Anda di halaman 1dari 23

PRENURSERY

JURNAL

Disusun oleh:

Luki Loviandi
210308083
Teknik Pertanian dan Biosistem

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2022
PRENURSERY
JURNAL
Disusun Oleh:
Luki Loviandi
210308083
Teknik Pertanian dan Biosistem

Jurnal Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian di


Laboratorium Tanaman perkebunan Program Teknik Pertanian & Biosistem
Fakultas pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

LABORATORIUM TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2022

2
Judul : Prenursery
Nama : Luki Loviandi
Nim : 210308083
Program Studi : Teknik Pertanian dan Biosistem B

Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Dr.Ir.Charlog.M.P)
NIP: 198611091986012001

Diketahui Oleh:
Asisten Korektor I

(Khairunisa)
NIM:180301062

3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT. Tuhan Yang Maha
Esa,karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan jurnal ini
tepat waktu pada waktunya.

Adapun judul dari jurnal ini adalah “PRE NURSERY” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
prenursery program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Sumatra Utara,
Medan.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada


Dr.Ir.Charlog,M.P. selaku dosen penanggung jawab Laboratorium Pre nursery
serta kakak dan abang asisten Laboratorium Prenursery yang telah membimbing
dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu , penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan laporan ini .

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat


bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, 5 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................................1
Tujuan Praktikum.......................................................................................................2
Kegunaan penulisan.....................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
BAHAN DAN METODE.................................................................................................6
Alat dan bahan pratikum............................................................................................6
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................7
Hasil..............................................................................................................................7
PEMBAHASAN...........................................................................................................8
KESIMPULAN..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15
LAMPIRAN...................................................................................................................17

ii
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pembibitan kelapa sawit adalah masa mempersiapkan tanaman kelapa
sawit selama kurang lebih satu tahun mulai dari kecambah sampai jadi tanaman
mudah yang lengkap. Masa pembibitan merupakan masa penting dalam
kehidupan tanaman kelapa sawit, karena harapan hasil dari masa penting ini
adalah bibit yang unggul dan bermutuh .penggunaan bibit yang unggul dan
bermutuh pada areal kelapa sawit dapat menjaadi penentu tingkar produktivitas
pohon tersebut pada 20 atau 30 tahun mendatang . Oleh karena itu , teknis
budidaya pada masa pembibitan perlu di lakukan dengan efektif sehinggah
Produktivitas rata – rata potensi bila menggunakan bibit unggul mencapai 7.5 ton
ha. Potensi produktivitas dapat di capai apabila sejak bibit di pembibitan utama
mendapatkan hara yang cukup dengan aplikasi pemupukan yang tepat jenis,
jumlah, cara dan waktu .pembibitan merupakan cara awal yang sangat penting
karena membutuhkan produktivitas dan lama umur tanaman berprokduksi (Jannah
et al.,2012)

Penaman secara vertikultur ini membutuhkan wadah atau rak penanaman.


Wadah tersebut bisa di buat dari berbagai macam alternatif bahan, seperti bambu,
talang air, kayu dan pipa paralon . bahan yang paling baik di gunakan adalah
pipah palaron karena lebih tahan lama dan kuat ,harga relatif murah , tahan lama
dan mudah di rangkai , oleh karena itu penanaman rak vertikultur pipa paralon
dapat lebih optimal karena wadah yang di gunakan memiliki banyak banyak
kelebihan. (Hadi et al.2016)

Pertumbuhan bibit prenursery masik memiliki perakaran yang pendek dan


pertumbuhan morfologi yang tidak terlalu tinggi, sehingga penanaman di pipa
paralon dan penyiraman dengan pompa dapat dilakukan . vertikultur adalah yang
bernilai ekonomis tinggi dan memiliki perakaran pendek. Kondisi morforlogi
perakaran bibit sawit (umur 1 sampai 3bulan) yang sama dengan perakaran
sayuran yang masik pendek, menjadi dasar yang baik untuk melakukan percobaan
penanaman bibit vertikultur.(Ariati, 2017)

1
Pertumbuhan vegetatif bibit prenursery lebih tergantung pada sumberdaya di
dalam tanamannya. Penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit di karenakan kecambah kelapa sawit yang di gunakan berasal
dari varietes yang unggul, sehinggah bibit tetap bisa tumbuh dengan optimal di
awal pertumbuhannya karena genetik tanaman yang baik, Bibit juga masih
memamfaatkan cadangan makanan di dalam tubuhnya pada awal pertumbuhan,
sehinggah penting untuk memilih varietes yang unggul dan bermutuh. (Afrillah et
al. 2015)

Pertumbuhan daun yang baik dengan jumlah yang cukup akan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman secara keseluruan. Daun merupakan
tempat berbagai reaksi pembentukan dan pembongkaran bahan bahan peting pada
tanaman yang terjadi, sehinggah ketersediaan daun yang cukup mampuh
memaksimalkan pertumbuhan tanaman jumlah daun bibit kelapa sawit umumnya
di pengaruhi oleh factor genetic dari pada lingkungan, sehinggah kurang
merespon apabila terjadi perubahan lingkungan atau modifikasi perlakuan yang di
lakukan pada tanaman .(Mohidin,2015)

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah meningkatkan pemahaman
tentang prenusery, keterampilan teknis pembibitan kelapa sawit, serta
mempelajari dan menganalisis kegiatan pengolahan pembibitan tanaman kelapa
sawit perkebunan.

Kegunaan penulisan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Sebagai salah satu syarat untuk
dapat memenuhi komponen penilaian praktikum di Laboratorium pre nursery
Program Studi Agroteknologi Fakultas pertanian Universitas Sumatra Utara,
Meda.dan sebagai sumber bagi para pembaca yang membutuhkan.

2
TINJAUAN PUSTAKA
Parameter jumlah daun menunjukan pengaruh yang tidak nyata setelah
penerapan Teknik penanaman secara vertikultur pada bibit kelapa sawit.
Berdasarkan pengamatan fisik, jumlah daun terbanyak pada 2 BST terdapat pada
perlakuan vertikultur dan memiliki selisih 0,21cm. Rataan pertumbuhan jumlah
daun kelapa sawit Pre nursery dengan penerapan Teknik vertikultur dan
konvensional. Jumlah dan Panjang pelepah daun kelapa sawit lebih di pengaruhi
oleh genetic yang kurang respon terhadap pelakuan yang di berikan. Penambahan
jumlah daun dari 1ke 2 BST pada perlakuan vertikulkur adalah 1,07 helai,
penambahan ini sejalan dengan hasil, penambahan jumlah daun bibit kelapa sawit
pre nursery dari 2 ke 3 BST dengan pemberian berbagai bahan organic adalah
sebesar 1,55cm. (Suryanto 2015)

Aplikasi penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata


terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 1dan 2 bulan setelah tanam (BST).
Berdasarkan pengamatan fisik, tinggi tanaman tertinggi pada 2 BST terdapat pada
perlakuan vertikultur dengan selisih tinggi sebesar 0,42 cm di bandingkan
perlakuan konvensional. Menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif bibit pre
nursery lebih tergantung pada sumberdaya di dalam tubuh tanaman. Defenisi atau
kekurangan factor pertumbuhan pengukuran tinggi bibit kelapa sawit dari literatur
ini juga menyebutkan bahwa tinggi bibit kelapa varietas DxP simalungun menjadi
yang tertinggi pada 3BST, di banding varietas DxP yangambi dan DxP Avros.
DxP Simalungun merupakan varietes yang memiliki potensi produksi tanda buah
segar (TBS) mencapai 33 ton/ha/tahun dan memiliki daya adaptasi yang sangat
baik dan luas,(Afrila et al. 2015)

Pertumbuhan diameter batang penting untuk di perhatikan karena batang


menjadi tempat bertumpunya pelepah daun kelapa sawit di masa mendatang. Oleh
karena itu, di perlukan batang dengan diameter batang yang kokoh dan kuat untuk
menopang pelepah nantinya. Nilai diameter batang yang tertinggi terdapat pada
perlakuan konvesional, namun tidak signafiakan perbedaannya dengan perlakuan
vertikultur. Hal ini menunjukkan kedua perlakuan bisa menghasilkan nilai
diameter batang tidak terlalu tinggi dari bulan 1 ke 2 BST (rata – rata penambahan

3
0,080 cm, namun nilai tersebut masih dianggap normal karena pertumbuhan
tanaman kelapa sawit memang cenderung lambat akibat tipe tanamannya yang
tergolong tanaman tahunan . tanaman tahunan memiliki pertumbuhan yang
relatif lambat sehinggah hasil diameter batang yang di hasilkan tidak berbeda jauh
(Yuliyanto et al 2017).

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu komoditi


perkebunan yang penting di Indonesia, karena merupakan sumber perolehan
devisa negara yang cukup besar. Data ini juga tercantum luas areal perkebunan
kelapa sawit di Provinsi Bengkulu mencapai 308.669 ha, dengan produksi sebesar
914. 103/ton sawit. Dalam pengembangan kelapa sawit, bibit merupakan produk
dari suatu proses pengadaan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap
pencapaian hasil produksi dan masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah
awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Bibit kelapa
sawit yang baik memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta
berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan
transplanting (Asmono et al., 2003).

Untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang baik, maka diperlukan


perlakuan khusus terhadap media tanam dan pupuk yang digunakan selama proses
pembibitan. Kompos TKKS mengandung unsur hara utama N, P, K, dan Mg yang
dapat mendukung pertumbuhan tanaman pada pembibitan. Asra et al. (2015)
menyatakan bahwa pemberian bahan organik yang berasal dari kompos TKKS
dapat memudahkan penyerapan N oleh tanaman, yakni nitrat dan ammonium.
Kedua unsur ini mempercepat pembentukan hijau daun (klorofil) untuk proses
fotosintesis khususnya bibit kelapa sawit di pre-nursery. Kombinasi 50 g/ polybag
asam humat dan 75 g/polybag kompos TKKS memberikan peningkatan tertinggi
pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter bonggol, dan berat kering
dibandingkan kombinasi perlakuan lain (Sembiring et al., 2015).

Menurut perkiraan, kurang lebih 90% dari produksi minyak dunia


dipergunakan sebagai bahan pangan. Minyak sawit yang digunakan sebagai
produk pangan berasal dari minyak inti yang mengalami proses fraksinasi,
vaksinasi dan hidrogenase. Keunggulan minyak sawit sebagai bahan pangan

4
adalah sebagai anti kanker dan tekoferun sebagai sumber vitamin E, yang
termasuk zat anti oksidan. Keunggulan lainnya kandungan asam linoleat rendah
sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan
(Setyohadi,2010).

Sejalan dengan perluasan daerah, produksi juga meningkat dengan laju


9,4% per tahun. Pada awal 2001-2004 luas areal kelapa sawit dan produksi
masing-masing tumbuh dengan laju 3,97% dan 7,25% per tahun, sedangkan
ekspor meningkat 13,05% per tahun. Tahun 2010 produksi crude palm oil (CPO)
diperkirakan akan meningkat antara 5-6% sedangkan untuk periode 2010-2020,
pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar antara 2-4% (Harahap, 2011). Faktor
utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit
yaitu penggunaan bibit yang berkualitas, sepeti yang diungkapkan Pahan (2006).

Perawatan tanaman merupakan suatu hal yang mampu menstimulus


pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman ialah pemupukan. Pemupukan
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah yang mampu
mendorong tingkat kesuburan pada tanah agar membuat tanaman menjadi rentan
terhadap penyakit yang dapat merugikan. Pemupukan juga akan membuat tingkat
produksi sesuai dengan yang di harapkan (Fauzi et al., 2012).

