan dibeberapa Negara antara lain Korea, Jepang dan
Bangladesh. Sotomi menjelaskan bahwa menyusui dapat
meningkatkan kedekatan (bonding) antara ibu dengan bayi sekaligus
mendukung pertumbuhan fisik dan mental anak secara alami. Pijat
Oketani dapat membantu ibu menyusui dalam mengatasi kesulitan
saat menyusui bayi mereka. Pijat oketani dapat memberikan rasa
nyaman dan menghilangkan rasa nyeri pada ibu postpartum. Tubuh
ibu postpartum menjadi lebih relaks. Hal ini berbeda dengan pijat
payudara yang konvensional.
Pijat oketani akan membuat payudara menjadi lebih lembut,
areola dan puting menjadi lebih elastis sehingga memudahkan bayi
untuk menyusu. Aliran susu menjadi lebih lancar karena ada
penekanan pada alveoli (Kabir & Tasnim, 2009). Machmudah dan
Khayatil , 2013 menjelaskan bahwa kombinasi pijat oketani dan
oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI yang dilihat pada
parameter frekuensi bayi menyusu, frekuensi BAB dan BAK. Pada
tahun 2014, Machmudah, Khayati dan Isworo juga menjelaskan
bahwa pijat Oketani dapat meningkatkan komposisi protein dan
karbohidrat dalam ASI.

Anatomi Payudara
Dalam tehnik pijat Oketani, payudara dibagi menjadi menjadi
dua, yaitu sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan. Pertama garis tegak
lurus ditarik dari putting kea rah garus payudara. Menggunakan ini
sebagai garis dasar dengan luas area 105o diukur pada kedua sisi dan
diberi nama B dan C. A singkatan dari sisanya 150 o di bagian atas
kedua payudara, B berdiri untuk bagian dalam sisi kanan payudara
dan sisi luar kiri payudara, sementara C berdiri di sisi luar kanan
payudara dan sisi dalam payudara kiri. Baik B dan C adalah 105 o di

20
setiap sisinya. Kemudian masing- masing bagian A, B dan C terbagi
menjadi tiga bagian lagi. Di kedua payudara kiri dan kanan. Bagian A
dibagi menjadi tiga bagian yang sama 1, 2, dan 3 searah jarum jam,
sedangkan bagian B dan C adalah dibagi rata dari atas ke bawah (1),
(2) dan (3). Yaitu, B- (3) dan C- (3) saling berdekatan satu sama lain
dan tentukan batas B dan C di tengahnya. B (3) dan C- (3) berada
pada poros payudara yang mendukung saat berdiri.

Gambar : Anatomi Payudara berdasarkan Pijat Oketani


sumber : Kabir, 2009
Dasar Pelaksanaan Pijat Oketani Payudara terdiri dari kelenjar
susu yang ada dikelilingi kulit, jaringan ikat dan adiposa tisu. Di
posterior, kelenjar susu bersifat longgar terhubung ke fasia dalam dari
pectoralis mayor.Payudara bisa bergerak melawan pektoralis mayor
otot dan toraks. Lokasi payudara itu diikat oleh jaringan ikat ke kulit
dan dada otot.
Jaringan pengikat ini mendukung elastisitas dan secara spontan
berkembang dan berkontraksi mengakomodasi fungsi fisiologis
payudara.
Fasia bertindak sebagai dasar payudara. Jika dasar kehilangan
elastisitasnya karena sebab apapun, akan nampak patahan fasia
pektoralis utama. Jika ASI tidak diekskresikan dalam kondisi seperti

21
tekanan di payudara naik, sirkulasi darah vena akan terganggu dan
pembuluh darah mamaria menjadi padat. Pada saat yang sama areola
dan puting susu menjadi indurated (mengeras). Teknik manual
Oketani membubarkan gangguan tersebut dengan pemisahan
pemisahan adhesi antara payudara secara manual dasar dan pektoral
fasia utama membantu mengembalikan fungsi payudara secara
normal. Tehnik ini disebut pembukaan kedalaman.mammae.
Mekanisme dasar payudara adalah push up dan pull ups. Idenya
adalah memobilisasi payudara dari basisnya meningkatkan
vaskularitasnya dan dengan demikian meningkatkan aliran susu.

Karakteristik Pijat Oketani :


1) Pijat Oketani tidak menimbulkan rasa tidak nyaman atau rasa
nyeri
2) Pasien dapat segera merasakan pulih dan lega (comfort and
relief).
3) Dapat meningkatkan proses laktasi tanpa melihat ukuran atau
bentuk payudara dan putting pasien.
4) Meningkatkan kualitas ASI.
5) Dapat memperbaiki kelainan bentuk putting susu seperti inversi
atau putting rata.
6) Dapat mencegah luka pada putting dan mastitis.
(Kabir & Tasnim, 2009 ; Machmudah et al, 2015)

Langkah-langkah Pijat Oketani (Kabir & Tasnim, 2009; Jeongsug, et


al, 2012)
1) Langkah I :
Mendorong area C dan menariknya keatas (arah A1) dan B2
dengan menggunakan ketiga jari tangan kanan dan jari kelingking
tangan kiri ke arah bahu.

22
Gambar :

2) Langkah II :
Mendorong ke arah C 1-2 dan menariknya keatas dari
bagian tengah A (1-2) dengan menggunakan jari kedua tangan ke
arah ketiak kiri.
Gambar :

3) Langkah III :
Mendorong C (2) dan menariknya ke atas A (3) dan B (1)
dengan menggunakan jari dan ibu jari tangan kanan dan jari
ketiga tangan kiri menempatkan ibu jari diatas sendi kedua dari

23
jempol kanan. Kemudian mendorong dan menarik sejajar dengan
payudara yang berlawanan.
Mendorong dan menarik nomor ( 1 ) , ( 2 ) dan ( 3 )
digunakan untuk memisahkan bagian keras dari payudara dari
fasia dari pectoralis utama.
Gambar :

4) Langkah IV :
Menekan seluruh payudara menuju umbilikus menempatkan
ibu jari kanan pada C (1 ) , tengah , ketiga , dan jari kelingking di
sisi B dan ibu jari kiri pada C ( 1 ) , tengah , ketiga , dan
kelingking di sisi A.
Gambar :

5) Langkah V :

24
Menarik payudara menuju arah praktisi dengan tangan
kanan sementara dengan lembut memutar itu dari pinggiran atas
untuk memegang margin yang lebih rendah payudara seperti
langkah 4.

6) Langkah VI :
Menarik payudara ke arah praktisi dengan tangan kiri
sambal memutarnya dengan lembut dari pinggiran atas ke
pegangan margin bawah payudara seperti tehnik no 5. Ini adalah
prosedur yang berlawanan dengan langkah no 5.

7) Langkah VII :

25
Merobohkan payudara menuju arah praktisi dengan tangan
kiri sementara lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk
memegang margin yang lebih rendah payudara seperti manipulasi
5. Ini adalah prosedur berlawanan dengan operasi ( 5 ) . Prosedur
manual ( 5 ) dan ( 6 ) adalah teknik untuk mengisolasi bagian
dasar keras dari C- payudara ( 2 ) ke C ( 1 ) dari fascia pectoralis
utama .

Pijat Oketani merupakan manajemen ketrampilan untuk


mengatasi masalah laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup,
pembengkakan payudara. Pijat Oketani akan menyebabkan payudara
menjadi lunak, lentur dan areola menjadi lebih elastis, ductus
laktiferus dan putting susu juga menjadi lebih elastis. Seluruh
payudara menjadi lebih lentur dan menghasilkan ASI berkualitas baik
karena kandungan total solids, konsentrasi lemak dan gross energy
meningkat. Ohno, et al (2001) menjelaskan bahwa peningkatan kadar
protein disebabkan oleh peningkatan aktivitas enzim protease yang
distimulus oleh pemijatan pada jaringan dan kelenjar mammae.
Peningkatan aktivitas enzim protease dapat meningkatkan
sintesa protein. Pijat oketani juga dapat menyebabkan kelenjar
mammae menjadi mature dan lebih luas, sehingga kelenjar - kelenjar
air susu semakin banyak dan ASI yang diproduksi juga menjadi labih
banyak. Ohno et al (2001) juga menjelaskan bahwa pijat oketani akan
menyebabkan aktivitas lipoxygenase menurun. Lipoxygenase adalah

26
adalah enzim - enzim yang mengkatalisis penambahan oksigen ke
lemak tak jenuh dan dapat mempengaruhi pengembangan dan
perkembangan kanker pada manusia. (Machmudah, 2014).
Foda et al (2004) juga menjelaskan bahwa pijat oketani dapat
meningkatkan produksi hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin
bertanggung jawab terhadap produksi ASI di alveoli, sedangkan
hormon oksitosin dapat menstimulus kelenjar mammae untuk
mensekresikan ASI. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pijat oketani selain dapat meningkatkan jumlah produksi ASI juga
dapat meningkatkan kualitas ASI, yaitu kadar protein dan karbohidrat
ASI. Yuliati, dkk (2017) menjelaskan bahwa pijat oketani akan
menyebabkan kelenjar mamae menjadi lebih matur dan lebar sehingga
produksi ASI dapat meningkat.

a. Keluarkan ASI dari bagian depan payudara sehingga putting menjadi


lunak.
b. Susukan bayi 2-3 jam sekali sesuai keinginan bayi (on demand
feeding) dan pastikan bahwa perlekatan bayi dan payudara ibu sudah
benar.
c. Pada masa-masa awal atau bila bayi yang menyusui tidak mampu
mengosongkan payudara, mungkin diperlukan pompa atau
pengeluaran ASI secara manual dari payudara. Pompa harus dijaga
kebersihannya guna mencegah infeksi pada payudara ibu.

Tips Memompa ASI


Faktanya, memompa ASI yang baik dan benar bisa dipelajari dan
dilatih supaya ASI bisa keluar dengan optimal. Ada dua cara
memompa ASI, yaitu menggunakan tangan atau menggunakan alat
bantu pompa. Pompa ASI ada dua jenis, yaitu pompa manual dan
elektrik. Nah, berikut ini cara memompa ASI dengan menggunakan
pijatan tangan:

27
1) Sebelum mulai memerah, cuci tangan terlebih dahulu dengan
menggunakan sabun hingga bersih;
2) Letakkan tangan di payudara, dengan posisi jempol di bagian atas
payudara dan 4 jari lainnya berada di bagian bawah payudara
membentuk huruf C;
3) Pijat payudara dengan lembut, dengan arah usapan ke puting.
Lakukan terus berulang-ulang sampai ASI keluar;
4) Jika ASI sudah tidak keluar, gerakkan jari-jari ibu memutar di
sekitar payudara untuk mencoba di bagian payudara yang
berbeda.

Sementara untuk memompa ASI dengan alat pompa adalah:


1) Sebelum mulai memompa, cuci tangan terlebih dahulu dengan
menggunakan sabun hingga bersih,
2) Kompres payudara dengan handuk hangat sambil dipijat secara
melingkar dari bagian luar payudara ke bagian dalam, tapi jangan
sampai kena puting,
3) Pasang bagian corong pada payudara, lalu tekan pegangannya jika
ibu menggunakan alat pompa manual. Sementara jika
menggunakan alat pompa elektrik, ibu tinggal menghidupkan
mesinnya saja. Pastikan untuk memilih alat pompa yang memiliki
tekanan yang nyaman,
4) Berhenti memompa payudara jika sudah terasa kosong. Hindari
memeras payudara lebih dari 20 menit,
5) Saat payudara terasa sakit di bagian puting, sebaiknya hentikan
memompa ASI.

Kapan Ibu Harus Memompa ASI?


Ibu menyusui disarankan untuk menyusui sebanyak mungkin. Sebab
Iii adalah cara terbaik untuk memberi makan bayi. Nah, waktu yang
disarankan untuk memompa ASI, yaitu:

28
1) Pagi hari, karena kebanyakan ibu akan memiliki pasokan ASI
paling banyak di pagi hari;
2) Pompa di antara waktu menyusui, seperti 30-60 menit setelah
menyusui atau setidaknya satu jam sebelum menyusui. Dengan
begini, pasokan ASI bayi akan kembali tersedia untuk waktu
menyusui selanjutnya.
3) Jika ibu hanya memompa ASI dan tidak menyusui secara
langsung, waktu yang tepat untuk memompa yaitu:
a) Rencanakan untuk memompa 8-10 kali dalam periode 24
jam. Produksi susu penuh biasanya 25-35 ons. (750-1.035
mL) per 24 jam,
b) Setelah ibu mencapai produksi susu secara penuh,
pertahankan jadwal ini.
d. Letakkan kain dingin/kompres dingin dengan es pada payudara setelah
menyusui atau setelah payudara dipompa.
e. Bila perlu, berikan parasetamol 3 X 500 mg per oral untuk
mengurangi nyeri.
f. Lakukan evaluasi setelah 3 hari (Kemenkes RI, 2013: 227-228)
g. Jika kondisi ibu tidak memungkinkan untuk menyusui seperti ibu
dengan HIV/AIDS, dan kelahiran IUFD, maka dilakukan pembebatan
pada payudara menggunakan verban elastis.
h. Kolaborasi dengan SpOG dalam pemberian terapi hormonal,
antiinflamasi dan analgetik.

29
B. KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN 7 LANGKAH
VARNEY
I. PENGKAJIAN
Pada langkah pengkajian, dilakukan dengan mengumpulkan semua
informasi yang lengkap dan akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkaji :
Tempat :
Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur : <16 Tahun dan >35 tahun
Usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun
mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi
persalinan (Varney, 2017).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerja Seks komersial lebih rentan terkena HIV
(Daili, 2009).
Alamat :

30
No. Register :

2. Alasan datang periksa/keluhan utama


a. Alasan datang periksa
Klien ingin memeriksakan keadaanya

b. Keluhan utama
Klien akan mengeluhkan payudara seperti teriris pisau atau
terbakar. Pasien juga mengatakan rasa nyeri pada puting dan kulit
mengelupas bahkan mengeluarkan darah yang terjadi saat awal
menyusui dan akan membaik seiring dengan waktu menyusuinya.
Rasa nyeri dapat terjadi di awal menyusui, dapat pula terjadi secara
terus-menerus saat menyusui, bahkan sampai saat setelah selesai
menyusui.

3. Riwayat kesehatan klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi riwayat perjalanan penyakit mulai dari klien pertama
kali merasakan keluhan sampai dengan sebelum bertemu pengkaji
saat ini.
1) Kapan payudara mulai terasa nyeri, panas dan teriris ?
2) Apakah ada pengeluarab berupa darah? Jika ada kapan? (JPNK-
KR, 2010).
Jika Klien bukan merpakan pasien baru MRS, maka segala
sesuatu penatalaksanaan ataupun tindakan yang telah didapatkan
oleh klien di RS juga dimasukkan ke dalam riwayat kesehatan
sekarang, yang kemudian di validasi pada data rekam medis.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

31
Riwayat penyakit klien yang dapat memperberat/diperberat
oleh masa nifas: DM, Jantung, Hipertensi, Anemia, leukimia,
isoimunisasi, TBC, Asma, Bronchial, Haemorroid, Hepatitis,
Ginjal, Epilepsi, Psikosis, Penyakit Autoimun, IMS, HIV/AIDS,
dan ISK
TBC : Ibu nifas dengan riwayat TBC aktif kemungkinan
bisa menyebabkan kuman saat nifas dan bisa
menular pada bayi (Prawirohardjo, 2011).
Hepatitis : Hepatitis yang terjadi selama nifas dapat
menyebabkan menular pada bayi(WHO, 2015).
HIV/AIDS : Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam
populasi yang tidak diobati maka memiliki risio
absolut standar penularan ibu kepada anak
( mother to child transmission, MTCT), terutama
jika menyusui (Varney, 2010).
Hipertensi : Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas klien
(Himeno, 2010).
Asma : Peningkatan insidensi pre-eklampsia dan
mortalitas perinatal pernah dilaporkan berkaitan
dengan asma (Levono, 2009).
DM : Pada ibu DM dapat memperberat masa nifas.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit keluarga yang bersifat herediter (Hipertensi,
diabetes Melitus, Asma) dan menular (TBC, Hepatitis, HIV/AIDS).
Hipertensi : Genotype klien lebih menentukan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotype janin. Telah terbukti bahwa klien yang
mengalami pre-eklampsia, 26% anak perempuannya akan
mengalam pre-eklampsia pula (Angsar, 2009).

32
Diabetes : Kemungkinan diabetes melitus dalam kehamilan (diabetes
gestational) lebih besra jika ada anggota
keluarga sakit diabetes/herediter (Mochtar, 2011).
Hal tersebut dikhawatirkan akan menurun ke ibu dan berpengaruh
pada masa nifas dan bayinya.

5. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali disebut
menarche, pada umur 12-13 tahun (Manuaba, 2012).
Haid pertama kali yang dialami seorang perempuan disebut
menarche, yang pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun
(Prawirohardjo, 2014).
b. Siklus haid
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya, tidak kurang dari 24 tapi tidak melebihi
35 hari. Pada usia 25 tahun > 40% perempuan mempunyai panjang
siklus berkisar 25-28 hari, usia 25-35 tahun > 60% siklusnya 28 hari.
Kurang dari 1% perempuan mempunyai siklus haid teratur dengan
panjang siklus < 21 hari atau > 35 hari. Hanya sekitar 20% perempuan
mempunyai siklus haid yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2014).
c. Volume darah haid
Volume darah normal adalah tidak melebihi 80 ml dan ganti
pembalut 2-6 kali per hari (Prawirohardjo, 2014).
d. Lama haid
Lama haid 3-7 hari (Prawirohardjo, 2014).
e. Ciri/sifat darah haid
Ciri darah haid normal adalah tanpa bekuan darah.Bila
perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan
banyak merupakan keadaan abnormal pada menstruasi (Manuaba,
2012).

33
6. Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N Abn
o Sua An Pen Pnl Pen J BB/P orm Lak Pe
UK Jns Tmpt H M
mi k y g y K B alita tasi ny
s

a. Dekker (2008) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan


salah satu faktor risiko hipertensi akibat kehamilan terjadi
pada multigravida yang memiliki pasangan baru
b. Klien multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan
jika dibandingkan dengan suami yang sebelumnya
(Angsar, 2009).
c. Hallak (2009) dalam Fraser & Cooper (2009) menyatakan
hipertensi akibat kehamilan terjadi dua kali lebih sering
pada kehamilan pertama (primigravida) dibandingkan
pada multipara.
d. Menurut Sulistiowati (2010), terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat persalinan buruk sebelumnya
dengan perdarahan pada persalinan.
e. Grande multipara, jarak persalinan yang pendek atau
kurang dari dua tahun merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan postpartum (Manuaba, 2010).
f. Ibu yang secara genetik selalu melahirkan bayi besar
(makrosomia) dapat menyebabkan disfungsional
persalinan kemungkinan rupture uteri dan peningkatan
insiden perdarahan postpartum (Mary, 2011).

7. Riwayat Kehamilan Sekarang

34
Menurut Varney, 2010 riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk
mendeteksi komplikasi beberapa ketidaknyamanan dan setiap
keluhan seputar kehamilan yang dialami klien sejak haid terakhirnya
(HPHT)
a. Keluhan tiap trimester
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
c. Pemeriksaan kehamilan, masalah pada kehamilan, dan obat-obatan
yang dikonsumsi selama hamil (Winkjosastro, 2010).
d. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan. Riwayat merokok,
minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan tradisional,
ketergantungan obat-obatan tertentu dan kebiasaan memelihara
hewan.
Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningktakan risiko
aborsi spontan dan plasenta abnormal, termasuk abrupsio dan
plasenta previa (Varney, 2010).
Konsumsi alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan
resiko aborsi spontan pada trimester kedua dan defisiensi nutrisi
(Varney, 2010).
Selama kehamilan, penggunaan kokain dikaitkan dengan aborsi
spontan, persalinan dan kelahiran premature, abrupsi plasenta,
persalinan dan pelahiran cepat, intoleransi janin terhadap persalinan,
berat badan lahir rendah dan kematian janin (Varney, 2010).
Kafein yang terkandung dalam kopi akan mengakibatkan resiko
tinggi aborsi trimester pertama (Varney, 2010).
Wanita hamil yang memiliki hewan peliharaan kucing rentan
terkena toxoplasmosis melalui kotoran kucing yang olehnya. Apabila
wanita terinfeksi pada masa hamil, toxoplasmosis dapat
menyebabkan malformasi kongenital berat karena protozoa ini dapat
menembus mellui plasenta ke janin. Efek yang paling parah adalah

35
anomaly otak, musal anensefali, hidrosefalus, mikrosefali dan
pengapuran intracranial (Varney, 2010).

8. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir
dengan kehamilan

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi ibu, berapa kali ibu makan dalam
sehari serta untuk mengetahui porsi dan apakah menunya sudah seimbang
dan sesuai dengan kalori ibu nifas yaitu ditambah 500 kalori setiap
harinya. (Varney, 2010).
Eliminasi Volume urine berkurang (Diuresis)
Terjadi berhubungan dengan pengurangan volume darah, hal ini
berlangsung sampai 2-3 hari post partum (Varney, 2010).
Konstipasi
Setelah plasenta lahir estrogen menurun sehingga tonus otot seluruhnya
berangsur pulih kembali, tapi konstipasi mungkin tetapi terjadi dan
mengganggu hari-hari pertama post partum (Varney, 2010).
Istirahat Ibu akan sering beristirahat
Kontraksi uterus ketika ibu akan bersalin membuat ibu tidak dapat
beristirahat dengan cukup hal ini menyebabkan ibu lelah. Oleh karena itu,
ketika ibu memasuki masa nifas ibu akan sering beristirahat (Ambarwati,
2009).
Aktivitas Sering memperhatikan dan merawat bayinya
Ibu menganggap bayi yang dilahirkannya adalah suatu hal yang baru.
Sehingga ibu akan sering dan lebih terfokus kepada bayinya (Ambarwati,
2009).
Personal Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

36
Hygiene karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Kebiasaan yang Merokok :. Rokok adalah stimulan yang tidak hanya menyebabkan
dapat ketegangan dalam system saraf, tetapi juga mendistorsi produksi hormone
mempengaruhi yang menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan.
kesehatan
Seksualitas Dilakukan setelah 40 hari masa nifas
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk
melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40
hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan (Sulistyawati, 2009).
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Dewi dkk, 2011).

