Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH JURNALISME PERANG

KEBEBASAN PERS DAN JURNALISME PERANG DALAM ERA DIGITAL

Dosen Pengampu:

Widya Yutanti, S.sos, M.A

Disusun oleh kelompok 5:

Tita Puspa Puji Asih 202210040311083


Siti Khairani Aryanti 202210040311096
Vanny Nurhaliza 202210040311080
Putri Azka A 202210040311069

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas rahmat yang telah diberikan kepada kita semua
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak pengetahuan baru tentang “Jurnalisme
Perang” kepada pembaca makalah ini. Selain itu tujuan dibuatnya makalah ini untuk
menyelasaikan tugas dari dosen pengampu mata kuliah Dasar Jurnalistik dan menambah
wawasan mahasiswa.

Saya telah berusaha menyusun makalah ini dengan baik tetapi saya sadar bahwa makalah ini
masih jauh dengan kata sempurna. Oleh karena itu saya mohon maaf jika terdapat banyak
kesalahan di dalamnya baik itu isi, penulisan, dan cara penyampaiannya. Saya sangat
menerima masukan dan kritik dari pembaca serta dari dosen pengampuh untuk
menyempurnakan makalah ini.

Malang, juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
Executive Summary .................................................................................................................... 4
BAB I ........................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 7
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 7
BAB II .......................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 9
2.1 Definisi jurnalisme perang dan perkembangannya ......................................................... 9
2.2 Faktor dan Karakteristik Jurnalisme Perang ................................................................... 11
2.3 Contoh Praktek Jurnalisme Perang serta Analisis Kritis ................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 15
Executive Summary
Jurnalisme perang adalah cabang jurnalisme yang berkaitan dengan peliputan konflik
bersenjata dan perang. Makalah ini menyelidiki bagaimana perang memengaruhi praktik
jurnalisme dan kebebasan pers. Dalam konteks perang, kebebasan pers sering kali dibatasi,
pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah dan otoritas militer. Hal ini melibatkan
sensor informasi, larangan publikasi, atau pembatasan akses jurnalis ke daerah konflik.
Perang juga membawa risiko dan ancaman yang tinggi bagi jurnalis. Mereka menghadapi
bahaya fisik seperti serangan langsung, penangkapan, penyanderaan, atau bahkan
pembunuhan. Ketakutan akan keselamatan mereka dapat mempengaruhi kemampuan
jurnalis dalam melaporkan secara objektif dan independen. Selama perang, pihak yang
terlibat sering kali menggunakan propaganda untuk mempengaruhi opini publik. Informasi
dapat dimanipulasi untuk menciptakan narasi yang mendukung agenda politik atau militer.
Jurnalis perang harus menjaga kewaspadaan terhadap propaganda dan berusaha menyajikan
fakta yang obyektif kepada masyarakat.

Akses ke daerah konflik juga menjadi tantangan bagi jurnalis. Pemerintah atau
kelompok bersenjata dapat menghambat akses jurnalis atau memberlakukan kontrol ketat
terhadap laporan yang keluar. Hal ini menyulitkan jurnalis untuk mendapatkan informasi yang
akurat dan menyeluruh. Peningkatan pengawasan dan pengintaian terhadap jurnalis juga
terjadi selama perang. Komunikasi mereka dapat dipantau oleh pemerintah, yang
mempengaruhi kerahasiaan sumber dan kebebasan jurnalis dalam melindungi informan atau
sumber rahasia. Penting untuk diakui bahwa jurnalis perang berhadapan dengan trauma dan
tekanan psikologis akibat paparan terhadap kekerasan dan penderitaan yang dialami selama
konflik. Dampak ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental mereka dan
kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas mereka dengan objektivitas.

Meskipun tantangan dan risiko yang dihadapi, jurnalis perang tetap berdedikasi untuk
menyampaikan laporan yang akurat dan obyektif kepada publik. Organisasi dan lembaga
internasional bekerja untuk mempromosikan perlindungan bagi jurnalis perang dan
memperjuangkan kebebasan pers dalam konteks konflik bersenjata. Dalam konteks ini,
pemahaman mendalam tentang peran dan tantangan jurnalisme perang penting untuk
memastikan penyebaran informasi yang akurat dan transparan. Dengan melindungi
kebebasan pers dan jurnalis perang, kita dapat menjaga kepentingan publik dan
mempromosikan perdamaian serta keadilan dalam situasi konflik.

BAB I

PENDAHULUAN=
1.1 Latar Belakang
Jurnalisme perang adalah jenis jurnalisme yang meliput peristiwa-peristiwa di medan
perang dan konflik bersenjata. Jurnalis perang bertugas untuk memberikan informasi
yang akurat dan obyektif tentang peristiwa-peristiwa tersebut kepada masyarakat, serta
mempengaruhi kebijakan pemerintah dan opini publik tentang konflik dan perang.
Jurnalis perang harus bekerja dalam kondisi yang sangat berbahaya dan menghadapi
risiko yang besar, sehingga memerlukan keterampilan dan keberanian yang khusus.
Selain itu, jurnalis perang juga harus mematuhi etika jurnalistik dan meminimalisir bias
dalam peliputannya. Perang dapat memengaruhi praktik jurnalisme dan kebebasan pers
dengan berbagai cara. Dalam situasi perang, pemerintah dan militer sering kali
mengontrol informasi yang dirilis ke publik dengan alasan keamanan nasional. Hal ini
dapat membatasi kebebasan pers dan menghambat jurnalis dalam melaksanakan
tugasnya. Selain itu, jurnalis perang juga berisiko mengalami kekerasan, penangkapan,
dan bahkan kematian, yang dapat memengaruhi praktik jurnalisme dan kebebasan pers.
Namun, meskipun terdapat risiko dan tantangan dalam meliput perang, jurnalisme
perang tetap penting untuk memberikan informasi yang akurat dan obyektif tentang
peristiwa-peristiwa di medan perang kepada masyarakat.
Jurnalis perang menghadapi berbagai tantangan dan risiko dalam melaksanakan tugas
mereka. Mereka berisiko mengalami kekerasan, penangkapan, dan bahkan kematian saat
meliput konflik bersenjata. Selain itu, jurnalis perang juga harus bekerja dalam kondisi
yang sangat sulit, seperti medan yang tidak stabil dan berbahaya, serta terbatasnya akses
ke sumber daya dan infrastruktur yang memadai. Namun, meskipun terdapat risiko dan
tantangan dalam meliput perang, jurnalisme perang tetap penting untuk memberikan
informasi yang akurat dan obyektif tentang peristiwa-peristiwa di medan perang kepada
masyarakat. Teknologi dan media sosial telah memengaruhi peliputan perang dan
penyebaran informasi dengan cara yang signifikan. Jurnalis perang dapat menggunakan
teknologi seperti drone dan kamera yang dipasang pada helm untuk merekam dan
mengirimkan gambar langsung dari medan perang. Selain itu, media sosial
memungkinkan jurnalis dan warga biasa untuk membagikan informasi dan gambar secara
cepat dan luas. Namun, teknologi dan media sosial juga dapat memicu penyebaran
informasi yang salah atau tidak akurat, serta mempercepat penyebaran propaganda dan
pesan yang merugikan. Oleh karena itu, penting bagi jurnalis perang untuk tetap berhati-
hati dan memastikan keakuratan informasi sebelum membagikannya kepada publik.
Jurnalisme perang dapat memiliki dampak moral dan etis yang signifikan. Sebagai
contoh, jurnalis perang harus mempertimbangkan keseimbangan antara kebebasan pers
dan tanggung jawab untuk tidak merugikan keamanan nasional atau membahayakan
nyawa orang lain. Selain itu, jurnalis perang juga harus mempertimbangkan dampak
psikologis dari liputan perang, baik pada dirinya sendiri maupun pada masyarakat yang
membaca atau menonton laporan tersebut. Oleh karena itu, jurnalis perang harus
mematuhi standar etika dan moral yang ketat dalam melaksanakan tugas mereka, seperti
memastikan keakuratan informasi, menghormati privasi dan martabat korban atau
keluarga korban, serta mempertimbangkan keamanan dan kesejahteraan pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik bersenjata. Jurnalisme perang dapat memengaruhi hubungan
internasional dan persepsi internasional terhadap konflik dengan cara yang signifikan.
Laporan media tentang perang dapat mempengaruhi opini publik di seluruh dunia dan
memperkuat atau merusak dukungan internasional untuk suatu konflik. Selain itu, liputan
media juga dapat mempengaruhi cara pemerintah dan organisasi internasional
merespons konflik, serta mempengaruhi sikap dan tindakan negara-negara lain terhadap
konflik tersebut. Oleh karena itu, jurnalis perang harus memperhatikan dampak laporan
mereka pada hubungan internasional dan persepsi internasional terhadap konflik, serta
memastikan keakuratan dan ketepatan informasi yang mereka laporkan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan perlindungan bagi
jurnalis perang antara lain adalah memberikan pelatihan dan peralatan yang memadai
sebelum mereka bertugas, memastikan bahwa jurnalis memiliki akses ke informasi dan
sumber daya yang mereka butuhkan untuk melaporkan konflik dengan aman, serta
memberikan dukungan dan perlindungan hukum bagi jurnalis yang mengalami ancaman
atau kekerasan. Selain itu, perlu ada kerjasama antara pemerintah, organisasi media, dan
kelompok masyarakat sipil untuk memastikan bahwa jurnalis dapat melaksanakan tugas
mereka dengan aman dan tanpa takut. Hal ini dapat mencakup upaya untuk memperkuat
hukum dan regulasi yang melindungi jurnalis, mempromosikan kebebasan pers, dan
memperkuat mekanisme penegakan hukum untuk menangani kekerasan terhadap
jurnalis. Pengalaman jurnalis perang dapat membentuk narasi dan laporan perang
dengan cara yang signifikan. Pengalaman langsung di medan perang dapat memberikan
wawasan dan pemahaman yang mendalam tentang konflik dan kondisi di lapangan, serta
membantu jurnalis untuk memahami kompleksitas dan dinamika konflik. Selain itu,
pengalaman jurnalis perang juga dapat mempengaruhi cara mereka memilih dan
melaporkan cerita, termasuk bagaimana mereka menekankan atau mengecilkan aspek-
aspek tertentu dari konflik. Hal ini dapat mempengaruhi cara publik memahami konflik,
serta mempengaruhi sikap dan tindakan pemerintah dan organisasi internasional
terhadap konflik tersebut. Oleh karena itu, penting bagi jurnalis perang untuk
mempertimbangkan pengalaman mereka dan dampaknya pada laporan mereka, serta
memastikan bahwa laporan mereka akurat, seimbang, dan mencerminkan realitas di
lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana aliran jurnalisme perang didefinisikan dan bagaimana perkembangannya
dari waktu ke waktu?
2. Bagaimana Prinsip-prinsip, Ketentuan, dan Karakteristik yang Berlaku dalam Aliran
Jurnalisme perang?
3. Bagaimana contoh praktek dan analisis jurnalisme perang dalam media massa dan
platform digital?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis Aliran Jurnalisme Perang: Makalah ini bertujuan untuk menganalisis
aliran jurnalisme perang secara komprehensif. Kami akan menggali definisi dan
perkembangan aliran ini dari waktu ke waktu, termasuk peran teknologi dan media
sosial dalam perubahan dan transformasi jurnalisme perang. Melalui analisis ini, kami
berharap dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang esensi, evolusi, dan
tantangan yang dihadapi dalam jurnalisme perang.

