PENDIDIKAN MATEMATIKA
Oleh
I. Filsafat Umum
Ilmu tidak terlepas dari peran filsafat. Ilmu bertujuan untuk menggambarkan sesuatu
yang ada sedangkan filsafat untuk memperjelas fenomena yang digambarkan oleh ilmu
pengetahuan agar mengetahui kebenarannya. Namun, tidak sedikit seseorang yang memahami
peranan filsafat dalam ilmu pengetahuan. Aspek filsafat terdiri dari tiga macam antara lain,
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Berikut penjelasan mengenai ketiga aspek filsafat
tersebut.
A. Ontologi (apa)
Ontologi adalah bidang ilmu filsafat yang mempelajari segala sesuatu yang tampak
secara fisik maupun yang tidak tampak atau abstrak. Dalam filsafat, sesuatu itu disebut apa.
Namun ontologis filsafat tidak hanya membahas tentang apa yang ingin diketahui dari sesuatu
melainkan tentang hubungan antar sesuatu yang berkaitan dan apa metodologi yang digunakan
untuk menjawab ontologis tersebut. Ontologi juga membahas tentang perbedaan antara benda
dan makhluk hidup. Ada tiga teori yang mencakup ontologi, antara lain:
1) Idealisme
Idealisme merupakan ada yang benar-benar ada di dunia. Segala sesuatu yang terlihat nyata
di dunia.
2) Materialisme
Materialisme adalah ada yang sesungguhnya dan keberadaannya bersifat material. Realita
yang sebenarnya adalah segala sesuatu yang mengatasnamakan kebendaaan itu harus
dikesampingkan.
3) Dualisme
Dualisme adalah substansi individual yang terdiri dari dua tipe fundamental yang berbeda.
Kedua fundamental itu terdiri dari material dan mental. Dualisme mengakui bahwa materi
yang tampak secara fisik dan realita yang tampak secara fisik atau dibalik fisik sebagai
penyusun realita.
Ontologi sangat penting untuk dipelajari karena dalam mempelajari ilmu pengetahuan,
harus terlebih dahulu mengetahui apa yang akan dipelajari. Contoh ontologi teman SD. Jika
ditemui sekarang mungkin fisik teman kita akan berubah (kemungkinan semakin tua,
semakin gemuk, semakin kurus dan sebagainya), tetapi ada suatu yang tetap pada diri teman
kita. Meskipun fisiknya telah berubah namun ia tetap teman kita saat SD dulu (bukan orang
lain).
B. Epistemologi (Bagaimana)
Epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan yang benar. Topik epistemologi
berkaitan dengan asal muasal sumber, metode, struktur, metode struktur dan validitas
kebenaran pengetahuan. Pertanyaan epistemologi tentang apa sumber pengetahuan tersebut?
Apa landasan keyakinan tersebut dibenarkan?. Segala sesuatu yang dibicarakan epistemologi
harus dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Epistemologi membahas tentang
pengetahuan. Pertanyaan-pertanyaan pada epistemologi untuk mengetahu apakah seseorang
memiliki pengetahuan atau tidak. Namun, mampu menjawab pertanyaan pun belum menjadi
tujuan epistemologi. Tujuan dari epistemologi adalah bagaimana seseorang menggali potensi
dirinya untuk memperoleh pengetahuan melalui landasan epistemologi yakni metode ilmiah.
Epistemologi memandang bahwa pengetahuan yang diperoleh manusia berdasarkan
pengalaman yang diperoleh dari penginderaan manusia yang kemudian diperiksa dan diselidiki
kebenarannya. Contoh epistemologi rumah. Tentu kita tidak langsung menyebut semua
bangunan adalah rumah. Bagaimana suatu bangunan disebut rumah atau bukan?. Kita akan
mengamati menggunakan panca indera lalu di analisis oleh otak apakah bangunan tersebut
rumah atau tidak.
