Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU NEUROLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Oktober 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PERIODIK PARALISIS HIPOKALEMIK

DISUSUN OLEH:
Muh. Arief Wahyu Adama
111 2020 2153

Dokter Pendidik Klinik :


dr. Erni Pancawati, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU NEUROLOGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu‘Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ka
runia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan kasus d
engan judul “Periodik Paralisis Hipokalemik” sebagai salah satu syarat menye
lesaikan tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Ked
okteran Universitas Muslim Indonesia.
Keberhasilan penyusunan Laporan Kasus ini adalah berkat bimbingan,
kerja sama, serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah dit
erima penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi dan penyusunan
Laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberi
kan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yan
g terhormat dr. Erni Pancawati, Sp. S. selaku pembimbing selama berada di
bagian Ilmu Penyakit Saraf.
Sebagai manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya akan keterbata
san baik dalam penguasaan ilmu, sehingga referat ini masih jauh dari kesem
purnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai piha
k sangat diharapkan demi penyempurnaan referat ini. Akhirnya penulis berha
rap referat ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Makassar, Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Periodik paralisis adalah suatu kondisi kelumpuhan atau kelemahan episodik,

reversibel, berhubungan dengan perubahan sementara pada kadar serum

kalium, biasanya hipokalemia tetapi kadang-kadang hiperkalemia. Paralisis

periodik hipokalemia (PPH) adalah kelainan yang ditandai kelemahan otot

akut karena hipokalemia yang terjadi secara episodik. Perkiraan prevalensi

paralisis periodik adalah 1 per 100.000.

Hipokalemia dapat timbul akibat kurangnya asupan kalium melalui makanan,

kehilangan kalium melalui gangguan saluran cerna atau kulit, atau akibat

redistribusi kalium ekstraselular ke dalam cairan intraselular. Kelemahan atau

paralisis otot pada PPH dapat bertahan berjam-jam hingga berhari-hari yang

berhubungan dengan hipokalemia (<2.5 mEq / L). Kelemahan otot yang

progresif terutama pada kelompok otot proksimal tungkai bawah. Serangan

akut terjadi berulang kali pada interval harian, mingguan atau bulanan dan

biasanya berlangsung beberapa jam dan kadang berhari- hari. Serangan

dapat terjadi secara spontan, tetapi juga sebagai respons dari pemicu seperti

makanan kaya karbohidrat, alkohol, dan istirahat setelah olahraga berat.

Serangan pertama biasanya terjadi antara usia 5 tahun dan 35 tahun, tetapi
frekuensi serangan paling tinggi antara usia 15 dan 35 tahun dan selanjutnya

menurun seiring bertambahnya usia.4


BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. X

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 15 tahun

Suku Bangsa :-

Alamat :-

ANAMNESIS

Keluhan Utama:

Kelemahan keempat anggota gerak dan keluhan tambahan: kaki kesemutan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang anak laki-laki usia 15 tahun,Berat badan: 59 kg, datang ke Instalasi

Gawat Darurat dengan kelemahan anggota gerak sejak 3 jam sebelum

masuk rumah sakit Kelemahan terjadi mendadak, semakin lama semakin

memberat, awalnya kelemahan dirasakan pada kedua anggota gerak bawah,

kemudian menjalar pada kedua anggota gerak atas. Sebelum keluhan,

pasien masih beraktivitas seperti biasa. Keluhan diawali dengan pegal-pegal

pada kaki, sewaktu ke toilet pada tengah malam. Keluhan ini disertai rasa
kesemutan. BAB dan BAK kesan normal. Pasien sudah pernah dirawat

dengan keluhan yang sama sebanyak 3 kali. Pasien tidak mengkonsumsi

obat selama kurang lebih 10 hari karena kehabisan obat dan tidak kontrol ke

poli. Demam, batuk, pilek, dan sesak napas disangkal. Riwayat penyakit dah

ulu:Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan keluhan yang sama sebanyak

3 kali perawatan dengan diagnosa paralisis periodik hipokalemia .Riwayat pe

nyakit keluarga:Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama den

gan pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Pernah dirawat dengan keluhan yang sama sebanyak 3 kali

- Riwayat penyakit gondok tidak ada.

- Riwayat demam sebelumnya tidak ada.

- Riwayat muntah dan diare sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan

Pasien saat ini sekolah kelas 1 SMK, aktif belajar dan memiliki banyak teman

seusia, prestasi belajar biasa


PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

  Keadaan umum : sakit sedang

  Kesadaran : GCS15 (E4M6V5)

  Tekanan darah : 110/70 mmHg

  Frekuensi nadi : 56 kali /menit

  Frekuensi nafas : 20 kali /menit

  Suhu : 36,8º C

Pemeriksaan Antropometri

 Berat Badan : 59 kg.

 Tinggi Badan : 168 cm.

 Lingkar Kepala : 54 cm.

 Lingkar Lengan Atas : 28 cm.

Status Internus

  Kulit : turgor kulit baik

  KGB : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher, aksila,

dan inguinal

  Kepala : normocephal

  Rambut : hitam, uban ada, tidak mudah patah dan dicabut

  Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


  THT : tidak ada kelainan

  Thoraks :

Paru : Inspeksi : normo chest, simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-

Jantung : Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : bunyi jantung I dan II (+), irama reguler, bising (-)

Abdomen : Inspeksi : perut tidak tampak membucit

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Korpus Vertebrae : Inspeksi : deformitas (-)

Palpasi : deformitas (-), massa (-)

Status Neurologikus

GCS: 15 (E4M5V6)

1. Tanda Rangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -

Brudzinski II : -

Tanda Kernig : -

2. Tanda Peningkatan Intrakranial

Pupil : Isokor,diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, gerak bola mata

bebas ke segala arah.

3. Pemeriksaan Nervus Cranialis

N.1 (Olfactorius)

Penciuman Kanan Kiri


Subjektif Baik Baik

N. II (Optikus)

Penglihatan Kanan Kiri


Tajam penglihatan Baik Baik
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik

N. III (Okulomotorius)

Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis - -
Gerak bulbus Bebas ke Bebas ke segala
segala arah arah
Strabismus - -
Nistagmus - -
Ekso/endopthalmus - -
Pupil
O Bentuk Bulat Bulat
O Reflek cahaya + +
o Reflek akomodasi + +
o Reflek konvergensi + +
N.IV (Trochlearis)

Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -

N.V (Trigeminus)

Kanan Kiri
Motorik
 Membuka mulut + +
 Menggerakkan rahang + +
 Menggigit + +
 Mengunyah + +
Sensorik
 Divisi oftalmika
o Reflek kornea + +
o Sensibilitas Baik Baik
 Divisi maksila
o Reflek masseter + +
o Sensibilitas Baik Baik
 Divisi mandibular
o Sensibilitas Baik Baik

N.VI (Abdusen)

Kanan Kiri
Gerakan mata ke medial bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia - -

N.VII (Facialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebral Normal Normal
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/ bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 belakang + +
Hiperakusis - -
Plika nasolabialis Normal Normal

N. VIII (Vestibularis)

Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik arloji + +
Rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Scwabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Memanjang
 Memendek
Nistagmus
 Pendular - -
 Vertikal - -
 Siklikal - -
Pengaruh posisi kepala - -

N. IX (Glossopharyngeus)

Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang + +
Reflek muntah (Gag reflek) + +
N.X (Vagus)

Arkus faring Simetris


Uvula Ditengah
Menelan Baik
Suara Normal
Nadi Reguler

N.XI (Asecorius)

Kanan Kiri
Menoleh ke kanan +
Menoleh ke kiri +
Mengangkat bahu kanan +
Mengangkat bahu kiri +
N. XII (Hipoglossus)

Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Normal Normal
Kedudukan lidah dijulurkan Normal Normal
Tremor - -
Fasikulasi - -
Atrofi - -

4. Pemeriksaan Koordinasi

Cara berjalan
Romberg test - -
Ataksia - -
Rebound phenomen - -
Test tumit lutut - -

5. Pemeriksaan Fungsi Motorik


A. Badan Respirasi Spontan
Duduk +
B. Berdiri dan Gerakan spontan Baik
berjalan
Tremor -
Atetosis -
Mioklonik -
khorea -
C. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri kanan Kiri
Gerakan (dengan Kurang Kurang Kurang Kurang
rangsang nyeri) aktif aktif aktif aktif
Kekuatan 333 333 222 222
Tropi Eutropi Eutropi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonu Eutonus Eutonus

6. Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas taktil +
Sensibilitas nyeri +
Sensibilitas termis +
Sensibilitas kortikal +
A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps + +
7. Sistem
Barbangkis Triseps + +
Laring KPR + +
Refleks
Masseter APR + +
Dinding perut Bulkokaver
nosus
 Atas Cremaster
 Tengah Sfingter
 Bawah
B. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Lengan Tungkai - -
Hofmann Tromner - - Babinski - -
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Scaeffer - -
Klonus
paha
Klonus
kaki
8. Fungsi Otonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik

9. Fungsi Luhur

Kesadaran CMC Tanda demensia


Reaksi bicara Baik Reflek glabela -
Fungsi intelek Baik Reflek snout -
Reaksi emosi Baik Reflek -
menghisap
Reflek -
memegang
Reflek -
palmomental -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi : Hemoglobin : 16,6 g/dl

Hematokrit : 34%

Leukosit : 8.10/mm3

Trombosit : 239.10/mm3

Kimia Klinik : K darah : 2,70 mmol/l

Na darah : 144 mmol/l

Cl darah : 110 mmol/l

Ureum : 25 mg/dl
Kreatinin : 0,70 mg/dl

Pemeriksaan Tambahan

EKG: Kesan: Jantung dalam batas normal

DIAGNOSIS

Diagnosis klinis : tetraparase e.c periodik paralisis

Diagnosis topik : ion channel gate

Diagnosis etiologi : hipokalemia

TATALAKSANA

KSR : 3 x 600 mg

Ca Laktat : 5 x 500 mg

Colcatriol : 1 x 0,25 mcg

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi

Hipokalemia periodik paralisis (HypoKPP) adalah salah satu bentuk

primer dari periodik paralisis, disebabkan oleh rendahnya kadar potassium


(kalium) (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan, disertai riwayat

episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal.1

3.2 Epidemiologi

Angka kejadian periodik paralisis adalah sekitar 1 diantara 100.000

orang, pria lebih sering dari wanita dan biasanya lebih berat. Usia terjadinya

serangan pertama kali bervariasi 4 dari 1-25 tahun, frekuensi serangan

terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan peningkatan

usia. Sejumlah penderita terserang setelah periode istirahat sehabis latihan

otot berat dan setelah bangun tidur pagi hari.1

3.3 Etiologi

Hipokalemia periodik paralise biasanya disebabkan oleh kelainan

genetik otosomal dominan. Hal lain yang dapat menyebabakan terjadinya

hipokalemia periodic paralise adalah tirotoksikosis. Makan karbohidrat terlalu

banyak mungkin merupakan salah satu faktor pendorong serangan, selain itu

obat tiroid, insulin, epinefrin, kortikotropin, dan kortikosteroid juga dapat

memicu timbulnya serangan.2

3.4 Gejala Klinis

Tanda awal serangan dapat berupa nyeri otot, sangat haus sebelum

terjadi kelemahan. Rasa lemah dimulai dari ektremitas bawah, diikuti dengan
anggota atas, badan dan leher. Otot respirasi jarang terlibat, jika ada maka

penderita bisa mengalami sesak nafas dan meninggal dunia. Pada

pemeriksaan dijumpai refleks fisiologis menurun atau hilang, sementara itu

sensasi kulit tetap normal.3

3.5 Diagnosis

Diagnosis didapatkan dari anamnesis seperti adanya riwayat pada

keluarga karena erat kaitannya dengan genetik serta gejala klinis seperti

yang tersebut di atas, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari

hasil pemeriksaan didapatkan leukositosis selama serangan, ekg dan

elektrolit serum menunjukkan tanda-tanda hipokalemia dan emg

memperlihatkan penurunan amplitudo unit motor potensial, dan potensial

polifasik meningkat jumlahnya serta kecepatan hantar saraf tepi dalam batas

normal.2,5

3.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Kadar K dalam serum.

