Anda di halaman 1dari 36

Unggul dalam IPTEK

Kokoh Dalam IMTAQ

CRITICAL APPRAISAL PENELITIAN KUALITATIF

JUDUL ARTIKEL

“I’VE MADE THIS MY LIFESTYLE NOW”: A PROSPECTIVE


QUALITATIVE STUDY OF MOTIVATION FOR LIFESTYLE
CHANGE AMONG PEOPLE WITH NEWLY DIAGNOSED
TYPE TWODIABETES MELLITUS

Kelompok 5 :
Deni Diyanto 23090400001
Valentino Febryandy 23090400002

Sri Surani 23090400018

Riska Fadilah 23090400020

Elsmin Tri Yulyana Kiayi 23090400021

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan ilmu dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan critical appraisal penelitian kualitatif yang berjudul “I’ve
made this my lifestyle now”: a prospective qualitative study of motivation for
lifestyle change among people with newly diagnosed type two diabetes mellitus ini
dengan baik. Analisis artikel ini disusun sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah
Riset Kualitatif, dan penulis menyadari bahwa tanpa dan bimbingan berbagai pihak
sangatlah sulit untuk menyelesaikan tugas makalah ini untuk itu penulis pada
kesempatan kali ini izinkan untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Dr. Nyimas Heny Purwati, M.Kep., Ns., Sp. Kep.An. selaku koordinator dan
dosen mata kuliah Riset Kualitatif Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Teman-teman kelompok V atas kerjasamanya yang sangat baik, hingga tersusun
tugas pembuatan makalah selesai tepat waktu.
3. Teman-teman mahasiswa seangkatan Program Studi Magister Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta atas support dan kerjasamanya.

Makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena dengan kerendahan hati dan
harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, khususnya bagi penulis, maka saran dan masukannya sangat diharapkan
guna perbaikan dimasa mendatang.

Jakarta, 12 Desember 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
RINGKASAN ARTIKEL ....................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Alasan Pemilihan Artikel ....................................................................... 1
B. Pentingnya Melakukan critical ............................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................. 4
A. Gambaran Artikel .................................................................................. 4
B. Rujukan Dalam Penilaian Kritis ............................................................. 8
BAB III : ANALISIS ARTIKEL ....................................................................... 9
A. Analisis Kelompok Terhadap Artikel ..................................................... 9
B. Rekomendasi implikasi terhadap pelayanan ........................................... 9
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

iii
RINGKASAN ARTIKEL

A. Identitas Artikel
Judul artikel : “I’ve made this my lifestyle now”: a prospective qualitative study of
motivationfor lifestyle change among people with newly diagnosed type
two diabetes mellitus
Penulis : Sebire J. Simon, Toumpakari Zoi, Turner M. Katrina, Cooper R.
Ashley, Page S. Angie, Malpass Alice and Andrews C. Robert
Jurnal : BMC Public Health
Sumber : https://bmcpublichealth.biomedcentral.com
DOI : DOI 10.1186/s12889-018-5114-5
Tahun : 2018

B. Ringkasan Artikel

Abstrak

Latar belakang: Diagnosis Diabetes Tipe 2 adalah kesempatan bagi individu untuk
mengubah aktivitas fisik dan perilaku pola makannya. Pedoman pengobatan diabetes
merekomendasikan perawatan berbasis teori, berpusat pada pasien dan menganjurkan
pemberian dukungan untuk motivasi pasien namun pengalaman motivasi orang yang
baru didiagnosis menderita diabetes belum diteliti dengan baik. Dibingkai dalam teori
penentuan nasib sendiri, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara kualitatif
bagaimana kelompok pasien ini mengartikulasikan dan mengalami berbagai jenis
motivasi ketika mencoba perubahan gaya hidup.
Metode: Analisis sekunder berupa data wawancara semi-terstruktur dikumpulkan
terhadap 30 (n perempuan = 18, n laki-laki = 12) orang dewasa yang baru didiagnosis
menderita diabetes tipe dua dan merupakan peserta uji coba ACTID Awal. Analisis
konten terarah deduktif dilakukan menggunakan NVivo V10 dan triangulasi peneliti
untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan pengalaman dan narasi pasien yang
mencerminkan jenis motivasi yang diuraikan dalam teori penentuan nasib sendiri dan
apakah/bagaimana hal ini berubah seiring waktu.
iv
Hasil: Temuan ini mengungkapkan keragaman kualitas motivasi baik di antara maupun
di dalam individu dari waktu ke waktu dan bahwa pasien dengan diabetes yang baru
terdiagnosis memiliki beragam motivasi yang seringkali bersaing dalam perubahan
perilaku gaya hidup. Dengan menerapkan teori penentuan nasib sendiri, kami
mengidentifikasi bahwa banyak peserta melaporkan motivasi terkontrol yang relatif
dominan untuk mematuhi rekomendasi gaya hidup, menghindari ketidakpatuhan mereka
“ketahuan” atau menekan rasa bersalah setelah gagal dalam upaya perubahan perilaku.
Narasi seperti itu disertai dengan pengalaman lambatnya kemajuan perubahan perilaku
yang membuat frustrasi. Motivasi yang lebih otonom dinyatakan sebagai sesuatu yang
sering dicapai seiring berjalannya waktu dan mencerminkan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan, kualitas hidup, atau waktu bersama keluarga. Motivasi internalisasi Hal ini
terbukti dan beberapa peserta telah mengintegrasikan perubahan perilaku mereka ke
dalam cara hidup baru yang mereka anggap mampu
menghadapi hambatan yang sama.
Kesimpulan: Motivasi untuk perubahan gaya hidup setelah diagnosis diabetes tipe dua
bersifat kompleks dan penentuan nasib sendiri bisa jadi relatif rendah. Untuk mencapai
aspirasi pemberdayaan pasien dalam rencana layanan kesehatan nasional saat ini,
pengembang intervensi, dan dokter sebaiknya mempertimbangkan hal inikualitasbukan
hanya kuantitas motivasi pasiennya.

Kata kunci: Diabetes tipe 2, Motivasi, Perubahan perilaku, Intervensi, Kualitatif

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Alasan Pemilihan Artikel


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak mampu
melakukan metabolik lemak, protein dan karbohidrat yang ditandai dengan kadar gula
darah tinggi atau biasa disebut dengan hiperglikemia (Devi dkk, 2018). Diabetes
melitus (DM) saat ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian di dunia.
WHO (2021) dalam laporan datanya telah menyimpulkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi penyakit tidak menular mencapai angka sebesar 48,3% serta
lebih besar dibandingkan dari angka prevalensi penyakit menular yaitu sebesar 47,5%.
Bahkan penyakit tidak menular telah menjadi sebagai penyebab kematian nomor satu
di dunia yaitu mencapai 63,5% (Lenggong & Vestabilivy, 2016).
Menurut data kesehatan dunia (WHO), penderita diabetes melitus mencapai
422 juta jiwa, sedangkan menurut data International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2019, memperkirakan sebanyak 10.7 juta penderita diabetess melitus dengan
rentang usia 20-79 tahun, diperkirakan meningkat sebesar 11,8% pada tahun 2030 dan
2045. (Setyawati et al., 2020). Secara global, telah diperkirakan sekitar 537 juta orang
dewasa (20-79 tahun) hidup dengan penyakit diabetes. Prevalensi diabetes
diproyeksikan meningkat menjadi 643 juta orang pada tahun 2030, dan menjadi 783
juta orang pada tahun 2045 (IDF, 2021).
Di Indonesia, DM merupakan penyebab kematian terbesar urutan ke-3 dengan
persentase 6,7 persen, setelah stroke yaitu sebesar 21,1 persen dan jantung yaitu
sebesar 12,9 persen. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,5%, sedangkan Riskesdas tahun 2018 mencapai
2,0%, artinya prevalensi DM di Indonesia meningkat sebesar 0,5%. Hal ini diikuti
dengan meningkatnya prevalensi DM di Indonesia berdasarkan pemeriksaan darah
pada penduduk umur >15 tahun yaitu 6,9% menjadi 8,5% pada tahun 2018. Angka ini
menunjukkan bahwa terdapat kasus baru sekitar 25% penderita DM (Riskesdas, 2018).

1
2

Saat melakukan penelusuran literatur secara sistematis, ditemukan banyak


penelitian tentang penatalaksanaan tindakan keperawatan untuk menurunkan angka
kesakitan ataupun angka kematian diabetes mellitus salah satunya adalah artikel
penelitian dengan pendekatan kualitatif seperti yang kami bahas sekarang yaitu yang
terkait dengan motivasi untuk perubahan gaya hidup setelah terdiagnosa diabetes
mellitus. Oleh karena itu, kami ingin melakukan analisis artikel yang berjudul “I’ve
made this my lifestyle now”: a prospective qualitative study of motivation for lifestyle change
among people with newly diagnosed type two diabetes mellitus.

B. Pentingnya Melakukan Kritikal

Telaah kritis atau critical appraisal merupakan cara atau metode untuk
mengkritisi penulisan ilmiah secara ilmiah. Telaah kritis merupakan satu tahap dalam
proses praktek klinik yang berbasis bukti, dengan melakukan penilaian obyektif
terhadap informasi ilmiah yang bermanfaat. Telaah kritis menjadi kebutuhan seorang
dokter supaya hasil dari artikel atau jurnal ilmiah tersebut dapat diterapkan dalam
praktek sehari-hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas metodologi,
hasildan kegunaan dari suatu artikel atau jurnal ilmiah yang dipublikasikan. Dengan
demikian, telaah kritis dapat membantu menetapkan bahwa hasil suatu penelitiancukup
baik untuk digunakan dalam pengambilan keputusan (Murti, 2011).
Melakukan kritik terhadap penelitian di atas penting karena beberapa alasan
berikut:
1. Memastikan validitas dan reliabilitas data: Kritik dapat membantu mengidentifikasi
potensi bias atau kesalahan metodologi yang mungkin terjadi dalam penelitian. Hal
ini penting untuk memastikan keabsahan data yang digunakan untuk mengambil
kesimpulan dan rekomendasi.
2. Menilai generalisasi hasil penelitian: Melalui kritik, kita dapat mengevaluasi
apakah hasil penelitian dapat diterapkan secara umum atau hanya khusus untuk
populasi, konteks, atau setting penelitian tertentu. Ini penting untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang relevansi temuan penelitian bagi populasi yang
lebih luas.
3

3. Mengenali kelemahan dan kebijakan perbaikan: Kritik dapat membantu


mengidentifikasi kelemahan dalam penelitian dan mengusulkan perbaikan atau
tindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut dimasa depan. Ini
membantu meningkatkan kualitas penelitian dan relevansinya dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi.
4. Menginformasikan pengambilan keputusan: Melalui kritik, kita dapat
mempertimbangkan secara kritis temuan penelitian dan rekomendasi yang
dihasilkan. Ini penting untuk membuat keputusan yang didasarkan pada bukti yang
kuat dan memastikan keputusan tersebut efektif dalam mencapai tujuan kesehatan
yang diinginkan.

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan analisis artikel penelitian qualitative


dari jurnal international dengan menggunakan penilaian Critical Appraisal Skills
Programme (CASP).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menganalisis artikel pada section A (apakah hasil penelitian
tersebut valid)
b. Mahasiswa mampu menganalisis artikel pada section B (apakah hasil dari
penelitian tersebut)
c. Mahasiswa mampu menganalisis pada section C (apakah hasil penelitian
membantu secara local)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Artikel

1. Masalah Penelitian
Pada artikel diatas dijelaskan bahwa beban DM tipe 2 terhadap kesehatan
individu yaitu peningkatan resiko cardiovaskuler, amputasi, penyakit ginjal, retinopati
dan depresi. Jelas ini merupakan masalah yang harus diselesaikan dengan cara merubah
gaya hidup dengan memotivasi penderita diabetes untuk merubah perilaku gaya hidup
sepertiaktivitas fisik dan pola makan.

2. Tujuan Penelitian

Pada artikel di atas dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengeksplorasi secara kualitatif bagaimana orang yang baru didiagnosis dengan
DMT2 mengartikulasikan dan mengalami motivasi untuk perubahan gaya hidup seperti
yang diusulkan dalam SDT, dan (2) untuk menguji bukti kualitatif untuk internalisasi
motivasi pasien dari waktu ke waktu (yaitu, transisi dari penyakit terkontrol), untuk
motivasi otonom.

3. Pertanyaan Riset
Diartikel diatas menjabarkan tentang pertanyaan riset yaitu bagaimana
pengalaman pasien dalam mengatur perilaku mereka ketika mereka memulai dan
berupaya mempertahankan perubahan perilaku kesehatan. Jadi difokuskan untuk
mengeksplorasi pengalaman dan motivasi individu yang baru didiagnosis diabetes tipe
2 dalam mengelola kondisinya dan penerapan intervensi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi pengalaman dan narasi pasien yang mencerminkan berbagai jenis
motivasi, serta menyelidiki kegigihan motivasi eksternal di antara peserta pada titik
waktu yang berbeda. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas
motivasi pada individu yang baru didiagnosis menderita diabetes tipe 2 dari sudut
pandang pasien, mengatasi kesenjangan pengetahuan di bidang ini.

4. Literarur yang ditelaah


Literatur yang diulas dalam artikel ini meliputi studi tentang pengalaman dan
perubahan gaya hidup individu dengan diabetes tipe 2, analisis data kualitatif sekunder,
dan Self-Determination Theory (SDT). Selain itu, artikel ini mengacu pada penelitian
4
5

sebelumnya tentang kualitas motivasi dan perubahan perilaku pada individu dengan
diabetes tipe 2. Penelitian ini juga mengacu pada literatur mengenai kekuatan dan
keterbatasan analisis data kualitatif.
Fisher dkk. telah menyatakan bahwa kemanjuran intervensi yang diarahkan pada
diabetes “sering kali bergantung pada seberapa baik seorang dokter mampu mendukung
keterlibatan pribadi dan motivasi penderita diabetes untuk menggunakan alat dan
pengetahuan baru ini secara konsisten, dan sesuai arahan”. Teori penentuan nasib sendiri
(SDT) adalah kerangka psikologis pengaturan diri motivasi yang telah banyak
diterapkan pada aktivitas fisik, pola makan, kepatuhan pengobatan, dan intervensi
pengendalian diabetes. Daripada hanya mempertimbangkannya kuantitas motivasi orang
(yaitu, termotivasi vs tidak termotivasi) seperti pada penelitian sebelumnya dengan
pasien T2DM, dalam SDT, itukualitas motivasi dianggap berdasarkan sejauh mana
motivasi itu diatur sendiri.

5. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis data kualitatif
sekunder. Analisis ini menggabungkan analisis supra dan kualitatif tambahan,
menggabungkan pendekatan pengkodean deduktif dan fleksibel untuk mengeksplorasi
kualitas motivasi di antara individu yang baru didiagnosis menderita diabetes tipe 2.
Penelitian ini melibatkan wawancara semi-terstruktur yang dilakukan pada 6 dan 9 bulan
pasca pengacakan, dengan fokus untuk mengeksplorasi pengalaman dan motivasi pasien
dalam mengelola kondisi mereka dan memantau penerapan intervensi. Para penulis
secara transparan melaporkan metode analisis data sekunder mereka dan menggunakan
triangulasi peneliti untuk memvalidasi interpretasi mereka. Namun, terdapat kesenjangan
antara pengumpulan dan analisis data, yang membatasi penggunaan strategi lain seperti
pengecekan anggota. Penelitian ini juga mengacu pada penelitian sebelumnya tentang
pengalaman dan perubahan gaya hidup individu dengan diabetes tipe 2, serta Teori
Penentuan Nasib Sendiri (SDT) untuk memandu pertanyaan penelitian dan tema awal.
6. Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, dimana 30 partisipan yang terdiri dari 18 orang perempuan
diwawancarai. Ini termasuk 6 orang dari kelompok UC, 12 orang dari kelompok ID, dan
12 orang dari kelompok DPAI. Para peserta berusia antara 40 dan 72 tahun. Wawancara
semi terstruktur dilakukan pada 6 dan 9 bulan pasca pengacakan, dengan waktu
6

wawancara 6 bulan diatur agar tidak mempengaruhi pengalaman partisipan pada tahap
intervensi awal. Dalam waktu 9 bulan, para peserta telah menerima sebagian besar
intervensi dan memiliki cukup waktu untuk melakukan perubahan gaya hidup setelah
diagnosis dan dimasukkan dalam uji coba.
7. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data melibatkan wawancara semi terstruktur yang
dilakukan pada 6 dan 9 bulan pasca pengacakan. Wawancara 6 bulan dilakukan secara
tatap muka, sedangkan wawancara 9 bulan dilakukan melalui telepon. Wawancara
mencakup topik-topik seperti respons terhadap diagnosis, penggunaan informasi,
perubahan perilaku, perubahan pola makan dan olahraga, mempertahankan perubahan,
hambatan, mengatasi berkurangnya frekuensi janji temu, dan akhir uji coba. Wawancara
tidak didasarkan pada Teori Penentuan Nasib Sendiri (SDT), meskipun motivasi untuk
perubahan dibahas secara mendalam.
8. Analisis Data
Analisis data pada artikel yang dianalisa menjelaskan: Analisis ini
menggabungkan analisis kualitatif sekunder baik supra (yaitu, dengan menjawab
pertanyaan teoritis baru) dan tambahan (yaitu, penyelidikan yang lebih mendalam
mengenai tema-tema motivasi yang tidak dibahas sepenuhnya dalam penelitian utama).
Analisis awal yang melibatkan tiga penulis menunjukkan bahwa terdapat cukup
penjelasan untuk mengeksplorasi kualitas motivasi partisipan. Semua data yang
tersedia dianalisis menggunakan analisis isi terarah yang sesuai dimana teori yang ada
dapat memandu pertanyaan penelitian dan tema awal berdasarkan teori serta dapat
didukung, ditantang atau diperluas. Analisis utamanya bersifat deduktif dan berupaya
mengidentifikasi pengalaman dan narasi pasien yang mencerminkan jenis motivasi.
Lebih lanjut, analisis partisipan menyelidiki bukti internalisasi motivasi antara
wawancara 6 dan 9 bulan. Selain analisis deduktif, pengkodean juga bersifat fleksibel
sehingga memungkinkan narasi peserta dan konteks pribadi memandu kompleksitas
tema dan munculnya tema-tema baru.
9. Validitas
Artikel ini valid karena mencakup hasil dari penelitian kualitatif yang
mengeksplorasi motivasi individu yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2 untuk
melakukan perubahan gaya hidup. Temuan dari penelitian tersebut memberikan
wawasan yang penting untuk desain intervensi atau perawatan gaya hidup yang
7

berpusat pada pasien. Selain itu, artikel ini juga menyoroti pentingnya
mempertimbangkan kualitas motivasi pasien dalam perawatan kesehatan. Oleh karena
itu, artikel ini memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman tentang
motivasi dan perubahan perilaku pada pasien diabetes tipe 2.

10. Hasil
Hasil penelitian menjelaskan keragaman kualitas motivasi baik di antara maupun
di dalam individu dari waktu ke waktu dan bahwa pasien dengan diabetes yang baru
terdiagnosis memiliki beragam motivasi yang seringkali bersaing dalam perubahan
perilaku gaya hidup.

11. Ringkasan Tema

Ringkasan tema dalam artikel ini adalah pentingnya memahami motivasi individu
yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2 untuk melakukan perubahan gaya hidup.
Temuan menunjukkan bahwa motivasi untuk perubahan gaya hidup setelah diagnosis
diabetes tipe dua bersifat kompleks, dengan adanya motivasi eksternal awal yang
kemudian berkembang menjadi motivasi internal. Motivasi intrinsik, teridentifikasi,
dan terintegrasi memainkan peran penting dalam perubahan perilaku, dengan
dukungan dari praktisi kesehatan. Studi ini menyoroti perlunya mempertimbangkan
kualitas motivasi pasien dalam pengembangan intervensi dan rencana layanan
kesehatan, serta pentingnya struktur dan dukungan jangka panjang dalam
memfasilitasi motivasi otonom. Temuan ini mendukung perlunya integrasi motivasi
otonom dalam intervensi gaya hidup bagi penderita diabetes tipe 2 dalam keberhasilan
perawatan yang berpusat pada pasien.

12. Pembahasan

Pembahasan dalam artikel ini menyoroti pentingnya memahami motivasi individu


yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2 untuk melakukan perubahan gaya hidup.
Temuan menunjukkan bahwa motivasi untuk perubahan gaya hidup setelah diagnosis
diabetes tipe dua bersifat kompleks, dengan adanya motivasi eksternal awal yang
kemudian berkembang menjadi motivasi internal. Motivasi intrinsik, teridentifikasi, dan
terintegrasi memainkan peran penting dalam perubahan perilaku, dengan dukungan dari
praktisi kesehatan. Studi ini menyoroti perlunya mempertimbangkan kualitas motivasi
pasien dalam pengembangan intervensi dan rencana layanan kesehatan, serta pentingnya
8

struktur dan dukungan jangka panjang dalam memfasilitasi motivasi otonom. Temuan
ini mendukung perlunya integrasi motivasi otonom dalam intervensi gaya hidup bagi
penderita diabetes tipe 2 dalam keberhasilan perawatan yang berpusat pada pasien

13. Kesimpulan

Artikel diatas menuliskan kesimpulan: Memahami motivasi pasien T2DM untuk


mengubah perilaku gaya hidup dianggap penting dalam keberhasilan perawatan yang
berpusat pada pasien. Menggabungkan metode kualitatif dengan SDT, kami telah
mengidentifikasi beragam pengalaman motivasi orang yang baru didiagnosis T2DM.
Peserta yang melaporkan motivasi terkontrol yang relatif dominan mengalami perubahan
perilaku pada awalnya, namun hal ini sering kali disertai dengan konflik internal,
frustrasi, dan kebutuhan akan dorongan eksternal yang terus-menerus. Pelaporan peserta
motivasi yang lebih otonom mendekati perubahan perilaku dengan lebih banyak
fleksibilitas telah mengintegrasikannya ke dalam cara hidup baru dan menginginkan
dukungan berkelanjutan untuk pengaturan diri mereka. Temuan ini menyoroti pentingnya
memahami kualitas motivasi pada kelompok ini dan secara hati-hati mempertimbangkan
jenis motivasi yang ditargetkan dalam intervensi gaya hidup bagi penderita T2DM.

B. Rujukan dalam penilaian kritis


Pada penilaian kritis pada jurnal kali ini kelompok melakukan penilaian critical
appraisal dengan menggunakan tools / alat CASP studi kualitatif. Penggunaan alat
penilaian ini ada tiga isu umum yang perlu dipertimbangkan ketika menilai studi
kualitatif:
a. Apakah hasil penelitian tersebut valid?
b. Apa hasilnya?
c. Akankah hasilnya membantu secara lokal?
Ada sepuluh pertanyaan pada tools ini dirancang untuk membantu kita
memikirkanmasalah ini secara sistematis. Dua pertanyaan pertama merupakan pertanyaan
penyaringan dan dapat dijawab dengan cepat. Jika jawaban keduanya adalah “ya”, ada
baiknya melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya. Ada beberapa tingkat tumpang tindih
antar pertanyaan, kita diminta untuk mencatat “ya”, “tidak” atau “tidak tahu” untuk
sebagian besar pertanyaan.
BAB III

ANALISIS ARTIKEL

A. Analisis Kelompok Terhadap Artikel


1. Artikel ini membahas motivasi individu yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2
untuk melakukan perubahan gaya hidup.
2. Temuan menunjukkan bahwa motivasi untuk perubahan gaya hidup setelah diagnosis
diabetes tipe dua bersifat kompleks, dengan adanya motivasi eksternal awal yang
kemudian berkembang menjadi motivasi internal.
3. Motivasi intrinsik, teridentifikasi, dan terintegrasi memainkan peran penting dalam
perubahan perilaku, dengan dukungan dari praktisi kesehatan.
4. Studi ini menyoroti perlunya mempertimbangkan kualitas motivasi pasien dalam
pengembangan intervensi dan rencana layanan kesehatan, serta pentingnya struktur
dan dukungan jangka panjang dalam memfasilitasi motivasi otonom.
5. Integrasi motivasi otonom dalam intervensi gaya hidup bagi penderita diabetes tipe 2
dianggap penting dalam keberhasilan perawatan yang berpusat pada pasien.
6. Temuan ini memberikan wawasan yang penting untuk desain intervensi atau
perawatan gaya hidup yang berpusat pada pasien, serta dapat membantu dalam
pengembangan intervensi yang lebih efektif untuk manajemen diabetes tipe 2.

B. Rekomendasi Implikasi Terhadap Pelayanan


Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pasien yang baru didiagnosis
dengan diabetes tipe dua mengalami dan mengungkapkan berbagai jenis motivasi untuk
mengubah gaya hidup mereka, terutama aktivitas fisik dan pola makan. Artikel ini
menggunakan kerangka teori self-determination, yang membedakan antar amotivasi yang
berasal dari dalam diri (autonomous) dan motivasi yang berasal dari luar diri (controlled).
Artikel ini juga menggunakan metode kualitatif, yaitu wawancara semi-terstruktur dengan
30 partisipan yang merupakan bagian dari uji coba Early ACTID, yang bertujuan untuk
meningkatkan pengendalian gula darah dan kesehatan kardiovaskular pada pasien diabetes
tipe 2

9
10

Artikel ini memiliki beberapa kekuatan, antara lain:


a. Artikel ini memiliki latar belakang yang kuat, yaitu adanya kesenjangan pengetahuan
tentang pengalaman motivasi pasien diabetes tipe dua yang baru didiagnosis, padahal
motivasi merupakan factor penting untuk mengubah perilaku kesehatan.
b. Artikel ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu untuk mengeksplorasi bagaimana pasien
diabetes tipe dua mengalami dan mengungkapkan motivasi untuk mengubah gaya
hidup mereka, dan bagaimana motivasi tersebut berubah seiring waktu.
c. Artikel ini menggunakan teori self-determination sebagai kerangka konseptual, yang
merupakan teori yang telah banyak digunakan dan diuji dalam konteks kesehatan dan
perilaku kesehatan.
d. Artikel ini menggunakan metode kualitatif yang sesuai dengan tujuan penelitian,
yaitu untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang pengalaman subjektif
pasien.
e. Artikel ini menggunakan teknik analisis data yang sistematis dan terarah, yaitu
content analysis yang dideduktifkan darit eori self-determination, dan menggunakan
triangulasipeneliti untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas hasil.
f. Artikel ini memiliki hasil yang kaya dan mendetail, yang mencerminkan keragaman
dan kompleksitas motivasi pasien, baik antara maupun dalam individu, dan seiring
waktu. Artikel ini juga memberikan contoh kutipan langsung dari partisipan untuk
mendukung temuan.
g. Artikel ini memiliki pembahasan yang kritis dan komprehensif, yang membahas
implikasi, keterbatasan, dan rekomendasi untuk penelitian dan praktik selanjutnya.

Artikel ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:


a. Artikel ini memiliki sampel yang relative kecil, yaitu hanya 30 partisipan, yang
mungkin tidak cukup untuk merepresentasikan keragaman populasi pasien diabetes
tipedua, baik dari segi demografi, klinis, maupun psikologis.
b. Artikel ini memiliki potensi bias seleksi, yaitu partisipan yang bersedia mengikuti
wawancara mungkin memiliki karakteristik atau motivasi yang berbeda dengan
partisipan yang menolak atau tidak dapat dihubungi.
c. Artikel ini memiliki potensi bias sosial, yaitu partisipan mungkin memberikan
jawaban yang dianggap lebih baik atau sesuai dengan harapan peneliti, atau
11

menghindari jawaban yang dianggap buruk atau tidak sesuai dengan norma sosial.
d. Artikel ini memiliki keterbatasan generalisasi, yaitu hasil penelitian mungkin tidak
dapat diterapkan pada konteks atau populasi yang berbeda, karena adanya perbedaan
budaya, lingkungan, atau intervensi yang diberikan.
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan tersebut, Kelompok merekomendasikan artikel ini
sebagai sumber bacaan yang bermanfaat dan informatif, tetapi juga perlu dikritisi dan
dikomparasikan dengan penelitian lain yang sejenis. Artikel ini dapat memberikan
wawasan baru tentang pengalaman motivasi pasien diabetes tipe dua yang baru
didiagnosis, dan implikasinya untuk pengembangan dan penyampaian intervensi yang lebih
efektif dan berpusat pada pasien. Artikel ini juga dapat memberikan inspirasi untuk
melakukan penelitian lanjutan yang lebih luas dan mendalam, dengan menggunakan
metode kualitatif atau kuantitatif, atau kombinasi keduanya.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa motivasi individu yang baru
didiagnosis dengan diabetes tipe 2 untuk melakukan perubahan gaya hidup bersifat
kompleks dan beragam. Motivasi awal seringkali bersifat eksternal, tetapi intervensi
yang diterima membantu individu untuk menginternalisasi motivasi mereka. Motivasi
intrinsik, teridentifikasi, dan terintegrasi memainkan peran penting dalam perubahan
perilaku, dengan dukungan dari praktisi kesehatan. Pentingnya struktur dan dukungan
jangka panjang dalam memfasilitasi motivasi otonom juga disorot. Integrasi motivasi
otonom dalam intervensi gaya hidup bagi penderita diabetes tipe 2 dianggap penting
dalam keberhasilan perawatan yang berpusat pada pasien. Temuan ini memberikan
wawasan yang penting untuk desain intervensi atau perawatan gaya hidup yang berpusat
pada pasien, serta dapat membantu dalam pengembangan intervensi yang lebih efektif
untuk manajemen diabetes tipe 2.

B. Saran
1. Melakukan penelitian longitudinal untuk memahami perubahan motivasi individu
yang baru didiagnosis dengan diabetes tipe 2 dalam jangka waktu yang lebih
panjang.
2. Melibatkan sampel yang lebih luas dan beragam untuk memperluas pemahaman
tentang motivasi perubahan gaya hidup pada pasien diabetes tipe 2.
3. Mengeksplorasi pengaruh faktor-faktor eksternal, seperti lingkungan sosial dan
dukungan keluarga, terhadap motivasi perubahan gaya hidup pada pasien diabetes
tipe 2.
4. Membandingkan motivasi dan efikasi diri antara kelompok pasien diabetes tipe 2
yang menerima intervensi berbeda untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap
perubahan perilaku.
5. Melakukan penelitian yang melibatkan intervensi yang difokuskan pada peningkatan
motivasi otonom pada pasien diabetes tipe 2 dan mengevaluasi dampaknya terhadap
keberhasilan perawatan.

12
13

6. Saran ini dapat membantu dalam mengembangkan pemahaman yang lebih


komprehensif tentang motivasi perubahan gaya hidup pada pasien diabetes tipe 2 dan
merancang intervensi yang lebih efektif untuk manajemen kondisi ini
DAFTAR PUSTAKA

Alinea Dwi Elisanti & Efri Tri Ardianto. (2020). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Polije Press. Jember

Devi, dkk. (2018) Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Vol 1. E-Issn: 2654-766x. Fikes Unimus.

IDF. (2021). Diabetes facts & figures. IDF Diabetes Atlas. Retrieved 10/2/2022 from
https://diabetesatlas.org/

Lenggong, A., & Vestabilivy, E. (2016). Hubungan gaya hidup dengan kadar gula darah
pada pasien DM di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Jurnal
Persada Husada Indonesia, 3(8), 22-36

Murti, Bhisma. (2011). Pengantar Evidence Based Medicine, Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Nuffield department of primare care health sciences. (2023). Critical appraisal tools.
Centre forevidence- based medicine. University of oxford.

Riskesdas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia, 1–100. https://doi.org/https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201

Sebire, S. J., Toumpakari, Z., Turner, K. M., Cooper, A. R., Page, A. S., Malpass, A., &
Andrews, R. C. (2018). “I’ve made this my lifestyle now”: a prospective
qualitative study of motivation for lifestyle change among people with newly
diagnosed type two diabetes mellitus. BMC public health, 18 (1), 1-10

Setyawati, A, D., Ngo, T., Padila, P., & Andri, J. (2020). Obesity and Heredity for
Diabetes Mellitus among Elderly. JOSING: Journal of Nursing and Health,
1(1), 26-31. https://doi.org/10.31539/josing.v1i1.1149

14
LAMPIRAN
DiterjemahkandaribahasaInggriskebahasaIndonesia-www.onlinedoctranslator.com

Daftar Periksa CASP: 10 pertanyaan untuk membantu Anda memahamia Kualitatif riset

Cara menggunakan alat penilaian ini: Tiga isu umum yang perlu dipertimbangkan ketika menilai
studi kualitatif:

Apakah hasil penelitian tersebut valid? (Bagian A)


Apa hasilnya? (Bagian B)
Akankah hasilnya membantu (BagianC)
secara lokal?

Sepuluh pertanyaan dihalaman berikut dirancang untu kmembantu Anda memikirkan masalah ini secara sistematis.
Dua pertanyaan pertama merupakan pertanyaan penyaringan dan dapat dijawab dengan cepat. Jika jawaban keduanya
adalah “ya”, ada baiknya melanjutkan kepertanyaan selanjutnya. Ada beberapat ingkat tumpang tindih antar
pertanyaan, Anda diminta untuk mencatat “ya”, “tidak” atau “tidak tahu” untuk sebagian besar pertanyaan. Sejumlah
petunjuk yang dicetak miring diberikan setelah setiap pertanyaan. Ini dirancang untuk mengingatkan Anda
mengapa pertanyaan itu penting. Catatlah alasan jawaban Anda pada tempat yang tersedia.

Tentang:Daftar periksa ini dirancang untuk digunakan sebagai alat pedagogi pendidikan, sebagai bagian dari
lokakarya, oleh karena itu kami tidak menyarankan sistem penilaian. Daftar periksa inti CASP (uji coba terkontrol secara
acak & tinjauan sistematis) didasarkan pada panduan 'Pengguna' JAMA untuk literatur medis tahun 1994 (diadaptasi
dari Guyatt GH, Sackett DL, dan Cook DJ), dan diujicobakan dengan praktisi perawatan kesehatan.

Untuk setiap daftar periksa baru, sekelompok ahli dikumpulkan untuk mengembangkan dan menguji coba
daftar periksa tersebut dan format lokakarya yang akan digunakan. Selama bertahun-tahun, penyesuaian
menyeluruh telah dilakukan pada format ini, namun survei terbaru terhadap pengguna daftar periksa menegaskan
kembali bahwa format dasar tetap berguna dan sesuai.

Referensi: sebaiknya gunakan kutipan gaya Harvard, yaitu: Program Keterampilan Penilaian Kritis (2018).
CASP (masukkan nama daftar periksaya itu Kualitatif) Daftar Periksa. [online] Tersedia di: URL. Diakses:
Tanggal Diakses.

©CASP karya ini dilisensikan di bawah Creative Commons Attribution – Non-Commercial-Share A


like. Untuk melihat salinan lisensi ini, kunjungihttp://creativecommons.org/licenses/by-
ncsa/3.0/www.casp-uk.net

Program Keterampilan Penilaian Kritis (CASP) bagian dari Pusat Layanan Kesehatan Nilai Tiga Oxford www.casp-uk.net
Makalah untuk penilaian dan referensi:

Bagian A: Apakah hasilnya valid?

1. Apakah tujuan Ya

PETUNJUK:Pertimbangkan
penelitian sudah • apa tujuan dari penelitian ini
jelas? TidakTahu
• Mengapa hai ini dianggap penting
• relevansinya
TIDAK

Komentar: Tujuan telah dijabarkan terdapat pada sub bab latar belakang. Halaman 3 yaitu untuk
mengksplorasi motivasi untuk perubahan gaya hidup pada pasien DM type 2

2. Merupakan metodologi Ya
kualitatif sesuai?
TidakTahu √ PETUNJUK:Pertimbangkan
• Jika penelitian berusaha
menafsirkan atau menerangi tindakan
TIDAK
dan/atau subjektif
pengalamanpesertapenelitian
• Apakah penelitian kualitatif
tersebutRmetodologi yang tepat
untuk mengatasi hal tersebut

tujuanpenelitian

Komentar: Metode yang digunakan telah sesuai yaitu study prospektif dengan metode wawancara semi-
terstruktur. Penelitian ini mengikuti Langkah-langkah analisis tematik yang diusulkan oleh
Braun dan Clarke

Apakah ini layak dilanjutkan?

3. Apakah desain penelitian Ya PETUNJUK:Pertimbangkan


sesuai untuk mengatasi
tujuan penelitian? TidakTahu
√ • jika peneliti telah memberikan alasan atas
desain penelitiannya (misalnya apakah
mereka sudah mendiskusikan bagaimana
TIDAK mereka memutuskan penelitian mana yang
akan dipilih metode yang digunakan)

Komentar: Desain penelitian kualitatif asli dari studi ACTID cocok untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengeksplorasi pengalaman pasien yang baru didiagnosis diabetes tipe 2. Wawancara semi-terstruktur yang
dilakukan pada 6 dan 9 bulan pasca pengacakan memungkinkan eksplorasi mendalam tanggapan peserta terhadap
diagnosis, penggunaan informasi, perubahan perilaku, dan interaksi dengan tim klinis, sehingga menghasilkan data
kualitatif yang kaya untuk dianalisis. Selain itu, metodologi penelitian ini menggabungkan analisis konten terarah dan
pengkodean fleksibel, yang sesuai untuk mengeksplorasi motivasi individu yang baru didiagnosis menderita diabetes
tipe 2. Penggunaan perangkat lunak NVivo untuk pengkodean dan pengorganisasian data, serta triangulasi peneliti
untuk pengkodean dan analisis, menunjukkan pendekatan yang ketat terhadap analisis data kualitatif. (Hal. 3)
4. Apakah strategi Ya PETUNJUK: Pertimbangkan
rekrutmen sesuai
dengan tujuan TidakTahu
√ • Jikapeneliti telah menjelaskan bagaimana
caranya peserta dipilih
riset? • Jika mereka menjelaskan alasannya
kepada para peserta mereka memilih yang
TIDAK paling tepat untuk memberikan akses
terhadap jenis Pengetahuan yang dicari dalam
penelitian
• Jika ada diskusi seputar perekrutan
(misalnya mengapa beberapa orang Memilih
untuk tidak ambil bagian)

Komentar: Perekrutan responden ssesuai dengan tujuan penelitian yaitu mencangkup pasien yang baru
didiagnosis dengan DM type 2 dalam waktu 6 bulan terakhir, beusia 18 tahun keatas, dan bersedia unutk
berpartisipasi dalam wawancara. Penelitian ini juga mencoba unutk mendapatkan variasi maksimal dalam
hal usia, jenis kelamin, etnis, dan status social dari partisipan

5. Apakah data yang Ya PETUNJUK:Pertimbangkan


dikumpulkan
sedemikian rupa
√ • Jika pengaturan pengumpulan data
adalah dibenarkan
sehingga dapat • Jika cara pengumpulan data sudah
TidakTahu
menjawab jelas (misalnya kelompok terfokus, wawancara
permasalahan semi-terstruktur dll.)
• Jiika peneliti telah memberikan
penelitian? TIDAK justifikasi terhadap metode yang digunakan
terpilih
• Jika peneliti telah membuat metodenya
eksplisit (misalnya untuk metode
wawancara, apakah ada indikasi
bagaimana wawancara dilakukan, atau
apakah mereka menggunakan panduan
topik)
• Jika metode dimodifikasi selama penelitian.
Jikaya, penelitinya menjelaskan bagaimana dan
mengapa
• Apabila bentuk datanya jelas (misal rekaman
tape,materi video,catatan dll)
• Jika peneliti telah membahas Saturasi data

Komentar: Pengumpulan data sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengeksplorasi bagaimana
pasien yang baru baru terdiagnosis menderita DMT2 mengalami dan mengelola kondisi
mereka serta memantau penerapan dan mengidentifikasi perbaikan pada intervensi.
menggunakan wawancara semi- terstruktur yang didasarkan pada panduan wawancara
fleksibel. Wawancara mencakup topik topik termasuk respons terhadap diagnosis,
penggunaan informasi, dan perilaku. Wawancara dilakukan oleh peneliti yang
berpengalaman dalam penelitian kualitatif dan diabetes dan direkam secara audio, kemudian
rekaman audio wawancara ditranskrip kata demi kata. Wawancara berlangsung antara 30-60
menit dan dilakukan ditempat yang nyaman bagi partisipan
6. Memiliki hubungan Ya PETUNJUK:Pertimbangkan
antara peneliti dan
peserta telah • Jika peneliti secara kritis memeriksa
TidakTahu peran mereka sendiri, potensi bias
Dipertimbangkan secara dan pengaruh selama (a) perumusan
memadai?

pertanyaan penelitian (b) pengumpulan
TIDAK data, termasuk sampel rekrutmen dan
pilihan lokasi
• Bagaimana peneliti menyikapi Kejadian
selama penelitian dan Apakah mereka
mempertimbangkan implikasi dari perubahan
apa pun desain penelitian

Komentar: Penulis menjalaskan tidak ada hubungan yang terjalin dengan peserta sebelum wawancara.

Bagian B: Apa hasilnya?

7. Apakah masalah etika Ya PETUNJUK:Pertimbangkan


telahdipertimbangkan?
√ • Jika terdapat cukup rincian tentang
bagaimana penelitian dijelaskan kepada
TidakTahu partisipan Pembaca untuk menilai apakah etis
Standar dipertahankan
• Jika peneliti telah mendiskusikan isu-isu
TIDAK yang diangkat oleh penelitian tersebut
(misalnya isu-isu seputar informed consent
atau kerahasiaan atau bagaimana mereka
menangani dampak dari penelitian tersebut pada
peserta selama dan setelah belajar)
• Jika persetujuan telah diminta dari Komite etik

Komentar: Peneliti memberikan informasi tetntang penelitian dan diminta persetujuannya untuk didekati
untuk mengambil bagian dalam wawancara. Persetujuan etis diberikan oleh Komite Etika
Penelitian Bath (05/Q2001/5).
8. Apakah analisis Ya PETUNJUK:Pertimbangkan
datanya cukup teliti?
TidakTahu
√ • Jika ada penjelasan mendalam tentangnya
proses analisis
• Jika analisis tematik digunakan. jikaya, apakah
jelas bagaimana kategori/tema tersebut diturunkan
TIDAK Dari data
• Apakah peneliti menjelaskan bagaimana data
yang disajikan dipilih dari sampel Asli untuk
menunjukkan analisisnya proses
• Jika data yang disajikan cukup untuk mendukung
temuannya
• Sejauh mana data yang kontradiktif diperhitungkan
• Apakah peneliti secara kritis memeriksa peran
mereka sendiri, potensi bias dan pengaruhnya
Selama analisis dan pemilihan data untuk
presentasi

Komentar: Metode analisi data sudah sesuai dalam pendekatan kualitatif, yaitu menggunakan analisis tematik yang
melibatkan enam tahap yaitu : 1. Transkip data. 2. Familiarisasi dengan data, 3. Pembuatan kode awal,
4. Pencarian tema, 5. Mendefenisikan tema. 6. Penamaan dan defenisi tema. Penelitian ini juga
menggunakan perangkat lunak Nvivo untuk membantu proses analisi

9. Apakah ada pernyataan Ya PETUNJUK:Pertimbangkanapakah

temuan yang jelas?


TidakTahu
√ • Jika temuannya
eksplisit
• Jika ada diskusi yang memadai
mengenai bukti yang mendukung dan
TIDAK menentang argumen peneliti

• Jika peneliti telah


mendiskusikan kredibilitas
temuannya (mis
triangulasi, validasi responden,lebih lanjut
dari satu analis)
• Jika temuan dibahas sehubungan dengan
Pertanyaan penelitian awal

Komentar: Studi ini memberikan temuan yang jelas terkait pengalaman dan motivasi individu yang baru
didiagnosis menderita diabetes tipe 2. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa motivas untuk
perubahan gaya hidup dapat berubah seiring waktu dan dipengaruhi oleh factor-faktor seperti
pengetahuan, dukungan dan identitas diri
Hal. 9
Bagian C: Akankah hasilnya membantu secara lokal?

10. Seberapa berharganya


PETUNJUK:Pertimbangkan
penelitian ini? o Jika peneliti membahas hal tersebut
o kontribusi penelitian terhadap pengetahuan
atau pemahaman yang ada (misalnya
apakah mereka mempertimbangkan temuan
yang ada dalam kaitannya dengan temuan
saat ini
o praktik atau kebijakan, atau penelitian yang
relevan- berbasis literatur
o Jika mereka mengidentifikasi area baru yang
menjadi tempat penelitian diperlukan
o Jika peneliti telah mendiskusikan apakah atau
bagaimana temuannya dapat ditransfer
 Populasi lain atau dianggap lain cara penelitian
tersebut dapat digunakan

Komentar: Peneliti menyorot tentang pentingnya memahami kualitas motivasi perubahan gaya hidup para
penderita yang baru terdiagnosa DM tipe 2.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com

Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204


DOI 10.1186/s12889-018-5114-5

ARTIKEL PENELITIAN Akses terbuka

“Saya telah menjadikan ini sebagai gaya hidup saya sekarang”:


sebuah studi kualitatif prospektif tentang motivasi perubahan
gaya hidup di antara orang-orang dengan diabetes mellitus
tipe dua yang baru didiagnosis

Simon J.Sebire1*, Zoi Tumpakari1, Katrina M.Turner2,3, Ashley R. Cooper1,4, Angie S.Halaman1,4, Alice Malpass5
dan Robert C.Andrews6

Abstrak
Latar belakang:Diagnosis Diabetes Tipe 2 adalah kesempatan bagi individu untuk mengubah aktivitas fisik dan perilaku pola makannya.
Pedoman pengobatan diabetes merekomendasikan perawatan berbasis teori, berpusat pada pasien dan menganjurkan pemberian dukungan
untuk motivasi pasien namun pengalaman motivasi orang yang baru didiagnosis menderita diabetes belum diteliti dengan baik. Dibingkai
dalam teori penentuan nasib sendiri, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara kualitatif bagaimana kelompok pasien ini
mengartikulasikan dan mengalami berbagai jenis motivasi ketika mencoba perubahan gaya hidup.

Metode:Analisis sekunder berupa data wawancara semi-terstruktur dikumpulkan terhadap 30 (n perempuan = 18, n laki-laki = 12)
orang dewasa yang baru didiagnosis menderita diabetes tipe dua dan merupakan peserta uji coba ACTID Awal. Analisis konten
terarah deduktif dilakukan menggunakan NVivo V10 dan triangulasi peneliti untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan
pengalaman dan narasi pasien yang mencerminkan jenis motivasi yang diuraikan dalam teori penentuan nasib sendiri dan
apakah/bagaimana hal ini berubah seiring waktu.

Hasil:Temuan ini mengungkapkan keragaman kualitas motivasi baik di antara maupun di dalam individu dari waktu ke waktu dan bahwa
pasien dengan diabetes yang baru terdiagnosis memiliki beragam motivasi yang seringkali bersaing dalam perubahan perilaku gaya hidup.
Dengan menerapkan teori penentuan nasib sendiri, kami mengidentifikasi bahwa banyak peserta melaporkan motivasi terkontrol yang
relatif dominan untuk mematuhi rekomendasi gaya hidup, menghindari ketidakpatuhan mereka “ketahuan” atau menekan rasa bersalah
setelah gagal dalam upaya perubahan perilaku. Narasi seperti itu disertai dengan pengalaman lambatnya kemajuan perubahan perilaku
yang membuat frustrasi. Motivasi yang lebih otonom dinyatakan sebagai sesuatu yang sering dicapai seiring berjalannya waktu dan
mencerminkan tujuan untuk meningkatkan kesehatan, kualitas hidup, atau waktu bersama keluarga. MotivasiinternalisasiHal ini terbukti
dan beberapa peserta telah mengintegrasikan perubahan perilaku mereka ke dalam cara hidup baru yang mereka anggap mampu
menghadapi hambatan yang sama.

Kesimpulan:Motivasi untuk perubahan gaya hidup setelah diagnosis diabetes tipe dua bersifat kompleks dan penentuan nasib
sendiri bisa jadi relatif rendah. Untuk mencapai aspirasi pemberdayaan pasien dalam rencana layanan kesehatan nasional saat ini,
pengembang intervensi, dan dokter sebaiknya mempertimbangkan hal inikualitasbukan hanya kuantitas motivasi pasiennya.

Pendaftaran percobaan:ISRCTNISRCTN92162869. Terdaftar secara retrospektif Kata

kunci:Diabetes tipe 2, Motivasi, Perubahan perilaku, Intervensi, Kualitatif

* Korespondensi:simon.sebire@bristol.ac.uk
1Pusat Latihan, Ilmu Gizi & Kesehatan, Sekolah Studi Kebijakan,

Universitas Bristol, 8 Priory Road, Bristol BS8 1TZ, Inggris


Daftar lengkap informasi penulis tersedia di akhir artikel

© Penulis. 2018Akses terbukaArtikel ini didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0 (
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media
apa pun, asalkan Anda memberikan kredit yang sesuai kepada penulis asli dan sumbernya, memberikan tautan ke lisensi Creative
Commons, dan menunjukkan jika ada perubahan. Pengabaian Dedikasi Domain Publik Creative Commons (http://
creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) berlaku untuk data yang tersedia dalam artikel ini, kecuali dinyatakan lain.
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 2 dari 10

Latar belakang Dalam SDT (Tabel1), bentuk motivasi yang paling ditentukan
Pemberdayaan pasien adalah landasan pengobatan kontemporer oleh diri sendiri adalahmotivasi intrinsik,dimana perilaku didorong
dan merupakan inti dari rencana layanan kesehatan nasional [1]. oleh minat, kenikmatan, atau kepuasan yang ditimbulkannya. Jenis
Individu semakin terdorong, dengan dukungan dari para motivasi yang tidak bersifat intrinsik namun didasarkan pada
profesional, untuk mengelola kesehatan mereka sendiri. Agar konsekuensi atau hasil nyata dapat bervariasi dalam tingkat
pendekatan ini efektif, diperlukan pemahaman terperinci tentang otonomi/pengaturan diri. Bentuk paling otonom (motivasi
bagaimana pengalaman pasien dalam mengatur perilaku mereka terintegrasi)adalah motivasi yang berasal dari keselarasan hasil
ketika mereka memulai dan berupaya mempertahankan perilaku tertentu (misalnya makan sehat) dengan perasaan, nilai,
perubahan perilaku kesehatan. atau tujuan seseorang yang lebih luas. Kurang menentukan nasib
Sekitar 6% populasi orang dewasa di Inggris menderita sendiri, namun masih dianggap otonommotivasi yang
diabetes, 90% merupakan kasus Diabetes Melitus Tipe 2 teridentifikasiyang didasarkan pada manfaat yang penting atau
(T2DM) dan prevalensi T2DM terus meningkat [2]. Beban bernilai secara pribadi dari suatu aktivitas (misalnya, nilai manfaat
DMT2 terhadap kesehatan individu (yaitu, peningkatan risiko kesehatan atau sosial dari aktivitas aktif).Motivasi yang diintrojeksi
penyakit kardiovaskular, amputasi, penyakit ginjal, retinopati, adalah suatu bentuk motivasi yang terkendali dimana sanksi yang
dan depresi) dan perekonomian telah terdokumentasi dengan dikenakan pada diri sendiri seperti menghindari rasa bersalah
baik dan mencegah, mengelola, dan mengobati diabetes atau mendapatkan harga diri yang bergantung pada diri sendiri
merupakan prioritas kesehatan masyarakat [2]. mendorong perilakumotivasi eksternal mewakili motivasi yang
Inti diagnosis dengan T2DM adalah kesempatan bagi dokter untuk didasarkan pada keinginan untuk mematuhi tuntutan atau
membantu pasien memulai perubahan perilaku gaya hidup seperti permintaan eksternal, menghindari hukuman atau untuk
aktivitas fisik dan pola makan [3]. Pedoman untuk perawatan orang mendapatkan imbalan. Akhirnya,mewakili motivasitidak adanya
dewasa dengan DMT2 dibangun berdasarkan landasan perawatan motivasi atau niat untuk bertindak. Proses dinamis (walaupun
yang berpusat pada pasien, dan menganjurkan penyediaan pendidikan tidak selalu linier) yang melaluinya kemajuan individu dari
pasien berbasis teori pada, atau segera setelah diagnosis untuk motivasi yang kurang mengatur diri/otonom disebutinternalisasi [
membuat rencana manajemen yang dipersonalisasi, menggabungkan 15].
saran mengenai diet, meningkatkan aktivitas fisik dan penurunan berat Penelitian pada penderita T2DM menunjukkan bahwa motivasi
badan. berat [3]. Disarankan juga agar pasien mencoba memperbaiki otonom berhubungan positif dengan perilaku gaya hidup seperti
pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik selama 3 bulan sebelum aktivitas fisik.16], diet perawatan diri [17,18], kepatuhan pengobatan [
memulai pengobatan [4]. Panduan terkait (misalnya, Institut Nasional 13], mediator utama perubahan perilaku (misalnya perencanaan
untuk Keunggulan Kesehatan dan Perawatan) mengenai perubahan tindakan) [18] dan peningkatan berkelanjutan dalam kesehatan fisik
perilaku gaya hidup seperti aktivitas fisik menyarankan serangkaian termasuk pengendalian diabetes [12]. Ada juga beberapa bukti bahwa
teknik untukmemotivasi dan mendukungperubahan di tingkat individu motivasi yang terkendali (misalnya, tekanan untuk mematuhi saran
termasuk membantu pasien memahami konsekuensi dari perilaku atau mengubah perilaku untuk menyenangkan orang lain atau untuk
mereka yang berhubungan dengan kesehatan, menetapkan tujuan, menekan perasaan bersalah) dikaitkan dengan peningkatan pola
dan merancang strategi penanggulangan untuk mencegah makan mandiri di antara orang-orang dengan T2DM yang baru
kekambuhan [5]. Namun, meskipun ada potensi saling melengkapi didiagnosis [19]. Bersama-sama, bukti ini menyoroti manfaat yang
fokus ganda pada pengaturan diri dan motivasi pasien, pedoman saat terkait dengan motivasi otonom, namun juga motivasi terkontrol
ini tidak mempertimbangkan sejauh mana motivasi pasien untuk mungkin berperan dalam perubahan gaya hidup orang dengan
mengubah gaya hidup itu diatur sendiri atau tidak. diabetes yang baru didiagnosis. Hal ini tidak mengherankan mengingat
setelah diagnosis, pasien biasanya menerima informasi (misalnya,
Baru-baru ini Fisher dkk. [6] telah menyatakan bahwa mengidentifikasi perilaku gaya hidup sebelumnya yang mungkin
kemanjuran intervensi yang diarahkan pada diabetes “sering berkontribusi terhadap diabetes, kemungkinan komplikasi kesehatan
kali bergantung pada seberapa baik seorang dokter mampu di masa depan, perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk
mendukung keterlibatan pribadi dan motivasi penderita mengelola gejalanya, serta target berat badan dan glukosa darah yang
diabetes untuk menggunakan alat dan pengetahuan baru ini harus dipenuhi) ; interaksi yang berpotensi memicu motivasi
secara konsisten, dan sesuai arahan”. Teori penentuan nasib perubahan yang bersifat otonom (misalnya, mengidentifikasi alasan
sendiri (SDT) [7] adalah kerangka psikologis pengaturan diri penting pribadi untuk melakukan perubahan) atau terkendali
motivasi yang telah banyak diterapkan pada aktivitas fisik [8], (misalnya, merasa bersalah atau tertekan).
pola makan [9], kepatuhan pengobatan [10] dan intervensi
pengendalian diabetes [11–13]. Daripada hanya Mayoritas penelitian sebelumnya telah mempelajari motivasi di
mempertimbangkannya kuantitas motivasi orang (yaitu, antara orang-orang dengan T2DM menggunakan kuesioner
termotivasi vs tidak termotivasi) seperti pada penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif yang ada hanya
sebelumnya dengan pasien T2DM [14], dalam SDT, itukualitas mengidentifikasi faktor-faktor motivasi seperti manajemen berat
motivasi dianggap berdasarkan sejauh mana motivasi itu badan dan kesejahteraan fisik dan mental sebagai motivasi
diatur sendiri [15]. aktivitas fisik di antara orang-orang yang berisiko diabetes [20].
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 3 dari 10

Tabel 1Jenis motivasi sepanjang kontinum Teori Penentuan Nasib Sendiri dan contoh pola makan/aktivitas fisik
Amotivasi Motivasi Ekstrinsik Motivasi intrinsik
Peraturan yang terkendali Regulasi otonom
Non-regulasi Regulasi Eksternal Peraturan yang Diintrojeksi Diidentifikasi Terintegrasi Hakiki
Peraturan Peraturan Peraturan

Tipe motivasi Kurang motivasi Perilaku gaya hidup Tujuan perubahan gaya hidup Perubahan gaya hidup Perilaku gaya hidup Perilaku gaya hidup
keterangan atau niat untuk bertindak perubahan adalah menghindari dalam menghindari rasa bersalah secara pribadi selaras dengan nilai- menyenangkan
hukuman atau keuntungan atau meningkatkan harga diri penting atau nilai pribadi lainnya atau secara inheren

sebuah hadiah bernilai dan tujuan memuaskan untuk dilakukan

Pola makan / fisik Tidak mengubah milik seseorang Makan lebih sedikit Berolahraga karena Mempertahankan milik seseorang Makan yang sehat memang sejalan Mencoba hal baru
contoh kegiatan perilaku gaya hidup penganan ke seseorang merasakannyasebaiknya, kebugaran jasmani adalah dengan keinginan seseorang resep sehat adalah
atau secara pasifpergi menghindari menjadidiberi tahu dan akan merasa bersalah jika tidak secara pribadi tujuan untuk aktif secara memuaskan dan menyenangkan

melalui gerakan matioleh ahli gizi melakukannya tujuan penting fisik

Meskipun ada panggilan dari peneliti [21], itukualitasMotivasi Kelompok DPAI didorong untuk meningkatkan aktivitas fisik
orang-orang yang berada pada fase awal memulai perubahan minimal 30 menit jalan cepat dalam 5 hari/minggu. Intervensi ID
perilaku setelah diagnosis diabetes belum diteliti dari sudut dan DPAI tidak didasarkan pada SDT atau teori psikologis lainnya,
pandang pasien. Penting untuk mengatasi kesenjangan ini namun mencakup teknik perubahan perilaku; pemberian
karena memahami pengalaman motivasi masyarakat pada informasi, menetapkan dan menegosiasikan pencapaian aktivitas
saat-saat kritis perubahan perilaku dapat memberikan fisik dan/atau perilaku makan dan tujuan penurunan berat badan,
masukan dalam desain intervensi atau perawatan gaya hidup penimbangan pada janji temu, identifikasi penghalang dan
yang berpusat pada pasien. bantuan untuk mengatasinya, dorongan untuk memantau berat
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengeksplorasi secara kualitatif badan secara mandiri, melengkapi buku harian makanan dan
bagaimana orang yang baru didiagnosis dengan T2DM atau/aktivitas fisik, dan memakai a alat pengukur langkah.
mengartikulasikan dan mengalami motivasi untuk perubahan gaya
hidup seperti yang diusulkan dalam SDT, dan (2) untuk menguji bukti
kualitatif untuk internalisasi motivasi pasien dari waktu ke waktu (yaitu, Perekrutan orang yang diwawancarai

transisi dari penyakit terkontrol). untuk motivasi otonom). Pada pertemuan awal, setiap peserta diberikan informasi tentang
penelitian kualitatif dan diminta persetujuannya untuk didekati
Metode untuk mengambil bagian dalam wawancara. Individu yang
Desain studi memberikan persetujuan sengaja dijadikan sampel untuk
Analisis sekunder berupa data wawancara yang memastikan wawancara diadakan dengan peserta di setiap
dikumpulkan dengan individu yang baru didiagnosis kelompok uji coba, dengan pria dan wanita dari berbagai usia, dan
menderita T2DM dan merupakan peserta uji coba Early dari lokasi uji coba yang berbeda. Tidak ada hubungan yang
ACTID (Early ACTivity In Diabetes). terjalin dengan peserta sebelum wawancara.

Uji coba awal ACTID Pengumpulan data


ACTID awal adalah RCT gaya hidup, yang dilakukan antara Tujuan dari penelitian kualitatif ACTID yang asli adalah untuk
Desember 2005 dan September 2009, di tiga lokasi di Inggris mengeksplorasi pengalaman pasien yang baru didiagnosis
Barat Daya, yang melibatkan 593 orang dewasa berusia T2DM dan mengelola kondisi mereka serta memantau
antara 30 dan 80 tahun yang telah menerima diagnosis T2DM pelaksanaan dan mengidentifikasi perbaikan pada intervensi.
dalam 6 bulan sebelumnya [22]. Pasien direkrut melalui Tiga puluh pasien (n perempuan = 18) diwawancarai, terdiri
praktik dokter umum dan diacak ke tiga kelompok; perawatan dari 6 dari kelompok UC (n perempuan = 3), 12 dari kelompok
biasa (UC), saran diet intensif (ID), atau saran diet intensif dan ID (n perempuan = 8) dan 12 (n perempuan = 7) dari kelompok
intervensi aktivitas fisik (DPAI). Perawatan biasa terdiri dari DPAI. Peserta berusia antara 40 dan 72 tahun. Wawancara
pemberian nasihat standar dari ahli gizi pada pertemuan awal, semi terstruktur dilakukan (oleh AM) pada 6 bulan (wawancara
diikuti dengan dua kunjungan ke dokter yang tidak tatap muka) dan 9 bulan (wawancara telepon) pasca
mengetahui alokasi pengobatan pada 6 dan 12 bulan setelah pengacakan. Wawancara selama 6 bulan diatur waktunya agar
pengacakan. Kelompok ID terdiri dari UC ditambah 15 tidak mempengaruhi pengalaman peserta pada tahap
pertemuan 20 menit dengan perawat atau ahli gizi selama 12 intervensi awal. Pada usia 9 bulan, peserta telah menerima
bulan setelah pengacakan di mana pasien didorong untuk sebagian besar intervensi dan waktu yang cukup untuk
mencapai pengurangan asupan harian sebesar 500 Kkal dan melakukan perubahan gaya hidup setelah diagnosis dan
penurunan berat badan awal sebesar 5 hingga 10% selama 12 dimasukkan dalam uji coba.
bulan. Selain menerima intervensi UC dan ID, pasien di Wawancara selama 6 bulan mencakup topik-topik termasuk
respons terhadap diagnosis, penggunaan informasi, dan perilaku
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 4 dari 10

perubahan dan hubungan dengan tim klinis [23]. Wawancara tema-tema yang muncul. Para peneliti sepakat
selama 9 bulan mencakup topik-topik termasuk perubahan bahwa kutipan yang disajikan mewakili tema.
pola makan dan/atau olahraga, mempertahankan perubahan,
hambatan, mengatasi pengurangan frekuensi janji temu, dan Hasil
berakhirnya uji coba. Baik panduan wawancara maupun Hasilnya disajikan dalam enam tema yang mencerminkan
wawancara itu sendiri tidak didasarkan pada SDT, meskipun jenis motivasi di SDT (Lihat Tabel1) dengan narasi yang
topik motivasi perubahan dibahas secara mendalam. Dalam mencerminkan internalisasi (atau kekurangan) yang
tim pengumpulan data asli, KM dan AM mendiskusikan tema terintegrasi dengan setiap jenis motivasi. Jenis kelamin
dan saturasi data yang berkaitan dengan pertanyaan peserta, alokasi kelompok uji coba (ID: Saran Diet Intensif,
penelitian. Pada saat itu, hal ini dirasa telah tercapai. Bulan ke DPAI: Saran Diet Intensif & Aktivitas Fisik, & UC: Perawatan
6 (n =30) dan 9 bulan (n =29, satu peserta tidak berpartisipasi Biasa) dan titik waktu wawancara ditampilkan untuk setiap
dalam wawancara selama 9 bulan) durasi wawancara rata-rata kutipan.
masing-masing 90 dan 15 menit. Rekaman audio wawancara
ditranskrip kata demi kata. Persetujuan etis diberikan oleh Amotivasi
Komite Etika Penelitian Bath (05/Q2001/5). Beberapa peserta enggan untuk berubah dan menyatakan sikap pasif
terhadap perubahan apa pun yang mereka laporkan. Mengabaikan
diabetes seseorang, merasa tidak berdaya, tidak mampu mengubah
atau pasrah dengan cara hidup saat ini dan tidak mempercayai
Analisis data manfaat kesehatan dari pengobatan yang direkomendasikan juga
Analisis ini menggabungkan analisis kualitatif sekunder merupakan hal yang umum:
baik supra (yaitu, dengan menjawab pertanyaan teoritis
baru) dan tambahan (yaitu, penyelidikan yang lebih …tablet yang lain saya minum pagi semua, yang ini malam
mendalam mengenai tema-tema motivasi yang tidak hari, lalu suatu malam saya lupa, lalu malam berikutnya
dibahas sepenuhnya dalam penelitian utama).24]. Analisis saya lupa dan saya tidak mau repot meminumnya karena
awal yang melibatkan tiga penulis menunjukkan bahwa saya tidak berpikir - saya tidak percaya tablet akan
terdapat cukup penjelasan untuk mengeksplorasi kualitas bermanfaat bagi [saya] - Anda tahu? (Mo, laki-laki, DPAI, 6
motivasi partisipan. Semua data yang tersedia dianalisis bulan)
menggunakan analisis isi terarah yang sesuai dimana teori
yang ada dapat memandu pertanyaan penelitian dan tema Beberapa peserta merasa tidak berdaya: “Pada usia 66 saya hampir
awal berdasarkan teori serta dapat didukung, ditantang tidak… akan banyak berubah” (Ronny, laki-laki, ID, 6 bulan) dan yang
atau diperluas [25]. Analisis utamanya bersifat deduktif lain melaporkan tindakan yang bertentangan dengan nasihat yang
dan berupaya mengidentifikasi pengalaman dan narasi tidak sejalan dengan “kehidupan yang baik”,menipu praktisi kesehatan
pasien yang mencerminkan jenis motivasi yang diuraikan mereka agar terlihat patuh:
dalam Tabel1. Lebih lanjut, analisis partisipan menyelidiki
bukti internalisasi motivasi antara wawancara 6 dan 9 Yah, mereka tidak tahu aku tidak melakukan apa pun, aku menjalani kehidupan

bulan. Selain analisis deduktif, pengkodean juga bersifat yang baik dan menjadi anak yang baik. [tertawa] Saya tidak memberi tahu

fleksibel sehingga memungkinkan narasi peserta dan mereka, saya kembali makan scone, mereka hanya berkata “bagaimana

konteks pribadi memandu kompleksitas tema dan dietmu?” Dan saya bilang “oke”. (James, pria, UC, 6 bulan)

munculnya tema-tema baru.


Transkrip dimuat ke perangkat lunak NVivo (QSR International Tiga bulan kemudian, James tidak mengubah motivasi atau pola
Pty Ltd. Versi 10, 2012) untuk memungkinkan pengkodean data makannya:
dan untuk memfasilitasi pengorganisasian kode ke dalam tema
dan subtema. Coding dilakukan oleh dua orang peneliti (ZT & SJS) Ya, saya hampir tidak pernah melakukan [perubahan pola makan]
yang mempunyai pengalaman mempelajari SDT. Keduanya apa pun, hanya memotong scone dan biskuit Rich Tea, hanya itu
memulai dengan mengkodekan tiga transkrip yang sama, yang telah saya lakukan, tapi itu sudah hilang [ditinggalkan] dalam
mendiskusikan interpretasi/kode awalnya dan kemudian beberapa bulan terakhir, ingat. (James, pria, UC, 9 bulan)
menyempurnakan kerangka pengkodean awal (yaitu, kode baru
ditambahkan dan kode yang sudah ada dihapus/disempurnakan).
Kerangka pengkodean tersebut kemudian diterapkan pada lima Motivasi eksternal
transkrip lainnya, selanjutnya disempurnakan dan disetujui dan Mayoritas peserta menyebut motivasi mereka dikendalikan
kemudian diterapkan pada 52 transkrip sisanya yang dibagi rata oleh sumber eksternal ketika pertama kali mengubah perilaku
antara ZT dan SJS. Triangulasi peneliti dilakukan melalui pasca diagnosis. Peserta merasa dibatasi dalam diri mereka “
pengkodean transkrip independen dan pertemuan rutin untuk diperbolehkan makan” (Frank, pria, UC, 6 bulan) atau latihan
membahas penyempurnaan kode dan yang mereka “harus"Mengerjakan
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 5 dari 10

(Nina, perempuan, DPAI, 6 bulan), menganggap intervensi berakhir yang memberi mereka motivasi yang mereka butuhkan
perubahan tersebut tidak menyenangkan dan untuk mempertahankan perubahan.
mengancam kualitas hidup mereka. Motivasi eksternal
umumnya diartikan dari narasi tentang pasienkepatuhan Karena tidak terlalu sering bertemu dengan [praktisi], tidak
dengan rekomendasi atau tujuan praktisi kesehatan ACTID ada seorang pun yang berada di atas saya, menjaga…Saya
Awal untuk menghindari hasil negatif (seperti peningkatan benar-benar seperti anak kecil, saya kira, saya membutuhkan
pengobatan). seseorang untuk memberi dorongan pada saya…dan aku tahu
ini akan segera berakhir sekarang, jadi menurutku aku
Saya bisa menjadikan [buku-buku] itu sebagai referensi untuk menjadi sedikit kendur. (Mo, laki-laki, DPAI, 9 bulan)
membatasi asupan karbohidrat, yang sedang saya coba lakukan
saat ini. Ini adalah tujuan terbaru saya - atau tujuan ahli gizi saya.
Dan dengan cara itu saya berharap bisa mengurangi kadar
glukosa ini sedikit lagi…Saya tidak ingin mendapatkan tablet Motivasi yang diintrojeksi
ketiga sehari, itulah yang saya coba hindari. (Stuart, Pria, ID, 6 Motivasi berdasarkan tekanan pribadi seperti menghindari rasa
bulan) bersalah umumnya berakar pada nasihat gaya hidup yang sebagian
terinternalisasi. Peserta memahami alasan perubahan gaya hidup
Beberapa perilaku peserta dimotivasi oleh keinginan namun tampaknya relatif dikendalikan oleh alasan-alasan tersebut
untuk menunjukkan bahwa mereka memang demikian dibandingkan menggambarkan alasan tersebut sebagai sesuatu yang
"berperilaku"antara janji temu, menyelesaikan aktivitas bernilai secara pribadi. Peserta umumnya melaporkan motivasi
perubahan perilaku seperti catatan harian diet, dan olahraga yang diinjeksikan untuk membakar kalori yang dikonsumsi
ketakutan bahwa ketidakpatuhan akan diidentifikasi selama penyimpangan pola makan:
melalui pengukuran:
Memang benar jika saya sudah makan sesuatu yang saya tahu
Mengetahui bahwa saya akan sering bertemu dengan tidak seharusnya saya makan dan saya belum pernah berolahraga,
[praktisi].…sebagian dari diriku mengatakan “baiklah, kamu saya lebih bertekad untuk pergi dan berolahraga, karena…Aku
harus berperilaku baik, gadis karena kamu akan pergi harus menyingkirkannya, aku harus membakarnya. (Wendy,
menemui mereka, dan mereka akan tahu jika kamu tidak Wanita, ID, 9 bulan)
berperilaku baik, berat badanmu, levelmu, dan yang
lainnya” (Wendy, Wanita, ID, 9 bulan) Demikian pula, motivasi yang diintrojeksi adalah hal yang umum
ketika peserta menggantungkan harga diri mereka pada perubahan
Narasi yang kaya akan motivasi eksternal bertepatan dengan perilaku yang sukses namun tidak mencapainya. Mereka menilai
laporan tentang tantangan terhadap perubahan perilaku dan perilaku mereka sebagai “salah"versus kanan dan diri mereka sendiri
kekecewaan ketika upaya tidak membuahkan hasil yang sebagai “nakal”, “bodoh”atau di "kesalahan".
diinginkan seperti penurunan berat badan:
Saya akan menjadi baik dan kembali melakukan diet, itu
Jadi kita di sana memotong, memotong, memotong, dan sepenuhnya salah saya karena saya tahu benar dan salah
melakukan semua yang mereka katakan dan bebannya tidak turun, serta apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.…saat itu juga
'oh kamu harus meningkatkan keluaranmu', jadi keluaran saya musim panas dan barbeque dan menurutku aku sangat nakal
sekarang naik, bebannya tidak turun mati, kamu tahu? (Hugh, Laki- dan bodoh dan membiarkan hal ini terjadi, tapi aku menemui
laki, DPAI, 6 bulan) ahli gizi pada hari Kamis, jadi ini sepenuhnya salahku sendiri. (
Diana, perempuan, DPAI, 9 bulan)
Mayoritas peserta yang mengartikulasikan motivasi eksternal
pada 6 bulan, tampaknya tetap dikendalikan oleh sumber Menunjukkan interaksi antara motivasi eksternal dan motivasi
eksternal 3 bulan kemudian. Selama wawancara kedua, rendahnya introjeksi dari waktu ke waktu, pada usia 6 bulan, Clive (Pria, DPAI)
kenikmatan mereka terhadap perubahan gaya hidup terus termotivasi oleh imbalan karena mencegah memburuknya
berlanjut, dan mereka melaporkan tantangan, penyimpangan, dan diabetesnya, namun memandang perubahan pola makan tertentu
lambatnya kemajuan menuju perubahan yang mereka rasa tidak sebagai hukuman:
dapat mereka kendalikan:
Saya sangat termotivasi dengan reward jika berkenan, dan saya
Segalanya berjalan seperti kereta lambat tanpa stasiun apa menganggap reward karena tidak melakukan hal tersebut adalah
pun. (Mawar, Wanita, DPAI, 9 bulan) diabetes saya tidak bertambah parah, dan jika saya bisa menahannya,
maka saya akan menghukum diri saya sendiri dengan hal lain, seperti
Peserta (di semua kelompok uji coba) umumnya memberi menambah gula dan manisan (Clive, Pria, DPAI, 6 bulan)
khawatir akan kehilangan dukungan profesional ketika
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 6 dari 10

Tiga bulan kemudian, diabetes Clive memburuk, dia diberi untuk perubahan, mengikuti nasihat dan ingin menghindari perasaan malu yang
resep obat untuk meningkatkan kontrol gula darahnya dan terkait dengan hal tersebut di masa depanbukanmengubah:

merasa bersalah karena tidak melakukan perubahan lebih


awal. Dia sekarang merasakan tekanan internal untuk Saya tidak ingin hal itu [masalah jantung] terjadi pada saya karena saya
mengadopsi nasihat gaya hidup “lebih serius". tidak mengikuti garis yang direkomendasikan. Jika hal itu terjadi pada
saya karena alasan lain maka itu adalah sesuatu yang mungkin tidak
Saya mengutuk diri sendiri karena tidak memberikan semuanya dapat saya kendalikan, namun jika ada sesuatu yang dapat saya
[makanan tidak sehat] dan mencoba untuk tetap berdiet daripada sumbangkan untuk menghentikan hal tersebut terjadi maka saya akan
harus mengonsumsi tablet.…Saya masih membiarkan diri saya melakukannya. (Robert, laki-laki, UC, 6 bulan)
makan beberapa makanan manis dalam seminggu, dan
seandainya saya tahu bahwa hal itu akan membawa saya keluar Untuk beberapa peserta, diagnosis mereka menderita diabetes
dari pola makan dan beralih ke tablet, saya pikir saya akan memberikan “motivasi yang lebih kuat dan lebih besar daripada
berusaha lebih keras lagi.…Jadi ya, saya benar-benar harus puas motivasi lain untuk tidak melakukannya” (Alice, Wanita, ID, 6
dengan tablet ini - dan menganggapnya lebih serius daripada yang bulan). Hal ini berbeda dengan motivasi diet berbasis penampilan
pernah saya lakukan. (Clive, Pria, DPAI, 9 bulan) mereka sebelumnya yang kurang efektif:

Seperti itulah pola makan saya, saya [tidak akan] mematuhinya, karena
- menurut Anda tidak ada alasan kesehatan mengapa Anda harus tetap
Motivasi yang teridentifikasi berpegang pada hal ini selain dari kesombongan dengan pelangsingan.
Saat diagnosis, semua peserta telah diberitahu tentang potensi Namun begitu Anda diberi tahu bahwa Anda menderita diabetes, yang
implikasi kesehatan dari diabetes dan manfaat perubahan gaya hidup terbaik bagi Anda adalah menurunkan berat badan dan tetap menjalani
untuk pengendalian glukosa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pola makan sehat. Jadi saya kira secara tidak langsung komplikasi itu
banyak orang yang menilai manfaat kesehatan yang dialami atau membantu Anda dengan cara lain, dan kemudian saya merasa jauh
diantisipasi dari perubahan pola makan atau aktivitas fisik, termasuk lebih baik sekarang karenanya. (Maria, perempuan, DPAI, 6 bulan)
merasa lebih bugar, sehat, meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan. Orang lain yang diidentifikasi harus menjaga
kesehatannya agar dapat menghabiskan waktu bersama keluarga dan/ Peserta membawa motivasi mereka yang teridentifikasi dari 6 hingga 9
atau memenuhi tanggung jawab pengasuhan: bulan tetapi juga menyatakan kebutuhan mereka akan dukungan kolaboratif
profesional atau sosial yang berkelanjutan untuk membantu mereka
(Saya) tidak ingin menjadi buta, saya tidak ingin kaki saya memantau diabetes dan/atau mendukung motivasi mereka:
dipotong dan saya ingin hidup lebih lama lagi. [tertawa] Dan
saya punya keluarga yang harus dijaga. Semuanya seperti itu. Saya takut itu [Early ACTID] berakhir. Saya ingin diawasi
Jadi saya ingin tetap sehat selama saya bisa, sebaiknya oleh para ahli, tetapi menurut saya mereka bukan ahli
dengan pengobatan sesedikit mungkin. (Pete, Laki-Laki, DPAI, dalam operasi saya…jika saya dipantau secara teratur
6 bulan) seperti sekarang, saya akan tahu bahwa diabeteslah yang
saya biarkan menjadi tidak terkendali dan saya akan
Seperti Pete, banyak peserta melaporkan motivasi yang melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Tanpa sadar
teridentifikasi berdasarkan pentingnya menghindari konsekuensi aku sangat khawatir. (Frank, Pria, UC, 9 bulan)
kesehatan yang buruk akibat diabetes. Meskipun bentuk motivasi
ini pada awalnya merupakan motivasi eksternal, dan bagi
sebagian orang disertai rasa takut akan konsekuensi jika tidak ada
perubahan, banyak peserta yang menginternalisasi ancaman Motivasi terpadu
kesehatan menjadi hasil perubahan yang bernilai secara pribadi. Beberapa peserta menggambarkan bagaimana seiring berjalannya waktu
Umumnya, motivasi berikut didasarkan pada keinginan peserta perilaku gaya hidup mereka menjadi termotivasi dengan membentuk pola,
untuk menghindari penyakit yang dialami oleh kerabat atau rutinitas, atau cara hidup baru. Banyak dari pernyataan berikut ini
temannya: diungkapkan dalam wawancara selama 6 bulan yang menunjukkan bahwa
beberapa peserta telah menginternalisasikan motivasi untuk perubahan
Mengetahui bagaimana ibu saya menderita diabetes dan gaya hidup secara relatif cepat setelah diagnosis:
fakta bahwa sebelum dia meninggal dia hanya bisa melihat,
saya berpikir “saya tidak ingin hal itu terjadi pada saya”. ( Saya pikir sekarang saya sudah masuk ke dalam suatu pola dan cara
Monica, perempuan, UC, 6 bulan) hidup (Jill, perempuan, DPAI, 6 bulan).

Lebih lanjut, pentingnya menghindari kesehatan Banyak narasi seperti ini mencerminkan proses
yang buruk disertai dengan tanggung jawab peserta internalisasi yang awalnya merupakan motivasi peserta
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 7 dari 10

rekomendasi gaya hidup yang terkendali namun seiring berjalannya waktu Kadang-kadang saya harus memaksakan diri melakukannya, tetapi saya selalu
selaras dengan persepsi mereka tentang kualitas hidup yang baik: merasa lebih baik ketika saya kembali. Saya selalu merasa saya mempunyai
lebih banyak energi, dan lebih banyak bangkit dan pergi ketika saya sudah

Jelas itu sudah menjadi gaya hidup sekarang, apa yang saya lakukan, sudah melakukannya. Kedengarannya konyol bukan- ini hampir seperti seseorang

menjadi gaya hidup, dan saya tidak terlalu memikirkannya. Beberapa bulan melakukan korek api dan Anda melakukannya lalu Anda kembali lagi. (Sylvia,

pertama saya melakukannya, saya berpikir “Saya tidak boleh melakukan ini, perempuan, DPAI, 6 bulan)

saya tidak boleh melakukan itu”, dan [praktisi] berkata “Saya pikir kamu
bersikap agak keras pada diri sendiri di sini, kamu bersikap sedikit terlalu ketat Robert mendemonstrasikan internalisasi di mana
dan Anda tidak akan mempertahankannya”. Tapi sekarang saya sudah terbiasa motivasinya beralih dari makan untuk mengikuti rekomendasi
dengan cara hidup yang sangat nyaman dengannya. (Nora, perempuan, KTP, 6 menjadi kombinasi yang terintegrasi (makanannya “gaya telah
bulan) berubah”)dan motivasi intrinsik (dia sekarang menikmati
makanan yang berbeda). Dia berpikir bahwa penting untuk
Referensi terhadap kebiasaan perilaku, memandang olahraga atau makan dimotivasi oleh kesenangan daripada tekanan.
sehat sebagai karakteristik pribadi, dan ketahanan fleksibel terhadap
tantangan seperti penyimpangan pola makan atau cuaca buruk adalah hal Ketika kamu melihat seseorang di sampingmu dengan
yang umum terjadi bersamaan dengan motivasi terintegrasi: makanan yang kamu sukai tetapi kamu tidak bisa
memakannya, aku tidak merasa iri lagi karena mereka
Saya telah menjadikan ini sebagai gaya hidup saya sekarang, olahraga saya, memakan sesuatu yang ingin aku makan, gayaku telah
itu menjadi sebuah rutinitas sekarang ketika saya bangun, saya sarapan dan berubah, aku sekarang menikmati jenis yang berbeda
keluar, dan saya benar-benar melakukannya. Jika hujan saya pergi, jika cuaca makanan, tapi yang penting aku menikmatinya, bukan hanya
benar-benar terik saya mungkin menunggu dan berkata “Saya akan pergi karena aku tahu itulah yang harus aku makan. (Robert, laki-
sore ini”, tetapi sangat jarang saya melewatkannya. (Penny, Wanita, ID, 9 laki, UC, 6 bulan)
bulan)

Karakteristik pribadi yang mendukung internalisasi perubahan gaya Diskusi


hidup antara lain mendengarkan nasihat praktisi, bertanggung jawab Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pertama
terhadap perubahan, bersikap positif, dan gigih. Peserta juga terhadap jenis motivasi perubahan gaya hidup yang
menyebutkan perlunya melakukan perubahan bertahap, merasa diartikulasikan dalam SDT di antara orang yang baru
bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan perubahan dan didiagnosis T2DM. Karena para peserta dilibatkan dalam
menyeimbangkan komponen gaya hidup mereka yang baru dan lebih intervensi gaya hidup, dapat dikatakan bahwa hampir semua
mapan (misalnya, kehidupan sosial) peserta memiliki motivasi untuk berubah, namun meskipun
demikian, temuan ini menyoroti keragaman dalam motivasi.
Secara sistematis [itu] menjadi bagian dari hidup Anda…Aku mencoba dalam kualitasbaik di antara maupun di dalam peserta. Data
hidup untuk tidak mempersulit hidup yang sulit, hanya mencoba prospektif memfasilitasi analisis transisi motivasi.
membuatnya mudah dengan memahami hal ini, mendengarkan apa yang Diagnosis dengan T2DM memicu berbagai respons emosional [
diberitahukan padamu dan bersikap positif tentang hal ini. (Nora, 26], pengawasan ketat terhadap gaya hidup pasien, ancaman
perempuan, KTP, 6 bulan) terhadap identitas sosial dan pribadi masyarakat, serta kebutuhan
untuk membangun representasi identitas baru [27]. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika banyak motivasi peserta untuk
Motivasi intrinsik melakukan perubahan terkendali, atau tidak diatur sendiri.
Beberapa peserta melaporkan menikmati cara makan baru Motivasi eksternal untuk mengubah pola makan atau aktivitas fisik
mereka atau relaksasi dan kepuasan yang didapat dari dialami ketika peserta mematuhi apa yang mereka anggap
berolahraga: sebagai nasihat diet yang membatasi dan karena takut akan
ketidakpatuhan (yaitu, “penyimpangan”) yang teridentifikasi dalam
Latihan sekarang telah menjadi bagian dari hidup saya sehingga saya tidak janji temu atau penilaian. Pada kontinum SDT (Tabel1) motivasi
menganggapnya sebagai kenyataan bahwa saya harus melakukannya sebagai eksternal dan introjeksi terletak berdekatan dan dalam teori,
tugas, saya melakukannya karena saya menikmatinya, saya pergi keluar, jam motivasi dipandang dinamis daripada statis [15]. Hal ini didukung
berjalan memilin otak. keluar untuk hari itu, bersantai, terkadang saya keluar oleh temuan kami karena para partisipan sering mengalami
dan kembali sebelum saya pergi, sebelum saya menyadarinya [tertawa]. Ya, motivasi-motivasi ini secara bersamaan, dengan mematuhi
saya menikmatinya. (Penny, Wanita, ID, 6 bulan) rekomendasi dan menyebut diri mereka sebagai “baik” atau
“nakal” dan perilaku mereka sebagai “benar” atau “salah”
Motivasi intrinsik terkadang didukung oleh motivasi berdasarkan sejauh mana perubahan perilaku mereka terjadi.
yang teridentifikasi dan diintrojeksi pada saat sukses. Konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
memutuskan untuk berolahraga: oleh para olahragawan
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 8 dari 10

tujuan ekstrinsik (relatif mengendalikan) [28], peserta yang motivasi hingga mengidentifikasi keuntungan pribadi, atau
motivasinya relatif terkendali mengalami kemajuan lambat yang mengintegrasikan perubahan sebagai bagian dari cara hidup yang
membuat frustrasi menuju tujuan akhir yang ditentukan secara menyenangkan, perubahan tersebut mungkin lebih berkelanjutan dan tahan
kaku (misalnya penurunan berat badan). Pengalaman motivasi terhadap tantangan umum terhadap perubahan perilaku (misalnya,
yang terkendali di antara orang-orang yang baru didiagnosis kurangnya waktu, periode liburan, & perubahan perilaku). rutin).
T2DM merupakan sumber konflik internal dan potensi hambatan Penelitian kuantitatif terbaru yang menggunakan SDT berupaya
bagi pengembangan pengaturan diri mereka. mengidentifikasi bagaimana berbagai jenis motivasi untuk
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa motivasi otonom aktivitas fisik umumnya berkumpul dalam diri individu [21,32,34].
dikaitkan dengan aktivitas fisik dan makan sehat [8, 9]. Motivasi yang Di antara orang dewasa dengan T2DM, Gourlan dkk. [21]
teridentifikasi (yaitu, penilaian penting secara pribadi terhadap suatu mengidentifikasi profil “penentuan nasib sendiri” (skor tinggi pada
perilaku) terutama berasal dari nilai yang diberikan partisipan terhadap jenis motivasi otonom), profil “sedang” (semua jenis motivasi
kesehatan, kualitas hidup dan tanggung jawab keluarga yang mereka cukup didukung), dan profil “gabungan tinggi” (semua jenis
pahami dapat dikompromikan oleh diabetes yang tidak terkontrol. motivasi sangat didukung ditambah motivasi sedang). Temuan
Peningkatan kesehatan adalah tujuan intrinsik [29] yang, relatif kami menambah bukti pengalaman lebih lanjut untuk mendukung
terhadap tujuan ekstrinsik, seperti peningkatan penampilan, dikaitkan keberadaan profil motivasi multifaset yang umumnya mencakup
dengan motivasi otonom dan perilaku aktivitas fisik [30,31]. Hasilnya motivasi otonom dan terkendali. Misalnya, di antara pasien yang
menambah dukungan pengalaman pada temuan ini karena bagi melaporkan sebagian besar motivasi teridentifikasi dan intrinsik,
beberapa peserta, alasan perubahan berbasis kesehatan, yang dipicu motivasi terkontrol tingkat rendah (sering kali diintrojeksi) kadang-
oleh diagnosis T2DM, lebih memotivasi dibandingkan tujuan kadang mendukung pemeliharaan perubahan perilaku mereka.
penurunan berat badan berbasis penampilan ekstrinsik sebelumnya. Secara bersama-sama, temuan ini mendukung seruan bagi
Diagnosis diabetes mungkin menawarkan kesempatan untuk penelitian di masa depan untuk mengambil pendekatan yang
membantu individu mengidentifikasi tujuan intrinsik yang bermakna berorientasi pada teori daripada pendekatan yang berpusat pada
(misalnya, kesehatan atau waktu bersama keluarga) yang variabel untuk memahami motivasi [35] dan menunjukkan bahwa
kemungkinan besar akan mendukung motivasi otonom. pendekatan metode campuran mungkin sangat mencerahkan.

Meskipun peserta relatif baru didiagnosis menderita T2DM, Terlepas dari motivasi dominan mereka, peserta
beberapa melaporkan adanya motivasi terintegrasi (misalnya, aktivitas mengartikulasikan kebutuhan akan struktur dalam perawatan
fisik atau makan sehat menjadi bagian dari identitas mereka), yang mereka, biasanya melalui penyediaan bimbingan dan dukungan
memainkan peran penting dalam memotivasi pola makan [9] dan ahli. Namun, sifat struktur yang dicari berbeda-beda, bergantung
aktivitas fisik [32]. Setelah menginternalisasikan motivasi-motivasi pada motivasi peserta. Secara khusus, peserta yang sebagian
terkendali sejak awal (misalnya, beralih dari motivasi terkendali ke besar termotivasi oleh alasan-alasan yang bersifat otonom
motivasi otonom), gaya hidup baru para peserta telah menjadi sebuah mencari dukungan untuk pengaturan diri mereka yang sedang
pola atau cara hidup yang kuat terhadap tantangan. Motivasi terpadu berlangsung (dengan minat khusus pada penilaian hasil
berkembang seiring berjalannya waktu dan internalisasi didukung oleh kesehatan yang berkelanjutan), sedangkan peserta yang sebagian
faktor-faktor pribadi seperti sikap positif, ketahanan terhadap besar termotivasi oleh alasan-alasan yang terkendali mencari
hambatan (misalnya cuaca buruk), ketekunan dan praktisi yang pemberian motivasi yang lebih berkelanjutan (misalnya, didorong
mendorong perubahan bertahap. atau diminta) oleh seorang praktisi, anggota keluarga atau teman
Motivasi intrinsik (yaitu, termotivasi oleh kesenangan, minat dan yang mengacu pada perspektif paternalistik (misalnya, “seperti
kepuasan) paling jarang diungkapkan, meskipun beberapa anak kecil”).Penyediaan struktur merupakan landasan interaksi
peserta menikmati olahraga dan perubahan pola makan dan hal klinis/interpersonal yang mendukung otonomi, yang bertujuan
ini umumnya didukung oleh motivasi yang terintegrasi. Dapat untuk memfasilitasi motivasi dan kompetensi otonom pasien [36].
diduga bahwa aktivitas fisik dan perilaku makan yang baru Studi ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan penyediaan
mungkin belum dimotivasi secara intrinsik pada sampel seperti dukungan/struktur jangka panjang bagi orang yang baru
kami, dan ada kemungkinan bahwa pada beberapa pasien, atau didiagnosis T2DM karena dua alasan; pertama, transisi dari
pada beberapa perilaku (misalnya, mengurangi makanan tinggi motivasi terkontrol ke motivasi otonom memerlukan waktu, dan
gula) yang pasien menemukan motivasi perubahan yang kesinambungan dukungan ahli dapat menciptakan ruang untuk
menyenangkan dan teridentifikasi (yaitu, mengidentifikasi nilai memfasilitasi internalisasi pasien, dan kedua, jelas bahwa bahkan
berbasis kesehatan) mungkin merupakan target motivasi yang peserta yang relatif mampu mengatur diri sendiri pun tidak ingin
lebih realistis dan memadai. Memang disarankan bahwa ditinggalkan. mereka sendiri, melainkan mereka menginginkan
pemeliharaan perilaku gaya hidup, seperti olahraga, kemungkinan dukungan profesional “tetap pada jalurnya”.Oleh karena itu
besar terjadi ketika seseorang memiliki kombinasi jenis motivasi temuan kami mendukung perbedaan yang diambil dalam SDT
intrinsik, teridentifikasi, dan terintegrasi [33]. Secara kolektif, antara penyediaan dukungan otonomi (yaitu dukungan untuk
temuan ini menunjukkan bahwa pasien DMT2 dapat didukung pengaturan mandiri) dan kemandirian (yaitu dibiarkan mengurus
untuk menginternalisasikan penyakitnya diri sendiri).
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 9 dari 10

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa untuk mencapai aspirasi motivasi yang lebih otonom mendekati perubahan perilaku dengan
pemberdayaan pasien dari rencana layanan kesehatan nasional saat ini lebih banyak fleksibilitas telah mengintegrasikannya ke dalam cara
[1], dokter sebaiknya mempertimbangkan kualitas, bukan hanya hidup baru dan menginginkan dukungan berkelanjutan untuk
kuantitas motivasi pasiennya. Penelitian menunjukkan bahwa dokter pengaturan diri mereka. Temuan ini menyoroti pentingnya memahami
mungkin tidak mengetahui apakah pasien DMT2 mereka termotivasi kualitas motivasi pada kelompok ini dan secara hati-hati
untuk berubah atau tidak dan merekomendasikan pengukuran mempertimbangkan jenis motivasi yang ditargetkan dalam intervensi
motivasi pasien secara teratur [14]. Meskipun temuan kami gaya hidup bagi penderita T2DM.
mendukung fokus yang lebih besar pada motivasi pasien, kami
Singkatan
berpendapat bahwa mempertimbangkan hal tersebutkualitasmotivasi
DPAI:Saran diet dan aktivitas fisik; HbA1c: Hemoglobin terglikasi (A1c); ID:
adalah hal yang paling penting. Temuan kami melengkapi kerangka Saran diet intensif; SDT: Teori penentuan nasib sendiri; T2DM: diabetes
kerja terbaru untuk mendukung keterlibatan dan motivasi perubahan melitus tipe 2; UC: Perawatan biasa

perilaku pada penderita diabetes yang memanfaatkan berbagai


Ucapan Terima Kasih
pendekatan yang berpusat pada pasien termasuk SDT [6]. Kerangka Tak dapat diterapkan.

kerja ini memberi dokter pendekatan tiga langkah yang pragmatis


Persetujuan etis dan persetujuan untuk berpartisipasi
untuk membangun hubungan dokter-pasien yang suportif. Temuan
Persetujuan etis untuk studi Early-ACTID diberikan oleh Komite Etika
kami mendukung penelitian ini dengan mendokumentasikan Penelitian Bath (05/Q2001/5) dan semua peserta memberikan persetujuan
pengalaman motivasi pasien sejalan dengan kerangka teori yang untuk studi Early-ACTID dan juga untuk diwawancara.
mendasari bahwa dokter mungkin akan mengalaminya dalam
Pendanaan
percakapan dengan pasien tentang perubahan perilaku. Penelitian
Penelitian ini didukung oleh Pusat Penelitian Biomedis NIHR di Rumah
sebelumnya telah mengidentifikasi bagaimana konsep dari SDT dapat Sakit Universitas Bristol NHS Foundation Trust dan Universitas Bristol.
diintegrasikan ke dalam pelatihan medis [37] yang akan membantu Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini adalah milik penulis dan
belum tentu milik NHS, Institut Penelitian Kesehatan Nasional, atau
dokter menyesuaikan diri dengan kualitas motivasi pasien dan
Departemen Kesehatan. Studi Early ACTID didanai oleh Diabetes UK dan
mendukung kebutuhan motivasi pasien. Departemen Kesehatan Inggris. Penyandang dana tidak terlibat dalam
desain penelitian, pengumpulan, analisis atau interpretasi data maupun
penulisan naskah.

Kekuatan dan keterbatasan Ketersediaan data dan bahan


Data kualitatif menyediakan sumber daya yang berpusat pada Kumpulan data yang dihasilkan dan/atau dianalisis selama penelitian ini tidak
tersedia untuk umum karena tingkat informasi pribadi yang terkandung dalam
manusia sehingga kami dapat memperluas literatur kuantitatif
transkrip kualitatif.
yang berpusat pada variabel sebelumnya. Ukuran sampelnya
relatif besar dan wawancara awal dilakukan secara ekstensif. Kontribusi penulis
Wawancara berulang membantu kami mendengar pengalaman SJS, ASP dan ARC menyusun penelitian ini dan mencari dana untuk melakukan
analisis data sekunder. KMT dan AM merancang dan melaksanakan wawancara.
pribadi tentang sifat dinamis dari perubahan perilaku dan SJS, ZT & KMT merancang pendekatan analitis, SS & ZT melakukan analisis data
motivasi. Meskipun terdapat kelebihan-kelebihan ini, wawancara sekunder dan semua penulis memberikan masukan penting dalam interpretasi
temuan. SS menulis draf pertama makalah ini dan mengoordinasikan kontribusi
lanjutan lebih singkat (walaupun transkrip menunjukkan bahwa
dari rekan penulis. Semua penulis memberikan komentar kritis terhadap draf
diskusi dilakukan secara rinci) dan meskipun terdapat kekuatan makalah dan menyetujui penyerahan akhir.
jika tidak mendasarkan wawancara pada teori, wawancara
lanjutan yang lebih berdasarkan teori akan memungkinkan Persetujuan untuk publikasi Tak
dapat diterapkan.
dilakukannya analisis yang lebih mendalam. perubahan motivasi.
Terakhir, meskipun kami telah melaporkan metode analisis Kepentingan yang bersaing

sekunder kami secara transparan dan menggunakan triangulasi Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki kepentingan bersaing.

peneliti untuk menyetujui interpretasi kami, karena adanya jeda


antara pengumpulan data dan analisis, maka tidak mungkin untuk Catatan Penerbit
Springer Nature tetap netral sehubungan dengan klaim yurisdiksi dalam peta yang
menggunakan strategi lain, seperti pengecekan anggota.
dipublikasikan dan afiliasi kelembagaan.

Kesimpulan Detail penulis


1Pusat Latihan, Ilmu Gizi & Kesehatan, Sekolah Studi Kebijakan, Universitas Bristol, 8
Memahami motivasi pasien T2DM untuk mengubah perilaku gaya
Priory Road, Bristol BS8 1TZ, Inggris.2Departemen Ilmu Kesehatan Kependudukan,
hidup dianggap penting dalam keberhasilan perawatan yang Sekolah Kedokteran Bristol, Universitas Bristol, Bristol, Inggris.3Institut Nasional untuk
berpusat pada pasien [6]. Menggabungkan metode kualitatif Kolaborasi Penelitian Kesehatan untuk Kepemimpinan dalam Penelitian dan Perawatan
Kesehatan Terapan Barat (NIHR CLAHRC West) di Rumah Sakit Universitas Bristol NHS
dengan SDT, kami telah mengidentifikasi beragam pengalaman
Foundation Trust, Bristol, Inggris.4Institut Nasional untuk Penelitian Kesehatan Pusat
motivasi orang yang baru didiagnosis T2DM. Peserta yang Penelitian Biomedis Bristol, Rumah Sakit Universitas Bristol NHS Foundation Trust dan
melaporkan motivasi terkontrol yang relatif dominan mengalami Universitas Bristol, Bristol, Inggris.
5Pusat Perawatan Primer Akademik, Sekolah Kedokteran Bristol, Universitas
perubahan perilaku pada awalnya, namun hal ini sering kali
Bristol, Bristol, Inggris.6Institut Ilmu Biomedis dan Klinis, Fakultas Kedokteran
disertai dengan konflik internal, frustrasi, dan kebutuhan akan Universitas Exeter, Penelitian Medis, RILD Level 3, Barrack Road, Exeter, Devon
dorongan eksternal yang terus-menerus. Pelaporan peserta EX2 5DW, Inggris.
Sebiredkk. Kesehatan Masyarakat BMC (2018) 18:204 Halaman 10 dari 10

Diterima: 11 Mei 2017 Diterima: 23 Januari 2018 26. Kupas E, dkk. Diagnosis diabetes tipe 2: analisis kualitatif reaksi emosional pasien
dan pandangan tentang penyediaan informasi. Hitungan Pendidikan Pasien.
2004;53(3):269–75.
27. Amorim MM, dkk. Representasi identitas penderita diabetes. Res Kesehatan
Referensi Berkualitas. 2014;24(7):913–22.

1. NHS Inggris. Pandangan NHS lima tahun ke depan. London; 2014. 28. Sebire SJ, dkk. “mengingini kaki sesamamu”: studi kualitatif tentang pengalaman para pelaku
olahraga dalam mengejar tujuan intrinsik dan ekstrinsik. J Sport Latihan Psikol.
2. Gatineau M, dkk. Obesitas orang dewasa dan diabetes tipe 2. Kesehatan Masyarakat Inggris;
2013;35(3):308–21.
2014.
29. Sebire SJ, Standage M, Vansteenkiste M. Pengembangan dan validasi konten tujuan
3. BAGUS. Diabetes tipe 2 pada orang dewasa: penatalaksanaan. 2015.
untuk kuesioner latihan. J Sport Latihan Psikol. 2008;30(4):353–77.
4. Inzucchi SE, dkk. Penatalaksanaan hiperglikemia pada diabetes tipe 2:
30. Sebire SJ, Standage M, Vansteenkiste M. Meneliti tujuan latihan intrinsik
pendekatan yang berpusat pada pasien: pernyataan posisi American
versus ekstrinsik: hasil kognitif, afektif, dan perilaku. J Sport Latihan Psikol.
Diabetes Association (ADA) dan Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes (EASD).
2009;31(2):189–210.
Perawatan Diabetes. 2012;35(6):1364–79.
31. Gunnell KE, dkk. Isi tujuan, motivasi, kepuasan kebutuhan psikologis, kesejahteraan
5. BAGUS, Perubahan perilaku: pendekatan umum. 2007.
dan aktivitas fisik: ujian teori penentuan nasib sendiri selama 6 bulan. Latihan
6. Fisher L, dkk. Kerangka praktis untuk mendorong dan mendukung perubahan
Olahraga Psikologi. 2014;15(1):19–29.
perilaku positif pada diabetes. Obat Diabetes. 2017;34(12):1658–66.
32. Miquelon P, Chamberland P, Castonguay A. Kontribusi regulasi terpadu
7. Desi EL, Ryan RM. “Apa” dan “mengapa” dalam upaya mencapai tujuan: kebutuhan manusia dan penentuan
terhadap profil motivasi orang dewasa untuk aktivitas fisik: perspektif teori
nasib sendiri dalam perilaku. Pemeriksaan Psikologi. 2000;11:227–68.
penentuan nasib sendiri. Int J Sport Latihan Psikol. 2017;15(5):488–507.
8. Teixeira PJ, dkk. Latihan, aktivitas fisik, dan teori penentuan nasib sendiri: tinjauan
https://doi.org/10.1080/1612197X.2016.1155637.
sistematis. Tindakan Fisika Int J Behav Nutr. 2012;9:78.
33. Ryan RM, Desi EL. Sifat manusia yang aktif: teori penentuan nasib sendiri dan
9. Teixeira PJ, Patrick H, Mata J. Mengapa kita makan apa yang kita makan: peran motivasi otonom
promosi serta pemeliharaan olahraga, olah raga dan kesehatan. Dalam: Hagger
dalam regulasi perilaku makan. Banteng Nutrisi. 2011;36(1):102–7.
MS, Chatzisarantis NLD, editor. Motivasi intrinsik dan penentuan nasib sendiri
10. Williams GC, dkk. Regulasi otonom dan kepatuhan pengobatan jangka panjang pada
dalam olahraga dan olah raga. Kampanye: Kinetika Manusia; 2007. hal. 1–19.
pasien rawat jalan dewasa. Psikolog Kesehatan. 1998;17(3):269–76.
34. Lindwall M, dkk. Mengaduk sup motivasi: profil motivasi laten dalam diri
11. Moreau M, Gagnon MP, Boudreau F. Pengembangan intervensi yang sepenuhnya otomatis,
seseorang dalam berolahraga. Tindakan Fisika Int J Behav Nutr. 2017;14(1):4.
berbasis web, dan disesuaikan yang mempromosikan aktivitas fisik teratur di antara orang
35. Vansteenkiste M, Mouratidis A. Tren yang muncul dan arah masa depan untuk
dewasa yang kurang aktif dengan diabetes tipe 2: mengintegrasikan model perubahan-I,
bidang psikologi motivasi: isu khusus untuk menghormati lensa Prof. Dr.
teori penentuan nasib sendiri, dan motivasi komponen wawancara. Protokol Res JMIR.
Willy. Psikologi Belgica. 2016;56(3):317–41.
2015;4(1):e25.
36. Williams GC, dkk. Variasi kompetensi yang dirasakan, kontrol glikemik, dan
12. Williams GC, dkk. Menguji model proses teori penentuan nasib sendiri untuk
kepuasan pasien: hubungan dengan dukungan otonomi dari dokter.
mempromosikan kontrol glikemik melalui manajemen mandiri diabetes.
Hitungan Pendidikan Pasien. 2005;57(1):39–45.
Psikolog Kesehatan. 2004;23(1):58–66.
37. Sepuluh Cate TJ, Kusurkar RA, Williams GC. Bagaimana teori penentuan nasib sendiri dapat
13. Williams GC, dkk. Mengurangi risiko kesehatan diabetes: bagaimana teori penentuan nasib
membantu pemahaman kita tentang proses belajar mengajar dalam pendidikan
sendiri dapat membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan dan kualitas hidup.
kedokteran. Panduan AMEE no. 59. Ajarkan Kedokteran. 2011;33(12):961–73.
Pendidikan Diabetes. 2009;35(3):484–92.
14. Linmans JJ, Knottnerus JA, Spigt M. Seberapa termotivasi pasien diabetes tipe 2 untuk
mengubah gaya hidup? Sebuah survei di antara pasien dan profesional kesehatan.
Diabetes Perawatan Prim. 2015;9(6):439–45.
15. Ryan RM, Desi EL. Teori penentuan nasib sendiri dan fasilitasi motivasi intrinsik,
pembangunan sosial, dan kesejahteraan. Saya Psikol. 2000;55:68–78.
16. Manis SN, dkk. Memahami aktivitas fisik pada orang dewasa dengan diabetes tipe 2
setelah menyelesaikan uji coba intervensi olahraga: model mediasi efikasi diri dan
motivasi otonom. Kedokteran Kesehatan Psikologi. 2009;14(4):419–29.
17. Senecal C, Nouwen A, White D. Motivasi dan perawatan diri diet pada orang dewasa
dengan diabetes: apakah efikasi diri dan pengaturan diri otonom saling melengkapi
atau bersaing? Psikolog Kesehatan. 2000;19(5):452–7.
18. Julien E, Senecal C, Guay F. Hubungan longitudinal antara persepsi dukungan
otonomi dari praktisi layanan kesehatan, motivasi, strategi penanggulangan
dan kepatuhan diet pada sampel orang dewasa dengan diabetes tipe 2. J
Psikolog Kesehatan. 2009;14(3):457–70.
19. Nouwen A, dkk. Prediktor motivasi longitudinal dari perawatan diri diet dan pengendalian
diabetes pada orang dewasa dengan diabetes mellitus tipe 2 yang baru didiagnosis.
Psikolog Kesehatan. 2011;30(6):771–9.
20. Korkiakangas EE, dkk. Motivator dan hambatan berolahraga di kalangan orang dewasa
dengan risiko tinggi diabetes tipe 2 – sebuah studi kualitatif. Pindai J Peduli Sci.
2011;25(1):62–9.
21. Gourlan M, Trouilloud D, Boiche J. Profil motivasi untuk praktik aktivitas fisik pada
Kirimkan naskah Anda berikutnya ke BioMed Central dan kami
orang dewasa dengan diabetes tipe 2: perspektif teori penentuan nasib sendiri.
Perilaku Med. 2016;42(4):227–37.https://doi.org/10.1080/ 08964289.2014.1001810. akan membantu Anda di setiap langkah:

• Kami menerima pertanyaan pra-pengajuan


22. Andrews RC, dkk. Diet atau pola makan ditambah aktivitas fisik versus perawatan biasa
pada pasien diabetes tipe 2 yang baru didiagnosis: uji coba terkontrol acak ACTID • Alat pemilih kami membantu Anda menemukan jurnal yang paling relevan

awal. Lanset. 2011;378(9786):129–39. • Kami menyediakan dukungan pelanggan sepanjang waktu


23. Malpass A, Andrews R, Turner KM. Pasien dengan diabetes tipe 2 mengalami
• Pengiriman online yang nyaman
banyak perubahan gaya hidup: studi kualitatif. Pendidikan Pasien
Hitungan. 2009;74(2):258–63. • Tinjauan sejawat yang menyeluruh

24. Heaton, J., Analisis sekunder data kualitatif: tinjauan literatur. 2000, • Penyertaan dalam PubMed dan semua layanan pengindeksan utama
Unit Penelitian Kebijakan Sosial, Universitas York.
• Visibilitas maksimum untuk penelitian Anda
25. Hsieh HF, Shannon SE. Tiga pendekatan analisis isi kualitatif. Res
Kesehatan Berkualitas. 2005;15(9):1277–88. Kirimkan naskah Anda ke
www.biomedcentral.com/submit

Anda mungkin juga menyukai