Anda di halaman 1dari 23

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 2013

DOKUMEN I
KURIKULUM SEKOLAH DASAR KATOLIK WETAKARA

KECAMATAN KANGAE
KABUPATEN SIKKA
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1
PEMERINTAH KABUPATEN SIKKA
DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KECAMATAN KANGAE
SEKOLAH DASAR KATOLIK WETAKARA
Jalan ......
2018

LEMBAR PENETAPAN / PENGESAHAN


Setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah,
dengan ini Kurikulum 2013 Sekolah Dasar Katolik Wetakara Kecamatan
Kangae Kabupaten Sikka ditetapkan / disahkan untuk diberlakukan
mulai Tahun Pelajaran 2018-2019

Ditetapkan / disahkan

Di : Wetakara
Tanggal : 31 Juli 2018

Ketua Komite Sekolah, Kepala Sekolah

MARIA ROSFINDA KLETUS,S.Pd.SD


NIP. 19690214 199303 1 004

Menyetujui
Pengawas TK/SD,
Kecamatan Kangae,

Drs. EPE EPELINUS


NIP. 19620914 200112 1 002

Mengetahui
Plt.Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga
Kabupaten Sikka

PATRISIUS PEDERIKO, S.Pt


NIP. 19730712 200003 1 005

2
KATA PENGANTAR

Perubahan kurikulum merupakan upaya untuk meningkatkan


kualitas pendidikan, perubahan ini terjadi seiring dengan adanya
tuntutan globalisasi bahwa pendidikan Indonesia harus lebih mampu
bersaing dengan negara-negara lain yang lebih maju.
Dengan bergulirnya kurikulum 2013 sekolah mempunyai kewenangan
untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa,
tuntutan masyarakat, kondisi dan kemampuan sekolah, serta
memanfaatkan potensi dan partisifasi masyarakat yang ada di
lingkungan sekolah.
Untuk merealisasikan hal tersebut kami susun Kurikulum Sekolah Dasar
Katolik Wetakara berdasarkan kondisi, potensi, dan kebutuhan.
Atas saran masukan dan arahannya, kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga kabupaten Sikka
2. Bapak Pengawas Sekolah Dasar Kecamatan Kangae
3. Pengurus Komite Sekolah Dasar Katolik Wetakara Kecamatan Kangae
4. Teman – teman guru SDK Wetakara
Semoga kurikulum ini dapat kami laksanakan dan mampu
meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar Katolik Wetakara
dengan perlindungan dan berkat Tuhan Yang Maha Esa.

Wetakara, Juli 2018


Kepala SDK Wetakara

KLETUS, S.Pd.SD
NIP. 19690214 199303 1 004

Daftar isi
3
COVER ....................................................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................2
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................5
A. Latar Belakang.........................................................................................5-6
B. Tujuan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pensisikan.
(KTSP)................................................................................6
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan(KTSP)................................................................................7-8
BAB II : TUJUAN VISI MISI ...........................................................................................9
A. Tujuan Pendidikan Dasar..........................................................
B. Visi Sekolah Dasar Katolik Wetakara....................................
C. Misi Sekolah Dasar Katolik Wetakara....................................
D. Tujuan Sekolah Dasar Katolik wetakara..............................
BAB III : STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN...........................................................................................9
A. Kerangka Dasar Kurikulum..................................................
B. Struktur Kurikulum.................................................................
C. Mata Pelajaran............................................................................
D. Beban Belajar................................................................................
E. Muatan Lokal...............................................................................
F. Kompetensi dasar........................................................................
G. Muatan Pembelajaran.................................................................
H. Pengaturan Beban Belajar
I. Kriteria Ketuntasan minimal(KKM),Kriteria Kenaikan kelas
dan Kriteria Kelulusan........................................................
BAB IV : KALENDER PENDIDIKAN ........................................
A. Kalender Pendidikan ...........................................
B. Analisis Kalender Pendidikan...............................
BAB V : PENUTUP .........................................................................22
Daftar tabel
Daftar gambar
Daftar lampiran

BAB I
4
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan Indonesia


adalah antara lain dari segi geografis, potensi sumber daya,
ketersediaan sarana dan prasarana, latar belakang dan kondisi
sosial budaya, dan berbagai keragaman lainnya yang terdapat di
setiap daerah. Keragaman tersebut selanjutnya melahirkan pula
tingkatan kebutuhan dan tantangan pengembangan yang berbeda
antar daerah dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan
kehidupan masyarakat di setiap daerah. Terkait dengan
pembangunan pendidikan, masing-masing daerahmemerlukan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah.Begitupula
halnya dengan kurikulum sebagai jantungnya pendidikan perlu
dikembangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk
merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik.
Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: 1.
Pasal 36 Ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik. 2. Pasal 36 Ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum
disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a)
peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mulia; (c)
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d)
keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan
pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g)
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama;
(i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan. 3. Pasal 38 Ayat (2) mengatur bahwa
kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan
dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Dari amanat undang-undang tersebut ditegaskan bahwa:
Kurikulum dikembangkan secara berdiversifikasi dengan maksud
agar memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan
pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di
daerah serta peserta didik; dan Kurikulum dikembangkan dan
dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan. Kurikulum operasional
yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan
diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
5
satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 bahwa Kurikulum
Satuan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional
Pendidikan.

Kurikulum Sekolah Dasar Wetakara dikembangkan sebagai


perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar. Kurikulum ini
disusun oleh satu tim penyusun yang terdiri atas unsur sekolah dan
komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi Pengawas
Kecamatan Kangae, serta dengan bimbingan nara sumber ahli
pendidikan dan pembelajaran. Pada akhirnya kurikulum ini tetap
hanya sebuah dokumen, yang akan menjadi kenyataan apabila
dilaksanakan di lapangan dalam proses pembelajaran yang baik.
Pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas, hendaknya
berlangsung secara efektif yang mampu membangkitkan aktivitas
dan kreativitas anak. Dalam hal ini para pelaksana kurikulum
(guru) yang akan membumikan kurikulum ini dalam proses
pembelajaran. Para pendidik juga hendaknya mampu menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan mengasyikkan bagi anak,
sehingga anak betah di sekolah. Atas dasar kenyataan tersebut,
maka pembelajaran di sekolah dasar hendaknya bersifat mendidik,
mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak,
efektif, demokratis, menantang, menyenangkan, dan mengasyikkan.
Dengan spirit seperti itulah kurikulum ini akan menjadi pedoman
yang dinamis bagi penyeenggaraan pendidikan dan pengajaran di
SDK Wetakara Kecamatan Kangae .

B. TUJUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN


PENDIDIKAN
Tujuan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Tujuan pengembangan Kurikulum Sekolah
untuk memberikan acuan kepada kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lainnya serta stakeholder yang ada di sekolah dalam
mengembangkan program-program yang akan dilaksanakan. Selain
itu, Kurikulum Sekolah inipun disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk :
1. belajar untuk beriman dan bertatakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, 2. belajar untuk memahami dan menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

6
C. PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN
Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Dalam menyusun KTSP perlu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia Iman, takwa, dan
akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian peserta
didik secara utuh. KTSP disusun agar semuamata pelajaran dapat
menunjang peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia.
2. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan Kemampuan peserta didik
yang diperlukan yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi,
berpikir kritis dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan
moral Pancasila agar menjadi warganegara yang demokratis dan
bertanggung jawab, toleran dalam keberagaman, mampu hidup
dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan
dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan
bakat/minatnya, dan peduli terhadaplingkungan. Kurikulum
harus mampu menjawab tantangan ini sehingga perlu
mengembangkan kemampuan- kemampuan ini dalam proses
pembelajaran.
3. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, dan Minat sesuai dengan
Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi
diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal.
Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan
potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik.
4. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah dan Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan
karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan
pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah dan
pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum perlu
memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang
relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
5. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional Dalam era otonomi dan
desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan
pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi
masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu,
kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan
daerah dan nasional.
6. Tuntutan Dunia Kerja Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung
tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan
dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu
memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki
dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan

7
kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
7. Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni Pendidikan
perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai
penggerak utama perubahan.Pendidikan harus terus menerus
melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
8. Agama Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan
iman, taqwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan
kerukunan umat beragama. Oleh karena itu, muatan kurikulum semua
mata pelajaran ikut mendukung peningkatan iman, takwa, dan akhlak
mulia.
9. Dinamika Perkembangan Global Kurikulum menciptakan
kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting
ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang
semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing
serta mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku
dan bangsa lain.
10. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan Kurikulum diarahkan
untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik
yang menjadi landasan penting bagiupaya memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).Oleh karena itu, kurikulum harus menumbuh
kembangkan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional
untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
11. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkan terlebih
dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan Jender Kurikulum diarahkan kepada pengembangan
sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memperhatikan kesetaraan
jender.
13. Karakteristik Satuan Pendidikan Kurikulum dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.

8
BAB II
TUJUAN PENDIDIKAN TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pendidikan Dasar


Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dirumuskan
mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut ini ;
Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

B. Visi Sekolah Dasar Katolik Wetakara :


Terwujudnya peserta didik yang beriman, cerdas, kreaktif, berwawasan
global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur sesuai dengan ajaran
Agama.

C. Misi Sekolah Dasar Wetakara


1. Membina, membimbing dan mengarahkan siswa untuk terus
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.
3. Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga dan
seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa.
4. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan.

D. Tujuan Sekolah Dasar Wetakara


1. Mengamalkan ajaran agama dari hasil proses pembelajaran dan
kegiatan pembiasaan;
2. Meraih prestasi akademik maupun nonakademik minimal tingkat
Kabupaten.
3. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi;
4. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat, dan kebudayaannya;
5. Siswa aktif, kreatif, terampil dan bekerja untuk dapat
mengembangkan diri secara terus menerus

BAB III
9
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN

A. KERANGKA DASAR KURIKULUM


I. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari
kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil
belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan
alam di sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan
filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi
peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun
filosofi pendidikan yang dapatdigunakan secara spesifik untuk
pengembangan kurikulum yang dapatmenghasilkan manusia yang
berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,Kurikulum 2013 dikembangkan
menggunakan filosofi sebagai berikut:
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk
membangunkehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.
Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan
budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan untuk membangun
kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi kehidupan
bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum,hal
ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan
untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan
demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas
utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini
dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013 mengembangkan
pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi peserta
didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di
masa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap
mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa
dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa
masa kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut
pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di
masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum
untuk dipelajari peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses
yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional
dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa
yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya
berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai
dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikirrasional dan
10
cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan
budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan
rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan
pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan dalam
kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.Filosofi
ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmudan
pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism).Filosofi
ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama
dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untukmengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi
untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini,
Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta
didik menjadi kemampuan dalamberpikir reflektif bagi penyelesaian
masalah sosial di masyarakat,dan untuk membangun kehidupan
masyarakat demokratis yanglebih baik. Dengan demikian, Kurikulum
2013 menggunakan filosofi sebagai mana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama,
seni, kreativitas, berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi
yang sesuai dengan diri seorang peserta didik dan diperlukan
masyarakat, bangsa dan umat manusia.
II. Landasan Teoritis Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan
teori kurikulum berbasiskompetensi (competency-based curriculum).
Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional
sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1)
pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk
proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah,
kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta
didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik,
dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadihasil belajar bagi dirinya, sedangkan
hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

III. Landasan Yuridis Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:


11
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
5. Peraturan Mentari Pendidikan dan Kebudayaan No. 61 Tahun 2014
tentang penyusunan KTSP 2013
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016
tentang SKL
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016
tentang Standar Isi
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 24 Tahun 2016
tentang KI dan KD
11. Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan Karakter
12. Peraturan Mentari Pendidikan dan Kebudayaan No. 62 Tahun 2014
tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan
Menengah
13. Peraturan Mentari Pendidikan dan Kebudayaan No. 63 Tahun 2014
tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib

B. STRUKTURKURIKULUM
I. Kompetensi Inti Kompetensi inti dirancang seiring dengan
meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui
kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas
yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan
notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel berikut. (lampiran)

II. Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


12
Muatan KTSP terdiri atas muatan kurikulum pada tingkat nasional,
muatan kurikulum pada tingkat daerah, dan muatan kekhasansatuan
pendidikan.
1. Muatan Kurikulum pada Tingkat Nasional
Muatan kurikulum pada tingkat nasional yang dimuat dalam KTSP
adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan: untuk SD/MI
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SD/MI;
2. Muatan Kurikulum pada Tingkat Daerah
Muatan kurikulum pada tingkat daerah yang dimuat dalam KTSP
terdiri atas sejumlah bahan kajian dan pelajaran dan/atau
matapelajaran muatan lokal yang ditentukan oleh daerah yang
bersangkutan.Penetapan muatan lokal didasarkan pada kebutuhan
dan kondisi setiap daerah, baik untuk provinsi maupun
kabupaten/kota. Muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah
provinsi ditetapkan dengan peraturan gubernur. Begitu pula halnya,
apabila muatan lokal yang berlaku untuk seluruh wilayah
kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
3. Muatan Kekhasan Satuan Pendidikan Muatan kekhasan satuan
pendidikan berupa bahan kajian dan pelajaran dan/atau mata pelajaran
muatan lokal serta program kegiatan yang ditentukan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan kebutuhan
peserta didik.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar dapat


dilihat Lampiran
Mata pelajaran Berdasarkan kompetensi inti disusun matapelajaran dan
alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan.
Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Dasar
sebagaimana tabel berikut.

NO MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU /


MINGGU / KELAS
I II III IV V VI
KELOMPOK A
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4
2 Pendidikan Pancasila dan 5 5 6 5 5 5
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7
4 Matematika 5 6 6 6 6 6
5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3
6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3
KELOMPOK B
1 Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5
2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan 4 4 4 4 4 4
13
Kesehatan
3 Mulok :
Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2
Jumlah alokasi waktu per minggu 32 34 36 39 39 39

Keterangan:
a. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam
struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah antara lain Pramuka (Wajib),
Usaha Kesehatan Sekolah, dan Olahraga, Kerohanian.
b. Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit
Kesehatan Sekolah, dan yang lainnya adalah dalam rangka
mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik,
terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat
dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran
berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat
kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan
demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai
pendukung kegiatan kurikuler.
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler adalah sebagai berikut.
1. Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar kurikulum standar sebagai
perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di bawah
bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan
kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih
luas atau di luar minat yangdikembangkan oleh kurikulum.
Berdasarkan definisi tersebut, maka kegiatan di sekolah atau pun di
luar sekolah yang terkait dengan tugas belajar suatu mata pelajaran
bukanlah kegiatan ekstrakurikuler.
2. Ekstrakurikuler wajib merupakan program ekstrakurikuler yang
harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta didik
dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.
3. Ekstrakurikuler pilihan merupakan program ekstrakurikuler yang
dapat diikuti oleh peserta didik sesuai dengan bakat dan minatnya
masing-masing.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan
adalah:
a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik.
b. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan
minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadimenuju
pembinaan manusia seutuhnya.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk:
1. Krida; meliputi Kepramukaan,Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra),
14
2. Latihan/olah bakat/prestasi; meliputi pengembangan bakat olahraga,
seni dan budaya, cinta alam, teater, keagamaan.
Kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 dikelompokkan
berdasarkan kaitan kegiatan tersebut dengan kurikulum, yakni
ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan.
a. Ekstrakurikuler wajib
Merupakan program ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh
peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang
tidak memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
tersebut. Dalam Kurikulum 2013, Kepramukaan ditetapkan sebagai
kegiatan ekstrakurikuler wajib dari sekolah dasar (SD/MI) hingga
sekolah menengah atas (SMA/SMK), dalam pendidikan dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas. Pelaksananannya dapat
bekerja samadengan organisasi Kepramukaan setempat/terdekat.
c. Ekstrakurikuler pilihan merupakan kegiatan yang antara lain
UKS, dan olahraga, kesenian (sanggar “Nibo Nai Tawa”),
kerohanian. (misdinar, lektor, pemazmur, sekolah minggu).
Selain itu, kegiatan ini dapat juga dalam bentuk antara lain
kelompok atau klub yang kegiatan ekstrakurikulernya
dikembangkan atau berkenaan dengan konten suatu mata
pelajaran,misalnya klub olahraga seperti klub sepak bola mini .
Berkenaan dengan hal tersebut, satuan pendidikan (kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan) perlu secara aktif
mengidentifikasi kebutuhan dan minat peserta didik yang
selanjutnya dikembangkan ke dalam kegiatan
ekstrakurikuleryang bermanfaat positif bagipeserta didik. Ide
pengembangan suatu kegiatan ekstrakurikuler dapat pula berasal
dari peserta didik atau sekelompok peserta didik. Program
ekstrakurikuler berikut adalah contoh yang dapat dikembangkan
di satuan pendidikan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang
dimilikinya.

PROGRAM EKSTRAKURIKULER
1. Klub Tari, Nyanyi, berbagai kesenian daerah
2. Sepak bola mini, Silat.
3. Kebersihan Lingkungan, Pertanian
Sekolah Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai
memuaskan pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap
semester.Nilai yang diperoleh pada kegiatan ekstrakurikuler wajib.
Kepramukaan berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik.
Nilai di bawah memuaskan dalam dua semester atau satu tahun
memberikan sanksi bahwa peserta didik tersebut harus mengikuti
program khusus yang diselenggarakan bagi mereka. Jadwal
pelajaran terlampir

Program Literasi :
15
Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca sebelum
pelajaran dimulai dari jam 07.30 – 07.45.

Penguatan Pendidikan Karakter :


Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang
Penguatan Pendidikan Karakter
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah
gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah
rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

PPK memiliki tujuan:


a. membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas
Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter
yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan;
b. mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan
pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang
dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal
dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan
c. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik,
tenaga kependidikan, Peserta Didik, masyarakat, dan lingkungan
keluarga dalam mengimplementasikan PPK.

PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam


pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran,
disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggungjawab.

D. Beban Belajar Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang


harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu
tahun pembelajaran
1. Beban belajar di Sekolah Dasar dinyatakandalam jam pembelajaran
per minggu.
a. Beban belajar satu minggu Kelas I adalah 34 jam pembelajaran.
b. Beban belajar satu minggu Kelas II adalah 36 jam pembelajaran.
c. Beban belajar satu minggu Kelas III adalah 38 jam pembelajaran.
d. Beban belajar satu minggu Kelas IV, V, dan VI adalah 41 jam
pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
2. Beban belajar di Kelas I, II, III, IV, dan V dalam satu semester paling
sedikit 18 minggu dan paling banyak 20 minggu.
3. Beban belajar di kelas VI pada semester ganjil paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.
16
4. Beban belajar di kelas VI pada semester genap paling sedikit 14
minggu dan paling banyak 16 minggu.
5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu
dan paling banyak 40 minggu.

E. Muatan Lokal
Muatan Lokal Pilihan
a. Bahasa Inggris
Tujuan:
 Mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi
internasional
 Membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dalam rangka
menyongsong era globalisasi.
 Memiliki keterampilan mendengar / menyimak, berbicara, menulis
dan membaca dalam pola sederhana sesuai dengan tingkat usia
dengan jumlah penguasaan kosa kata lebih kurang 300 kata yang
berkesinambungan.
b. PRB
Tujuan:
- mengenalkan kepada peserta didik akan resiko bencana dan
penanggulangannya
- mengurangi resiko lingkungan alam serta penyebab pemicu
bencana

F. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu
mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat
kelompoksesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai
berikut:
1. kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual
dalam rangka menjabarkan KI-1
2. kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam
rangkamenjabarkan KI-2;
3. kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan
dalamrangka menjabarkan KI-3; dan
4. kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan
dalamrangka menjabarkan KI-4.
Pengelompokkan kompetensi dasar seperti tersebut di atas
ada pada lampiran.
G. Muatan Pembelajaran Pelaksanaan Kurikulum 2013 dilakukan
melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari
Kelas I sampai Kelas VI. Matapelajaran Pendidikan Agama danBudi
Pekerti dikecualikan untuk tidak menggunakan pembelajaran
tematik-terpadu. Pembelajaran tematik terpadu merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai
17
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema
seperti yang terdapat dalam lampiran
H. Pengaturan Beban Belajar
1. Beban belajar dalam KTSP diatur dalam bentuk sistem paket
Beban belajar dengan sistem paket sebagaimana diatur dalam
struktur kurikulum setiap satuan pendidikan merupakan
pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang
terdapat pada semester gasal dan genap dalam satu tahun ajaran.
Beban belajar pada sistem paket terdiri atas pembelajaran tatap
muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri.
2. Beban belajar tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan
mandiri.
Sistem Paket Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri pada satuan pendidikan yang menggunakan Sistem Paket
yaitu 0%-40% untuk SD/MI.
3. Beban Belajar Tambahan Satuan pendidikan dapat menambah
beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik.Konsekuensi penambahan beban belajar pada
satuan pendidikan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan
yang bersangkutan.
H. Ketuntasan Belajar / Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
KD pada KI 3 dan pada KI 4 nilai yang diperoleh siswa lebih kecil
dari 2,64 ( nilai perolehan 66) dilakukan remedial dan atau, KD pada
KI 3 dan pada KI 4 belum tuntas bila rata-rata nilai diperolah siswa
di bawah 75 %.
Remedial dilakukan oleh guru kelas dalam bentuk bimbingan secara
kelompok atau perorangan tergantung tingkat kesulitan siswa., dan
atau remedial klasikal. Dalam remedial diberikan perlakuan khusus
bagi siswa tertentu dengan cara :
-Penyederhanaan isi materi pada kompetensi dasar tertentu .
-Penyederhanaan cara penyajian .
-Penyederhanaan soal atau tugas yang diberikan
KD pada KI 3 dan pada KI 4 nilai yang diperoleh siswa lebih besar
dan sama dengan dari 2,64 dinyatakan tuntas, pembelajaran
dilanjutkan. KD pada KI 1 dan pada KI 2 dinyatakan tuntas bila
nilainya Baik

Tabel KKM

18
N0 Mata Pelajaran Ketuntasan Belajar
/KKM
Kelompok A
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 70
2 Pendidikan Pancasila dan 68
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 70
4 Matematika 66
5 Ilmu Pengetahuan Alam 70
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 67
Kelompok B
1 Seni Budaya dan Prakarya 75
2 Pendidikan Jasmani Olahraga dan 75
Kesehatan
3 Mulok :
Bahasa Inggris 71
4 Ekstrakurikuler Baik

Ket. Untuk menentukan rentang predikat (A=Sangat Baik, B = Baik,


C = Cukup, D = Perlu Bimbingan) maka sekolah mencarinya dengan
mengambil KKM terendah dari satuan pendidikan.
Dari tabel di atas maka KKM terendah adalah 66, maka untuk
rentang predikatnya = KKM maksimum – KKM terendah
3
= 100 – 66 = 34 = 11,33
3 3
Sehingga panjang interval untuk setiap predikat ada 11 dan 12 :
tabel
KKM Panjang Rentang Predikat
Satuan Interval
Pendidika A B C D
n
89≤A≤10
66 34/3=11,3 77˂B≤88 66≤C≤77 D˂66
0
Keterangan : rentang predikat A,C = 12 dan B = 11
Remedial
Remedial dilakukan oleh guru kelas dalam bentuk bimbingan secara
kelompok atau perorangan tergantung tingkat kesulitan siswa.
Dalam remedial diberikan perlakuan khusus bagi siswa tertentu
dengan cara :
 Penyederhanaan isi materi pada kompetensi dasar tertentu
 Penyederhanaan cara penyajian
 Penyederhanaan soal atau tugas yang diberikan Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada siswa yang telah melebihi nilai
ketuntasan belajar dan lebih cepat daripada yang lainnya.
Pengayaan dilakukan sebagai berikut :
19
 Pemberian bacaan tambahan
 Pemberian tugas tambahan
 Pemberian soal latihan tambahan
Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kriteria Kenaikan Kelas
Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh satuan pendidikan, dengan
ketentuan minimal:
- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua
semester pada tahun pelajaran yang diikuti.
- Mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, minimal sama
dengan KKM.
- Mencapai nilai sikap untuk semua mata pelajaran minimal baik.
- Tidak terdapat nilai kurang dari KKM maksimal pada dua mata
pelajaran.
- Ketidakhadiran siswa tanpa keterangan maksimal 15% dari
jumlah hari efektif.

Kriteria Kelulusan
- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran kelas I - VI
- Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran
- Lulus ujian sekolah/madrasa
- Mencapai nilai sikap untuk semua mata pelajaran minimal baik.

BAB IV
20
KALENDER PENDIDIKAN

A. Kalender Pendidikan Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis


dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan.
Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran
efektif, dan hari libur.
1. Permulaan Waktu Pelajaran Permulaan waktu pelajaran di setiap
satuan pendidikan dimulai pada setiap awal tahun pelajaran.
2. Pengaturan Waktu Belajar Efektif
a. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran
di luar waktu libur untuk setiap tahun pelajaran pada setiap satuan
pendidikan.
b. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata
pelajaran termasuk muatan lokal (kurikulum tingkat daerah),
ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh
satuan pendidikan.
3. Pengaturan Waktu Libur Penetapan waktu libur dilakukan dengan
mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang hari libur, baik
nasional maupun daerah.Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, harilibur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan
hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan
lainnya tertera pada tabel berikut ini.

21
BAB V
PENUTUP

Kurikulum Sekolah Dasar Katolik Wetakara ini merupakan langkah


kerja yang dilaksanakan pada tahun pelajaran 2018 - 2019, namun
keberhasilan program ini sulit untuk diprediksi, karena yang dihadapi
adalah sumber daya yang selalu bergerak dan berkembang secara
dinamis seirama dengan lajunya perkembangan pendidikan. Walaupun
demikian dengan tatanan system kerja yang professional akan
memudahkan untuk mengevaluasi hasil kerja, memperbaiki kegagalan
atau mengerjakan pekerjaan yang tertunda, sehingga secara
berkesinambungan Kurikulum Sekolah Dasar Katolik Wetakara akan
22
selalu memprioritaskan program unggulan, mengkaji dan mengevaluasi
hasil kerja yang selalu dan meningkatkan kualitas yang akan datang.
Jalin kerja yang harmonis antara guru, kepala sekolah, pengawas, komite
sekolah, dan masyarakat akan memperingan langkah untuk mencapai
keberhasilan yang diharapkan di Sekolah Dasar Katolik Wetakara
Dengan mengharap ridlo dan perlindungan dari Tuhan Yang maha Esa,
semoga dapat melaksanakan kurikulum ini secara optimal

23

Anda mungkin juga menyukai