PRENURSER1
PRENURSER1
JURNAL
Disusun oleh:
Luki Loviandi
210308083
Teknik Pertanian dan Biosistem
2022
2
Judul : Prenursery
Nama : Luki Loviandi
Nim : 210308083
Program Studi : Teknik Pertanian dan Biosistem B
Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
(Dr.Ir.Charlog.M.P)
NIP: 198611091986012001
Diketahui Oleh:
Asisten Korektor I
(Khairunisa)
NIM:180301062
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT. Tuhan Yang Maha
Esa,karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan jurnal ini
tepat waktu pada waktunya.
Adapun judul dari jurnal ini adalah “PRE NURSERY” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
prenursery program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Sumatra Utara,
Medan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu , penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini .
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................................1
Tujuan Praktikum.......................................................................................................2
Kegunaan penulisan.....................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
BAHAN DAN METODE.................................................................................................6
Alat dan bahan pratikum............................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................7
Hasil..............................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................8
KESIMPULAN..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
LAMPIRAN...................................................................................................................17
ii
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembibitan kelapa sawit adalah masa mempersiapkan tanaman kelapa
sawit selama kurang lebih satu tahun mulai dari kecambah sampai jadi tanaman
mudah yang lengkap. Masa pembibitan merupakan masa penting dalam
kehidupan tanaman kelapa sawit, karena harapan hasil dari masa penting ini
adalah bibit yang unggul dan bermutuh .penggunaan bibit yang unggul dan
bermutuh pada areal kelapa sawit dapat menjaadi penentu tingkar produktivitas
pohon tersebut pada 20 atau 30 tahun mendatang . Oleh karena itu , teknis
budidaya pada masa pembibitan perlu di lakukan dengan efektif sehinggah
Produktivitas rata – rata potensi bila menggunakan bibit unggul mencapai 7.5 ton
ha. Potensi produktivitas dapat di capai apabila sejak bibit di pembibitan utama
mendapatkan hara yang cukup dengan aplikasi pemupukan yang tepat jenis,
jumlah, cara dan waktu .pembibitan merupakan cara awal yang sangat penting
karena membutuhkan produktivitas dan lama umur tanaman berprokduksi (Jannah
et al.,2012)
1
Pertumbuhan vegetatif bibit prenursery lebih tergantung pada sumberdaya di
dalam tanamannya. Penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit di karenakan kecambah kelapa sawit yang di gunakan berasal
dari varietes yang unggul, sehinggah bibit tetap bisa tumbuh dengan optimal di
awal pertumbuhannya karena genetik tanaman yang baik, Bibit juga masih
memamfaatkan cadangan makanan di dalam tubuhnya pada awal pertumbuhan,
sehinggah penting untuk memilih varietes yang unggul dan bermutuh. (Afrillah et
al. 2015)
Pertumbuhan daun yang baik dengan jumlah yang cukup akan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman secara keseluruan. Daun merupakan
tempat berbagai reaksi pembentukan dan pembongkaran bahan bahan peting pada
tanaman yang terjadi, sehinggah ketersediaan daun yang cukup mampuh
memaksimalkan pertumbuhan tanaman jumlah daun bibit kelapa sawit umumnya
di pengaruhi oleh factor genetic dari pada lingkungan, sehinggah kurang
merespon apabila terjadi perubahan lingkungan atau modifikasi perlakuan yang di
lakukan pada tanaman .(Mohidin,2015)
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah meningkatkan pemahaman
tentang prenusery, keterampilan teknis pembibitan kelapa sawit, serta
mempelajari dan menganalisis kegiatan pengolahan pembibitan tanaman kelapa
sawit perkebunan.
Kegunaan penulisan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Sebagai salah satu syarat untuk
dapat memenuhi komponen penilaian praktikum di Laboratorium pre nursery
Program Studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Sumatra Utara,
Meda.dan sebagai sumber bagi para pembaca yang membutuhkan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Parameter jumlah daun menunjukan pengaruh yang tidak nyata setelah
penerapan Teknik penanaman secara vertikultur pada bibit kelapa sawit.
