Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN


TAKSONOMI BLOOM PADA SISWA SD KELAS IV

Disusun oleh :

NAMA : FUZA NURHABIBAH


NPM : 230110731012
PROGRAM STUDI : MAGISTER PENDIDIKAN
MATEMATIKA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
2023
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Konsep Berpikir Matematik .............................................................................. 5
2.2 Taksonomi Bloom Pada Konteks Matematik ................................................... 6

BAB III METODE PENULISAN


3.1 Metode Penulisan ............................................................................................. 8
3.2 Penentuan Sasaran Penelitian ............................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pendidikan matematika di Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk
memberikan dasar pemahaman matematika yang kokoh dan membangun
kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir matematik melibatkan
kemampuan siswa untuk mengobservasi, menganalisis, dan mensintesis informasi
matematika. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terkait dengan tingkatan
kemampuan berpikir matematik siswa menjadi suatu kebutuhan penting dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di SD.
Kemampuan berpikir matematik memiliki peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak di sekolah dasar. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
kemampuan berpikir matematik dianggap krusial dalam pembelajaran anak di
tingkat SD:
1. Fondasi Pembelajaran Matematika Lebih Lanjut: Kemampuan berpikir
matematik membantu membangun fondasi yang kuat untuk pemahaman
konsep-konsep matematika yang lebih kompleks di tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir matematik yang baik
cenderung lebih siap untuk menghadapi materi-materi yang lebih abstrak dan
rumit.
2. Peningkatan Pemecahan Masalah: Berpikir matematik melibatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah dengan pendekatan yang sistematis
dan logis. Anak-anak yang terampil dalam berpikir matematik cenderung lebih
mahir dalam merumuskan dan menyelesaikan masalah di berbagai konteks,
keterampilan yang bermanfaat sepanjang kehidupan mereka.
3. Pengembangan Keterampilan Logika dan Analitis: Pendidikan matematika
di SD membantu mengembangkan keterampilan logika dan analitis siswa.
Kemampuan untuk berpikir secara logis dan menganalisis informasi dengan
baik sangat berguna di luar konteks matematika, termasuk dalam pengambilan
keputusan sehari-hari.

1
2

4. Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi: Belajar matematika juga


melibatkan kemampuan berkomunikasi ide dan pemahaman. Siswa yang
terampil dalam berpikir matematik cenderung lebih percaya diri dalam
menyampaikan ide-ide matematika mereka, baik secara lisan maupun tulisan.
5. Pembentukan Pola Berpikir Abstrak: Matematika melibatkan pemahaman
konsep-konsep abstrak, seperti simbol-simbol matematika dan representasi
grafis. Kemampuan berpikir matematik membantu membentuk pola berpikir
abstrak ini, yang nantinya akan mendukung pemahaman konsep-konsep ilmu
pengetahuan lainnya.
6. Peningkatan Daya Ingat dan Konsentrasi: Proses berpikir matematik
memerlukan konsentrasi dan daya ingat yang baik. Latihan berpikir matematik
dapat membantu meningkatkan kapasitas kognitif anak-anak, yang dapat
memberikan manfaat dalam berbagai aspek pembelajaran.
7. Persiapan untuk Pekerjaan Masa Depan: Di era digital dan global seperti
sekarang, kemampuan berpikir matematik menjadi penting untuk banyak
pekerjaan dan karier. Memiliki landasan matematika yang kuat membuka pintu
untuk lebih banyak peluang di berbagai bidang.
Dengan memahami pentingnya kemampuan berpikir matematik dalam
pendidikan anak di sekolah dasar, pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan keterampilan ini dapat membantu menciptakan generasi yang lebih
siap menghadapi tantangan masa depan.
Taksonomi Bloom, yang dikembangkan oleh Benjamin S. Bloom dan
rekannya, merupakan kerangka kerja yang umum digunakan dalam pendidikan
untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam tingkatan-tigkatan
kognitif. Taksonomi ini menyajikan enam tingkatan kognitif yang berurutan, dari
yang paling sederhana hingga yang paling kompleks:
1. Pengetahuan (Knowledge): Memahami dan mengingat informasi.
2. Pemahaman (Comprehension): Menginterpretasikan informasi dan
menjelaskan dalam kata-kata sendiri.
3. Aplikasi (Application): Menggunakan pengetahuan dalam situasi praktis.
3

4. Analisis (Analysis): Memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih


kecil dan memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut.
5. Sintesis (Synthesis): Membuat sesuatu yang baru dengan menggabungkan
elemen-elemen yang sudah ada.
6. Evaluasi (Evaluation): Menilai atau menilai nilai atau kualitas sesuatu.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Taksonomi Bloom relevan
sebagai kerangka kerja untuk menganalisis kemampuan berpikir matematik:
1. Menyajikan Progresivitas dalam Kompleksitas Berpikir: Taksonomi
Bloom menyediakan tingkatan kognitif yang berurutan, membantu
menggambarkan progresivitas dalam kompleksitas berpikir. Dalam konteks
analisis kemampuan berpikir matematik, kita dapat mengidentifikasi sejauh
mana siswa dapat menerapkan konsep matematika pada tingkatan yang lebih
tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Memfasilitasi Penilaian yang Terstruktur: Dengan mengikuti tingkatan
Taksonomi Bloom, pendidik dapat merencanakan penilaian yang terstruktur
dan sesuai dengan tingkat kompleksitas berpikir yang diharapkan. Ini
membantu memastikan bahwa penilaian mencakup sejumlah besar
kemampuan berpikir matematik dan tidak hanya terfokus pada tingkat
pengetahuan atau pemahaman.
3. Mendukung Perancangan Pembelajaran yang Beragam: Taksonomi
Bloom memberikan panduan bagi guru untuk merancang pengalaman
pembelajaran yang beragam. Guru dapat menyusun kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir
matematik pada berbagai tingkatan kognitif.
4. Menekankan Penerapan Konsep dalam Konteks Nyata: Aplikasi
(Application) dalam Taksonomi Bloom menggarisbawahi pentingnya
menerapkan konsep matematika dalam situasi praktis. Hal ini konsisten dengan
tujuan pembelajaran matematika di SD yang seharusnya tidak hanya berkutat
pada pengetahuan konseptual, tetapi juga penerapan dalam kehidupan sehari-
hari.
4

5. Mendorong Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: Tingkatan


Analisis, Sintesis, dan Evaluasi dalam Taksonomi Bloom mendukung
pengembangan keterampilan berpikir kritis. Dengan menganalisis masalah,
membuat solusi baru, dan mengevaluasi hasil, siswa dapat mengasah
kemampuan berpikir kritis mereka.
7. Adaptasi untuk Kebutuhan Pembelajaran Individual: Kerangka kerja ini
dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran individual siswa.
Guru dapat mengidentifikasi tingkatan kognitif mana yang perlu ditekankan
berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan siswa.
Dengan menggunakan Taksonomi Bloom sebagai kerangka kerja, analisis
kemampuan berpikir matematik dapat dilakukan secara sistematis dan
komprehensif, memastikan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya fokus
pada penerimaan informasi, tetapi juga pada pengembangan keterampilan berpikir
yang mendalam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan
mengkaji lebih mendalam tentang “Analisis Kemampun Berpikir Matematika
Siswa Berdasarkan Taksonomi Bloom Pada Siswa SD Kelas IV”

1.2 Rumusan Masalah.


Dalam konteks tersebut, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: "Bagaimana analisis kemampuan berpikir matematik siswa SD
berdasarkan Taksonomi Bloom pada setiap tingkat kompleksitasnya?"
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Berpikir Matematik


Berpikir merupakan suatu aktivitas memanipulasi atau mengolah dan

mentransformasi informasi dalam memori (Santrock : 2010). Hal ini sering

dilakukan untuk membentuk bernalar, membuat keputusan dan memecahkan

masalah dalam proses pembelajaran matematika. Sehingga secara tidak langsung

siswa melakukan kegiatan berpikir matematis dalam proses pembelajaran

matematika. Berpikir matematis sendiri diartikan sebagai proses dinamis yang

memperluas cakupan dan kedalaman pemahaman matematika (Mason, Burton,

dan Stacey :1982).

Bepikir matematis dilihat dari sudut pandang pembelajaran merupakan

suatu proses mengembangkan sudut pandang matematis, menghargai proses

matematis serta memiliki keinginan yang kuat untuk menerapkannya dan

mengembangkan kompetensi untuk memahami struktur pemahaman matematika

(Schoenfeld : 1992). Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir matematis

merupakan suatu aktivitas dalam proses menyelesaikan permasalahan

matematika.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi seberapa efektif kemampuan

berpikir matematis seorang individu yaitu kemampuan proses dalam memecahkan

masalah matematika, pengendalian emosi dan psikologi untuk menguatkan proses

pemecahan masalah matematika dan yang terakhir pemahaman konsep

matematika beserta aplikasinya. Dengan adanya kemampuan proses dalam


6

memecahkan masalah matematika dapat menunjukkan keefektifan kemampuan

berpikir matematis siswa dalam pembelajaran matematika.

2.2 Taksonomi Boom pada Konteks Matematik


Taksonomi Bloom adalah sebuah kerangka kerja yang dikembangkan oleh
Benjamin S. Bloom dan rekannya pada tahun 1956. Tujuan utama Taksonomi
Bloom adalah untuk mengklasifikasikan tujuan pembelajaran menjadi tingkatan
kognitif yang berurutan, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks. Berikut adalah penerapan teori Taksonomi Bloom pada konteks
matematika:
1. Pengetahuan (Knowledge):
 Identifikasi fakta-fakta matematika, seperti definisi dan rumus.
 Ingat informasi dasar, seperti urutan bilangan atau tabel perkalian.
2. Pemahaman (Comprehension):
 Mengartikan informasi matematika dan menjelaskan konsep-konsep
dengan kata-kata sendiri.
 Merinci bagaimana suatu konsep matematika diterapkan dalam situasi
nyata.
3. Aplikasi (Application):
 Menggunakan konsep matematika dalam situasi praktis atau masalah
nyata.
 Menunjukkan keterampilan menerapkan rumus atau metode matematika
dalam konteks yang berbeda.
4. Analisis (Analysis):
 Menganalisis data atau informasi matematika untuk mengidentifikasi pola
atau hubungan.
 Memecah suatu masalah matematika menjadi bagian-bagian yang lebih
kecil untuk memahami strukturnya.
5. Sintesis (Synthesis):
 Menggabungkan konsep matematika yang berbeda untuk menciptakan
solusi baru.
7

 Mengorganisir informasi matematika untuk membuat rangkuman atau


model.
6. Evaluasi (Evaluation):
 Menilai kebenaran suatu pernyataan matematika atau solusi.
 Menilai keefektifan suatu pendekatan dalam menyelesaikan masalah
matematika.
Penerapan Taksonomi Bloom dalam konteks matematika membantu guru
merancang tujuan pembelajaran yang terstruktur dan sesuai dengan tingkat
kompleksitas berpikir yang diinginkan. Misalnya, pada tingkat Pengetahuan, siswa
mungkin diminta untuk mengingat fakta-fakta matematika, sedangkan pada tingkat
Evaluasi, mereka dapat diminta untuk menilai dan memberikan argumentasi
terhadap suatu solusi matematika.
Selain itu, Taksonomi Bloom juga memberikan panduan dalam merancang
penilaian yang mencakup seluruh spektrum kemampuan kognitif, sehingga
pembelajaran matematika dapat berfokus pada pengembangan pemahaman yang
mendalam dan kemampuan berpikir matematik yang lebih tinggi.
8

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Metode Penulisan


Desain penelitian berkaitan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah diartikan
sebagai kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. “Data yang didapatkan dari penelitan merupakan data yang
valid, yaitu memiliki tingkat ketepatan antara keadaan objek yang sesungguhnya
dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti”. (Sugiyono, 2014: 1).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif atau sering disebut dengan metode naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sugiyono (2013 : 9)
mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah :
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2012 : 4-13) memiliki sejumlah


karakteristik tertentu. Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain sebagai
berikut :
1. Latar alamiah
2. Manusia sebagai alat (instrumen)
3. Metode kualitatif
4. Analisis data secara induktif
5. Teori dan dasar (grounded theory)
6. Deskriptif
9

7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil


8. Adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
10. Desain yang bersifat sementaraHasil penelitian dirundingkan dan
disepakati bersama

3.2 Penentuan Sasaran Penelitian


Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tapi oleh
Spradey yang dikutip oleh Sugiyono (2014: 48) dinamakan “social situation” atau
situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : Tempat (place), pelaku (actors),
dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sehingga sasaran dalam
penelitian ini adalah semua Siswa SD Kelas IV pada SDN Pasirparos
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random
sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dilakukan secara acak
(Sugiono, 2014:54) artinya yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah
Beberapa perwakilan Siswa Kelas IV pada SDN Pasirparos
10

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., U. 2015. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesment Revisi Taksonomi Bloom.
Prihantoro, Agung, Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. (1956).
Taxonomy of educational objectives: The classification of educational
goals. Handbook I: Cognitive domain. New York: David McKay
Company.
Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children
Learn Mathematics. Washington, DC: National Academies Press.

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA:
National Council of Teachers of Mathematics.

Polya, G. (1945). How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method.


Princeton, NJ: Princeton University Press.

Schoenfeld, A. H. (1985). Mathematical Problem Solving. Orlando, FL: Academic


Press.

Verschaffel, L., Greer, B., & De Corte, E. (2000). Making Sense of Word Problems.
Lisse, Netherlands: Swets & Zeitlinger.

JURNAL

Afrida, Y.R., Sa’o, S. & Dhiki, Y.Y. 2020. Penerapan Taksonomi Bloom dalam
Kemampuan Berfikir Menyelesaikan Soal Geometri pada Kelas VIII (h.
121-130). JUPIKA: Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Flores,
3(2).

Pupu, S. R. (2009) ‘Penelitian Kualitatif’, Journal Equilibrium, pp. 1–8. Available


at: yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf.

Anda mungkin juga menyukai