Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) taklepas dari kinerja

pendididkan di suatu Negara berdasarkan systempen didikan yang ada sebelumnya. Diantara
tahun 1960-an hingga 1970-an berbagai inovasi dilakukan melalui pengenalan kurikulum baru
dan pendekatan metode pengajaran baru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, namun
hasilnya tidak memuaskan. Demikian juga di banyak Negara lain seperti Kanada, Amerika,
Australia, Inggris, Perancis, Selandia Baru, dan Indonesia. Sebelum berbagai inovasi yang
diterapkan untuk meningkat kankualitas pendidikan difokuskan pada lingkup kelas, seperti
perbaikan kurikulum, profesionalisme guru, metode pengajaran, dan system evaluasi, dan
kesemuanya itu kurang memberikan hasil yang memuaskan.
Bersamaan dengan berbagai upaya itu, pada tehun 1980-an terjadi perkembangan yang
menggembirakan di bidang manajemen modern, yaitu atas keberhasilan penerapannya di bidang
industry dan organisasi komersial. Keberhasilan aplikasi manajemen modern itulah yang
kemudian diadopsi untuk diterapkan di dunia pendidikan. Sejak saat itulah masyarakat mulai
sadar bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu melompat atau keluar dari lingkup
pengajaran di dalam kelas secara sempit ke lingkup organisasi sekolah. Oleh karena itu,
diperlukan reformasi system secara structural dan gaya manajemen sekolah. Setelah adanya
kesadaran itu muncullah berbagai gerakan reformasi seperti gerakan sekolah efektif yang
mencari dan mempromosikan karakteristik sekolah-sekolah efektif. Ada gerakan sekolah
mandiri, yang menekankan otonomi penggunaan sumber dana sekolah. Ada yang memfokuskan
pada desentralisasi otoritas dari kantor pendidikan pusat kepada aktivitas-aktivitas yang
dipusatkan disekolah seperti pengembangan kurikulum berbasis sekolah, bimbingan siswa
berbasis sekolah, dan sebagainya. Gerakan reformasi yang menggunakan pendekatan berbeda-
beda tersebut kemudian melahirkan model model MBS.
Di Indonesia, latar belakang munculnya MBS tidak jauh berbeda dengan Negara-negara
maju yang terlebih dahulu menerapkannya. Perbedaan yang mencolok ialah lambatnya kesadaran
para pengambil kebijakan pendidikan di Indonesia. Bayangkan saja di banyak Negara gerakan
reformasi pendidikan model MBS ini sudah terjadi pada tahun 1970-an dan disusul banyak
Negara pada tahun 1980-an, namun di Indonesia baru dimulai 30 tahun kemudian. Hal ini tidak
terlepas dari system otoriter selama orde baru. Selama bertahun-tahun upaya perbaikan
pendidikan selalu dilaksanakan dengan cara tambal sulam, karena belum ada upaya yang
maksimal dari birokrat pendidikan di atas sana. Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) muncul karena beberapa alasan. Pertama, terjadinya
ketimpangan kekuasaan dan kewenangan yang terlalu terpusat pada atasan yang
mengesampingkan bawahan. Kedua, kinerja pendidikan yang tidak kunjung membaik bahkan
cenderung menurun di banyak Negara. Ketiga, adanya kesadaran para birokrat dan desakan dari
para pecinta pendidikan untuk merestrukturisasi pengelolaan pendidikan.
BPPN dan Bank Dunia (1999) dalam Mulyasa, memberi pengertian bahwa MBS
merupakan bentuk alternative sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang
ditandai oleh otonomi luas ditingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam kerangka
kebijakan nasional. Sedangkan Depdikbud dalam, mengemukakan MBS adalah suatu penawaran
bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para
peserta didik. Mulyasa (2002) mengemukakan Manajemen Berbasis Sekolah adalah pradigma
baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat)
dalam rangka kebijakan pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai