Anda di halaman 1dari 29

JOURNAL READING

ILMU KESEHATAN KELAUTAN

THE EFFECT OF HYPERBARIC OXYGEN TREATMENT ON EARLY REGENERATION OF


SENSORY AXONS AFTER NERVE CRUSH IN THE RAT

Pembimbing

dr. Ni Komang Sri Dewi Untari, Sp. S., M.Kes

Penyusun :

Rachma Eka Rani

20190420349

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH

LAKESLA Drs MED. R. RIJADI SASTROPANOLA, Phys

SURABAYA

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
JOURNAL READING

The effect of hypebaric oxygen


treatment on early regeneration of
sensory axons after nerve crush in the
rat

Journal Reading dengan judul “The effect of hypebaric oxygen treatment on early
regeneration of sensory axons after nerve crush in the rat” telah diperiksa dan
disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Kelautan.

Surabaya, 11 September 2020

Pembimbing

dr. Ni Komang Sri Dewi Untari, Sp.S.,M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmatNya, penulis bisa menyelesaikan jurnal reading dengan judul “The effect of
hypebaric oxygen treatment on early regeneration of sensory axons after nerve
crush in the rat” dengan lancar. Jurnal reading ini disusun sebagai salah satu penilaian
tugas untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian LAKESLA Drs Med R. Rijadi S.,
Phys. Surabaya dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang
bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.

Dalam penulisan dan penyusunan tugas ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
a. Ni Komang Sri Dewi Untari, dr., Sp. S., M. Kes selaku pembimbing referat

b. Para dokter di bagian LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanola., Phys.


Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di LAKESLA Drs. Med. R. Rijadi Sastropanola.,
Phys.Surabaya.
d. Kelompok DM 44 V

Penulis menyadari bahwa tugas yang disusun ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga
jurnal reading ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, 11 September 2020

3
Penyusun

4
DAFTAR ISI

Table of Contents
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................................ 2

........................................................................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 3

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................... 4

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................................... 5

JOURNAL READING....................................................................................................................................... 6

ABSTRAK......................................................................................................................................................... 6

PENDAHULUAN.............................................................................................................................................. 8

METODE PENELITIAN DAN BAHAN PENELITIAN....................................................................................10

DESAIN PENELITIAN..............................................................................................................................................10
NERVE PINCH TEST..............................................................................................................................................11
ANALISIS IMUNOHISTOKIMIA SEGMEN SARAF DISTAL DARI LESI.......................................................................12
ANALISIS DATA.....................................................................................................................................................12

HASIL.............................................................................................................................................................. 13

NERVE PINCH TEST..............................................................................................................................................13


JUMLAH AKSON YANG BEREGENERASI PADA JARAK TETAP DARI LOKASI CEDERA.......................................14

DISKUSI.......................................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 21

5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 0.1 Gambar skematik desain eksperimaental..............................................................11
Gambar 0.1 Jarak yang dicapai oleh akson sensorik yang regenerasi tercepat.................14
Gambar 0.2 Reaksi Imunohistokimia terhadap protein neurfilamen......................................15

6
Journal Reading

PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK PADA


REGENERASI AWAL AKSON SENSORIK SETELAH
PENGHANCURAN SARAF PADA TIKUS

Fajko F. Bajrovic,1 Marko Jug,1 Iztok Gril,1 Igor B. Mekjavic2

Institute of Pathophysiology,1 Faculty of Medicine, University of Ljubljana, Ljubljana,

Slovenia; Joseph Stefan Institute,2 Ljubljana, Slovenia, and Institute of Biomedical and
Biomolecular Sciences, University of Portsmouth, Portsmouth, United Kingdom

ABSTRAK

Pengaruh terapi oksigen hiperbarik (HBO) pada regenerasi akson sensorik yang
diperiksa pada tikus. Saraf skiatik dihancurkan pada kedua kaki. Selain itu, bagian
ujung distal nervus suralis di satu sisi dijadikan aseluler dan perfusi darahnya dirusak
dengan dibekukan dan dicairkan. Dua kelompok grup eksperimental menerima paparan
hiperbarik (2,5 ATA) baik udara terkompresi (pO2 = 0,5 ATA) atau oksigen 100% (pO2
= 2,5 ATA) 90 menit per hari selama 6 hari. Regenerasi akson sensorik di nervus suralis
kemudian dinilai dengan nerve pinch test dan penilaian reaksi imunohistokimia terhadap
neurofilamen. Terapi HBO meningkatkan jarak yang dicapai oleh akson sensorik yang
beregenerasi tercepat sekitar 15% di segmen saraf distal dengan perfusi darah yang
diawetkan dan dikompromikan. Tidak ada perbedaan yang signifikan antar tikus yang
diberi perlakuan dengan tekanan oksigen yang berbeda. Jumlah total akson yang
beregenerasi di segmen distal nervus suralis setelah simple crush injury tidak
terpengaruh, sedangkan pada segmen saraf dengan perfusi darah terganggu yang
terapi dengan pO2 yang lebih tinggi, jumlah aksonnya 30% lebih rendah daripada
segmen saraf pada kelompok kontrol. Disimpulkan bahwa efek menguntungkan HBO
pada regenerasi akson sensorik tidak bergantung pada dosis antara 0,5 dan 2,5 ATA

7
pO2. Meskipun paparan 2,5 ATA dari pO2 cukup meningkatkan regenerasi awal akson
sensorik tercepat,hal ini menurunkan jumlah akson yang beregenerasi di saraf yang
rusak dengan perfusi darah yang terganggu dari bagian ujung saraf distal.

Kata kunci: Kerusakan saraf tepi, Regenerasi, Akson sensorik, Oksigenasi hiperbarik,
Tikus

8
PENDAHULUAN

Pemulihan fungsi setelah kerusakan sistem saraf perifer bergantung pada


sisa neuron yang terkena dan kapasitasnya untuk dapat meregenerasi akson yang
cedera dan memulihkan jaringan target. Lingkungan mikro pada kerusakan segmen
saraf distal, mengalami perubahan metabolik dan struktural, terbukti menjadi faktor
penentu dalam regenerasi akson yang rusak kolektif sebagai degenerasi Wallerian,
melibatkan degenerasi akson, fagositosis mielin, dan proliferasi sel Schwann.
Kerusakan sistem saraf perifer, bagaimanapun, dapat dipersulit oleh iskemia karena
trombosis, pembengkakan endotel, edema endoneurial, penyumbatan granulosit pada
vasa nervorum, atau gangguan mikrovessel di tempat kerusakan. Dalam hal ini, cedera
saraf berbagi banyak proses patofisiologis yang sama dengan cedera reperfusi iskemik
yang mempengaruhi otot dan kulit.

Terapi oksigen hiperbarik (HBO) telah dilaporkandapat mengurangi


kerusakan akibat iskemik diberbagai jaringan. Ini adalah metode pengobatan tambahan
standar untuk traumatis akut kerusakan iskemik-reperfusi, luka bakar, flap dan cangkok
jaringan yang rusak, dan osteoradionekrosis. HBO juga dapat meningkatkan
kesembuhan setelah kerusakan otak dan sumsum tulang belakang.

Dalam sistem saraf tepi, HBO telah terbukti menyelamatkan serabut saraf
dan menyembuhkan sebagian neuropati pada tikus dengan mikrosirkulasi yang
terganggu dalam eksperimental, misalnya, pada diabetes mellitus kronis dan neuropati
iskemik. HBO terbukti meningkatkan pemulihan fungsi saraf pada pasien dengan Bell's
palsy. Hasil studi eksperimental mengenai kemungkinan efek menguntungkan dari
pengobatan HBO pada regenerasi akson setelah cedera saraf perifer, bagaimanapun,
tetap kontroversial. HBO meningkatkan regenerasi akson dan mielinisasi akson yang
telah diregenerasi setelah kerusakan nervus skiatik pada tikus dan kelinci . Selain itu,
HBO meningkatkan pemulihan fungsi nervus skiatik, yang diukur dengan indeks fungsi
nervus siatik, setelah transeksi nervus skiatik pada tikus dan perbaikan epineurial.
Sebaliknya, setelah transeksi nervus peroneal tikus yang dilanjutkan dengan perbaikan
entubulasi, atau setelah kerusakan lesi saraf ini, tidak ada regenerasi akson maupun

9
pemulihan fungsi yang meningkat karena HBO. Sulit untuk menghubungkan hasil yang
bertentangan ini karena banyak perbedaan metodologi penelitian yang digunakan,
termasuk ukuran saraf, jenis kerusakan, kandungan akson sensorik pada saraf,
protokol terapi HBO, dan metode evaluasi regenerasi saraf.

Efek menguntungkan dari terapi HBO pada neuropati iskemik yang diinduksi
secara eksperimental tergantung pada tingkatan iskemia. Diperkirakan bahwa efek
HBO pada regenerasi saraf perifer mungkin bergantung pada derajat kerusakan
iskemik reperfusi saraf dan jumlah neuron. Untuk menyelidiki lebih lanjut, kami menguji
hipotesis bahwa terapi HBO lebih efisien setelah cedera saraf dengan gangguan perfusi
darah ke tunggul saraf distal daripada setelah cedera tabrakan sederhana. Selain itu,
kami memeriksa apakah kemanjuran pengobatan HBO dalam meningkatkan regenerasi
akson sensorik setelah kerusakan saraf bergantung pada dosis. Laporan pendahuluan
dari beberapa hasil ini telah dipublikasikan dalam bentuk abstrak yang diperluas.

10
METODE PENELITIAN DAN BAHAN PENELITIAN

Percobaan dilakukan pada tikus jantan galur Wistar albino dengan berat antara
230 g dan 260 g pada saat operasi. Prosedur pembedahan dilakukan dengan anestesi
dalam dengan dihydrothiazine dan ketamine (Rompun, Bayer, Leverkusen, Jerman, 5
mg / kg; Ketaar, Parke-Davis and Co., Berlin, Jerman, 90 mg / kg, i.p.). Anestesi ringan
dengan pentobarbital (Nembutal, Abbot Labs, IL, USA, 20 mg / kg, i.p.) digunakan
selama nerve pinch test. Semua hewan coba dalam penelitian ini dilakukan sesuai
dengan protokol perawatan dan penggunaan hewan institusional yang disetujui dan
sesuai dengan pedoman nasional, dan telah disetujui oleh Administrasi Veteriner
Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Pangan Slovenia, nomor izin 323-02-74 / 00.

Desain Penelitian

Perawatan dasar untuk semua kelompok eksperimen (Gambar. 1). Nervus


skiatik dan cabangnya pada kedua kaki belakang dibuka dan dihancurkan dengan
hemostat non-gerigi selebar 1 mm selama 30 detik pada setinggi fossa poplitea.
Perbatasan proksimal lesi ditandai dengan jahitan epineurial (9.0). Pada tungkai
belakang kanan, diberi tambahan kerusakan, segmen nervus suralis kira-kira sepanjang
35 mm dari distal ke lokasi kerusakan dibuat aseluler dan perfusi darahnya terganggu
dengan pembekuan dan pencairan. Es kering dan larutan garam fisiologis dingin
diaplikasikan secara bergantian selama 30 detik. Prosedur ini diulangi 3 kali selama 3
menit. Saraf kemudian ditranseksi dan diikat di ujung distal segmen saraf yang telah
dibekukan-dicaircair (35 mm distal ke cedera) untuk memutuskan segmen ini dari
sumber pembuluh darah distalnya yang potensial.

Setelah prosedur pembedahan, tikus dibagi secara acak menjadi 3 kelompok.


Tikus pada kelompok kontrol (kelompok I) tanpa perlakuan (pO2 = 0,2 ATA, n = 7).
Tikus dalam 2 kelompok eksperimen lain menerima paparan hiperbarik selama 90
menit (2,5 ATA) disertai udara terkompresi (pO2 = 0,5 ATA, kelompok II, n = 7) atau
diberi oksigen 100% (pO2 = 2,5 ATA, kelompok III, n = 7 ). Paparan hiperbarik pertama
dilakukan 2 sampai 8 jam setelah prosedur bedah, dan diikuti oleh papran hiperbarik
harian pada waktu yang sama selama 5 hari berturut-turut.

11
Enam hari setelah cedera, hewan dibius ulang dan nervus suralis dibuka. Jarak
regenerasi akson sensorik yang tumbuh tercepat dinilai dengan nerve pinch test. Selain
itu, jumlah akson yang beregenerasi dihitung secara histologis pada nervus suralis yang
cedera. Pemeriksa yang melakukan nerve pinch test dan menghitung akson tidak
mengetahui jenis kelompok hewan.

Gambar 0.1 Gambar skematik desain eksperimaental.

Pada gambar diatas semua kelompok eksperimen, nervus skiatik dan cabang distalnya
terlihat pada kedua tungkai belakang tikus dan dihancurkan (garis hitam) pada tingkat
fossa poplitea. Pada tungkai belakang kanan, sebagai tambahan pada cedera himpitan,
segmen nervus suralis kira-kira sepanjang 35 mm tepat di distal dari cedera (daerah
menetas) dibuat aseluler dan perfusi darahnya terganggu dengan pembekuan dan
pencairan. Ujung segmen saraf yang dibeku-dicairkan ditranseksi dan diikat (silang
hitam) untuk melepaskannya dari sumber potensial pembuluh darah yang lebih distal.

Nerve Pinch Test

Nerve pinch test digunakan untuk menentukan jarak yang dibuat oleh regenerasi
akson sensorik yang tumbuh tercepat. Nervus suralis potong dibawah anestesi ringan

12
sejauh mungkin dan dicubit dengan tang halus dalam interval 1 mm, dimulai dari ujung
paling distal dan bergerak ke proksimal. Lokasi respon nosiseptif pertama (penarikan
refleks) dari hewan ditandai dan jaraknya dari lokasi tumbukan (jahitan epineurial)
diukur.

Analisis Imunohistokimia Segmen Saraf Distal dari Lesi

Hewan-hewan yang dikorbankan setelah pinch test menggunakan anestesi


overdosis Na-pentobarbital. Segmen nervus suralis di bagian distal diisolasi, difiksasi
dalam 4% dalam buffer paraformaldehyde selama 24 jam, di dehidrasi dengan
meningkatkan konsentrasi alkohol, dan tertanam dalam parafin. Potongan nervus
suralis, setebal 2-5 m, dipotong 6 mm distal dari tempat kerusakan. Semua potongan
saraf yang akan dibandingkan diproses pada slide yang sama. Reaksi imunohistokimia
dilakukan secara otomatis dengan Dako Techmate 500. Akson divisualisasikan dengan
reaksi imunohistokimia terhadap protein neurofilamen. Antibodi monoklonal primer
terhadap subunit neurofilamen 200 kD dan 70 kD (DAKO-NF, 2F11), dibeli dari
Dakopatts (Glostrup, Denmark), diaplikasikan pada penampang melintang, yang
dipotong 6 mm distal dari jahitan epineurial menandai batas proksimal dari tempat
kerusakan. Irisan-irisan tersebut kemudian diolah dengan metode streptavidin-biotin-
peroksidase. Akson dihitung di bawah mikroskop cahaya (objektif 40X), menggunakan
analisis gambar terkomputerisasi dengan Microcomputer Imaging Device program, versi
M4.

Analisis Data

Perbedaan dari rata-rata kelompok diuji menggunakan analisis varians 1 arah.


Uji Post hoc dibuat menggunakan uji-F Scheffe’s. Signifikansi statistik diterima bila p <
0,05.

13
HASIL
Nerve Pinch Test

Jarak rata-rata yang dicapai oleh akson sensorik yang beregenerasi tercepat,
ditentukan oleh nerve pinch test, pada tikus yang menerima terapi HBO dan pada tikus
yang di kontrol 6 hari setelah kerusakan saraf ditunjukkan pada Gambar. 1. Setelah
cedera, setiap hari selama 90 menit tikus diberi paparan pO 2 tinggi selama 6 hari terjadi
peningkatkan jarak regenerasi rata-rata akson sensorik tercepat sebesar 14% pada
kelompok II (pO2 = 0,5 ATA) dan sebesar 16% pada kelompok III (pO 2 = 2,5 ATA),
dibandingan dengan kelompok I (Gambar. 2A). Terdapat perbedaan signifikan antara 2
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (p = 0,05), sedangkan perbedaan yang
tidak signifikan antara kelompok eksperimen II dan III.

Pada nervus suralis yang rusak dan dilakuakan pembekuan dan pencairan
segmen saraf distal, HBO meningkatkan jarak rata-rata yang dicapai oleh akson
nosiseptif regenerasi tercepat sebesar 14% pada kelompok II (pO2 = 0,5 ATA), dan
sebesar 23% pada kelompok III (pO2 = 2,5 ATA), dibandingkan dengan kelompok I.
Jarak rata-rata pada kelompok III secara signifikan lebih besar daripada pada kelompok
I (p = 0,05), sedangkan antara kelompok II dan kelompok kontrol tidak signifikan
(Gambar. 2B). Perbedaan antara 2 kelompok yang diberi HBO tidak signifikan secara
statistik.

Jarak yang dicapai oleh akson sensorik yang tumbuh paling cepat setelah
cedera (Gbr. 2A) adalah 25% -30% lebih besar daripada yang diamati setelah dilakukan
penghancuran dan pembekuan ujung saraf distal pada semua kelompok. (Gambar. 2B)

14
Gambar 0.2 Jarak yang dicapai oleh akson sensorik yang regenerasi tercepat

Pada gambar 2 adalah jarak yang dicapai oleh akson sensorik regenerasi tercepat
seperti yang dinilai dengan nerve pinch test 6 hari setelah cedera nervus suralis. Dua
jenis cedera saraf diperiksa: simple nerve crush (A), dan nervus crush yang
berhubungan dengan pembekuan dan pencairan segmen saraf distal (B). Hewan
kontrol (kelompok I) menghirup udara normal (pO2 = 0,2 ATA), sedangkan hewan pada
kelompok eksperimen mendapat HBO pada 2 taraf berbeda: 0,5 ATA (kelompok II) dan
2,5 ATA (kelompok III). Nilai rata-rata + SD ditampilkan (n = 7, setiap kelompok). *
menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dari nilai kontrol (p < 0,05).

Jumlah Akson yang Beregenerasi Pada Jarak Tetap dari Lokasi Cedera

Regenerasi akson, yang ditunjukkan dengan pewarnaan imunohistokimia dari


neurofilament saraf (Gambar. 3), terlihat pada semua penampang saraf yang diperiksa
yang diambil 6 mm dari distal tempat cedera.

15
Gambar 0.3 Reaksi Imunohistokimia terhadap protein neurfilamen

Pada gambar 3 didapatkan gambaran reaksi imunohistokimia terhadap protein


neurofilamen (mata panah) pada penampang nervus surali tikus 6 mm di distal dari
tempat himpitan 6 hari setelah perusakan saraf dan paparan hiperbarik (pO 2 = 2,5
ATA). A: hanya saraf yang hancur. B: saraf hancur dan beku-mencair. Skala = 50 m

Pada saraf yang cedera, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
dalam jumlah akson yang beregenerasi di antara 3 kelompok (Gambar. 4A).

Dibandingkan dengan saraf yang hanya dirusak dalam kelompok yang sesuai,
jumlah akson yang ditemukan 6 mm dari lokasi kerusakan berkurang pada saraf di
mana segmen distal telah dibekukan dan dicairkan (Gambar. 4A, B). Jumlah rata-rata
akson yang beregenerasi di saraf ini agak lebih tinggi pada kelompok yang terpapar
HBO lebih rendah (kelompok II); namun, itu tidak ada perbedaan secara signifikan
dengan yang ada pada kelompok kontrol saraf beku tanpa HBO. Sebaliknya, jumlah
rata-rata akson pada kelompok III, setelah menerima HBO dengan tegangan oksigen
tinggi, hanya sekitar 70% yang diamati pada saraf tanpa HBO, dan secara signifikan
lebih rendah (p < 0,05) dibandingkan pada kedua kontrol. kelompok dan kelompok II
(Gambar.4B).

16
Gambar 0.4 Perbandingan Jumlah Akson Setelah Cedera

Pada gambar 4 merupakan perbandingan jumlah akson 6-mm distal dari cedera 6 hari
setelah cedera nervus suralis. Dua jenis cedera saraf diperiksa: cedera saraf sederhana
(A), dan saraf hancur dengan pembekuan dan pencairan segmen saraf distal (B).
Hewan kontrol (kelompok I) menghirup udara normal (pO 2 = 0,2 ATA), sedangkan
hewan dalam kelompok eksperimen menerima HBO pada 2 tingkat yang berbeda: 0,5
ATA (kelompok II) dan 2,5 ATA (kelompok III). Nilai rata-rata + SD ditampilkan (n = 7,
tiap kelompok). * menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dari nilai
kontrol (p < 0,05).

17
DISKUSI

Dalam studi ini, kami menemukan bahwa terapi HBO meningkatkan jarak
pertumbuhan rata-rata akson sensorik yang beregenerasi tercepat selama minggu
pertama setelah cedera saraf sekitar 15%. Hal ini sejalan dengan observasi awal
bahwa HBO menginduksi peningkatan regenerasi saraf tepi selama minggu pertama
setelah perusakan nervus skiatik, dan pencangkokan nervus skiatik pada tikus.
Pengobatan HBO juga dilaporkan meningkatkan kadar mielin saraf setelah 4 minggu
nervus skiatik dirusak pada tikus dan setelah 7 minggu nervus skiatik dirusak pada
kelinci. Sebaliknya, HBO tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah akson mielin,
kadar mielin, dan ketebalan mielin setelah 13 minggu perusakan nervus peroneum
dengan epineurektomi. Hal ini sesuai dengan saran bahwa pengobatan HBO terutama
mengurangi penundaan awal regenerasi, yang didukung oleh temuan bahwa paparan
intermiten singkat ke HBO selama periode awal regenerasi (25 jam) sama efektifnya
dengan jadwal terapi yang diperpanjang.

