Makalah Pertemuan Ke-1 Dasar-Dasar Mekanika Fluida (Chicha Novitasari)
Makalah Pertemuan Ke-1 Dasar-Dasar Mekanika Fluida (Chicha Novitasari)
PERTEMUAN KE - 1
“DASAR-DASAR MEKANIKA FLUIDA”
Disusun Oleh :
Chicha Novitasari
2019312003
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga selalu terbuka jalan untuk kita meraih apa yang kita cita-citakan. Shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai teladan dan guru besar bagi
seluruh umat manusia.
Kami sangat bersyukur atas selesainya makalah Mekanika Fluida yang berjudul “Dasar-
Dasar Mekanika Fluida". Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
Bapak Dr. Ir. Muhammad Bakrie, M.T. serta teman-teman yang turut membantu selesainya
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida serta sebagai
upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami materi mengenai Dasar-Dasar
Mekanika Fluida. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3
2.1. Definisi Fluida..............................................................................................................3
2.2. Mekanika Fluida dan Lingkup Penerapannya..............................................................6
2.3. Dimensi dan Satuan......................................................................................................11
2.4. Massa (m) dan Berat (w)..............................................................................................15
2.5. Skala Tekanan...............................................................................................................17
2.6. Suhu (Temperatur)........................................................................................................20
BAB III PENUTUP...........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
diharapkan adalah gaya lift positif, artinya gaya angkat positif. Sedangkan pada aplikasi
mobil balap, gaya lift yang diharapkan adalah gaya lift negatif agar mobil tetap melaju di
atas tanah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan (zat cair) atau gas. Susu, minyak pelumas,
dan air merupakan contoh dari zat cair. Semua zat cair tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat yang lain.
Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat mengalir dari satu satu
tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh udara yang berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Adapun perbedaan utama antara zat cair dan gas bersifat teknis,
yaitu berhubungan dengan akibat gaya kohesif. Karena terdiri atas molekul-molekul tetap
rapat dengan gaya kohesif yang relatif kuat, zat cair cenderung mempertahankan
volumenya dan akan membentuk permukaan bebas dalam medan gravitasi jika tidak
tertutup dari atas, aliran muka bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi. Sedangkan gas yang
mempunyai jarak antara molekul-molekulnya besar dan gaya kohesifnya terabaikan, akan
memuai dengan bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengungkungnya. Volume gas
tidak tentu (mengikuti volume wadahnya) dan jika tanpa wadah yang mengungkungnya,
gas itu akan membentuk atmosfer yang pada hakekatnya bersifat hidrostatik. Gas tidak
3
dapat membentuk permukaan bebas, karena itu aliran gas jarang dikaitkan dengan efek
gravitasi.
Berdasarkan bentuk hubungan antara besarnya tegangan geser yang bekerja dengan
laju perubahan bentuk yang terjadi, maka fluida dapat diklasifikasikan atas 2 bagian fluida
yaitu Fluida Newton (Newton Fluids) atau fluida bukan-Newton (Non-Newton Fluids).
Fluida yang mempunyai hubungan linear antara besarnya tegangan geser dengan laju
perubahan bentuk yang diakibatkan disebut fluida Newton. Fluida yang termasuk dalam
kelompok ini seperti air, udara dan gasolin pada kondisi normal. Sedangkan fluida bukan-
Newton adalah fluida yang mempunyai hubungan tidak linear antara besarnya tegangan
geser dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Contoh fluida ini adalah pasta gigi
dan cat minyak. Bidang yang mempelajari fluida bukan-Newton merupakan bagian dari
ilmu yang disebut Rheologi.
a. Fluida Viskoelastik, adalah salah satu tipe dari fluida non-Newtonian yang memiliki
sifat viskos (kental) dan elastis. Aplikasi dari fluida viskoelastis sangat penting
terutama pada industri pertahanan, pengeboran minyak, dan industri makanan,
sehingga banyak penelitian yang dilakukan tentang fluida viskoelastis.
b. Fluida Viskos Murni. Ini meliputi fluida-fluida Newton dan bukan-Newton dengan
tegangan geser yang hanya bergantung pada laju geseran dan tidak bergantung pada
waktu.
c. Fluida bergantung pada waktu. Fluida-fluida yang viskositasnya seolah semakin lama
makin berkurang meskipun laju geseran tetap disebut fluida Thiksotropik, sedangkan
yang viskositasnya seolah makin lama makin besar disebut fluida Rheopektik stik
maupun fluida viskos, misalnya tepung, ter dan beberapa polimer.
d. Sistem-sistem Rheologi yang lebih kompleks.
Di samping definisi di atas, ada pengertian yang lebih esensial yang harus dipahami
tentang fluida. Dalam pengertian ini, fluida didefinisikan sebagai zat yang akan bergerak
dan mengalami perubahan secara kontinyu jika dikenai tegangan geser atau shear stress (τ,
dibaca ‘tau’). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan struktur zat, atau deformasi.
4
Beberapa material seperti bahan dempul dan pasta gigi hanya akan bergerak/mengalir jika
tegangan geser dikenakan padanya mencapai nilai kritis tertentu. Pada zat padat, plastik
misalnya, jika dikenai tegangan atau tarikan maka ia akan mengalami peregangan
(memanjang). Jika tarikan tersebut dihilangkan maka plastik tersebut akan kembali ke
keadaan semula. Plastik tersebut tidak mengalami deformasi. Namun jika tegangan tarik
diperbesar sampai melewati batas kekuatan luluh atau yield strength-nya (σ yield), dan
kemudian tegangan tersebut dihilangkan sehingga plastik tersebut molor atau patah dan
tidak bisa kembali ke keadaan semula. Plastik tersebut dikatakan mengalami deformasi.
Plastik dan benda padat lain memerlukan gaya dalam jumlah tertentu untuk mengalami
deformasi. Gaya dengan jumlah tertentu untuk mendeformasi zat padat tersebut kita kenal
sebagai yield strength (σ yield; σ dibaca ‘sigma’). Fluida tidak memiliki batas tegangan
tersebut. Fluida mengalami deformasi yang terus menerus jika dikenai tegangan geser,
sekecil apapun tegangan geser tersebut. Definisi fluida dikaitkan dengan tegangan geser,
bukan jenis tegangan yang lain.
Tegangan geser atau shear stress adalah tegangan pada arah paralel atau tangensial
(menyinggung) sisi atau permukaan material; kebalikan dari tegangan normal yang tegak
lurus permukaan. Tegangan geser menyatakan gaya geser per satuan luas, dengan satuan N/
2
m . Rumus tegangan geser dinyatakan sebagai berikut.
F
τ=
A
Dimana,
F = Gaya geser (N)
A = Luasan yang paralel dengan gaya geser (m2)
Shear strength atau kekuatan geser adalah batas kekuatan suatu material untuk menerima
tegangan geser; mempunyai satuan yang sama dengan shear stress yaitu N/ m2. Istilah stress
(menggunakan simbol τ) digunakan untuk tegangan atau gaya yang bekerja pada luasan
tertentu, antara lain tensile stress (tegangan tarik), compressive stress (tegangan tekan), dan
shear stress. Sedangkan istilah strength (menggunakan simbol σ) digunakan untuk
5
menyatakan batas kekuatan material untuk menahan jenis beban atau gaya tertentu tanpa
mengalami deformasi permanen; misalnya yield strength (kekuatan luluh), tensile strength
(kekuatan tarik), fatigue strength (kekuatan lelah), dan compressive strength (kekuatan
tekan). Istilah-istilah tersebut digunakan dalam kaitan dengan kekuatan material (strength
of material).
6
benda-benda terapung atau melayang. Sejak awal Masehi hingga zaman Renaissance terus-
menerus terjadi perbaikan dalam rancangan sistem-sistem aliran seperti : kapal, saluran,
dan talang air. Akan tetapi tidak ada bukti-bukti adanya perbaikan yang mendasar dalam
analisis alirannya. Akhirnya kemudian Leonardo da Vinci (1452-1519) menjabarkan
persamaan kekekalan massa dalam aliran tunak satu-dimensi. Leonardo da Vinci adalah
ahli ekspremen yang ulung, dan catatannya berisi deskripsi mengenai gelombang, jet atau
semburan, loncatan hidraulik, pembentukan pusaran dan rancangan-rancangan seretan-
rendah (bergaris-alir) serta seretan-tinggi (parasut). Galileo (1564-1642) memperkenalkan
beberapa hukum tentang ilmu mekanika. Seorang Perancis Edme Moriotte (1642-1684)
membangun terowongan angin yang pertama dan menguji model-model di dalam
eksperimennya.
Soal-soal yang berkaitan permasalahan momentum fluida akhirnya dapat dianalisis
oleh Isaac Newton (1642-1727) setelah memperkenalkan hukum-hukum gerak dan hukum
kekentalan untuk fluida linear yang sekarang dinamakan fluida Newton. Teori itu mula-
mula didasarkan pada asumsi fluida ideal (sempurna) dan tanpa gesekan. Para ahli
matematikawan abad ke-18 seperti: Daniel Bernoulli dan Leonhard Euler (Swiss), Clairaut
dan D’Alembert (Perancis), Joseph-Louis Lagrange (1736-1813), Pierre-Simon, Laplace
(1749-1827), dan Gerstner (1756-1832), mulai mengembangkan ilmu matematika untuk
mekanika fluida (Hidrodinamika) dan banyak menghasilkan penyelesaian dari soal-soal
aliran tanpa gesekan, sedangkan Euler mengembangkan persamaan gerak diferensial dan
bentuk integralnya yang sekarang disebut persamaan Bernoulli. D’Alembert menggunakan
persamaan ini untuk menampilkan paradoksnya bahwa suatu benda yang terbenam di
dalam fluida tanpa gesekan mempunyai seretan nol, sedangkan Gerstner memakai
persamaan Bernoulli untuk menganalisis gelombang permukaan.
Hasil-hasil ini merupakan suatu hal yang berlebihan, karena asumsi fluida sempurna
dalam praktek hanya mempunyai penerapan yang sangat terbatas dan kebanyakan aliran di
bidang teknik sangat dipengaruhi oleh efek kekentalan. Para ahli teknik mulai menolak
teori yang sama sekali tidak realistik dan mulai mengembangkan hidraulika yang bertumpu
pada ekperimen. Ahli-ahli eksperimen seperti Pitot, Chezy, Borda, Bossut, Coulomb (1736-
7
1806), Weber (1804-1891), Francis (1815-1892), Russel (1808-1882), Hagen (1797-1889),
Frenchman Poiseuille (1799-1869), Frenchman Darcy (1803-1858), Manning (1816-1897),
Bazin (1829-1917) dan Saxon Weisbach (18061871) banyak menghasilkan data tentang
beraneka ragam aliran seperti saluran terbuka, hambatan kapal, aliran melalui pipa,
gelombang, dan turbin.
Pada akhir abad ke-19 hidraulika eksperimental dan hidrodinamika teoritis mulai
dipadukan. William Froude (1810-1879) dan putranya, Robert (1842-1924)
mengembangkan hukum-hukum pengujian model, Lord Rayleigh (1842-1919)
mengusulkan metode analisis dimensional, N.P. Petrov (1836-1920) yang menyelidiki
aplikasi teori Newton tentang gesekan dalam fluida, sehingga dianggap sebagai penemu
teori pelumas mesin (lubrication), dan Osborne Reynolds (1842-1912) memperkenalkan
bilangan Reynolds tidak berdimensi yang diambil dari namanya sendiri. Sementara itu,
sejak Navier (1785-1836) dan Stokes (1819-1903) menambahkan suku-suku kental newton
pada persamaan gerak dan dikenal dengan persamaan Navier-Stoke, namun belum dapat
digunakan untuk aliran sembarang. Selanjutnya, pada tahun 1904 setelah seorang insinyur
Jerman Ludwig Prandtl (1875-1953) menerbitkan makalah paling penting di bidang
mekanika fluida yaitu bahwa aliran fluida yang kekentalannya rendah seperti aliran air atau
aliran udara dapat dipilah menjadi suatu lapisan kental (lapisan batas) di dekat permukaan
zat padat dan antar muka serta lapisan luar yang hampir encer memenuhi persamaan Euler
dan Bernoulli. Teori lapis batas ternyata merupakan salah satu alat yang paling penting
dalam analisis-analisis aliran modern disamping teori yang dikembangkan oleh Theodore
von Karman (1881-1963) dan Sir Geofrey I. Taylor (1886-1975).
Perkembangan ilmu mekanika fluida dewasa ini sangat dipercepat dengan
perkembangan metode pengukuran/instrumentasi yang didukung dengan perkembangan
komputer, baik dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak (software). Selain ilu,
perkembangan metode komputasi flluida sangat membantu untuk menganalisa hasil-hasil
eksperimen di laboratorium.
8
c. Ruang Lingkup Mekanika Fluida
Ruang lingkup mekanika fluida sangatlah luas cakupannya dalam kehidupan sehari-
hari dan menyentuh hampir segala segi kehidupan manusia. Hal tersebut dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari, dimana banyak sekali kita jumpai hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan mekanika fluida. Pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori dan
prinsip dasar mekanika fluida adalah sangat penting dalam menganalisa dan merancang
suatu sistem dimana fluida sebagai medium kerjanya.
Berikut beberapa contoh penggunaan atau penerapan dari mekanika fluida antara lain
adalah pada :
1) Pemindahan fluida (fluid tranport), dari suatu tempat ke tempat yang lain. Contohnya:
- Pasokan air minum
- Pasokan gas alam
- Pemipaan zat-zat kimia pada pabrik kimia
Untuk keperluan ini peralatan yang diperlukan antara lain : pompa, kompresor, pipa-
pipa, katub (valve), dan lain-lain.
9
4) Transportasi
Perencanaan semua peralatan transportasi baik di darat, laut, maupun udara
menggunakan prinsip-prinsip mekanika fluida, yaitu terbentuknya garis alir (stream
line) sedemikian rupa sehingga gaya yang berlawanan arah dengan arah gerakan
kendaraan (drag) yang diminimalkan. Pada transportasi air (laut), gaya apung (buoyant
force) harus diperhitungkan sebaik mungkin supaya kendaraan stabil dan tidak
tenggelam. Pada tranportasi udara (pesawat terbang), konstruksi pesawat dan profil dari
aerofoil harus direncanakan untuk mendapatkan gaya angkat (lift) yang memadai agar
pesawat tidak jatuh. Sedangkan tempat-tempat pendaratan atau tempat lepas landas (run
way) pesawat terbang harus mempunyai panjang minimum agar pesawat dapat
mendarat atau lepas landas dengan baik dan aman. Selain itu, kendaraan-kendaraan
bermotor harus didesain secara aerodinamis agar daya hambatnya kecil, hemat bahan
bakar dan mempunyai mutu estetika.
Disamping hal-hal diatas, masih banyak lagi penerapan dari prinsip-prinsip mekanika
fluida dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam dunia industri maupun dalam rumah
tangga. Dalam bidang keteknikan misalnya sistem-sistem pelumas, sistem pemanas dan
pengkondisian udara untuk gedung-gedung, terowongan bawah tanah dan sistem
perpipaannya merupakan contoh-contoh permasalahan teknik yang memerlukan
pengetahuan mekanika fluida. Disamping itu, segala masalah angkutan (pesawat terbang,
kapal laut, automobil dan kereta api) terkait dengan gerak fluida atau prinsip-prinsip
mekanika fluida. Demikian halnya dalam perancangan mesin fluida seperti pompa,
kompressor, turbin, kipas-kipas angin atau blower, kesemuanya memerlukan pengetahuan
mekanika fluida. Bahkan pakar fisiologi pun berkepentingan dengan mekanika fluida. Hal
tersebut dapat diketahui bahwa jantung adalah sebuah pompa yang mendorong sebuah
fluida (darah) melalui sebuah sistem pipa (pembuluh-pembuluh darah). Jadi sesungguhnya
kita selalu berurusan dengan fluida baik yang diam maupun yang bergerak.
