Anda di halaman 1dari 13

BADAN AMIL ZAKAT

MATA KULIAH HUKUM WAKAF DAN ZAKAT

Dosen :
M.IQBAL,S.AG.,M.H.

DISUSUN OLEH : (KELOMPOK 8)


HAFIDZ AL HUDA HRP (230620057)
NAYAKA ALTHAF (2306200568)
RAHMA TAMBA (2306200554)
RAHMAD WAHYUDI D (2306200549)
VALERY ARIA DUTA (2306200593)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA
2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat yang luarbiasa, keteguhan, serta kekuatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada Nabi kita
semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan atau rujukan dari berbagai sumber, sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Kami sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya penulis sangat menghargai masukan atau kritik yang membagun supaya
bisa lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kedepannya.

Medan, 25 Oktober 2023


Medan

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB 1 : PENDAHULUAN......................................................................................................3
1. Latar belakang.........................................................................................................................3
2. Rumusan masalah....................................................................................................................3
3. Dasar teori dan pendekatan.....................................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
1. Sejarah Lembaga Pengelolaan Zakat .....................................................................................5
2. Pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat.................................................................................5
3. Asas-Asas Lembaga Pengelolaan Zakat.................................................................................7
4. Karakteristik Lembaga Pengelolaan Zakat.............................................................................7
5. Tujuan Lembaga Pengelolaan Zakat.......................................................................................8
6. Dana yang Dikelolah Lembaga Pengelolaan Zakat................................................................8
7. Akuntabilitas Pengelolaan Zakat............................................................................................9
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan............................................................................................................................11
2. Saran......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat serius dihadapi oleh bangsa Indonesia dan
harus segera mencari dan menemukan solusi untuk mengurangi persoalan kemiskinan
tersebut. Kebanyakan penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Hampir 40 persen
dari penduduk (lebih dari 110 juta orang) Indonesia hidup hanya sedikit diatas garis
kemiskinan nasional dan mempunyai pendapatan kurang dari US$ 2 per hari[1][1]. maka jika
dipadankan dengan kurs rupiah saat ini sekitar Rp. 23.000+. Artinya pendapatan per-hari
belum mampu mencukupi kebutuhan (primer) keluarga bahkan sangat kurang bila dalam satu
kepala keluarga terdapat 4 atau 5 kepala.
Sedangkan menurut Data BPS 2011, penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2011
mencapai 30,02 juta orang (12,49 %). Jumlah penduduk miskin ini turun 1,00 juta orang
(0,84 %) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta
orang (13,33 %).
Salah satu cara untuk menekan angka kemiskinan, masyarakat muslim ingin
memanfaatkan dana zakat. Usaha Islam dalam menanggulangi problem kemiskinan ini,
bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer, setengah hati, atau bahkan hanya sekedar
mencari perhatian. Pengurangan angka kemiskinan, bagi Islam, justru menjadi asas yang khas
dan sendi-sendi yang kokoh. Hal ini dibuktikan dengan zakat yang telah dijadikan oleh Allah
swt. sebagai sumber jaminan hak-hak orang-orang fakir dan miskin itu sebagai bagian dari
salah satu rukun Islam.[2][2]
Untuk kasus di Indonesia, yang secara demoggrafi penduduknya mayoritas umat Islam.
Potensi zakat sangat besar harus diimbangi dengan pengelolaan zakat yang professional pula.
Sehingga, zakat tersalurkan kepada mustahik tidak bersifat konsumtif atau sesaat.
Pengelolaan zakat yang profesional, diharapkan pendistribusiannya lebih produktif.
Pemberian pinjaman modal misalnya, dalam rangka peningkatan prekonomian masyrakat.
Persoalannya kemudian adalah bagaimana harta zakat itu dapat dikumpulkan untuk
kemudian didistribusikan dan didayagunakan untuk kepentingan penerima zakat (mustahik)?
Para pemerhati zakat sepakat bahwa untuk dapat mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat secara optimal, maka zakat harus dikelola melalui lembaga.
2. Rumusan Masalah

3
1. Jelaskan sejarah lembaga pengelolaan zakat!
2. Pengertian lembaga pengelolaan zakat?
3. Apa saja asas-asas pada lembaga penglolaan Zakat?
4. Apa saja karakteristik lembaga pengelolaan zakat?
5. Apa Tujuan lembaga pengelolaan zakat?
6. Dana apa saja yang dikelola lembaga pengelolaan zakat?
3. Dasar Teori dan Pendekatan
Untuk menjadikan makalah ini lebih terarah dan sistematis, maka diperlukan sebuah
landasan dalam penerapan teori akuntabilitas terhadap sistem pengelolaan lembaga
khususnya dalam pengelolaan dana umat hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kepercayaan (trust) masyarakat terhadap lembaga itu sendiri. Secara umum, akuntabilitas
adalah kewajiban untuk memberikan informasi termasukinformasi keuangan sebagai wujud
tanggung jawab organisasi.[3][3]Maka, akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban
lembaga pengelolaan zakat atas segalaaktivitas dan kegiatan organisasi yang dituangkan
dalam bentuk pelaporan olehpihak yang diberi tanggung jawab kepada pemberi amanah
untuk mencapaitujuan organisasi dalam periode tertentu.
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan historis-yuridis, di mana secara
historis keberadaan lembaga tersebut telah dicontohkan pada masa-masa sebelumnya.
Sedangkan dari aspek yuridis didasarkan pada aturan per-undang-undangan yang berlaku.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Lembaga Pengelolaan Zakat.
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah
Shallalahu ‘alaihi wassallam dan para khulafa’ ar-Rasyidin. Salah satu contohnya adalah
ketika Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wassallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman
dan pada saat beliau menjadi Gubernur Yaman, beliau pun memungut zakat dari rakyat dan
disini beliau bertindak sebagai amil zakat sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“Rasulullah sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman (yang telah
ditaklukkan oleh Islam) bersabda : Engkau datang kepada kaum ahli kitab, ajaklah mereka
kepada syahadat, bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka telah taat untuk itu,
beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka melakukan shalat lima waktu dalam
sehari semalam. Jika mereka telah taat untuk itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa
Allah mewajibkan mereka menzakati kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari yang kaya dan
dibagi-bagikan kepada yang fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-hatilah
(jangan mengambil) yang baik-baik saja) bila kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan
rendah, maka zakatnya harus meliputi nilai-nilai itu. Hindari doanya orang yang madhlum
(teraniaya) karena diantara doa itu dengan Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan). (HR
Bukhari).

Melihat pentingnya zakat dan bagaimana Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wassallam telah
mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari bahwa pengelolaan zakat bukanlah
suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan secara individual. Agar maksud dan tujuan zakat,
yakni pemerataan kesejahteraan, dapat terwujud, pengelolaan dan pendistribusian zakat harus
dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan baik. Hal inilah yang kemudian menjadi
dasar berdirinya berbagai Lembaga Pengelola Zakat di berbagai negara, termasuk di
Indonesia.
2.Pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat.
Secara defenitif, Lembaga pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang
bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah, baik yang dibentuk oleh pemerintah
seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti
LAZ. Bahwa ”Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan peng-

5
koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat.”[1][4] Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat dua jenis
Lembaga Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Untuk dapat mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya untuk
kepentingan mustahik, pada tahun 1999, dibentuk Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan
Zakat, yaitu UU No. 38 Tahun 1999. UU ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan
Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU Pengelolaan Zakat
dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan
Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 1998, yang memberi wewenang kepada masyarakat yang
menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan
pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS).
Diberlakukannya beragam peraturan tersebut telah mendorong lahirnya berbagai Lembaga
Pengelola Zakat (LPZ) di Indonesia. Kemunculan lembaga-lembaga itu diharapkan mampu
merealisasikan potensi zakat di Indonesia.[2][5]
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) misalnya sebagai salah satu pengelola zakat
yang dibentuk oleh Pemerintah secara perlahan tapi pasti dapat terus meningkatkan
pengumpulan dana zakat yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 dana zakat yang terkumpul
di BAZNAS mencapai Rp. 450 miliar, 2008 meningkat menjadi Rp. 920 miliar, dan pada
2009 tumbuh menjadi Rp. 1,2 triliun. Untuk tahun 2010, dana zakat yang berhasil
dikumpulkan BAZNAS mencapai Rp. 1,5 triliun. Meskipun angka yang berhasil dicapai oleh
BAZNAS belum sebanding dengan potensi zakat yang ada di tengahtengah masyarakat yang
diprediksi bisa mencapai Rp. 19 triliun (PIRAC), atau Rp. 100 triliun (Asian Development
Bank), akan tetapi apa yang telah dicapai oleh BAZNAS sesungguhnya merupakan prestasi
yang luar biasa dalam menghimpun zakat.[3][6]
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk
atas prakarsa masyarakat yang bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan
kemaslahatan umat Islam. Adapun institusi yang mengurusi zakat yang lain adalah Badan
Amil Zakat yaitu organisasi pengelola zakat yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur
masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.Asas-asas Lembaga Pengelolaan
Zakat.[4][7]