2. Kadar K, Na, Cl dalam urin 24 jam.

3. Kadar Mg dalam serum.

4. Analisis gas darah.


5. Elektrokardiografi.6

3.7 Diagnosis Banding

1. Kehilangan K melalui ginjal.

a. Kalium dalam urin > 15 mEq/24 jam.

b. Ekskresi kalium disertai poliuria (obat-obat diuretik, diuretic osmotik).

2. Kehilangan K yang tidak melalui ginjal.

a. Kehilangan melalui saluran cerna (diare).

b. Kehlangan melalui keringat berlebihan.

c. Diet rendah kalium.

d. Muntah.

e. Perpindahan kalium ke dalam sel (alkalosis, insulin agonis beta, paralisis

periodik, leukemia).6,7

3.8 Terapi

Bila kadar K plasma sangat rendah, dapat langsung dikoreksi dengan

pemberian kalium secara intravena dengan kecepatan 10 – 20 mEq/jam.

Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama
pada pemberian secara intravena. Hindari diuretika golongan benzotiazida,

dan hindari diet karbohidrat tinggi.6

3.9 Komplikasi

· Arrhytmia.

· Kelemahan otot progresif.

3.10 Prognosa

Baik apabila penderita mengurangi faktor pencetus seperti mengurangi

asupan karbohidrat, hindari alcohol dll. Serta pengobatan yang teratur.8

BAB IV

KESIMPULAN
Berdasarkan literatur, pasien yang telah dilaporkan merupakan pasien

dengan tetraparese e.c periodik paralisis. Periodik paralisis dibagi menjadi 3

jenis, yaitu periodik paralisis hipokalemia, periodik paralisis hiperkalemia dan

periodik paralisis normokalemia. Periodik paralisis hipokalemia merupakan

jenis periodik paralisis yang paling sering ditemukan. Dibutuhkan pula

prosedur diagnostik dalam penegakan diagnosis, seperti pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain bila ada indikasi. Tata laksana

optimal merupakan prioritas utama pada kasus periodik paralisis untuk

mencegah outcome yang buruk. Prognosis periodik paralisis baik tergantung

pada tampilan klinis, ketepatan diagnosis dan waktu dimulainya intervensi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cannon SC. Channelopathies of skeletal muscle excitability. Compr Physiol.

2016;5(2):761−90

2. Price SA, Wilson LM, editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.
3. Kantola IM, Tarssanen LT. Diagnosis of familial hypokalaemic periodic

paralysis: role of the potassium exercise test. Neurology 2016; 42: 2158-62.

4. Ismy, J., 2020. Periodik paralisis hipokalemia pada anak usia 15. Jurnal

Kedokteran Syiah Kuala, 20(2).

5. Jeffrey M.Statland. Betrand Fontaine. Michael G.2017. Review of The

Diagnosis And Treatment of Periodic Paralysis. Muscle & Nerve. 523-530

6. Statland J. M, Fontaine B, Hanna M G, Johnson N E, Kissel J T, Sansone V

A, et al. Review of The Diagnosis and Treatment of Periodic Paralysis.

MUSCLE & NERVE. April 2018:522-530.

7. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7

8. Smith M,Citerio G, Kofke WA. Periodic paralysis. In: Latronica N, Fagoni N,

eds. Oxford textbook of neurocritical care. New York: Oxford University

Press; 2016: 291-299.

Anda mungkin juga menyukai