Makalah
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Biologi dalam Konteks
Kurikulum Sekolah dan Pendidikan Guru yang Diampu
Oleh Prof. Dr. Djukri M.S.
Oleh:
Jihannita (22308251009)
Seffy Mufidatur Rohmah (22308251012)
Gambar 2. Satu jenis dari masing-masing marga dalam Rafflesiaceae. Rhizanthes deceptor
(A), Sapria pollinei(B), dan Rafflesia hasseltii(C). Ukuran bunga mekar rhizanthes dan
sapria berkisar antara 10-16 cm. Sedangkan Rafflesia berkisar antara 20-110 cm.
Gambar 3. Siklus hubungan interaksi antar tumbuhan di komunitas yang terdapat jenis
Rafflesia dan Rafflesia yang menempel pada inangnya.
Jenis-jenis Tetrastigma juga dikenal sebagai jenis berumah dua
(dioecious), dimana bunga jantan dan betina terletak di individu yang
berbeda. Ciri utama genus adalah stigma bunga yang terbelah empat, oleh
karena itu dinamakan Tetrastigma (Tetra berarti empat). Seperti juga dengan
jenis angur-anguran lainnya, buah dari jenis liana ini mempunyai daging buah
berair dan lunak, sehingga mudah dimakan dan disebarkan oleh burung.
Perbanyakan tumbuhan ini dapat secara mudah dilakukan melalui cara
vegetatif, baik melalui akar atau batang. Ciri lainnya dari liana jenis ini
adalah ditemukannya sulur (tendril) yang letaknya biasanya berlawanan
dengan letak daun, dan digunakan untuk mengkaitkan dan merambat ke
pohon lainnya. Kulit batangnya pada liana tua beralur dan mudah untuk patah
dan robek, sehingga mudah bagi biji Rafflesia untuk menginokulasi (Nais,
2001).
Asosiasi ketiga menggambarkan hubungan antara inang struktural dari
liana dengan tumbuhan lainnya di suatu komunitas hutan. Di dalam suatu
komunitas hutan, pertumbuhan dan sebaran suatu jenis sangat tergantung
dengan keberadaan jenis lain. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis tersebut;
(1) mempunyai persyaratan ekologi yang hampir sama; (2) dipengaruhi faktor
ekternal yang sama (iklim misalnya); (3) mempunyai hubungan fungsional
atau fisiologis satu dengan yang lain; dan (4) kombinasi diantara faktor-faktor
di atas. Akibat faktor-faktor di atas, maka di dalam satu komunitas tumbuhan
akan ditemukan kondisi; (1) keberadaan suatu jenis akan selalu diikuti dengan
jenis lain (asosiasi positif), (2) Keberadaan suatu jenis akan selalu tidak
diikuti jenis lain (assosiasi negatif); (3) keberadaan satu jenis tidak tergantung
dengan jenis lain (independen).
2.3 Siklus Hidup Rafflesia
Siklus hidup Rafflesia secara umum dapat digambarkan menjadi 3 fase
perkembangan knop atau kuncup bunga, yaitu pasca kemunculan knop (post
emergence), perkembangan tengah (middle development), dan sebelum
mekar (Nais, 2001). Fase tersebut di atas digolongkan berdasarkan diameter
dan kenampakan fisik dari kuncup. Fase pasca kemunculan kuncup atau fase I
merupakan perkembangan knop yang paling awal dan dicirikan dengan
pertumbuhan yang sangat lambat. Oleh karena itu, fase ini juga disebut Fase
Tunggu. Fase perkembangan tengah atau fase II dicirikan oleh pertumbuhan
yang sedang, sedangkan fase sebelum mekar mempunyai laju pertumbuhan
yang paling cepat. Siklus hidup secara lengkap sebetulnya terdiri dari 7 fase
yang berurutan dan meliputi proses penyerbukan, pembentukan buah dan biji,
penyebaran biji, inokulasi biji ke inang, kemunculan kuncup bunga, kuncup
yang matang, dan bunga mekar (Hidayati dkk., 2000; Nais, 2001).
Setelah mekar, bau daging busuk akan tercium dan lalat mulai
berdatangan. Setelah 2 - 3 hari, bunga mekar secara sempurna, dan bersamaan
dengan ini bau daging busuk tercium paling kuat. Jumlah lalat paling banyak
juga dijumpai pada kurun ini (Hidayati dkk., 2000). Setelah itu, bunga mulai
membusuk. Dari bunga mekar sampai busuk dibutuhkan waktu antara 5
sampai 8 hari.
2.4 Perilaku adaptasi Bunga Rafflesia Arnoldi
Bunga Rafflesia hidup menumpang pada inangnya yaitu tumbuhan
liana. Kelangsungan hidup dari Rafflesia juga bergantung pada inangnya.
Selain itu, keberlangsungan hidup Rafflesia juga bergantung pada
kelembapan udara, cahaya matahari dan kerapatan vegetasi. Sedikitnya
intensitas cahaya matahari yang sedikit tidak dapat menembus tajuk hutan
sampai pada lantai hutan. Hal ini menjadikan kelembapan udara menjadi
tinggi dan mempengaruhi pertumbuhan Rafflesia yang dibuktikan banyak
ditumbuhi tetrastigma, namun hanya sedikit kenop Rafflesia yang mampu
tumbuh. Rafflesia cenderung tumbuh di sekitar tetrastigma yang memiliki
kerapatan tajuknya sedang (kerapatan 32%-68%) dan cukup sinar matahari
(Zuhud et al, 1994).
Selain itu, peranan fauna khususnya serangga di habitat rafflesia sangat
penting untuk mentransfer serbuk sari dari bunga jantan ke putik bunga
betina. Bunga Rafflesia merupakan tumbuhan berumah dua yang mana jantan
dan betina terdapat pada individu yang berbeda. Interaksi langsung pada
rafflesia tertinggi yaitu ordo Diptera: jenis lalat hijau (Lucilia sp.), lalat abu-
abu (Sarcopaga sp.), lalat buah (Dorsophila spp.) dan lalat biru (Caliphora
vomitoria); Hymenoptera: semut hitam (Lasius fuliginosus); dan Coleoptera:
semut semai (Staphilinidae sp.). Serangga menjadi sangat penting peranannya
mentransfer serbuksari dari bunga jantan ke putik bunga betina. Kelompok
lalat (Diptera) paling banyak mengunjungi karena ketertarikannya kepada
aroma busuk bunga tersebut (Beaman et al,1988; Rudnitski, 1993).
Bunga rafflesia tumbuh di permukaan tanah pada kondisi ternaungi
sehingga tidak memungkinkan penyerbukan dilakukan oleh air atau angin,
sehingga serangga menjadi pemeran utama dalam penyerbukan. Strategi
mengeluarkan bau busuk seperti bangkai digunakan untuk membuat lalat
tertarik pada bunga ini. Bau busuk yang dikeluarkan merupakan salah satu
bentuk adptasi fisiologis Rafflesia yang difungsikan untuk kebertahan hidup
melalui penyerbuan yang dibantu oleh lalat.
Gak tau ini bener apa engk. Aku nemunya sek ini mbak..........
2.5 Implementasi dalam Pembelajaran IPA disekolah
BAB III
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN