Anda di halaman 1dari 36

BAHAS TUNTAS :

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

NOVA KRISTINA LT
komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk membina
hubungan teraupetik dan dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan keperawatan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dirancang


dan direncanakan untuk tujuan terapi, dalam rangka
membina hubungan antara perawat dengan pasien agar
dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan
psikologis, sehingga dapat melegakan serta membuat
pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya mempercepat
proses kesembuhan pasien

Komunikasi terapeutik baguskepuasan meningkat


Elemen komunikasi
• Komunikator (sender)
Bentuk komunikasi
• Informasi/pesan/berita
• Verbal
• Komunikan (reciever)
• Non verbal
• Umpan balik
• Atmosfer/konteks
Proses komunikasi terapeutik harus dengan pendekatan
yang direncanakan, berfokus pada pasien, dan di pimpin
oleh seorang profesional.

Komunikasi terapeutik juga mengembangkan hubungan


interpersonal antara pasien dan juga perawat, sehingga
perawat mempunyai kemampuan khusus dan harus
memperhatikan setiap interaksi dan tingkah laku
nonverbal.

Salah satu hal yang mendukung kesembuhan pasien tidak


hanya memberikan informasi tentang kesehatannya tapi
mendengarkan keluhan pasien, empati, edukasi dan
pelayanan yang ramah

Kemampuan perawat dalam menerapkan tehnik komunikasi


terapeutik memerlukan latihan dan kepekaan serta
ketajaman perasaan,
TUJUAN KOMUNIKASI TERPEUTIK
• Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri,
penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
• Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.
• Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan
saling tergantung dan mencintai.
• Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan
kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang
realistik

Komunikasi dalam praktik keperawatan berlangsung secara kolaborasi antara


perawat dan perawat, perawat dan dokter, perawat dan pasien (klien) secara
propesional, bermoral, dan bertanggung jawab

Isi komunikasi teraupetik yaitu tentang diagnosa penyakit, manfaat,


urgensinya tindakan medis, resiko, komplikasi yang mungkin dapat terjadi,
prosedur alternatif yang dapat dilakukan, konsekuensi yang dapat terjadi
apabila tidak dilakukan tindakan medis, prognosis penyakit, dampak yang
ditimbulkan dari tindakan medis serta keberhasilan atau ketidakberhasilan
dari tindakan medis tersebut.
Faktor yang mempengaruhi kom. Terapeutik
Karakteristik komunikasi
• Spesifikasi tujuan komunikasi
terapeutik
• Lingkungan nyaman
• Keikhlasan
• Privasi (terpeliharanya privasi kedua belah pihak)
• Empati
• Percaya diri
• kehangatan
• Berfokus pada klien
• Stimulus yang optimal
• Jarak personil (1 lengan atau 40 cm)

Komponen dasar kom. Terapeutik menurut perry dan potter


• Kerahasiaan
• Keterbukaan
• Privasi
• Sentuhan
• Mendengarkan aktif
• Melakukan pengamatan
SIKAP DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
 Mendengarkan dengan penuh perhatian menatap mata saat berbicara, tidak menyilangkan tangan dan
kaki, hindari gerakan yang tidak perlu, condongan badan kedepan
 Menunjukkan penerimaanmenerima bukan berarti menyetujui, tapi mendengarkan tanpa menunjukkan
keraguan / ketidaksetujuan
 Menanyakaan pertanyaan berkaitan mendapatkan informasi spesifik
 Mengulang ucapan klien dengan kata kata sendirimemberi umpan balik bahwa perawat mengerti apa
yang dibicarakan klien (K : “Saya tidak nafsu makan, seharian saya belum makan.” P : “Bapak mengalami
gangguan untuk makan?”)
 Klarifikasi untuk menyamakan tujuan (“Coba jelaskan kembali apa yang Bapak maksud dengan
kegagalan hidup? ”)
 Memfokuskan  untuk membatasi tujuan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan mudah dimengerti (K
: “Ya, beginilah nasib wanita yang teraniaya seperti saya. Tapi, saya pikir untuk apa saya pikirkan sakit
ini?.” P : “Coba ceritakan bagaimana perasaan ibu sebagai wanita.”)
SIKAP DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
• Merefleksikan (“Ibu tampak sedih.“ Apakah Ibu merasa tidak senang apabila Ibu ….”)
• Diam
• Memberi informasi
• Indentifikasi tema (“Saya paham terhadap masalah Ibu. Ibu merasa bahwa anak-anak dewasa dan semua
telah meninggalkan Ibu sendirian di rumah. apa rencana yang akan Ibu lakukan untuk mengatasi
masalah?”)
• Reward
• Menawarkan diri
• Memberi kesempatan klien untuk memulai pembicaraan (“Adakah sesuatu yang ingin Ibu bicarakan?”
“Apakah yang sedang Ibu pikirkan? “Dari mana Ibu ingin mulai pembicaraan ini?”)
Fase komunikasi terapeutik

Fase prainteraksi Fase orientasi Fase kerja Fase terminasi


• fase persiapan yang dapat Fase awal interaksi antara perawat tidak hanya mencapai Perawat memberi kesempatan
dilakukan perawat sebelum perawat dan klien yang tujuan yang telah diinginkan kepada klien untuk
berinteraksi dan bertujuan untuk merencanakan bersama, tetapi harus mengungkapkan keberhasilan
berkomunikasi dengan klien. apa yang akan dilakukan pada memandirikan klien. dirinya dalam mencapai tujuan
fase selanjutnya. terapi dan ungkapan
• Perawat mengeksplorasi Pada fase ini perawat Contoh: “Saya akan perasaannya. Selanjutnya
perasaan, fantasi dan • Memberi salam terapeutik memasukkan jarum infus ini ke perawat merencanakan tindak
ketakutan sendiri, serta • Evaluasi dan validasi pembuluh darah di tangan lanjut pertemuan dan membuat
menganalisis kekuatan dan perasaan klien ibu”, “Ibu akan merasakan sakit kontrak pertemuan selanjutnya
kelemahan profesional diri. • Melakukan kontrak sedikit dan tidak perlu khawatir”. bersama klien.
Perawat juga mendapatkan hubungan
data tentang klien dan jika Ada tiga kegiatan utama yang
memungkinkan harus dilakukan perawat
merencanakan pertemuan • melakukan evaluasi subjektif
pertama dengan klien. dan objektif
• merencanakan tindak lanjut
interaksi
• membuat kontrak dengan
klien untuk melakukan
pertemuan selanjutnya.
Fase komunikasi terapeutik menurut arwani
 Pengkajian
 Rencana keperawatan
 Tindakan keperawatan
 Menilai kemajuan dan hasil akhir yang diberikan
Komunikasi pada bayi dan anak
Bentuk komunikasi pada Teknik komunikasi Cara komunikasi
bayi dan anak pada anak
• Tangisan Verbal Anak 0-1 tahun 7-11 tahun
• Ocehan dan celoteh • Bercerita Kenali tangisan bayi • Memperhatikan tingkat
• bibliotheraphy kemampuan bahasa anak
Toddler dan pra sekolah dengan menggunakan
Non verbal • Memberi tahu apa yang terjadi pada diri anak. katakata sederhana yang
Menulis • Memberi kesempatan pada anak untuk menyentuh spesifik.
Menggambar alat pemeriksaan yang akan digunakan. • Menjelaskan sesuatu yang
Nada suara • Nada suara rendah dan bicara lambat. Jika anak ingin diketahui anak.
Aktivitas pengalihan tidak menjawab, harus diulang lebih jelas dengan • Pada usia ini, keingintahuan
Ungkapan marah pengarahan yang sederhana. pada aspek fungsional dan
Sentuhan • Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti prosedural dari objek tertentu
kata-kata, “jawab dong”. sangat tinggi.
• Mengalihkan aktivitas saat komunikasi, misalnya • Jangan menyakiti atau
dengan memberikan mainan saat komunikasi. mengancam sebab ini akan
• Menghindari konfrontasi langsung. membuat anak tidak mampu
• Jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak. berkomunikasi secara efektif.
• Bersalaman dengan anak saat memulai interaksi
karena bersalaman dengan anak merupakan cara
untuk menghilangkan perasaan cemas.
• Mengajak anak menggambar, menulis, atau
bercerita untuk menggali perasaan dan fikiran anak.
Komunikasi pada remaja

• Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya.
• Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya.
• Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang berlebihan
pada saat remaja menunjukkan sikap emosional.
• Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk
menyelesaikan dengan mendiskusikannya.
• Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat berbagi
cerita suka dan duka.
• Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan
mereka serta sering melakukan makan bersama.
Komunikasi pada dewasa

• Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Dengan


penyampaian langsung, klien akan lebih mudah untuk menerima penjelasan
yang disampaikan.
• Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara
perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada
yang mendominasi.
• Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung, maksudnya
komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya salah
persepsi. Hubungan dan komunikasi secara timbal balik ini menunjukkan
pentingnya arti hubungan perawat-klien.
• Komunikasi secara berkesinambungan, tidak statis dan bersifat dinamis.
Komunikasi pada lansia

• Beri waktu ekstra (lansia lebih lama dalam menerima informasi)


• Hindari ketidakpedulian
• Duduk berhadapan
• Pelihara kontak mata
• Mendengarkan, kurangi kegagalan komunikasi dengan mendengarkan cerita pasien
lansia
• Bicara pelan dengan jelas dan nyaring
• Gunakan kata-kata sederhana, pendek. dan singkat untuk memudahkan penerimaan
klien lansia
• Fokuskan pada satu pembicaraan
• Beri catatan untuk instruksi yang rumit agar menghindari kebingungan klien
• Gunakan gambar atau tabel untuk mempermudah pemahaman
• Ringkas poin utama
• Beri kesempatan pada lansia untuk bertanya
• Cari tempat yang tenang untuk mencegah kebingungan
• Gunakan sentuhan untuk memberikan kenyamanan
Pendekatan komunikasi pada lansia

Pendekatan fisik Pendekatan psikologis Pendekatan sosial Pendekatan spiritual


• Mencari informasi tentang perawat berperan sebagai Mengadakan diskusi, tukar Perawat harus bisa memberikan
kesehatan objektif, konselor, advokat, suporter, dan pikiran, bercerita, bermain, atau kepuasan batin dalam
kebutuhan, kejadian yang interpreter terhadap segala mengadakan kegiatan-kegiatan hubungannya dengan
dialami, perubahan fisik sesuatu yang asing atau sebagai kelompok merupakan Tuhan atau agama yang
organ tubuh, tingkat penampung masalah-masalah implementasi dari pendekatan dianutnya, terutama ketika klien
kesehatan yang masih bisa rahasia yang pribadi dan ini agar klien dapat berinteraksi dalam keadaan sakit atau
dicapai dan dikembangkan, sebagai sahabat yang akrab bagi dengan sesama lansia ataupun mendekati kematian. Pendekatan
serta penyakit yang dapat klien dengan petugas kesehatan. spiritual ini cukup efektif,
dicegah progresivitasnya. terutama bagi klien yang
Pendekatan ini relatif lebih mempunyai kesadaran tinggi
mudah dilaksanakan dan dan latar belakang keagamaan
dicarikan solusinya karena yang baik.
riil dan mudah diobservasi.
Teknik komunikasi pada lansia

Asertif Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami klien
Responsif perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk memberikan ketenangan klien
Fokus perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia
pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap
konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan
Suportif Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini perlu disikapi dengan
menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara memberikan dukungan (suportif).
Klarifikasi teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas informasi
yang disampaikan klien.
Sabar dan Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti kekanakkanakan.
ikhlas Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien
lansia dapat efektif
BAHAS TUNTAS :

PERAWATAN PASIEN PALIATIF


PENDAMPINGAN PASIEN DENGAN
KEBUTUHAN SPIRITUAL
NOVA KRISTINA LT
PENGERTIAN

Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan,
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik
fisik, psikososial dan spiritual

TUJUAN

1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit
pasien dan kehilangan mereka.
PRINSIP

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian proses yang normal


2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga
8. Menghindari tindakan yang sia-sia

HAK HAK PENDERITA

1. Tahu status kesehatannya


2. Ikut serta merencanakan perawtan
3. Dapat informasi tindakan invasif
4. Pelayanan tanpa diskriminasi
5. Dirahasiakan oenyakitnya
6. Dapat bekerja dan dapat produktif
7. Berkeluarga
8. Perlindungan asuransi
9. Pendidikan yang layak
1. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)
2. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
3. Kesejahteraan keluarga
4. Kesejahteraan emosional
5. Spiritual
DIMENSI KUALITAS HIDUP 6. Fungsi sosial
7. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
8. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
9. Seksualitas (termasuk “body image”)
10. Fungsi okupasi

1. Rumah sakit, (Hospice hospital care),


Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap
TEMPAT PERAWATAN 2. Rumah (Hospice home care)
PALIATIF CARE 3. Hospis (Hospice care)
4. Praktek bersama , Tim/ kelompok
perawatan paliatif
1. Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatan,
penddikan kesehatan, koordinator, advokasi,
kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.
PERAN DAN FUNGSI 2. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
PERAWAT 3. Penddik : Di pendidikan / dipelayanan
4. Peneliti

1. Melakukan pengkajian dengan cermat,


mendengarkan keluhan dengan sungguh-
PRINSIP ASUHAN sungguh
PERAWATAN PALIATIF 2. Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan
dengan tepat
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
5. Mengevaluasi perkembangan pasien secara
cermat
PALIATIF CARE PLAN

Melibatkan seorang partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya
dan petugas kesehatan yang profesional. Support fisik, emosional, psikososial dan
spiritual khususnya, melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau
membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara
bertahap, tepat dan sesuai, Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi
terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan
dari pasien dan keluarga

• Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat


klien
PRINSIP KOMUNIKASI
• Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar
pembicaraan perawat
• Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien
TEKNIK KOMUNIKASI PASIEN SADAR

• Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan


MENJELASKAN perawat lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa
intervensI yang akan dilakukan kepada klien

• Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien


MEMFOKUSKAN untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

• Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan


MEMBERIKAN INFORMASI maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan
keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan
kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

MEMPERTAHANKAN Ketenangan yang perawat berikan dapat membantu atau mendorong


KETENANGAN klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan
kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hanga
BANTUAN EMOSIONAL DAN TAHAP BERDUKA

• Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping


yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
FASE DENIAL
• Selalu berada di dekat klien
• Pertahankan kontak mata

• Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan


FASE ANGER perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan menggunakan
teknik respek

• Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan


FASE BARGENING menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan

Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga


FASE DEPRESI mengekspresikan kesedihannya

Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk


FASE ACCEPTANCE
mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
BANTUAN FISIOLOGI

Kebersihan Diri Mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan, dll
Mengontrol rasa sakit Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik
diberikan IV dibandingkan IM atau SC, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun
Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan
untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen
Bergerak klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot
sudah menurun
Nutrisi Klien seringkali anorexia dan nausea. Berikan antiemetik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan
serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi
dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan
cair atau Intra Vena atau Invus
Eliminasi penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan
untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang
duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum,
apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
Perubahan sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu
atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga
harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi,
dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya,
perawat dapat melakukan:
• Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan
untuk bertemu dengan klien
• Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan
BANTUAN SOSIAL dengan sakitnya
• Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima
kunjungan kunjungan
• Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering
mengunjungi dan mengajak orang lain

1. Menanyakan kepada klien tentang harapan-


harapan hidupnya dan rencana klien
selanjutnya menjelang kematian.
BANTUAN SPIRITUAL 2. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan
pemuka agama dalam hal untuk memenuhi
kebutuhan spiritual
3. Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
Riwayat kesehatan sekarang
PENGKAJIAN Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat
a) pasien kurang rensponsif
b) fungsi tubuh melambat
c) pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d) rahang cendrung jatuh
e) pernafasan tidak teratur dan dangkal
f) sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
g) kulit pucat
h) mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya

1. Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi


yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian
DIAGNOSA dan efek negatif pada pada gaya hidup.
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat
perawatan ).
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.
PENDAMPINGAN PASIEN DENGAN
KEBUTUHAN SPIRITUAL
KEBUTUHAN SPIRITUAL

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan


keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan, mencintai dan dicintai, menjalani hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan

SPIRITUAL CARE

Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien
untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien
ENAM KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN

Merupakan kebutuhan untuk memahami peristiwa dalam kehidupan secara


keseluruhan. Pasien membutuhkan penjelasan tentang penyakitnya, mengapa
Makna,tujuan, dan harapan hidup penyakit ada pada dirinya, dengan adanya penjelasan diharapkan pasien tidak putus
asa, berfikir positif, mensyukuri berkat Tuhan, fokus pada hal-hal yang baik,membuat
hidup menjadi lebih berarti

pasien memohon, komunikasi dengan Tuhan, menerima kehendak Tuhan, menerima


Hubungan dengan Tuhan rencana Tuhan, percaya bahwa Tuhan yang menyembuhkan penyakitnya, yakin akan
kehadiran Tuhan pada masa-masa perawatan penyakitnya

Praktek spiritual Pasien mempunyai keinginan untuk terlibat dalam kegiatan ibadah secara rutin

Hal ini berhubungan dengan tradisi agama pasien misalnya adanya makanan yang halal
Kewajiban agama
dan tidak halal, kematian dan proses penguburan yang harus dihormati

Hubungan interpersonal pasien juga membutuhkan hubungan dengan orang lain, termasuk hubungan dengan
kaum ulama, meminta maaf, menerima doa dari orang lain

Hubungan dengan perawat dan Pasien membutuhkan para tenaga kesehatan memiliki ekspresi wajah yang ramah, kata-
tenaga kesehatan lainnya kata dan bahasa tubuh yang baik, menghormati, empati, peduli, memberikan informasi
tentang penyakitnya secara lengkap dan akurat
PERAN PERWAT DALAM PENGKAJIAN

• pengkajian riwayat keperawatan dan pengkajian klinik


Pengkajian kebutuhan spiritual • Q: adakah praktik keagamaan yang penting, bagaimana situasi yang dapat
pasien mengganggu praktik keagamaan, apakah cara-cara itu penting untuk kebaikan
pasien, dengan cara bagaimana perawat dapat memberi dukungan pada spiritual
pasien, apa harapan-harapan pasien dan sumber-sumber kekuatan pasien
sekarang, apa yang membuat pasien merasa nyaman selama masa-masa sulit ini.
• Ditanya di akhir saat sudah terbangun hubungan saling percaya

apakah pasien memiliki kitab suci atau dilingkungannya terdapat kitab suci atau buku
Lingkungan
do’a lainnya, literatur-literatur keagamaan, penghargaan keagamaan, simbol keagamaan
misalnya tasbih, salib dan sebagainya diruangan, Apakah gereja atau mesjid
mengirimkan bunga atau buletin.

apakah pasien berdoa sebelum makan atau pada waktu lainnya atau membaca literatur
Perilaku
keagamaan, Apakah pasien mengalami mimpi buruk dan gangguan tidur atau
mengekspresikan kemarahan pada Tuhan.

apakah pasien menyebutkan tentang Tuhan atau kekuatan yang Maha Tinggi, tentang
Verbalisasi do’a-do’a, keyakinan, mesjid, gereja, kuil, pemimpin spiritual, atau topik-topik
keagamaan, Apakah pasien menanyakan tentang kunjungan pemuka agama, Apakah
pasien mengekspresikan ketakutannya akan kematian.
PERAN PERWAT DALAM PENGKAJIAN

• apakah pasien menunjukkan tanda-tanda kesepian, depresi, marah, cemas, apatis


Afek dan sikap atau tampak tekun berdo’a.

• siapa yang berkunjung, Apakah pasien berespon terhadap pengunjung, Apakah ada
Hubungan interpersonal
pemuka agama yang datang, Apakah pasien bersosialisasi dengan pasien lainnya
atau staf perawat.
PERAN PERWAT DALAM DIAGNOSA

• Peran perawat dalam merumuskan diagnosa keperawatan terkait dengan spiritual


pasien mengacu pada distresspiritual yaitu spiritual pain, pengasingan diri
(spiritual alienation), kecemasan (spiritual anxiety), rasa bersalah (spiritual guilt),
marah (spiritualanger), kehilangan (spiritual loss), putus asa (spiritual despair)

spiritual pain ekspresi atau ungkapan dari ketidaknyamanan pasien akan hubungannya dengan Tuhan

ungkapan bahwa pasien merasa kesepian atau merasa Tuhan menjauhi dirinya. Pasien
pengasingan diri dengan penyakit kronis merasa frustasi sehingga bertanya : dimana Tuhan ketika saya
butuh Dia hadir?

ekspresi takut akan siksaan dan hukuman Tuhan, takut Tuhan tidak peduli, takut Tuhan
Kecemasan tidak menyukai tingkahlakunya. Beberapa budaya meyakini bahwa penyakit merupakan
suatu hukuman dari Tuhan karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan semasa
hidupnya.

Pasien mengatakan bahwa dia telah gagal melakukan hal-hal yang seharusnya dia
rasa bersalah lakukan dalam hidupnya atau mengakui telah melakukan hal-hal yang tidak disukai Tuhan
PERAN PERWAT DALAM DIAGNOSA

Pasien mengekspresikan frustasi, kesedihan yang mendalam, Tuhan kejam. Keluarga


Marah pasien juga marah dengan mengatakan mengapa Tuhan mengijinkan orang yang mereka
cintai menderita

Pasien mengungkapkan bahwa dirinya kehilangan cinta dari Tuhan, takut bahwa
Kehilangan
hubungannya dengan Tuhan terancam, perasaan yang kosong

Pasien mengungkapkan bahwa tidak ada harapan untuk memiliki suatu hubungan dengan
Putus asa
Tuhan, Tuhan tidak merawat dia

Anda mungkin juga menyukai