Dosen Pengampu
Oleh:
SARANG REMBANG
2022/2023
A. Hakikat Penelitian Semiotika al-Qur’an
Semiotika merupakan suatu kajian ilmu yang mengkaji tanda. Dalam kajian semiotika
menganggap bahwa fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-
tanda, semiotik itu mempelajari sistem sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang
memungkikan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Kajian semiotika berada pada dua
paradigma yakni paradigma konstruktif dan paradigma kritis. Secara etimologis semiotik berasal
dari kata Yunani simeon yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh
kebudayaan sebagai tanda. mengartikan semiotik sebagai “ ilmu tanda (sign) dan segala yang
berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.
Pateda mengungkapkan sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yaitu :
a. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan
bahwa semiotik berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
Ide dapat dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat
dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.
b. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan
turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika ombak
memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun, dengan
majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Semiotik faunal (Zoo Semiotik), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk
berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat
ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek – kotek
menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ia takuti. Tanda – tanda yang
dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam bidang
semiotik faunal.
d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku
dalma kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial
memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati.
Budaya yang terdapat dalam masyakarat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan
tanda – tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.
e. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan (Folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada
diantaranya memiliki nilai kultural tinggi.
f. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon –
pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia,
misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa
manusia telah merusak alam.
g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh
manusia yang berwujud norma – norma, misalnya rambu – rambu lalu lintas. Di ruang
kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang
berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri
berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem
tanda yang terdapat dalam bahasa.
i. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.1
1
Alwan husni ramdani, “analisis semiotika foto bencana kabut asap”(skripsi universitaspendidikan indonesia
2016)1:14.
2
Abdul Wadud Kasyful Humam, “semiotika dan relevansinya dengan kajian al-qur’an”, AL-ITQAN, 1(tb,2018) 24-
25.
1. Medan Wacana (field of discourse): menunjuk pada hal yang terjadi : apa yang
dijadikan wacana oleh pelaku mengenai sesuatu yang sedang terjadi dilapangan
peristiwa.
2. Pelibat wacana (tenor of discourse): menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan
dalam teks (berita); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peran mereka.
3. Sarana Wacana (mode of discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan oleh
bahasa : bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk
menggambarkan medan (situasi) dan pelibat orang-orang yang dikutif); apakah
menggunakan bahasa yang diperhalus atau hiperbolik, eufemistik atau vulgar.
Langkah-Langkah Penelitian Semiotika Berikut ini langkah-langkah umum yang bisa
dijadikan pedoman Penelitian Semiotika / semiotik khususnya dalam kajian Ilmu
Komunikasi :
a. Mencari topik yang menarik untuk di jadikan bahan penelitian
b. Buat pertanyaan penelitian yang menarik (mengapa, bagaimana, dimana, apa)
c. Tentukan alasan /rationale dari penelitian anda?
d. Rumuskan penelitian anda dengan mempertimbangkan tiga langkah sebelumnya (topik,
tujuan, dan rationale)
e. Tentukan metode pengolahan data (kualitatif/semiotika)
f. Klasifikasi data : 1. Identifikasi teks; 2. Berikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan
perlu diidentifikasi; 3. Tentukan pola semiosis yang umum dengan mempertimbangkan
hierarki maupun sekuennya atau, pola sintagmatik dan paradigmatik; 4. Tentukan kekhasan
wacananya dengan mempertimbangkan elemen semiotika yang ada.3
3
.Semiotika-Pertemuan-14.pdf (esaunggul.ac.id)(diakses pada tanggal 17 mei 2023)
4
.al-Quran kemenag
Tanda aḥada ‘asyara kaukabā merupakan simbol dari sebelas saudara Nabi Yusuf, al- qamar simbol
Ya’qub, ayah Nabi Yusuf, sedangkan al-sayms adalah simbol ibu Nabi Yusuf. Sementara itu, al-sājidīn
adalah simbol ketundukan orang-orang tersebut kepada beliau. Hubungan antara penanda dan makna
dihasilkan sesuai dengan faktor kemiripan atau properti. Hubungan ini merupakan hubungan yang
ikonik. Sebelas bintang dimaknai saudara saudara Yusuf, karena memiliki kesamaan properti dalam
jumlah bilangan. Matahari merupakan benda yang selalu memberikan kehangatan, kehidupan, dan
menyinari bumi. Begitu pula Ya’qub, selalu memberikan kehangatan dan kasih sayang seolah matahari
menyinari bumi. Bulan benda langit terlihat indah di malam hari dan memancarkan kelembutan. Itulah
gambaran seorang ibu. Penggunaan simbol sebelas bintang, matahari, dan bulan juga memiliki
pembacaan semiotik lain. Semua tanda tersebut adalah benda-benda langit yang sangat tinggi. Tanda-
tanda itu merupakan simbol dari sesuatu “tinggi” yang bersujud kepada Yusuf. Hal ini bermakna
tingginya derajat dan kedudukan yang akan diperoleh Yusuf, sehingga membuat benda-benda langit
bersujud kepadanya, sebagai bentuk gambaran ketinggian dan kemuliaan yang diraih oleh Yusuf. 5
5
Abdul Wadud Kasyful Humam, “semiotika dan relevansinya dengan kajian al-qur’an”, AL-ITQAN, 1(tb,2018) 26.
DAFTAR PUSTAKA
al-Quran kemenag
Alwan husni ramdani, “analisis semiotika foto bencana kabut asap”(skripsi universitaspendidikan
indonesia 2016)1:14.
Abdul Wadud Kasyful Humam, “semiotika dan relevansinya dengan kajian al-qur’an”, AL-ITQAN, 1(tb,2018) 24-25.
.Semiotika-Pertemuan-14.pdf (esaunggul.ac.id)(diakses pada tanggal 17 mei 2023)