5
BAHAN DAN METODE
Alat dan bahan pratikum
Alat Bahan
Polybag ukuran 10 kg Bibit kelapa sawit (Elaeis guineesis
Jact)
Jangka sorong untuk mengukur 6 bibit prenusery /orang
dimeter batang (mm)
Air
Pengaris pelastik /meteran kain untuk
mengukur tinngi tanaman (cm) Fungisida antacol b.a .(a,i)/Dithane
M-45 b.a (a.i)
Buku untuk mencatat data
Insektisisda Decis
Stik icecream
Tanah Top Soil yang suadah di
Hp untuk memfoto tanaman bersihkan

Pupuk NPKMg(15:15:6:4)
Handsprayer 2 ( untuk insectisida &
fungisida )

Metode

Mengukur setiap tanaman bedasarkan 5 parameter yaitu:

 Tinggi Tanaman (cm)


 Diameter Tanaman (Diukur dari kiri batang dan dari kanan, kemudian di
bagi dua) mm
 Jumlah Daun (Helai)
 Total Luas Daun ( cm2 ¿
 Bobot Basah Tanaman (g), 2 tanaman di destrukti

6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
 Pemilihan kecambah yang berumur 10 hari.

 Pengisian polybag dan penanaman kecambah Dalam persiapan tanah


dalam Main nursery sama dengan Pre nursery dengan menggunkan tanah
top soil (10-20 cm).

 Proses pengukuran tinggi pada bibit pre nursery menggunakan penggaris


tinggi bibit kelapa sawit umur 1 dan 2 bulan setelah tanam (BST).

7
 Penyiraman pada bibit Pre nursery Dalam persiapan tanah dalam Main
nursery sama dengan Pre nursery dengan menggunkan tanah top soil (10-
20 cm) yang bebas dari sampah serta bebas dari jamur Genoderma.

PEMBAHASAN
Bibit merupakan benih yang telah berkecambahan dan mengeluarkan akar
dan daun yang berasal dari asimilat yang terdapat pada rndosperm benih/
kecambah yang akan tumbuh menjadi tanaman utuh. Benih memiliki kontribusi
input 7-8% dari total biaya investasi awal, namun kualitas dan karakteristiknya
merupakan hal yang sangat kursial dalam mempengaruhi proses pertumbuhan dan
produktivitas secara keseluruhan. Benih yang digunakan adalah DxP yang
merupakan persilangan dari Dura dan Pesifera yang disebut tenera. Dalam proses
pembibitan tanaman kelapa sawit ada dua cara yaitu pembibitan satu tahap dan
pembibitan dua tahap.

Dalam persiapan tanah dalam Main nursery sama dengan Pre


nurserydengan menggunkan tanah top soil (10-20 cm) yang bebas dari sampah
serta bebas dari jamur Genoderma.Tanah diayak dan dicampur dengan pupuk RP
dengan dosis 375 gr/100 kg tanah. Tanah hasil ayakan dicampur dengan solid
dengan perbandingan volume antara tanah dan solid 3:1 yang kemudian
dipadatkan sampai 3 cm bibir polybag. Polybag yang berisi tanah disusun dengan
jarak tanam 90 cm x 90 cm segitiga sama sisi yang telah di pancang sebelumnya.
Sebelum ditanami bibit tanah disiram terlebiuh dahulu dan dipadatkan kembali.
Polybag yang disusun di bor menggunakan bor tangan sebagai tempat untuk