Dalam penelitian ini, jumlah seluruh akson yang beregenerasi di distal nervus
suralis tidak berbeda antara tikus yang diterapi dengan HBO dan yang tidak diterapi, hal
ini menunjukkan bahwa HBO hanya mempengaruhi sebagian kecil akson sensorik yang
beregenerasi.

Kami tidak menemukan bukti dari efek dosis terapi HBO pada regenerasi awal
akson sensorik yang tumbuh tercepat menggunakan pO 2 baik pada 0,5 ATA atau 2,5
ATA. Sebaliknya, Bradshaw et al. (1996) menunjukkan adanya peningkatan mielinisasi
regenerasi aksis setelah kerusakan nervus skiatik pada kelinci hanya pada hewan yang
telah terpapar oksigen 100% pada tekanan lebih dari 2 ATA. Namun, kedua penelitian
tersebut tidak dapat langsung dibandingkan karena perbedaan waktu pengobatan HBO
dan metode evaluasi regenerasi saraf.

Mekanisme yang bertanggung jawab untuk jarak pertumbuhan yang diamati dari
akson sensorik yang beregenerasi setelah HBO tidak diketahui, tetapi dapat dikaitkan
dengan beberapa efek fisiologis yang diketahui dari HBO. HBO meningkatkan tekanan
parsial oksigen tidak hanya di dalam darah tetapi juga di dalam cairan interstisial dan

18
jaringan, tekanan oksigen yang tinggi bahkan di tempat-tempat dengan perfusi darah
mikrovaskular yang terganggu. Selain itu, HBO meningkatkan perfusi lokal jaringan
iskemik, yang dikaitkan dengan penurunan adanya edema pada jaringan yang terkena.
Mekanisme pencegahan edema oleh HBO tidak dipahami dengan baik, tetapi telah
dikemukakan bahwa itu sebab dari vasokonstriksi, penurunan permeabilitas vaskular
pasca-iskemik, atau osmosis yang diinduksi oksigen.

Studi terbaru mendukung kemungkinan bahwa HBO dapat memperbaiki cedera


reperfusi iskemik melalui penekanan respon sel inflamasi. Terapi HBO menurunkan
infiltrasi neutrofil pada flap otot dengan menurunkan adhesi 2 integrin–dependent ke
endotel. Efek ini dapat dimediasi melalui penurunan ekspresi intercellular adhesion
molecule-1 yang terkait dengan peningkatan regulasi aktivitas nitrit oksida sintase
(NOS) dalam sel endotel. Sangat sedikit yang diketahui tentang peran neutrofil dalam
degenerasi Wallerian, meskipun sel-sel ini memasuki saraf dalam jumlah besar selama
fase awal sementara. Lebih banyak penekanan telah ditempatkan pada peran makrofag
yang ada, yang penting untuk menghilangkan debris, elongasi aksonal, dan re-
mielinisasi pada cedera sistem saraf perifer. Namun, tidak ada perbedaanjumla h
makrofag pada graft saraf aseluler antara tikus yang diobati dengan HBO dan yang
tidak diobati. Beberapa penelitian juga gagal untuk mendeteksi efek yang signifikan dari
HBO pada aktivitas fagositosis murine peritoneal neutrofil dan makrofag lien.

Di sisi lain, HBO juga dikenal dapat meningkatkan produksi nitrat oksida (NO)
dan ekspresi NOS di sel endotel dan neuron. Irisan saraf perifer pada tikus dewasa
menyebabkan peningkatan ekspresi mRNA untuk NOS neuron di neuron DRG dan ke
tingkat NO tinggi di lokasi lesi. NO memiliki efek neuroprotektif pada neuron DRG tikus
yang dipisahkan secara in vitro dan pada neuron DRG aksotomi in vivo. Inhibisi NOS
oleh board spectrum NOS inhibitor menekan regenerasi saraf alveolar inferior setelah
transeksi pada tikus, dan tikus dengan gangguan NOS induktif di makrofag mengalami
penundaan dalam kemajuan degenerasi Wallerian dan pertumbuhan kembali serat
mielin berikutnya.

19
Diasumsikan bahwa efek HBO pada regenerasi saraf tepi mungkin tergantung
pada tingkat iskemia selama cedera. Kami menguji hipotesis ini dengan memeriksa
efek HBO pada regenerasi akson sensorik melalui ujung saraf distal yang dibekukan-
dicairkan. Telah dibuktikan bahwa sebelum pembekuan dan pencairan saraf
menghancurkan sel endotel kapiler di segmen saraf yang cedera dan membuatnya
benar-benar iskemik. Sel-sel lain, seperti sel Schwann, juga dihancurkan, namun
terlepas penghancuran dari sel Schwann regenerasi akson ini masih memungkinkan
karena lamina basalis dari selaput neurilemmal masih dipertahankan. Sesuai dengan
hasil sebelumnya, kami menemukan bahwa pembekuan ujung distal nervus suralis
yang hancur menyebabkan pengurangan sedang pada jarak yang dicapai oleh akson
sensorik yang tumbuh tercepat dibandingkan dengan saraf dengan lesi. Penurunan
kecepatan elongasi dan jumlah akson yang beregenerasi setelah pembekuan dan
pencairan pada saraf yang cedera mungkin dapat berhubungan, sebagian, karena
gangguan perfusi darah yang meluas pada saraf tersebut. Kebalikan dari ekspektasi,
efek HBO pada jarak regenerasi akson sensorik yang beregenerasi tercepat adalah
besarnya dengan yang diamati pada saraf yang dihancurkan. Dengan demikian, tidak
ada efek menguntungkan dari terapi HBO pada regenerasi akson melalui graft saraf
yang aseluler dan devaskularisasi yang diamati dalam penelitian terbaru. Semua hasil
ini membantah hipotesis bahwa efek pengobatan HBO pada regenerasi saraf perifer
tergantung pada derajat cedera iskemik. Namun, pada studi perbaikan neuropati pada
diabetes mellitus yang diinduksi secara eksperimental, tidak ada efek HBO yang
ditemukan pada hewan dengan iskemia saraf total, tetapi manfaat yang signifikan
ditunjukkan pada mereka dengan tingkat iskemia sedang. Oleh karena itu,
kemungkinan ada aliran darah melalui saraf, cedera karena cedera reperfusi iskemik,
harus depertahankan untuk memberi efek menguntungkan dari HBO saat regenerasi
akson.

Dalam semua penelitian hingga saat ini, terapi HBO dalam meningkatan efek
pada regenerasi akson setelah cedera saraf agak rendah, hanya dalam kisaran 10% -
20%. Harus ditekankan, menurut hasil kami dan manfaat sederhana dari pengobatan
HBO mengenai regenerasi saraf, bahwa penerapan HBO untuk mengobati cedera saraf

20
harus dilakukan dengan hati-hati. Yakni, secara paralel dengan peningkatan elongasi
akson yang diinduksi HBO, kami juga mengamati bahwa HBO menyebabkan
penurunan jumlah akson yang diregenerasi pada saraf yang cedera dengan aliran
darah yang terganggu ke ujung distal nervus. Efek ini paling mencolok (penurunan
sekitar 30%) pada hewan yang terpapar oksigen murni dalam kondisi hiperbarik (pO 2
2,5 ATA), tetapi tidak diamati dalam kondisi yang sama pada hewan dengan cedera
saraf saja. Ini menunjukkan bahwa perfusi darah dan sel endotel yang tidak rusak dan
Schwann di bagian distal lesi dapat memberikan perlindungan terhadap efek merugikan
dari pengobatan HBO. Selain peningkatan regulasi HBO yang dimediasi oleh HBO dan
kemungkinan efek neuroprotektif pada neuron DRG, penting untuk menekankan potensi
toksisitas NO. Pelepasan NO dini dapat merusak kerucut pertumbuhan neurit neuron
DRG tikus in vitro. Dengan demikian, inhibisi NOS oleh inhibitor NOS spektrum luas
meningkatkan regenerasi serabut saraf mielin setelah transeksi nervus skiatik pada
tikus. Produksi lokal NO berlebihan telah menjadi penyebab toksisitas seluler dan
toksisitas neurit pada beberapa gangguan neurologis. Produksi NO juga terlibat dalam
keracunan oksigen di sistem saraf pusat; inhibisi sintase oksida nitrat secara signifikan
melindungi hewan dari kejang yang dimediasi HBO.

Kesimpulannya, hasil kami menunjukkan bahwa, meskipun paparan tingkat pO2


yang sangat tinggi dapat meningkatkan regenerasi awal akson sensorik tercepat, hal itu
dapat menurunkan jumlah keseluruhan akson regenerasi pada saraf yang cedera
dengan perfusi darah yang terganggu. tunggul saraf distal. Namun, karena pemulihan
setelah cedera saraf perifer umumnya tidak memuaskan dan pilihan pengobatan
terbatas, pengobatan HBO harus diselidiki lebih lanjut sebagai terapi suportif potensial.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Anderson PN, Mitchell J, Mayor D, Stauber VV (1983). An ultra- structural study of the
early stages of axonal regeneration through rat nerve grafts. Neuropathol Appl
Neurobiol 9:455–466.

Asamoto S, Sugiyama H, Doi H, Iida M, Nagao T, Matsumoto K (2000). Hyperbaric


oxygen (HBO) therapy for acute traumatic cervical spinal cord injury. Spinal Cord
38:538–540.

Bajrovic ́ F, Sketelj J, Jug M, Gril I, Mekjavic ́ IB (1998). The ef- fect of hyperbaric
oxygen therapy on early regeneration of fastest sensory axons after crush injury.
In: XXIV Annual Sci- entific Meeteng of the European Underwater and Baromedi-
cal Society. Ganser M (Ed). EUBS98, Stockholm, Sweden, pp 132–135.

Bajrovic ́ F, Srpcˇicˇ M, Sketelj J (2001). Schwann cell dependence of regenerating rat


sensory neurons is inversely related to the quality of axon growth substratum. J
Neuropathol Exp Neurol 60:65–74.

Beal MF (1996). Mitochondria, free radicals, and neurodegener- ation. Curr Opin
Neurobiol 6:661–666.

Beuche W, Friede RL (1984). The role of non-resident cells in Wallerian degeneration. J


Neurocytol 13:767–796.

Bisby MA (1995). Regeneration of peripheral nervous system axons. In: The Axon:
Structure, Function and Pathophysiology. Waxman SG, Kocsis ID, Stys PK (Eds).
Oxford UP, New York, pp 553–578.

Bradshaw PO, Nelson AG, Fanton JW, Yates T, Kagan-Hallet KS (1996). Effect of
hyperbaric oxygenation on peripheral nerve regeneration in adult male rabbits.
Undersea Hyperbaric Med 23:107–113.

23
Brück W (1997). The role of macrophages in Wallerian degener- ation. Brain Pathol
7:741–752.

Buras J (2000). Basic mechanisms of hyperbaric oxygen in the treatment of ischemia-


reperfusion injury. Int Anesthesiol Clin 38:91–100.

Buras JA, Stahl GL, Svoboda KKH, Reenstra WR (2000). Hyper- baric oxygen
downregulates ICAM-1 expression induced by hypoxia and hypoglycemia: the role
of NOS. Am J Physiol Cell Physiol 278:C292–C302.

