Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI PERTANIAN

ACARA IX
INOKULASI RHIZOBIUM PADA BENIH KEDELAI

Oleh:
Imam Rajuna
A1D022027
Rombongan 1

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman semusim
utama di Indonesia. Kedelai menjadi sumber protein nabati yang penting bagi
berbagai industri dan banyak dijadikan sebagai bahan baku untuk olahan makanan
tertentu. Tanaman kedelai mempunyai siklus hidup yang pendek, yaitu sekitar 75-
85 hari apabila varietas yang ditanam merupakan varietas genjah. Oleh karena itu,
budidaya tanaman kedelai sangat diminati (Sjamsijah et al., 2018).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015), perkembangan produksi
kedelai selama kurun waktu 1993 hingga 2015 mengalami fluktuasi. Oleh karena
itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yang dapat dimulai
dengan menerapkan teknik budidaya tanaman kedelai yang baik. Salah satu faktor
pendukung dalam budidaya tanaman kedelai adalah ketersediaan nutrisi atau
unsur hara. Tanaman kedelai membutuhkan unsur hara makro berupa nitrogen
dalam jumlah yang besar dibandingkan unsur hara lainnya untuk mendukung
pertumbuhan fase vegetatif.
Sapalina et al. (2022) menyatakan bahwa unsur nitrogen merupakan unsur
yang melimpah di atmosfer, tetapi tanaman tidak dapat memanfaatkan nitrogen
bebas di udara tanpa diserap dalam bentuk ion oleh perakaran tanaman. Oleh
karena itu, dibutuhkan peran mikroorganisme yang dapat mengubah nitrogen
bebas di udara menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman. Salah satu
mikroorganisme yang berperan menambat nitrogen bebas di atmosfer adalah
bakteri Rhizobium. Sari & Prayudyaningsih (2015) menyatakan bahwa Rhizobium
merupakan bakteri bersifat simbiotik yang umumnya hidup di dalam bintil akar
tanaman legum. Bintil akar pada tanaman legum merupakan tempat
berlangsungnya fiksasi nitrogen, yaitu proses pengubahan nitrogen bebas di udara
menjadi bentuk nitrogen yang dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh tanaman.
Untuk meningkatkan kandungan bakteri Rhizobium dilakukan proses inokulasi

1
atau pencampuran bakteri Rhizobium pada benih kedelai siap tanam. Oleh karena
itu, inokulasi bakteri Rhizobium pada benih kedelai dapat menjadi alternatif solusi
dalam peningkatan produktivitas tanaman kedelai.

B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui peran bakteri Rhizobium.
2. Mengetahui dan memahami teknik isolasi bakteri Rhizobium pada benih
kedelai.
3. Mengetahui proses pembentukan bintil akar.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman semusim
penting yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi sehingga kedelai menjadi
sumber protein nabati dan banyak digunakan sebagai bahan baku industri serta
bahan tambahan untuk pakan ternak (Purwaningsih, 2015). Wahyuni (2016)
menyatakan bahwa kedelai adalah salah satu tanaman kelompok leguminosae atau
kacang-kacangan yang mempunyai kandungan protein nabati tertinggi
dibandingkan dengan jenis tanaman legum lainnya, yaitu kacang merah, kacang
hijau, kacang gude, kacang tanah, dan kacang tolo. Hal tersebut sesuai dengan
Rohmah & Saputro (2016), yang menyatakan bahwa biji kedelai mengandung
sekitar 35% protein, 35% karbohidrat, serta 15% lemak. Sementara itu, biji
kedelai juga mempunyai kandungan mineral seperti vitamin A dan B, fosfor, besi,
serta kalsium.
Wahyuni (2016) menjelaskan bahwa apabila dilihat dari segi kandungan
protein, tanaman kedelai memiliki mutu gizi yang paling baik karena hampir
sebanding dengan protein yang terkandung di dalam daging. Protein pada kedelai
menjadi satu-satunya dari kelompok leguminosae yang memiliki susunan asam
amino esensial yang paling lengkap. Kedelai banyak dimanfaatkan sebagai bahan
baku produk olahan, seperti tempe, tahu, oncom, kecap, dan tauco.

