Anda di halaman 1dari 5

V.

ANALISIS DATA

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan mengukur jumlah asam salisilat


dalam sampel bedak tabur menggunakan metode titrasi asam basa. Selain itu, hasil
kadar tersebut akan dibandingkan dengan komposisi produk yang tertera dan juga
dengan ketentuan BPOM Nomor 18 Tahun 2015. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bedak marcks dalam bentuk bubuk atau tabur. Menurut
Wardana et al., (2022) Bedak memiliki fungsi untuk mengurangi kemerahan
akibat jerawat dan mengatasi rasa gatal pada kulit yang disebabkan oleh alergi,
bakteri, atau jamur. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
memilih bedak yang mengandung asam salisilat.

A. Standarisasi Larutan NaOH


Langkah awal dalam prosedur ini adalah menransfer 15 mL larutan KHP
0,1 N ke dalam erlenmeyer berkapasitas 100 mL, kemudian menambahkan 2 tetes
indikator fenolftalein. Larutan yang dihasilkan memiliki warna yang jernih.
Penggunaan KHP dalam proses standarisasi ini dipilih karena KHP dianggap
sebagai standar yang efektif untuk larutan basa. Senyawa ini memiliki stabilitas
yang baik selama pengeringan dan memiliki berat ekivalen yang tinggi, sehingga
dapat mengurangi potensi kesalahan pada tahap penimbangan.

KHC8H4O4 (aq) + NaOH (aq) → KH4C8H4O4 (aq) + H2O (aq)

(Novita et al., 2022).

Indikator PP ditambahkan dengan tujuan menghasilkan perubahan warna menjadi


merah muda keunguan sebagai petunjuk bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.
Langkah berikutnya melibatkan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M, dan reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

KHC8H4O4 (aq) + NaOH(aq)  KNaC8H4O4(aq) + H2O (l)


Larutan mengalami perubahan warna menjadi keunguan dengan penambahan
volume NaOH pada erlenmeyer I, II, dan III berturut-turut sebesar 14,8 mL; 15,2
mL dan 15,2 mL. Volume rata-rata dari ketiga penambahan tersebut adalah 15,06
mL, dan nilai normalitas larutan NaOH yang dihasilkan adalah 0,099 N.

B. Uji Kualitatif Asam Salisilat dalam Sampel


Langkah awal melibatkan penambahan sejumlah kecil sampel ke dalam
tabung reaksi, dengan menggunakan bedak tabur dari merek Marcks, Herocyn,
Salicyl Cap Gajah dan Caladine. Setelah itu, ditambahkan 2 mL etanol 96% ke
dalam tabung reaksi, dan campuran homogen. Bedak tabur dari merek Marcks
memiliki warna cream, sedangkan bedak tabur dari Herocyn, Salicyl Cap Gajah,
dan Caladine berwarna putih. Penambahan larutan etanol 96% dilakukan dengan
tujuan agar asam salisilat dapat bereaksi, karena etanol merupakan senyawa
mangan alkohol yang memungkinkan sampel larut dalam etanol 96%.
Kemudian, ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1% ke dalam tabung reaksi.
Hasilnya adalah sebagai berikut: pada sampel bedak tabur merek Marcks, terjadi
pgerubahan warna menjadi ungu dengan endapan berwarna cream, sedangkan
pada bedak tabur merek Herocyn, terjadi perubahan warna menjadi bening dengan
endapan berwarna jingga. Bedak tabur merek Salicyl Cap Gajah mengalami
perubahan warna menjadi jingga setelah penambahan 8 tetes, dan pada bedak
tabur merek Caladine, terjadi perubahan warna menjadi jingga setelah
penambahan 8 tetes. Karena asam salisilat mengandung fenol, reaksinya dengan
FeCl3 akan menghasilkan warna ungu, sehingga reaksi positif ditunjukkan oleh
perubahan warna ungu pada sampel. Dalam eksperimen ini, bedak tabur merek
Marcks mengalami perubahan warna menjadi ungu, menunjukkan adanya
kandungan asam salisilat. Sementara itu, pada sampel bedak tabur merek
Herocyn, Salicyl Cap Gajah, dan Caladine, tidak terjadi perubahan warna menjadi
ungu, melainkan jingga, hal ini disebabkan oleh kandungan asam salisilat yang
rendah dalam sampel sehingga tidak menunjukkan perubahan warna yang
signifikangg
C. Penetapan kadar Asam Salisilat dalam Sampel
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam salisilat pada
sampel bedak marcks, herocyn, Salicyl cap gajah dan Caladine. Penetapan kadar
asam salisilat dilakukan secara titrimetric, yakni dengan cara sejumlah zat yang
dianalisis direaksikan dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui kadar
atau konsentrasinya secara teliti dan reaksinya berlansgung secara kuantitatif.
Adapun pada percobaan ini, larutan standar yangdigunakan adalah larutan NaOH
yang telah distandarisasi sebelumnya, yakni larutan NaOH 0,0998 N (sampel
Macks) 0,1048 N (sampel Herocyn), 0,1066 N (Sampel Salycl Cap gajah) dan
0,0998 N (Sampel Caladine).
Larutan standar diteteskan dari buret ke dalam larutan yang akan diteliti
dalam tempat (reactor) nya, missal erlenmeyer. Proses mereaksikan dengan cara
seperti ini disebut dengan titrasi. Sedangkan larutan baku atau standar (dalam
percobaan ini adalah larutan NaOH 0,098 N disebut titran (Mundriyastutik et al.,
2021). Adapun perlakuan pertama adalah menimbang ± 250 mg atau 0,25 g
sampel bedak tabur dengan seksama lalu melarutkan sampel tersebut dengan 15
mL etanol netral 96% ke dalam erlenmeyer 100 mL. Tujuan penambahan alcohol
netral adalah agar tidak mempengaruhi pH karena titrasi ini merupakan titrasi
asam basa. Selain itu, alcohol juga berfungsi sebagai pelarut yang dapat
melarutkan sampel. Selanjutnya, menambahkan 20 mL aquades dan diperoleh
larutan sampel berwarna krim (sampel Marcks), berwarna putih (sampel Herocyn,
Salicyl cap gajah dan Caladine)
Kemudian, menambahkan indicator PP sebanyak 2 tetes ke dalam
erlenmeyer 100 mL tersebut. Tujuan penambahan indicator PP adalah untuk
memudahkan dalam mengamati titik akhir titrasi yang ditandai dengan adanya
perubahan warna. Setelah itu, menitrasi larutan sampel dengan larutan NaOH
standar yang telah berada di dalam buret sampai berubah warna menjadi bias
keunguan. Diperoleh larutan berwarna bias keunguan.
Melakukan titrasi secara triplo (sebanyak 3 kali). Hal ini bertujuan agar
diperoleh hasil titrasi yang akurat. Adapun volume larutan NaOH standar yang
terpakai untuk sampel bedak Marcks pada erlenmeyer I adalah 0,3mL; erlenmeyer
II sebesar 0,4 mL; dan erlenmeyer III adalah 0,4 mL, untuk sampel bedak
Herocyn pada erlenmeyer I adalah 0,3mL; erlenmeyer II sebesar 0,2 mL; dan
erlenmeyer III adalah 0,2 mL, untuk sampel Salicyl Cap Gajah pada erlenmeyer I
adalah 0,1 mL; erlenmeyer II sebesar 0,1 mL; dan erlenmeyer III adalah 0,1 mL
dan untuk sampel Caladine erlenmeyer I adalah 0,2 mL; erlenmeyer II sebesar 0,2
mL; dan erlenmeyer III adalah 0,2 mL. Sehingga, volume rata-rata larutan NaOH
yang terpakai pada titrasi ini adalah 0,36 mL (sampel Marcks), 0,2 mL (sampel
Herocyn), 0,1 mL (Sampel Salycl Cap Gajah) dan 0,2 mL (Sampel Caladine).

Dari hasil perhitungan (terlampir), dapat diketahui kadar asam salisilat


pada sampel Marcks adalah 0,07144%, sampel Herocyn adalah 0,23%, Sampel
Salycl Cap Gajah 0,058884% dan Sampel Caladine 0,21%. Sedangkan dari
literatur menyebutkan kandungan asam salisilat pada bedak tabur Marcks adalah
2% pada setiap 60 g nya. Menurut Perka BPOM RI No. 18 Tahun 2015,
pembatasan terhadap persyaratan pemakaian asam salisilat padproduk kosmetik
yang dizinkan, yaitu tidak melebihi dari 2 % (Wardana et al., 2022). Apabila kadar
asam salisilat melebihi 2% akan mengakibatkan iritasi local, peradangan akut,
hingga ulserasi (Inflamasi pada mukosa rongga mulut) (Feladita et al., 2019).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan kadar asam salisilat pada sampel bedak tabur
Marcks, Herocyn, Salycl cap gajah dan Caladine telah memenuhi syarat karena
kadarnya masih di bawah 2 %.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada percobaan ini, dalam menentukan kadar asam salisilat pada sampel
bedak tabur dilakukan secara titrasi asam basa, yakni menitrasi dengan
mengunakan larutan NaOH yang distandarisasi terlebih dahulu dan
diketahui konsentrasi sebenarnya adalah yakni larutan NaOH 0,0998 N
(sampel Macks), 0,1048 N (sampel Herocyn), 0,1066 N (Sampel Salycl
cap gajah) dan 0,0998 N (Sampel Caladine).
2. Diperoleh dari percobaan, kadar asam salisilat dalam 0,25 g sampel bedak
tabur marcks adalah 0,07144 % ,sampel bedak tabur Herocyn adalah
0,23%, sampel Syalicyl cap gajah 0,058884% dan sampel Caladine 0,21%
Sedangkan kadar asam salisilat yang tertera pada produk tersebut adalah 2
% untuk setiap 60 g nya. Hal ini berarti kadar tersebut tidak jauh berbeda.
3. Berdasarkan Perka BPOM Nomor 18 Tahun 2015, kadar asam salisilat
yang terkandung dalam produk kosmetik, yaitu tidak melebihi dari 2%.
Oleh karena itu, dalam produk asam salisilat tersebut masih aman dan
memenuhi syarat yang ditentukan

DAFTAR PUSTAKA

Feladita, N., Retnaningsih, A., & Susanto, P. (2019). Penetapan Kadar


AsamSalisilat Pada Krim Wajah Anti Jerawat yang Dijual Bebas di Daerah
Kemiling Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Analisis
Farmasi, 4(2), 101-107.

Mundriyastutik, Y., Maulida, I. D., & Retnowati, E. (2021). Analisis Volumetri


(Titrimetri). Kudus: MU Press.

Novita, N., Widyana, A. P., & Purnomo, Y. (2022). Pengaruh jenis Basis Salep
terhadap Pelepasan Senyawa Aktif Antibakteri Asam Salisilat. Jurnal Bio
Komplementer Medicine, 9 (2), 1-6.

Wardana, F. Y., Fadila, N., & Siwi, M. A. A. (2022). Identifikasi Kandungan Asam
Salisilat salam Produk Krim Anti Jerawat di pasar Tajinan Kabupaten
Malang. Pharmademica : Jurnal Kefarmasian dan Gizi, 1 (2), 69-79.

Anda mungkin juga menyukai