Chavko M, Xing G, Keyser DO (2001). Increased sensitivity to seizures in repeated


exposures to hyperbaric oxygen: role of NOS activation. Brain Res 900:227–233.

Clifton GL (1995). Hypothermia and hyperbaric oxygen as treat- ment modalities for
severe head injury. New Horiz 3:474–478. Elayan IM, Axley MJ, Prasad PV,
Ahlers ST, Auker CR (2000). Effect of hyperbaric oxygen treatment on nitric oxide
and ox- ygen free radicals in rat brain.

J Neurophysiol 83:2022–2029. Fiallos-Estrada CE, Kummer W, Mayer B, Bravo R,


Zimmer- mann M, Herdegen T (1993). Long-lasting increase of nitric oxide
synthase immunoreactivity, NADPH-diaphorase reac- tion and c-JUN co-
expression in rat dorsal root ganglion neu- rons following sciatic nerve transection.
Neurosci Lett 150: 169–173.

Gadd MA, McClellan DS, Neuman TS, Hansbrough JF (1990). Effect of hyperbaric
oxygen on murine neutrophil and T-lymphocyte functions. Crit Care Med 18:974–
979.

Gonzalez-Hernandez T, Rustioni A (1999). Expression of three forms of nitric oxide


synthase in peripheral nerve regeneration.

J Neurosci Res 55:198–207.


Haapaniemi T, Nylander G, Sirsjo A, Larsson J (1996). Hyperbaric oxygen reduces
ischemia-induced skeletal muscle injury. Plast Reconstr Surg 97:602–607.

24
Haapaniemi T, Nylander G, Kanje M, Dahlin L (1998). Hyperbaric oxygen treatment
enhances regeneration of the rat sciatic nerve. Exp Neurol 149:433–438.

Haapaniemi T, Nishiura Y, Dahlin LB (2001). Effects of hyperbaric oxygen treatment on


axonal outgrowth in sciatic nerve grafts in rats. Scand J Plast Reconstr Hand Surg
35:7–11.

Hess DT, Patterson SI, Smith DS, Skene JH (1993). Neuronal growth cone collapse
and inhibition of protein fatty acylation by nitric oxide. Nature 366:562–565.
Hills BA (1999). A role for oxygen-induced osmosis in hyperbaric oxygen therapy.
Med Hypotheses 52:259–263.

Hunt TK, Niinikoski J, Zederfeld B, Silver IA (1983). Oxygen in wound healing


enhancement. In: Hyperbaric Oxygen Therapy. Davis JC, Hunt TK (Eds).
Undersea Medical Society, Bethesda, MD, pp 111–122.

Inamoto Y, Okuno F, Saito K, Tanaka Y, Watanabe K, Morimoto I, Yamashita U, Eto S


(1991). Effect of hyperbaric oxygen- ation on macrophage function in mice.
Biochem Biophys Res Commun 179:886–891.

Jamieson D, Van den Brenk HAS (1963). Measurement of oxy- gen tensions in cerebral
tissues of rats exposed to high pressure of oxygen. J Appl Physiol 18:869–876.

Kihara M, McManis PG, Schmelzer BS, Kihara Y, Low PA (1995). Experimental


ischemic neuropathy: salvage with hy- perbaric oxygenation. Ann Neurol 37:89–
94.

Kindwall EP (Ed) (1995). Hyperbaric medicine practice. Best Publishing Company:


Flagstaff, Arizona.

Kindwall EP, Gottlieb LJ, Larson DL (1991). Hyperbaric oxygen therapy in plastic
surgery: a review article. Plast Reconstr Surg 88:898–908.

25
Liu QL, He B-P (1994). Effects of hyperbaric oxygen therapy on rat sciatic nerve injury.
Undersea Hyperb Med 21:341–343.

Low PA, Schmelzer JD, Ward KK, Curran GL, Poduslo JF (1988). Effect of hyperbaric
oxygenation on normal and chronic streptozotocin diabetic peripheral nerves. Exp
Neurol 99:201–212.

Lundborg G, Myers R, Powell H (1983). Nerve compression in- jury and increased
endoneurial fluid pressure; a “miniature compartment syndrome.” J Neurol
Neurosurg Psychiatry 46:1119–1124.

Mellick RS, Cavanagh JB (1968). Changes in blood vessel permeability during


degeneration and regeneration in peripheral nerves. Brain 91:141–160.

Mink RB, Dutka AJ (1995). Hyperbaric oxygen after global cerebral ischemia in rabbits
reduces brain vascular permeability and blood flow. Stroke 26:2307–2312.

Myers RR, Powell HC, Heckman HM, Costello ML, Katz J (1981). Biophysical and
pathological effects of cryogenic lesion. Ann Neurol 10:478–485.

Narayana PA, Kudrle WA, Liu SJ, Charnov JH, Butler BD, Harris Jr JH (1991). Magnetic
resonance imaging of hyperbaric oxy- gen treated rats with spinal cord injury:
preliminary studies. Magn Reson Imaging 9:423–428.

Nida TY, Biros MH, Pheley AM, Bergman TA, Rockswold GL (1995). Effect of hypoxia
or hyperbaric oxygen on cerebral edema following moderate fluid percussion or
cortical im- pact injury in rats. J Neurotrauma 12:77–85.

Nishiura Y, Haapaniemi T, Dahlin LB (2001). Hyperbaric oxygen treatment has different


effects on nerve regeneration in acel- lular nerve and muscle grafts. J Peripher
Nerv Syst 6:73–78.