Berdasarkan pengamatan fisik, jumlah daun terbanyak pada 2 BST terdapat pada
perlakuan vertikultur dan memiliki selisih 0,21cm. Rataan pertumbuhan jumlah
daun kelapa sawit Pre nursery dengan penerapan Teknik vertikultur dan
konvensional. Jumlah dan Panjang pelepah daun kelapa sawit lebih di pengaruhi
oleh genetic yang kurang respon terhadap pelakuan yang di berikan. Penambahan
jumlah daun dari 1ke 2 BST pada perlakuan vertikulkur adalah 1,07 helai,
penambahan ini sejalan dengan hasil, penambahan jumlah daun bibit kelapa sawit
pre nursery dari 2 ke 3 BST dengan pemberian berbagai bahan organic adalah
sebesar 1,55cm. (Suryanto 2015)
3
0,080 cm, namun nilai tersebut masih dianggap normal karena pertumbuhan
tanaman kelapa sawit memang cenderung lambat akibat tipe tanamannya yang
tergolong tanaman tahunan . tanaman tahunan memiliki pertumbuhan yang
relatif lambat sehinggah hasil diameter batang yang di hasilkan tidak berbeda jauh
(Yuliyanto et al 2017).
4
adalah sebagai anti kanker dan tekoferun sebagai sumber vitamin E, yang
termasuk zat anti oksidan. Keunggulan lainnya kandungan asam linoleat rendah
sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan
(Setyohadi,2010).
5
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan pratikum
Alat Bahan
Polybag ukuran 10 kg Bibit kelapa sawit (Elaeis guineesis
Jact)
Jangka sorong untuk mengukur 6 bibit prenusery /orang
dimeter batang (mm)
Air
Pengaris pelastik /meteran kain untuk
mengukur tinngi tanaman (cm) Fungisida antacol b.a .(a,i)/Dithane
M-45 b.a (a.i)
Buku untuk mencatat data
Insektisisda Decis
Stik icecream
Tanah Top Soil yang suadah di
Hp untuk memfoto tanaman bersihkan
Pupuk NPKMg(15:15:6:4)
Handsprayer 2 ( untuk insectisida &
fungisida )
Metode
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pemilihan kecambah yang berumur 10 hari.
7
Penyiraman pada bibit Pre nursery Dalam persiapan tanah dalam Main
nursery sama dengan Pre nursery dengan menggunkan tanah top soil (10-
20 cm) yang bebas dari sampah serta bebas dari jamur Genoderma.
PEMBAHASAN
Bibit merupakan benih yang telah berkecambahan dan mengeluarkan akar
dan daun yang berasal dari asimilat yang terdapat pada rndosperm benih/
kecambah yang akan tumbuh menjadi tanaman utuh. Benih memiliki kontribusi
input 7-8% dari total biaya investasi awal, namun kualitas dan karakteristiknya
merupakan hal yang sangat kursial dalam mempengaruhi proses pertumbuhan dan
produktivitas secara keseluruhan. Benih yang digunakan adalah DxP yang
merupakan persilangan dari Dura dan Pesifera yang disebut tenera. Dalam proses
pembibitan tanaman kelapa sawit ada dua cara yaitu pembibitan satu tahap dan
pembibitan dua tahap.