10
2.3 Dimensi dan Satuan
Dimensi adalah ukuran yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif
suatu variabel fisik. Sedangkan satuan adalah cara untuk mengaitkan suatu angka atau
jumlah kepada dimensi kuantitatif. Dengan pengertian tersebut, panjang adalah dimensi
dari variabel-variabel seperti jarak, panjang langkah, lebar, ketinggian, diameter, defleksi,
dan lain-lain, sedangkan meter atau feet merupakan satuan untuk menyatakan dimensi
panjang tersebut. Untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau variabel secara terukur, kita
membutuhkan suatu ukuran kuantitatif untuk keadaan tersebut. Angka-angka dalam
matematika bersifat abstrak, dan belum mempunyai makna fisik sebelum angka itu
dilengkapi dengan ukuran kuantitatif dan satuannya. 5+5 = 10, adalah pernyataan
matematika yang abstrak, namun jika kita mengatakan bahwa 5+5 = 10 adalah pernyataan
untuk dimensi panjang, makna fisik dari angka tersebut baru terdefinisi dengan nyata. Jika
kita menggunakan ‘meter’ sebagai satuan dalam perhitungan di atas berarti kita telah
memilih salah satu standar sistem satuan atau cara untuk menyatakan dimensi kuantitatif
panjang tersebut.
Sistem satuan senantiasa berbeda-beda dari satu negara ke negara lain, walaupun
kesepakatan Internasional telah tercapai. Para ahli teknik memerlukan bilangan dan oleh
karena itu juga ia memerlukan sistem satuan. Angka-angka ini harus teliti, sebab
keselamatan umum dipertaruhkan. Kita tidak mungkin merancang dan membangun sistem
pemipaan yang garis tengahnya D dan panjangnya L. Dalam membicarakan sifat fluida,
melakukan pengukuran dan perhitungan diperlukan satuan. Ada bermacam-macam sistem
satuan yang dapat digolongkan dalam dua kelompok utama, yaitu :
1. Kelompok sistem satuan Metrik.
2. Kelompok sistem satuan Inggris.
Tiap kelompok sistem satuan tersebut menggunakan dimensi dasar. Dimensi dasar yang
digunakan dalam mekanika fluida adalah panjang (L), massa (M), waktu (T), temperatur
atau suhu (teta), dan gaya (F). Dari dimensi-dimensi dasar tersebut dapat diturunkan
menjadi berbagai dimensi atau besaran untuk memenuhi keperluan ilmu teknik, dan disebut
11
besaran turunan (derived dimension), misalnya : kecepatan, percepatan, volume, kerapatan,
dan lain-lain. Hubungan antara dimensi dasar ini dapat diturunkan dari hukum-hukum
fisika yang ada, misalnya dari hukum Newton II, yang menyatakan bahwa gaya sebanding
dengan massa kali percepatan, F = m.a, dan sebagai persamaan, faktor kesebandingan k
harus digunakan sehingga diperoleh persamaan :
F=k m.a atau F = m.a/gc dengan gc = 1 / K
Harga 1/k atau gc bergantung pada sistem satuan yang digunakan sehingga menghasilkan
harga gaya yang benar dari perkalian antara massa dan percepatan. Dari persamaan Newton
II di atas, diperoleh hubungan antara gaya, massa dan percepatan dalam setiap sistem
satuan.
Satuan dan besaran-besaran tersebut tergantung dari sistem yang digunakan. Ada
beberapa sistem yang digunakan dalam ilmu-ilmu teknik, yaitu :
1) BG (British Gravitational) atau USC (US Customary) atau sistem British/Inggris
2) SI (System Internationale)
3) US Inconsistent
4) Metric, cgs
5) Metric, mks
Perhatikan satuan dari besaran-besaran pokok dalam berbagai sistem satuan berikut.
Tabel 2.1. Besaran Pokok dan Satuannya Dalam Berbagai Sistem Satuan
12
Dalam sistem satuan Internasional (Systeme International d’unites) SI, satuan massa
dalam kilogram (kg), panjang dalam meter (m), waktu dalam detik (det.) dan temperatur
dalam Kelvin (K), sedangkan gaya sebagai satuan turunan dinyatakan dalam Newton (N)
dapat didefinisikan dari persamaan Newton, yaitu :
Dalam sistem satuan Metrik Absolut atau metrik cgs, satuan massa, panjang, waktu dan
temperatur berturut-turut dinyatakan dalam gram (g), centimeter (cm), detik (det) dan
Kelvin (K). sedangkan gaya (F) sebagai satuan turunan dinyatakan dalam dyne dan
didefinisikan sebagai berikut.
Sistem satuan Internasional, SI telah banyak dipakai oleh hampir seluruh negara di
dunia. Namun dalam beberapa negara seperti Inggris dan Amerika masih menggunakan
Sistem Satuan Inggris. Sistem satuan ini meliputi :
1. Sistem Satuan Grafitasi Inggris (British Gravitational), BG atau disebut juga Sistem
Inggris Teknik (Technical English System) dan di Amerika disebut juga Sistem
Lazim Amerika Serikat (U.S. Customary System), USC.
2. Sistem Satuan Inggris Engineering (English Engineering).
3. Sistem Inggris Absolut (English Absolute).
Satuan dari sistem-sistem satuan yang telah disebutkan diatas dapat dilihat dalam Tabel
2.2. Dan besaran-besaran turunan yang penting dalam mekanika fluida beserta dimensinya
disajikan dalam Tabel 2.3. Dalam sistem satuan SI, kelipatan dan sub kelipatan dalam
pangkat 10 ditunjukkan dengan awalan, yang juga disingkat. Awalan-awalan yang lazim
ditunjukkan dalam Tabel 2.4. di halaman berikut ini.
13
Tabel 2.2. Sistem Satuan
14
Tabel 2.4. Awalan Untuk Pangkat 10 Dalam Sistem Satuan SI
No Kelipatan Awalan SI Singkatan
1. 10⁹ Giga G
2. 10⁶ Mega M
3. 10³ Kilo k
−2
4. 10 Centi c
−3
5. 10 Mili m
−6
6. 10 Mikro
−9
7. 10 Nano n
−12
8. 10 Piko p
15
Keterangan :
F = Gaya (Newton atau kg.m/s²)
a = Percepatan gravitasi (m/s²)
b. Berat (w)
Berat adalah besaran yang menunjukkan ukuran percepatan gravitasi yang
mempengaruhi massa benda. Berat suatu benda dapat berubah-ubah tergantung pada
percepatan gravitasi di lingkungan beradanya benda tersebut. Berat dapat dihitung dengan
mengalikan massa suatu benda dengan percepatan gravitasi di tempat tersebut.
Untuk menghitung berat dapat menggunakan rumus sebagai berikut.
m w
w= atau g =
g m
Keterangan :
w = Berat benda (Newton)
m = Massa benda (Kg)
g = Percepatan gravitasi (m/s² atau N/kg)
16
2.5 Skala Tekanan
Tekanan (pressure) adalah gaya yang bekerja per satuan luas, maka tekanan
didefinisikan sebagai besarnya gaya untuk tiap satuan luas. Dengan demikian satuan
tekanan identik dengan satuan tegangan (stress). Dalam konsep ini tekanan didefinisikan
sebagai gaya yang diberikan oleh fluida pada tempat yang mewadahinya. Secara umum
tekanan dapat dihitung secara matematis dengan rumus berikut.
F
P=
A
Dimana :
P = Tekanan (Pascal)
F = Gaya yang bekerja (Newton)
A = Luas Permukaan ( m²)
Tekanan dapat dihubungkan dengan suhu dan volume, sebagaimana kita ketahui
persamaan Boyle-Gay Lussac berikut.
P. V = T
Jika volume dianggap tetap dan tekanan meningkat maka suhu pun akan naik.
17
Dengan Patm adalah tekanan atmosfer yang bekerja pada permukaan zat cair, yang pada
permukaan laut bernilai 1,01×10⁵ Pa.
b. Tekanan Relatif
Tekanan relatif atau tekanan terukur adalah tekanan yang diukur berdasarkan tekanan
atmosfer (di atas atau bawah tekanan atmosfir). Jadi tekanan relatif adalah selisih antara
tekanan absolute dengan tekanan atmosfer (1 atmosfer = 760 mmHg = 14.7 psia). Tekanan
ini bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfir. Tekanan relatif dari zat cair yang
berhubungan dengan udara luar (atmosfir) bertekanan “nol” sehingga tekanan relatif adalah
positif bila lebih besar dari tekanan atmosfir dan negatif apabila lebih kecil. Tekanan relatif
biasa disebut “relative pressure/gage pressure".
c. Tekanan Hampa
Vacum pressure (tekanan hampa) adalah tekanan yang lebih rendah dari tekanan
atmosfer. Keadaan vakum sempurna berkaitan dengan tekanan nol absolut (zero absolut
pressure). Harga dari tekanan absolut adalah positif semuanya, sedangkan harga negatif
akan menyatakan kondisi peregangan (tension) yang dalam hal ini tidak mungkin terjadi
bagi suatu zat atau fluida.
d. Tekanan Differential
Differential pressure (tekanan differential) adalah tekanan yang diukur terhadap tekanan
yang lain.
18
f. Tekanan Atmosfer Lokal
Tekanan atmosfer lokal (Local atmospheric pressure) adalah tekanan yang diukur pada
tempat tertentu, tergantung tinggi dan keadaan tempat. Tekanan ini dapat diukur dengan
barometer air raksa.
Oleh karena itu satuan yang dipakai untuk tekanan merupakan hasil bagi antara satuan
gaya dan satuan luas, misalnya kg/cm², lb/inch² yang biasanya disingkat psi (pound/square
inch) dan lain-lain.
Beberapa satuan tekanan yang umum dipakai, yaitu :
1 atm (atmosfer) = 14,696 psi = 1,01325 x (Pa) = 760 mmHg
1 Pa (paskal) = 1 (N/m²)
1 Torr = 1 mmHg
1 Bar = Pa
19
Contoh :
Tekanan atm local = 720 mmHg
Tekanan gage = 100 mmHg
Maka tekanan abs = 820 mmHg
20
Adapun satuan temperatur yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah °C
dan °F. Keduanya memiliki hubungan sebagai berikut.
9
°F = (°C) + 32
5
5
°C = (°C - 32)
9
Sedangkan di dalam perhitungan-perhitungan teknik, yang digunakan adalah temperatur
absolut, yaitu Kelvin (K) untuk satuan sistem SI, dan derajat Rankin (°R) untuk satuan
sistem BG.
°R = °F + 460
K = °C + 273
Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau
hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat
mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan
termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata
yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).
Suhu yang kita ukur dapat dinyatakan dalam suatu skala pengukuran. Setiap negara
menggunakan skala pengukuran suhu yang berbeda-beda, tetapi hasil pengukuran suhu
tetap dinyatakan dalam derajat. Skala pengukuran suhu yang telah dikenal ada empat, yaitu
sebagai berikut.
1) Skala Celcius
Skala Celcius ini dikemukakan oleh Anders Celcius, seorang astronom Swedia.
Anders Celcius pertama kali mempresentasikan tentang skala Celcius yang
dirumuskannya pada 1742, dalam publikasinya “the origin of the Celsius temperature
scale”. Skala Celcius ditetapkan berdasarkan titik lebur es dan titik didih air pada
tekanan 1 atmosfer (atm) yang di desain agar titik beku jatuh pada suhu 0°C dan titik
didih air pada 100°C. Titik lebur es digunakan sebagai titik tetap bawah dan titik didih
air digunakan sebagai titik tetap atas. Es yang digunakan untuk menetapkan titik tetap
21
bawah skala Celcius haruslah es murni. Jika es tidak berasal dari air murni, titik
leburnya bisa lebih rendah daripada seharusnya. Skala pengukuran suhu dengan skala
Celcius dinyatakan dalam derajat Celcius yang dilambangkan dengan °C. Skala Celcius
merupakan skala pengukuran yang biasa digunakan di Indonesia.
2) Skala Kelvin
Skala Kelvin dikemukakan oleh Lord Kelvin, seorang ilmuwan fisika yang berasal
dari negara Inggris. Dengan meneliti energi kinetik suatu partikel yang dihubungkan
dengan kenaikan suhu, Kelvin menemukan bahwa pada suhu -273°C, partikel berhenti
bergerak. Akibatnya, tidak ada lagi suhu yang dapat diukur karena energi kinetik
partikel sama dengan nol. Sehingga penemuan angka ini menjadi dasar angka untuk
kelvin yakni 273 K di mana air mengalami pembekuan dan pada suhu 373 K air
mengalami pendidihan. Jadi, dalam penulisan konversinya hanya perlu di tambah
dengan temperatur kelvin yang berjumlah 273 dari temperatur Celcius yang telah
terkondisi. Berdasarkan penemuan ini, Kelvin mengusulkan adanya nol mutlak, yaitu
suhu terendah yang mungkin dapat dimiliki oleh sebuah benda. Pengukuran suhu yang
menggunakan skala pengukuran Kelvin dinyatakan dalam derajat Kelvin dengan
lambang K.
3) Skala Fahrenheit
Skala Fahrenheit dikemukakan oleh seorang ilmuwan dari Jerman bernama Gabriel
Fahrenheit. Skala pengukuran Fahrenheit dinyatakan dalam derajat Fahrenheit yang
dilambangkan dengan °F. Skala fahrenheit ini lebih akurat dibandingkan dengan skala
celcius maupun reamur dikarenakan rentang dari satuan skalanya yang cukup banyak
antara (212-32) sehingga untuk perubahan suhu yang kecil dapat terukur. Walaupun
memiliki titik keakurasian yang tinggi tetapi bila terjadi pengkonversian kepada
temperatur lain maka dapat dihasilkan nilai yang tidak stabil terhadap temperatur yang
dituju maupun dari berbagai macam temperatur menuju ke Fahrenheit. Akan tetapi
sama halnya dengan skala Celcius, skala Fahrenheit juga menggunakan titik lebur es
22
untuk titik tetap bawah dan titik didih air untuk titik tetap atas. Bedanya, pada skala
Fahrenheit, titik lebur es diberi angka 32°F dan titik didih air diberi angka 212°F. Skala
Fahrenheit biasa digunakan di negara Amerika Serikat dan eropa.
4) Skala Reamur
Skala Reamur dikemukakan oleh Rene Antoine Ferchault de Reaumur, seorang
ilmuwan dari Prancis, pada tahun 1731. Titik beku air pada skala Reamur sama dengan
skala Celcius, yaitu 0 (nol) derajat. Namun, titik didih air diberi angka 80 derajat.
Dengan demikian, 1°R sama dengan 1,25°C atau K. Rentang yang didapat dari
termometer reamur ialah hanya 80, sehingga untuk keakuratan terhadap perubahan suhu
yang kecil kurang dapat terukur dengan baik. Termometer skala Reamur pertama kali
dibuat menggunakan cairan alkohol. Dulunya, alat ini banyak digunakan di negara-
negara Eropa, terutama di Jerman dan Prancis. Sekarang, termometer Reamur telah
digantikan oleh termometer Celcius sehingga termometer Reamur relatif jarang
ditemukan, kecuali di industri permen dan keju.
5) Skala Rankine
Skala Rankine adalah skala suhu termodinamis yang dinamai menurut insinyur
Skotlandia William John Macquorn Rankine, yang mengusulkannya pada tahun 1859.
Lambangnya adalah °R (atau °Ra untuk membedakannya dari Rømer dan Reamur).
Seperti skala Kelvin, titik nol pada skala Rankine adalah nol absolut, tapi satu derajat
Rankine didefinisikan sama dengan satu derajat Fahrenheit yaitu 459.67 °R sama
dengan 0 °F.
23
Berikut keuntungan dan kerugian dari beberapa skala termometer.
1. Celcius, Kelvin, dan Reamur
- Mudah dalam mengkonversikan ke skala suhu lainnya
- Untuk keakurasian skala kurang dapat menghitung perubahan suhu kecil.
2. Fahrenheit dan Rankine
- Dapat menampilkan satuan yang banyak sehingga keakuratan terhadap perubahahan
suhu yang kecil cukup efisien.
- Dapat menentukan titik suhu zero absulute, dimana semua fase berubah menjadi
100% padat.
- Dalam mengkonversikan nilai skalanya, agak sedikit rumit karena dapat dihasilkan
nilai desimal.
- Umumnya untuk termometer rankine dan fahrenheit digunakan pada waktu
melakukan pengukuran penting terhadap pekerjaan.
24
BAB III
PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
26