8
meletakkan bibit dari Pre nursery. Penanaman bibit dilakukan menurut kelompok
kategori atau crossing dan bibit babybag dikeluarkan dari bedengan dan diecer di
sisi polybag. Babybag direndam dalam air sebentar lalu ditekan sehingga ola
tanah dapat terlepas dary babybag. Penanaman ke dalam polybag dengan tetap
menjaga agar bola tidak terpecah. Tanah disekitar bola tanah bibit harus
dipadatkan dengan jari dan permukaannya sama tinggi dengan permukaan bola
tanah. Pada polybag diberinomor sesuai dengan nomor kategori bibit yang
ditanam. Penyiraman di pre nursery dilakukan setiap dua kali sehari, yaitu pagi
hari 07.00-10.00 dan sore hari 16.00-18.00 WIB terkecuali jika curah hujan tinggi
melebihi 10mm/hari. Penyiraman dilakukan pada keadaan curah hujan minimal 10
mm/hari. Jumlah air yang diberikan disesuaikan dengan kondisi curah hujan di
areal pembibitan, maka dari itu di areal pembibitan dilengkapi dengan 1unit alat
pengukur curah hujan. Untuk main nursery, besarnya kebutuhan air per bibit atau
polybag untuk penyiraman adalah 10 mm/hari. Jika curah hujan melebihi 10
mm/hari maka penyiraman dihari tersebut ditiadakan dan apabila curah hujan
kurang dari 10 mm/hari, maka perlu dilakukan penyiraman agar kebutuhan air per
bibit atau polybag setara dengan 10 mm/hari. Penyiraman di main nursery
dilakukan secara mekanis dengan menggunakn springkle. Alat digunakan untuk
menyiram tanaman di areal pembibitan yang luas dengan bantuan mesin diesel
sebagai penggerak springkle.
Tinggi Bibit
Aplikasi penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 1 dan 2 bulan setelah tanam (BST).
Berdasarkanpengamatan fisik, tinggi tanaman tertinggi pada 2 BST terdapat pada
perlakuan vertikultur dengan selisih tinggi sebesar 0,42 cm dibandingkan
perlakuan konvensional. Rataan pertumbuhan tinggi bibit dapat dilihat pada Tabel
1.

9
Penanaman bibit secara vertikultur tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi bibit dikarenakan kecambah kelapa sawit yang digunakan berasal dari
varietas yang unggul, sehingga bibit tetap dapat tumbuh optimal di awal
pertumbuhannya karena genetik tanaman yang baik. Bibit juga masih
memanfaatkan cadangan makanan di dalam tubuhnya pada awal pertumbuhan,
sehingga penting untuk memilih varietas yang unggul dan bermutu. Afrillah et al.
(2015) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif bibit di pre nursery lebih
tergantung pada sumberdaya di dalam tubuh tanamannya. Defisiensi atau
kekurangan faktor pertumbuhan belum menunjukkan pengaruh atau gejala yang
nyata. Namun, hasil pengukuran tinggi bibit kelapa sawit dari literatur ini juga
menyebutkan bahwa tinggi bibit kelapa varietas DxP Simalungun menjadi yang
tertinggi pada 3 BST, dibandingkan varietas DxP Yangambi dan DxP Avros.
Varietas bibit yang digunakan adalah DxP Simalungun yang merupakan salah satu
varietas unggulan dari PPKS (Pusat Penelitian Kelapa Sawit). Varietas ini
memiliki potensi produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 33 ton/ha/tahun,
rata-rata berat tandan 19,2 kg/tandan, pertumbuhan 75-80 cm/tahun dan memiliki
daya adaptasi yang sangat baik dan luas (PPKS, 2014). Tinggi bibit kelapa sawit
tertinggi terdapat pada perlakuan vertikultur (12,79 cm), hal ini menunjukkan
bahwa Teknik penanaman vertikultur bisa diterapkan pada bibit kelapa sawit.

Vertikultur pipa dengan penyiraman melalui pompa mampu mencukupi


kebutuhan (kapasitas lapang) air bibit kelapa sawit, selain itu media tanam yang
digunakan yaitu menggunakan bahan organik sangat baik menjaga kelembaban
media sehingga mampu meningkatkan tinggi tanaman. Intara (2011) menyatakan
bahwa jumlah air yang terdapat di tanah tergantung dari kemampuan tanah untuk
menyerap dan meneruskan air yang diterima dari permukaan tanah. Kemampuan
mengikat air pada tanah ini dipengaruhi oleh tekstur dan bahan organik tanah.

10
Jumlah Daun

Parameter jumlah daun menunjukkan pengaruh yang tidak nyata setelah


penerapan teknik penanaman secara vertikultur pada bibit kelapa sawit.
Berdasarkan pengamatan fisik, jumlah daun terbanyak pada 2 BST terdapat pada
perlakuan vertikultur dan memiliki selisih 0,21 cm. Rataan pertumbuhan jumlah
daun kelapa sawit pre nursery dengan penerapanteknik vertikultur dan
konvensional dapat dilihat pada Tabel 2

Jumlah daun bibit kelapa sawit umumnya lebih dipengaruhi oleh faktor
genetik daripada lingkungan, sehingga kurang merespon apabila terjadi perubahan
lingkungan atau modifikasi perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nengsih
(2015) yang menyatakan bahwa jumlah dan panjang pelepah daun kelapa sawit
lebih dipengaruhi oleh genetik dan kurang respon terhadap perlakuan yang
diberikan. Penambahan jumlah daun dari 1 ke 2 BST pada perlakuan vertikultur
adalah 1,07 helai, penambahan ini sejalan dengan hasil penelitian Suryanto (2015)
yang melaporkan bahwa penambahan jumlah daun bibit kelapa sawit pre nursery
dari 2 ke 3 BST dengan pemberian berbagai bahan organik adalah sebesar 1,55
cm. Pertumbuhan daun yang baik dengan jumlah yang cukup akan membantu
mengoptimalkan pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Daun merupakan
tempat berbagai reaksi pembentukan dan perombakan bahanbahan penting pada
tanaman terjadi, sehingga ketersediaan daun yang cukup mampu memaksimalkan
pertumbuhan tanaman. Mohidin (2015) melaporkan bahwa jumlah daun yang

11
menurun maka akan menyebabkan penurunan pada parameter tinggi tanaman,
diameter batang, dan luasdaun. Jumlah daun dengan nilai 4,60 helai memiliki
tinggi tanaman, diameter batang, dan luas daun masing-masing sebesar 31,62 cm,
10,36 cm dan 211,98 cm2. Sedangkan, jumlah daun 4 helai memiliki hasil
pengukuran ketiga parameter tersebut masing-masing 28,74 cm, 8,35 cm dan
103,12 cm2

Diameter Batang

Penerapan teknik penanaman bibit kelapa sawit secara vertikultur tidak


berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Peningkatan pertumbuhan diameter
batang dari 1 ke 2 BST adalah sebesar 0,05 cm pada perlakuan vertikultur, dan
0,11 cm pada konvensional. Diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan
konvensional, namun hanya berbeda 0,03 cm dari perlakuan vertikultur (Tabel 3)

Pertumbuhan diameter batang penting untuk diperhatikan karena batang


menjadi tempat bertumpunya pelepah daun kelapa sawit di masa mendatang. Oleh
karena itu, diperlukan batang dengan diameter batang yang kokoh dan kuat untuk
menopang pelepah nantinya. Nilai diameter batang tertinggi terdapat pada
perlakuan konvensional, namun tidak signifikan perbedaannya dengan perlakuan
vertikultur. Hal ini menunjukkan kedua perlakuan bisa menghasilkan nilai
diameter batang yang optimal. Walaupun pertambahan nilai diameter batang tidak
terlalu tinggi dari bulan 1 ke 2 BST (rata-rata penambahan 0,080 cm, namun nilai
tersebut masih dianggap normal karena pertumbuhan tanaman kelapa sawit
memang cenderung lambat akibat tipe tanamannya yang tergolong tanaman
tahunan. Yuliyanto et al. (2017) menyatakan bahwa tanah tahunan memiliki
pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga hasil diameter batang yang dihasilkan
tidak berbeda jauh. Media tanam yang digunakan berupa top soil dan kompos
kotoran sapi sudah menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendukung

12
pertumbuhan diameter batang kelapa sawit. Hasil analisis kandungan unsur hara
pada kompos kotoran sapi yang digunakan di penelitian ini adalah 1,7% Nitrogen
(N); 1,25% Fosfor (P); dan 1,18% Kalium (K). Nilai kandungan unsur hara
tersebut sudah tergolong cukup dan termasuk dalam kisaran nilai kandungan
unsur hara kompos kotoran sapi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Berova (2009)
yang menyatakan bahwa kompos kotoran sapi memiliki kandungan unsur hara
dengan kisaran 0,40% – 2% N; 0,20% – 0,50% P; dan 0,10 – 1,5% K. Kuvaini
(2014) juga melaporkan bahwa kebutuhan hara N, P dan K yang tercukupi dapat
mendukung pertumbuhan diameter batang bibit kelapa sawit.

