Anda di halaman 1dari 21

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (AST) Pemberian Terapi Obat Esofer 40 mg melalui Injeksi IV line

Inisial Pasien/Usia : Ny. R/18 tahun (Jika Judul AST tidakNama


ada maka AST tidak akan
Praktikan mendapatkan
: Grace nilai)
Vika Iswoyo
AST ke 2
No. Rekam Medis : SHLV.00-22-89-95 NIM : 01501190035
Diagnosa Medis : Dyspepsia, Tension type headache & Nama Pembimbing : Ibu Christie Lydia
Irreguler Menstruation Mengetahui,
Nama Ruang Rawat : Bethsaida, lt.8 - 851 (bed 1), SHLV
Tanggal Masuk : 9 September 2023
Tanggal & Jam Tindakan : 11 September 2023 (08.00 WIB)

N Kriteria Bobot/
o. Nilai
Mahasi
swa
1. Data Subjekif: 10
- Pasien mengeluh nyeri ulu hati
- Pasien mengeluh mual dan muntah
- Pasien mengeluh sakit kepala
- Pasien mengeluh ada rasa panas pada dadanya
- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kurang nafsu makan dan sering makan terlambat
- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kesulitan untuk ke toilet karena lemas dan nyeri
2. Data Objektif: 10
1) Observasi
- Pasien tampak lemas
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Pasien mengalami penurunan berat badan
- Bibir pasien tampak kering
- Ukuran pupil: 2+/2+
2) Pemeriksaan fisik
- TD: 131/82 mmHg
- RR: 20x/menit
- HR: 102x/menit
- S: 36,3◦C
- SpO2: 100%
- GCS: 15 E4V5M6 (Compos mentis)
- Nyeri: 5A/4I, P: Nyeri memberat saat melakukan aktivitas/bergerak, Q: Nyeri seperti tertekan benda tumpul, R: Nyeri diarea
perut, T: Nyeri konstan (terus menerus)
- CRT: <2 detik
3) Data penunjang
- Hasil USG abdomen komplet: curiga kista ovarium kanan
- Hasil Laboratorium:
Hasil Pemeriksaan Hematology
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal

Platelet count 467.00 10ˆ3/ µL 150.00 - 440.00


(High) 10ˆ3/µL

MCV 76.50 fL (Low) 80.00-100.00 fL

MCH 23.50 pg (Low) 26.00-34.00 pg

MCHC 30.80 g/dL ( Low) 32.00-36.00 g/Dl

Haemoglobin 10.10 g/Dl (Low) 11.70-15.50 g/Dl

Hematokrit 32.80% (Low) 35%-47%

Persentase Retikulosit 1.97% (High) 0.50%-1.50%

Retikulosit absolute 89200/µL (High) 25000-75000/µL

Serum iron 33 pg/dL (Low) 37-145 pg/dL

Saturasi transferin 13.1% (Low) 15%-50%

4) Riwayat pengobatan
- Infus: Asering 500 ml+Primperan 1 amp/8 jam
- Injeksi IV line: Farmadol 1 gr, Narfos 8 mg & Esofer (Esomeprazole) 40 mg
- Oral: Maltofer 40 mg, Braxidine 2,5 mg, Zitadin 2 mg & Inpepsa 15 cc

3. Diagnosa Keperawatan (PE): 10


Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri pada ulu hati. (NANDA, 2018)

4. Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): 10
Tindakan Pemberian Terapi Obat melalui Injeksi IV line
A. Persiapan pasien
- Mengecek program terapi medik (identitas, diagnosa medis dan indikasi)
- Mengucapkan salam terapeutik
- Melakukan evaluasi/validasi (menanyakan alergi obat, tanda vital untuk obat tertentu, contoh diuretic, antihipertensi)
- Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)
- Menjelaskan langkah-langkah tindakan
B. Persiapan alat
- Obat yang dibutuhkan (ampul/vial), NaCl 0.9% 25 ml & 100 ml, syringe (3/5/10 cc), alcohol swab, bengkok, bak instrument,
sharp box, sarung tangan bersih, plastik kuning, plastik hitam, three way yang ada di pasien, alas dan lembar IMR
C. Pelaksanaan tindakan
- Mencuci tangan
- Cek medikasi chart atau IMR pasien
- Lihat order dengan prinsip 6 benar obat: Benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute pemberian dan benar
dokumentasi
- Melakukan double cek oleh teman sejawat: nama pasien, nama obat, dosis, waktu dan rute pemberian
D. Persiapan obat dari vial
- Buka penutup vial, untuk vial yang sebelumnya sudah terbuka bersihkan dengan alcohol swab dengan gerakan sirkuler
- Campur larutan obat dengan cara gerakan memutar vial di telak tangan bukan dikocok
- Ambil syringe, pastikan sudah terpasang dengan kencang dengan needle, kemudian tarik udara sesuai dengan volume obat
dalam vial
- Dengan hati-hati masukkan needle ke dalam vial melalui bagian tengah karet vial dan tetap jaga kesterilan needle
- Masukkan udara kedalam vial, jaga bagian bevel diatas permukaan obat
- Tarik obat dari dengan cara membalikkan vial, pastikan ujung jarum di bawah batas cairan obat
- Pertahankan syringe dan vial dengan sejajar dengan mata untuk menentukan dosis obat yang tepat
- Ambil dosis obat sesuai dengan order dokter dan tarik needle dari vial dan tutup needle dan pertahankan sterilitasnya
- Jika perlu ketuk barrel syringe agar udara naik ke atas bagian syringe dan udara dapat dikeluarkan dari syringe
- Bila diberikan dengan teknik drip, masukkan obat yang sudah disiapkan dalam syringe ke dalam cairan NaCl 0,9% 100 ml atau
cairan anjuran sesuai dengan resp dokter. Tempelkan lebel obat pada piggyback yang berisi nama obat, dosis obat, tanggal dan
waktu beserta identitas pasien
E. Pemberian obat
- Menutup sampiran
- Mencuci tangan
- Bawa peralatan ke dekat pasien
- Tanyakan pasien nama lengkap sambal menyamakan nama pasien dengan gelang nama pasien
- Mengatur posisi yang nyaman
- Kaji tanda-tanda phlebitis
- Mengecek kelancara tetesan infus sebelum obat dimasukkan
- Memastikan tidak ada udara pada syringe disposable yang berisi obat dan cairan flushing
- Mematikan atau mengklaim infus
- Memasang sarung tangan
- Putar bagian port klem three way kearah tempat memasukkan obat
- Melakukan disinfektan pada area port three way yang digunakan
- Buka jarum, pasang tip pada syringe ke bagian port tusukan dengan tangan dominan, tangan non dominan menahan selang dan
pastikan sudah terpasang dengan tepat
- Buka port three way kearah tubuh pasien
- Sambungkan spuit dengan jalur iv (tanpa jarum) atau masukkan jarum spuit yang telah berisi normal saline kemudian bilas
selang dengan normal saline sebanyak 3 cc dengan cara mendorong plunger perlahan
- Sambungkan spuit dengan jarum iv atau masukkan jarum spuit yang telah berisi obat yang telah disiapkan melalui tengah port
injeksi
- Tarik plunger spuit perlahan sampai tampak darah pada selang
- Memasukkan obat secara perlahan dengan kecepatan yang tepat
- Bilas selang dengan normal saline dengan cara mendorong plunger perlahan
- Tutup bagian port three way kearah tempat masukkan obat, lepaskan syringe dari port dan lakukan disinfeksi pada port sebelum
ditutup
- Membuang disposable syringe ke plastik kuning dan needle ke sharp box
- Membuka klem cairan infus dan mengobservasi kelancaran tetesan aliran infus
- Jika pemberian obat drip maka sambungkan selang infus dengan cairan obat yang sudah disiapkan dan atur tetesan infus sesuai
dengan petunjuk
- Lepaskan sarung tangan dan buang ke plastic kuning
- Mencuci tangan
- Merapihkan pasien dan beri posisi nyaman
- Merapihkan dan membersihkan alat
F. Evaluasi
- Mengamati respon pasien
- Kontrak yang akan dating
- Terminasi
G. Dokumentasi
- Obat yang diberikan, waktu, dosis, rute pemberian, lokasi penusukan infus, kondisi iv line sebelum dan sesudah pemberian
obat, respon pasien serta dokumentasikan jika pasien menolak pemberian obat.