B. Bakteri Rhizobium

Mayoritas tanaman tidak memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen ke


dalam bentuk senyawa yang dapat digunakan dalam sel tanaman. Tanaman
biasanya memperoleh nitrogen dari senyawa tanah dalam bentuk ammonium
(NH4+) dalam kondisi anaerob atau tergenang dan nitrat (NO 3-) dalam kondisi

3
aerob (Nontji, 2022). Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro esensial
yang dapat diperoleh dari beberapa sumber, seperti pelapukan bahan organik, air
hujan atau atmosfer, pengikatan N2 bebas, serta pengaplikasian pupuk (Mansyur
et al., 2021).
Untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen tanaman, fiksasi nitrogen bebas
dari udara sangat penting. Salah satu peran penting proses biokimia di tanah yang
dikenal sebagai fiksasi nitrogen adalah pengubahan nitrogen atmosfer yang berada
dalam bentuk N2 bebas menjadi nitrogen dalam senyawa atau nitrogen terfiksasi.
Dalam proses fiksasi tersebut, mikroorganisme tertentu memainkan peran. Bakteri
Rhizobium adalah mikroorganisme dalam tanah yang memiliki kemampuan untuk
mengikat nitrogen bebas dari udara menjadi amonia (NH 3), yang dapat diubah
menjadi asam amino dan kemudian diubah menjadi bentuk ion nitrogen yang
dapat digunakan tanaman (Kurniawan et al., 2020).
Sari & Prayudyaningsih (2015) menjelaskan bahwa bakteri Rhizobium
merupakan bakteri yang bersifat heterotrof atau mendapatkan makanan dan
sumber energi dari oksidasi senyawa organik, seperti sukrosa dan glukosa.
Marwan & Handayani (2019) menyatakan bahwa bakteri Rhizobium umumnya
hidup di dalam akar tanaman leguminosae atau kacang-kacangan. Tanaman legum
akan merespons bakteri Rhizobium yang menginfeksi akar tanaman dengan
membentuk bintil-bintil akar yang berisi bakteri Rhizobium tersebut. Bakteri
Rhizobium berhubungan dengan tanaman leguminosae dalam simbiosis
mutualisme. Bakteri Rhizobium akan mendapatkan makanan dari jaringan akar
tanaman, seperti mineral, gula, karbohidrat, serta air, sedangkan bakteri
Rhizobium akan memberikan imbalan berupa nitrogen yang telah ditambat dari
atmosfer.
Lisanti (2015) menyatakan bahwa suatu zat tertentu yang dikeluarkan oleh
akar tanaman akan merangsang aktivitas bakteri Rhizobium. Jika bakteri telah
menempel pada akar rambut, akar tanaman kemudian akan mengeriting.
Perkembangbiakan bakteri Rhizobium pada akar tanaman legum ditandai dengan
pembengkakan akar yang terus meningkat hingga terbentuknya bintil akar.
Bakteri Rhizobium mempunyai beberapa karakteristik apabila ditinjau secara

4
makroskopis, yang meliputi koloni berwarna putih susu, tidak transparan,
berbentuk sirkuler, konveks, semitranslusen, serta berdiameter 2-4 mm dalam
waktu 3 hingga 5 hari pada medium agar. Sementara apabila diamati secara
mikroskopis, sel bakteri Rhizobium berbentuk basil atau batang, bersifat aerobik,
termasuk ke dalam jenis bakteri gram negatif dengan ukuran 0,5-0,9 x 1,2-3 µm,
motilitas pada media cair, dan biasanya mempunyai satu flagela polar atau
subpolar. Pada umumnya, bakteri Rhizobium memerlukan lingkungan yang
optimal untuk mendukung pertumbuhannya, yaitu suhu 25-30 oC dengan pH
sekitar 6-7.

5
III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum acara sembilan ini adalah tanah,
biji kedelai, alkohol 70%, akuades, air, dan isolat Rhizobium dalam YEM.
Sementara itu, alat yang digunakan meliputi pemanas atau pengukur, panci, kaki
tiga, beaker glass, pengaduk, timbangan, kemasan air minum gelas (KAMG),
gelas ukur, pisau, pinset, dan cawan petri, serta mortar & pestle.

