Anemia kehamilan adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) <11 gr/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kadar hemoglobin <10,5 gr/dl pada trimester kedua. Anemia gestasional merupakan salah satu penyebab kematian ibu atau disebut juga sebagai “potential risk to mother and baby” (potensi risiko terhadap ibu dan bayi) dan merupakan penyebab kecacatan kronis . Berdasarkan data World Health Organization (WHO), anemia pada ibu hamil tergolong masalah kesehatan global dengan prevalensi 29,6% pada tahun 2018, sedangkan di Indonesia sendiri dari tahun 2017 hingga 2019 sebesar 43,2% hingga 44,2%.Sedangkan berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dari tahun 2013 sampai dengan 2018 menunjukkan proporsi anemia pada ibu hamil juga mengalami peningkatan yaitu dari 37,1% menjadi 48,9%. (Riskesdas,2018) Sampai saat ini, anemia masih menjadi penyebab tidak langsung kematian ibu obstetri. Anemia dalam kehamilan dapat menimbulkan dampak buruk bagi ibu, baik pada masa kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas dan nifas. Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti persalinan lama karena inersia uterus, perdarahan postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi (baik intrapartum dan postpartum), ini adalah berbagai jenis efek yang dapat ditimbulkan oleh anemia. Gangguan atau hambatan pertumbuhan sel tubuh dan sel otak pada janin dapat terjadi karena kekurangan zat besi (Fe) yang dialami ibu hamil. Pada ibu hamil, kondisi kekurangan zat besi (Fe) ini dapat menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan sebelum dan selama persalinan, bahkan kematian ibu dan bayi, anemia berat (Soraya, 2013). Anemia pada ibu hamil juga berkaitan dengan tingkat pendidikan dan status ekonomi. Seperti dilansir Manuaba di Padmi, hasil beberapa observasi menunjukkan bahwa banyak ditemukan orang yang menderita anemia di pedesaan dengan faktor risiko penyebabnya, yaitu kekurangan gizi atau gizi buruk, kehamilan dan persalinan dalam jarak dekat, serta ibu hamil dengan pendidikan. dan tingkat sosial ekonomi rendah (Padmi, 2018) Faktor lain yang berhubungan dengan terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kepatuhan asupan tablet Fe. Ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi minimal 90 tablet Fe selama masa kehamilan. Jika ibu hamil mengikuti asupan tablet Fe, maka risiko terkena anemia akan lebih rendah. Keteraturan ibu berperan sangat penting dalam meningkatkan kadar Hb. Untuk dapat minum dengan baik sesuai aturan, diperlukan kepatuhan dan kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsinya (Rahmi, 2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 menunjukkan bahwa cakupan penyelenggaraan TTD di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 81,42%, sedangkan cakupan TTD Kalimantan Timur sebesar 8,2%. 6 Data Dinas Kesehatan Kota Samarinda menunjukkan angka kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi, dan pemberian suplemen zat besi sudah tercakup di Puskesmas (Dinkes, 2019) Kegagalan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi dan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya minum tablet besi merupakan faktor risiko terjadinya kehamilan dengan anemia (Purbadewi, 2013). Prevalensi anemia ibu hamil yang masih tinggi dan belum tercapainya target nasional pelayanan kesehatan ibu hamil dimana salah satu indikatornya adalah cakupan pemberian suplemen Fe di Puskesmas maka peneliti tertarik untuk membantu meningkatkan kepatuhan ibu hamil dengan menggunakan media pil box dengan tujuan agar kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah lebih meningkat dan mengurangi anemia pada ibu hamil. B. Rumusan Masalah