Anda di halaman 1dari 15

Referat

SINDROM RAPUNZEL

Oleh:

Medalion Bellano, S.Ked

712021039

Pembimbing:

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ (K)

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2024
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Judul :

SINDROM RAPUNZEL

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Medalion Bellano, S.Ked


712021039

Pembimbing:
dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ(K)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang 18 Desember 2023 – 14 Januari 2024.

Palembang, Januari 2024


Dokter Pendidik Klinik

dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ (K)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul “Sindrom Rapunzel” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit DR.
Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasullullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam beserta para keluarga,
sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyelesaian referat ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan dan


arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Abdullah Sahab, Sp.KJ(K) selaku dosen pembimbing.


2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.
3. Rekan sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan referat ini.
Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan balasan pahala atas segala
amal yang telah diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semogaselalu dalam lindungan Allah
Subhanahu wa ta’ala. Aamiin.

Palembang, Januari 2024

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


HALAMAN PENGESEHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3


2.1 Sindrom Rapunzel ........................................................................... 3
2.1.1 Definisi ...................................................................................... 3
2.1.2 Epidemiologi ............................................................................. 3
2.1.3 Etiopatogenesis ......................................................................... 4
2.1.4 Manifestasi Klinis dan Diagnosis ............................................. 5
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 6
2.1.6 Tatalaksana ................................................................................ 6
2.1.7 Komplikasi ................................................................................ 7
2.1.8 Prognosis .................................................................................... 8

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 9


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bezoar adalah massa padat berasal dari material tidak tercerna di
tractus gastrointestinal. Terminologi bezoar berasal dari Bahasa Arab
“Badzehr” atau Persia “Padzhar”, yang berarti antidote atau penawar.
Berdasarkan komposisinya, bezoar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
tipe, yaitu phytobezoar (terdiri dari serat nabati), trichobezoar (gumpalan
rambut atau serat menyerupai rambut), diospyrobezoar (terdiri dari buah
kesemek), farmakobezoar (obat-obatan yang belum larut), laktobezoar (terdiri
dari protein susu dan lendir), lithobezoar (terdiri dari fragmen batuan), dan
plasticobezoar (plastik).1,2
Trichobezoar umumnya ditemukan pada wanita muda biasanya dengan
gangguan kejiwaan yang mendasarinya. Sindrom Rapunzel sangat jarang,
dengan kurang dari 64 kasus dilaporkan sejak 1968. Ini lebih sering terjadi pada
wanita muda atau remaja. Sindrom Rapunzel terutama terlihat pada wanita
muda yang terganggu secara emosional atau mental. Kasus pertama yang
diketahui berasal dari seorang anak laki-laki berusia 16 tahun pada tahun 1779.
Dari kasus-kasus yang dilaporkan, rentang usia tipikal yang terkena sindrom
ini adalah antara usia 4-19 tahun.3
Terminologi Sindrom Rapunzel berasal dari cerita dongeng Grimm
bersaudara tentang seorang putri dengan rambut emas panjangnya. Kasus
Sindrom Rapunzel pertama dilaporkan oleh Vaughan, et al. pada tahun 1968.
Kondisi medis ini banyak dijumpai pada remaja perempuan dekade kedua
kehidupan dengan faktor predisposisi gangguan psikiatri seperti trikotilomania
(dorongan tidak tertahankan untuk mencabuti rambut sendiri) dan trikofagia
(kebiasaan kompulsif untuk memakan rambut sendiri).2

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Sindrom Rapunzel?
2. Apa etiologi dari Sindrom Rapunzel?

1
3. Bagaimana gambaran klinis dan diagnosis dari Sindrom Rapunzel?
4. Bagaimana terapi pada Sindrom Rapunzel?
5. Bagaimana komplikasi pada Sindrom Rapunzel?
6. Bagaimana prognosis pada Sindrom Rapunzel?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi dari Sindrom Rapunzel.
2. Mengetahui etiologi dari Sindrom Rapunzel.
3. Mengetahui gangguan klinis dan diagnosis dari Sindrom Rapunzel.
4. Mengetahui terapi yang diberikan pada pasien Sindrom Rapunzel.
5. Mengetahui komplikasi pada pasien Sindrom Rapunzel.
6. Mengetahui prognosis pada pasien Sindrom Rapunzel.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai Sindrom Rapunzel.
2. Diharapkan referat ini dapat dijadikan sumber referensi dalam penelitian
selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sindrom Rapunzel


2.1.1 Definisi
Sindrom Rapunzel merupakan kondisi medis yang sangat langka.
penderitanya memiliki kebiasaan mengunyah rambut hingga membentuk
gumpalan rambut yang terperangkap di gaster (gastric trichobezoar) atau
melewati pilorus menuju duodenum, jejunum, ileum atau kolon.2,3

2.1.2 Epidemiologi
Trichobezoar merupakan tipe bezoar yang umum dijumpai pada
perempuan usia muda. Ullah, et al, (2016) menemukan 70% pasien Sindrom
Rapunzel berusia di bawah 20 tahun, kasus termuda berusia balita dan kasus
tertua adalah laki-laki berusia 55 tahun.4 Pada tahun 2001, seorang anak
laki-laki 6 tahun didiagnosis Sindrom Rapunzel setelah ditemukan gastric
trichobezoar akibat memakan rambut saudara perempuannya.5
Kasus Sindrom Rapunzel lebih dominan pada perempuan karena
helai rambut mereka lebih panjang dan rambut panjang cenderung lebih
mudah tersangkut di lapisan mukosa gaster. Makin banyak rambut yang
dikonsumsi dan tidak dapat dicerna, makin besar gumpalan rambut di
gaster.6 Sindrom Rapunzel berkaitan erat dengan gangguan psikiatri
trikotilomania dan trikofagia. Sebuah studi menemukan 20% orang dengan
trikotilomania cenderung mengonsumsi rambutnya sendiri. Sekitar 25%
dari 24 orang dengan trikotilomania memiliki gumpalan rambut digaster
akibat kebiasaan memakan rambutnya sendiri. Secara umum, diperkirakan
hanya 1% trikofagia yang akan berkembang menjadi trichobezoar.7
Berdasarkan data epidemiologi didapatkan bahwa puncak onset
trikotilomania ini berkisar antara usia 12-13 tahun. Pada anak-anak tidak
ada perbandingan yang berarti antara populasi laki-laki atau pun perempuan
yang terkena trikotilomania. Pada orang dewasa ditemukan adanya
prevalensi sebesar 0.6-3.4% dengan kecenderungan lebih banyak pada

3
perempuan dibandingkan laki-laki.8 Sampai saat ini belum ada literatur
terkait prevalensi Sindrom Rapunzel di Indonesia.

2.1.3 Etiopatogenesis
Orang dengan disabilitas intelektual dan gangguan psikiatri tertentu
(misalnya: retardasi mental) dapat memiliki kecenderungan memakan
rambutnya sendiri, sebuah gangguan perilaku yang disebut trikofagia.
Kelompok orang dengan gangguan perilaku ini memiliki risiko tinggi
menderita Sindrom Rapunzel. Dua gangguan psikiatri yang memiliki
kemungkinan tertinggi memakan rambutnya sendiri, yaitu trikotilomania
dan pica. Selain itu, bezoar juga diasosiasikan dengan gangguan gaster
seperti hipomotilitas, hiposekresi dengan hipokloridria, riwayat reseksi
gaster, dan penyakit penyerta yang menghambat pengosongan gaster
(misalnya: diabetes, penyakit autoimun, atau penyakit jaringan ikat).1
Sindrom Rapunzel adalah bentuk trichobezoar langka dengan ekor
gastric trichobezoar dapat menjulur hingga ke ileocecal junction.
Trichobezoar disebabkan oleh konsumsi patologis rambut yang tidak
tercerna di gaster. Helai rambut terhindar dari dorongan peristaltik gaster
karena permukaannya yang licin, tertahan di lipatan muskosa gaster.
Gerakan peristaltik akan membuat rambut yang terakumulasi tersebut
terjepit membentuk gumpalan menyerupai bola. Apabila bola ini menjadi
terlalu besar untuk keluar dari gaster, dapat terjadi atonia gaster. Gumpalan
rambut akan menjadi lebih kusut dan membentuk massa padat yang
mengikuti bentuk perut.9
Menelan rambut terus-menerus dalam jangka waktu tertentu dapat
menyebabkan impaksi bersama lendir dan bahan makanan di dalam gaster.
Mucus gaster akan melapisi trichobezoar dan memberikan gambaran
permukaan mengilat dan berkilau. Selain itu, asam gaster akan mengubah
sifat protein rambut sehingga memberikan warna hitam. Fermentasi dan
dekomposisi bahan makanan yang terperangkap (terutama zat lemak) akan
menyebabkan bau tengik khas pada bezoar dan napas pasien.2,3

4
2.1.4 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Sindrom Rapunzel terkadang tidak menunjukkan gejala
(asimtomatik) selama bertahun-tahun. Gejala akan berkembang jika ukuran
bezoar membesar hingga menimbulkan obstruksi; sebagian besar kasus
dilaporkan di negara-negara yang wanitanya mempunyai tradisi memiliki
rambut panjang.10
Manifestasi klinis Sindrom Rapunzel sangat tergantung dari
besarnya trichobezoar yang terbentuk. Sekitar 85% sampai 95% pasien
Sindrom Rapunzel datang dengan keluhan nyeri abdomen, mual, dan
muntah. Sekitar 37% pasien Sindrom Rapunzel mengeluh nyeri abdomen;
mual dan muntah ditemukan pada 33% kasus. Pada sekitar 25,9% kasus
ditemukan obstruksi dan 18,5% dengan peritonitis.5 Gejala lain Sindrom
Rapunzel meliputi perut kembung, penurunan nafsu makan serta berat
badan turun, konstipasi atau diare beberapa kasus datang dengan
hematemesis dan intususepsi.11
Adanya gangguan peristaltik menyebabkan obstruksi pada organ
pencernaan berdasarkan letak obstruksi dapat dibagi menjadi obstruksi letak
tinggi dan rendah sedasngkan berdasarkan kondisi obstruksi dapat dibagi
menjadi sederhana, strangulasi dan gelung tertutup dan dapat terjadi baik di
usus halus atau usus besar. Bezoar sendiri merupakan obstruksi intraluminal
sedangkan jika obstruksi yang terjadi intramural biasanya disebabkan oleh
keganasan dan proses inflamasi, ekstramural biasanya disebabkan oleh
adhesi, hernia, volvulus, intususepsi. Jika terjadi obstruksi maka akan
menyebakan ileus dimana ditandai dengan nyeri abdomen yang biasanya
bersifat kolik karena mengganggu di organ yang berongga di mana terdapat
aktivitas peristaltik sehingga pasien biasanya mengeluh nyeri yang hilang
timbul dan sifatnya berat kemudian muntah dimana muntah ini harus
dibedakan muntah obstruksi dan bukan obstruksi, pada muntah obstruksi
muntah yang keluar berwarna hijau mengandung cairan empedu, artinya
dicurigai adanya hambatan usus dibagian bawah muara saluran empedu,
muntah proyektil, bila isi lambung terlempar atau menyemprot keluar. Bila
tidak berwarna hijau muntah berasal dari lambung atau kerongkongan,

5
muntah persisten, bila muntah terus menerus, Muntah darah, muntah yang
dicurigai adanya perdarahan aktif dan banyak, yang tidak bisa dihentikan
dengan obat-obatan, Muntah dengan penurunan berat badan, karena yang
dikeluarkan lebih banyak dari pada cairan atau makanan yang masuk,
muntah dengan sakit perut, dan berulang.12
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa abdomen hingga
tanda wasting syndrome dan kaheksia. Bezoar besar dapat diraba berupa
massa abdomen yang mobile –Lamerton’s sign. Bau mulut tidak sedap atau
halitosis berat juga dapat ditemukan. Selain itu, adanya alopesia atau
kebotakan juga mendukung pemeriksaan fisik pada Sindrom Rapunzel.10

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan radiologi meliputi foto rontgen, foto polos abdomen,
Ultrasonografi (USG), upper gastrointestinal series (UGI), dan CT scan
abdomen dapat menunjang diagnosis. Foto rontgen polos abdomen sering
menunjukkan adanya massa non-spesifik, sedangkan pada USG abdomen
dapat ditemukan adanya peningkatan echogenitas disebabkan campuran
gumpalan rambut, udara, dan bahan makanan di dalam trichobezoar. Pada
pemeriksaan UGI dapat ditemukan filling defect pada abdomen. CT scan
abdomen juga dapat memberikan gambaran adanya massa heterogen
dengan udara terperangkap di dalamnya. Apabila tanda dan gejala mengarah
pada diagnosis Sindrom Rapunzel, pemeriksaan barium meal tidak
disarankan karena dapat menyebabkan obstruksi atau perforasi. Baku emas
diagnosis trichobezoar adalah upper gastrointestinal endoscopy/ esophago-
gastro-duodenoscopy (EGD). Selain visualisasi langsung, prosedur EGD ini
memungkinkan pengambilan sampel dan intervensi terapeutik.10,11

2.1.6 Tatalaksana
Tatalaksana sangat dipengaruhi oleh ukuran dan lokasi trichobezoar.
Secara umum, hampir selalu membutuhkan pembedahan guna mengangkat
massa. Pada tahap awal, pengangkatan masih mungkin secara endoskopik,
terutama jika trichobezoar terbatas pada area kecil dan ukurannya pun juga

6
kecil. Dalam hal ini, endoskopi berperan sebagai alat diagnostik dan
terapeutik.9
Teknik bedah pengangkatan trichobezoar yang umum meliputi
laparoskopi dan open surgery (laparotomi). Dari 108 kasus trichobezoar,
5% kasus berhasil menjalani pengangkatan massa secara endoskopik. Selain
itu, Gorter, et al. juga menyatakan upaya pengangkatan trichobezoar dengan
metode laparoskopi 75% berhasil. Metode laparotomi memiliki tingkat
keberhasilan 99%, sehingga dipilih sebagai metode tatalaksana terbaik.
Metode kombinasi laparotomi dan gastrotomi anterior berhasil mengangkat
trichobezoar besar pada 34 kasus pada tahun 2005.11,13 Metode laparoskopi
lebih disarankan untuk pengangkatan bezoar ukuran kecil atau sedang,
dengan keuntungan berkurangnya rawatan di rumah sakit dan secara
kosmetika lebih baik dibandingkan laparotomi (sayatan lebih kecil). Akan
tetapi, laparoskopi memiliki potensi kontaminasi peritoneal yang lebih
besar karena risiko tumpahan rambut di rongga peritoneum. Mayoritas
pasien Sindrom Rapunzel memiliki gangguan psikiatri atau sosial yang
mendasari, sehingga tatalaksana gejala psikiatri sangat penting disertai
follow up untuk evaluasi gejala. Pendekatan multidisiplin sangat berperan
untuk mencegah terulangnya kondisi tersebut.14
Selain intervensi bedah juga dilakukan intervensi medikamentosa
yaitu rehidrasi cairan isotonis dikarenakan adanya gangguan absorbsi maka
pasien rentan terjadi gangguan elektrolit, kemudian diberikan antibiotik
broad spectrum untuk profilaksis terjadinya infeksi kemudian dilakukan
tindakan dekompresi.11

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi trichobezoar meliputi obstruksi gastrointestinal (26%),
perdarahan (10%), perforasi, malabsorpsi, dan defisiensi nutrisi. Kondisi ini
juga berkaitan dengan diare dan defisiensi vitamin B12, terutama akibat
pertumbuhan bakteri dari kolonisasi bezoar. Beberapa komplikasi prosedur
endoskopi antara lain ulkus gaster, esofagitis, dan perforasi esofagus. Jika

7
bezoar tetap dibiarkan tanpa pengobatan, tingkat mortalitasnya dapat
mencapai 30% dengan komplikasi penyerta.1,10
Sindrom Rapunzel termasuk kebiasaan berulang. Oleh karena itu,
bola rambut yang terbentuk dalam perut pun bisa makin membesar. Keadaan
tersebut dapat memicu komplikasi, termasuk di antaranya berupa ikterus
obstruktif (sumbatan empedu), penyumbatan fisik di perut atau usus kecil,
erosi lapisan lendir organ pencernaan, lubang di dalam usus kecil (perforasi
usus kecil), peradangan pada lapisan lambung (peritonitis), pembengkakan
pankreas (pankreatitis akut).15
Seluruh kondisi di atas dapat menyebabkan efek samping lanjutan
serius apabila tidak segera diatasi.

2.1.8 Prognosis
Prognosis pasien dengan Sindrom Rapunzel sangat bergantung pada
tingkat kerusakan organ yang terjadi sebelum diagnosis dan intervensi. Jika
tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat mengancam nyawa. Penting
bagi tenaga medis dan keluarga untuk memahami gejala dan risiko yang
terkait dengan Sindrom Rapunzel guna mengidentifikasi dan mengobati
kondisi ini secara tepat dan segera.7

8
BAB III
KESIMPULAN

1. Sindrom Rapunzel adalah kondisi di mana memiliki kebiasaan mengunyah


rambut hingga membentuk gumpalan rambut yang terperangkap di gaster yang
erat kaitannya dengan gangguan psikiatri trikotilomania dan trikofagia.
2. Orang dengan disabilitas intelektual dan gangguan psikiatri tertentu (misalnya:
retardasi mental) dapat memiliki kecenderungan memakan rambutnya sendiri,
juga pada kondisi trikotilomania dan pica.
3. Manifestasi klinis dapat asimptomatik, kemudian nyeri abdomen, mual,
muntah, perut kembung, penurunan nafsu makan, berat badan turun,
konstipasi, diare, dan lainnya. Penunjang dapat dengan USG, CT Scan, upper
gastrointestinal series (UGI), dengan baku emasnya adalah upper
gastrointestinal endoscopy/ esophago-gastro-duodenoscopy (EGD).
4. Tatalaksana berupa pembedahan, umumnya laparoskopi dan laparotomi (open
surgery). Selain itu medikamentosa dengan antibiotik broad spectrum untuk
profilaksis terjadinya infeksi serta rehidrasi cairan isotonis.
5. Komplikasi dapat berupa obstruksi gastrointestinal (26%), perdarahan (10%),
perforasi, malabsorpsi, dan defisiensi nutrisi.
6. Prognosis sangat bergantung pada tingkat kerusakan organ yang terjadi
sebelum diagnosis dan intervensi.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Sanjeev, S., Pramod, K., Babita., Singh, G.N. Trichobezoar. J Evolution Med
Dental Sci. 2013;2(47):9195-9200.
2. Kaja,l P., Bhutani, N., Niharika, T., Arya, P. Trichobezoar with and without
Rapunzel Syndrome in Paediatric Population: a Case Series from a Tertiary Case
Centre of Northern India. Internati J Surgery Case Report. 2017;40:23-6.
3. Dixit, A., Raza, M.A., Tiwari, R. Gastric Trichobezoar with Rapunzel Syndrome:
a Case report. J Clin Diagnost Res. 2016;10(2):10-1.
4. Ullah ,W., Saleem, K., Ahmad, E., Anwer, F. Rapunzel Syndrome: A Rare Cause
of Hypoproteinaemia and Review of Literature. BMJ Case Rep [serial on the
Internet]. 2016. Available from: https://doi.org/10.1136/bcr-2016-216600.
5. Naik, S., Gupta, V., Rangole, A., Chaudhary, A.K, Jain P, et al. Rapunzel
Syndrome Reviewed and Redefined. Digestive Surg. 2007;24:154-61
6. Rehm, I. Unusual Conditions: What is Rapunzel Syndrome and Why do Some
People Eat Hair ? The Conversation. 2016.
7. Gonuguntla, V., Joshi, D.D. Rapunzel Syndrome: A Comprehensive Review of
An Unusual Case of Trichobezoar. Clinical Medicine & Research [serial on the
Internet]. 2009;7(3):99-102. Available from:
https://doi.org/10.3121/cmr.2009.822.
8. Sadock, B. 2015. Kaplan & Sadock’s Comprehrensive Textbook of Psychiatry,
9th edn., Wolster Kluwer: Lippincott Williams and Wilkins, Philadelphia, PA.
9. Hardika, P.S. 2021. Sindrom Rapunzel – Diagnosis dan Tatalaksana. Cermin
Dunia Kedokteran 297 Vol. 48, No.9.
10. Prasad, A., Jain, A., Gupta, A., Kamra, A. Trichobezoar: Ravenous for Hair.
Euroasian J Hepato-Gastroenterol. 2018;8(1):97-8.
11. Wang, Z., Cao, F., Liu, D., Fang, Y., Li F. The Diagnosis and Treatment of
Rapunzel Syndrome. Acta Radiologica Open. 2016;5(11):1-4.
12. Berawi, K.N., Azizah, F.N. 2022. Sindrom Rapunzel : Laporan Kasus (Rapunzel
Syndrome: A Case Report). Jurnal Ilmu Medis Indonesia. Vol 1, No 2, Hal. 103-
112. https://doi.org/10.35912/jimi.v1i2.730

10
13. Gorter, R.R., Kneepkens, C.M, Mattens, E.C., Aronson, D.C., Heij, H.A.
Management of Trichobezoar: Case Report and Literature Rview. Pediatr Surg
Int. 2010;26(5):457-63. Available from: https://doi.org/10.1007/s00383-010-
2570-0.
14. Hennessy MM, Ivanovski I, O Suilleabhain CB. Gastric ulceration and
perforation secondary to large trichobezoar – a case report describing the role of
magnetic resonance imaging in diagnosis. Internat J Surg Case Reports.
2018;43:25-8.
15. Riveros-Vega, J. H., Gómez-Zuleta, M. A., & Estarita, J. (2020). Rapunzel
Syndrome: Myth or Reality. Revista colombiana de Gastroenterología. 35(2), pp.
207-211.

11

Anda mungkin juga menyukai