B. Prosedur Kerja

Praktikum acara sembilan ini dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:


1. KAMG I (Kontrol)
a. Tanah disiapkan secukupnya, kemudian dipanaskan (dikukus) selama 5
menit. Setelah itu didinginkan.
b. Tanah yang telah dikukus tersebut dimasukkan ke dalam KAMG.
c. Biji kedelai disiapkan, kemudian disterilkan dengan alkohol 70% dan
dibilas dengan air steril 3 kali. Biji kedelai ditanam dalam KAMG.
2. KAMG II (Inokulasi Rhizobium dengan pemanasan)
a. Tanah disiapkan secukupnya, kemudian dipanaskan (dikukus) selama 5
menit. Setelah itu didinginkan.
b. Tanah yang telah dikukus tersebut dimasukkan ke dalam KAMG.
c. Biji kedelai yang telah disiapkan kemudian ditanam dalam KAMG.
d. Bakteri Rhizobium dalam media agar kemudian diinokulasikan dalam
KAMG sebanyak 10 cc per KAMG.
3. KAMG III (Inokulasi Rhizobium tanpa pemanasan)
a. Tanah disiapkan secukupnya, kemudian dimasukkan ke dalam KAMG.
b. Biji kedelai yang telah disiapkan kemudian ditanam dalam KAMG.

6
c. Bakteri Rhizobium dalam media agar kemudian diinokulasikan dalam
KAMG sebanyak 10 cc per KAMG.

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Pengamatan dilakukan


setiap satu minggu sekali selama 4 minggu.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 9.1 KMAG 1 (Kontrol)


No Gambar Keterangan
.
1. Bahan dan alat disiapkan. Bahan yang
digunakan meliputi tanah, biji kedelai, alkohol
70%, akuades, dan air steril. Sementara itu, alat
yang digunakan meliputi pemanas, panci,
beaker glass, pengaduk, timbangan, kemasan
air minum gelas (KAMG), pisau, pinset, dan
cawan petri.
2. Tanah disiapkan secukupnya, kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Setelah dipanaskan,
tanah didinginkan dan dimasukkan ke dalam
KAMG.

3. Biji kedelai disiapkan dan disterilkan dengan


alkohol 70% di dalam beaker glass.
Perendaman dilakukan selama 3 menit.

8
4. Biji kedelai dibilas dengan akuades sebanyak 3
kali ulangan berturut-turut di dalam cawan
petri.

5. Biji kedelai ditanam di dalam KAMG dengan


kedalaman 1-2 cm dari permukaan tanah.
Bagian bawah KAMG dilubangi dengan pisau.
Setelah itu, pertumbuhan biji kedelai diamati
dan disiram setiap hari.

Tabel 9.2 KMAG 2 (Inokulasi Rhizobium dengan Pemanasan)


No Gambar Keterangan
.
1. Bahan dan alat disiapkan. Bahan yang
digunakan meliputi tanah, biji kedelai, akuades,
isolat Rhizobium dalam YEM, alkohol 70%, dan
air. Sementara itu, alat yang digunakan meliputi
pemanas/pengukur, panci, kaki tiga, beaker
glass, pengaduk, timbangan, kemasan air
minum gelas (KAMG), cawan petri, gelas ukur,
pisau, pinset, serta mortar & pestle.

9
2. Tanah disiapkan secukupnya, kemudian
dipanaskan selama 5 menit. Setelah itu, tanah
didinginkan dengan angin, kemudian
dimasukkan ke dalam KAMG.

3. Biji kedelai disiapkan dan disterilkan dengan


alkohol 70% di dalam beaker glass.
Perendaman dilakukan selama 3 menit.

4. Biji kedelai dibilas dengan menggunakan


akuades sebanyak 3 kali berturut-turut di dalam
cawan petri.

5. Isolat Rhizobium diambil dari akar tanaman


kedelai, kemudian digerus dengan
menggunakan mortar & pestle hingga halus.
Setelah itu, air sebanyak 10 ml di dalam gelas
ukur ditambahkan ke dalam mortar dan diaduk
hingga homogen.

10
6. Bakteri Rhizobium dimasukkan ke dalam cawan
petri berisi biji kedelai, kemudian
diinokulasikan ke dalam KAMG sebanyak 10
cc per KAMG.

7. Biji kedelai ditanam dalam KAMG 2 dengan


kedalaman 1-2 cm dari atas permukaan tanah.
Bagian bawah KAMG dilubangi dengan pisau
untuk jalan keluarnya air.

Tabel 9.3 KMAG 3 (Inokulasi Rhizobium Tanpa Pemanasan)


No Gambar Keterangan
.
1. Bahan dan alat disiapkan. Bahan yang
digunakan meliputi tanah, biji kedelai, tanah,
akuades, isolat Rhizobium dalam YEM, alkohol,
dan air. Sementara itu, alat yang digunakan
meliputi KAMG, cawan petri, mortar & pestle,
timbangan, pisau, pinset, serta gelas ukur.

11
2. Tanah disiapkan secukupnya, kemudian tanah
dimasukkan ke dalam KAMG.

12
3. Biji kedelai disterilkan dengan menggunakan
alkohol 70% selama 3 menit.

4. Biji kedelai dibilas dengan menggunakan


akuades sebanyak 3 kali berturut-turut di dalam
cawan petri.

5. Bakteri Rhizobium didestruksi dengan


menggunakan mortar & pestle, kemudian
ditambahkan air sebanyak 10 ml dan diaduk
hingga homogen.

6. Bakteri Rhizobium diinokulasikan ke dalam


KAMG sebanyak 10 cc per KAMG.

13
7. Biji kedelai ditanam ke dalam KAMG dengan
kedalaman 1-2 cm dari atas permukaan tanah.
Bagian bawah KAMG dilubangi dengan pisau
untuk jalan keluarnya air.

B. Pembahasan

Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati yang paling penting
karena setiap 100 gram kedelai mengandung sekitar 17 gram protein. Kedelai
merupakan sumber protein lengkap yang mengandung semua asam amino esensial
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Kedelai termasuk ke dalam jenis tanaman
legum atau kacang-kacangan yang memerlukan pupuk dalam skala yang cukup
besar. Nitrogen menjadi salah satu unsur hara makro yang diperlukan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Keberadaan dan ketersediaan
unsur nitrogen yang dapat digunakan di dalam tanah sangat terbatas karena
nitrogen merupakan unsur yang mudah tercuci dan menguap (Santana et al.,
2021).
Kebutuhan nitrogen untuk tanaman kedelai sangat tinggi. Menurut Aswita et
al. (2022), tanaman kedelai menyerap sekitar 70-80 gram nitrogen dari dalam
tanah untuk menghasilkan 1 kg biji. Oleh karena itu, apabila hasil panen 1,5
ton/ha, maka tanaman kedelai akan menyerap sekitar 105-120 nitrogen dari dalam
tanah. Zhong et al. (2019) menyatakan bahwa sebagian besar tanaman legum atau
kacang-kacangan dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhziobium dan membentuk
nodul atau bintil akar yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fiksasi
nitrogen biologis.
Tanaman kedelai dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara melalui
simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Simbiosis ini menghasilkan bintil akar yang

14
mengandung bakteri Rhizobium. Bakteri Rhizobium akan menambat nitrogen
bebas dari udara dan menyediakannya untuk tanaman kedelai. Usman et al. (2014)
menyatakan bahwa efektivitas dan infektivitas bakteri Rhizobium ditentukan oleh
kesesuaian genetik Rhizobium dengan tanaman inangnya. Nodulasi merupakan
suatu tahap tanaman inang membentuk hubungan simbiosis dengan bakteri
Rhizobium. Nodulasi terbatas pada strain Rhizobium tertentu umumnya dapat
digunakan untuk memperoleh genotipe tanaman yang hanya akan menghasilkan
bintil akar dengan strain Rhizobium yang sangat efektif. Selain itu, sering
dijumpai inokulasi Rhizobium yang tidak mampu meningkatkan nodulasi, serapan
unsur N, dan pertumbuhan tanaman. Hal tersebut dapat diakibatkan karena
ketidaksesuaian genetik antara inokulan dengan tanaman inangnya.
Menurut Meitasari & Wicaksono (2017), kemampuan tanaman kedelai
dalam menambat nitrogen bebas udara baik pada tanah yang belum atau sudah
pernah ditanami dengan kedelai akan meningkat jika benih kedelai diinokulasi
dengan bakteri Rhizobium sebelum ditanam. Pemupukan unsur nitrogen di awal
masa pertumbuhan tanaman dalam skala kecil akan memacu pertumbuhan bakteri
bintil akar atau Rhizobium. Inokulasi bakteri penambat nitrogen dilakukan apabila
tanah tidak mempunyai bakteri Rhizobium atau hanya tersedia dalam jumlah
sedikit.
Proses inokulasi bakteri Rhizobium harus memperhatikan beberapa hal
penting agar meningkatkan keberhasilan proses inokulasi, seperti kualitas
inokulan dan metode atau teknik inokulasi. Kondisi tanah tempat tumbuhnya
tanaman yang meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah juga penting untuk
diperhatikan untuk mengoptimalkan efektivitas simbiosis bakteri Rhizobium
dengan tanaman inangnya (Usman et al., 2014). Pada praktikum acara sembilan
ini, inokulasi Rhizobium kepada benih kedelai dilakukan melalui tiga perlakuan
yang berbeda sebelum ditanam dalam kemasan air minum gelas (KAMG), yaitu
kontrol atau tanpa pemberian bakteri Rhizobium (KAMG 1), inokulasi Rhizobium
dengan pemanasan (KAMG 2), dan inokulasi Rhizobium tanpa pemanasan
(KAMG 3). Pada perlakuan kontrol atau KAMG 1, tanah yang akan ditanami
benih kedelai dipanaskan terlebih dahulu selama 5 menit, kemudian didinginkan

15
dan dimasukkan ke dalam KAMG. Pada perlakuan kontrol tidak dilakukan
inokulasi Rhizobium, biji hanya disterilkan dengan alkohol 70% dan dibilas
dengan akuades sebanyak 3 kali.
Langkah kerja pada perlakuan inokulasi Rhizobium dengan pemanasan
(KAMG 2) sama dengan langkah kerja inokulasi Rhizobium tanpa pemanasan
(KAMG 3). Perbedaan antara perlakuan KAMG 2 dan KAMG 3 hanya terletak
pada tanah yang digunakan. Pada KAMG 2, tanah untuk media tanam benih
kedelai dipanaskan terlebih dahulu selama 5 menit, sedangkan tanah pada KAMG
3 tidak dilakukan pemanasan atau pengukusan. Pemanasan tanah bertujuan untuk
mensterilkan tanah dari berbagai mikroorganisme yang berpotensi menghambat
atau menjadi patogen penyebab penyakit pada tanaman kedelai.
Lusiana (2021) menyatakan bahwa selama tahap pembentukan nodul atau
bintil berlangsung, terdapat dua keadaan yang berkaitan dengan penyediaan unsur
hara untuk Rhizobium. Keadaan pertama berlangsung ketika rhizobium berada di
luar sel tanaman selama tahap infeksi. Pada tahap tersebut, bakteri secara aktif
tumbuh dan berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan diri sehingga
sangat tergantung terhadap ketersediaan unsur hara di luar sel tanaman. Defisiensi
unsur hara selama fase infeksi dapat menyebabkan Rhizobium tidak dapat
berkembang biak dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan infeksi bintil akar tidak
terjadi atau bintil akar yang terbentuk tidak efektif.

Gambar 9.1 Bintil Akar Tidak Efektif (Prasetyani et al., 2021)

Kondisi kedua berkaitan dengan penyediaan unsur hara untuk Rhizobium


yang berlangsung ketika Rhizobium berada di dalam sel tanaman selama fase
perkembangan. Pada tahap tersebut, Rhizobium telah berdiferensiasi akan
mengelompok dan membentuk bakteroid. Bakteroid tersebut berada di dalam

16
vesikel sel akar. Bakteroid tidak membutuhkan nutrisi dari luar sel tanaman, tetapi
membutuhkan nutrisi dari tanaman inangnya. Tanaman inang harus menyediakan
karbohidrat dan senyawa organik lainnya untuk mendukung pertumbuhan
bakteroid Rhizobium (Lusiana, 2021).
Sari & Prayudyaningsih (2015) menyatakan bahwa pembentukan nodula
atau bintil akar diawali dengan proses masuknya infeksi benang dan penetrasi
bakteri Rhizobium ke dalam jaringan akar dari sel ke sel. Sel-sel korteks tersebut
kemudian terbagi membentuk jaringan nodula yang menjadi tempat bakteri
Rhizobium untuk membelah dan menggandakan diri. Batas pemisah kemudian
berkembang, lokasi pusat tempat bakteri berada dikenal dengan zona bakteri yang
ditandai dengan terdapatnya nodula dari bakteri yang menginfeksi, sedangkan
jaringan bebas disebut dengan korteks nodula. Jaringan nodula yang tumbuh
dalam berbagai ukuran akan mendorong dirinya melalui akar dan akhirnya
muncul sebagai bintil akar yang merupakan tambahan dalam sistem perakaran.
Ukuran dan bentuk bintil akar berbeda-beda tergantung pada spesies dan tanaman
legum inangnya.
Sa’adah & Islami (2019) menjelaskan bahwa nodul atau bintil akar
terbentuk diakibatkan oleh proses fiksasi N tanaman dan aktivitas pertumbuhan
populasi Rhizobium. Ketika dibelah, bintil akar yang efektif bagian tengahnya
akan berwarna kemerahan karena mengandung leghemoglobin dan enzim
nitrogenase yang bertanggung jawab atas proses fiksasi N 2. Pada umumnya,
ukuran bintil akar yang efektif lebih besar dan terpusat pada akar utama,
sedangkan bintil akar yang tidak efektif ukurannya cenderung lebih kecil dan
tersebar pada percabangan akar. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan bintil akar, yaitu kemasaman tanah,
kelembaban tanah, suhu tanah, kandungan bahan organik, serta densitas sel
Rhizobium.

17
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum acara sembilan ini adalah


sebagai berikut:
1. Bakteri Rhizobium adalah mikroorganisme dalam tanah yang memiliki
kemampuan untuk mengikat nitrogen bebas dari udara menjadi amonia (NH 3),
yang dapat diubah menjadi asam amino dan kemudian diubah menjadi bentuk
ion nitrogen yang dapat digunakan tanaman.
2. Proses inokulasi bakteri Rhizobium pada benih kedelai dilakukan dengan
mensterilkan benih dengan alkohol dan kemudian dibilas 3 kali dengan
akuades. Benih steril kemudian dicampurkan dengan bakteri Rhizobium yang
telah didestruksi. Benih kedelai yang sudah diinokulasikan dengan Rhizobium
ditanam dalam KAMG.
3. Pembentukan bintil akar diawali dengan infeksi benang dan penetrasi bakteri
Rhizobium ke dalam jaringan rambut akar. Jaringan nodula yang menjadi
tempat bakteri berkembang biak kemudian terbentuk dari sel-sel korteks yang
membelah dan rambut akar akan membengkok. Jaringan nodula yang tumbuh
dalam berbagai ukuran akan mendorong dirinya melalui akar dan akhirnya
muncul sebagai bintil akar yang merupakan tambahan dalam sistem perakaran.

B. Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebaiknya praktikan bekerja


secara aseptis dan lebih memperhatikan kebersihan sehingga dapat mencegah
terjadinya kontaminasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aswita, D., Nurhayati., & Kurniawan, T. 2022. Pengaruh dosis Rhizobium dan
konsentrasi pupuk mkp (mono kalium phospat) terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill). Jurnal Floratek,
17(2): 72-79.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kedelai Menurut Provinsi (ton), 1993-2015.
(On-line).
https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/09%2000:00:00/871/produ
ksi-kedelai-menurut-provinsi-ton-1993-2015.html diakses pada 23
Oktober 2023.

Kurniawan, H., Sunaryo, Y., & Prasetyowati, S. E. 2020. Pengaruh pemberian


Rhizobium dan jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan hasil koro pedang
(Canavalia ensiformis L.) Pada tanah marginal grumusol dan pasir
pantai. Jurnal Ilmiah Agroust, 4(2): 126-138.

