Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas metodologi penelitian al-qur-an dan tafsir

Dosen Pengampu

Ahmad Mushonif Alfi, M.Ag

Oleh:

Zacky Mohammad Abid Al-azizi : 2020.01.01.1808

Ghufron A bdul Jami : 2020.01.01.1643

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-ANWAR

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SARANG REMBANG

2022/2023
A. Hakikat Penelitian Semiotika al-Qur’an
Semiotika merupakan suatu kajian ilmu yang mengkaji tanda. Dalam kajian semiotika
menganggap bahwa fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-
tanda, semiotik itu mempelajari sistem sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang
memungkikan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Kajian semiotika berada pada dua
paradigma yakni paradigma konstruktif dan paradigma kritis. Secara etimologis semiotik berasal
dari kata Yunani simeon yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh
kebudayaan sebagai tanda. mengartikan semiotik sebagai “ ilmu tanda (sign) dan segala yang
berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”.
Pateda mengungkapkan sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yaitu :
a. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan
bahwa semiotik berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna.
Ide dapat dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat
dalam lambang yang mengacu kepada objek tertentu.
b. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi akan
turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika ombak
memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun, dengan
majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Semiotik faunal (Zoo Semiotik), yakni semiotik yang khusus memperhatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk
berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat
ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek – kotek
menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ia takuti. Tanda – tanda yang
dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam bidang
semiotik faunal.
d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku
dalma kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk sosial
memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan dihormati.
Budaya yang terdapat dalam masyakarat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan
tanda – tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.
e. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud
mitos dan cerita lisan (Folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita lisan, ada
diantaranya memiliki nilai kultural tinggi.
f. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon –
pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia,
misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia bahwa
manusia telah merusak alam.
g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat oleh
manusia yang berwujud norma – norma, misalnya rambu – rambu lalu lintas. Di ruang
kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang
berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku Halliday (1978) itu sendiri
berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem
tanda yang terdapat dalam bahasa.
i. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.1

B. Tujuan Penelitian Semiotika al-Qur’an


Dengan pertimbangan bahwa Al-Qur’an terdiri dari rangkaian huruf- huruf Arab serta
tersusun dalam untaian kata- kata dan kalimat, merupakan media tempat carut marutnya tanda-
tanda, maka salah satu pendekatan yang agaknya menarik dan relevan adalah pendekatan
semiotik yang mengkaji bagaimana cara kerja dan fungsi tanda- tanda dalam teks Al-Qur’an.
Semiotika merupakan displin ilmu yang mengkaji tanda-tanda, yaitu tanda-tanda yang terdapat di
dalam masyarakat. Sementara itu, Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa sebagai
media merupakan lahan subur bagi kajian semiotika. Dalam Al-Qur’an, terdapat tanda -
tanda yang memiliki arti, yang dapat dikaji dengan menggunkan semiotika. Al-Qur’an
memiliki satuan-satuan dasar yang dinamakan ayat (sign). Tanda dalam Al-Qur’an tidak hanya
bagian-bagian kecil dari unsur-unsurnya, seperti kalimat, kata atau huruf, tetapi totalitas struktur
yang menghubungkan masing-masing unsur termasuk dalam kategori tanda Al-Qur’an. Hal
ini menunjukkan bahwa seluruh wujud Al-Qur’an adalah serangkaian tanda - tanda yang
memiliki arti.2

C. Metodologi Metodis Penelitian Semiotika al-Qur’an


Metodologi yang digunakan dalam analisis semiotika adalah interpretatif. Secara
metodologis, kritisme yang terkandung dalam teori-teori interpretatif -utamanya hermeneutika-
menyebabkan cara berpikir mazhab kritis (Frankfrut School) terbawa juga dalam kajian semiotik
ini. Sesuai dengan paradigma kritis, analisis semiotik bersifat kualitatif. Jenis penelitian ini
memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interprestasiinterprestasi alternatif. Seperti halnya
dalam analisis wacana, pada umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diualas dalam analisis
/ metode semiotika. Pertama, masalah makna. Bagaimana orang memahami pesan? Informasi
apa yang dikandung dalam stuktur sebuah pesan? Kedua, masalah tindakan atau pengetahuan
tentang bagaimana memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi, yang
menggambarkan bagaimana membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal dan dapat
dimengerti. Dalam semiotika sosial, ada tiga unsur yang menjadi pusat perhatian penafsiran teks
secara kontekstual, yaitu :

1
Alwan husni ramdani, “analisis semiotika foto bencana kabut asap”(skripsi universitaspendidikan indonesia
2016)1:14.
2
Abdul Wadud Kasyful Humam, “semiotika dan relevansinya dengan kajian al-qur’an”, AL-ITQAN, 1(tb,2018) 24-
25.
1. Medan Wacana (field of discourse): menunjuk pada hal yang terjadi : apa yang
dijadikan wacana oleh pelaku mengenai sesuatu yang sedang terjadi dilapangan
peristiwa.
2. Pelibat wacana (tenor of discourse): menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan
dalam teks (berita); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peran mereka.
3. Sarana Wacana (mode of discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan oleh
bahasa : bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya bahasa untuk
menggambarkan medan (situasi) dan pelibat orang-orang yang dikutif); apakah
menggunakan bahasa yang diperhalus atau hiperbolik, eufemistik atau vulgar.
Langkah-Langkah Penelitian Semiotika Berikut ini langkah-langkah umum yang bisa
dijadikan pedoman Penelitian Semiotika / semiotik khususnya dalam kajian Ilmu
Komunikasi :
a. Mencari topik yang menarik untuk di jadikan bahan penelitian
b. Buat pertanyaan penelitian yang menarik (mengapa, bagaimana, dimana, apa)
c. Tentukan alasan /rationale dari penelitian anda?
d. Rumuskan penelitian anda dengan mempertimbangkan tiga langkah sebelumnya (topik,
tujuan, dan rationale)
e. Tentukan metode pengolahan data (kualitatif/semiotika)
f. Klasifikasi data : 1. Identifikasi teks; 2. Berikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan
perlu diidentifikasi; 3. Tentukan pola semiosis yang umum dengan mempertimbangkan
hierarki maupun sekuennya atau, pola sintagmatik dan paradigmatik; 4. Tentukan kekhasan
wacananya dengan mempertimbangkan elemen semiotika yang ada.3

D. Contoh Penelitian Semiotika al-Qur’an

adalah kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf ayat 4

‫ِب ِه ٰٓي ِت ِا‬ ‫ِا‬


‫ْذ َقاَل ُيْو ُس ُف َاِل ْي َاَب ْيِّن َر َاْيُت َاَح َد َعَش َر َك ْو َك ًبا َّو الَّش ْم َس َو اْلَق َمَر َر َاْيُتُه ْم ْيِل‬
‫ٰس ِج ِد‬4
‫ْيَن‬
Kata “Yusuf” pada permulaan cerita merupakan tanda penting yang mengacu pada tokoh central
cerita. Beliau adalah tokoh protagois yang menjadi tokoh utama dan melakukan hubungan dengan tokoh-
tokoh lain. Sementara itu, mimpi mengenai sebelas bintang, matahari dan bulan yang bersujud pada
Yusuf merupakan simbol tertentu. Mimpi Nabi Yusuf tentang aḥada ‘asyara kaukabā, al-syams, al-qamar
dan al-sājidīn merupakan tanda-tanda yang mengacu pada sebelas bintang, matahari, bulan, dan aktifitas
sujud dalam pengertian denotatif. Nabi Ya’qub mempunyai dua istri; Leah dan Rachel dan dua orang
gundik; Bilhah dan Zilpah. Empat perempuan ini melahirkan anak-anak Ya’qub sebanyak 12 anak, yaitu:
Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Issachar, Zebulun, Yusuf, Benyamin, Dan, Naphtali, Gad dan Asher.

3
.Semiotika-Pertemuan-14.pdf (esaunggul.ac.id)(diakses pada tanggal 17 mei 2023)
4
.al-Quran kemenag
Tanda aḥada ‘asyara kaukabā merupakan simbol dari sebelas saudara Nabi Yusuf, al- qamar simbol
Ya’qub, ayah Nabi Yusuf, sedangkan al-sayms adalah simbol ibu Nabi Yusuf. Sementara itu, al-sājidīn
adalah simbol ketundukan orang-orang tersebut kepada beliau. Hubungan antara penanda dan makna
dihasilkan sesuai dengan faktor kemiripan atau properti. Hubungan ini merupakan hubungan yang
ikonik. Sebelas bintang dimaknai saudara saudara Yusuf, karena memiliki kesamaan properti dalam
jumlah bilangan. Matahari merupakan benda yang selalu memberikan kehangatan, kehidupan, dan
menyinari bumi. Begitu pula Ya’qub, selalu memberikan kehangatan dan kasih sayang seolah matahari
menyinari bumi. Bulan benda langit terlihat indah di malam hari dan memancarkan kelembutan. Itulah
gambaran seorang ibu. Penggunaan simbol sebelas bintang, matahari, dan bulan juga memiliki
pembacaan semiotik lain. Semua tanda tersebut adalah benda-benda langit yang sangat tinggi. Tanda-
tanda itu merupakan simbol dari sesuatu “tinggi” yang bersujud kepada Yusuf. Hal ini bermakna
tingginya derajat dan kedudukan yang akan diperoleh Yusuf, sehingga membuat benda-benda langit
bersujud kepadanya, sebagai bentuk gambaran ketinggian dan kemuliaan yang diraih oleh Yusuf. 5

5
Abdul Wadud Kasyful Humam, “semiotika dan relevansinya dengan kajian al-qur’an”, AL-ITQAN, 1(tb,2018) 26.
DAFTAR PUSTAKA

al-Quran kemenag

Alwan husni ramdani, “analisis semiotika foto bencana kabut asap”(skripsi universitaspendidikan
indonesia 2016)1:14.

Abdul Wadud Kasyful Humam, “semiotika dan relevansinya dengan kajian al-qur’an”, AL-ITQAN, 1(tb,2018) 24-25.
.Semiotika-Pertemuan-14.pdf (esaunggul.ac.id)(diakses pada tanggal 17 mei 2023)

Anda mungkin juga menyukai