PEREKONOMIAN INDONESIA
INVESTASI
Disusun Oleh :
Kelompok 4
T. Maqmun Nazib (2102120124) (28)
Nayotama (2102120046) (12)
M. Ilham Syahputra (2102120127) (29)
Teuku Agassi Fuad (2102120149) (33)
Ahmad Ramadhan (2102120129) (30)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
BANDA ACEH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi pendeskripsian
menegnai Investasi yang diharapkan dapat memperjelas pembaca dalam
memahami konteks makalah ini. Atas terselesainya makalah ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Konsep Teoritis Investasi......................................................................3
2.1.1 Definisi, Jenis, dan Faktor yang Mempengaruhi Investasi.........3
2.1.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman
Modal Asing (PMA)...................................................................4
2.2 Potret Investasi di Indonesia.................................................................5
2.2.1 Analisis Total Investasi...............................................................6
2.2.2 Analisis Investasi atas Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN).......................................................................................7
2.2.3 Analisis Investasi atas Penanaman Modal Asing (PMA)...........8
2.2.4 Analisis Kuadran Investasi Provinsi di Indonesia Tahun 1998-
2014.............................................................................................10
2.3 Analisis Tren.........................................................................................11
2.3.1 Analisis Nilai PDMN dan PMA Pada Tahun 2045....................11
2.3.2 Analisis Nilai PMDN Tahun 2045..............................................12
2.3.3 Analisis PMA Tahun 2045..........................................................13
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi, jenis dan faktor yang mempengaruhi Investasi?
2. Apa konsep-konsep teoritis investasi?
3. Bagaimanakah potret investasi di Indonesia?
4. Apa yang dimaksud analisis tren?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, jenis dan faktor yang mempengaruhi investasi
2. Mengetahui mengenai konsep-konsep teoritis investasi
3. Mengetahui potret investasi di Indonesia
4. Mengetahui mengenai analisis tren
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal
Asing (PMA)
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam
modal untuk melakukan usahadi wilayah Indonesia atau penanaman modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan
Penanaman Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Indonesia oleh penanam modal asing sepenuhnya
maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Modal
asing dimasukkan dalam bentuk modal swasta atau modal negara. Menurut M.
L. Jhingan (2004:480-490) modal asing swasta/negara dibedakan menjadi
investasi langsung dan tidak langsung.
Investasi langsung berarti perusahaan dari negara penanam modal secara
the facto atau atau the jure melakukan pengawasan atas aset yang ditanamkan
di negera pengimpor modal dengan cara investtasi. Bentuk investasi langsung
adalah pembentukan cabang perusahaan di negara pengimpor modal,
pembentukan perusahaan di mana perusahaandari negara penanam modal
memiliki mayoritas saham, pembentukan perusahaan di negara pengimpor
yang sematamata dibiayai oleh perusahaan yang berlokasi di negera penanam
modal, pembentukan perusahaan di negara penanam modal untuk secara
khusus beriperasi di negara lain atau menaruh aset tetap di negara lain oleh
perusahan nasional.
Investasi tidak langsung atau disebut portofolio atau rentiler yang
sebagaian besar terdiri dari pengusaan atas saham yang dapat dipindahkan, dan
atas saham atau surat utang oleh wancanegara dari beberapa negara lain. Para
pemegang saham hanya mempunyai hak atas dividen saja.
Menurut pasal 3 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2007 bahwa penanaman modal
diselenggarakan berdasarkan azas: kepastian hukum, keterbukaam,
akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara,
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkunan,
kemandirian, keseimbangan kemajuan kesatuan ekonomi nasional.
4
Adapun tujuan penyelengggaraan penanaman modal menurut pasal 3
ayat 2 UU No. 25 Tahun 2007 adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknilogi nasional, mendorong
pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensioal menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam
maupun luar negeri serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Adapun
kebijakan dasar penanaman modal antara lain:
a. Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
1. Mendorong terciptakanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional.
2. Mempercepat peningkatan penanaman modal.
b. Dalam menetapkan kebijakan dasar dasar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), pemerintah:
1. Memberi perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
2. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha
bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan hingga
berkhirnya kegiatan peraturan perundang-undangan.
3. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberika perlindungan
kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
c. Kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diwujudkan dalam bentuk rencana umum penanaman modal.
5
Kecenderungan peningkatan bukan hanya dari masyarakat atau swasta, baik
PMDN dan PMA, namun oleh pemerintah juga.
2.2.1 Analisis Total Investasi
Potret perekonomian Indonesia ditinjau dari perthitungan Growth and
share Total Investasi Indonesia.
6
Di tahun 2005 pemerintahan SBY berusaha memperbaiki berbagai
kebijakan di bidang investasi,pasar kerja, harmoniassi peraturan perundang-
undang antara pusat dan daerah, perangkat organisasi daerah dan kualitas
aparatur pemda. Serta mengeluarkan ketentuan tentang penanaman modal.
Tahun 2007 persiden SBY mengeluarkan inpres yang menginstruksikan
percepatan pembangunan ekonomi dengan paket Kebijakan Perbaikan Iklim
Invessasi, yaitu pengembangan usaha khususnya UKM.
Penetapan UU Investasi Tahun 2007 menjadi daya tarik mendorong arus
masuk investasi asing langsung ke Indonesia. Namun investasi tahun 2008
menurun dari tahun 2007, penyebabnya karena adanya krisis global yang
mengguncang kawasan Eropa, khususnya Amerika. Terjadi penurunan jumlah
ekspor yang tinggi karena perusahaan AS melakukan politik banting harga.
2.2.2 Analisis Investasi atas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Potret perekonomian Indonesia ditinjau dari penanaman modal dalam
negeri (PMDN) berdasarkan analisis growth and share.
Growth Share
Tahun PMDN (Jutaan USD) Kuadran
(%) (%)
1998 60.199,80 - 5,89 III
1999 51.738,80 -14,05 5,06 III
2000 92.410,40 78,61 9,04 I
2001 61.953,20 -32,96 6,06 II
2002 25.307,60 -59,15 2,47 III
2003 48.487,70 91,59 4,74 IV
2004 36.782,20 -24,14 3,6 III
2005 50.577,40 37,51 4,95 IV
2006 20.788,40 -58,9 2,03 III
2007 34.878,70 67,78 3,41 IV
2008 20.363,20 -41,62 1,99 III
2009 37.798,90 85,62 3,7 IV
2010 60.626,50 60,39 5,93 IV
2011 76.001,60 25,36 7,43 I
2012 92.182,10 21,29 9,01 I
2013 128.150,59 39,02 12,53 I
2014 124.403,42 -2,92 12,16 II
Total 1.022.650,51 273,43 100
Rata 60.155,91 17,09 5,88
7
Kondisi penanaman modal dalam negeri mengalami penurunan sebesar -
14,05% karena terjadi krisis moneter, sehingga tahun 1999 hanya mampu
memberikan kontribusi sebesar 5,05% dan berada pada kuadran III yang
menggambarkan kondisi investasi pada tahu itu butuk. Selain itu yang
termasuk dalam kuadran III yaitu tahun 2002,2004,2006, dan 2008.
Tahun 2000, PMDN mengalami kenaikan sebesar 78,61% dan
memberikan kontribusi sebesar 9,04% karena banyaknya proyek yang disetujui
dan investor tertarik dalam bidang industri kimia, makanan, kertas, dan mineral
non logam. Kondisi ini menempatkan pada kuadran ke I yang menunjukkan
investasi pada saat itu sangat bailk.
Tahun 2001, PMDN mengalami penurunan karena pada tahun tersebut
mengalami pergantian presiden dari Presiden Abdurrahman Wahid ke Presiden
Megawati Soekarno Putri. Karena itulah fundamental ekonomi serta situasi
keamanan dan sosial politik belum kokoh dan belum kondisif.
Tahun 2014, terjadi penurunan sebesar -2,92% dan memberikan
kontribusi 12,16%. Hal ini terjadi karena defisit transaksi berjalan berjumlah
besar yang membuat kebijakan moneter dan kebijakan fiskal menjadi ketat,
sehingga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi terkendali.
