Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PIDANA ISLAM DI DUNIA ISLAM

“PEMBERLAKUAN HUKUM PIDANA ISLAM DI IRAK”

Kelompok 1

Arrazaq Alif : 1421039

Zelfani Zaskia Reginal : 1421040

Tasya Khairani : 1421046

Kartika Sri Alfatihah : 1421056

Dosen Pengampu:

Dr. Dahyul Daipon, M.Ag

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM – B

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunian-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas makalah pada
mata kuliah “Hukum Pidana Islam Di Dunia Islam” dengan judul “Pemberlakuan Hukum
Pidana Islam Di Irak”. Serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW atas petunjuk risalahnya, yang telah membawa perubahan dari zaman kegelapan ke
zaman terang benderang.

Tujuan dari makalah ini adalah memenuhi tanggung jawab untuk menyelesaikam
tugas penjelasan sebuah materi yang diberikan oleh Bapak Dr. Dahyul Daipon, M.Ag, pada
mata kuliah hukum pidana islam di dunia islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dahyul Daipon, M.Ag, selaku
dosen hukum pidana islam di dunia islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan penulis selaku mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Demikian
yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Di akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada anda semua yang telah berperan di
dalam meyusun karya ilmiah ini dari awal sampai selesai. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan apa yang baik untuk segala usaha kita. Aamiin.

Kubang Putiah, 2 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Irak resmi masuk kewilyah pemerintahan Islam sejak abad pertama Hijriyah,
yai Hijriyah atau 641 Masehi, ketika khalifah Umar melakukan ekspedisi militer ke Irak4
yang dipimpin Syurahbil Ibnu Hasanah dan Sa’ad bin Abi Waqash pada tahun 14 Hatau
tahun 635 M. Setelah fath Irak yang dilakukan Umar, orang Arab yang mengetahui
kekayaan Irak berlimpah ruah, mereka berbondong-bondong pindah ke Irak. Sebelum ma
berpuluh-puluh tahun sebelumnya sudah ada orang Arab dari suku Bakr dan Rubai’ah
yang membangun kepemerintahan atau ‘imarah munadzarah. Suku Bakr inilah yang
membangun kota Basrah dan Kufah pada masa Umar bin al-Khattab.

Pindahnya orang Arab ke Irak membawa budaya yang berbeda, yaitu fanatisme
kesukuan dan kebangsawanan mulai tampak dalam kehidupan bermasrakat. Hal ini
terbukti dengan adanya kota Basrah dan Kufah yang dirancang dalam bentuk kekuasaan.
Misalnya mereka membagi negarenjadi dua bagaian, yakni bagian timur dan bagian
barat. Semakin menguatnya fanatisme dalam kehidupan mereka, hingga akhirnya sifat
fanaitik mereka semakin kuat terlebih mereka bangga dengan kota mereka masing-
masing (Kufah dan basrah). Hingga akhirnya, orang-orang yang berdiam di Kufah
mengejek atas kekurangan dan kelemahan kota lain dan begitupun sebaliknya. Hal ini
juga berdampak pada khazanah keilmuan di masing-masing kota, dimana mereka sama-
sama meningkatkan kelemahan bidang keilmuan masing-masing.

Dengan hal ini Irak merupakan negara majemuk yang beragam latar belakang
masyarakatnya. Pada saat itu, Irak menjadi pusat peradaban keilmuan dan kebudayaan.
Tidak hanya itu, Irak juga menyumbang sejarah besar dalam Islam. Dimana terjadinya
perang Jamal dan perang Shiffin terjadi di negeri ini, selain itu terbunuhnya cucu Nabi
Saw, Husein bin Ali juga terjadi di negara Irak.8 Pergulatan di iarak makin menjadi saat
persoalan teologi mulai menjadi perbincangan serius, dimana banyak pemalsu hadis
demi melancarkan politiknya, klaim untuk memajukan kelompoknya dengan jargon
keagamaan pun dilakukan serta meng-klaim bahwa kelompoknya adalah kelompok yang
paling benar ketimbang yang lainnya. Dari hal ini, sebutan dar al-dlarb (tempat produksi
hadis palsu) yang diucapkan oleh imam Malik untuk menjuluki kota Kufah.

B. Rumusan Masalah
1. Negara irak dan peradaban islam dalam menggiring lahirnya ahl-ra’yu?
2. Pemberlakuan pidana islam di irak?
3. Contoh pemberlakuan hukum islam di irak?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui negara irak dan peradapan islam dalam menggiring lahirnya ahl-ra’yu.
2. Mengetahui pemberlakuan pidana islam di irak.
3. Mengetahui contoh permberlakuan hukum islam di irak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Negara Irak dan Peradaban Islam Dalam Menggiring Lahirnya Ahl-ra’yu
Irak merupakan negara dengan peradaban Islam dapat dikata pesat, selain hal
tersebut negara Irak dalam buku-buku sejarah peradaban Islam serta sejarahpemikiran
Islam memiliki kontribusi yang sangat banyak utamanya dalam hal perkembangan
hukum Islam. Berdasar letak geografisnya, irak terletak di daerah selatan lembah Dajlah
dari Furat (Eufrat). Yakni merupakan sebuah daerah yang sangat subur dengan air yang
bersih, dengan suhu udara tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Tergolong pada
kategori yang maju dalam hal budaya dan bangunan fisik. Selama 30 abad sebelum
masehi, terdapat beberapa bangsa yang mendirikan mamalik (kerajaan) di negara
tersebut. Diantaranya, Babilonia, Asyur, Kaldani, Persi, Arab dan Yunani. Kemajuan
peradaban Irak merupakan mercusuar yang menyinari negara-negara sekitar.
Negara Irak sendiri, resmi masuk kewilyahpemerintahan Islam sejak abad pertama
Hijriyah, yaitu sekitar tahun 19 Hijriyahatau 641 Masehi, ketika khalifah Umar
melakukan ekspedisi militer ke Irak4 yang dipimpin Syurahbil Ibnu Hasanah dan Sa’ad
bin Abi Waqash pada tahun 14 Hatau tahun 635 M. Setelah fath Irak yang dilakukan
Umar, orang Arab yang mengetahui kekayaan Irak berlimpah ruah, mereka berbondong-
bondong pindah ke Irak. Sebelum migrasi itu dilakukan, sebenarnya berpuluh-puluh
tahun sebelumnya sudah ada orang Arab dari suku Bakr dan Rubai’ah yang membangun
kepemerintahan atau ‘imarah munadzarah. Suku Bakr inilah yang membangun kota
Basrah dan Kufah pada masa Umar bin al-Khattab.1
Pindahnya orang Arab ke Irak membawa budaya yang berbeda, yaitu fanatisme
kesukuan dan kebangsawanan mulai tampak dalam kehidupan bermasrakat. Hal ini
terbukti dengan adanya kota Basrah dan Kufah yang dirancang dalam bentuk kekuasaan.
Misalnya mereka membagi negara kufah menjadi dua bagaian, yakni bagian timur dan
bagian barat. Semakin menguatnya fanatisme dalam kehidupan mereka, hingga akhirnya
sifat fanaitik mereka semakin kuat terlebih mereka bangga dengan kota mereka masing-
masing (Kufah dan basrah). Hingga akhirnya, orang-orang yang berdiam di Kufah
mengejek atas kekurangan dan kelemahan kota lain dan begitupun sebaliknya. Hal ini
juga berdampak pada khazanah keilmuan di masing-masing kota, dimana mereka sama-
sama meningkatkan kelemahan bidang keilmuan masing-masing.
Dengan hal ini Irak merupakan negara majemuk yang beragam latar belakang

1
Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: al-Haiah al-Mishriyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1996), hal
284-285.
masyarakatnya. Pada saat itu, Irak menjadi pusat peradaban keilmuan dan kebudayaan.
Tidak hanya itu, Irak juga menyumbang sejarah besar dalam Islam. Dimana terjadinya
perang Jamal dan perang Shiffin terjadi di negeri ini, selain itu terbunuhnya cucu Nabi
Saw, Husein bin Ali juga terjadi di negara Irak.8 Pergulatan di iarak makin menjadi saat
persoalan teologi mulai menjadi perbincangan serius, dimana banyak pemalsu hadis
demi melancarkan politiknya, klaim untuk memajukan kelompoknya dengan jargon
keagamaan pun dilakukan serta meng-klaim bahwa kelompoknya adalah kelompok yang
paling benar ketimbang yang lainnya. Dari hal ini, sebutan dar al-dlarb (tempat produksi
hadis palsu) yang diucapkan oleh imam Malik untuk menjuluki kota Kufah.
Dari sekian banyaknya hadis palsu yang beredar, limitasi fuqaha dalam
meriwayatkan hadis serta memperketat syarat dalam menerima hadis, hal ini demi
membendung merebabnya hadis palsu. Dengan hal ini dalam sejarah tercatat bahwa di
Irak para fuqaha jarang berfatwa bertendensi atas hadis yang lebih mereka gunakan
adalah ra’yu (rasio), oleh karenanya di kenal dengan sebutan ahl al-ra’yu. 2
Madzhab al-ra’yu dipelopori oleh Ibrahim bin Yazid al-Nakh’i, seorang ahli fiqh di
Irak yang merupakan guru dari Hammad bin Abi Sulaiman yang kemudian banyak
mewariskan ilmu fiqh rasionalis kepada imam Abu Hanifah atau yang pengikutnya kita
kenal dengan madzhab Hanafi Konstribusi Irak dalam peradaban Islam semakin
berkembang pesat tepatnya pada saat berdirinyadua dinasti besar di Irak. Yaitu pertama,
dinasti Umayyah I yang dipimpin oleh 14 generasi ke- khalifahan, yang kemudian
kekuasaanya tumbang oleh kekuatan dinasti Abbasiyah. Kedua, Ke-khalifahan dinasti
Abbasiyah bertahan hingga 37 generasi, kepemimpinan Abbasiyah ini sangat
berpengaruh baik di negara Irak itusendiri dan di luar Irak. Perkembangan ini bisa dilihat
dari beberapa hal, seperti administrasi negara, lembaga-lembaga pendidikan, seni ukir
dan tulisan, militer,perekonomian, pertanian, kebebasan berfikir, sosial serta
perkembangan lainnya.
Pada awal abad ke 2 hijriyah bertepatan dengan tahun 114 H, seni tulis di Irak mulai
bermunculan bahkan mulai berkemajuan. Seni tulis yang berhasil ditorehkan pada masa-
masa ini adalah kesejarahan berdirinya pemerintahan Islamdi Irak, sejarah peperangan
orang Islam ke Irak, sejarah dan klan raja-raja Islam di Irak maupun di Arab, sejarah
raja-raja Islam dan sejarah perjalanan Islam dari Makkah ke Irak. Hal ini terbukti bahwa
di masa ini pula banyak sejarawan-sejarawan bermunculan. Seperti, Abu Amr Ibn A’la

2
Rafiq, Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern, (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press,
2009), hal 113-115.
(w.154 H/770 M), Hammad al- Rawiyah (w. 156 H/774 M), Awanah Ibn al-Hakim (w.
147 H/764 M), Syaifibn Umar al-Asadi al-Tamimi (w. 180 H/796 M), al-Asma’i (w.
antara 213-217), Muhammad Ibn Sa’ib al-Kalibi (w. 146 H/763 M) dan masih banyak
lainnya.3
Selama kurang lebih dua abad Iraq diperintah oleh Turki Usmani. Mulai tahun 1850
hukum perdata, pidana, dan hukum dagang diumumkan pemakaiannya dalam
pemerintahan ini, termasuk hukum perdata tahun 1876. Hukum perdata Turki Usmani
tidak mencakup hukum personal, dan baru tahun 1917 pemerintah memberlakukan hu
kum yang berkaitan dengan hak-hak keluarga. Ketika Iraq di kuasai Inggris, telah
ditetapkan hukum pidana tahun 1918 dan hukum acara pidana tahun 1919 yang keduanya
juga diberlakukan di India. Hanya saja hukum pidana dan hukum acara pidana tersebut
dianggap tidak cocok untuk mengganti hukum keluarga Turki Usmani tahun 1917,
karena penjajahan Inggris tidak menginginkan mencampuri hukum-hukum agama yang
mendasar, disamping juga karena penduduk Iraq terdiri dari Sunidan Syi'i tentu lebih
cocok dengan produk hukum Turki Usmani tersebut (Mahmood : 49 - 51). Sebagaimana
yang tercatat dalam sejarah bahwa pada bulan Juli 1958 di Iraq terjadi revolusi yang
melibatkan pihak militer dan penduduk sipil (Peretz : 452). 4
Sebelum terjadi revolusi ini pemerintah telah berusaha mengkodifikasikan hukum
keluarga yang terpisah dengan hukum perdata. Pada tahun 1947 drafnya telah disetujui
oleh Dewan. Akan tetapi karena banyaknya reaksi dari masyarakat maka draf ini baru
diterima tahun 1958. Pada tahun itu pula Dewan Revolusi Iraq membentuk komisi yang
bertugas untuk menyiapkan draf tentang hukum keluarga atas dasar prinsip-prinsip
umum syariat, hukum yang berlaku dinegara-negara Islam lain, dan keputusan-keputusan
yang pernah terjadi di Iraq. Hasil kerja komisi yang berupa hukum keluarga ini
diumumkan tanggal 19 Desember 1959 dan mulai bulan itu pula diberlakukan. Hukum
keluarga tersebut pada prinsipnya diambil dari berbagai madzhab hukum Islam. Dan
inilah yang akhirnya disebut dengan Undang-undang Status Personal tahun 1959.5
B. Pemberlakuan Pidana Islam di Irak
Agak ke Timur kita bisa jumpai Irak, negara Arab yang berbatasan dengan Iran ini
pada awalnya menggunakan "Bagdad Penal Code 1918" dan "Bagdad Criminal
Procedure Code 1919" yang bersumber dari KUHP India 1860 dan KUH Acara Pidana
3
Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1997), hal 73-74.
4
Abd. Rahman, Fiqh Ala Madzahibil Arba'ah, (Beirut, 1965)
5
Abdullah, Abdul Gani, Pengantar Kompilasi Hukum Islam aalam Tata Hukum Indonesia, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1994)
India 1898. Di tahun 1970 Irak mengesahkan KUHP dan KUH Acara Pidana sendiri.
Ketentuan-ketentuan yang ada dalam kedua kitab undang-undang ini sebenarnya juga
berasal dari sumber- sumber Barat dan juga merefleksikan pandangan sosialis tentang
kejahatan dan hukuman. Jadi hukum pidana Islam juga tidak berlaku di negara ini.6
C. Contoh Pemberlakuan Hukum Islam di Irak
Pemerintah Irak dan lembaga peradilannya telah mengadopsi pendekatan yang
sangat retributif terhadap tersangka anggota ISIS. Contohnya adalah Perdana Menteri
Irak Haider Al-Abadi pada tahun 2018 menyerukan eksekusi cepat terhadap semua
terpidana mati teroris sebagai pembalasan atas kejahatan ISIS. 7 Namun perlu dicatat
bahwa pendekatan retributif ini, pada prinsipnya, tidak didasarkan pada yurisprudensi
Islam yang disebutkan di atas. Sistem hukum Irak bersifat sekuler; undang-undang baru
perlu disetujui oleh mayoritas parlemen yang dipilih secara demokratis dan ditafsirkan
oleh lembaga peradilan yang independen. Pada saat yang sama, harus diakui bahwa para
politisi yang memilih undang-undang dan pengacara yang menafsirkan undang-undang
tersebut tidak beroperasi dalam ruang hampa. Banyak anggota parlemen yang mewakili
kelompok agama mereka, mayoritas penduduk Irak adalah Muslim dan para pemimpin
agama selama beberapa tahun terakhir – semakin – berdampak pada perdebatan politik
dan hukum. Selain itu, secara konstitusional ditetapkan bahwa Islam memainkan peran
penting dalam perundang-undangan Irak:
Pasal 2(1) konstitusi Irak menyatakan: ”Islam adalah agama resmi Negara dan
merupakan sumber dasar undang-undang: (a) Tidak boleh ada undang-undang yang
bertentangan dengan ketentuan Islam yang telah ditetapkan”.
Menurut Undang-Undang Anti Terorisme Irak no. 13 (2005), 37 ”hukuman mati
berlaku untuk, antara lain, sejumlah besar kejahatan yang berkisar dari tindakan
terorisme, kejahatan terhadap keamanan internal dan eksternal dan lembaga-lembaga
negara, setiap upaya untuk menghasut pemberontakan bersenjata, setiap tindakan yang
mengancam kesatuan bangsa dan keselamatan masyarakat serta kekerasan atau
ancaman yang bertujuan menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat. 38 Undang-
undang yang terlalu luas ini tidak membedakan antara melakukan tindakan terorisme
dan mendanai, mendukung atau membantu tindakan tersebut. Selanjutnya, semua pelaku
kejahatan, baik langsung maupun tidak langsung, akan menghadapi hukuman berat yang
sama: kematian.”
6
Santoso Topo, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2016), hal 242.
7
Mohammed Tawfeeq, Lauren Said-Moorhouse dan Nick Paton Walsh, 'PM Irak Memerintahkan
Eksekusi “Segera” terhadap Semua “Teroris yang Dihukum Mati”,' CNN , 30 Juni 2018.
Dengan kata lain, tidak mengherankan jika kerangka legislatif Irak sebagian besar
mirip atau terinspirasi oleh hukum dan ajaran Islam. Terlebih lagi, kelompok paramiliter
non-negara merupakan aktor yang sangat penting di Irak. Perilaku dan tindakan mereka
seringkali dipengaruhi langsung oleh perkataan dan pendapat para pemuka agamanya.8

BAB III
8
UU Anti Terorisme Tahun 2005 (Pasal 2 s/d 4).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintah Irak dan lembaga peradilannya telah mengadopsi pendekatan yang
sangat retributif terhadap tersangka anggota ISIS. Contohnya adalah Perdana Menteri
Irak Haider Al-Abadi pada tahun 2018 menyerukan eksekusi cepat terhadap semua
terpidana mati teroris sebagai pembalasan atas kejahatan ISIS.
Sistem hukum Irak bersifat sekuler; undang-undang baru perlu disetujui oleh
mayoritas parlemen yang dipilih secara demokratis dan ditafsirkan oleh lembaga
peradilan yang independen. Pada saat yang sama, harus diakui bahwa para politisi yang
memilih undang-undang dan pengacara yang menafsirkan undang-undang tersebut tidak
beroperasi dalam ruang hampa. Banyak anggota parlemen yang mewakili kelompok
agama mereka, mayoritas penduduk Irak adalah Muslim dan para pemimpin agama
selama beberapa tahun terakhir – semakin – berdampak pada perdebatan politik dan
hukum.

B. Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat. Penulis yakin makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu penulis meminta kritik dan
saran dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca semua.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin. 1996. Fajr al-islam. Kairo.
Rafiq. 2009. Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern, Ponorogo.
Badri Yatim. 1997. Historiografi Islam. Jakarta.
Abd. Rahman. 1965. Fiqh Ala Madzahibil Arba'ah. Beirut.
Abdullah, Abdul Gani. 1994. Pengantar Kompilasi Hukum Islam aalam Tata Hukum
Indonesia. Jakarta.
Santoso Topo. 2016. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta.
Mohammed Tawfeeq, Lauren Said-Moorhouse dan Nick Paton Walsh, 'PM. 2018. Irak
Memerintahkan Eksekusi “Segera” terhadap Semua “Teroris yang Dihukum Mati”.
Irak.
UU Anti Terorisme Tahun 2005 (Pasal 2 s/d 4).

Anda mungkin juga menyukai