8
meletakkan bibit dari Pre nursery. Penanaman bibit dilakukan menurut kelompok
kategori atau crossing dan bibit babybag dikeluarkan dari bedengan dan diecer di
sisi polybag. Babybag direndam dalam air sebentar lalu ditekan sehingga ola
tanah dapat terlepas dary babybag. Penanaman ke dalam polybag dengan tetap
menjaga agar bola tidak terpecah. Tanah disekitar bola tanah bibit harus
dipadatkan dengan jari dan permukaannya sama tinggi dengan permukaan bola
tanah. Pada polybag diberinomor sesuai dengan nomor kategori bibit yang
ditanam. Penyiraman di pre nursery dilakukan setiap dua kali sehari, yaitu pagi
hari 07.00-10.00 dan sore hari 16.00-18.00 WIB terkecuali jika curah hujan tinggi
melebihi 10mm/hari. Penyiraman dilakukan pada keadaan curah hujan minimal 10
mm/hari. Jumlah air yang diberikan disesuaikan dengan kondisi curah hujan di
areal pembibitan, maka dari itu di areal pembibitan dilengkapi dengan 1unit alat
pengukur curah hujan. Untuk main nursery, besarnya kebutuhan air per bibit atau
polybag untuk penyiraman adalah 10 mm/hari. Jika curah hujan melebihi 10
mm/hari maka penyiraman dihari tersebut ditiadakan dan apabila curah hujan
kurang dari 10 mm/hari, maka perlu dilakukan penyiraman agar kebutuhan air per
bibit atau polybag setara dengan 10 mm/hari. Penyiraman di main nursery
dilakukan secara mekanis dengan menggunakn springkle. Alat digunakan untuk
menyiram tanaman di areal pembibitan yang luas dengan bantuan mesin diesel
sebagai penggerak springkle.
Tinggi Bibit
Aplikasi penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 1 dan 2 bulan setelah tanam (BST).
Berdasarkanpengamatan fisik, tinggi tanaman tertinggi pada 2 BST terdapat pada
perlakuan vertikultur dengan selisih tinggi sebesar 0,42 cm dibandingkan
perlakuan konvensional. Rataan pertumbuhan tinggi bibit dapat dilihat pada Tabel
1.
9
Penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi bibit dikarenakan kecambah kelapa sawit yang digunakan berasal dari
varietas yang unggul, sehingga bibit tetap dapat tumbuh optimal di awal
pertumbuhannya karena genetik tanaman yang baik. Bibit juga masih
memanfaatkan cadangan makanan di dalam tubuhnya pada awal pertumbuhan,
sehingga penting untuk memilih varietas yang unggul dan bermutu. Afrillah et al.
(2015) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif bibit di pre nursery lebih
tergantung pada sumberdaya di dalam tubuh tanamannya. Defisiensi atau
kekurangan faktor pertumbuhan belum menunjukkan pengaruh atau gejala yang
nyata. Namun, hasil pengukuran tinggi bibit kelapa sawit dari literatur ini juga
menyebutkan bahwa tinggi bibit kelapa varietas DxP Simalungun menjadi yang
tertinggi pada 3 BST, dibandingkan varietas DxP Yangambi dan DxP Avros.
Varietas bibit yang digunakan adalah DxP Simalungun yang merupakan salah satu
varietas unggulan dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit). Varietas ini
memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 33 ton/ha/tahun,
rata-rata berat tandan 19,2 kg/tandan, pertumbuhan 75-80 cm/tahun dan memiliki
daya adaptasi yang sangat baik dan luas (PPKS, 2014). Tinggi bibit kelapa sawit
tertinggi terdapat pada perlakuan vertikultur (12,79 cm), hal ini menunjukkan
bahwa Teknik penanaman vertikultur bisa diterapkan pada bibit kelapa sawit.