Jadi, selama kurun waktu 1998 hingga 2014 PMDN dalam keadaan
terbaik berada pada tahun 2000 yang terletak pada kuadran I dan yang terburuk
terjadi pada tahun 2002.
Growth Share
Tahun PMDN (Jutaan USD) Kuadran
(%) (%)
1998 13.563,10 - 5,2 III
1999 10.518,40 -22,45 4,04 III
2000 15.167,50 44,2 5,82 I
2001 15.083,90 -0,55 5,79 II
2002 9.789,10 -35,1 3,76 III
8
2003 13.207,20 34,92 5,06 IV
2004 10.279,80 -22,17 3,94 III
2005 13.579,30 32,1 5,21 IV
2006 5.577,00 -55,98 2,29 III
2007 10.341,30 73,02 3,97 IV
2008 14.873,20 43,82 5,7 IV
2009 10.815,40 -27,28 4,15 III
2010 16.214,80 49,92 6,22 I
2011 19.474,60 20,1 7,47 I
2012 24.564,40 26,14 9,42 I
2013 28.617,55 16,5 10,98 I
2014 28.529,7 -0,03 10,94 II
Total 232.066,55 177,19 100
Rata 14.504,16 11,81 5,88
Kondisi PMA yang paling tinggi growth dan sharenya adalah tahun 2000,
2010,2011,2012, dan 2013 yang semuanya berada di kuadran I. Hal ini
menandakan tingkat investasi asing sangat tinggi karena berbagai negara
menyatakan minatnya meningkatkan investasi di Indonesia.
Lalu lintas investasi antarnegara berjalan pesat sejak dekade 1980 ketika
proyek perdagangan, keuangan dan investasi dilakukan sistematis. Tahun 2000
peran PMA sekitar 63% terhadap total investasi. Namun tahun 2010 peran
PMA melonjak menjadi 71%. Dengan kata sumbangan investasi domestik
(PMDN) kurang dari 30%. Jadi, konsep PMA sebagai pelengkap investasi
sudah tidak berlaku lagi karena saat ini justru PMA menjadi sumber utama
investasi nasional.
Kinerja penanaman modal yang kurang baik sejak 1996 telah
menyebabkan lambannya proses peulihan negara kita beberapa tahun setelah
krisis. Adapun kendala dan tantangan tersebut antara lain:
a. Persaingan kebijakan investasi yang dilakukan negara pesaing seperti
Tingkok, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
b. Rendahnya kepastian hukum
c. Lemahnya insentif investasi
d. Kualitas SDM yang rendah dan terbatasnya infrastruktur
e. Tidak adanya kebijakan yang jelas untuk mendrong pengalihan teknologi
dari PMA
9
f. Masih tingginya biaya ekonomim karena tingginya kasus korupsi,
keamanan dan penyalahgunaan wewenang.
g. Meningkatnya nilai tukar riil efektif rupiah
h. Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitasi.
Pemerintah mulai mengatasi tantangan diatas dnengan merestrukturisasi
lembaga pemerintahan, meningkatkan wfisiensi pelayanan ekspor-impor,
beserta dikeluarkannya berbagai paket insentif. Upaya pemerintah mulai
membuahkan hasil. Bidang investasi menonjol yang digeluti perusahaan PMA
adalah kegiatan industri logam dan mesin, percetakan, kendaraan bermotor,
tekstik, perdagangan dan perkebunan.
2.2.4 Analisis Kuadran Investasi Provinsi di Indonesia Tahun 1998-2014
Jumlah Investasi Share
Provinsi Kuadran
(Jutaan Rupiah) (%)
Aceh 5.110,30 3,27 I
Sumatera Utara 4.223,90 2,7 III
Sumatera Barat 4.251,1 0,27 III
Riau 7.707,60 4,94 I
Kep. Riau 28,5 0,02 III
Jambi 908 0,6 III
Sumatera Selatan 7.042,80 4,51 I
Kep. Bangka Belitung 615,5 0,4 III
Bengkulu 7,8 0,05 III
Lampung 3.495,70 2,24 III
DKI Jakarta 17.811,50 11,41 I
Jawa Barat 18.726,90 11,99 I
Banten 8.081,30 5,18 I
Jawa Tengah 13.601,60 8,71 I
DI Yogyakarta 703,9 0,45 III
Jawa timur 38.132,00 24,42 III
Bali 252,8 0,16 III
Nusa Tenggara Barat 212,5 0,14 III
Nusa Tenggara Timur 3,6 0,01 III
Kalimantan Barat 4.320,8 2,77 III
Kalimantan tengah 980,4 0,63 III
Kalimantan Selatan 2.616,5 1,68 III
Kalimantan Timur 12.859 8,24 III
Kalimantan Utara 642,8 0,41 III
Sulawesi Utara 83 0,05 III
Gorontalo 45,1 0,03 III
Sulawesi Tengah 95,8 0,06 III
10
Sulawesi Selatan 4.949,6 3,17 III
Slawesi Barat 690,1 0,44 III
Sulawesi Tenggara 1.249,9 0,8 III
Maluku Utara 156,3 0,1 III
Papua 249,9 0,16 III
Papua Barat 100 0,06 III
Total 156.126,50 100 III
Rata-rata 4.731,11 5,88 III
Kondisi investasi yang tinggi growth dan sharenya yang berada di posisi
kuadran I adalah Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
Riau memiliki potensi di sektor pertanian, industri, perkebunan,
pertambangan dan perikanan. Investasi di Jakarta berkembang karena letaknya
strategis serta merupakan ibukota sekaligus pusat pemerintahan. Sektor
investasi yang berpeluang besar adalah sektor keuangan, penyewaan,
perdangangan, hotel, restoran, serta sektor industri pengolahan.
Jawa barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.
Provinsi ini memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia
karena hampir 60% industri pengolahan di Indonesia berlokasi di Jawa barat.
Perkembangan investasi provinsi di Indonesia pasca krisis ekonomi
mengalami fluktuasi di masing-masing provinsi, namun provinsi di Pulau Jawa
umumnua mengalami perkembangan investasi dibandingkan dengan provinsi
lainnya.
11
Potret perekonomian Indonesia ditinjau dari perhitungan Realisasi PMDN
dan PMA.
Tahun t N PMDN dan PMA t2 Yt
(Jutaan USD) Y
1998 -15 1 73.762,90 225 -1.106.443,50
1999 -13 2 62.257,20 169 -809.343,60
2000 -11 3 107.577,90 121 -1.183.356,90
2001 -9 4 77.037,10 81 -693.333,90
2002 -7 5 35.096,70 49 -245.676,90
2003 -5 6 61.694,90 25 -308.474,50
2004 -3 7 47.062,00 9 -141.186,00
2005 -1 8 64.156,70 1 -64.156,70
2006 1 9 26.765,40 1 26.765,40
2007 3 10 45.220,00 9 135.660,00
2008 5 11 35.236,40 25 176.182,00
2009 7 12 48.614,30 49 340.300,10
2010 9 13 76.841,30 81 691.571,70
2011 11 14 95.476,20 121 1.050.238,20
2012 13 15 116.746,50 169 1.517.704,50
2013 15 16 156.768,13 225 2.351.521,97
2014 17 17 152.933,12 289 2.599.863,04
Total 17 153 1.283.246,75 1.649 4.333.834,91
Rata 1 9 75.485,10 97 255.166,76
a=
∑ Y = 1.283 .246 , 75 =75.485 , 10
n 17
b=
∑ Yt = 4.333 .834 , 91 =2.630 , 59
∑ t2 1.649
12
2.4.2 Analisis Nilai PMDN Tahun 2045
Potret perekonomian Indonesia ditinjau dari perhitungan Realisasi PMDN.
Tahun t N PMDN dan PMA (Jutaan t2 Yt
USD) Y
1998 -15 1 60.199,80 225 -902.997,00
1999 -13 2 51.738,80 169 -672.604,40
2000 -11 3 92.410,40 121 -1.016.514,40
2001 -9 4 61.953,20 81 -557.578,80
2002 -7 5 25.307,60 49 -177.153,20
2003 -5 6 48.487,70 25 -242.438,50
2004 -3 7 36.782,20 9 -110.346,60
2005 -1 8 50.577,40 1 -50.577,40
2006 1 9 20.788,40 1 20.788,40
2007 3 10 34.878,70 9 104.636,10
2008 5 11 20.363,20 25 101.816,00
2009 7 12 37.798,90 49 264.592,30
2010 9 13 60.626,50 81 545.638,50
2011 11 14 76.001,60 121 836.017,60
2012 13 15 92.182,10 169 1.198.367,30
2013 15 16 128.150,59 225 1.922.258,78
2014 17 17 124.403,42 289 2.114.858,31
Total 17 153 1.023.250,51 1.649 3.378.762,99
Rata 1 9 60.155,91 97 198.650,76
a=
∑ Y = 1.023 .250 , 51 =60.191 ,21
n 17
b=
∑ Yt = 3.378.762 , 99 =2.048 , 98
∑ t2 1.649
13
2.4.3. Analisis PMA Tahun 2045
Potret perekonomian Indonesia ditinjau dari perhitungan Realisasi PMA.
Tahun t N PMDN dan PMA t2 Yt
(Jutaan USD) Y
1998 -15 1 13.563,10 225 -203.446,50
1999 -13 2 10.518,40 169 -136.739,20
2000 -11 3 15.167,50 121 -166.842,50
2001 -9 4 15.083,90 81 -135.755,10
2002 -7 5 9.789,10 49 -68.523,70
2003 -5 6 13.207,20 25 -66.036,00
2004 -3 7 10.279,80 9 -30.839,40
2005 -1 8 13.579,30 1 -13.579,30
2006 1 9 5.977,00 1 5.977,00
2007 3 10 10.341,30 9 31.023,90
2008 5 11 14.873,20 25 74.366,00
2009 7 12 10.815,40 49 75.707,80
2010 9 13 16.214,80 81 145.933,20
2011 11 14 19.474,60 121 214.220,60
2012 13 15 24.564,40 169 319.337,20
2013 15 16 28.617,55 225 429.263,20
2014 17 17 28.529,70 289 485.004,90
Total 17 153 260.596,25 1.649 959.072,09
Rata 1 9 15.329,19 97 56.416,01
a=
∑ Y = 260.596 ,25 =15.329 , 19
n 17
b=
∑ Yt = 959.072 ,09 =705 ,20
∑ t2 1.360
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Maluya S.P. Hasibuan (1990:112) investasi merupakan alat untuk
mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di negara yang sedang berkembang,
sehingga investasi berperan sebagai sarana untuk menciptakan kesempatan kerja.
Sedangkan faktor yang menentukan tingkat investasi adalah tingkat keuntungan
yang diramalkan akan diperoleh, suku bunga, ramalan mengenai keadaan di masa
yang akan datang, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan
perubahannya, dan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Investasi juga dapat
digolongkan menjadi dua bentuk yaitu real asset dan financial asset.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah kegiatan menanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Sedangkan Penanaman
Modal Asing (PMA) adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Indonesia oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun yang
berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Adapun tujuan
penyelenggaraan penanaman modal adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional,
meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknilogi nasional, mendorong
pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensioal menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam
maupun luar negeri serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3.2 Saran
Dalam berinvestasi ada beberapa yang harus diingat bahwa selalu ada risiko
akan kehilangan modal. Oleh karena itu, perlu diketahui dengan benar aset-aset
15
yang cocok untuk kita pilih untuk berinvestasi sesuai kebutuhan kita dan juga
sebaiknya pemerintah tetap memantau dan mengawasi faktor faktor yang dapat
menyebabkan inflasi yang tinggi dan sebaiknya pemerintah menjaga tingkat
inflasi yang stabil seperti pada tahun 2013, agar investor tetap mau menanamkan
modalnya di Indonesia dan perkembangan ekonomi di Indonesia dapat terus
berkembang , masyarakat Indonesia dapat memenuhi konsumsi barang atau jasa
yang mereka perlukan, karena harga-harga barang atau jasa stabil dan tidak
mengalami peningkatan. Dengan begitu kesejahteraan masyarakat Indonesia akan
tercapai dan kemiskinan di Indonesia dapat berkurang.
16
DAFTAR PUSTAKA
17