Nylander G, Nordström H, Eriksson E (1984). Effects of hyper- baric oxygen on oedema


formation after a scald burn. Burns 10:193–196.

26
Nylander G, Lewis D, Nordström H, Larsson J (1985). Reduc- tion of post-ischemic
edema with hyperbaric oxygen. Plast Reconstr Surg 76:596–601.

Nylander G, Nordström H, Lewis D, Larsson J (1987). Metabolic effects of hyperbaric


oxygen in postischemic muscle. J Plas- tic Reconstruct Surg 79:91–96.

Olsson Y (1966). Studies on vascular permeability in peripheral nerves. Distribution of


circulating fluorescent serum albumin in normal, crushed and sectioned rat sciatic
nerve. Acta Neu- ropathol 7:1–15.

Perry VH, Brown MC (1992). Macrophages and nerve regenera- tion. Curr Opin
Neurobiol 2:679–682.

Powell HC, Myers RR, Costello ML, Lampert PW (1979). Endo- neurial fluid pressure in
Wallerian degeneration. Ann Neurol 5:550–557.

Racˇic ́ G, Denoble PJ, Sprem N, Bojic ́ L, Bota B (1997). Hyper- baric oxygen as a
therapy of Bell’s palsy. Undersea Hyperb Med 24:35–38.

Rockswold SB, Rockswold GL, Vargo JM, Erickson CA, Sutton RL, Bergman TA, Biros
MH (2001). Effects of hyperbaric oxy- genation therapy on cerebral metabolism
and intracranial pressure in severely brain injured patients. J Neurosurg 94: 403–
411.

Santos PM (2000). A functional model system of a hypoxic nerve injury and its
evaluation. Laryngoscope 110:845–853.

Santos PM, Williams SL, Covey J (1995). Peroneal motor nerve crush injury and
hyperbaric oxygen effect. Laryngoscope 105:1061–1065.

Santos PM, Zamboni WA, Williams SL, Covey JF (1996). Hyperbaric oxygen treatment
after rat peroneal nerve transection and entubulation. Otolaryngol Head Neck Surg
114:424–434.

27
Schmelzer JD, Zochodne DW, Low PA (1989). Ischemic and reperfusion injury of rat
peripheral nerve. Proc Natl Acad Sci USA 86:1639–1642.

Schmid-Schonbein GW (1987). Capillary plugging by granulocytes and no-reflow


phenomenon in the microcirculation. Fed Proc 46:2397–2401.

Sketelj J, Bresjanac M, Popovic ́ M (1989). Rapid growth of regenerating axons across


the segment of sciatic nerve devoid of Schwann cells. J Neurol Res 24:153–162.

Strauss MB (1995). Crush injury and other acute traumatic peripheral ischemias. In:
Hyperbaric Medicine Practice. Kindwall EP (Ed). Best Publishing Company:
Flagstaff, Arizona, pp. 525–549.

Tanaka K, Zhang QL, Webster HD (1992). Myelinated fiber regen- eration after sciatic
nerve crush: morphometric observations in young adult and aging mice and the
effect of macrophage suppression and conditioning lesions. Exp Neurol 118:53–
61.

Thippeswamy T, Morris R (1997). Nerve growth factor inhibits the expression of nitric
oxide synthase in neurones in disso- ciated cultures of rat dorsal root ganglia.
Neurosci Lett 230: 9–12.

Thippeswamy T, Jain RK, Mumtaz N, Morris R (2001). Inhibition of neuronal nitric oxide
synthase results in neurodegenera- tive changes in the axotomised dorsal root
ganglion neu- rons: evidence for a neuroprotective role of nitric oxide in vivo.
Neurosci Res 40:37–44.

Verge VMK, Xu Z, Xu XJ, Wiesenfeld-Hallin Z, Hokfelt T (1992). Marked increase in


nitric oxide synthase mRNA in rat dorsal root ganglia after peripheral axotomy: in
situ hybridization and functional studies. Proc Natl Acad Sci USA 89:11617–
11621.

Woodhall B, Davis C (1950). Changes in the arteriae nervorum in peripheral nerve


injuries in man. J Neuropathol Exp Neurol 9:335–343.

28
Yeo JD (1984). The use of hyperbaric oxygen to modify the ef- fects of recent contusion
injury to the spinal cord. Cent Nerv Syst Trauma 1:161–165.

Yonehara N, Takemura M, Shigenaga Y (1997). Involvement of nitric oxide in re-


innervation of rat molar tooth pulp following transection of the inferior alveolar
nerve. Brain Res 757:31–36.

Young JZ, Medawar PB (1940). Fibrin suture of peripheral nerves. Measurement of the
rate of regeneration. Lancet 2: 126–128.

Zamboni WA, Roth AC, Russell RC, Graham B, Suchy H, Kucan JO (1993).
Morphologic analysis of the microcirculation dur- ing reperfusion of ischemic
skeletal muscle and the effect of hyperbaric oxygen. Plast Reconstr Surg 91:1110–
1123.

Zamboni WA, Brown RE, Roth AC, Mathur A, Stephenson LL (1995). Functional
evaluation of peripheral nerve repair and the effect of hyperbaric oxygen. J
Reconstr Microsurg 11: 27–29.

Zochodne DW, Misra M, Cheng C, Sun H (1997). Inhibition of nitric oxide synthase
enhances peripheral nerve regenera- tion in mice. Neurosci Lett 228:71–74.

Zochodne DW, Levy D, Cheng C, Sun H (1999). Impaired Walle- rian degeneration and
regeneration in mice lacking inducible nitric oxide synthase (iNOS). Can J Neurol Sci
26:S17–S18.

29

Anda mungkin juga menyukai