10
Jumlah Daun
Jumlah daun bibit kelapa sawit umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor
genetik daripada lingkungan, sehingga kurang merespon apabila terjadi perubahan
lingkungan atau modifikasi perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nengsih
(2015) yang menyatakan bahwa jumlah dan panjang pelepah daun kelapa sawit
lebih dipengaruhi oleh genetik dan kurang respon terhadap perlakuan yang
diberikan. Penambahan jumlah daun dari 1 ke 2 BST pada perlakuan vertikultur
adalah 1,07 helai, penambahan ini sejalan dengan hasil penelitian Suryanto (2015)
yang melaporkan bahwa penambahan jumlah daun bibit kelapa sawit pre nursery
dari 2 ke 3 BST dengan pemberian berbagai bahan organik adalah sebesar 1,55
cm. Pertumbuhan daun yang baik dengan jumlah yang cukup akan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Daun merupakan
tempat berbagai reaksi pembentukan dan perombakan bahanbahan penting pada
tanaman terjadi, sehingga ketersediaan daun yang cukup mampu memaksimalkan
pertumbuhan tanaman. Mohidin (2015) melaporkan bahwa jumlah daun yang
11
menurun maka akan menyebabkan penurunan pada parameter tinggi tanaman,
diameter batang, dan luasdaun. Jumlah daun dengan nilai 4,60 helai memiliki
tinggi tanaman, diameter batang, dan luas daun masing-masing sebesar 31,62 cm,
10,36 cm dan 211,98 cm2. Sedangkan, jumlah daun 4 helai memiliki hasil
pengukuran ketiga parameter tersebut masing-masing 28,74 cm, 8,35 cm dan
103,12 cm2
Diameter Batang
12
pertumbuhan diameter batang kelapa sawit. Hasil analisis kandungan unsur hara
pada kompos kotoran sapi yang digunakan di penelitian ini adalah 1,7% Nitrogen
(N); 1,25% Fosfor (P); dan 1,18% Kalium (K). Nilai kandungan unsur hara
tersebut sudah tergolong cukup dan termasuk dalam kisaran nilai kandungan
unsur hara kompos kotoran sapi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Berova (2009)
yang menyatakan bahwa kompos kotoran sapi memiliki kandungan unsur hara
dengan kisaran 0,40% – 2% N; 0,20% – 0,50% P; dan 0,10 – 1,5% K. Kuvaini
(2014) juga melaporkan bahwa kebutuhan hara N, P dan K yang tercukupi dapat
mendukung pertumbuhan diameter batang bibit kelapa sawit.
13
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
3) rak vertikultur dibuat dengan menyusun pipa paralon secara vertikal pada rak
besi dan memasang kolam serta pompa air di bawah rak untuk kegiatan
penyiraman.
14
DAFTAR PUSTAKA
Afrillah, M., Ferry, E.S., & Chairani, H. (2015). Respon pertumbuhan tigavarietas
kelapa sawit di Pre nursery pada beberapa media tanam limbah. Jurnal
Online Agroteknologi, 3(4), 1289-1295.
Hadi, S., Akhsanu, R.N.T., & Agus, D. (2016). Uji Kekuatan Tekan dan Kekuatan
Lentur Pipa Air PVC. Jurnal Logic, 16(1), 7-13.
Intara Y, I., et al. (2011). Pengaruh Pemberian Bahan Organik pada Tanah Liat
dan Lempung Berliat terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal
Pertanian Indonesia, 16(2), 130-135.
Suryanto, T., Wachjar, A., & Supijatno. (2015). The Growth of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) Seedlings at Various Media and Containers in Double
Stage Nursery. Asian Journal of Applied Sciences, 3(5), 664-671.
Yuliyanto, Vira, I.S., & Riki, S. (2017). Pemanfaatan Kotoran Manusia dan Arang
Serbuk Gergaji sebagai Media Tanam Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pembibitan Awal. Jurnal Citra Widya Edukasi, 9(2),
199-210.
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I.Satyawibawa , dan R.H Paeru . 2012 Kelapa Sawit
Penebar Swadaya. Jakarta.
15
Sembiring, J. V., Nelvia, N., & Yulia, A. E. (2016). Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama pada Medium Sub
Soil Ultisol yang diberi Asam Humat danKompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit. Jurnal Agroekoteknologi. 6(1):25-32.
16
LAMPIRAN
17
18