2. Memahami Prinsip-Prinsip dan Ketentuan dalam Jurnalisme Perang: Tujuan lain dari
makalah ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip, ketentuan, dan karakteristik
yang berlaku dalam aliran jurnalisme perang. Kami akan menjelaskan pentingnya
keakuratan, objektivitas, kemandirian, etika, dan tanggung jawab dalam melaporkan
informasi perang kepada pembaca atau penonton. Dengan memahami prinsip-
prinsip ini, pembaca akan dapat memahami nilai-nilai yang mendasari jurnalisme
perang.

3. Membahas Contoh Praktek Jurnalisme Perang: Makalah ini akan memberikan contoh-
contoh praktek jurnalisme perang yang relevan dan aktual.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi jurnalisme perang dan perkembangannya


Jurnalisme perang adalah cabang jurnalisme yang khusus berfokus pada peliputan
konflik bersenjata dan perang. Ini melibatkan wartawan yang bekerja di zona perang atau
daerah yang terkena dampak konflik untuk mengumpulkan informasi, mewawancarai
saksi mata, dan melaporkan peristiwa yang terjadi di medan perang. Jurnalisme perang
bertujuan untuk memberikan informasi objektif, akurat, dan terpercaya kepada publik
tentang konflik yang sedang berlangsung. Jurnalis perang bekerja untuk melaporkan
fakta-fakta yang terjadi di medan perang, menganalisis dan menjelaskan situasi, serta
memberikan gambaran yang komprehensif tentang perkembangan konflik.
Perang sering kali merupakan situasi berbahaya dan kompleks. Jurnalis perang
dihadapkan pada tantangan yang unik, seperti risiko fisik yang tinggi, pembatasan akses,
propaganda, dan pengawasan ketat. Meskipun demikian, jurnalis perang berusaha untuk
melaksanakan tugas mereka dengan independen dan mematuhi etika jurnalistik,
termasuk prinsip-prinsip kebenaran, obyektivitas, dan integritas. Jurnalisme perang
memiliki peran penting dalam masyarakat karena memberikan informasi yang diperlukan
untuk memahami konflik, mempengaruhi opini publik, dan mendorong diskusi serta
tindakan yang berkaitan dengan perdamaian, keadilan, dan kebebasan. Jurnalisme
perang bukan hanya tentang laporan dari medan perang, tetapi juga melibatkan analisis,
konteks, dan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, politik, budaya, dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi konflik.
Perkembangan jurnalisme perang telah mengalami transformasi signifikan seiring
berjalannya waktu. Berikut adalah beberapa tahapan perkembangan utama dalam
jurnalisme perang dari waktu ke waktu:
1. Era Pertempuran Tradisional: Pada era awal jurnalisme perang, peliputan perang
didominasi oleh laporan tertulis yang dipublikasikan dalam surat kabar dan majalah.
Wartawan perang berada di garis depan pertempuran untuk mengumpulkan
informasi dan mengirimkannya melalui telegram atau surat. Namun, informasi yang
diterima sering kali terbatas dan membutuhkan waktu untuk sampai ke publik.
2. Era Media Elektronik: Dengan kemajuan teknologi, media elektronik, seperti radio
dan televisi, memainkan peran penting dalam perkembangan jurnalisme perang.
Pelaporan langsung dari medan perang melalui siaran radio dan liputan televisi mulai
menjadi lebih umum. Wartawan perang dapat menggunakan teknologi ini untuk
menyampaikan informasi secara real-time kepada audiens global.
3. Era Digital dan Internet: Kemunculan internet mengubah cara jurnalisme perang
dilakukan. Wartawan perang dapat menggunakan media sosial, situs web berita, dan
platform digital lainnya untuk menyebarkan informasi secara instan. Kecepatan dan
aksesibilitas teknologi ini memungkinkan publik untuk mendapatkan berita langsung
dari sumber-sumber terpercaya dan melibatkan diri dalam diskusi secara online.
4. Citizen Journalism dan Peran Warga: Perkembangan teknologi juga telah membuka
pintu bagi partisipasi publik dalam jurnalisme perang. Warga biasa dapat menjadi
"jurnalis warga" dengan merekam video, mengambil foto, atau menyebarkan
informasi melalui media sosial. Hal ini telah mengubah lanskap jurnalisme perang
dengan adanya beragam perspektif dan sumber berita alternatif.
5. Tantangan Etika dan Keamanan: Perang modern juga telah menghadirkan tantangan
baru bagi jurnalisme perang. Wartawan perang harus menghadapi risiko fisik yang
lebih tinggi, ancaman keamanan, dan peningkatan upaya untuk mengendalikan dan
memanipulasi informasi. Etika jurnalisme perang menjadi semakin penting untuk
memastikan laporan yang akurat, obyektif, dan menghormati kemanusiaan.
6. Diversifikasi Platform Media: Jurnalisme perang juga telah meluas ke platform media
yang lebih baru, seperti podcast dan platform streaming. Ini memberikan fleksibilitas
dalam menyampaikan cerita-cerita perang melalui suara, video, dan narasi yang lebih
mendalam.
Perkembangan teknologi dan perubahan dalam lingkungan konflik terus membentuk
praktik dan pendekatan jurnalisme perang. Dalam era informasi digital saat ini, tantangan
dan peluang baru terus muncul, yang mendorong inovasi dan adaptasi dalam cara
peliputan perang dilakukan.
2.2 Faktor dan Karakteristik Jurnalisme Perang
Dalam aliran jurnalisme perang, terdapat beberapa prinsip, ketentuan, dan
karakteristik yang berlaku. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Kebenaran dan Keakuratan: Jurnalisme perang harus didasarkan pada fakta yang
dapat diverifikasi dan laporan yang akurat. Jurnalis perang memiliki tanggung jawab
untuk mencari kebenaran dan memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan
kepada publik adalah benar dan dapat dipercaya.
2. Obyektivitas dan Imparsialitas: Jurnalisme perang harus berusaha untuk tetap
obyektif dan tidak memihak. Wartawan perang harus berupaya melaporkan semua
sudut pandang yang relevan dan memberikan kesempatan kepada semua pihak yang
terlibat untuk menyampaikan pendapat mereka. Mereka tidak boleh terlibat dalam
propagandisasi atau memihak pada salah satu pihak dalam konflik.
3. Kehormatan Terhadap Privasi dan Martabat Korban: Jurnalisme perang harus
menghormati privasi dan martabat korban konflik. Wartawan perang harus
mempertimbangkan sensitivitas dan konsekuensi potensial dari publikasi informasi
pribadi atau yang merugikan korban atau keluarga mereka.
4. Kemanusiaan dan Penghormatan Terhadap Hukum Humaniter: Jurnalisme perang
harus berpegang pada prinsip kemanusiaan dan menghormati hukum humaniter
internasional. Ini termasuk melindungi dan menghormati warga sipil, menghindari
laporan yang mendorong kebencian atau kekerasan, dan tidak menyebarkan gambar
atau informasi yang melanggar norma-norma kemanusiaan.
5. Perlindungan Terhadap Jurnalis: Jurnalisme perang mengharuskan perlindungan
terhadap jurnalis yang beroperasi di medan perang. Mereka harus memiliki akses
yang aman dan dilindungi saat melaksanakan tugas-tugas mereka. Otoritas dan pihak
yang terlibat dalam konflik harus menghormati kebebasan pers dan melindungi
keamanan wartawan.
6. Transparansi dan Akuntabilitas: Jurnalisme perang harus didasarkan pada
transparansi dan akuntabilitas. Wartawan perang harus menjelaskan metode mereka
dalam mengumpulkan informasi, mengungkapkan potensi konflik kepentingan, dan
menerima tanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian dalam laporan mereka.
7. Keberlanjutan dan Tanggung Jawab Sosial: Jurnalisme perang juga perlu
memperhatikan keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Ini melibatkan melaporkan
tentang dampak lingkungan, konflik sosial, atau isu-isu kemanusiaan yang muncul
selama dan setelah konflik. Jurnalisme perang harus mencerminkan perhatian
terhadap isu-isu global yang lebih luas dan mempromosikan perdamaian serta
keadilan.
Prinsip-prinsip, ketentuan, dan karakteristik ini penting untuk menjaga integritas dan
kualitas jurnalisme perang. Mereka membentuk kerangka kerja yang berharga bagi
wartawan perang dalam melaksanakan tugas mereka dengan etika dan tanggung jawab.

2.3 Contoh Praktek Jurnalisme Perang serta Analisis Kritis


1. Penggunaan Propaganda dalam Peliputan Perang di Irak:
Dalam peliputan perang di Irak, terdapat contoh praktek jurnalisme perang yang
melibatkan penggunaan propaganda oleh beberapa media. Beberapa contoh
praktiknya termasuk:
a. Penyebaran informasi yang tidak diverifikasi: Beberapa media mungkin
menyebarkan informasi yang belum diverifikasi secara akurat untuk
memperkuat narasi tertentu. Hal ini dapat menghasilkan penyebaran
berita palsu atau informasi yang bias.
b. Manipulasi gambar dan video: Beberapa media mungkin menggunakan
gambar atau video yang dipilih secara selektif atau diedit untuk
menciptakan kesan yang berbeda dari kenyataan sebenarnya. Hal ini
dapat mempengaruhi persepsi publik tentang konflik dan pihak yang
terlibat.
c. Pembingkaian yang memihak: Beberapa media mungkin membingkai
laporan mereka dengan sudut pandang yang memihak pada salah satu
pihak konflik, yang dapat mengurangi objektivitas dan akurasi liputan
mereka.
2. Sensasionalisme dalam Peliputan Perang di Afghanistan:
Dalam peliputan perang di Afghanistan, terdapat contoh praktek jurnalisme
perang yang melibatkan sensasionalisme. Beberapa contoh praktiknya termasuk:
a. Penekanan pada kekerasan dan aksi dramatis: Beberapa media cenderung
memberikan fokus yang berlebihan pada adegan kekerasan dan aksi
dramatis dalam peliputan perang, dengan mengabaikan konteks politik,
sosial, dan kemanusiaan yang lebih luas.
b. Sensasionalisme dalam judul dan narasi: Media mungkin menggunakan
judul atau narasi yang berlebihan, dramatis, atau memancing emosi untuk
menarik perhatian pembaca atau pemirsa. Hal ini dapat memengaruhi
persepsi dan pemahaman yang lebih kompleks tentang konflik.
c. Kurangnya analisis dan konteks: Beberapa media mungkin mengabaikan
analisis yang mendalam dan konteks yang diperlukan untuk memahami
secara menyeluruh konflik di Afghanistan. Liputan yang dangkal dapat
mengarah pada pemahaman yang terbatas dan stereotip tentang situasi
yang kompleks.
3. Penggunaan Sumber Tunggal dalam Peliputan Perang di Sudan.
Dalam peliputan perang di Sudan, terdapat contoh praktek jurnalisme perang yang
melibatkan penggunaan sumber tunggal. Beberapa contoh praktiknya termasuk:
a. Mengutip sumber dari satu pihak konflik: Beberapa media cenderung
mengandalkan sumber dari satu pihak konflik, seperti pemerintah atau
kelompok oposisi, tanpa memberikan sudut pandang dari sumber-sumber
yang berbeda.
b. Tidak melakukan verifikasi independen: Beberapa media mungkin tidak
melakukan verifikasi independen terhadap informasi yang diberikan oleh
sumber tunggal, yang dapat mengakibatkan informasi yang tidak
diverifikasi dan tidak akurat disebarkan.
c. Kurangnya inklusivitas dalam liputan: Penggunaan sumber tunggal dapat
mengabaikan beragam perspektif dan pengalaman yang relevan dalam
konflik di Sudan, sehingga mengurangi pemahaman yang komprehensif
tentang situasi.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa jurnalisme perang merupakan bagian penting dari bidang
jurnalisme yang melibatkan peliputan konflik dan perang di seluruh dunia. Praktik
jurnalisme perang telah mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu dan
kemajuan teknologi. Jurnalisme perang memiliki dampak yang signifikan pada
pemahaman publik tentang konflik, peran negara, dan dampaknya terhadap warga sipil.
Pada dasarnya, jurnalisme perang diarahkan oleh prinsip-prinsip etika dan integritas
jurnalistik yang mencakup kebenaran, obyektivitas, dan penghormatan terhadap privasi
dan martabat korban. Jurnalisme perang juga diatur oleh ketentuan hukum dan norma-
norma kemanusiaan internasional.
Media massa dan platform digital memainkan peran penting dalam menyampaikan
laporan jurnalisme perang kepada publik. Melalui berbagai format seperti berita
langsung, foto, video, wawancara, dan analisis mendalam, media memberikan informasi
yang lebih komprehensif dan mendalam tentang konflik. Namun, jurnalisme perang juga
memiliki tantangan dan risiko yang harus diatasi. Keamanan wartawan menjadi isu
krusial, karena mereka beroperasi di medan perang yang berbahaya. Selain itu, ada juga
risiko terhadap integritas dan objektivitas laporan yang dapat dipengaruhi oleh
kepentingan politik atau tekanan dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik.
Dalam menjalankan tugas mereka, wartawan perang harus menjaga profesionalisme,
keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial. Mereka memiliki peran yang krusial dalam
membawa informasi, menyuarakan suara yang terpinggirkan, dan mempengaruhi opini
publik. Melalui jurnalisme perang yang berkualitas, diharapkan dapat tercipta
pemahaman yang lebih baik tentang konflik, upaya perdamaian, dan perlindungan hak
asasi manusia. Jurnalisme perang memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan
informasi dan pemahaman tentang konflik dan perang kepada publik. Dengan mematuhi
prinsip-prinsip etika, menjaga obyektivitas, dan mengedepankan kebenaran, wartawan
perang dapat berkontribusi secara signifikan dalam menjembatani kesenjangan informasi
dan membentuk opini publik yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Suryanto, B., & Adiwijaya, A. (2021). Perkembangan Jurnalisme Perang dalam Media
Digital di Indonesia. Jurnal Komunikasi Massa, 17(2), 135-148.

Setiawan, D. (2019). Jurnalisme Perang: Perspektif Global dan Konteks Indonesia. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.

Kusuma, H. (2019). Jurnalisme Perang di Era Digital. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Santoso, I. (2016). Perang Informasi dan Etika Jurnalisme di Indonesia. Jurnal Ilmu
Komunikasi, 14(1), 1-12.

Zulfikar, D. (2018). Kekerasan Terhadap Jurnalis dalam Meliput Konflik Bersenjata di


Indonesia. Jurnal Studi Komunikasi, 2(1), 23-36.

Anda mungkin juga menyukai