5. Dasar Pemikiran: 15
Dispepsia merupakan gejala klinis yang membuat penderitanya memiliki keluhan seperti rasa sakit di perut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagusklasik berupa rasa pada di dada dan regurgitasi asam lambung kiri.
Dispepsia juga membuat pasien merasa mual, muntah, perut kembung, perasaan begah, atau cepat kenyang dan sendawa. Dispepsia
adalah gangguan pencernaan yang sering dialami oleh orang dewasa dan penderitanya mengalami rasa nyeri yang tak nyaman pada
bagian atas perut. Penyakit ini disebabkan oleh perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, serta zat-zat
seperti nikotin dan alcohol serta bisa juga disebabkan oleh kejiwaan yang stress, yang membuat makanan yang biasa dikonsumsi dalam
jumlah normal menjadi kurang sehingga lambung kosong. Lambung yang kosong membuat erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung. Oleh karena itu, dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL sehingga merangsang munculnya asam
lambung yang kemudian rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan. (Rahayu, 2021)

Pada kasus Ny. R, 18 tahun, ia mengeluh nyeri ulu hati, mual dan muntah, rasa panas pada dadanya, selain itu keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien kurang nafsu makan dan sering makan terlambat. Dari keluhan pasien itu maka dilakukan pengkajian yang
didapatkan sebagai berikut TD: 131/82 mmHg, RR: 20x/menit, HR: 102x/menit, S: 36,3◦C, SpO2: 100%, GCS: 15 E4V5M6 (Compos
mentis), Nyeri: 5A/4I, P: Nyeri memberat saat melakukan aktivitas/bergerak, Q: Nyeri seperti tertekan benda tumpul, R: Nyeri diarea
perut, T: Nyeri konstan (terus menerus). Sehingga dari hasil pengkajian dan pemeriksaan lengkap lainnya disimpulkan bahwa pasien
mengalami Dispepsia. Pada kondisi tersebut diagnosa keperawatan yang diangkat untuk pasien tersebut ialah Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis. Untuk mengatasi keluhan nyeri pada pasien maka dilakukan pemberian terapi obat Esofer
(Esomeprazole) 40 mg melalui injeksi IV line. Esomeprazole adalah obat lambung, obat ini digunakan untuk mengobati kondisi yang
disebabkan oleh keasaman berlebihan di perut, seperti tukak di lambung atau duodenum (bagian atas usus kecil), penyakit refluks dan
sindrom Zollinger-Ellison (pertumbuhan tumor di pankreas atau duodenum yang menyebabkan terlalu banyak keluarnya asam
lambung). Obat ini juga digunakan dalam pengobatan atau pencegahan tukak lambung atau duodenum yang berhubungan dengan obat
antiinflamasi nonsteroid (obat nyeri dan peradangan). Esomeprazole mengatasi kondisi ini dengan mengurangi jumlah asam yang
dihasilkan lambung. Obat ini juga dapat digunakan bersama dengan obat lain untuk mengobati masalah perut jenis tertentu yang
disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori. (MIMS, 2022)