6
3. Asas-asas Lembaga Pengelolaan Zakat.
Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelolaan Zakat memiliki asas-asasyang menjadi
pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun 2011,disebutkan bahwa Asas-asas Lembaga
Pengelola Zakat adalah:[5][8]
1) Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LembagaPengelola Zakat
haruslah berpedoman sesuai dengan syariat Islam, mulaidari tata cara perekrutan pegawai
hingga tata cara pendistribusian zakat.
2) Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi lembaga yangdapat dipercaya.
3) Kemanfaatan. Lembaga Pengelola Zakat harus mampu memberikanmanfaat yang
sebesar-besarnya bagi mustahik.
4) Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola Zakat harusmampu
bertindak adil.
5) Kepastian hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dankepastian
hukum dalam proses pengelolaan zakat.
6) Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis sehinggamampu
meningkatkan kinerja pengumpulan, pendistribusian, danpendayagunaan zakat.
7) Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan.
Lembaga pengelola zakat yang berkualitas sebaiknya mampu mengelola zakat yang ada
secara efektif dan efisien. Program-program penyaluran zakat harus benar-benar
menyentuh mustahik dan memiliki nilai manfaat bagi mustahik tersebut. Lembaga pengelola
zakat juga harus bersikap responsif terhadap kebutuhan mustahik, muzakki, dan alam
sekitarnya. Hal ini mendorong amil zakat untuk bersifat proaktif, antisipatif, inovatif, dan
kreatif sehingga tidak hanya bersifat pasif dan reaktif terhadap fenomena sosial yang terjadi,
Selain itu, seluruh organ organisasi pengelola zakat telah memahami dengan baik syariat dan
seluk beluk zakat sehingga pengelolaan zakat tetap berada dalam hukum Islam, tentunya hal
ini sejalan dengan asas-asas pengelolaan zakat.[6][9]
4. Karakteristrik Lembaga Pengelolaan Zakat.
Di Indonesia terdapat dua lembaga yang bersifat yayasan namun karakteristiknya
berbeda, yaitu lembaga nirlaba dan lembaga not for profit. Lembaga nirlaba didirikan benar-
benar bukan untuk mencari laba sedikit pun. Produk lembaga nirlaba adalah nilai dan moral
sedangkan produk perusahaan adalah barang dan jasa. Sumber dana lembaga nirlaba adalah

7
donasi masyarakat dan digunakan sepenuhnya untuk kegiatan operasional untuk mencapai
visi dan misi lembaga.[7][10]
Melihat tugas dan fungsi Lembaga Pengelola Zakat, jelaslah bahwa Lembaga Pengelola
Zakat adalah salah satu dari sekian banyak lembaga nirlaba. Olehnya itu, Lembaga Pengelola
Zakat memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik lembaga nirlaba lainnya, yaitu:
1)Sumber daya, baik berupa dana maupun barang berasal dari para donatur dimana donatur
tersebut mempercayakan donasi mereka kepada LPZ dengan harapan bisa memperoleh hasil
yang mereka harapkan.
2)Menghasilkan berbagai jasa dalam bentuk pelayanan masyarakat dan tidak mencari laba
dari pelayanan tersebut.
3)Kepemilikian LPZ tidak sama dengan lembaga bisnis. LPZ bukanlah milik pribadi atau
kelompok, melainkan milik ummat karena sumber dayanya berasal dari masyarakat. Jika LPZ
dilikuidasi, maka kekayaaan lembaga tidak boleh dibagikan kepada para pendiri.
Namun, sebagai lembaga yang bergerak di bidang keagamaan, dalam hal ini sebagai
pengelola zakat, maka LPZ memiliki beberapa karakteristik tersendiri yang membedakannya
dengan lembaga nirlaba lainnya, yaitu:
1)Terikat dengan aturan dan prinsip-prinsip syari’ah Islam
2)Sumber dana utamanya adalah dana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf
3)Memiliki Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur kelembagaannya.

5. Tujuan Pengelolaan Zakat.


Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011, tujuan pengelolaan zakat adalah:
1)Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan langkah sebuah LPZ untuk mencapai
tujuan inti dari zakat itu sendiri, yaitu optimalisasi zakat. Dengan bertindak efisien dan
efektif, LPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada dengan maksimal.
2)Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan
Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat yang disalurkan benar-benar sampai
pada orang yang tepat dan menyalurkan dana zakat tersebut dalam bentuk yang produktif
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang
produktif dapat dilakukan dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home
industry, mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya.
6. Jenis Dana yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat

8
LPZ menerima dan mengelola berbagai jenis dana, yaitu:

1)Dana Zakat
Ada dua jenis dana zakat yang dikelola oleh LPZ, yaitu dana zakatumum dan dana zakat
dikhususkan. Dana zakat umum adalah dana zakatyang diberikan oleh muzakki kepada LPZ
tanpa permintaan tertentu.Sedangkan dana zakat dikhususkan adalah dana zakat yang
diberikan olehmuzakki kepada LPZ dengan permintaan dikhususkan, misalnya
untukdisalurkan kepada anak yatim, dan sebagainya.
2)Dana Infaq/Shadaqah
Seperti dana zakat, dana infaq/shadaqah terdiri atas danainfaq/shadaqah umum dan dana
infaq/shadqah khusus. Dana infaq/shadaqahumum adalah dana yang diberikan para donatur
kepada LPZ tanpapersyaratan apapun. Sedangkan dana infaq/shadaqah dikhususkan
adalahdana yang diberikan para donatur kepada LPZ dengan berbagai persyaatantertentu,
seperti untuk disalurkan kepada masyarakat di wilayah tertentu.
3)Dana Waqaf
Waqaf adalah menahan diri dari berbuat sesuatu terhadap hal yangmanfaaatnya diberikan
kepada orang tertentu dengan tujuan yang baik.
4)Dana Pengelola
Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk membiayaikegiatan operasional
lembaga yang bersumber dari:
a) Hak amil dari dana zakat
b) Bagian tertentu dari dana infaq/shadaqah
c) Sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

7. Akuntabilitas Lembaga Pengelolaan Zakat


Dalam perspektif Islam, akuntabilitas artinya pertanggung jawaban seorang manusia
kepada Sang Pencipta. Setiap pribadi manusia harus mempertanggung jawabkan segala
tindakannya kepada Allah swt. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah maha memberi pengajaran yang
sebaiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisa: 30).

9
Ayat ini mengandung arti bahwa amanah harus diberikan kepada yang berhak dan
dalam melaksanakan amanah tersebut, penerima amanah harus bersikap adil dan
menyampaikan kebenaran.[8][11] Ditambahkan pula, bahwa tanggung jawab merupakan
sebuah implikasi dari keimanan seseorang.
Dalam segi akuntansi, akuntabilitas adalah upaya atau aktivitas untuk menghasilkan
pengungkapan yang benar. Pertanggungjawaban, pengungkapan tersebut dilakukan pertama
adalah untuk Allah. Akuntabilitas juga terikat dengan peran sosial dimana muhtasib (akuntan)
yakin bahwa hukum syariah telah dilaksanakan dan kesejahteraan umat menjadi tujuan utama
dari aktivitas perusahaan dan tujuan tersebut telah tercapai.[9][12] Maka, konsep
akuntabilitas yang kemudian menjadi indikator pelaksanaan akuntabilitas dalam perspektif
Islam adalah:
a).Segala aktivitas harus memperhatikan dan mengutamakan kesejahteraan umat sebagai
perwujudan amanah yang diberikan Allah kepada manusia sebagi sorang khalifah.
a.Aktivitas organisasi dilaksanakan dengan adil.
b.Aktivitas organisasi tidak merusak lingkungan sekitar.
Oleh karenanya, dari sebuah lembaga pengelolaan zakat yang akuntabel
dan acceptable diharapkan muncul kepercayaan (trust) besar masyarakat yang berimplikasi
terhadap meningkatnya penghimpunan dana di Lembaga Pengelolaan Zakat, dan kemudian
disalurkan secara tepat sasaran dan tepat guna.

10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah saw.,
pengelolaan dan pendistribusian zakat dilakukan secara melembaga dan terstruktur dengan
baik. Dalam konteks ke-Indonesiaan hal itu tercermin dari Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, di mana dalam Undang-undang
tersebut mengatur dengan cukup terperinci mengenaifungsi, peran dan tanggung jawab Badan
Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Dalam rangka memaksimalkan peran dan fungsi lembaga pengelolaan zakat, tentunya
harus dikelola sebaik mungkin. Tidak cukup sampai di situ, lembaga pengelolaan zakat juga
harus akuntabel, yaitu amanah terhdap kepercayaan yang diberikan oleh muzakki dan juga
amanah dalam mendistribusikannya kepada mustahiq,dalam arti tepat sasaran dan tepat guna.

2.SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Maka penulis
mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tapanjeh, Abdussalam Mohammed Abu., Corporate Governance from the Islamic


Perspective: A Comparative Analysis with OECD Principles. Critical Perspectives on
Accounting 2009., Volume 20: 556-567.
A. Muchaddam Fahham, “Padadigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia”, dalam
Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol.III, No. 19/I/P3DI/Oktober/2011
Keputusan Menteri Agama RI tentang Pelaksanaan UU No.38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dan 2.
Mahmudi, “Penguatan Tata Kelola dan Reposisi Kelembagaan Organisasi Pengelola Zakat”.
Ekbisi 2009, volume 4 Nomor 1:69-84.
Muhammad Yusuf al-Qaradhowi, Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan, Terj. Umar
Fanany, (Surabaya: PT. Bina Ilmu).
Umi Mahmudah, Manajemen Dana di Lembaga Zakat (Studi pada Lembaga Zakat Baitul
Maal Hidayatullah Cabang Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2007.
Undang-undang Republik indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
World Bank, policy brief ‚ ‘Poverty Reduction‛, 2005.

12

Anda mungkin juga menyukai