Anda di halaman 1dari 10

SITUS DUPLANG DESA KAMAL KECAMATAN ARJASA KABUPATEN

JEMBER SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA

ARTIKEL SKRIPSI

Oleh
Dimas Faldi Jiaulhaq
NIM 170210302086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
Dimas Faldi Jiaulhaq

Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,


Universitas Jember

ABSTRAK
G30S/ PKI diawali dengan adanya peristiwa penculikan Letnan Jenderal
Ahmad Yani dan lima orang staf umumnya dari rumah-rumah mereka di Jakarta,
dan dibawa dengan truk ke sebidang areal perkebunan di selatan kota. Para
penculik membunuh Ahmad Yani dan dua jenderal lainnya pada saat
penangkapan berlangsung. Para penculik tersebut mengklaim pada stasiun Radio
Republik Indonesia (RRI) bahwa mereka adalah pasukan setia Presiden Sukarno
dan tujuan mereka melakukan penculikan adalah untuk melindungi Presiden dari
komplotan jendral kanan yang akan melancarkan kudeta. Mereka menyebut nama
pemimpin mereka adalah Letnan Kolonel Untung yang bertanggung jawab dalam
mengawal Presiden. Mereka menamai gerakan mereka dengan Gerakan 30
September.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah proses
terjadinya peristiwa G30 S/PKI?” Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
yaitu ingin mengkaji dan menganalisa secara mendalam tentang terjadinya
peristiwa G30 S/PKI.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah
yang dipakai untuk menyusun fakta, mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan
tentang masa lampau. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam metode sejarah
yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
Hasil dari penelitian ini ialah G30S diawali dengan adanya peristiwa
penculikan Letnan Jenderal Ahmad Yani dan lima orang staf. Tanggal 30
September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya. Baru pada akhir bulan
November 1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Musso tewas atau
dapat ditangkap.

Kata Kunci : G30 S/ PKI, Komunis, Pemberontakan.


Dimas Faldi Jiaulhaq

Department of Social Sciences, Faculty of Teacher Training and Education,


University of Jember

ABSTRACT
The G30S / PKI began with the kidnapping of Lieutenant General Ahmad
Yani and five general staff from their homes in Jakarta, and was transported by
truck to a plantation area south of the city. The kidnappers killed Ahmad Yani and
two other generals at the time of the arrest. The kidnappers claim to Radio
Republik Indonesia (RRI) that they are the loyal troops of President Sukarno and
their intention to kidnap is to protect the President from the right-wing general
plot who will launch a coup d'état. They named their leader Lieutenant Colonel
Untung who was responsible for guarding the President. They named their
movement with the September 30th Movement.
The formulation of the problem in this research is "how is the process of G30
S / PKI occurrence?" The goal to be achieved in this research is to study and
analyze in depth about the occurrence of G30 S / PKI events.
The method used in this study is historical research used to compile facts,
describe, and draw conclusions about the past. The activities carried out in the
historical method of topic selection, heuristics, criticism, interpretation and
historiography.
The result of this research is G30S begins with the kidnapping of Lieutenant
General Ahmad Yani and five staffs. On September 30, 1948, the city of Madiun
was entirely controlled. It was not until the end of November 1948 that the entire
leadership and supporters of Musso were killed or captured.

Keywords: G30 S / PKI, Communist, Rebellion.


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada awal penemuan kondisi situs duplang dipenuhi oleh rerumputan yang
menutupi benda-benda megalitik. Setelah ditemukan goa tersebut, dibersihkan
secara gotong royong oleh warga sekitar untuk dibuka sebagai tempat wisata
bahkan penelitian. Pada tahun 1985 Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan
Purbakala (KSPSP) (Kini Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Trowulan
Mojokerto, menugaskan Abdurrahim sebagai pengawas di Cagar Budaya Situs
Menhir Duplang Kamal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember. Menurut
narasumber situs ini baru dikelola Dinas pada tahun 1996. Dan setelah itu juga
ditata denga rapi. Dibangun pagar, kamar mandi, dan musholla.
Desa Kamal Kecamatan Arjasa adalah desa purba yang sudah dikenal sejak
lama karena memiliki banyak sekali peninggalan zaman purba. Desa Kamal
merupakan desa yang memiliki tiga Situs diantaranya Situs Klanceng, Situs
Kendal, dan Situs Duplang. Situs Duplang merupakan Situs yang memiliki
beberapa koleksi peninggalan pada zaman megalitikum diantaranya kubur batu,
batu kenong, dan menhir. Batu kenong melambangkan bentuk persembahan
kepada arwah nenek moyang dan menjadi pemujaan yang dibuat sekitar abad 4 M.
Sedangkan Kubur batu merupakan tempat pemakaman atau peti mayat yang
didalamnya terdapat jenazah yang di simpan dalam keadaan terbaring dengan
posisi kepala menghadap ke tempat yang lebih tinggi. Dibuat sekitar 3000 tahun
yang lalu. Kubur batu yang berada di Situs Kamal adalah kubur batu masyarakat
sekitar yang dahulu bermukim di sekitar Situs Kamal. Semua kubur yang ada
disekeliling Desa Kamal semuanya menghadap ke kubur batu yang ada di Desa
Kamal maksudnya, kepala orang yang meninggal selalu mengarah ke kubur batu
di Desa Kamal, mereka mengarah ke arah kubur batu tersebut karena orang yang
di makamkan di kubur batu tersebut adalah tokoh masyarakat atau kepala suku. Di
sebelah barat kubur batu terdapat menhir atau batu tegak yang diperkirakan dibuat
sekitar tahun 2000 tahun yang lalu (awal masehi). Batu tegak atau menhir yaitu
tiang batu atau tugu batu yang didirikan sebagai tanda peringatan yang
melambangkan arwah nenek moyang dan menjadi benda pemujaan. Kehidupan
manusia purba sudah mulai hidup berkelompok, menetap, dan bercocok tanam.
Sedangkan sistem kepercayaannya yaitu animisme dan dinamisme.
Setelah penemuan tersebut sangat berdampak terhadap kehidupan ekonomi
masyarakat sekitar situs. Desa mereka yang awalnya merupakan desa petani
menjadi desa wisata. Masyarakat sekitar situs memanfaatkannya untuk membuka
lapangan pekerjaan baru, seperti membuka toko, tempat peristirahatan, dan lain
sebagainya. Bahkan di sebelah luar kompleks situs sekarang dibangun perumahan
yang cukup mewah.
1.2 Tinjauan Pustaka
Marfiana (2014:114) menyatakan Penemuan situs-situs candi menjadikan bangsa
Indonesia kaya akan sektor wisata budaya sejarah. Wisata sejarahtak hanya
sekadar pelesir dan melancong untuk kesenangan ke tempat-tempat bersejarah,
tetapi juga belajar sejarahitu sendiri. Wisata sejarah kaya akan nilai-nilai
budaya, edukatif, inspiratif, instruktif dan rekreatif, sehingga apabila berwisata
ke tempat-tempat bersejarah akan banyak manfaat yang dapat diambil di
dalamnya. Daya tarik situs candi Jabung sebagai objek wisata sejarah terletak
pada latar belakang historis dari candi itu sendiri, ditunjang arsitektur dan ragam
hias indah, serta komponen-komonen wisata di dalamnya. Candi Jabung dibawah
pengelolaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Mojokerto Jawa
Timur. Daya tarik yang dimiliki candi Jabung cukup besar, maka akan sangat
berguna apabila dapat dikelola seoptimal mungkin, karena pembangunan dalam
bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
maupun bagi dunia pendidikannya.

Harto (2009:129) menyimpulkan deskripsi data hasil penelitian, (1) hal-hal


sebagai berikut Sebesar 86,67% masyarakat desa Muara Takus memiliki
sikap setuju dan mendukung terhadap pengembangan kawasan desa Muara
Takus sebagai kawasan desa wisata budaya terpadu. (2) Bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan lingkungan desa
Muara Takus sebagai kawasan desa wisata budaya, dideskripsikan sebagai
berikut: a) Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan lahan candi, halaman rumah
dan areal lainnya sebagai lahan wisata budaya; b) Penataan sepanjang jalan desa
Muara Takus sebagai areal wisata budaya; c) Pembangunan sarana dan prasarana,
seperti akses jalan dan sarana lainya; dan d) Pengembangan kawasan/areal
wisata budaya, tempat penginapan, dan fasilitas wisata budaya lainnya. (3)
Konsep tentang desa wisata budaya diarahkan bahwa desa Muara Takus
diharapkan menjadi sentra produksi seni, pasar cendera mata dan
kawasan/lokasi wisata budaya, dimana para wisatawan bisa menikmati dan
membeli berbagai macam cendera mata dan menikmati berbagai kesenian
dalam festival yang digelar di daerah tersebut. (4). Model konsep pengelolaan
lingkungan binaan desa wisata budaya pada kawasan daerah Candi Muara
Takus, khususnya di desa Muara Takus, menerapkan prinsip partisipasi-
kemitraan antara pemerintah dan masyarakat. Dimana pemerintah menetapkan
suatu kebijakan pengembangan lingkungan, sementara masyarakat terlibat
secara aktif-partisipatif dalam proses pengelolaan lingkungan. (6) Konsep
hubungan antara manusia dan lingkungan dalam proses pengelolaan
lingkungan desa wisata budaya di desa Muara Takus, yakni hubungan antara
masyarakat desa Muara Takus dengan lingkungannya, termasuk ke dalam
konsep hubungan dimana individu dapat menggunakan lingkungannya; dan
konsep hubungan dimana individu dapat berpartisipasi (ikut serta) dengan
lingkungannya. model hubungan antara masyarakat desa Muara Takus
dengan lingkungannya apabila dilihat dari hubungan simbiosis, maka
bentuknya termasuk bentuk hubungan simbiosis mutalisme.

Hayati (2015:98) menyimpulkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat


tentang sadar wisata dengan tolak ukur unsur sapta pesona masih rendah. Ini
membuktikan bahwa fungsi sosial masyarakat dalam menjaga keamanan,
ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan tidak
berfungsi dengan baik secara sistem untuk mencapai tujuan pariwisata yang
berdaya saing tinggi.Rendahnya pemahaman masyarakat tentang sadar wisata
menimbulkan beberapa faktor yang berimplikasi terhadap ketidak-nyamanan
dan ketidak-amanan wisatwan di kawasan pariwisata Kuta Lombok. Pertama,
faktor lingkungan dari aspek pengelolaan parkir yang tidak teratur dan kebersihan
lingkungan di sekitar kawasan pariwisata Kuta Lombok. Kedua, faktor
kegiatan ekonomi yang dilihat dari aspek yang paling dirasakan wisatawan
sebagai aspek ketidak-nyamanan adalah pedagang asongan yang terlalu agresif
serta penyedia jasa transportasi yang masih beorientasi pada keuntungan sepihak.
Ketiga adalah faktor askses menuju objek wisata di kawasan pariwisata Kuta
Lombok, yaitu dari aspek jalan yang memiliki kondisi yang masih rusak.

Bentuk partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan


berupa keikutsertaan masyarakat pada beberapa organisasi masyarakat seperti
Jejak Kumpul, Amphibie, Putra Angkasa, Bumi Gora, dan Bina Masyarakat
Wisata serta Satpam Pantai. Organisasi masyarakat yang berkaitan langsung
dengan pariwisata adalah satpam pantai yang bertanggungjawab menjaga
kenyaman dan keamanan di pantai dan Bina Masyarakat Wisata yang bertujuan
untuk membina, memberdayakan, serta memberikan pemahaman pariwisata
kepada masyarakat. Kemudian, empat organisasi masyarakat yang lain belum
berfungsi optimal terhadap kenyamanan dan keamanan. Hal itu menegaskan
bahwa partisipasi masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan wisatawan di
kawasan pariwisata Kuta Lombok masih rendah.
1.3 Rumusan Permasalahan dan Tujuan Penelitian
Peniliti disini merumuskan beberapa permasalahan terkait dengan
penelitian yang dilakukan. (1) “Apa saja potensi situs-situs megalitik Desa
Kamal sebagai obyek wisata sejarah ? ”; (2) “Apa rasional pentingnya
pemanfaatan situs-situs megalitik Desa Kamal sebagai obyek wisata
sejarah?”; (3) “Bagaimana cara pemanfaatan situs-situs megalitik Desa Kamal
sebagai obyek wisata sejarah ?”.
Dilihat dari Rumusan masalah, maka peneliti merumuskan tujuan dari
penelitian ini. Yaitu, (1) untuk mengetahui secara mendalam potensi situs-situs
megalitik Desa Kamal sebagai obyek wisata sejarah; (2) untuk
mendeskripsikan rasional pentingnya pemanfaatan situs -situs megalitik Desa
Kamal sebagai obyek wisata sejarah dan budaya; (3) untuk mengetahui secara
mendalam cara pemanfaatan situs-situs megalitik Desa Kamal sebagai obyek
wisata sejarah.
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 3. PENTUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Potensi wisata yang dimiliki Situs Duplang diantaranya berupa
peninggalan megalitik yang tersebar di Situs Duplang. Peninggalan
megalitik tersebut diantaranya berupa batu kenong, menhir, kubur batu,
dolmen, batu lesung, dan gilis. Menhir merupakan salah satu peninggalan
megalitik di kabupaten Jember dan hanya terdapat di situs-situs megalitik
seperti situs Duplang. Selain potensi wisata budaya Situs Duplang juga
memiliki potensi wisata pendukung seperti, wisata alam yang belum digali
dan dimanfaatkan secara optimal.
2.
3.2 Saran
Setelah penelitian ini selesai, saran dari penulis sampaikan adalah:
1. Perjuangan Komunis dalam mencapai cita-cita politiknya tidak akan
pernah berakhir, oleh karena itu penting bagi para pembuat kebijakan dan
wakil rakyat untuk lebih meningkatkan upaya peningkatn pemahaman
ideologi bangsa,
2. Perkembangan demokrasi Indonesia memberikan kebebasan memnentukan
sesuatu, termasuk ideologi adalah hal mutlak setiap individu, akan tetapi
karena ideologi komunis tidak berurat akar dari jiwa bangsa Indonesia dan
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa, sebaiknya tidak diberi
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Baharuddin Lopa. 1968. Bahaya Komunisme. Jakarta : Bulan Bintang.


Budiardjo, M. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia.
Depdikbud. 1984. Sejarah Revolusi KemerdekaanDaerah Jawa Timur. Surabaya.
Ebenstein, Fogelman. 1987. Isme-Isme Dewasa Ini. Jakarta : Erlangga.
Gotschallk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notososanto. Jakarta :
UI press.
Hadi, S. 1986. Metodologi Research I. Yogyakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.
Nasution, A.H. 1966. Banting Setir Politik Pertahanan / Keamanan. Djakarta : PT
Matoa.
Notosusanto, N. 1971. Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah.
Djakarta : Pusat Sejarah ABRI.
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad 20 Jilid I. Jakarta : Kasinius.

Anda mungkin juga menyukai