13
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1) teknik penanaman secara vertikultur dapat dijadikan alternatif metode


penanaman bibit kelapa sawit pre nursery;

2) penerapan teknik vertikultur belum berpengaruh nyata terhadap parameter


morfologi bibit kelapa sawit pre nursery umur 1 dan 2 BST, namun berdasarkan
pengamatan fisik penanaman secara vertikultur menunjukkan pertumbuhan
morfologi yang lebih baik dibandingkan penanaman secara konvensional;

3) rak vertikultur dibuat dengan menyusun pipa paralon secara vertikal pada rak
besi dan memasang kolam serta pompa air di bawah rak untuk kegiatan
penyiraman.

4) Faktor kematian bibit diantaranya disebabkan dari faktor kesalahan manusia


yang kurang hati-hati pada saat proses penanaman berlangsung. Jenis pekerjaan
harian tanpa target hasil yang diterapkan di pembibitn kurang efektif dalam
kuantitas hasil yang dicapai, serta kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh
mandor pada saat pelaksanaan kegiatan di lapangan.

5) Kegiatan praktikum yang penulis lakukan telah meningkatkan pengetahuan


tentang bididaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman pemelijaraan
bibit pre nursery. Secara umum, pemeliharaan bibit sudah berjalan dengan baik.
Persentase bibit yang tumbuh pada minggu ke-2 hingga minggu ke-3 sangat baik
sehingga sangat layak untuk dilanjutkan ke tahap main nursery. Faktor kematian
bibit diantaranya disebabkan dari faktor kesalahan manusia yang kurang hati-hati
pada saat proses penanaman berlangsung.

14
DAFTAR PUSTAKA
Afrillah, M., Ferry, E.S., & Chairani, H. (2015). Respon pertumbuhan tigavarietas
kelapa sawit di Pre nursery pada beberapa media tanam limbah. Jurnal
Online Agroteknologi, 3(4), 1289-1295.

Berova, M. (2009). Effect of Organic Fertilization on Growth and Yield of Pepper


Plants (Capsicum annum L.). Journal Folia Horticulture, Bulgaria. 3-7.

Hadi, S., Akhsanu, R.N.T., & Agus, D. (2016). Uji Kekuatan Tekan dan Kekuatan
Lentur Pipa Air PVC. Jurnal Logic, 16(1), 7-13.

Intara Y, I., et al. (2011). Pengaruh Pemberian Bahan Organik pada Tanah Liat
dan Lempung Berliat terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal
Pertanian Indonesia, 16(2), 130-135.

Mohidin, H., et al. (2015). Determination of Optimum Levels of Nitrogen,


Phosporus, and Potassiuum of Oil Palm Seedlings in Solution Culture.
Bragantia Campinas, 74(3), 247-254.

Suryanto, T., Wachjar, A., & Supijatno. (2015). The Growth of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) Seedlings at Various Media and Containers in Double
Stage Nursery. Asian Journal of Applied Sciences, 3(5), 664-671.

Yuliyanto, Vira, I.S., & Riki, S. (2017). Pemanfaatan Kotoran Manusia dan Arang
Serbuk Gergaji sebagai Media Tanam Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Pembibitan Awal. Jurnal Citra Widya Edukasi, 9(2),
199-210.

Ariati, P.E.P. (2017). Produksi Beberapa Tanaman Sayuran dengan Sistem


Vertikultur di Lahan Pekarangan. Agrimeta, 7(13), 2088-2521.

Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I.Satyawibawa , dan R.H Paeru . 2012 Kelapa Sawit
Penebar Swadaya. Jakarta.

15
Sembiring, J. V., Nelvia, N., & Yulia, A. E. (2016). Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama pada Medium Sub
Soil Ultisol yang diberi Asam Humat danKompos Tandan Kosong Kelapa
Sawit. Jurnal Agroekoteknologi. 6(1):25-32.

Setyohadi. 2010. Diktat Agroindustri Hasil Tanaman Perkebunan. USU Press,


Medan.

16
LAMPIRAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai