Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN PERBEDAAN LATAR BELAKANG AGAMA, BUDAYA, DAN

SOSIAL ANTARA KLIEN DENGAN PERAWAT DAN PEKA BUDAYA


DALAM PRAKTIK
DOSEN PENGAMPU : NANDANG A WALUYA, SKp., M.Kep., SP.KMB.

DISUSUN OLEH :

ERICKO SATRIA PRAMUDYA


NIM : P17320122028
KELAS : 1B
PRODI : ETIKA KEPERAWATAN DAN HUKUM KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


PROGRAM D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
RANGKUMAN
PERBEDAAN LATAR BELAKANG AGAMA, BUDAYA, DAN SOSIAL ANTARA KLIEN
DENGAN PERAWAT DAN PEKA BUDAYA DALAM PRAKTIK

1. Latar Belakang Etika Budaya dalam keperawatan

Profesi keperawatan mengakui adanya perbedaan di dalam masyarakat.


Menghargai perbedaan masyarakat memerlukan perawat untuk memahami
bagaimana latar belakang perbedaan budaya dan bahasa dapat
mempengaruhi ketersediaan dan penerimaan layanan keperawatan dan
kesehatan di sebuah tempat .
Masyarakat menggunakan komponen budaya dalam proses orientasi,
transaksi, pertemuan, perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran
perilaku sosial nyata dalam kehidupan mereka .

Canadian Nurse Asociation menyatakan bahwa konteks sosial dimana


perawat bekerja akan terus berubah dan memberikan pengaruh yang
signifikan untuk praktek keperawatan. Hal ini termasuk mendengarkan
kebutuhan dan perhatian masyarakat yang mungkin mempunyai inisiatif
sendiri untuk pemenuhan kebutuhan kesehatannya .
Dari sini dapat diketahui bahwa budaya masyarakat disebuah tempat
menjadi penting bagi perawat untuk ketahui, terima dan hargai.

2. Latar Belakang Etika Agama dalam Keperawatan

Etika beragama dalam etika keperawatan spiritualitas adalah salah satu


konsep ekslusif yang dipercayai pada setiap individu. Manusia menjadi
makhluk yang memiliki aspek spiritual yang disebut sebagai kecerdasan
spiritual.
Hal ini sangat menentukan kebahagiaan hidup suatu individu, sebab agama
adalah suatu hal yang semestinya bisa kita pilih sesuai dengan hati nurani
tanpa paksaan dari siapapun. Sehingga kita mampu menjalaninya dengan
ikhlas dan bahagia.
1.Kitab Suci

Salah satu syarat berdirinya suatu agama adalah memiliki kitab suci sebagai
pedoman dari keyakinan dan perilaku yang mempercayainya. Umumnya,
kitab dipercaya sebagai firman Sang Pencipta dan umumnya ditulis oleh
Nabi atau Khalifah. Umat yahudi mempercayai kitab suci tamud dan taurat ,
umat kristiani memiliki kitab suci Injil, umat muslim mempunyai al-quran
sebagai kitab suci dan umat hindu mempunyai kitab suci atau weda serta
buddha mempercayai ajaran yang tertera di tripitaka. Umumnya, apa yang
ditetapkan dalam kitab suci menetapkan hukum suatu agama dalam bentuk
peringatan maupun peraturan dalam menjalani kehidupan.

2.Berdoa dan Meditasi

Seseorang mampu memasang atau menggunakan tanda maupun patung


keagamaan sebagai penasihat diri terhadap kepercayaan mereka maupun
sebagai area personal dalam meditasi dan sembahyang. Pada contoh bagi
pasien yang direncanakan akan dirawat inap atau menjalani terapi
pengobatan dalam jangka panjang diberikan izin untuk membawa,
memakai atau memajang simbol yang mengisyaratkan tentang keyakinan
spiritual mereka . Beberapa orang zan dengan arti tersebut. Sementara,
doa dan beribadah menjadi hal yang mewajibkan individu untuk
berkeyakinan kepada Tuhan ataupun entitas spiritual. Hal ini tidak dapat
dimiliki setiap individu ketika memanjatkan doa.
3. Latar Belakang Etika Sosial Dalam Keperawatan

Sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain sebagai
obyek baik nyata ataupun abstrak. Budaya adalah hasil budidaya manusia
yang berupa karya, karsa, cipta dan rasa. Sehingga setiap perawat memiliki
nilai dan perilaku pribadi masing-masing. Tanggung jawab propesional
berdasarkan anggapan bahwa profesi keperawatan berkerja sama dengan
kelompok asuhan kesehatan .

Setiap perawatan harus bertanggung jawab kepada seseorang yang sakit


maupun yang sehat.

•Empati

Sikap Empati adalah sikap bisa memahami perasaan pasien dan


keluarganya, mengerti apa yang sedang dirasakan pasien sekalipun itu
perasaan yang sedih mendalam.

•Solidaritas

Rasa solidaritas adalah rasa yang timbul dalam diri seseorang untuk
merasakan sakit atau penderitaan seorang sehingga timbul keinginan untuk
membantu.

•Gotong Royong

Ini adalah budaya Indonesia yang sangat dihargai oleh masyarakat luar
negeri. Tidak mungkin askep yang diberikan berjalan dengan baik tanpa
kolaborasi yang baik dari tim kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi
dan lain sebagainya.

Bersikap sopan merupakan adat ketimuran yang harus diterapkan dalam


etika keperawatan.
4. Peka Budaya dalam Praktik Keperawatan

Perawat perlu memiliki kompetensi kultural agar dapat memberikan


asuhan keperawatan yang peka terhadap kebutuhan pasien termasuk
Kompetensi kultural merupakan suatu proses yang terus menerus perlu
dilatih dan dikem-bangkan kepada para perawat khsususnya dan tenaga
kesehatan pada umumnya. Untuk dapat memiliki kompetensi
kultural, perawat perlu dilatih dan dipersiapkan agar memiliki pema-haman
yang baik tentang konsep kebudayaan dan kaitannya dengan
kesehatan, penyakit serta konsep keperawatan transkultural di samping
konsep-konsep yang berkaitan dengan asuhan keperawatan peka
budaya. Selama pelatihan, para perawat menunjukkan motivasi yang ting-gi
untuk berinteraksi dengan pasien dengan latar belakang yang beragam
bahkan perawat yang sebelumnya enggan untuk berinteraksi dengan
pasien yang sulit berkomunikasi, ter-motivasi untuk melakukan interaksi
dengan pasien dan memperoleh kepuasan dari berinte-raksi dengan pasien
tersebut setelah pendekatan peka budaya diterapkan.

Hal ini sejalan dengan model konsep keperawatan yang dikemukakan oleh
Campinha-Bacote yaitu bahwa kompetensi kultural merupakan suatu
proses dimana pemberi pe-layanan profesional secara terus menerus ber-
juang dalam mencapai kemampuan untuk be-kerja secara efektif di dalam
konteks budaya klien . Menurutnya, kompetensi kultural merupakan suatu
proses «becoming culturally competent» dan bukanlah «being culturally
competent».

Pendekatan proses keperawatan sebagai ke-rangka kerja perawat


digunakan untuk meng-gambarkan kontinuitas dari proses asuhan ke-
perawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan
respirasi. Pelatihan Asuhan Keperawatan Peka Budaya kepada perawat
dapat dijadikan sebagai salah satu upaya peningkatan kemampuan kepera-
watan khususnya dalam meningkatkan kom-petensi budaya agar dapat
memberikan asuhan keperawatan yang peka budaya khususnya pada
pasien dengan gangguan respirasi. Namun de-mikian pelatihan ini dapat
dikembangkan juga untuk asuhan keperawatan pada pasien lainnya.

Anda mungkin juga menyukai