Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN

BENCHMARKING KE BEST PRACTICE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HABITAT


DAN PENGENDALIAN PEREDARAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
KE PELABUHAN LAUT TANJUNG PERAK
23 Mei 2022

KELOMPOK III

Suharno
Hikman Nainggolan
Ilham Yophika Lubis
Irmayuni
Iskandaruddin
Johanes Octo Manik
Rezki Indah Siregar
Rikha Aryanie Surya
Sadatin Misry
Zaenal Asikin
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benchmarking ke Best Practice menjadi salah satu bagian penting dalam meningkatkan k
emampuan mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi dengan best practices
melalui benchmarking, knowledge replication, dan knowledge customization.
Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) adalah kegiatan mengedarkan spesimen tum
buhan dan satwa liar berupa mengumpulkan, membawa, mengangkut, atau memelihara,
spesimen tumbuhan dan satwa liar yang ditangkap atau diambil dari habitat alam ata
u yang berasal dari hasil penangkaran, termasuk dari hasil pengembangan populasi ber
basis alam untuk kepentingan pemanfaatan.
Secara praktis, praktik penyelenggaraan kegiatan kepelabuhanan secara global ditandai o
leh konsep CIQ-P yaitu fungsi – fungsi customs (kepabeanan), immigration (imigrasi), qu
arantine (karantina), dan port state control (administrasi pelabuhan) (Gurning, 2007). Se
cara tugas fungsi terkait perlindungan dan pengamanan terhadap peredaran TSL, karanti
na memegang penting karena aktivitas karantina terutama dalam kegiatan pengawasan
masuk keluarnya barang baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan (karantina hewan dan t
umbuhan) yang dianggap berbahaya atau langka (yang dilindungi oleh negara) termasuk
larang masuk bagi barang ke atau dari wilayah luar pelabuhan.
Pelabuhan Tanjung Perak merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesi
a setelah Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan ini menjadi pusat perdagangan menuju ka
wasan Indonesia bagian timur. Melihat letaknya yang sangat strategis, Pelabuhan ini men
jadi salah satu pintu masuk dan keluar untuk peredaran Tumbuhan dan Satwa Lia sebag
ai bagian jalur penting rantai perdagangan satwa liar asal Indonesia Timur.

B. Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan Kegiatan Benchmarking ke Best Practice dalam rangka Perlin
dungan dan Pengamanan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar :
1. Mengidentifikasi best practice Penatausahaan Peredaran Tumbuhan dan Satwa
Liar (administrasi dan perijinan) di Pelabuhan Laut Tanjung Perak;
2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di Pelabuhan Laut Tanjung Per
ak;
3. Mengetahui proses penanganan Tumbuhan dan Satwa Liar hasil sitaan;
4. Menyusun lesson learn dari best practice;
5. Mengadopsi best practice;

C. Waktu
Kegiatan Benchmarking ke Best Practice dalam rangka Perlindungan dan Pengamanan P
eredaran Tumbuhan dan Satwa Liar dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2022.

D. Tempat
Kegiatan Benchmarking ke Best Practice dalam rangka Perlindungan dan Pengamanan P
eredaran Tumbuhan dan Satwa Liar saat ini dilaksanakan di Kantor Pelabuhan Laut Tanju
ng Perak dan di Pelabuhan Laut Tanjung Perak.
II. PELAKSANAAN KEGIATAN DI LOKASI KUNJUNGAN
Kegiatan Benchmarking ke Best Practice dalam rangka Perlindungan dan Pengamanan Pere
daran Tumbuhan dan Satwa Liar saat ini dilaksanakan di kantor Pelabuhan Laut Tanjung Per
ak dan di Pelabuhan Laut Tanjung Perak. Adapun pengelolaan kegiatan di Pelabuhan Laut T
anjung Perak melibatkan :