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologis
Riwayat pernikahan : Pernikahan ke berapa, lama menikah,
status pernikahan sah/tidak
Kehamilan direncanakan/tidak
Psikologis klien menghadapi masa nifas
b. Sosial
Penerimaan keluarga terhadap masa nifas dan bayi yang baru
dilahirkan ibu.
c. Kultural

37
Adakah adat istiadat yang masih dilakukan oleh ibu dan
keluarga di masa nifas.
d. Spiritual
Adakah ritual keagamaan yang dilakukan oleh ibu dan keluarga
di masa nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah
(Damayanti, 2011).

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran :
Compos Mentis adalah keadaan sadar sepenuhnya dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
2) Ekspresi Wajah : Meringis
3) Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90 mmHg (Salmah,
2009) Peningkatan sistolik 10-20 mmhg dan distolik
rata-rata 10 mmHg masih dianggap normal (Varney,
2010).
Nadi : 60-80 x/mnt atau tidak lebih dari
100x/mnt.Denyut nadi normal orang dewasa adalah
60-80 x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut
nadi akan lebih cepat. Denyut nadi di atas
100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, (Ambarwati
dkk, 2009).
Suhu Tubuh : Suhu badan akan naik sekitar (37,5-380C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan dan kelelahan.
(Ambarwati dkk, 2009).

38
Pernapasan : 20-30 x/menit. Pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit
(Ambarwati dkk, 2009).
4) Antropometri :
Tinggi Badan : Tinggi badan merupakan salah satu ukuran
pertumbuhan seseorang. Tinggi badan dapat diukur
dengan stasiometer atau tongkat pengukur (Tambunan
dkk, 2011).
BB saat ini : Massa tubuh di ukur dengan pengukuran massa atau
timbangan. Indeks massa tubuh digunakan untuk
menghitung hubungan antara tinggi dan berat badan,
serta menilai tingkat kegemukan (Tambunan dkk,
2011).

2. Riwayat Persalinan sekarang :


Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati, dkk.
2009).
a. Jenis persalinan :
b. Kala I :
c. Kala II :
d. Kala III :
e. Kala IV :
Data Bayi :
a. Lahir tanggal :……, jam :…………..
b. Jenis kelamin: Laki-laki/Perempuan
c. Antropometri: BB :………… gr. PB :……….....cm
LK :………… cm LD :………… cm

39
LP :…………. cm LILA :
……….....cm
d. Kecacatan : Ada/tidak
e. IMD : ( ) Ya ( ) Tidak
f. Eliminasi
g. BAK : f : …x/hari, warna : …., konsistensi :………
h. BAB : f : ...x/hari,warna:…….,konsistensi :………
i. Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya :……………...

3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak
mengalami kerontokan dan kulit kepala tidak
berketombe (Priharjo, 2009).
Wajah : Tidak pucat karena jika mengalami pucat
merupakan gejala anemia, tidak oedema, ada/tidak
ada kloasma gravidarum (Tambunan, dkk, 2011).
Mata : Bentuk mata simetris, konjungtiva berwarna merah
muda, sklera berwarna putih atau tidak berwarna
kuning (ikterus), konjungtiva berwarna putih dan
tidak ada kelainan pada mata.
Hidung : Bentuk hidung simetris, hidung dalam keadaan
bersih, tidak terdapat sekret dan polip dalam rongga
hidung. Tidak ada pernafasan cuping hidung ataupun
peradangan (Tambunan, dkk, 2011).
Mulut : Bentuk mulut simetris, keadaan bibir tidak kering,
tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat karies pada
gigi dan gigi palsu. Mukosa mulut lembab
(Tambunan dkk, 2011 & Uliyah dkk, 2008).
Telinga : Ukuran telinga dalam keadaan simetris, posisi
telinga dalam keadaan simetris dan bentuk telinga

40
dalam keadaan simetris dan tidak terdapat cairan
yang keluar dari telinga (Tambunan dkk, 2011 &
Uliyah dkk, 2008).
Leher : Ada/tidak ada hyperpigmentasi, tdak ada
pembesaran tonsil, faring, laring, vena jugularis,
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (Priharjo,
2009 & Tambunan dkk, 2011).
Dada : Dada simetris dan tidak ada retraksi dinding dada
(Tambunan, 2011).
Payudara : Tampak simetris dan bersih. Puting susu menonjol,
payudara membesar dan mengalami hiperpigmentasi
pada areola, lebih besar, tidak tampak benjolan
(Farrer, 2009). Adanya lecet pada puting susu,
ditemukan puting berwarna kemerahan dan pecah-
pecah. Keluar darah dari puting yang lecet
(Ambarwati dan Wulandari, 2014). Keadaan
payudara tidak ada pembengkakan (Widhiyanti,
2013). Menurut Sulistyawati (2012), pada puting
susu lecet biasanya kulit akan merah, berkilat,
kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan kulit
kering bersisik (flaky).
Abdomen : Ada pembesaran, linea alba/nigra, ada/tidak ada
striae, tidak ada bekas operasi sc (Farrer, 2009).
Genetalia : Tidak ada oedema, varises serta haemoroid, dan
Tampak lochea rubra (1–3 hari), Lochea
sanguinolenta (3–7 hari), Lochea serosa (7–14 hari)
dan Lochea alba (>14 hari).
Anus : Tidak ada haemorroid
Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedema dan tidak tampak
varices (Ambarwati dkk, 2009)

41
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi dan tidak
terdapa nyeri tekan pada kepala (Priharjo, 2009).
Mata : Tidak teraba oedema
Hidung : Tidak teraba polip
Leher : Tidak terdapat pembesaran yang tidak nomal
pada kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis (Priharjo, 2009).
Payudara : Tidak teraba benjolan/massa, konsistensi
teraba padat berisi (Ambarwati dkk, 2009).
Abdomen : Diastasis rektus abdominalis : 12 x 2 cm
(Varney, 2010)

Tinggi Fundus : (Varney, 2010)


Hari Ke Tinggi Fundus
Segera saat pasca partum 3 jari bawah pusat
Hari kelahiran dan hari pertama Sepusat
Hari ke-2 1 jari dibawah pusat
Hari ke-3 2 jari dibawah pusat
Hari ke-4 3 jari dibawah pusat
Hari ke-5 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-6 Pertengahan pusat sympisis
Hari ke-7 3 jari diatas sympisis
Hari ke-8 2 jari diatas sympisis
Hari ke-9 1 jari diatas sympisis
Hari ke-10 Sudah masuk ke panggul

Genetalia : Tidak teraba oedema, tidak teraba pembesaran pada


kelenjar bartholini. Pada proses persalinan jika terjadi
oedema pada perineum maka perlu dihindarkan
persalinan pervaginam karena dapat dipastikan akan
terjadi laserasi perineum (Manuaba, 2012).

c. Auskultasi

42
Dada : bronchial, suara terndengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut, terdengar diatas trakea atau
daerah lekuk suprasternal. Bronkovesikular, suara
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi
sama panjang dengan ekspirasi, terdengar di daerah
dada dimana bronkus tertutup oleh dinding
dada.Vesicular, terdengar lembut dan halus inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi (Somantri, 2011).
Abdomen : Bising usus 5-35 x/menit (Varney, 2010).

d. Perkusi
Dada : Umumnya bersuara resonan dan dullness. Karena
suara resonan dihasilkan oleh jaringan paru-paru
yang normalnya bergaung dan bernada rendah dan
suara dullness dihasilkan oleh di bagian atas jantung
dan paru-paru (Soemantri, 2011).
Ekstremitas : Untuk mengecek refleks patella (+), Bisep (+),
Trisep (+) (Varney, 2010).

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal: >11 gr%
Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2 gr% selama
persalinan(Varney, 2008).
Sel darah putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ±5000-15.000 pada saat pembukaan lengkap
Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma (Varney,2008)
Albumin dan reduksi urine negative (Sulaiman, 2011)
HbSAg, HIV dan Swab Antigen
b. Pemeriksaan USG payudara

43
c. Pemeriksaan diagnostik lainnya.

5. Data Rekam Medis


Berisi tindakan yang telah dilakukan oleh petugas lain dimana
tindakan tersebut yang menunjang riwayat kesehatan sekarang dan
terdapat pada catatan/status klien. Tindakan tersebut dilakukan sejak
pasien masuk rumah sakit hingga dilakukan pengkajian

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
1. Diagnosis
Diagonosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur diagnosisi kebidanan.
Diagnosis : Papah…Jam postpartum atau Papah hari ke…post
partum (Jika masa nifas sudah lebih dari 24 jam)
(Varney, 2010).
2. Masalah
Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman/hal yang sedang
dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.
3. Kebutuhan
Hal-hal yang dklientuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah. Rumusan kebutuhan klien akan masuk
di dalam rencana intervensi.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar tehadap
diagnosa atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang

44
benar atas data-data yang telah dikumpulakan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa
dan masalah yang spesifik. Diagnosa puting lecet ditegakkan berdasarkan
data subjektif dari pasien dan data objektif yang telah didapatkan, serta
pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Puting lecet ditegakkan jika
didapatkan adanya lecet pada puting susu, ditemukan puting berwarna
kemerahan dan pecah-pecah. Keluar darah dari puting yang lecet
(Ambarwati dan Wulandari, 2014).
Puting lecet disebabkan, posisi menyusui bayi yang tidak benar,
moniliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu, akibat
dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zatiritan lainnya untuk
mencuci putting susu, bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang
pendek sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai kalang
payudara dan hisapan hanya pada puttingnya saja, dan saat melepas
penghisapan yang salah/ cara menghentikan menyusui yang kurang tepat
dan kurang hati-hati.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan
berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditentukan.
Bagi klien: terjadinya mastitis
Bagi janin: tidak ada
Masalah Potensial : bayi menolak menyusu, dan bayi tidak cukup
mendapat ASI
Tindakan antisipasi : Tindakan antisipasi diperlukan untuk mencegah
agar diagnosis dan masalah potensial tidak
terjadi. Tindakan antisipasi akan termasuk di
dalam rencana intervensi.
Pada kasus puting lecet, maka perlu dilakukan antisipasi terjadinya
mastitis karena pada kasus ini, puting lecet merupakan gejala awal akan

45
terjadinya mastitis dan jika tidak ditangani dengan baik kemungkinan akan
terjadi mastitis, sehingga perlu untuk dilakukan antisipasi.

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah keempat ini membutuhkan kesinambungan dan proses
manajemen kebidanan. Pada langkah ini bidan mengidentifikasi perlu
tindakan segera oleh bidan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Disini
bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah diagnosa potensial
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Langkah pertama untuk mengantisipasi terjadinya diagnosa potensial
dari puting susu lecet yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk
pemberian terapi paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari, amoxillin 500 gr 3 x 1
per hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari (Suherni dkk, 2009).

V. MENGEMBANGKAN RENCANA INTERVENSI


Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi, termasuk di dalamnya
tindakan mandiri, kolaborasi ataupun rujukan.
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney, 2010).
2. Lakukan perawatan payudara
Rasional : Perawatan payudara berupa kompres bagian payudara yang
terluka degan kompres dingin sehingga mengurangi rasa
sakit terutama saat perlekatan awal. Dan setelah menyusui
bekas ASI tidak perlu dibersihkan hanya diangin-anginkan
saja.

46
3. Periksa mulut bayi
Rasional : Periksa mulut bayi untuk memastikan bayi menderita infeksi
jamur atau tidak.

4. Anjurkan untuk tetap menyusui bayi


Rasional : Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang
normal yang lecetnya lebih sedikit dan mengurangi durasi
menyusu pada puting yang lecet.
5. Ajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar
Rasional : Mencegah terjadinya lecet semakin meluas pada payudara
6. Ajarkan tekhnik memerah ASI
Rasional : Jika payudara yang lecet harus diistirahatkan, maka ASI
tetap harus dikeluarkan dengan tangan.
7. KIE mengenai nutrisi ibu nifas
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori.
Makanlah makanan yang mengandung protein, banyak
cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan
8. KIE Asi ekslusif
Rasional : Asi ekslusif penting untuk daya tahan tubuh bayi.
9. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.
Rasional : Pemberian analgetik seperti paracetamol 500 gr 3 x 1 per
hari, antalgin 500 gr 3 x 1 per hari sangat membantu klien
dalam mengurangi rasa nyeri akibat dari puting lecet
10. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas dan
neonatus untuk mencegah komplikasi pada ibu dan
neonatus. Terutama jika lecet tidak sembuh dalam waktu
seminggu.

47
VI. IMPELEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII.EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.

48
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan kebidanan Postnatal Care


No Register : 827064
Tanggal Pengkajian : 26 April 2021 Pukul : 13. 00 WITA
Nama Pengkaji : Shinta Anggreani Puspa Sari, S.Tr. Keb

S:
1. Identitas
Nama Klien : Ny. B.G.A Nama Suami : Tn. A.F
Umur : 28 tahun Umur : 36 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D3 Kebidanan Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Praja Mukti IV Korpri Blok D1 no 4 RT 6 Sepinggan
Baru Balikpapan Selatan

2. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama


Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan.
Keluhan Utama :Tanggal 22 April 2021 pukul 20.36 wita telah
melahirkan anak keduanya, sejak kemarin mengeluh
putting susu sebelah kanan lecet, nyeri, terasa panas,

49
dan ibu cemas dengan keadaannya dan bayinya yang
tidak mau menyusu.

3. Riwayat kesehatan klien


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri pada payudara kanan karena putting susu lecet.

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Klien menderita Hepatitis B. Klien tidak memiliki riwayat dada
berdebar/nyeri dada, tidak ada sakit pinggang, tidak pernah sesak
nafas maupun batuk lama, tidak menderita DM, tidak menderita
hipertensi, tidak pernah kejang dan tidak menderita penyakit menular
seksual.
c. Riwayat Keturunan Kembar
Keluarga dari pihak klien maupun suami tidak ada yang
memiliki keturunan kembar.
d. Riwayat Operasi
Klien pernah dirawat dan dioperasi appendicitis tahun 2013 di
RS Surabaya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ayah klien menderita Hepatitis B.

5. Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 12
tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, lama menstruasi 5-7 hari, ganti
pembalut sebanyak 4 kali sehari, warna darah merah encer kadang disertai
gumpalan, dan tidak ada keluhan selama menstruasi.
HPHT = 28-06-2020 TP = 05-04-2021

6. Riwayat Keluarga Berencana

50
Klien belum pernah menjadi akseptor KB.

7. Riwayat Ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi.

8. Riwayat Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

No Abnor
BB/ Lak
Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M mali peny
PB tasi
tas
Usia 1
thn
23 berhen
Tn. Retina 3300
1. 1 aterm - SCTP dokter RSPB Lk bl - - ti, -
A.F tipis /48
n karena
ibu
hamil
Kala
II 4
Tn. 4060 Puting
2. 2 aterm - SCTP dokter RSKD lama Lk ha - - -
A.F /56 lecet
post ri
SCTP

9. Riwayat Kehamilan
a. Keluhan
1) Trimester I : Mual dan muntah
2) Trimester II : Tidak ada
3) Trimester III : sejak usia kehamilan 8 bulan kadang-kadang sakit
kepala dan ada oedema pada kedua kaki Pusing
dan kadang-kadang sakit kepala
b. ANC : 6 kali, di praktik dokter spesialis Kebidanan dan
Kandungan dengan teratur
1 kali di Puskesmas
c. Penyuluhan yang pernah di dapat :

51
Klien sudah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu hamil,
tablet FE dan ASI Eksklusif.
d. Imunisasi TT
Status imunisasi klien adalah TT 5.

10. Riwayat Persalinan


Klien masuk ke ruang Bougenville RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan tanggal 22 April 2021 pukul 13.40 Wita. KU ibu dalam
keadaan baik. TD = 207/120 mmHg, T = 36 oC, Nadi = 90 kali/menit,
Pernapasan = 20 kali/menit, Djj 128 kali/menit, dan TFU = 3 jari bawah
Px. Keluar lendir darah sejak tanggal 21 April 2021 jam 22.30 Wita. Perut
mules dan kencang-kencang sejak tanggal 22 April 2021 jam 02.30 Wita.
Hasil pemeriksaan dalam vagina dan uretra tidak tampak oedema dan
varices, tidak ada luka parut, pembukaan 8 cm, portio tipis, efficement
75%, ketuban (-) sisa ketuban berwarna jernih, letak kepala Hodge III,
tidak terdapat bagian terkecil di sekitar bagian terendah janin.
Tanggal 22 April 2021 pukul 16.00 WITA. KU ibu dalam keadaan
baik, hasil pemeriksaan kontraksi uterus : frekuensi : 3kali dalam 10 menit.
Durasi : 20-25 detik, pemeriksaan dalam vagina dan uretra tidak tampak
oedema dan varices, tidak ada luka parut, pembukaan lengkap, ketuban (-)
sisa ketuban berwarna hijau, letak kepala Hodge III (+), tidak terdapat
bagian terkecil di sekitar bagian terendah janin.
Tanggal 22 April 2021 pukul 18.00 WITA. KU ibu dalam keadaan
baik, hasil pemeriksaan kontraksi uterus : frekuensi : 3 kali dalam 10
menit. Durasi : 20-25 detik, persalinan tidak ada kemajuan.
Kolaborasi dengan DPJP SpOG diberikan advice SCTP malam ini
jam 20.00 WITA.

52
11. Pola Fungsional Kesehatan
Keterangan
Pola
Sebelum Nifas Saat Ini
Ibu makan 3x/ hari dengan porsi Ibu makan 3x / hari dengan
nasi 1 centong, ikan dan sayur. porsi nasi 1,5 centong, ikan 2
minum air putih ± 6-7 gelas. potong, sayur dan 2 buah
pisang, minum air putih ± 2
Nutrisi
gelas. Ibu juga senang makan
roti di luar jadwal pemberian
makan. Nafsu makan ibu
bertambah
BAK : 5 – 6 kali, berwarna kuning BAK : 5-6 kali, warna kuning
jernih, konsistensi cair, tidak ada jernih, konsistensi cair
keluhan. (setelah aff cateter), dan tidak
BAB : 1 kali berwarna kecoklatan, ada keluhan.
Eliminasi
konsistensi lunak, dan tidak ada BAB : selama berada di
keluhan. RSUKD klien BAB 1 kali
pada hari ke 3 nifas dan tidak
ada keluhan
1
Tidur siang : /2 jam/hari Tidur siang : 1/2 jam/hari
Tidur malam: 5-6 jam Tidur malam: 5-6 jam,
Istirahat
karena bayinya belum di
rawat gabung dengan Ibu.
Aktivitas Kegiatan klien dirumah adalah Klien sudah mobilisasi sejak
melakukan pekerjaan rumah seperti hari ke 2 nifas dimana infus
menyapu, memasak untuk suami dan cateter sudah di Aff
dan anak-anak, saat melakukan
beberapa pekerjaan rumah, klien
dibantu oleh asisten rumah tangga
seperti mencuci dan menggosok
baju.

53
Pagi hari klien masih bisa untuk
jalan pagi.
Mandi 1 kali Mandi 2 kali, gosok gigi 3
Ganti baju 1 kali kali/sehari
Personal
Ganti celana dalam 2 kali Ganti baju 2 kali
Hygiene
Ganti celana dalam 2 kali dan
pembalut 3-4 kali sehari
Klien tidak ada meminum jamu – Klien tetap berdoa selama
jamuan, dan hanya minum vitamin berada di RSUKD
kehamilan Klien hanya mengkonsumsi
Kebiasaan
Suami klien kadang-kadang obat-obatan dan vitamin yang
merokok diberikan dari RS.
Suami klien tidak merokok
Klien melakukan hubungan seksual Klien tidak melakukan
Seksualitas selama hamil sebanyak 3 kali hubungan seksual
dalam sebulan

12. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi : ibu mengaku merasa cemas dengan keadaanya
anaknya dan dirinya saat ini, dimana putting susu
bagian kanan lecet, nyeri, terasa panas dan bayinya
yang tidak mau menyusu.
b. Sosial : Ini pernikahan pertama dengan usia pernikahan 5
tahun, status pernikahan adalah sah. Suami dan
keluarga merasa senang dengan kelahiran bayinya.
Selama persalinan klien ditemani oleh suaminya,
pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
serta klien dan suaminya rajin beribadah.
c. Kultural : Tidak ada kebudayaan maupun kebiasaan khusus yang
dapat mempengaruhi kesehatan masa nifas ibu.
d. Spiritual : Tidak ada kegiatan keagamaan maupun kebiasaan
khusus yang dapat mempengaruhi kesehatan masa

54
nifas ibu.

O :
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Tanda – Tanda Vital :
Tekanan Darah : 145/85 mmHg
MAP : 105 mmHg
Nadi : 80 kali / menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 18 kali / menit
Antropometri :
Berat Badan saat ini : 120 kg Lila = 30 Cm
Tinggi Badan : 157 cm.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, distribusi
rambut merata, kebersihan rambut baik, tidak terdapat
nyeri tekan, dan benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak teraba
oedema, dan tidak terdapat kloasma gravidarum,
tampak jika klien menahan nyeri.
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran,
palpebra tidak oedema

55
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip dan tidak ada
benjolan.
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, gigi geraham lengkap, lidah
bersih, tidak terdapat pembengkakan pada tonsil, tidak
ada tanda peradangan.
Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran cairan atau serumen
berlebihan
Leher : tidak terdapat pemebesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan pada
vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat klien
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan seperti bronchi,
wheezing, ronchi, BJ I dan BJ II teratur yaitu lup dan
dup.
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI,
putting susu menonjol, putting susu sebelah kanan
sedikit pecah-pecah dan warnanya kemerahan.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi yang tertutup rapat dengan
hypavix dan tidak ada rembesan darah, bising usus
8x/menit, kandung kemih kosong, diastasis rektus
abdominis ukurannya 11x2 cm, TFU 2 jari dibawah
pusat, konsistensi keras, kontraksi baik, terdapat linea
nigra, dan striae albican.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, dan tampak
keluar lochea sanguinolenta.

56
Anus : tidak terdapat hemoroid.
Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali <2 detik,
Refleks bisep (+), refleks trisep (+).
Bawah : oedema pada kedua tungkai, tidak ada varices, capillary
refill time kembali <2 detik, homan sign (-), refleks
babinski (-), reflek patella (+).

3. Pemeriksaan Data Rekam Medik


a) Riwayat Persalinan Sekarang
1. Jenis Persalinan : Sectio Caesarea
2. Umur kehamilan : 42 minggu 3 hari
3. Komplikasi Persalinan : Kala II lama
4. Lama persalinan :
Kala I : 2 jam 20 menit
Kala II : 10 menit
Kala III : 5 menit
Kala IV : 2 jam
5. Tindakan khusus saat persalinan : Tidak ada
6. Air Ketuban : Mekoneal.
b) Terapi
Nifedipine 3 x 10 Mg
Vitamin A 2 x 200.000 IU
Parasetamol 3 x 500 Mg

57
LANGKAH II
INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa Dasar
P2002 post partum S= Klien mengatakan ini persalinan ke dua tanggal
normal hari ke 4 22 April 2021 pukul 20.36 wita
dengan putting lecet, Nyeri post operasi berkurang.
pre eklamsia, HbsAg Riwayat persalinan saat ini usia kehamilan 42
(+) dan obesitas minggu 3 hari dengan kala II lama dan post SC
23 bulan, lahir SC, ditolong dokter, jenis
kelamin laki-laki, BB/TB 4060 gram/56 cm
Putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah,
terasa nyeri dan panas
Bayinya susah menyusu

O= KU = Baik Kes = CM
TP = 05-04-2021
TD = 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu =
36,5 0C, Pernafasan 18 x/ menit
BB saat ini 120 kg, TB = 157 Cm, Lila =30 cm
Payudara : simetris, bersih, puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areolla

58
mammae, tidak teraba benjolan
abnormal pada payudara, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, ada
pengeluaran ASI, putting susu
menonjol, putting susu sebelah kanan
sedikit pecah-pecah dan warnanya
kemerahan.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi operasi
yang tertutup rapat dengan hypavix dan
tidak ada rembesan darah, bising usus
8x/menit, kandung kemih kosong,
diastasis rektus abdominis ukurannya
11x2 cm, TFU 2 jari dibawah pusat,
konsistensi keras, kontraksi baik,
terdapat linea nigra, dan striae albican.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices,
dan tampak keluar lochea sanguinolenta
Ekstremitas :
Bawah : oedema pada kedua tungkai, tidak ada
varices, capillary refill time kembali <2
detik, homan sign (-), refleks babinski (-),
reflek patella (+).

Masalah Dasar
Cemas dengan Klien khawatir dengan Putting bagian kanan yang
keadaan klien dan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri dan panas.
bayinya saat ini Bayinya susah menyusu

Kebutuhan Dasar
KIE tentang puting Pengetahuan klien mengenai puting lecet dan
lecet penanganannya yaitu tekhnik menyusui yang

59
kurang tepat.

LANGKAH III
MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL
Potensial terjadinya mastitis
DS : Klien mengatakan nyeri pada putting susu sebelah kanan sedikit pecah-
pecah dan warnanya kemerahan.
DO : tampak lecet pada puting susu sebelah kanan.
Analisa dan interpretasi data
Keadaan stasis menyebabkan rentan muncul infeksi pada payudara. ASI
sendiri tidak mengandung bakteri, namun bakteri dari permukaan kulit dapat
masuk ke dalam jaringan payudara dan menyebabkan infeksi.

LANGKAH IV
MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
a. Mandiri : Kompres payudara, dan massage payudara.
b. Kolaborasi : Pemberian terapi hormonal dan analgetika, dan diit gizi.
c. Merujuk : Tidak ada

LANGKAH V
MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal 26 April 2021 pukul 13.30 wita
1. Beritahu klien dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa
keadaan klien mengalami puting lecet

60
Rasional : Agar klien dan keluarga mengetahui keadaan yang dialami, klien
dan keluarga merasa tenang dengan keadaan saat ini, serta
keluarga dapat memberikan dukungan psikologis yang dapat
mengurangi kecemasan klien dan siap menghadapi masa nifas
sehingga ibu akan bersifat kooperatif terhadap tindakan dan
anjuran petugas kesehatan.

2. Lakukan dan ajarkan perawatan payudara


Perawatan payudara berupa kompres bagian payudara yang terluka dengan
kompres dingin
Rasional : Mengurangi rasa sakit terutama saat perlekatan awal. Sebelum
menyusui bayi kompres payudara dengan kompres dingin,dengan
mengkompres bagian yang terluka dapat mengurangi rasa sakit
terutama saat perlekatan awal. Dan setelah menyusui bekas ASI
tidak perlu dibersihkan hanya diangin-anginkan saja.
3. Periksa mulut bayi
Rasional : Periksa mulut bayi untuk memastikan bayi menderita infeksi jamur
atau tidak.
4. Anjurkan untuk tetap menyusui bayi
Rasional : Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal
yang lecetnya lebih sedikit dan mengurangi durasi menyusu pada
puting yang lecet.
5. Ajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar
Rasional : Mencegah terjadinya lecet semakin meluas pada payudara
6. Ajarkan tekhnik memerah ASI
a. Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas
lalu kesamping kemudian urut kebawah hingga tangan menyanggah
payudara kemudian sentakkan kebawah payudara secara perlahan.

61
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal kearah putting, demikian pula payudara kanan,
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan mengurut dari
pangkal kearah putting.
Rasional : Jika payudara yang lecet harus diistirahatkan, maka ASI tetap
harus dikeluarkan dengan tangan.
7. KIE mengenai nutrisi ibu nifas dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan
makanan yang bergizi dan berkolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : Makanan harus bermutu dan bergizi, cukup kalori. Makanlah
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran
dan buah-buahan. Dengan mengkonsumsi sayuran hijau dan
makanan yang bergizi akan dapat memperbanyak dan
memperlancar ASI misalnya daun katu, bayam dan lain lain.
Kolaborasi dengan ahli gizi diperlukan untuk mencegah
komplikasi obesitas yang dapat timbul pada masa nifas.
8. KIE ASI ekslusif
Rasional : Asi ekslusif penting untuk daya tahan tubuh bayi.

9. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan pemberian terapi pre


eklampsia
Rasional : Pemberian analgetik seperti paracetamol 500 gr 3 x 1 per hari,
antalgin 500 gr 3 x 1 per hari sangat membantu klien dalam
mengurangi rasa nyeri akibat dari puting lecet
Penanganan pre eklampsia tetap dilakukan untuk mengkontrol
tekanan darah ibu
10. KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke tempat pelayanan kesehatan 3- 4
hari kemudian
Rasional : Kunjungan ulang dilakukan untuk memantau nifas guna
mencegah komplikasi pada ibu.

62
LANGKAH VI
PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN / IMPLEMENTASI
Tanggal 26 April 2021 pukul 13.40 wita
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien.
Hasil pemeriksaan yang dijelaskan pada klien yaitu mengenai Ku = baik,
Kes =CM, TD = 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C, Pernafasan 18
x
/ menit, BB saat ini 120 kg, TB = 157 Cm, Lila =30 cm
Payudara : tampak berwarna kemerahan, simetris, bersih, puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, ada pengeluaran ASI, putting susu menonjol, putting susu
sebelah kanan sedikit pecah-pecah dan warnanya kemerahan.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi operasi yang tertutup rapat dengan
hypavix dan tidak ada rembesan darah, bising usus 8x/menit,
kandung kemih kosong, diastasis rektus abdominis ukurannya 11x2
cm, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik,
linea nigra, dan striae albican.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, dan tampak keluar lochea
sanguinolenta

63
2. Mengajarkan dan melakukan perawatan payudara. Perawatan payudara
berupa kompres bagian payudara yang terluka dengan kompres dingin.
Sehingga ibu berjanji akan mengompres payudara yang lecet dengan kompres
dingin.
3. Memeriksa mulut bayi. Sehingga dapat diketahui apakah di dalam mulut bayi
terdapat jamur atau tidak.
4. Menganjurkan untuk tetap menyusui bayi. Ibu berjanji akan menyusukan
bayinya pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit dan mengurangi
durasi menyusu pada puting yang lecet.
5. Mengajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar. Tanda menyusui yang benar
yaitu bayi tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut bayi
terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk
kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk, bayi nampak
menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu tidak terasa nyeri, telinga
dan lengan bayi terletak pada 1 garis lurus, serta kepala bayi agak
menengadah
Ibu akan berusaha menyusui dengan tekhnik yang benar.
6. Mengajarkan tekhnik memerah ASI.
a. Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas
lalu kesamping kemudian urut kebawah hingga tangan menyanggah
payudara kemudian sentakkan kebawah payudara secara perlahan.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal kearah putting, demikian pula payudara kanan,
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan mengurut dari
pangkal kearah putting. Sehingga ibu paham bagaimana merawat
payudara secara mandiri. Sehingga klien berjanji akan memerah ASI
dengan tangan pada puting yang lecet.

64
7. Memberikan KIE dan berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai nutrisi ibu
nifas yang mengalami obesitas. Ibu berjanji akan mengkonsumsi sayuran
hijau dan makanan bergizi atau menu yang sudah ditentukan oleh ahli gizi
8. Memberikan KIE ASI ekslusif. Ibu berjanji akan memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya
9. Berkolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan pemberian terapi pre
eklampsia. Ibu berjanji akan mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan.
10. Memberikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke fasilitas pelayanan
kesehatan 3- 4 hari lagi. Ibu berjanji akan datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan 3- 4 hari lagi.

LANGKAH VII EVALUASI Tanggal 26 April 2021 pukul 13.50 wita


1. Klien mengerti bahwa keadaannya saat ini mengalami puting lecet, sehingga
klien lebih tenang dan kecemasan klien berkurang.
Dengan hasil Hasil pemeriksaan yaitu
Kes =CM, TD = 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C, Pernafasan 18
x
/ menit, BB saat ini 120 kg, TB = 157 Cm, Lila =30 cm
Payudara : tampak berwarna kemerahan, simetris, bersih, puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba
benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba pembesaran kelenjar
limfe, ada pengeluaran ASI, putting susu menonjol, putting susu
sebelah kanan sedikit pecah-pecah dan warnanya kemerahan.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi operasi yang tertutup rapat dengan
hypavix dan tidak ada rembesan darah, bising usus 8x/menit,
kandung kemih kosong, diastasis rektus abdominis ukurannya 11x2
cm, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik,
linea nigra, dan striae albican.

65
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, dan tampak keluar lochea
sanguinolenta.
Rasionalisasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Melakukan dan mengajarkan perawatan payudara
Perawatan payudara berupa kompres bagian payudara yang terluka dengan
kompres dingin.
Rasionalisasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat
mengulang kembali.
3. Memeriksa mulut bayi.
Rasionalisasi : Ibu bersedia mulut bayinya diperiksa, dan tidak ditemukan
jamur pada mulut bayi.
4. Menganjurkan untuk tetap menyusui bayi.
Rasionalisasi : Ibu berjanji akan menyusukan bayinya pada puting yang
normal yang lecetnya lebih sedikit dan mengurangi durasi
menyusu pada puting yang lecet.
5. Mengajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar.
Tanda menyusui yang benar yaitu bayi tampak tenang, badan bayi menempel
pada perut ibu, mulut bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada payudara
ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak
yang masuk, bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting
susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada 1 garis lurus,
serta kepala bayi agak menengadah
Rasionalisasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat
mengulang kembali.
6. Mengajarkan tekhnik memerah ASI.
a. Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas
lalu kesamping kemudian urut kebawah hingga tangan menyanggah
payudara kemudian sentakkan kebawah payudara secara perlahan.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling
dirapatkan, kemudian sisi keliling tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal kearah putting, demikian pula payudara kanan,

66
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-2 kemudian jari tangan
kanan dikepalkan lalu buku-buku jari tangan kanan mengurut dari
pangkal kearah putting
Rasionalisasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat
mengulang kembali.
7. Memberikan KIE dan berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai nutrisi ibu
nifas yang mengalami obesitas.
Rasionalisasi : Ibu berjanji akan mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan
bergizi atau menu yang sudah ditentukan oleh ahli gizi
8. Memberikan KIE ASI ekslusif.
Rasionalisasi : Ibu berjanji akan memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya.

9. Berkolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan pemberian terapi pre


eklampsia.
Rasionalisasi : Ibu berjanji akan mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan
terdiri dari Nifedipine 3x 10 mg dan PCT 3x 500 mg (jika
perlu)
10. Memberikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke fasilitas pelayanan
kesehatan 3- 4 hari lagi.
Rasionalisasi : Ibu berjanji akan datang ke fasilitas pelayanan kesehatan 3- 4
hari lagi yaitu tanggal 29 April 2021.

67
DOKUMENTASI KEBIDANAN

No. Register : 00827064


Tanggal Masuk : 22 April 2021 Pukul : 13.00 Wita
Tanggal Pengkajian : 26 April 2021 Pukul : 13.00 Wita
Tanggal Partus : 22 April 2021 Pukul : 20.35 Wita
Nama pengkaji : Shinta A

S : Klien mengatakan ini persalinan ke dua


Nyeri post operasi berkurang.
Riwayat persalinan saat ini usia kehamilan 42 minggu 3 hari dengan kala II
lama dan post SC 23 bulan, lahir SC, ditolong dokter, jenis kelamin laki-laki,
BB/TB 4060 gram/56 cm
Putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri dan panas
Bayinya susah menyusu

O : KU = Baik Kes = CM

68
TP = 05-04-2021
TD = 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C, Pernafasan 18 x/ menit
BB saat ini 120 kg, TB = 157 Cm, Lila =30 cm
Pemerikasaan fisik
Payudara : tampak berwarna kemerahan, simetris, bersih, puting susu
menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak
teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI, putting susu menonjol,
putting susu sebelah kanan sedikit pecah-pecah dan warnanya
kemerahan.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi operasi yang tertutup rapat dengan
hypavix dan tidak ada rembesan darah, bising usus 8x/menit,
kandung kemih kosong, diastasis rektus abdominis ukurannya
11x2 cm, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi
baik, linea nigra, dan striae albican.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, dan tampak keluar lochea
sanguinolenta.
Anus : tidak terdapat hemoroid.
Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik, capillary refill time kembali <2 detik, Refleks
bisep (+), refleks trisep (+).
Bawah : oedema pada kedua tungkai, tidak ada varices, capillary refill time
kembali <2 detik, homan sign (-), refleks babinski (-), reflek
patella (+).

A:
Diagnosis : P2002 post partum normal hari ke 4 dengan
putting lecet, pre eklamsia, HbsAg (+) dan
obesitas
Masalah : Cemas karena klien mengatakan khawatir
dengan kondisi yang dialaminya yaitu nyeri

69
pada putting susu sebelah kanan, sedikit
pecah-pecah dan warnanya kemerahan.
Diagnosa Potensial : Mastitis
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak Ada, namun diperlukan adanya tindakan
kolaborasi dalam pemberian terapi dan diit
gizi.

P:
No Tanggal Pelaksanaan Paraf
Waktu Pelaksana
1. 26 April 2021 Beritahu klien dan keluarga hasil pemeriksaan yang
13.30 wita telah dilakukan bahwa keadaan klien mengalami
puting lecet
Klien mengerti dengan keadaannya, sehingga klien
lebih tenang dan kecemasan klien berkurang.
Dengan hasil Hasil pemeriksaan yaitu
TD = 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu =
36,50C, Pernafasan 18 x/ menit , BB saat ini 120 kg,
TB = 157 Cm, Lila = 30 cm
Payudara : tampak berwarna kemerahan, simetris,
bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, Mahasiswa
tidak teraba benjolan abnormal pada
payudara, payudara teraba bengkak, keras

70
dan terasa panas serta nyeri, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe, ada
pengeluaran ASI.
Abdomen : terdapat luka bekas operasi operasi yang
tertutup rapat dengan hypavix dan tidak
ada rembesan darah, bising usus 8x/menit,
kandung kemih kosong, diastasis rektus
abdominis ukurannya 11x2 cm, TFU 1 jari
dibawah pusat, konsistensi keras,
kontraksi baik.
Genitalia : vulva tidak oedema, tidak ada varices, dan
tampak keluar lochea sanguinolenta.
2. 13.32 Wita Melakukan dan mengajarkan perawatan payudara
Perawatan payudara berupa kompres bagian
payudara yang terluka dengan kompres dingin. Mahasiswa
; ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
dapat mengulang kembali.
3. 13.42 wita Memeriksa mulut bayi.
; Ibu bersedia mulut bayinya diperiksa, dan tidak Mahasiswa
ditemukan jamur pada mulut bayi.
4. 13.50 wita Menganjurkan untuk tetap menyusui bayi.
: Ibu berjanji akan menyusukan bayinya pada puting
yang normal yang lecetnya lebih sedikit dan Mahasiswa
mengurangi durasi menyusu pada puting yang
lecet.
5. 13.55 wita Mengajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar.
Tanda menyusui yang benar yaitu bayi tampak Mahasiswa
tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulut
bayi terbuka lebar, dagu bayi menempel pada
payudara ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut
bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk, bayi
nampak menghisap kuat dengan irama perlahan,

71
puting susu tidak terasa nyeri, telinga dan lengan bayi
terletak pada 1 garis lurus, serta kepala bayi agak
menengadah
: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
dapat mengulang kembali
6. 14.17 wita Mengajarkan tekhnik memerah ASI.
a. Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara
kemudian urut keatas lalu kesamping kemudian
urut kebawah hingga tangan menyanggah
payudara kemudian sentakkan kebawah payudara
secara perlahan.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan
jari-jari tangan saling dirapatkan, kemudian sisi Mahasiswa
keliling tangan kanan mengurut payudara dari
pangkal kearah putting, demikian pula payudara
kanan,
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke-
2 kemudian jari tangan kanan dikepalkan lalu
buku-buku jari tangan kanan mengurut dari
pangkal kearah putting
: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
dapat mengulang kembali.
Memberikan KIE dan berkolaborasi dengan ahli gizi
7. 14.38 wita mengenai nutrisi ibu nifas yang mengalami obesitas.
: Ibu berjanji akan mengkonsumsi sayuran hijau dan Mahasiswa
makanan bergizi atau menu yang sudah ditentukan
oleh ahli gizi
8. 14. 45 wita Memberikan KIE ASI ekslusif.
: Ibu berjanji akan memberikan ASI secara eksklusif Mahasiswa
kepada bayinya
9. 14.50 wita Berkolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan
pemberian terapi pre eklampsia.

72
: Ibu berjanji akan mengkonsumsi obat-obatan yang Mahasiswa
diberikan terdiri dari Nifedipine 3x 10 mg dan PCT
3x 500 mg (jika perlu)
10. 15.00 wita Memberikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang
ke fasilitas pelayanan kesehatan 3- 4 hari lagi. Mahasiswa
; Ibu berjanji akan datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan 3- 4 hari lagi yaitu tanggal 29 April 2021

73
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan pada
Ny “B.G.D”dengan nifas normal dengan Puting lecetdi ruang Bayi RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Asuhan ini dilakukan selama 2 jam.
Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan
pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu : pengumpulan
data dasar, merumuskan diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis
atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi,
merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

A. Langkah I. Identifikasi Data Dasar


Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara
lengkap. Dimana data yang dikumpulkan berupa keluhan klien, riwayat
kesehatan klien, pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan,
meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium.
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada langkah ini, bidan
mengumpulkan data dasar awal secara lengkap (Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan
secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat
dikumpulkan dari berbagai sumber yang dapat memberikan inormasi paling
akurat yang dapat diperoleh secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin.
Pasien adalah sumber informasi yang paling akurat dan ekonomis yang disebut
dengan sumber data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder
adalah data yang sudah ada, praktikan kesehatan lain, dan anggota keluarga.
Tekhnik pengumpulan data ada tiga yaitu, 1) Observasi, 2) Wawancara
3) Pemeriksaan. Observasi adalah pengumpulan data melalui indra penglihatan

73
(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah), pendengaran (bunyi batuk,
bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka), perdaban (suhu badan, nadi).
Wawancara, dimana pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada
pertemuan tatap muka.
Dalam wawancara yang penting di perhatikan adalah data yang
ditanyakan di arahkan data yang relefan. Dan Pemeriksaan, dimana
pengumpulan data yang dilakukan dengan memakai instrument/alat mengukur.
Dengan tujuan untuk memastikan batas dimensi angka, irama kuantitas.
Misalnya pengukuran tinggi badan dengan meteran, berat badan dengan
timbangan, tekanan darah dengan tensimeter (Dwi Asri, 2012 : 27-28).
Dalam tahapan pengakajian, penulis tidak mendapat hambatan. Hal ini
dapat dilihat dari profesi ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat
pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukan sikap
terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan oleh penulis maupun
tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan kebidanan.
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang Bayi RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan yakni pengumpulan data subjektif yang terdiri dari
alasan utama ibu datang ke IRD RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan,
riwayat keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat nifas
yang lalu, riwayat kesehatan sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat sosial ekonomi, psikososial, dan spiritual, riwayat KB, serta
riwayat kebutuhan dasar ibu.
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang
terdiri dari pemeriksaan umum ibu, dan pemeriksaan fisik (head to toe).
Ny “B.G.D” usia 28 tahun dengan P2002 post partum normal hari ke 4 dengan
puting lecet sedang menunggu bayinya di ruang bayi RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan pada pukul 13.00 wita dengan keluhan nyeri post
operasi berkurang, putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri
dan panas, serta bayinya susah menyusu.

74
Riwayat persalinan saat ini usia kehamilan 42 minggu 3 hari dengan kala
II lama dan post SC 23 bulan, lahir SC, ditolong dokter, jenis kelamin laki-laki,
BB/TB 4060 gram/56 cm
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik, tekanan darah 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C,
Pernafasan 18 x/ menit. Ekspresi wajah tampak cemas, tidak tenang dan
meringis menahan sakit serta tidak ada edema dan pembengkakan pada wajah,
kedua konjungtiva mata tidak anemis dan tidak ikterik, tidak ada pembesaran
pada kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis. Pada payudara tampak berwarna
kemerahan, simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi
pada areolla mammae, tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak
teraba pembesaran kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI, dan tampak putting
bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri dan panas.
Puting lecet adalah salah satu masalah yang terjadi pada masa menyusui
yang ditandai dengan lecet pada putting, berwarna kemerahan (sehingga ASI
menjadi berwarna pink) dan putting yang pecah-pecah serta terasa panas
(Wahyuni,2019).
Puting susu lecet yaitu adanya rasa nyeri pada puting payudara, pecah-
pecah bila menyusui yang disebabkan karena cara menyusui atau perawatan
payudara yang kurang benar (Astutik, 2015). Puting susu lecet dapat
disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi
letak pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri
dalam waktu 48 jam (Marmi, 2015)
Berdasarkan uraian di atas terdapat persamaan antara teori dengan gejala
yang timbul pada puting lecet Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

75
B. Langkah II. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosisi dalam lingkup praktik
kebidanan yang tergolong pada momenklatur standar diagnosis, sedangkan
perihal yang berkaian dengan pengalaman klien ditemukan hasil pengkajian
(Betty mangkuji dkk, 2014 : 5).
Hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang diperoleh menunjukkan
diagnosis puting lecet dimana pasien saat ini adalah hari keempat nifas dengan
keluhan nyeri post operasi berkurang, putting bagian kanan lecet, agak pecah-
pecah, terasa nyeri dan panas, serta bayinya susah menyusu.
Riwayat kesehatan yang lalu, Ny ”B.G.D” tidak pernah mengalami
penyakit yang serius dan pernah dirawat dirumah sakit di Surabaya. Pada
pemeriksaan payudara didapatkan hasil tampak berwarna kemerahan, simetris,
bersih, puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae,
tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI, dan tampak putting bagian kanan lecet,
agak pecah-pecah, terasa nyeri dan panas.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil terdapat luka bekas operasi
operasi yang tertutup rapat dengan hypavix dan tidak ada rembesan darah , bising
usus 8x/menit, kandung kemih kosong, diastasis rektus abdominis ukurannya
11x2 cm, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik, terdapat
linea nigra, dan striae albican. Pada pemeriksaan genitalia tampak vulva tidak
oedema, tidak ada varices, dan tampak keluar lochea sanguinolenta.
Berdasarkan uraian diatas maka diagnosis pada kasus tersebut adalah
P2002 post partum normal hari ke 4 dengan puting lecet Demikian penerapan
tinjauan pustaka dan kasus pada Ny “ B.G.D “ secara garis besar tampak
adanya persamaan antar teori dengan diagnosis actual yang ditegakkan
sehingga memudahkan memberikan tindakan selajutnya.

76
C. Langkah III. Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah teridentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap bila diagnose/
masalah potensial ini benar-benar terjadi (Frisca Tresnawati, 2012 : 3-4).
Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi dan dilakukan asuhan yang
aman.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambal mengamati klien, bidan dapat diharapkan bersiap-siap bila
diagnose/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting
sekali melakukan asuhan yang aman.
Dalam mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dilakukan
pengantisipasian penanganan yang kemungkinan muncul pada masa nifas yaitu
terjadinya mastitis dimana pada kasus Ny “ B.G.D “ didapatkan data objektif
berdasarkan pemeriksaan yang di lakukan di dapatkan hasil tekanan darah
145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C, Pernafasan 18 x/ menit.
Payudara tampak berwarna kemerahan, simetris, bersih, puting susu menonjol,
terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba benjolan abnormal
pada payudara, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI,
dan tampak putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri dan
panas.

77
D. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera/ Kolaborasi
Pada langkah ini, yang dilakukan oleh bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi
klien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh memeruklan tindakan yang
harus segera dilakukan bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menungg
beberapa waktu lagi (Betty Mangkuji, 2014 : 6).
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi darurat. Kondisi darurat
dapat terjadi pada saat mengelolaan masa nifas dan bayi baru lahir. Kondisi
darurat merupakan kondisi yang membutuhkan tindakan dengan segera untuk
menangani diagnosis maupun masalah darurat yang terjadi apabila tidak segera
dilakukan tindakan segera, selain diatas bisa juga berupa
observasi/pemeriksaan.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan
tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi
kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosisi/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan
juga harus merumuskan tindakan darurat /segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera
yang mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan (Rita Yulifah,
2013 : 134).
Pada studi kasus Ny “ B.G.D “ tidak ada tindakan segera yang perlu
dilakukan karena dalam pemantauan masa nifas tidak ada tindakan yang
membutuhkan penanganan segera, namun ada tindakan yang memerlukan
kolaborasi, baik kolaborasi dengan dokter umum, dokter spesialis kebidanan
dan kandungan dan ahli gizi.

78
E. Langkah V. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, yang ditentukan
oleh Langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang diidentifikasi atau di
antisipasi.
Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidaklengkap dapat
dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi-kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan social-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis (Th. Endang, dkk, 2014 :137)
Adapun sasaran/target dalam rencana asuhan pada kasus ini berfokus
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dengan penanganan yang
cepat dan tepat serta payudara ibu kembali normal. Bila diagnosis puting lecet
ditegakkan rencana asuhan yang akan diberikan adalah memberitahu ibu hasil
pemeriksaan, diskusikan penyebab dan penatalaksanaannya, rekomendasikan
untuk segera diintervensi.
Pada tempat pengambilan kasus yaitu di ruang Flamboyan C RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, ibu nifas diberikan penjelasan mengenai
pentingnya perawatan payudara, pembebatan payudara, mengosongkan
payudara dengan cara memerah ASI, pijat payudara dan mengkonsumsi obat
hormonal sesuai hasil kolaborasi dengan SpOG untuk mencegah terjadinya
puting lecet
Rencana asuhan pada kasus Ny “B.G.D” disusun berdasarkan teori
dengan melihat kondisi dan kebutuhan pasien. Hasil pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pada pasien yaitu Ny “B.G.D” datang dengan keluhan
nyeri post operasi berkurang, putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah,
terasa nyeri dan panas, serta bayinya susah menyusu.

79
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran komposmentis, keadaan
umum baik, tekanan darah 145/85 mmHg, Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,5 0C,
Pernafasan 18 x/ menit. Pada payudara tampak berwarna kemerahan, simetris,
bersih, puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areolla mammae,
tidak teraba benjolan abnormal pada payudara, tidak teraba pembesaran
kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI, dan tampak putting bagian kanan lecet,
agak pecah-pecah, terasa nyeri dan panas.
Pemeriksaan abdomen didapatkan kesan yaitu hasil terdapat luka bekas
operasi operasi yang tertutup rapat dengan hypavix dan tidak ada rembesan darah ,
bising usus 8x/menit, kandung kemih kosong, diastasis rektus abdominis
ukurannya 11x 2 cm, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi
baik, terdapat linea nigra, dan striae albican. Pada pemeriksaan genitalia
tampak vulva tidak oedema, tidak ada varices, dan tampak keluar lochea
sanguinolenta.
Rencana tindakan yang telah disusun yaitu menyampaikan kepada ibu
tentang kondisinya sekarang bahwa ibu mengalami puting lecet,
mengobservasi tanda- tanda vital, mengajarkan dan melakukan perawatan
payudara, memeriksa mulut bayi, menganjurkan untuk tetap menyusui bayi,
mengajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar, mengajarkan tekhnik
memerah ASI, memberikan KIE dan berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai
nutrisi ibu nifas yang mengalami obesitas, memberikan KIE ASI ekslusif,
berkolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan pemberian terapi pre
eklampsia yaitu Nifedipine 3x 10 mg dan PCT 3x 500 mg (jika perlu) per oral
dan memberikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke fasilitas pelayanan
kesehatan 3- 4 hari lagi. yaitu tanggal 29 April 2021.
Perawatan payudara merupakan upaya untuk merangsang sekresi hormon
oksitosin untuk menghasilkan ASI sedini mungkin dan memegang peranan
penting dalam menghadapi masalah menyusui. Teknik pemijatan dan
rangsangan pada putting susu yang dilakukan pada perawatan payudara
merupakan latihan semacam efek hisapan bayi sebagai pemicu pengeluaran
ASI (Sari, 2014: 6).

80
Hasil penelitian yang dilakukan Wahyuni (2019) menyatakan terdapat
hubungan teknik menyusui dengan putting lecet pada ibu menyusui di wilayah
kerja puskesmas Way Sulan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019.
Sedangkan hasil uji OR diperoleh nilai 5,4 (CI 95% 1,9-14,9), artinya
responden dengan teknik menyusui tepat mempunyai resiko untuk tidak
mengalami puting lecet 5, 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang teknik
menyusui tidak tepat.
Lecet puting susu dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain
itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. beberapa penyebab
puting susu lecet yaitu teknik menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar
oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting
susu, moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, bayi
dengan tali lidah pendek (frenulum lingue), cara menghentikan menyusui yang
kurang tepat (Risneni,2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baiti dengan judul
Karakteristik Ibu Nifas dengan Puting Susu Lecet di BPS D Bandar Lampung
Tahun 2014, hasil pendataan ibu nifas pada bulan Mei-Juni tahun 2014 di BPS
D Bandar Lampung didapat 100 ibu nifas, dengan 42 (42%) ibu nifas normal
dan 58 (58%) ibu nifas dengan puting susu lecet. Dari hasil penelitian ini,
angka ibu nifas yang mengalami puting susu lecet lebih besar, hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang
benar dan cara merawat payudara. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan
penelitian Yuliatama di Polindes M Kabupaten Mojokerto yang menunjukkan
bahwa kejadian puting susu lecet sebanyak 18 kasus dari 105 ibu nifas atau
sebesar (18,9%).
Teknik menyusui merupakan cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perleketan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Menyusui dengan teknik yang
tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan ASI tidak
keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
bayi enggan menyusui sehingga dapat menyebabkan bendungan ASI ataupun
mastitis (Risneni,2015).

81
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan puting lecet menurut
Risneni (2015) bahwa penanganan lecet putting susu diantaranya : cari
penyebab puting lecet, selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan olesi puting dengan ASI Sebelum dan setelah
menyusui, menyusui lebih sering, puting susu yang sakit dan mengalami luka
atau lecet yang parah dapat diistirahatkan untuk sementara waktu 1x24 jam,
cuci payudara sekali sehari dan pada saat mandi tidak dibenarkan untuk
mengunakan sabun, posisi menyusui harus benar, keluarkan sedikit ASI dan
oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering, pergunakan bra yang
menyangga, bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit,
jika penyebab monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin.
Oleh karena itu, agar laktasi berjalan baik diperlukan manajemen yang
baik dalam laktasi, meliputi perawatan payudara, praktek menyusui yang
benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya. Untuk
memberikan pelayanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet salah satu
caranya adalah dengan tidak menggunakan sabun, lotion, krim dalam
perawatan payudara, dan posisi menyusui bayi yang benar, bayi disusukan
terlebih dahulu pada puting yang normal dan tidak lecet, menyusui bayinya
lebih sering (8-12 kali dalam waktu 24 jam), keluarkan ASI sedikit dan oleskan
pada puting yang lecet dan biarkan kering, pergunakan BH yang menyangga
(Damaiyanti, 2014).
Seorang bidan harus mempunyai pengetahuan yang baik agar dapat
melaksanakan pencegahan atau penanganan segera pada ibu post partum sesuai
kebijakan dan prosedur tetap serta menyempurnakan kebijakan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada ibu dengan puting
lecet
Rencana asuhan kebidanan yang telah disusun berdasarkan
diagnosa/masalah aktual dan potensial, hal ini menunjukkan tidak ada
kesenjangan antara teori dengan manajemen Asuhan kebidanan pada penerapan
studi kasus di lahan praktek.

82
F. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tangung jawab untuk mengarahkan
penatalaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar terlaksana)
(Dwi Asri, dkk. 2012 : 31).
Pada studi kasus Ny”B.G.D“ dengan puting lecet, semua tindakan yang
direncanakan terlaksana dengan baik. Pemantauan pertama yang dilakukan
adalah mengobservasi tanda-tanda vital, mengajarkan dan melakukan
perawatan payudara, memeriksa mulut bayi, menganjurkan untuk tetap
menyusui bayi, mengajarkan tekhnik menyusui bayi yang benar, mengajarkan
tekhnik memerah ASI, memberikan KIE dan berkolaborasi dengan ahli gizi
mengenai nutrisi ibu nifas yang mengalami obesitas, memberikan KIE ASI
ekslusif, berkolaborasi dalam pemberian terapi analgetik dan pemberian terapi
pre eklampsia yaitu Nifedipine 3x 10 mg dan PCT 3x 500 mg (jika perlu) per
oral dan memberikan KIE untuk melakukan kunjungan ulang ke fasilitas
pelayanan kesehatan 3-4 hari lagi. yaitu tanggal 29 April 2021.
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan penulis tidak menemukan
hambatan yang berarti karena seluruh tindakan yang dilakukan sudah
berorientasi pada kebutuhan klien.

G. Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan Kebidanan


Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi
nilai terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan kriteria yang
diberikan kepada Ny “B.G.D“ di ruang Bayi RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo
pada tanggal 26 April 2021 yaitu klien tidak mengalami komplikasi, puting
lecet telah teratasi yang ditandai dengan nyeri berkurang saat ibu menyusui

83
bayinya, ibu menyusui dengan tekhnik yang benar, dan bayi sudah mau
menyusu dengan ibunya.
Keberhasilan asuhan ini juga ditandai dengan pemahaman ibu mengenai
cara melakukan perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan cara
memerah ASI yang benar. Kondisi kesehatan ibu yang sudah membaik dimana
puting lecet tidak menjadi mastitis . Semua data hingga penatalaksanaan telah
didokumentasikan.
Dengan demikian dapat terlihat bahwa proses Manajemen Asuhan
Kebidanan yang diterapkan pada Ny “B.G.D” Post Partum Hari Keempat
dengan puting lecet cukup berhasil dan efektif.

H. Pendokumentasian
Tindakan yang pertama kali dilakukan di ruang Bayi di RSUD dr
Kanujoso Djatiwibowo yakni pengumpulan data subjektif yang terdiri dari
alasan utama ibu masuk ke rumah sakit, riwayat keluhan utama, riwayat
menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan sekarang, riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat nifas yang lalu, riwayat kesehatan
sekarang dan yang lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi,
psikososial, dan spiritual, riwayat KB, serta riwayat kebutuhan dasar ibu.
Sementara itu, dilakukan pula pengumpulan data secara objektif yang
terdiri dari pemeriksaan umum ibu, pemeriksaan fisik (head to toe), dan
pemeriksaan dalam.
Pada tanggal 26 April 2021 pukul 13.00 wita, ibu dilakukan pengkajian
di ruang Bayi RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo dengan keluhan nyeri post
operasi berkurang, putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri
dan panas, serta bayinya susah menyusu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan payudara didapatkan hasil payudara
tampak berwarna kemerahan, simetris, bersih, puting susu menonjol, terdapat
hiperpigmentasi pada areolla mammae, tidak teraba benjolan abnormal pada

84
payudara, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe, ada pengeluaran ASI, dan
tampak putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri dan panas.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil terdapat luka bekas operasi


operasi yang tertutup rapat dengan hypavix dan tidak ada rembesan darah , bising
usus 8x/menit, kandung kemih kosong, diastasis rektus abdominis ukurannya
11x2 cm, TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi keras, kontraksi baik.
Pada kasus Ny ”B.G.D” tidak didapatkan data untuk tindakan
emergency. Pada kasus Ny ”B.G.D” implementasi telah dilakukan berdasarkan
semua intervensi yang telah ditetapkan. Intervensi yang dilakukan bertujuan
untuk mencegah terjadinya mastitis, dan keluhan yang dirasakan ibu telah
menghilang.

85
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung dilahan praktek


melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “ B.G.D “ dengan
Asuhan nifas hari ke empat disertai puting lecet di ruang Bayi RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo, maka bab ini penulis menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan
1. Asuhan kebidanan pada Ny. “B.G.D” adalah asuhan nifas normal hari
keempat dengan puting lecet dilakukan dengan teknik pendekatan
manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian dan analisa
data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang menyangkut atau
yang berhubungan dengan kondisi klien.
2. Diagnosa Ny. “B.G.D” dengan Asuhan nifas normal hari keempat dengan
puting lecet ditegakkan berdasarkan adanya keluhan nyeri post operasi
berkurang, putting bagian kanan lecet, agak pecah-pecah, terasa nyeri dan
panas, serta bayinya susah menyusu.
3. Pada Ny. “B.G.D” masalah yang muncul yaitu cemas.
4. Pada Ny. “B.G.D” tidak diperlukan tindakan segera, namun memerlukan
kolaborasi atau rujukan dengan SpOG dan ahli gizi untuk penanganan
selanjutnya.
5. Rencana tindakan yang telah disusun pada Ny. “B.G.D” bertujuan agar
klien mendapatkan penanganan yang bersih dan aman, sesuai dengan

86
kondisinya dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
6. Tindakan yang dilakukan bertujuan agar rencana yang disusun tercapai
dengan adanya kerjasama antara bidan dengan petugas lainnya agar dapat
lebih meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pasien.

7. Tindakan evaluasi pada Ny. “B.G.D” dengan asuhan nifas normal hari
keempat dengan puting lecet telah diberikan semaksimal mungkin dan
sesuai standar pelayanan/rencana asuhan kebidanan serta komplikasi-
komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.
8. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 26 April 2021 di ruang Bayi
RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam
melakukan asuhan kebidanan nifas secara terintegrasi sesuai dengan
standar profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul
antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian
teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang professional sehingga dapat berperan dalam
menurunkan angka kematian klien (AKI). Oleh karena itu bidan
harus meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
melalui program pendidikan, pelatihan-pelatihan, seminar agar
menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan perkembangan
IPTEK.
b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat
yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan
berbagai kasus.

87
c. Seorang bidan hendaknya mampu mendeteksi secara dini adanya
tanda-tanda infeksi pada leher rahim dan menganjurkan klien dan
keluarga segera kepelayanan kesehatan bila memiliki keluhan.

3. Bagi Institusi Pendidikan


a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik
perlu menyediakan tenaga bidan yang professional untuk
menunjang pelaksanaan tugas.
b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan
teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan
untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.
c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlukiranya
penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang
pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan
keterampilan bidan.
4. Bagi Klien
a. Menganjurkan klien untuk kontrol untuk persiapan tindakan
pembedahan.
b. Menganjurkan kepada klien untuk untuk mengomsumsi makanan
dengan gizi seimbang, tablet tambah darah secara rutin, dan
meminum jahe hangat saat nyeri haid terjadi.
c. Menganjurkan kepada klien untuk menjaga kebersihan organ
genetalianya.

88
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas Yogyakarta : Nuha


Medika.
An HY, Kim KS, Yu IK, Kim KW, Kim HK. The Nipple-Areolar Complex A
Pictorial Review of Common and Uncommon Conditions. J Ultrasound
Med. 2010(29)949-962. http://dx.doi.org/10.7863/jum.2010.29.6.949
Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., Damayanti, PI. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan
Dasar Kebidanan 1. Yogyakarta: Deepublish.
Arifeen S., Robert EB., Gretchen A., Abdullah B, dkk. 2011. Exclusive
Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and Diarrhea Deaths
Among Infants in Dhaka Slums. Pediatrics, 108(4): 1-12, Oktober 2011.
Astutik, R.Y.(2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan dan Menyusui. Jakarta: CV
Trans Info Media
Buck ML, Amir LH, Cullinane M, Donath SM. Nipple Pain, Damage, and
Vasospasm in the First 8 Weeks Postpartum. Breastfeeding Medicine.
2014(9)56-62. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24380583
Damaiyanti dan Dian S. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung : Refika
Aditama
Dewi, Hema dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Obstetri dan Ginekologi. Semarang :
Unimus Press
Haryono R, Setianingsih, S. 2014. Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
Helen, Varney. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Juliani, Sri. 2017. Hubnungan Pengetahuan Ibu Nifas tentang Teknik Menyusui
dengan Kejadian Putting Susu Lecet di Desa Emplasement Pasar IV
Namuterasi Kecamatan Sei. Bingei Kabupaten Langkat tahun 2017. Jurnal
Maternal dan Neonatal, 12/12(2017), Hal 13-19.
Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia. 2018
Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2015
Maryunani, Anik. (2013). Inisiasi Menyusu Dini, Asi Ekslusif dan
ManajemenLaktasi. Jakarta: TIM

89
Niazi A, Rahimi VB, Soheili-Far S, et al. A Systematic Review on Prevention and
Treatment of Nipple Pain and Fissure: Are They Curable?. J
Pharmacopuncture. 2018;21(3):139–150. doi:10.3831/KPI.2018.21.017
Ozkul, S., & Turfan, E. Ç. (2018). Determination of relationship between
breastfeeding self-efficacy of mothers and nipple pain/trauma. Health and
Primary Care, 2(3), 1–4. https://doi.org/10.15761/HPC.100014 2
Pratiwi, Novita dkk.2020. Hubungan antara Tekhnik Menyusui dengan Kejadian
Puting Susu Lecet pada Ibu Nifas Primipara di Kelurahan Kangenan
Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan. Jurnal Satuan Bakti Bidan
untuk Negeri (SAKTI BIDADARI).Vol.3 No.2 ISSN : 2580-1821.
Hal 13-21.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Risneni, 2015. Hubungan Teknik Menyusui dengan Terjadinya Lecet Puting Susu
pada Ibu Nifas. Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN
1907 - 0357. Hal 158-163
Saleha S. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: SalembaMedika; 2013.
Shanazi M, Khalili AF, Kamalifard M, Jafarabadi MA, Masoudin K, Esmaeli F.
Comparison of the Effects of Lanolin, Peppermint, and Dexpanthenol
Creams on Treatment of Traumatic Nipples in Breastfeeding Mothers.
Journal of Caring Sciences. 2015(4)297-307.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26744729
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.
Sulistyawati. A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku
Ajar I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .Pp 86-
90.
UNICEF. 2013. Improving Child Nutrition: The achievable imperative for global.
Wahyuni, Rini dkk. 2019. Hubungan Teknik Menyusui dengan Puting Lecet pada
Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Way Sulan di Kabupaten
Lampung Selatan Tahun 2019. Jurnal Maternitas UAP (JAMAN UAP)
Universitas Aisyah Pringsewu. Dapat di akses di
http://journal.aisyahuniversity.ac.id/index.php/Jaman/index
Walyani Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. 2nd ed. Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru; 2017.
Wiknjosastro, H., 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
WHO (Word Health Organization). Word Health Statistics. 2010.
World Health Organization (WHO). 2018. The World Health Organization's
Infant Feeding Recommendation. [online].
Tersedia: http://www.who.int/nutrition/topics/in
fantfeeding_recommendation/en/.

90
91

Anda mungkin juga menyukai