Tugas Faridnan-Ketut (Filsuf Ionia)
Tugas Faridnan-Ketut (Filsuf Ionia)
FARIDNAN / D10223037
KETUT SUARAYASA/ D10223039
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa masalah yang perlu dicarikan jawaban
berdasarkan pandangan filsuf ionia, yakni :
1. Bagaimana para filsuf Ionia memandang pergulatan “kekuasaan” tersebut ?
2. Bagaimana para filsuf Ionia memandang keadilan ?
3. Bagaimana implementasi pandangan filsup Ionia tersebut dimasa sekarang ?
PEMBAHASAN
Lahirnya Filsuf Ionia
Hukum sebagai tatanan kekuatan, merupakan teori dari barisan para filsuf pertama Yunani
sebelum abad ke-6 Masehi. Generasi filsuf ini dikenal sebagai filsuf Ionia, seperti
Anaximander, lhales, Heraklitus, dan Empedocles (4). Sebagai generasi filsuf awal, mereka
sangat lekat dengan kosmologi alamiah dan mistis. Kosmologi alamiah melahirkan pandangan
bahwa kekuatan merupakan inti tatanan alam. Manusia sebagai bagian dari alam, tidak lepas
dari kodrat yang tersebut. Bahkan manusia mewarisi sifat bawaan yang cenderung liar,
menerima kekejaman, dan siap menghadapi nasib yang ditimpakan oleh hidup sebagaimana
apa adanya. Sedangkan mistis melahirkan konsepsi tentang kesatuan alam dan manusia.
Karena itu, apapun yang dibuat manusia (termasuk hukum), harus mencerminkan dan searah
dengan tatanan alam (3).
Jadi teori filsuf Ionia mengenai hukum sebagai kekuatan, benar- benar merupakan strategi
“tertib hidup” dari manusia zaman itu yang memilih adaptasi terhadap alam. Sesuai tingkat
peradaban masa itu, maka alam dijadikan sebagai titik-tolak analisis. Ketika itu, alam dipahami
sebagai jagad penuh kuasa yang hanya tersusun dari benda-benda materi (manusia juga
dianggap benda materi). Karena bangunan benda-benda materi belaka, maka tidak dikenal
adanya tatanan moral sebagai panduan kehidupan. Karena tidak ada tatanan moral, maka
praktis alam dikuasai oleh “logika” dasarnya, yakni kekuatan. Dalam logika kekuatan itulah,
manusia sebagai bagian dari alam menjalankan kehidupan ragawinya sehari-hari. Di sinilah
'hukum survive' berlaku, yakni ada atau lenyap.
KESIMPULAN
1. Hukum sebagai tatanan kekuatan, merupakan teori dari barisan para filsuf pertama Yunani
sebelum abad ke-6 Masehi. Generasi filsuf ini dikenal sebagai filsuf Ionia, seperti
Anaximander, lhales, Heraklitus, dan Empedocles;
2. Bagi filsuf Ionia, hukum tidak lebih dan tidak kurang adalah persoalan mengenai bagaimana
manusia bisa ada, dan tetap ada (survive). Persoalan paling pokok dalam hidup manusia
sebenarnya amat sederhana : "ada'' atau "lenyap";
3. Keadilan dalam perspektif filsup Ionia adalah ketika manusia memiliki kebebasan untuk
mengejar kepentingannya. Menurut filsuf Ionia, keadilan-lah (dan bukan kasih) yang harus
menjadi prinsip dalam hubungan antar manusia;
4. Dimasa sekarang, “hukum survive” masih berlaku meskipun dalam wajah dan bentuk yang
berbeda. Pengelompokan siswa cerdas dalam sebuah kelas, penerimaan siswa atau
mahasiswa berdasarkan hasil ujian, kekuatan pemilik modal yang bisa menaklukkan
penguasa, serta kondisi lainnya merupakan contoh bahwa hukum survive masih tetap ada.
REFERENSI
1. Rasyidin A, Mardianto. Buku FILSAFAT ILMU.pdf. 2019.
2. Nawawi N. Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat. Vol. 53, Journal of Chemical
Information and Modeling. 2017. 1689–1699 p.
3. A. Heris. Teori Filsuf Ionia : Hukum Itu Tatanan Kekuatan. 2001. 16–24 p.
4. Wirawan, I Ketut. Atmadja, I Dewa Gede. Ariani, I Gusti Ayu Agung. Kartika, I Gusti
Ayu Putri. Purwanto, I Wayan Novy. Yuwono. Suhirman. Bagiastra, I Nyoman.
Danyathi, Ayu Putu Laksmi. Yustiawan, Dewa Gede Pradnya. Yogantara, Pande.
Mayasari IDAD. Buku Ajar Pengantar Filsafat Hukum. 2016;137.
5. PANDANGAN_FILSUF_TERHADAP_PERKEMBANGAN_H.
6. Kamarusdiana. Buku filsafat hukum.pdf [Internet]. 2018. p. 165. Available from:
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47077/1/BUKU
FILSAFAT HUKUM.pdf