a. Pihak Pelabuhan / Kesyahbandaran Utama Tanjung Perak Surabaya dengan peran


melaksanakan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran : Menyangkut Angkutan
Peraiiran, Kepelabuhan dan Lingkungan Maritim.
b. Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya dengan peran sistem perlindungan
kesehatan hewan dan tumbuhan, bagian dari sistem pengawasan pengendalian
keamanan pangan, pakan dan perlindungan terhadap bioterorisme, biologis dan
biodiversity.
c. Ditpolairud Polda Jatim dengan peran melaksanakan fungsi Kepolisian Perairan dan
Kepolisian Udara yang mencakup penegakkan hukum, patroli, serta fasilitas
pemeliharaan dan perbaikan kapal dan pesawat.
d. Polres Pelabuhan Tj. Perak dengan peran melaksanakan fungsi kepolisian dalam
penegakkan hukum, patroli dalam wilayah hukum Pelabuhan Tanjung Perak dengan
tujuan terciptanya kantibmas yang kondusif.
e. Balai Besar KSDA Jawa Timur dengan peran pengawasan peredaran TSL dan
penanganan tindak pidana TSL.

III. ANALISIS BEST PRACTICE


1. Penanganan hukum secara terkoordinasi saat terjadi kasus tindak pidana TSL dengan kon
sep multi doors
Dalam melakukan penyidikan telah dilakukan konsep multidoors melalui pengenaan perat
uran perundangan : UU Nomor 5 tahun 1990 Pasal 40 (2) jo.Pasal 21 ayat (2), UU Karant
ina no.21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Pasal 88 (a) dan (c).
Rata – rata vonis berdasarkan hasil wawancara maksimal adalah 2 tahun kurungan penj
ara. Penyidikan banyak dilakukan pihak Kepolisian. Selama ini, penanganan hukum yang
meilbatkan para pihak dilaksanakan bersama – sama melalui pendekatan personal di ting
kat tapak, belum ada legal formalnya. Kelemahannya adalah saat terjadi pergantian pers
onil di masing – masing instansi, maka pendekatan ulang harus dilakukan kembali. Saat i
ni, sudah mulai dilakukan inisiasi untuk membuat MoU namun belum sampai dalam tahap
PKS.

2. Penanganan kasus saat terjadi tindak pidana TSL di wilayah Karantina, Bea Cukai dan KL
HK, bagaimana sistem koordinasi dilakukan dalam pengawasan. Di Jatim, untuk kasus TS
L dilindungi tersangka ditangani oleh Polri. Sementara jika TSL tidak dilindungi ditangani
oleh Penyidik Karantina namun proses hukum tetap berkoordinasi ke Polri. Balai Karantin
a akan mengacu kepada UU Karantina. Sementara TSL sebagai barang bukti, diserahkan
ke BBKSDA Jatim. Saat tumbuhan dan satwa disita, Balai Karantina melakukan identifika
si terkait sitaan, jika termasuk dalam jenis ternak, maka penanganan langsung dilakukan
Balai Karantina. Namun jika masuk dalam kategori TSL, Balai Karantina menyerahkan pen
anganan lanjutan kepada BBKSDA.
3. Perlu dibangun koordinasi dan membangun tata hubungan kerja dengan para pihak terka
it yaitu PT. Angkasa Pura, Karantina Pertanian, Kantor Otorita Bandara Wilayah III dan B
ea Cukai.
4. Dengan koordinasi yang telah dibangun dengan instansi terkait di pelabuhan Tanjung
Perak petugas Resort akan melakukan pengawasan peredaran TSL setelah pihak
Karantina melakukan tugas dan fungsinya dan dalam penanganan tindak pidana TSL juga
setelah pihak karantina menyampaikan saat tidak disertai dokumen angkut. Resort PL Ta
njung Perak juga menerima pendelegasian kewenangan dari Kepala Balai Besar KSDA
Jawa Timur dalam penerbitan surat angkut TSL untuk kesenangan dan souvenir. Resort P
L Tanjung Perak mendapat ruangan kantor di dalam PL Tanjung Perak yang awalnya ber
upa sewa namun saat ini, sudah diberikan hak pakai secara gratis.

IV. PENUTUP
Kegiatan Benchmarking ke Best Practice dalam rangka perlindungan habitat dan
pengendalian peredaran tumbuhan dan satwa liar ke pelabuhan laut Tanjung Perak
Surabaya telah memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada peserta dimana best
practice yang telah dilakukan dapat diadopsi dan diharapkan menjadi inovation practice
yang dapat dikembangkan di UPT masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai