Untuk mengelola konflik kepentingan dalam perencanaan laba secara etis, perusahaan
dapat melakukan hal-hal berikut:
1. Transparansi dan Komunikasi: Perusahaan harus mempromosikan komunikasi
terbuka dan transparan antara manajemen, pemegang saham, auditor, dan karyawan. Ini
membantu mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan pemahaman bersama tentang
ekspektasi.
2. Kode Etik dan Kepatuhan: Membuat dan menegakkan kode etik yang jelas yang
mengatur praktik perencanaan laba serta menekankan pada kepatuhan terhadap aturan
dan regulasi akuntansi yang berlaku.
3. Audit Independen: Mempertahankan auditor independen yang dapat menyelidiki
dan memeriksa laporan keuangan secara objektif.
4. Insentif yang Bijaksana: Mendesain program insentif karyawan dengan bijaksana
sehingga tidak mendorong perilaku yang tidak etis atau manipulasi laba.
5. Pelatihan Etika: Memberikan pelatihan etika kepada staf dan manajemen untuk
memahami implikasi etis dari tindakan mereka dalam perencanaan laba.
6. Komitmen terhadap Jangka Panjang: Mengembangkan budaya organisasi yang
berfokus pada keberlanjutan dan kinerja jangka panjang daripada mencari keuntungan
jangka pendek.
Dengan mematuhi prinsip-prinsip etika ini, perusahaan dapat mengelola konflik
kepentingan dalam perencanaan laba dengan cara yang menghormati nilai-nilai, norma,
dan standar bisnis yang etis.
Ketika partisipasi karyawan dalam menyusun anggaran sangat buruk, manajemen perlu
mengambil langkah-langkah untuk memahami penyebab masalah dan
memperbaikinya. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil oleh manajemen:
Manajemen harus memastikan bahwa tujuan dan manfaat dari penganggaran dipahami
oleh seluruh karyawan. Ini melibatkan komunikasi yang efektif dan transparan tentang
bagaimana anggaran digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dalam banyak kasus, karyawan mungkin memerlukan pelatihan atau edukasi tambahan
tentang penganggaran dan cara mereka dapat berkontribusi dalam proses ini.
Manajemen dapat menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk meningkatkan
pemahaman karyawan.
• Peningkatan Motivasi:
Manajemen perlu menjadi fleksibel dan terbuka terhadap masukan dan saran karyawan.
Mereka harus bersedia untuk mengubah rencana anggaran jika diperlukan berdasarkan
masukan yang diberikan oleh karyawan.
• Pemecahan Masalah:
Manajemen harus bersedia untuk menangani masalah yang muncul sehubungan dengan
anggaran dan mencari solusi bersama dengan karyawan. Pemecahan masalah bersama
dapat meningkatkan partisipasi karyawan.
Jika partisipasi karyawan tetap buruk, manajemen mungkin perlu mengevaluasi kinerja
karyawan yang menunjukkan ketidakberanian atau ketidakpedulian yang berkelanjutan
dalam proses anggaran.
Penting untuk diingat bahwa partisipasi karyawan yang baik dalam proses anggaran
dapat membawa manfaat besar, seperti pemahaman yang lebih baik tentang
pengeluaran, tanggung jawab yang lebih jelas, dan pemotivasian. Oleh karena itu,
manajemen harus berupaya untuk meningkatkan partisipasi karyawan sebanyak
mungkin.
4. Siti Nada Nurchalisha (31402100099)
Apakah adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham dapat
memengaruhi integritas perencanaan laba dan penganggaran?
Jawaban:
Ya, terdapat perbedaan perilaku dalam perencanaan laba dan penganggaran antara
industri atau sektor yang berbeda. Industri yang berbeda seringkali menghadapi
dinamika pasar yang unik, tingkat persaingan yang berbeda, dan tuntutan pelanggan
yang bervariasi. Sebagai hasilnya, pendekatan perencanaan laba dan penganggaran
dapat berbeda sesuai dengan karakteristik industri tersebut.
Sebagai contoh, industri teknologi dan startup mungkin menghadapi tekanan untuk
terus meningkatkan pertumbuhan dan inovasi, yang dapat memengaruhi proyeksi laba
dan penganggaran untuk investasi masa depan. Di sisi lain, industri manufaktur
mungkin lebih terfokus pada efisiensi operasional dan pengendalian biaya, yang dapat
tercermin dalam strategi perencanaan laba dan penganggaran mereka.
Dampaknya pada keberlanjutan bisnis adalah bahwa perusahaan perlu memahami
dinamika unik industri mereka dan mengadaptasi strategi perencanaan laba dan
penganggaran sesuai. Kesesuaian ini membantu perusahaan merespons perubahan pasar
dengan lebih fleksibel dan memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.
Perusahaan yang mampu mengintegrasikan pemahaman mendalam tentang industri
mereka ke dalam perencanaan laba dan penganggaran memiliki peluang yang lebih baik
untuk bertahan dan berkembang di pasar yang kompetitif.
Untuk mengelola situasi ini, organisasi perlu mengadopsi pendekatan yang bijak dalam
mengatasi resistensi terhadap anggaran, seperti komunikasi yang lebih baik, melibatkan
semua pihak yang terlibat dalam proses perencanaan anggaran, dan mencari solusi yang
dapat meredakan konflik.
Iya, perusahaan tersebut akan mencapai tujuan karena dalam sebuah perusahaan
anggaran dapat berfungsi sekaligus menyusun perencanaan dengan baik sehinggaa
kegiatan pun akan berjalan dengan semestinya. Anggaran pada dasarnya merupakan
prediksi perusahaan mengenai perolehan laba dan pembelanjaan sumber daya moneter
untuk waktu tertentu.
Pemimpin yang memiliki pemahaman yang baik tentang konsep keperilakuan dan
mampu mengelola dengan bijak dalam konteks anggaran akan berkontribusi
signifikan pada pencapaian tujuan anggaran perusahaan.
Kerugian:
1. *Manipulasi Anggaran*: Keperilakuan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
manipulasi anggaran, di mana tim atau departemen mencoba memanipulasi angka-
angka dalam anggaran untuk mencapai target dengan cara yang tidak etis, seperti
mengurangi pengeluaran penting.
2. *Fokus Jangka Pendek*: Anggaran yang sangat ketat dapat mendorong manajemen
dan karyawan untuk fokus hanya pada tujuan jangka pendek, mengorbankan investasi
jangka panjang yang mungkin lebih menguntungkan bagi perusahaan.
3. *Stres dan Ketegangan*: Anggaran yang terlalu ketat dapat menciptakan stres dan
ketegangan di antara karyawan, terutama jika mereka merasa tekanan untuk mencapai
target yang tidak realistis.
4. *Menyebabkan Perilaku yang Tidak Etis*: Keperilakuan yang tidak etis dapat
muncul dalam bentuk manipulasi anggaran atau pelaporan yang tidak jujur, yang dapat
merusak reputasi perusahaan dan berpotensi melanggar hukum.
Untuk menghindari dampak negatif dari keperilakuan yang tidak tepat dalam proses
penyusunan anggaran, perusahaan harus mempromosikan budaya etika, komunikasi
terbuka, dan transparansi dalam proses anggaran. Selain itu, anggaran harus disusun
dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan kebutuhan jangka panjang perusahaan,
bukan hanya fokus pada target jangka pendek yang sulit dicapai.