Lisanti, E. 2015. Optimalisasi produksi sel Rhizobium dari tumbuhan


leguminosa lahan gambut sebagai biofertilizer. Skripsi. Fakultas
Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau, Pekanbaru.

Lusiana, N. P. N., Suwastika, A. A. N. G., Atmaja, I. W. D., & Kesumadewi, A.


A. I. 2021. Pemanfaatan biochar sebagai pembawa Rhizobium terhadap
pembentukan bintil akar dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.
Merril). Agrotop: Journal on Agriculture Science, 11(2): 189-199.

Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H., & Murtilaksono, A. 2021. Pupuk dan


Pemupukan. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press.

Marwan, P., & Handayani, E. F. B. 2019. Biological seed treatment dengan


bakteri Rhizobium sp. untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
kacang tanah (Arachis hypogeael L.). Jurnal Pertanian dan Pangan,
1(1): 6-9.

Meitasari, A. D., & Wicaksono, K. P. 2017. Inokulasi Rhizobium dan


perimbangan
nitrogen pada tanaman kedelai (Glycine max (L) Merrill) varietas
wilis. Plantropica: Journal of Agricultural Science, 2(1): 55-63.

Nontji, M. 2022. Fenomena dan Dinamika Rhizobakteri pada Rhizosfer Padi


Sawah. Makassar: Fakultas Pertanian Universitas Muslim Indonesia.

19
Prasetyani, C. E., Nuraini, Y., & Sucahyono, D. 2021. Pengaruh salinitas tanah
terhadap efektivitas bakteri Rhizobium sp toleran salinitas pada tanaman
kedelai (Glycine max L. Merril). Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan,
8(1): 281-292.

Purwaningsih, S. 2015. Pengaruh inokulasi Rhizobium terhadap pertumbuhan


tanaman kedelai (Glycine max L) varietas wilis di rumah kaca. Berita
Biologi, 14(1):69-76.

Rohmah, E. A., & Saputro, T. B. 2016. Analisis pertumbuhan tanaman kedelai


(Glycine max L.) varietas grobogan pada kondisi cekaman genangan.
Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2): 29-33.

Sa’adah, N., & Islami, T.. 2019. Pengaruh pemberian macam biochar dan pupuk n
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.).
Jurnal Produksi Tanaman, 7(11) : 2077-2083.

Santana, F. P., Ghulamahdi, M., & Lubis, I. 2021. Respons pertumbuhan,


fisiologi, dan produksi kedelai terhadap pemberian pupuk nitrogen
dengan dosis dan waktu yang berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia,
26(1): 24-31.

Sapalina, F., Ginting, E. N., & Hidayat, F. 2022. Bakteri penambat nitrogen
sebagai agen biofertilizer. Warta PPKS, 27(1): 41-50.

Sari, R., & Prayudyaningsih, R. 2015. Rhizobium: Pemanfaatannya sebagai


bakteri penambat nitrogen. Info Teknis EBONI, 12(1): 51-64.

Sjamsijah, N., Varisa, N., & Suwardi. 2018. Uji daya hasil beberapa genotipe
tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) produksi tinggi dan umur
genjah generasi f6. Journal of Applied Agricultural Sciences, 2(2): 106-
116.

Usman., Hadie, J., & Zulhidiani, R. 2015. Inokulasi Rhizobium indigenous dan
takaran pupuk urea terhadap nodulasi dan pertumbuhan kacang
nagara pada media tanah gambut. Jurnal AgriPeat, 16(1): 9-19.

Wahyuni, A. 2016. Kualitas Dadih Kedelai dengan Penambahan Sari Jeruk Manis
dan Jambu Biji. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Zhong, Y., Yang, Y., Liu, P., Xu, R., Rensing, C., Fu, X., & Liao, H. 2019.
Genotype and Rhizobium inoculation modulate the assembly of soybean
rhizobacterial communities. Plant, Cell, & Environment, 42(6): 2028-
2044.

20
LAMPIRAN

Lampiran 9.1 ACC Acara IX

21
22
23
24
25
Lampiran 9.2 Dokumentasi Praktikum Acara IX

Pengambilan Tanah Foto Bersama

26

Anda mungkin juga menyukai