Anda di halaman 1dari 32

KONSEP DASAR DAN KETERAMPILAN DASAR

MENGAJAR (KDM) DALAM PEMBELAJARAN MIKRO


Makalah ini disusun untuk memenuuhi tugas mata kuliah Supervisi Klinis dan
Pembelajaran Mikro
Dosen Pengampu : Syunu Trihantoyo, S.Pd., M.Pd
Shelly Andari,S.Pd.,M.Pd.

Disusun oleh :
Indah W.D. 20010714042
Adella K.M 20010714053
Aurellia S.W.N. 20010714059
Annisa Dhea N.A. 20010714062
Ayunda Putri A. 20010714063
Sofia Nur F. 20010714075
Syahfiria Y.S. 20010714078
Azzahra A.Y. 20010714087

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “KONSEP DASAR DAN KETERAMPILAN
DASAR MENGAJAR (KDM) DALAM PEMBELAJARAN MIKRO” dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasullullah SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak. Penulisan
ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah supervisi pendidikan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Jenis
Supervisi Pendidikan bagi pembaca serta penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syunu Trihantoyo, S.Pd., M.Pd.
dan Ibu Shelly Andari S.Pd.,M.Pd., selaku dosen mata kuliah supervisi klinis dan
pembelajaran mikro yang telah memberikan tugas ini, sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam mata kuliah ini . Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesain makalah.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sekaligus memperluas wawasan. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna dari bentuk penyusunan maupun
materi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya,20 Februari 2022

Tim Penyusun
Daftar Isi

Halaman Judul ..................................................................................................................................1


Kata Pengantar .................................................................................................................................2
Daftar Isi .............................................................................................................................................3
BAB I ..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..............................................................................................................................4
Rasional Penulisan ..........................................................................................................................4
Rumusan Masalah ...........................................................................................................................5
BAB II ................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN ................................................................................................................................7
Pengertian Pembelajaran Mikro ......................................................................................................7
Tujuan Pembelajaran Mikro............................................................................................................8
Manfaat Pembelajaran Mikro..........................................................................................................9
Prinsip Pembelajaran Mikro............................................................................................................9
Karakteristik Pembelajaran Mikro ................................................................................................11
Unsur Pembelajaran Mikro .......................................................................................................11
Tahapan-Tahapan Pembelajaran Mikro ........................................................................................13
Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar ....................................................................................14
Prinsip Pelaksanaan Keterampilan Dasar Mengajar .....................................................................15
Jenis Keterampilan Dasar Mengajar .............................................................................................16
BAB III .............................................................................................................................................29
PENUTUP ........................................................................................................................................29
Kesimpulan ...................................................................................................................................29
Saran..............................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasional Penulisan
Pembelajaran mikro merupakan sebuah pembelajaran yang dilakukan dengan
melatihkan komponen dalam kompetensi dasar mengajar yang disederhanakan hal
ini meliputi aspek kompetensi mengajar, pengelolaan siswa, penguasaan
pembelajaran atau materi, dan cara pengelolaan waktu. Pelaksanaan pembelajaran
mikro merupakan realisasi dari pola pengajaran sesungguhnya dan didesain dalam
bentuk mikro. Dalam pelaksanaannya setiap calon pendidik menyiapkan bahan
untuk mengajar dan kemudian dilakukan dalam pembelajaran di kelas bersama
peserta didik (Ardi, 2017). Pengembangan pembelajaran mikro ini dimaksudkan
untuk mendukung calon guru agar berkompeten dan professional dalam menjalankan
tugasnya. Pembelajaran mikro atau microteaching ini harus dapat menambah
kemampuan dan wawasan yang dimiliki mahasiswa sebagai calon pendidik afar
menjadi lebih siap serta sigap dalam pemecahan suatu masalah kependidikan.

Dalam mewujudkan keterampilan mengajar yang baik dalam pembelajaran


mikro bukanlah hal yang mudah. Apalagi pada era sekarang permasalahan dalam
pendidikan merupakan sering terjadi dan perlu adanya kemampuan dan keterampilan
dari pendidik yang memadai agar dapat menangani permasalahan dengan baik. Perlu
adanya kesiapan yang baik bagi calon pendidik agar dapat menyelenggarakan
pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi peserta didik (Setiawan & Mulyati,
2018). Untuk mencapai kompetensi guru yang baik dan professional pada era
sekarang perlu adanya keterampilan yang sangat dibutuhkan yakni yakni
keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar menagajar ini perlu dipahami dan
diterapkan agar dalam melaksanakan pembelajaran dapat tercipta pembelajaran yang
efektif. Karena seideal apapun kurikulum jika tidak diimbangi dengan kemampuan
guru untuk mengimplementasikan maka pembelajaran tidak akan maksimal.

Keterampilan dasar mengajar memiliki makna yakni keterampilan standart


yang harus dimiliki oleh setiap pendidik dan keterampilan ini melekat pada
profesinya di penyelenggaraan pembelajaran oleh lembaga pendidikan (Mansyur,
2017). Dalam keterampilan ini memberikan bekal kepada calon pendidik agar dapat
memberikan pengajaran yang efektif dan dapat menyampaikan materi dengan baik.
Keterampilan dasar mengajar ini dapat dilatihkan atau diberikan melalui
pembelajaran mikro dan harus dikuasi seorang calon guru sebelum
menyelenggarakan praktik pembelajaran di lapangan. Dengan pendidik yang
memiliki keterampilan mengajar yang baik dan menguasai kompetensi guru, maka
tentu akan membuat pembelajaran yang diselenggarakan akan berjalan dengan baik
dan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Maka dari itu sangat penting bagi calon
pendidik untuk dapat mengaplikasikan keterampilan dasar mengajar tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pembelajaran microteaching?
2. Apa saja tujuan dari pembelajaran microteaching?
3. Apa manfaat dari pembelajaran microteaching?
4. Apa saja prinsip dari pembelajaran microteaching?
5. Bagaimana karakteristik dari pembelajaran microteaching tersebut?
6. Apa saja unsur yang ada dalam pembelajaran microteaching?
7. Bagaimana tahapan-tahapan dalam pembelajaran microteaching?
8. Apa pengertian dari keterampilan dasar mengajar microteaching?
9. Apa saja prinsip yang ada dalam keterampilan dasar mengajar
microteaching?
10. Apa saja jenis yang ada dalam keterampilan dasar mengajar microteaching?

C. Tabel Peran Mahasiswa dalam Penulisan Makalah

No. NIM Nama Mahasiswa Peran


Mengerjakan sub bab pengertian
1. 20010714042 Indah Widiyanti Dwirahma KDM, prinsip KDM, dan
Kesimpulan bagian KDM
Mengerjakan sub bab pengertian
2. 20010714053 Adella Kusnul Mas’ulla dan tujuan pembelajaran mikro,
dan rasional penulisan
Mengerjakan sub bab tahapan
Aurellia Salsabila Wynne
3. 20010714059 pembelajaran mikro, merapikan
Nissa
rujukan dengan mendeley, dan
menggabungkan tiap materi
menjadi satu makalah
Mengerjakan sub bab jenis
Annisa Dhea Nur
4. 20010714062 KDM ke-4 – 6 dan mengedit/
Alfatturohmi
merapikan makalah
Mengerjakan sub bab jenis
KDM ke-1 – 3, membuat tabel
5. 20010714063 Ayunda Putri Agustina
peran mahasiswa, dan sub bab
saran
Mengerjakan sub bab jenis
6. 20010714075 Sofia Nur Fazira KDM ke-7 – 8 dan membuat
PPT untuk presentasi
Mengerjakan sub bab
karakteristik dan unsur
7. 20010714078 Syahfiria Yulian Saputri
pembelajaran mikro, dan sub
bab rumusan masalah
Mengerjakan sub bab manfaat
pembelajaran mikro, prinsip
8. 20010714087 Azzahra Adawiyah Yusri pembelajaran mikro, dan
kesimpulan bagian pembelajaran
mikro
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Mikro


Pembelajaran mikro merupakan sebuah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan konsep sederhana dan waktu yang singkat dari bagian demi bagian
namun tetap dengan kontrol yang cermat sehingga diperoleh kemampuan yang
optimal. Menurut Cooper dan Allen (1971) mengartikan pembelajaran mikro
merupakan sebuah kondisi pembelajaran yang dilakukan dengan waktu dan peserta
didik yang terbatas yakni dengan waktu 5-20 menit dan dengan jumlah siswa 3-10
orang. Sedangkan menurut Mc. Laughlin dan Moulton (1975) mendefinisikan bahwa
pembelajaran mikro ialah suatu pendekatan atau metode pembelajaran yang didesain
atau dirancang untuk melatih keterampilan calon pendidik melalui bagian demi
bagian keterampilan dasar mengajar yang dilakukan secara terkontrol dalam kegiatan
pengajaran. Sedangkan menurut waskito (1977) pembelajaran mikro merupakan
sebuah metode pembelajaran atas dasar keterampilan mengajar yang tekniknya
dengan mengisolasikan komponen pembelajaran sehingga menjadikan calon
pendidik dapat menguasai keterampilan satu per satu dengan situasi yang
disederhanakan (Ardi, 2017).

Dari beberapa pengertian pembelajaran mikro di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran mikro merupakan sebuah kegiatan praktik mengajar yang dilakukan
secara sederhana dalam lingkup terbatas untuk mengembangkan keterampilan dasar
mengajar calon pendidik. Dalam bentuk pembelajaran yang disederhanakan ini
dimana calon pendidik berada pada suatu kelas yang terkontrol dan terbatas, dan di
dalamnya mengajarkan satu konsep pembelajaran dengan menggunakan satu
ataupun 2 keterampilan dasar mengajar. Penyederhanaan ini terletak pada materi,
jenis keterampilan mengajar, waktu, peserta didik, media, dan lain-lain. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa kegiatan pengajaran merupakan suatu hal yang
kompleks, dalam rangka penguasaan keterampilan mengajar calon pendidik perlu
dikuasai secara terisolasi atau terpisah-pisah tiap komponennya agar seorang calon
pendidik dapat menguasai keterampilan mengajarnya dengan baik dan tepat (Welven
Aida, 2019).
B. Tujuan Pembelajaran Mikro
Pembelajaran memiliki beberapa tujuan umum yakni diantaranya adalah
untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa atau calon pendidik untu dapat
melatih dirinya dalam mempraktikkan keterampilan dasar mengajar di depan umum
dan dalam kondisi yang suportif dan bersahabat sehingga mampu memberikan
dukungan mental dan kemampuan mengajar yang terintregasi untuk dapat dijadikan
bekal mengajar dalam sekolah. Dalam hal ini pembelajaran mikro ditujukan untuk
calon pendidik agar dapat memiliki kompetensi yang harus dimilikinya dalam
melakukan pengajaran seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan
kompetensi sosial. Kompetensi tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan harus
diterapkan oleh guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan mampu
menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa (Sadikin, 2020).

Selain tujuan umum dalam pelaksanaan pembelajaran mikro juga memiliki


beberapa tujuan khusus yakni diantaranya :
a. Mahasiswa dapat memiliki keterampilan yang baik dalam mempersiapkan
kegiatan mengajar
b. Membentuk mahasiswa menjadi calon pendidik yang professional dan dapat
mengoreksi dan menilai kekurangan dan kelebihannya dalam melakukan pengajaran.
c. Menjadikan calon pendidik yang bertanggung jawab serta berpegang teguh
pada etika keguruan
d. Dapat berbicara secara runtut dan jelas di depan kelas sehingga peserta didik
atau audience dapat memahami dengan mudah
e. Dapat terampil dalam membuka serta menutup kegiatan pembelajaran
f. Dapat memberikan motivasi belajar kepada peserta didik
g. Mampu membuat variasi di dalam pembelajaran
h. Mampu menggunakan alat dan media pembelajaran dengan baik dan benar
i. Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis,
paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik.
j. Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis
dan praktis (Sadikin, 2020)
C. Manfaat Pembelajaran Mikro
➢ Bagi guru
1. Guru dapat berlatih agar dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan mengajar yang sudah dimilikinya
2. Guru dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannya terkait dengan
keterampilan mengajar yang harus dikuasainya
3. Pembelajaran mikro ini bisa dijadikan sebagai proses uji coba terhadap hal-
hal yang baru, misalnya pada penerapan metode, materi baru, dan media
ataupun jenis-jenis keterampilan mengajar lainnya sebelum diterapkan
dalam proses pembelajaran yang sebenarnya
4. Keterampilan mengajar yang dikuasai oleh guru dapat menjadi lebih baik
➢ Bagi mahasiswa calon guru
- Dapat melatih bagian demi bagian dari setiap keterampilan mengajar yang harus
dikuasainya dengan lebih terkontrol dan terkendali
- Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan keterampilan mengajar yang harus
dikuasainya
- Dapat menerima informasi secara objektif, lengkap dan juga akurat dari proses
latihan yang sudah dilakukan
- Dapat melakukan latihan ulang untuk memperbaiki kekurangan dan juga dapat
mengembangkan serta meningkatkan kemampuan yang dimilikinya (Berangka,
2018)

D. Prinsip Pembelajaran Mikro


Prinsip pembelajaran mikro adalah ketentuan, kaidah, atau aturan yang wajib
dijadikan acuan pada pelaksanaan mikro teaching. Sesuatu yang sudah disepakati
menjadi ketentuaan, aturan, prinsip, oleh karena itu saat aturan itu di taati maka akan
menimbulkan dampak yang positif pada proses serta hasil dari pembelajaran mikro.
Begitupun sebaliknya, jika ketentuan, aturan itu tidak ditaati maka pembelajaran
mikro yang salah satunya sebagai pendekatan pembelajaran untuk membina dan
meningkatkan keterampilan mengajar, tidak akan memberikan dampak yang baik.
Berikut ini prinsip yang menjadi ketantuan atau aturan dalam menerapkan
pembelajaran mikro, yaitu:

1. Fokus pada penampilan


Penampilan setiap peserta yang berlatih ini merupakan sasaran utama dalam
pembelajaran mikro. Dalam hal ini penampilan yang dimaksud merupakan perilaku
peserta dalam melatihkan setiap jenis keterampilan mengajarnya. Pada umumnya
penampilan menunjukkan performance seseorang secara konkrit bisa diamati atau
dilihat.
2. Spesifik dan konkrit
Prinsip kedua ini adalah menekankan pada hal-hal yang lebih khusus dari setiap
keterampilan yang dilatihkan. Prinsip ini dimaksudkan agar peserta yang berlatih
bisa memfokuskan pada jenis keterampilan secara optimal. Begitu juga dengan
supervisor, dalam melakukan pengamatannya hanya mengamati tingkah laku guru
atau calon guru secara cermat dan akurat.
3. Umpan balik
Umpan balik adalah proses memberikan sebuah komentar, solusi untuk
memecahkan suatu masalah, dan juga saran yang berdasarkan pada hasil
pengamatan yang sudah dilakukan oleh seseorang yang berlatih. Setelah setiap
peserta selesai melakukan latihan pembelaajaran mikro, kemudian langsung
dilakukan kegiatan umpan balik ini.
4. Keseimbangan
Prinsip keempat ini bersangkutan dengan prinsip yang ketiga yaitu umpan balik,
dimana seorang pengamat memberikan komentar, saran atau kritik tentang
penampilan seorang peserta dalam praktik (guru atau calon guru) tidak hanya
menunjukkan kelemahan peserta praktik. Tetapi juga harus menyebutkan kelebihan
penampilan yang dimilikinya. Dengan begitu, peserta dapat menerima masukan
atau saran yang baik dari segi kelebihan maupun kelemahannya. Masukkan yang
diberikan melalui umpan balik yang jujur, transparan, juga seimbang ini, nantinya
diharapkan menjadi pendorong untuk mempertahankan dan meningkatkan
kelebihannya dan memperbaiki kekurangannya.
5. Ketuntasan
Lalu prinsip berikutnya adalah ketuntasan yaitu kemampuan yang maksimum dari
keterampilan yang dipelajari. Jika dari satu atau dua latihan masih ada hal-hal yang
perlu ditingkatkan dalam penerapan jenis keterampilan tertentu, maka semua pihak
harus membantu dalam melatih kembali agar diperoleh keterampilan yang
maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan.
6. Maju berkelanjutan
Yang terakhir adalah maju berkelanjutan, artinya siapa pun yang berlatih
menggunakan pendekatan pembelajaran mikro harus maju belajar terus menerus,
tanpa batas, jadi ketika seseorang telah terampil menguasai suatu model atau jenis
keterampilan dalam latihan, bukan berarti bahwa semuanya dianggap selesai, namun
masih banyak tantangan yang lain untuk dipelajari, dilatih, dan dikuasai. Inilah arti
makna dari prinsip maju berkelanjutan, yaitu kemauan untuk terus meningkatkan dan
memperbaiki diri.

E. Karakteristik Pembelajaran Mikro


Pada pembelajaran microteacing ini ruang lingkup pada suatu kompetensi dasar
atau satu hasil belajar serta satu materi pokok bahasan termasuk terbatas jika
dibandingkan dengan pembelajaran real teaching yang dimana real teaching ini
ruang lingkup nya sangat luas (Syafi’i., 2014). Karakteristik lain dari microteaching
ini sebagaimana dikutip dalam (Helmiati, 2013) ialah:
• Alokasi waktu yang tersedia diantaranya 10-15 menit
• Segi keterampilan yang dilatihkan termasuk terbatas dimana hanya terfokus pada
setiap komponen saja
• Jumlah siswa yang terbatas hanya berkisar 5-10 orang
• Menampilkan hanya 1 atau 2 keterampilan dasar mengajar, yang merupakan bagian
dari keterampilan mengajar yang kompleks
• Pembelajaran diharapkan dapat direkam sebagai bentuk bahan diskusi terhadap
guru/calon guru dimana hal tersebut dapat dikoreksi serta diberikan feedback untuk
menjadi perbaikan kedepannya atas kekurangan praktikan.

F. Unsur Pembelajaran Mikro


Menurut Allen dan Ryan dalam (Sukirman, 2012) mengidentifikasi unsur-
unsur dari microteaching tersebut diantaranya:
A. Micro teaching is real teaching
Pada kalimat diatas yang dimaksud ialah bahwa pada proses latihan
pendekatan pembelajaran yang dikembangkan adalah kegiatan mengajar
yang sesungguhnya (real teaching). Tetapi hanya saja dilaksanakan bukan
pada kelas yang sesungguhnya, melainkan dilaksanakan dalam suatu tempat
khusus dimana dirancang untuk digunakan pembelajaran mikro. Seperti
contohnya, seorang guru yang nantinya akan mengajar sebelumnya pasti akan
menyiapkan RPP terlebih dahulu guna untuk persiapan dalam proses belajar
mengajar. Demikian hal nya bagi setiap yang ingin berlatih menggunakan
pendekatan atau contoh pembelajaran mikro ini terlebih dahulu wajib untuk
membuat/menciptakan persiapan yang matang baik persiapan itu secara
tertulis (RPP) maupun persiapan-persiapan yang lain yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan kelancaran proses pembelajaran mikro ini.
B. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom teaching
Dalam hal ini latihan melalui pendekatan pembelajaran mikro tentu
dilakukan secara lebih sederhana/disederhanakan, dimana hal itu meliputi
setiap unsur atau komponen pembelajaran. Maka dari itu, kegiatan latihan
mengajar dengan dalam pembelajaran micro ini berbeda dengan kegiatan
pembelajaran pada umumnya.
C. Micro teaching focuses on training for the accomplishment of specific tasks
Dalam latihan yang dikembangkan dalam pembelajaran micro ini hanya
difokuskan pada jenis keterampilan yang tertentu secara spesifik, sesuai
dengan apa yang diinginkan atau sesuai atas dasar saran yang telah diberikan
oleh pihak supervisor. Oleh karena itu, meskipun pembelajaran micro ini
termasuk dikategorikan dalam bentuk kegiatan mengajar yang sebenarnya,
akan tetapi setiap peserta berlatih untuk memfokuskan diri pada jenis
keterampilan yang sedang ia latih. Misalnya jenis keterampilan membuka
pembelajaran, maka jenis keterampilan itu digunakan sebagai acuan utama
untuk melakukan aktivitas pembelajarannya, sementara itu aspek lainnya
pada kegiatan pembelajaran tetap dilakukan namun tidak menjadi fokus
perhatian.
D. Micro teaching allows for the increased control of practice
Pendekatan pembelajaran micro ini lebih diarahkan untuk meningkatkan
kontrol pada setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang
dimaksud disini ialah seperti cermat, ketat dan komprehensif karena hal itu
lebih mudah dilakukan dalam pembelajaran micro, serta dikarenakan setiap
peserta yang berlatih hanya memfokuskan diri pada keterampilan tertentu
saja. Maka dari itu pihak observer lebih bisa memusatkan pengamatannya
kepada jenis keterampilan tertentu yang sedang dilakukan oleh guru yang
sedang berlatih, selain itu pihak observer dapat dengan mudah mendapatkan
data informasi yang cukup lengkap dan akurat terkait dengan gambaran
kemampuan yang sedang berlatih. Dengan hal itu pihak observer dapat
memberikan masukan secara akurat dan lengkap untuk perbaikan
kedepannya pada sesi latihan bagi setiap yang berlatih.
E. Micro teaching greatly expands the normal knowledge of results or feedback
dimension in teaching
Dengan pendekatan pembelajaran micro ini dapat memperluas wawasan dan
pemahaman terkait dengan pembelajaran. Pihak-pihak yang berkepentingan
akan mendapatkan masukan yang sangat berharga guna untuk memperbaiki
proses penyiapan, pembinaan dan peningkatan profesi guru.

G.Tahapan-Tahapan Pembelajaran Mikro


Sebelum melaksanakan pembelajaran mikro terdapat beberapa tahapan yang harus
dilakukan oleh seorang guru, adapun tahapan tersebut di antaranya:
1. Tahap Persiapan
Memahami dan menguasai landasan-landasan teori dalam keterampilan dasar mengajar
dan wawasan, mengamati dan meniru penerapan model-model keterampilan mengajar.
Menggunakan perencanaan program pembelajaran yang mengacu kepada format yang
dibutuhkan ketika praktik lapangan di sekolah, serta membuat kontrak keterampilan
mengajar yang akan dilaksanakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Mempraktikkan secara nyata keterampilan dasar mengajar secara berulang, sehingga
akan diketahui kekurangan pada keterampilan yang disampaikan kepada peserta didik
untuk lebih dikuasai oleh guru dan terampil menggunakannya dalam kegiatan
pembelajaran. Pada tahapan ini, seorang guru sudah dapat mempersiapkan perangkat
pembelajaran mulai dari RPP, media yang akan digunakan dan segala sesuatu yang
digunakan untuk menunjang pembelajaran.
3. Tahap Evaluasi
Pada akhir pelaksanaan pembelajaran mikro, guru memberikan komentar terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan dan anggota lain (peserta didik dan observer)
memberikan feed back yang konstruktif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
oleh guru. Hasilnya akan dijakdikan sebagai evaluasi untuk penyusunan persiapan
pelaksanaan pembelajaran mikro yang lebih baik dengan menerapkan keterampilan
terintegrasi pada tahap akhir.

H. Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar


- Menurut Amstrong (1992:33) dalam (Wahyulestari, 2018) Keterampilan Dasar
Mengajar yaitu kemampuan dalam menspesifikasi tujuan performasi, kemampuan
dalam mendiagnosa peserta didik, keterampilan dalam memilih strategi
pembelajaran, kemampuan untuk berinteraksi dengan peserta didik, serta
keterampilan dalam menilai efektifitas pengajaran.
- Menurut (Damanik et al., 2021) Keterampilan Dasar Mengajar adalah kemampuan
yang harus dipahami, dikuasai, serta diterapkan oleh seorang guru setiap
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kemampuan tersebut merupakan dasar atau
landasan yang bersifat sine qua non (sebuah unsur yang sangat penting) untuk
diterapkan oleh guru pada saat melaksanakan aktivitas pembelajaran.
- Menurut (As. Gilcman,1991) dalam (Wahyulestari, 2018) Keterampilan Dasar
Mengajar atau biasa disebut teaching skills merupakan kemampuan atau
keterampilan khusus (most specific instructional behaviors) yang wajib dimiliki dan
dikuasai oleh tenaga pengajar seperti guru, dosen, instruktur ataupun widyaiswara
dalam melaksanakan kegiatan mengajar secara efektif, efisien, serta profesional.
- Menurut (Ismail, 2015) Keterampilan Dasar Mengajar ialah keterampilan yang
bersifat generik atau mendasar serta kompleks yang harus dimiliki dan dikuasai oleh
semua tenaga pengajar. Terdapat 8 keterampilan dasar mengajar diantaranya
keterampilan bertanya, keterampilan dalam memberi penguatan, keterampilan untuk
mengadakan variasi, keterampilan dalam menjelaskan, keterampilan ketika
membuka dan menutup pelajaran, keterampilan dalam membimbing diskusi
kelompok kecil, keterampilan dalam pengelolaan kelas, serta keterampilan dalam
mengajar kelompok kecil dan perorangan.
- Dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Dasar Mengajar ialah sebuah keterampilan
mendasar dalam menjalankan tugas professional seorang guru yang menjadi modal
utama serta harus dikuasai oleh guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang
efektif dan efisien sehingga menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Keterampilan dasar mengajar memberikan pengertian lebih dalam hal mengajar.
Mengajar bukan hanya sekadar proses menyampaikan materi saja, melainkan
menyangkut aspek yang lebih luas seperti pembinaan sikap, emosional, karakter,
kebiasaan, dan nilai-nilai.

I. Prinsip Pelaksanaan Keterampilan Dasar Mengajar


Menurut (Sundari et al., n.d.) dalam bukunya terdapat beberapa prinsip dalam
melaksanakan keterampilan dasar mengajar, diantaranya :
1. Kesesuaian
Kesesuaian yakni dalam memilih serta menentukan unsur - unsur dan jenis keterampilan
dasar mengajar yang akan dilaksanakan harus memperhatikan serta menyesuaikan
seluruh komponen pembelajaran. Kesesuaian menjadi hal yang sangat penting, karena
saat menerapkan setiap unsur pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran. Misalnya memberikan stimulus melalui
penggunaan multi media dan metode yang bervariasi, hendaknya penggunaan tersebut
disesuaikan dengan tujuan (kompetensi) pembelajaran yang ingin dicapai, sesuain
dengan kondisi siswa, materi pembelajaran, dan unsur-unsur pembelajaran lainnya.
2. Kreativitas dan Inovatif
Kreativitas menekankan bahwa unsur- unsur keterampilan dasar mengajar yang
digunakan harus dikemas semenarik mungkin. melalui kreativitas akan muncul yang
suatu hal baru dan berbeda dengan cara yang dilakukan sebelumnya yakni menjadi
sebuah inovatif. Misalnya ketika menerapkan keterampilan membuka pembelajaran,
tidak selalu harus dengan cara memberikan free test, akan tetapi secara kreatif dan
inovatif bisa dengan cara lain, misalnya memberikan ilustrasi dan games.
3. Ketepatan
Ketepatan bertujuan agar pembelajaran berjalan secara efektif, efisien, dan mencapai
sasaran. Prinsip ketetapan yang digunakan dalam keterampilan dasar bertanya, misalnya
ketika guru memberikan pertanyan namun ternyata tidak memancing respon peserta
didik berarti cara atau materi pertanyaan yang diajukan kurang tepat sehingga perlu
diganti dengan cara bertanya yang lain.
4. Kebermanfaatan
Unsur keterampilan dasar mengajar yang diterapkan harus memiliki nilai
kebermanfaatan atau kegunaan terhadap penegembangan potensi peserta didik.
Pembelajaran merupakan proses untuk merubah perilaku pesrta didik meliputi
pengetahun, sikap, serta keterampilan. Oleh karena itu, penggunaan keterampilan dasar
mengajar diharuskan memiliki nilai atau manfaat sehingga lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran.
5. Membangkitkan Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi termasuk memiliki peran yang penting sehingga sangat
menentukan terhadap kualitas pembelajaran. Mengingat pentingnya perhatian dan
motivasi, maka penerapan unsur-unsur atau aspek pembelajaran harus membangkitkan
perhatian dan motivasi peserta didik. Untuk itu, selama proses pembelajaran
berlangsung perhatian dan motivasi peserta didik harus selalu terjaga pada kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.
6. Menyenangkan
Suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) termasuk unsur
pembelajaran yang harus diciptakan oleh guru ketika melaksanakan proses
pembelajaran. Melalui pembelajaran yang menyenangkan peserta didik akan merasa
nyaman, bersemangat, bahkan merasa bebas untuk mengeksplor pembelajaran sesuai
dengan potensi dan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian, penggunaan unsur-unsur
keterampilan dasar mengajar harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
akrab dan menyenangkan

J. Jenis Keterampilan Dasar Mengajar


1. Keterampilan Bertanya
Menurut KBBI, “bertanya” berasal dari kata dasar “tanya” yang memiliki arti
permintaan keterangan. Sedangkan, “terampil” memiliki arti cakap dalam
menyelesaikan tugas atau mampu dan cekatan. Sehingga, dapat diambil kesimpulan
pengertian keterampilan bertanya yaitu kemampuan seseorang dalam memberikan
pertanyaan dengan tujuan meminta keterangan kepada orang lain atau pihak yang
menjadi lawan bicara. Keterampilan bertanya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
sebagai berikut:

1) Keterampilan bertanya dasar


Yang dimaksud keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan yang
diajukan diawal atau pertanyaan pertama atau pertanyaan pembuka. Tujuan dan
manfaat dari adanya keterampilan bertanya dasar secara umum adalah sebagai
berikut:
(a) Meningkatkan keikutsertaan peserta didik secara penuh dalam
pembelajaran yang diikuti.
(b) Meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berpikir.
(c) Memunculkan dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga
akan memberikan dorongan untuk aktif mencari sumber-sumber belajar
lain yang lebih luas.
(d) Memfokuskan atau memusatkan perhatian dan memotivasi peserta didik
mengenai suatu isu dalam pembelajaran.

Adapun beberapa tipe pertanyaan yang termasuk ke dalam keterampilan


bertanya dasar, yaitu:

(a) Pertanyaan yang menuntut fakta


(b) Pertanyaan yang menuntut perbandingan
(c) Pertanyaan yang menuntut daya analisis
(d) Pertanyaan yang menuntut daya perkiraan
(e) Pertanyaan yang menuntut cara pengorganisasian
(f) Pertanyaan yang tidak perlu mengemukakan jawaban

Agar pertanyaan yang diajukan oleh guru sebagai instrumen pembelajaran


dapat mencapai sasaran, maka guru harus memperhatikan beberapa syarat dan
kriteria pertanyaan sebagai berikut:

(a) Menggunakan bahasa yang baik dan jelas


(b) Memberikan waktu berpikir yang cukup
(c) Pemerataan giliran pemberian pertanyaan
(d) Pertanyaan diberikan secara acak (random)
(e) Memberikan acuan pada pertanyaan
(f) Keantusiasan dan kehangatan suasana
(g) Pertanyaan yang merangsang cara berpikir siswa

2) Keterampilan bertanya lanjut


Yang dimaksud dengan pertanyaan lanjut adalah pertanyaan yang diajukan
sebagai kelanjutan dari pertanyaan dasar. Menurut Sukirman (2012), secara
teknis pertanyaan lanjut merupakan kelanjutan pertanyaan dasar yang ingin lebih
mengungkap skill berpikir yang lebih kompleks, analitis dan bersifat keseluruhan
dari penerima pertanyaan, dalam hal ini adalah siswa. Sehingga secara kualitatif,
pertanyaan lanjut yang diajukan harus lebih bermutu dibandingkan dengan
pertanyaan dasar.

Secara spesifik, tujuan dan manfaat adanya keterampilan bertanya lanjut


adalah untuk:

(a) Memberikan dorongan pada siswa untuk mengembangkan cara berpikir


dalam mengelola informasi yang didapatkan.
(b) Memberikan dorongan pada siswa untuk meningkatkan skill dalam
membuat dan mengajukan pertanyaan berdasarkan informasi terkait yang
lengkap.
(c) Memberikan dorongan pada siswa untuk menciptakan ide-ide baru yang
inovatif dan kreatif serta mengembangkan ide-ide tersebut.
(d) Memberikan dorongan pada siswa untuk mengikuti pembelajaran secara
analitis dan komperehensif.

Selanjutnya yaitu beberapa kriteria dari keterampilan bertanya lanjutan


menurut Bastian (2019), yang mencakup beberapa hal berikut:

(a) Penggantian tuntutan tingkat kognitif


(b) Sistematisasi urutan pertanyaan
(c) Penggunaan pertanyaan pelacak
(d) Menciptakan interaksi

Adapun beberapa jenis pertanyaan yang termasuk dalam bertanya lanjut,


yaitu sebagai berikut:

(a) Knowledge (pertanyaan ingatan), yaitu pertanyaan yang diberikan


dengan tujuan siswa dapat mengingat kembali materi yang sudah
dipelajari.
(b) Comperehension (pertanyaan pemahaman), yaitu pertanyaan yang
digunakan untuk membantu siswa mengorganisir materi-materi yang
sudah didapat.
(c) Application (pertanyaan penerapan), yaitu pertanyaan untuk mendorong
siswa agar dapat menerapkan materi/informasi yang didapatkan dalam
proses problem solving.
(d) Analysis (pertanyaan analisis), yaitu pertanyaan untuk membantu
mengembangkan skill siswa dalam berpikir kritis, terperinci, dan
mendalam.
(e) Synthesis (pertanyaan sintesis), yaitu pertanyaan yang memberikan
dorongan pada siswa untuk menunjukkan pemikiran yang kreatif dan
original.
(f) Evaluation (pertanyaan evaluasi), yaitu pertanyaan yang diajukan untuk
mendorong kemampuan siswa dalam berpikir dan melatih mental pada
tingkatan yang lebih tinggi.
2. Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh para guru karena akan sangat berpengaruh terhadap berhasil atau
tidaknya suatu proses pembelajaran. Keterampilan ini juga dipengaruhi oleh tingkat
kesulitan serta bentuk karakteristik dari isi materi yang ingin disampaikan. Secara
etimologis, kata menjelaskan memiliki arti membuat sesuatu menjadi jelas. Secara
sederhana, pengertian keterampilan menjelaskan adalah upaya yang dilakukan untuk
memperjelas sesuatu atau untuk membuat sesuatu menjadi lebih jelas. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara
lisan dengan mengorganisasikan isi materi pelajaran secara sistematik sehingga
dapat lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
Dengan adanya keterampilan menjelaskan, siswa akan dapat memiliki
pemahaman yang baik, utuh, serta jelas mengenai sesuatu yang dipelajarinya,
sehingga nantinya siswa dapat menerapkan konsep-konsep materi pelajaran yang
telah dikuasai dalam kegiatan lain atau dalam kehidupannya sehari-hari. Adapun
beberapa tujuan dari adanya kegiatan menjelaskan, yaitu sebagai berikut:
a) Untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami pelajaran
secara jelas.
b) Untuk memberikan bimbingan kepada siswa agar paham mengenai
unsur, dasar hukum, dan konsep pelajaran yang dijelaskan secara logis
dan objektif.
c) Untuk dapat meningkatkan keaktifan dan daya cipta peserta didik dalam
problem solving dengan cara menerapkan critical thinking, analytical
thinking, cara berpikir sistematis dan logis.
d) Untuk menjawab rasa ingin tahu para siswa terhadap suatu pelajaran yang
ingin dipelajari.
e) Untuk mendapatkan timbal balik atau feedback dari siswa berupa
pemahaman terhadap pelajaran yang telah dijelaskan.

Menurut Sukirman (2012), secara garis besar terdapat dua unsur pokok
dalam keterampilan menjelaskan yang harus dikuasai oleh para guru. Kedua unsur
pokok tersebut, yaitu:

a) Keterampilan merencanakan penjelasan


Unsur ini erat hubungannya dengan keterampilan mengkomunikasikan.
Adapun tiga komponen penting yang harus menjadi pertimbangan dalam
merencanakan suatu penjelasan, diantaranya yaitu: (a) materi pelajaran
yang akan dijelaskan; (b) sarana atau media pembelajaran yang
digunakan untuk menjelaskan; (c) karakteristik peserta didik sebagai
yang menerima penjelasan.

b) Keterampilan melaksanakan / menyajikan penjelasan


Kejelasan tentang materi yang disampaikan tergantung pada yang
menjelaskan materi. Oleh karena itu, dalam melaksanakan penjelasan
seorang guru harus memiliki tingkat kejelasan penyampaian materi yang
baik. Beberapa unsur yang mempengaruhi pelaksanaan penjelasan, yakni
sebagai bierikut: (a) kefasihan dalam berbicara, (b) penggunaan susunan
kalimat yang benar, (c) penggunaan bahasa yang baik dan benar, (d)
penggunaan istilah yang sesuai dan mudah dimengerti oleh peserta didik.

Selain itu, terdapat beberapa prinsip dalam keterampilan menjelaskan dengan


tujuan agar para peserta didik dapat memahami secara jelas setiap materi yang telah
disampaikan. Beberapa prinsip tersebut diantaranya yaitu: (a) hubungan/keterkaitan
dengan tujuan atau kompetensi, (b) keterkaitan antara penjelasan dengan pelajaran
dan karakteristik peserta didik, (c) kebermanfaatan/kebermaknaan, (d) dinamis.
Beberapa tahapan yang dilakukan dalam keterampilan menjelaskan menurut
Sulastri & Bahtiar (2019), yaitu: 1) menyampaikan materi/informasi, 2) memberikan
motivasi, 3) menyampaikan pendapat, 4) memberikan contoh, 5) kegiatan latihan.

3. Keterampilan Menggunakan Variasi

Dalam proses pembelajaran, jika siswa merasa bosan, tidak fokus, dan tidak
memperhatikan penjelasan guru, maka proses pembelajaran tidak akan dapat
berjalan dengan efektif serta hasil yang didapat juga tidak akan efektif dan efisien.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya melakukan suatu strategi pembelajaran yang
berbeda atau yang dapat disebut dengan keterampilan menggunakan variasi. Dengan
begitu, siswa akan menjadi lebih tertarik, aktif, dan kreatif saat mengikuti proses
pembelajaran. Secara sederhana, pengertian keterampilan menggunakan variasi
adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi
pembelajaran dengan cara mengajar yang beragam sehingga dapat memberikan
rangsangan kepada siswa untuk mendapat pembelajaran yang lebih menarik, lebih
luas, dan lebih mendalam. Variasi juga dapat berarti keanekaan yang menjadikan
sesuatu tidak monoton (Nurlaili, 2018).

Adapun beberapa poin utama yang menjadi tujuan sekaligus manfaat dengan
adanya keterampilan menggunakan variasi dalam pembelajaran, yakni sebagai
berikut:

a) Terbentuknya suatu proses pembelajaran yang menarik dan


menyenangkan bagi peserta didik.
b) Meningkatkan fokus dan perhatian, serta memotivasi peserta didik.
c) Menghilangkan rasa bosan terhadap pembelajaran yang bersifat rutin
setiap hari.
d) Meningkatkan dan mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik.
e) Dapat menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik peserta didik
atau cara belajar yang berbeda-beda.
f) Dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik.

Terdapat tiga jenis atau unsur variasi yang dapat digunakan untuk merancang
dan mengembangkan proses pembelajaran. Beberapa jenis variasi tersebut, yaitu:
a) Variasi saat kegiatan tatap muka. Kegiatan tatap muka merupakan proses
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di satu tempat secara tatap
muka antara peserta didik, guru, dan sumber belajar lainnya. Adapun
beberapa bentuk kegiatan variasi pembelajaran saat tatap muka, seperti:
(a) Teacher voice, yaitu upaya guu mempengaruhi perhatian dan
motivasi peserta didik dengan suaranya saat menjelaskan pelajaran.
(b) Focusing, yaitu upaya guru mengarahkan peserta didik agar fokus
terhadap bagian penting materi.
(c) Teacher silence, yaitu guru tidak melakukan apapun sejenak setelah
menjelaskan materi agar siswa dapat merefleksi materi walaupun
sejenak sebelum dilanjutkan ke materi lain.
(d) Eye contact, yakni memfokuskan pandangan antara guru dengan
peserta didik agar perhatian terhdap pembelajaran terus terjaga.
(e) Teacher movement, yakni perpindahan guru baik itu posisi dalam
mengajar atau gaya guru dalam mengajar.
b) Variasi media dan alat pembelajaran. Alat dan media pembelajaran
merupakan dua hal yang digunakan untuk memperjelas materi pelajaran
serta mempermudah proses pembelajaran. Pengelompokan alat dan
media pembelajaran ada tiga macam, yaitu: (a) alat dan media
visual/dapat dilihat, (b) alat dan media auditif/dapat didengar, (c) alat dan
media raba/dapat diraba atau digerakkan.
c) Variasi bentuk komunikasi pembelajaran. Proses komunikasi saat
pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu: (a)
komunikasi satu arah, berarti komunikasi yang hanya berlangsung satu
arah dari guru ke peserta didik; (b) komunikasi dua arah, yang berarti
komunikasi yang berlangsung secara dua arah dari guru ke peserta didik
atau sebaliknya; (c) komunikasi interaktif/banyak arah, berarti
komunikasi dilakukan dari banyak arah baik dari guru ke peserta didik
dan sebaliknya, siswa dengan siswa, atau siswa dengan lingkungan
belajar yang lebih luas.

Agar penggunaan variasi dalam pembelajaran dapat berjalan efektif dan


efisien, maka terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip
tersebut diantaranya: (a) tujuan penerapan dan pengembangan variasi, (b)
fleksibilitas, (c) kelancaran dan saling berkesinambungan, (d) logis, (e) pengelolaan
secara matang.

4. Keterampilan memberikan penguatan

Memberi penguatan atau reincorcement merupakan tindakan atau respon


terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan
kualitas tingkah laku tersebut di saat yang lain.

• Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan :

a. Menimbulkan perhatian peserta didik

b. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik

c. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi

d. Merangsang peserta didik berfikir yang baik

e. Mengembalikan dan mengubah sikap negative peserta dalam belajar kea


rah perilaku yang mendukung belajar

• Jenis-jenis penguatan

a. Penguatan verbal

b. Penguatan gestural

c. Penguatan dengan cara mendekatinya

d. Penguatan dengan cara sambutan

e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan

f. Penguatan berupa tanda atau benda

5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

Tips untuk memulai dan mengakhiri kelas adalah Keterampilan mengajar


dasar yang harus dikuasai dan dilatih oleh calon guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran mereka secara efektif, efisien dan menarik. Teknik pembukaan
merupakan upaya guru untuk memberikan pengenalan/bimbingan tentang materi
yang akan dipelajari siswa agar siswa siap mental dan tertarik untuk belajar.
Keterampilan penutup adalah keterampilan yang membantu siswa menemukan
konsep, prinsip, argumentasi, hukum, atau prosedur pada inti materi pelajaran yang
dipelajari. Ini pada dasarnya adalah teknik untuk membuka dan menutup kelas
Adalah keterampilan yang berkaitan dengan kegiatan atau usaha yang dilakukan
guru pada awal dan akhir suatu mata pelajaran.

a. Membuka Pelajaran Komponen

Keterampilan Pembukaan adalah sebuah Kegiatan Guru melakukan


ini untuk mempersiapkan diri secara mental dan untuk mendapatkan
perhatian siswanya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat fokus pada apa
yang akan dipelajarinya. Kegiatan pemberian kelas semacam itu
hendaknya dilakukan tidak hanya oleh guru di awal kelas, tetapi juga di
awal setiap bagian kegiatan inti dari apa yang diajarkan di kelas.

Untuk mempersiapkan siswa secara mental untuk apa yang mereka


pelajari, guru dapat bekerja keras dengan memberikan referensi dan
membuat koneksi atau hubungan antara isi mata pelajaran yang telah
dikuasai siswa dengan materi baru yang akan dipelajari. Inti dari
keterampilan membuka pelajaran adalah terkait upaya guru untuk
menarik perhatian siswa, memotivasi siswa untuk memberikan referensi
tentang tujuan, masalah untuk didiskusikan, rencana kerja, dan alokasi
waktu, menghubungkan pelajaran yang dipelajari dengan topik baru, dan
menanggapi situasi baru.

Terdapat empat prinsip membuka pelajaran sebagai berikut:

- Prinsip Bermakna

Penerapan prinsip bermakna adalah mempunyai nilai tercapainya


tujuan penggunaan keterampilan membuka pelajaran .artinya,
cara guru dalam memilih dan meerapkan komponen keterampilan
membuka pelajaran mempunyai nilai yang sangat tepat bagi
peserta didik dalam mengondisikan kesiapan dan ketertarikan
peserta didik untuk mengikuti pelajaran.

- Kontinu ( Berkesinambungan )
Penggunaan keterampilan membuka pelajaran bersifat kontinu
(berkesinambungan). Artinya, antara gagasan pembukaan dengan
pokok bahasan tidak terjadi garis pemisah.

- Fleksibel ( Penggunaan secara Luwes )

Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku,


dalam arti tidak terputus-putus atau lancer. Kelancaran (fluency)
dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan
peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan
dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang
akan dipelajari.

- Antusiasme dan Kehangatan dalam Mengkomunikasikan


Gagasan Antusiasme menandai kadar motivasiyang tinggi dari
guru danhasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi
pula pada peserta didik. Antusiasme

b. Kegiatan menutup pelajaran

Kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru


untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Usaha menutup pelajaran
tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
apa yang telah dipelajari peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian
peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar. Usaha-usaha yang dapat dilakukan guru antara lain adalah
merangkum kembali atau menyuruh peserta didik membuat ringkasan
dan mengadakan evaluasi tentang materi pelajaran yang baru diberikan.

6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Kegiatan mengajar kelompok dan individu biasanya berlangsung saat guru


melakukan pembelajaran di kelas. Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah
kemampuan guru untuk melayani kegiatan siswa dalam kelompok kecil yang terdiri
dari 3-5 siswa. Keterampilan mengajar individu atau individual teaching adalah
kemampuan guru untuk belajar dengan memperhatikan kebutuhan siswa atau
perbedaan individu. Terkait dengan hal tersebut,
Terdapat pendekatan individual, dengan catatan sebagai berikut:

1. guru harus menunjukkan semangat kepada siswa,

2. guru harus peka terhadap kebutuhan siswa dan siswa. ,

3. kebutuhan guru Mendengarkan dengan penuh kasih dan menanggapi secara


positif ide-ide siswa dan membangun hubungan saling percaya,

4. guru bisa membantu peserta didik jika peserta didik mengahadapi masalah.

7. Keterampilan Mengelola Kelas

Konsep Dasar Keterampilan Pengelolaan Kelas


Keterampilan pengelolaan kelas merupakan seuah kemampuan yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam rangka menciptakan atau membentuk suasana
belajar yang kondusif, menyenangkan dan berlangsung secara optimal, untuk
selanjutnya dapat dipelihara dan dipertahankan meskipun dalam pelaksanaan proses
pembelajaran tersebut terjadi suatu kendala atau gangguan (Margunani, n.d.).
Seorang guru dituntut untuk mampu melakukan pengelolaan kelas, ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan dari peserta didik dalam memanfaatkan alat-alat yang
ada di kelas atau di sekolah, selain itu keterampilan mengelola kelas juga diharapkan
mampu menyiapkan suasana ataupun kondisi belajar yang baik dan tentunya dapat
memungkinkan peserta didik melakukan proses pembelajaran yang optimal. Dalam
hal ini, tidak hanya kondisi lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung,
namun pengelolaan kelas juga diperlukan dalam mengatur serta mengelola proses
interaksi pribadi-pribadi di dalamnya, yang tidak lain ialah para peserta didik dan
juga guru. Berikut ini ialah bentuk kegiatan yang menjadi bagian dari pengelolaan
kelas :
1) Penghentian sikap, tindakan, dan perilaku peserta didik yang beralih dari
memerhatikan kelas,
2) Pemberian apresiasi atas ketepatan waktu dalam penyelesaian tugas peserta didik,
3) Pengaturan tempat duduk dan pengaturan penggunaan alat-alat pembelajaran di
kelas.
Realisasi pengelolaan kelas yang baik dan tepat tidak lain ialah
terwujudnya kondisi dan suasana yang optimal untuk proses pembelajaran yang
efektif. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengelolaan kelas
ialah pribadi guru dan disiplin kelas. Perihal pribadi guru, dalam hal ini seorang
guru perlu untuk mampu mengenali dirinya sendiri untuk selanjutnya membina
kemampuan yang ada pada dirinya guna memudahkan dalam perwujudan
pengelolaan kelas yang baik. Selanjutnya, seorang guru dituntut untuk mampu
mengenal peserta didiknya. Hal terseut tidak lain agar seorang guru dapat
menentukan cara yang tepat untuk membimbing dan mengajar peserta didik
tersebut. Selanjutnya, disiplin kelas ialah kondisi tertib di mana guru dan peserta
didik di kelas menaati peraturan-peraturan yang ada dan sudah ditetapkan
sebelumnya. Keadaan disiplin kelas merupakan suatu hal yang penting untuk
diperhatikan, karena dengan kondisi kelas yang disiplin maka akan tecipta proses
pembelajaran yang kondusif serta efektif.

Prinsip Keterampilan Pengelolaan Kelas


Menurut Usman (Fitri et al., n.d.) prinsip-prinsip dalam keterampilan
pengelolaan kelas:
1) Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan antusiasme guru akan membantu membangun suasana dan
kondisi belajar yang optimal dan efektif.
2) Tantangan
Memberikan pembelajaran yang menantang agar peserta didik tertarik dan
bergairah untuk memerhatikan serta mengikuti proses pembelajaran.
4) Bervariasi
Menggunakan alat dan metode pembelajaran yang bervariasi untuk menghindari
kejenuhan sehingga kondisi kelas tetap berlangsung secara optimal.
5) Keluwesan
Keluwesan sikap danperilaku guru dalam mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan
iklim belajar-mengajar yang efektif.
6) Penekanan pada hal-hal yang positif
Guru menekankan hal-hal positif kepada peserta didik, sehingga diharapkan siswa
tidak berfokus pada hal-hal negatif yang memungkinkan munculnya gangguan
dalam proses pembelajaran.
7) Penanaman disiplin diri
Penanaman danpengembangan disiplin diri oleh peserta didik ialah tujuan dari
pengelolaan kelas.Yang mana, dengan disiplin nantinya akan menciptakan
kondisi kelas yang kondusif serta efektif. Untuk itu diharapkan seorang guru
mampu memberikan contoh pelaksanaan disiplin tersebut kepada peserta didik.

Indikator Keterampilan Pengelolaan Kelas


Keberlangsungan keberhasilan keterampilan pengelolaan kelas oleh guru dapat
dilihat dan dinilai melalui beberapa faktor, yaitu pengelolaan ruang kelas dan
fasilitas, pengelolaan hubungan atau interaksi peserta didik dengan guru, dan peserta
didik dengan peserta didik. Indikator pengelolaan ruang kelas dan interaksi dalam
kelas. Sehingga seacara umum, indikatornya ialah keterampilan yang berkaitan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Lalu,
keterampilan yang berkaitan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Menurut Suwarno keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan


kemampuan membimbing serta mendampingi peserta didik dalam kegiatan diskusi
kelompok kecil, yang mana dalam diskusi tersebut terdapat suatu proses perakapan
teratur dan juga interaksi sekelompok orang dengan tujuan memecahkan suatu
permasalahan bersama-sama (Safitri et al., 2014).

Komponen keterampilan guru dalam mengembangkan pembimbingan kelompok


kecil, ialah sebagai berikut (Fitri et al., n.d.):
(1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi,
(2) memperluas masalah atau urunan pendapat,
(3) menganalisis pandangan peserta didik,
(4) meningkatkan partisipasi peserta didik,
(5) menyebarkan kesempatan berpatisipasi, dan
(6) menutup diskusi.

Diskusi kelompok merupakan strategi yang paling ampuh untuk mendorong dan
mendukung peserta didik dapat menguasai konsep materi dengan baik. Hal tersebut
terjadi karena dengan diskusi kelompok, para peserta didik dituntut untuk mampu
memecahkan suatu permasalahan bersama-sama. Sehingga hal tersebut
memungkinkan peserta didik untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
berpikir positif dan kritis.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran mikro merupakan sebuah kegiatan praktik mengajar yang dilakukan
secara sederhana dalam lingkup terbatas untuk mengembangkan keterampilan dasar
mengajar calon pendidik. Pembelajaran ini memiliki beberapa tujuan umum yakni
diantaranya adalah untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa atau calon pendidik
untuk dapat melatih dirinya dalam mempraktikkan keterampilan dasar mengajar di
depan umum dan dalam kondisi yang suportif dan bersahabat sehingga mampu
memberikan dukungan mental dan kemampuan mengajar yang terintregasi untuk dapat
dijadikan bekal mengajar dalam sekolah.
Keterampilan Dasar Mengajar ialah sebuah keterampilan mendasar dalam
menjalankan tugas professional seorang guru yang menjadi modal utama serta harus
dikuasai oleh guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien
sehingga menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Keterampilan dasar mengajar
memberikan pengertian lebih dalam hal mengajar. Mengajar bukan hanya sekadar proses
menyampaikan materi saja, melainkan menyangkut aspek yang lebih luas seperti
pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai. Terdapat 8
keterampilan dasar mengajar diantaranya keterampilan bertanya, keterampilan dalam
memberi penguatan, keterampilan untuk mengadakan variasi, keterampilan dalam
menjelaskan, keterampilan ketika membuka dan menutup pelajaran, keterampilan dalam
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan dalam pengelolaan kelas, serta
keterampilan dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas, diharapkan para calon pendidik dapat meningkatkan
kompetensinya dalam praktik pembelajaran mikro sehingga nantinya dapat menjadi
bekal dalam penerapan mengajar di sekolah. Selain itu, dengan praktik pembelajaran
mikro juga diharapkan para calon pendidik nantinya dapat memiliki modal utama
sebagai seorang guru profesional yaitu menguasai seluruh keterampilan dasar mengajar
sehingga hasil dari kegiatan pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi, M. (2017). Pelaksanaan Pembelajaran Microteaching Bagi Mahasiswa Program
Studi PPKn STKIP-PGRI Pontianak. Jurnal Edukasi, 1(88), 77.
Bastian. (2019). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Guru Dalam Melaksanakan
Pembelajaran Di Sekolah Dasar. JURNAL PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran),
3(6), 1357–1365. https://doi.org/10.33578/pjr.v3i6.7899
Berangka, D. (2018). Pengaruh Stimulus Micro Teaching Terhadap Keterampilan
Pengelolaan Kelas Mahasiswa Sekolah Tinggi Katolik Santo Yakobus Merauke di
Sekolah. Jumpa, 6(2), 94.
Damanik, R., Sagala, R. W., & Rizki, T. I. (2021). Keterampilan Dasar Mengajar Guru.
UMSUPRESS.
Fitri, S., Sundari, M., Pd, E., Sukmanasa, M., Pd, L., Novita, S., Sn, M., Pd, Y.,
Mulyawati, S. H., Pd, M., Studi, P., Guru, P., & Dasar, S. (n.d.). KETERAMPILAN
DASAR MENGAJAR.
Helmiati. (2013). Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar. Aswaja
Pressindo.
Ismail, S. (2015). MEMBENTUK PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR
MENGAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PESERTA PPL-1 DALAM BIMBINGAN LATIHAN MENGAJAR MELALUI
LESSON STUDY. Konferensi Nasional Pendidikan Matematika, 6, 1–12.
Mansyur. (2017). Keterampilan Dasar Mengajar dan Penguasaan Kompetensi Guru. El-
Ghiroh, 12(1), 130–146.
Margunani, S. F. (n.d.). Keterampilan Guru Dalam Pengelolaan Kelas Pada Mata
Pelajaran Akuntansi Di Sma Negeri Se Kabupaten Kebumen. 249–270.
Nurlaili. (2018). Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Guru Dalam Perspektif Guru
Pamong Pada Mahasiswa Prodi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Fatah Palembang. JIP: Jurnal Ilmiah PGMI, 4(1), 28–40.
https://doi.org/10.19109/jip.v4i1.2270
Sadikin, A. (2020). Pembelajaran Mikro. In Salim Media Indonesia.
Safitri, M., Gunatama, G., Ayu, I., Darmayanti, M., & Bahasa, F. (2014). Keterampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil oleh Guru Bahasa Indonesia di Kelas VII
SMP Laboratorium Undiksha. E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, 2, 12.
Setiawan, I., & Mulyati, S. (2018). Efektivitas Mata Kuliah Pembelajaran Mikro
(Microteaching) Terhadap Keterampilan Dasar Mengajar Dan Kesiapan Mengajar.
Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Ekonomi, 15(2), 16–33.
https://doi.org/10.25134/equi.v15i02.Abstract
Studi, P., Matematika, P., Universitas, F., & Gorontalo, N. (n.d.). No Title.
Sukirman, D. (2012). Pembelajaran Micro Teaching. Direktur Jenderal Pendidikan Islam.
Sulastri, & Bahtiar, M. D. (2019). Modul Kemampuan Dasar Mengajar. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang.
Sundari, F. S., Sukmanasa, E., Novita, L., & Mulyawati, Y. (n.d.). Keterampilan dasar
mengajar.
Syafi’i., M. (2014). Implikasi Pembelajaran Mikro Dalam Pengembangan Keterampilan
Mengajar Di Madrasah. Jurnal Studi Islam, 5(2), 228–250.
Tri Sutrisno. (2019). KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR (The Art Of Basic Teaching)
(M. A. dr. buna’i (ed.); 1st ed.). duta media publishing.
https://books.google.co.id/books?id=m6X8DwAAQBAJ&lpg=PA100&ots=S3qTk1w
cHK&dq=info%3AD72Dpy8UnVgJ%3Ascholar.google.com%2F&lr&hl=id&pg=PR
2#v=onepage&q&f=false
Wahyulestari, M. R. D. (2018). Keterampilan Dasar Mengajar Di Sekolah Dasar. Seminar
Nasional Pendidikan Era Revolusi, 199–210.
Welven Aida, P. (2019). Analisis Kemampuan Keterampilan Dasar Mengajar (Micro
Teaching) Mahasiswa Angkatan I Program Studi Pendidikan IPS Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir. Jurnal Ilmiah Edu Research, 8(2).

Anda mungkin juga menyukai