C. Aksiologi (Untuk Apa)
Aksiologi berkaitan dengan manfaat pengetahuan yang diperoleh dan tujuan ilmu
pengetahuan tersebut. Aksiologi memandang bahwa sebenar-benarnya ilmu pengetahuan itu
tidak ada yang sia-sia jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dua pokok pembahasan
tentang aksiologi mencakup yang pertama tentang kegunaan pengetahuan filsafat dan yang
kedua cara menyelesaikan masalah. Ilmu mempengaruhi peradaban manusia karena dengan
ilmu, kebutuhan manusia dapat tercukupi. Guna mencapai tujuan filsafat, kita harus memahami
filsafat dari tiga hal antara lain filsafat sebagai kumpulan teori, filsafat sebagai metode
pemecahan masalah, filsafat sebagai pandangan hidup. Suatu pengetahuan dianggap benar jika
mengandung unsur aksiologi di dalamnya. Jika aksiologi dihilangkan maka pengetahuan
tersebut dianggap lemah. Aksiologi berguna untuk mengontrol tingkah laku manusia ke arah
yang negatif sehingga pengetahuan tetap berjalan pada jalurnya. Misalnya, pada kasus ilmuwan
yang terlalu fokus pada pengetahuan hingga meragukan Tuhan. Contoh aksiologi handphone.
Seseorang dapat mengetahui apa manfaat dari handphone.
Filsafat bukan hanya sebuah teori belaka. Akan tetapi, filsafat ilmu dapat diterapkan
sesuai masing-masing bidang, misalnya matematika. Hal pertama yang seharusnya diketahui
adalah sejarah dari suatu bidang tersebut lalu ideologi pendidikan dan
paradigma/teori/model/pendekatan yang dapat diterapkan pada bidang tersebut. Dengan
demikian, filsafat ilmu dapat diterapkan secara terstruktur.
Matematika Prasejarah
Pemikiran matematika pada manusia bermula dari konsep bilangan, besaran dan
geometri. Megalit di Inggris dan Skotlandia dari Millenium sampai abad ke-3 SM merupakan
gagasan gabungan geometri antara lain lingkaran, elips dan Triple Phytagoras dalam rancangan
bangun tersebut.
Matematika Babilonia
Matematika Mesir
Matematika Mesir merupakan tulisan yang ditulis menggunakan bahasa bangsa Mesir.
Pada masa pergantian dari Matematika Yunani dan Babilonia, membangkitkan matematika
pada peradaban helenistik. Tulisan Matematika Mesir yang paling populer adalah Lembaran
Rhind atau bisa disebut Lembaran Ahmes karena ditulis oleh Ahmes sekitar tahun 1650 SM.
Lembaran tersebut berisi tentang rumus-rumus luas, cara perkalian, pembagian, pecahan,
barisan aritmatika dan geometri, harmonik dan teori bilangan sempurna. Disamping itu,
lembaran ini berisi tentang persamaan linier orde satu. Pada materi geometri, lembaran ini
berisi tiga pembahasan antara lain: cara memperoleh phi, cara pengkuadratan persamaan
lingkaran, penggunaan teori trigonometri.
Matematika Yunani
Matematika Yunani ditulis dalam bahasa Yunani antara tahun 600 SM. Semua tulisan
matematika pada zaman Yunani berisi tentang penalaran induktif. Matejmatika Yunani dimulai
oleh Thales. Thales menentukan tinggi piramida dengan melakukan perbandingan antara
panjang bayang tongkat yang telah diketahui ketinggiannya. Disamping itu, Thales
menerapkan perbandingan kekongruenan segitiga yakni jarak kapal dan laut. Phytagoras
menemukan bilangan-bilangan figurative. Dari teorema phytagoras menghasilkan bilangan
bujursangkar, triangular, pentagon, hexagon, dan bilangan persegi panjang. Kemudian, lahir
ilmuwan dari Athena bernama Socrates. Socrates merupakan guru dari Plato yang memberikan
sumbangsih tentang metode Elenchos. Sedangkan Plato menyajikan karya tentang Politeria
yang berisi tentang uraian garis besar tentang pandangannya mengenai keadaan yang ideal.
Aristoteles merupakan murid dari Plato yang memberikan sumbangsih tentang suatu sistem
matematika, ilmu logika, metafisika dan fisika.
Matematika China
Perkembangan matematika China terjadi pada empat dinasti antara lain Dinasti Shang
pada tahun 1600-1046 SM, Dinasti Zhou (1046-256 SM), Dinasti Qin (221-206 SM) dan
Dinasti Han tahun 206-220 SM. Zhang Heng merupakan tokoh matematika China yang
memberikan sumbangsih tentang menghitung volume bola menggunakan Pi. Tsu Ch’un dan
Tsu Keng Chih berkontribusi menemukan rumusan pi dari pendekatan 355/113.
Matematika India
B. Ideologi Pendidikan
Ideologi adalah sebuah sistem atau sekelompok keyakinan dan nilai-nilai yang
dipegang oleh kelompok sosial yang berguna untuk mengikat kelompok-kelompok tersebut
dan digunakan oleh mereka sendiri. Kelompok sosial memiliki ideologi. Paul Ernest (1991)
membedakan tiga kelompok kepentingan yang terdiri dari pendidik, matematikawan,
perwakilan industri dan masyarakat. Tujuan-tujuan antar kelompok sosial tersebut antara lain,
pengembangan diri, penanaman matematika murni, ultilitarian yang disesuaikan dengan tujuan
dari para pendidik publik, humanis lama, trainer industri yang dikombinasikan dengan
teknologi pragmatis. Kesesuaian ideologi dengan kelompok sosial sebagai berikut:
Kelompok Sosial Ideologi
Industri Pelatih Dualis/absolut
Teknologi Pragmatis Multiplistic/absolutis
Humanis lama Relativis /absolut (terpisah)
Pendidik Progressive Relativis / absolut terhubung
Pendidik Publik Relativis / fallibilist
Pada pendidikan matematika, terdapat dua tingkatan yang diusulkan yakni (1) tingkat dasar
yang terdiri dari unsur-unsur yang lebih dalam ideologi dan (2) tingkat sekunder yang terdiri
dari unsur-unsur yang dihasilkan dan berkesinambungan dengan ideologi. Model ideologi
pendidikan untuk matematika dipaparkan pada tabel di bawah ini:
Elemen Primer Epistemologi
Filsafat Matematika
Set Nilai Moral
Teori Anak
Teori Masyarakat
Tujuan Pendidikan
Elemen Sekunder Tujuan Pendidikan Matematika
Teori Pengetahuan Matematika Sekolah
Teori Pembelajaran Matematika
Teori Pengajaran Matematika
Teori Penilaian Pembelajaran Matematika
Teori Sumber Pendidikan Matematika
Teori Keanekaragaman Sosial dalam
Pendidikan
Teori Kemampuan Sosial Pendidikan
Matematika
C. Paradigma/Teori/Model/Pendekatan
Implementasi filsafat dalam pembelajaran matematika membutuhkan
teori/model/pendekatan pembelajaran. Paradigma/teori/pendekatan pembelajaran bertujuan
agar pembelajaran lebih terstruktur sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini
dikarenakan setiap paradigma/metode/teori/pendekatan/strategi memuat langkah-langkah
pembelajaran sehingga guru tidak lagi meraba-raba langkah-langkah pembelajaran yang belum
jelas tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Berikut beberapa
paradigma/teori/metode/pendekatan pembelajaran.
PARADIGMA/TE
ORI/METODE/
NO SINTAK PENILAIAN REFERENSI
PENDEKATAN/M
ODEL/STRATEGI
Mengidentifikasi
https://cdngbelajar.si
tujuan pembelajaran
mpkb.id/s3/p3k/Peda
Melakukan analisis
gogi/Artikel/TEORI
pembelajaran Penilaian
1. BEHAVIORISM _BELAJAR_BEHA
Mengidentifikasi Sikap
VIORISTIK_DAN_I
karakteristik dan
MPLIKAS.pdf
kemampuan awal
pembelajar
Menentukan
indikator-indikator
keberhasilan belajar
Mengembangkan
bahan ajar
Mengembangkan
strategi
pembelajaran
Mengamati stimulus
yang mungkin
diberikan
Mengamati dan
menganalisis
respons pembelajar
Memberikan
penguatan
Merevisi kegiatan
pembelajaran
Klarifikasi Masalah
Pengungkapan Penilaian https://media.neliti.c
PROBLEM Pendapat Kognitif om/media/publicatio
2.
SOLVING Evaluasi dan Penilaian ns/247983-none-
pemilihan Autentik a6885e8d.pdf
Implementasi
Menentukan sebuah
tujuan pembelajaran
Melakukan
https://www.gramedi
identifikasi terkait
MEANINGFUL a.com/literasi/teori-
3. karakteristik siswa
LEARNING ausubel/
Memilih mata
pelajaran yang
sesuai dengan
karakteristik siswa
Menentukan topik-
topik dalam bentuk
advance organizer
yang akan dipelajari
siswa
Mempelajari
konsep-konsep inti
ke dalam bentuk
nyata
Mengidentifikasi Penilaian
masalah autentik(tes
https://www.google.c
Membuat desain dan tertulis, tes
o.id/books/edition/M
jadwal pelaksanaan lisan dan
ETODE_PjBL_Proje
proyek penugasan)
ct_Based_Learning_
Melaksanakan Penilaian
BERBA/S0ZFEAA
4. PJBL penelitian kinerja praktik
AQBAJ?hl=id&gbpv
Menyusun prototipe Penilaian
=1&dq=langkah+lan
produk sikap
gkah+pjbl&pg=PA5
Memperbaiki
0&printsec=frontcov
produk
er
Finalisasi dan
publikasi produk
Memahami masalah
kontekstual
Menjelaskan
masalah kontekstual
https://media.neliti.c
Menyelesaikan
Penilaian om/media/publicatio
5. REALISTIK masalah kontekstual
diagnostik ns/121158-ID-
Membandingkan
none.pdf
dan mendiskusikan
jawaban
Membuat
kesimpulan
Mengamati
https://cdn.undiksha.
Menanya
ac.id/wp-
Mengumpulkan Penilaian
content/uploads/sites
informasi Autentik
6. SAINTIFIK /12/2021/03/192241
Menalar Penilaian
32/Pendekatan-
(mengasosiasi) Otentik
Saintifik-dalam-
Mengkomunikasika
Pembelajaran.pdf
n
Pengalaman Nyata http://eprints.unm.ac.
EXPERIENTIAL Observasi Refleksi id/13074/2/eva%20s
7. Pengamatan
LEARNING Konseptualisasi utriana%201620507
Implementasi 01068.pdf
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
dan memotivasi
siswa https://media.neliti.c
Menyampaikan om/media/publicatio
informasi Tes Sumatif ns/258316-
COORPERATIVE
8. Mengorganisasi Penilaian penerapan-model-
LEARNING
peserta didik ke Afektif pembelajaran-
dalam kelompok kooperatif-
belajar 6b477232.pdf
Evaluasi
Memberikan
penghargaan
Tahap sensorimotor
Tahap pra-
https://aprysilver.wor
operasional
TEORI Penilaian dpress.com/2012/09/
9. Tahap Operasional
KOGNITIVISME portofolio 06/teori-belajar-
konkrit
kognitivisme/
Tahap Operasional
formal
Tahap pengalaman
konkret
https://ejournal.iaim
Tahap pengamatan
TEORI bima.ac.id/index.php
10. aktif dan reflektif
HUMANISTIK /tajdid/article/downl
Tahap Penilaian
oad/837/637
konseptualisasi sikap
Tahap
eksperimentasi aktif
Tahap persepsi
Penilaian
Tahap eksplorasi
kognitif https://ejournal.upi.e
TEORI Tahap diskusi dan
Penilaian du/index.php/eduhu
11. KONSTRUKTIVIS penjelasan konsep
afektif maniora/article/down
ME Tahap
Penilaian load/2738/1786
pengembangan dan
psikomotorik
aplikasi konsep
Menentukan tujuan
pembelajaran
Menentukan materi
diklat
Mengkaji sistem
informasi yang
https://ejournal.upi.e
terkandung dalam
TEORI Penilaian du/index.php/eduhu
12. materi diklat
SIBERNETIK portofolio maniora/article/down
Menentukan
load/2738/1786
pendekatan belajar
yang sesuai dengan
sistem informasi
Menyajikan materi
dan membimbing
siswa
PENDEKATAN Introduction Penilaian https://repositori.ke
13.
EKSPOITORI Name of the concept sikap mdikbud.go.id/1328
Give examples Penilaian 3/1/Metode_Eksposit
Define the concept kognitif ori_Jeperis.pdf
Student testing
Extension
Orientasi masalah Penilaian
https://bbpmpjateng.
Merumuskan Formatif
kemdikbud.go.id/pen
masalah
erapan-model-
Membuat hipotesis
PENDEKATAN pembelajaran-
14. Mengumpulkan
INQUIRY inkuiri-pada-
informasi
pembelajaran-
Menguji hipotesis
daring-
Membuat
bagaimanakah/
kesimpulan
Konstruktivisme
Menemukan Penilaian https://pgsd.binus.ac.
PENDEKATAN Bertanya Autentik id/2021/12/08/contex
15.
CTL Masyarakat belajar Penilaian tual-teaching-and-
Pemodelan Sumatif learning-ctl/
Refleksi
Pemberian masalah
Memahami masalah Penilaian
https://ejournal.uksw
PENDEKATAN Pemecahan Masalah keterampilan
16. .edu/scholaria/article
OPEN-ENDED Membandingkan Penilaian
/download/7/6
dan mendiskusikan sumatif
Menyimpulkan
Membuka kegiatan
pembelajaran
Menyampaikan Penilaian https://pmat.uad.ac.i
PENDEKATAN
tujuan pembelajaran Kognitif d/pendekatan-
17. PROBLEM
Menjelaskan materi Penilaian pembelajaran-
POSING
pelajaran Formatif problem-posing.html
Memberikan contoh
soal
Memberikan
kesempatan pada
siswa untuk
bertanya
Memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk
membentuk soal
Preview Penilaian
Question sikap
https://ejournal.uksw
Discussing problem Penilaian
.edu/scholaria/article
18. MODEL PQDis-CS Solve sumatif
/download/4360/177
Create Penilaian
4
Share keterampilan
Remapping mind
1. Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
2. Menyajikan
informasi
3. Mengorganisasik
STUDENT TEAMS
an siswa ke Penilaian
ACHIEVEMENT
19. dalam kelompok- Sikap dan Slavin (2005:143)
DEVISIONS
kelompok Kognitif
(STAD
belajar
4. Membimbing
kelompok dalam
bekerja dan
belajar
5. Evaluasi
1. Berpikir Penilaian http://repo.iain-
THINK PAIR AND
20. 2. Berpasangan Sumatif, tulungagung.ac.id/96
SHARE
Berbagi Observatif, 20/5/BAB%20II.pdf
Sikap dan
Kognitif
V. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang bertujuan agar siswa aktif dalam
membangun pemahamannya sendiri. Hal ini bertujuan agar pembelajaran lebih bermakna.
Konstruktivisme dalam filsafat pendidikan adalah keyakinan bahwa peserta didik secara aktof
membangun pemahamannya sendiri. Konstruktivisme memandang bahwa seseorang mampu
membangun pemahamannya sendiri melalui pengalaman yang telah dilalui. Pengetahuan
sebelumnya mempengaruhi pemahaman yang akan datang. Belajar secara pasif hanya
diibaratkan sebagai bejana kosong, karena siswa tidak terlibat proses pengetahuan baru dalam
pembelajaran. Menurut Vygotsky (1978) menyatakan bahwa lingkungan mempengaruhi cara
berpikir anak. Pengetahuan kognitif berasal dari interaksi sosial antara lingkungan dan anak
dalam membangun pengetahuan. Setiap anak memiliki pola pikir yang berbeda sehingga
meskipun pengajarannya sama akan ada kemungkinan hasil yang diperoleh berbeda. Begitu
juga dengan hasil yang diperoleh sama dapat dimungkinkan berasal dari proses yang berbeda.
Secara umum, konstruktivisme dibagi menjadi tiga yakni konstruktivisme sosial, kognitif dan
radikal yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Behaviorisme Konstruktivisme
Menekankan peran lingkungan dan faktor Menekankan peran proses mental internal
eksternal dalam perilaku dalam pembelajaran dan pengetahuan
Pengetahuan diperoleh melalui rangsangan Pengetahuan dikonstruksi secara aktif oleh
eksternal dan perilaku yang dapat diamati individu berdasarkan pengalamannya
Guru adalah figur otoritas yang Guru merupakan fasilitator yang
menyampaikan ilmu kepada siswa membimbing siswa dalam mengkonstruksi
pemahaman dan pengetahuan sendiri
Siswa merupakan penerima pengetahuan Proses mental internal, pemikiran dan
yang pasif dan merespon terhadap penalaran
penghargaan atau hukuman
Evaluasi didasarkan pada perilaku yang Evaluasi didasarkan pada pemahaman
dapat diamati dan hasil yang dapat diukur individu dan proses mental internal
Pengondisian klasik dan operan, modifikasi, Pembelajaran berbasis masalah,
perilaku dan penguatan pembelajaran berbasis inkuiri, dan kognitif.
Skemp (1992) memberikan contoh tentang bagaimana siswa bepikir secara konstruktivisme.
Terdapat 2 orang anak berusia 7 tahun yang sedang bermain kartu. Pemain pertama
membagikan kartu yang bertuliskan semua pasangan angka penjumlahan, dari 1+1 sampai 5+5.
Pemain tersebut harus mengatakan hasil pada kartu yang dikeluarkan. Pemain kedua mengecek
hasil jika ada keraguan atau untuk memperoleh hasil jika dibutuhkan. (aturan pemasangan
linear dibuat dari dua angka yang menampakkan sisi demi sisi. Anak yang memegang kartu
memberikan jawaban yang benar pada kartu5 + 5 lalu kartu selanjutnya yang dia bagikan
adalah 4 + 5. Dia tidak tahu jawaban. Tanpa memberi tahu dia, temannya mengatakan, “kamu
tahu 5 + 5, bukan? Kamu baru saja mengatakannya. Jadi, berapakah 4 + 5?” . Pada alur cerita
di atas kita tahu bahwa anak kedua tidak hanya memiliki sebuah skema yang berhubungan,
tetapi juga memiliki pemahaman intuitif tentang perbedaan antara menolong seseorang untuk
membangun hasilnya sendiri, dan hanya memberitahunya. Hampir, anak tujuh tahun menjadi
sangat konstruktivisme.
Filsafat merupakan salah satu mata kuliah yang ditempuh pada semester satu dengan
dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. Selama kurang lebih empat bulan mengenal filsafat
dan membangun pemahaman tentang filsafat. Pertemuan pertama sebagai pengenalan filsafat
yakni review video dari Prof Marsigit (https://youtu.be/8t3lalvQbiQ). Dari video tersebut, kita
mengetahui bagaimana filsafat berperan di dalam kehidupan manusia. Filsafat bukanlah ilmu
yang bisa dipelajari dalam waktu singkat. Filsafat merupakan pola pikir atau sudut pandang
seseorang. Hukum tertinggi dalam filsafat adalah Kausa Tuhan. Sehingga, seseorang yang
belajar filsafat namun tidak percaya adanya Tuhan berarti belum belajar filsafat hingga tuntas.
Hal yang membedakan dari seseorang yang berfilsafat dengan orang awam adalah seseorang
yang mengetahui ruang dan waktu. Dimana dia berbicara, siapa lawan bicaranya, kapan
pembicaraanya sehingga kecil kemungkinan akan terjadi kesalahpahaman. Filsuf memandang
suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda dari orang awam. Oleh karenanya,
terkadang bahasa yang digunakan oleh orang filsafat sulit diterima oleh orang awam. Sebagai
contoh, filsafat memandang mati adalah mitos. Tentu menimbulkan banyak pertanyaan ketika
di kelas. Kita ketahui bersama bahwa mati merupakan mutlak takdir dari Tuhan. Jika kita hanya
memandang dari satu dimensi pasti berpikir bahwa pendapat tersebut salah. Namun, filsafat
memandang seseorang yang mati bukanlah mutlak mati namun melanjutkan kehidupan di alam
lain. Itulah alasan mengapa mati adalah mitos.
Selama proses perkuliahan, banyak pesan moral yang saya dapatkan. Dalam
mempelajari filsafat, haruslah di dampingi seorang guru. Hal ini dikarenakan bahasa filsafat
sangat multitafsir. Jika penafsiran salah maka akan berdampak kepada pola pikir bahkan
tindakan yang salah. Coba kita perhatikan di negara kita, tak sedikit terkadang seseorang yang
mengadu domba bangsa kita adalah para filsuf yang seharusnya mereka menyatukan perbedaan
dan melerai perpecahan. Namun, melalui tutur bahasa yang sangat indah padahal menyesatkan
hingga akhirnya memiliki banyak pengikut. Hal inilah yang selalu diingatkan oleh Prof
Marsigit bahwa sebenar-benarnya orang berfilsafat adalah orang yang paham tentang ruang
dan waktu. Terlebih bagi seorang pemula yang belajar filsafat, harus benar-benar memiliki guru
yang tepat. Ciri dari seorang guru itu adalah dia yang mempercayai adanya Tuhan dan
menempatkan Tuhan sebagai Kausa tertinggi, menempatkan kebaikan sebagai universal serta
menjadikan ideologi pancasila sebagai ideologi bangsa. Kita bisa mengamati dari cara bicara
dan pola pikirnya.
Di awal pembelajaran, saya merasakan kebingungan apa itu filsafat dan mengapa kita
belajar filsafat? Apa hubungan filsafat dengan pendidikan matematika?. Seiring berjalannya
waktu, jawaban dari pertanyaan tersebut satu per satu terjawab. Melalui filsafat, pola pikir kita
menjadi lebih luas. Ketika menghadapi permasalahan atau kenyataan, dengan filsafat kita bisa
menemukan solusi dari banyak dimensi dan sudut pandang. Filsafat dalam pendidikan
bertujuan untuk menjelaskan gambaran dari ilmu pengetahuan tersebut. Sumber referensi dan
tokoh filsafat sangatlah banyak. Selama kuliah ini, referensi yang digunakan adalah filsafat
dari sudut pandang Imanuel Kant. Sangat mustahil jika satu semester dalam jangka waktu
empat bulan dapat menuntaskan filsafat hingga pada akarnya. Oleh sebab itu, dasar yang sudah
di dapatkan pada semester ini merupakan pondasi atau langkah awal dalam memperbanyak
sumber bacaan tentang filsafat dan menilik lebih jauh tentang hakikat filsafat.
Saya berterima kasih kepada Prof. Dr. Marsigit, M.A. selaku dosen pengampu yang
sudah membimbing kami serta selalu menjawab pertanyaan yang kami ajukan setiap kelas mata
kuliah. Disamping itu, saya berterima kasih atas nasehat dan pemikiran-pemikiran filsafat yang
mengagumkan. Sosok yang penuh inspirasi, semoga kesehatan dan keberkahan selalu
menyertai.
Daftar Pustaka