6. Analisa Tindakan Keperawatan: 15

Dalam perlakuan tindakan pemberian terapi obat melalui injeksi IV line ialah dengan teknik aseptik. Teknik aseptik merupakan upaya
dalam pencegahan kontaminasi dengan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh yang dapat mengakibatkan infeksi. Teknik aseptik
yang diberikan dalam tindakan pemberian obat injeksi IV line dapat mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat
pada benda hidup maupun mati, tindakan ini dilakukan dengan antisepsis, desenfeksi dan sterilisasi (RSUD Sumberrejo, 2022). Pada
tindakan pemberian terapi obat Esofer (esomeprazole) melalui injeksi IV line, teknik aseptik yang diberikan ialah seperti melakukan
disinfeksi dengan menggunakan alcohol swab setiap kali sebelum dan sesudah memberikan obat pada port three way dan mengswab
bagian vial obat agar tidak terjadi kontaminasi dengan mikroorgnisme. Kemudian obat Esomeprazole, isomer S dari omeprazole,
adalah penghambat pompa proton (PPI) benzimidazol tersubstitusi yang menghambat langkah terakhir dalam sekresi asam lambung
dengan penghambatan spesifik sistem enzim H+/K+-ATPase yang terdapat pada permukaan sekretori sel parietal lambung. Pasien Ny.
R, 18 tahun, dengan diagnose medis Dispepsia diberikan dosis sebanyak 40 mg per hari yang mana sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kontraindikasi pemberian obat Esofer ialah dengan penggunaan bersamaan dengan nelfinavir atau rilpivirine, maka perlu diperhatikan
dengan seksama oleh perawat agar tidak diberikan secara bersamaan dengan obat tersebut (MIMS, 2022). Dari hal tersebut didapati
bahwa dosis, cara pemberian obat dan obat yang diberikan pada pasien sudah cukup guna proses penyembuhan nyeri pada ulu hati
pasien.
7. Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10
Bahaya:
- Nyeri pada saat memasukkan jarum
- Ekstravasasi
- Masukknya bakteri melalui kontaminasi menyebabkan hemolysis
- Thrombophlebitis
- Embolisme
- Reaksi alergi pada pasien
- Gangguan kardiovaskuler dan pulmonar karena peningkatan natrium dan volume cairan dalam sirkulasi dan reaksi yang tak
diinginkan lainnya karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan jaringan
- Pemberian obat Esofer yang tidak sesuai dengan dosis pasien atau overdosis yang dapat terjadi pada pasien ialah kelemahan,
kebingungan, sakit kepala, mengantuk, penglihatan kabur, takikardia, diaforesis, kemerahan, mulut kering, mual dan gejala
gastrointestinal lainnya (MIMS, 2022).
Pencegahan:
- Memeriksa dan meraba area insersi IV dari adanya tanda infeksi, infiltrasi atau kateter dislokasi
- Memeriksa kulit disekitar IV line apakah ada kemerahan dan bengkak
- Melakukan palpasi pada jaringan sekitar IV line insersi terasa nyeri dan edema yang dapat menunjukkan kebocoran cairan IV
ke dalam jaringan
- Mengidentifikasi apakah pasien memiliki alergi terhadap obat yang diberikan
- Memeriksa kompatibilitas obat dan cairan IV
- Menentukan reaksi obat, efek samping, dosis yang sesuai, waktu yang sesuai dan waktu puncak obat
- Mengecek kepatenan dari IV line
- Memberikan obat injeksi IV line dengan keceptan yang tepat

8. Hasil yang didapat: 10


Jam evaluasi: 09.00 WIB
S:

- Pasien mengatakan nyeri pada perutya mulai berkurang


- Pasien mengatakan merasa nyaman selama tindakan

O:

- Pasien masih tampak lemas


- GCS: 15 E4V5M6 (Compos Mentis)
- TTV TD:110/64 mmHg, RR: 16x/menit, HR: 82x/menit, S: 35,5◦C, SpO2: 98%, Nyeri: 3A/2I. P: Nyeri memberat saat
melakukan aktivitas/bergerak, Q: Nyeri seperti tertekan benda tumpul, R: Nyeri diarea perut, T: Nyeri konstan (terus menerus)
- CRT: <2 detik

A: Masalah nyeri akut sebagian teratasi

P: Intervensi tetap dilanjutkan

1) Mengobservasi TTV (Tekanan Darah, HR,RR,Suhu, SpO2, dan Nyeri)


2) Mengobservasi kondisi pasien sebelum dan setelah pemberian obat
3) Melakukan manajemen nyeri pasien
4) Melakukan kolaborasi pemberian obat analgetik dengan dokter
5) Mengedukasi pasien untuk tidak mengonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
6) Mengedukasi pasien untuk makan tepat waktu dan menganjurkan untuk makan porsi sedikit namun sering
7) Mengobservasi selang infus intravena pasien agar tidak terjadi phlebitis

9. Evaluasi Diri: 5
• Kelebihan
Saya telah melakukan tindakan pemberian terapi obat Esofer 40 mg melalui injeksi IV line pada pasien sesuai dengan prosedur
yang ada dengan bantuan supervisi dari kakak perawat. Sebelum tindakan diberikan saya bertanya pada pasien untuk
memastikan apakah kondisi IV line pasien membuat pasien sakit atau tidak, karena bila pasien merasa nyeri pada area IV line
maka saya perlu memberitahukan pada kakak perawat untuk mengganti area pemasangan IV line agar tidak terjadi infeksi atau
phlebitis pada pasien. Kemudian, saya juga memberitahukan pada pasien mengenai langkah-langkah tindakan dan obat yang
diberikan serta fungsinya bagi pasien agar pasien merasa tenang dan nyaman. Menurut saya hal ini penting dilakukan untuk
menghindari infeksi serta efek samping berbahaya bagi pasien setelah pemberian terapi obat melalui injeksi IV line seperti
reaksi alergi.

• Kekurangan diri
Menurut saya, kekurangan saya saat melakukan tindakan pemberian terapi obat Esofer 40 mg melalui injeksi IV line ialah saya
tidak mengswab kembali bagian port setelah pemberian obat. Hal ini berisiko terjadinya kontaminasi virus pada IV line pasien,
sehingga dengan kejadian tersebut saya harus memperhatikan dengan baik setiap tindakan yang saya lakukan dari awal hingga
akhir dengan teliti agar pasien setelah pemberian obat tetap aman tanpa menimbulkan masalah lain serta menjaga IV line dalam
kondisi baik.

• Perbaikan selanjutnya
Menurut saya, perbaikan selanjutnya yang perlu saya perhatikan dalam tindakan pemberian terapi obat Esofer 40 mg melalui
injeksi IV line ialah saya harus lebih teliti lagi dalam melakukan tindakan pemberian obat melalui injeksi IV line menjaga
kondisi IV line tetap lancar dan terhindar dari kontaminasi virus yaitu dengan melakukan swab/disinfeksi pada port three way
saat sebelum dan sesudah pemberian obat. Bila tidak menjaga kebersihan IV line dari kontaminasi virus maka dapat
menimbulkan nyeri pada area tusukan IV line bahkan membuat pasien mengalami phlebitis.

10 Daftar Pustaka (APA style): 5


.
MIMS. (2022, August). Esomeprazole. Retrieved from https://www.mims.com/:

https://www.mims.com/indonesia/drug/info/esomeprazole?mtype=generic
NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan (Definisi dan Klasifikasi 2018-2020). Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Rahayu, A. (2021). Terapi Non Farmakologis Pada Dispepsia. Gowa: Pustaka Taman Ilmu.

RSUD Sumberrejo. (2022, September). In House Training Refresh Aseptic Dispensing & Medication Error. Retrieved from

https://rsudsumberrejo.bojonegorokab.go.id/:

https://rsudsumberrejo.bojonegorokab.go.id/berita/baca/159#:~:text=Teknik%20Aseptik%20adalah%20segala%20upaya,kemu

ngkinan%20besar%20akan%20mengakibatkan%20infeksi.

Total 100
Identitas Pembimbing Klinik

No. Tanggal Nama Jabatan Ruangan Tandatangan

1. 5 September 2023 Muatini Preseptor Bethsaida

2. 7 September 2023 Muatini Preseptor Bethsaida

3. 8 September 2023 Muatini Preseptor Bethsaida

4. 14 September 2023 Muatini Preseptor Bethsaida

5. 16 September 2023 Muatini Preseptor Bethsaida

Anda mungkin juga menyukai