Anda di halaman 1dari 7

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Langkah awal yang dilakukan sebelum penelitian ini berlangsung, penulis

membangun komunikasi dan kerja sama dengan Kepala Sekolah SD Inpres 22

Wosi Dalam, untuk menjelaskan maksud penelitian yang akan dilaksanakan yaitu

penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen melalui model Quantum Learning.

Selanjutnya sebelum melakukan tindakan pembelajaran terlebih dahulu

dilakukan tes awal sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Tes awal dilakukan

dengan tujuan untuk dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap

materi serta digunakan di dalam membagikan siswa ke dalam kelompok diskusi

berdasarkan kemampuan yang hetorogen/kemampuan yang berbeda.

1. Hasil Pre Test (Tes Awal)

Tes awal dilakukan diawal pertemuan dalam kelas dengan menggunakan

metode ceramah dan model pembelajaran Quantum Learning.

Tabel 4.1. Presentase Hasil Pre Test (Tes Awal)


Interval Metode Ceramah Model QL Kualifikasi
F P F P
90-100 - - 4 14% Sangat
Baik
76-89 2 7% 6 20% Baik
60-75 7 23% 5 16% Cukup
46-59 11 36% 10 34% Kurang
<45 10 34% 5 16% Sangat
Kurang
Jumlah 30 100% 30 100%
Sumber Data: Penelitian 2023
24

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menunjukan bahwa pada pembelajaran

dengan penggunaan metode ceramah terlihat bahwa siswa yang memiliki interval

nilai 90-100 tidak ada, siswa yang memiliki interval nilai 76-89 adalah 2 orang

atau dengan presentase 7% mendapat kualifikasi baik, siswa yang memiliki

interval nilai 60-75 adalah 7 orang atau dengan presentase 23% mendapat

kualifikasi cukup, siswa yang memiliki interval nilai 46-59 adalah 11 orang atau

dengan presentase 36% mendapat kualifikasi kurang, dan siswa yang memiliki

interval nilai <45 adalah 10 orang atau dengan presentase 34% mendapat

kualifikasi sangat kurang.

Sedengkan kemampuan tes awal siswa dengan menggunakan model

pembelajaran QL dapat menunjukan bahwa siswa yang memiliki interval nilai

90-100 adalah 4 orang atau dengan presentase 14% mendapat kualifikasi sangat

baik, siswa yang memiliki interval nilai 76-89 adalah 6 orang atau dengan

presentase 20% mendapat kualifikasi baik, siswa yang memiliki interval nilai 60-

75 adalah 5 orang atau dengan presentase 16% mendapat kualifikasi cukup, siswa

yang memiliki interval nilai 46-59 adalah 10 orang atau dengan presentase 34%

mendapat kualifikasi kurang, dan siswa yang memiliki interval nilai <45 adalah 5

orang atau dengan presentase 16% mendapat kualifikasi sangat kurang.

2. Hasil Post Tes (Tes Akhir)

Tes akhir dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengetahui apakah siswa

mampu dalam menguasai materi yang disampaikan sesuai dengan indikator pada

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Hasil tes akhir dapat dilihat pada tabel

4.3 berikut.
25

Tabel 4.2. Presentase Hasil Post Test (Tes Akhir)


Menggunakan Model QL
Interval Siklus I Siklus II Kualifikasi
F P F P
90-100 6 20% 8 27% Sangat
Baik
76-89 7 23% 12 40% Baik
60-75 6 20% 8 27% Cukup
46-59 8 27% 2 6% Kurang
<45 3 10% 0 0% Sangat
Kurang
Jumlah 30 100% 30 100%
Sumber Data: Penelitian 2023

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, untuk hasil post tes (tes akhir) Siklus I

menunjukan bahwa pada pembelajaran dengan penerapan model QL terlihat

bahwa siswa yang memiliki interval nilai 90-100 adalah 6 orang atau dengan

presentase 20% mendapat kualifikasi sangat baik, siswa yang memiliki interval

nilai 76-89 adalah 7 orang atau dengan presentase 23% mendapat kualifikasi baik,

siswa yang memiliki interval nilai 60-75 adalah 6 orang atau dengan presentase

20% mendapat kualifikasi cukup, siswa yang memiliki interval nilai 46-59 adalah

8 orang atau dengan presentase 27% mendapat kualifikasi kurang, dan siswa yang

memiliki interval nilai <45 adalah 3 orang atau dengan presentase 10% mendapat

kualifikasi sangat kurang.

Sedangkan untuk hasil post tes (tes akhir) Siklus II menunjukan bahwa

pada pembelajaran dengan penerapan model QL terlihat bahwa siswa yang

memiliki interval nilai 90-100 adalah 8 orang atau dengan presentase 27%

mendapat kualifikasi sangat baik, siswa yang memiliki interval nilai 76-89 adalah

12 orang atau dengan presentase 40% mendapat kualifikasi baik, siswa yang

memiliki interval nilai 60-75 adalah 8 orang atau dengan presentase 27%
26

mendapat kualifikasi cukup, siswa yang memiliki interval nilai 46-59 adalah 2

orang atau dengan presentase 6% mendapat kualifikasi kurang, dan siswa yang

memiliki interval nilai <45 tidak ada atau dengan presentase 0%.

3. Hasil Penilaian Afektif

Penilaian terhadap sikap siswa dengan penerapan model pembelajaran CTL

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3. Presentase Penilaian Hasil Afektif


Interval Siklus I Siklus II Kualifikasi
F P F P
90-100 - - - - Sangat
Baik
76-89 8 26% 12 40% Baik
60-75 10 34% 14 46% Cukup
46-59 6 20% - 0% Kurang
<45 6 20% 4 14% Sangat
Kurang
Jumlah 30 100% 30 100%
Sumber Data: Penelitian 2023

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, untuk penilaian hasil afektif pada Siklus I

menunjukan bahwa siswa yang memiliki interval nilai 90-100 tidak ada atau

dengan presentasi 0%, siswa yang memiliki interval nilai 76-89 adalah 8 orang

atau dengan presentase 26% mendapat kualifikasi baik, siswa yang memiliki

interval nilai 60-75 adalah 10 orang atau dengan presentase 34% mendapat

kualifikasi cukup, siswa yang memiliki interval nilai 46-59 adalah 6 orang atau

dengan presentase 20% mendapat kualifikasi kurang, dan siswa yang memiliki

interval nilai <45 adalah 6 orang atau dengan presentase 20% mendapat

kualifikasi sangat kurang.

Sedangkan untuk penilaian hasil afektif Siklus II menunjukan siswa yang

memiliki interval nilai 90-100 tidak ada atau dengan presentase 0%, siswa yang
27

memiliki interval nilai 76-89 adalah 12 orang atau dengan presentase 40%

mendapat kualifikasi baik, siswa yang memiliki interval nilai 60-75 adalah 14

orang atau dengan presentase 46% mendapat kualifikasi cukup, siswa yang

memiliki interval nilai 46-59 tidak ada atau dengan presentase 0%, dan siswa yang

memiliki interval nilai <45 adalah 4 orang atau dengan presentase 14%.

4. Hasil Penilaian Psikomotor

Tabel 4.4. Presentase Penilaian Hasil Psikomotor


Interval Siklus I Siklus II Kualifikasi
F P F P
90-100 - - - - Sangat
Baik
76-89 - - - - Baik
60-75 16 54% 20 67% Cukup
46-59 10 33% 7 23% Kurang
<45 4 13% 3 10% Sangat
Kurang
Jumlah 30 100% 30 100%
Sumber Data: Penelitian 2023

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, untuk penilaian hasil psikomotor pada Siklus

I menunjukan bahwa siswa yang memiliki interval nilai 90-100 tidak ada atau

dengan presentasi 0%, siswa yang memiliki interval nilai 76-89 tidak ada atau

dengan presentase 0%, siswa yang memiliki interval nilai 60-75 adalah 16 orang

atau dengan presentase 54% mendapat kualifikasi cukup, siswa yang memiliki

interval nilai 46-59 adalah 10 orang atau dengan presentase 33% mendapat

kualifikasi kurang, dan siswa yang memiliki interval nilai <45 adalah 4 orang atau

dengan presentase 13% mendapat kualifikasi sangat kurang.

Sedangkan untuk penilaian hasil psikomotor pada Siklus II menunjukan

bahwa siswa yang memiliki interval nilai 90-100 tidak ada atau dengan presentasi

0%, siswa yang memiliki interval nilai 76-89 tidak ada atau dengan presentase
28

0%, siswa yang memiliki interval nilai 60-75 adalah 20 orang atau dengan

presentase 67% mendapat kualifikasi cukup, siswa yang memiliki interval nilai

46-59 adalah 7 orang atau dengan presentase 23% mendapat kualifikasi kurang,

dan siswa yang memiliki interval nilai <45 adalah 3 orang atau dengan presentase

10% mendapat kualifikasi sangat kurang.

B. Pembahasan

Quantum Learning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja

dan bermain. Quantum Learning juga menyertakan kesadaran bahwa belajar itu

bukan hanya soal apa yang dipelajari, melainkan juga mengapa dan bagaimana

mempelajarinya. (Deporter 2011:86). Quantum Learning pertama kali digunakan

di Supercamp. Di supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan

belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.

Menurut Porter dan Hernacki (2010:14) model pembelajaran Quantum

Learning merupakan salah satu model yang menyangkut keterampilan guru dalam

merancang, mengembangkan, dan mengelola sistem pembelajaran sehingga guru

juga mampu untuk dapat menciptakan suasana pada pembelajaran yang efektif,

menggairahkan dan memiliki keterampilan hidup. Pelaksanaan pembelajaran

Quantum akan dapat menimbulkan suasana nyaman, menyenangkan karena pada

perancangan dalam pembelajaran dilakukan dengan sistematis, sehingga peserta

didik akan memahami konsep.

Berdasarkan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

Quantum Learning dapat dijelaskan berdasarkan hasil tes akhir pada Siklus I dan

Siklus II, yaitu mengalami peningkatan kearah yang lebih baik. Hasil tes akhir
29

Siklus I, menunjukkan bahwa terdapat kekurangan yang terjadi pada proses

pembelajaran. Dengan memperhatikan kekurangan pada Siklus I, maka penelitian

dilanjutkan pada Siklus II.

Dari hasil tes akhir Siklus II, menunjukan bahwa ada peningkatan dari

hasil belajar siswa pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Perolehan tersebut

dapat menggambarkan bahwa pelaksanaan Siklus II sudah mencapai target kriteria

ketuntasan klasikal yang diharapkan.

Dalam penggunaan model pembelajaran QL dapat diketahui bahwa siswa

lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran serta banyak siswa yang

aktif pada setiap kelompoknya saat berdiskusi. Dengan penerapan model QL

dapat meningkatkan semangat siswa dalam pembelajaran. Siswa terlihat aktif

sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik serta hasil yang diperoleh

siswapun memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai