Mengetahui,
Ketua Pelaksana Sekretaris
Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal Penyuluhan
Kesehatan Tentang Penyebab Umum Jatuh dan Pencegahannya Serta Mencuci
Tangan untuk Hidup yang Lebih Sehat di Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten
Tangerang 2023.
Adapun tujuan penyusunan proposal ini untuk memenuhi tugas dalam
menyelesaikan stase keperawatan dasar program profesi ners Universitas Yatsi
Madani. Dalam penulisan dan penyusunan proposal ini, kami selaku penulis
menemukan banyak kesulitan dan hambatan tetapi berkat bantuan dan motivasi dan
berbagai pihak, akhirnya pembuatan proposal ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Trisonjaya, M.Si., MM selaku rektor Universitas Yatsi Madani.
2. Ibu Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi Profesi Ners.
3. Ibu Ns. Imas Sartika, S.Kep., M.Kep selaku dosesn pembimbing akademik
Stase Keperawatan Dasar Universitas Yatsi Madani.
4. Ibu Ns. Ade Suryati, S.Kep selaku pembimbing lahan Ruang Anggrek B
RSUD Kabupaten Tangerang.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Kami
mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
proposal ini di masa yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 35
4.2 Saran ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Jatuh merupakan suatu kejadian fisik yang sering dialami oleh pasien.
Terjadinya jatuh pada pasien dapat meningkatkan angka morbiditas, mortalitas,
kecacatan, gangguan fungsi sosial, dan penurunan kualitas hidup (Lowlar et
al., 2019).
Resiko jatuh pada pasien dapat disebabkan dari banyak hal dan di
klasifikasikan dalam beberapa kategori (1) lingkungan (karpet yang terlipat,
kamar mandi tanpa pegangan di dalamnya, ketidakamanan tangga, kurangnya
pencahayaan, kondisi sepatu), (2) Obat – obatan (antidepresan, obat tidur, dan
obat hipnotik), (3) kondisi kesehatan akibat penyakit maupun penuaan (mata
buram, keseimbangan pasien).
Berdasarkan survey di masyarakat AS, Tinetti (2018) mendapatkan
sekitar 30% pasien umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari
angka tersebut mengalami jatuh berulang. Reuben dkk (2017) mendapatkan
insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar 1/3
populasi pasien setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0.6/orang. Insiden di
rumah-rumah perawatan (nursing home) 3 kali lebih banyak (Tinetti, 2019).
Lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan
perawatan tambahan. Kecelakaan yang mengakibatkan kematian no. 6 di
Amerika Serikat tahun 1992, dan no. 5 tahun 1994 untuk penderita pasien,
duapertiganya akibat jatuh. Kematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi
karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter pemeriksanya,
sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain misalnya serangan
jantung mendadak (Tinetti, 2019).
Pencegahan jatuh pada pasien harus diperhatikan oleh semua pihak
yaitu keluarga, penjaga bayaran, perawat di rumah sakit dan juga pihak-pihak
yang menentukan keputusan bagi pembangunan rumah sakit. Keluarga
merupakan support system utama bagi pasien dalam mempertahankan
kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap
pasien oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai faktor
resiko jatuh pada pasien (Maryam, 2019). Perawat dan pihak – pihak rumah
sakit harus menunjang fasilitas dalam rumah sakit dengan pengawasan penuh
3
akan aktivitas masing – masing pasien opname dan juga pemenuhan fasilitas –
fasilitas yang aman di daerah yang memungkinkan untuk terjadinya kejadian
jatuh pada pasien yang sedang opname di rumah sakit.
Caregiver adalah seorang individu yang secara umum merawat dan
mendukung individu lain (pasien) atau istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan pelaku perawatan pada orang yang mengalami keterbatasan
(Awad dan Voruganti, 2018:87). Caregiver mempunyai tugas sebagai
emotional support, merawat pasien (memandikan, memakaikan baju,
menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat
keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan
formal (Kung, 2019 : 3). Caregiver pada masyarakat Indonesia umumnya
adalah keluarga, dalam hal ini adalah pasangan, anak, menantu, cucu atau
saudara yang tinggal satu rumah (Sarafino, 2016).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok selama hampir
satu minggu pada keluarga pasien, baik yang mendampingi atau menjenguk
pasien seringkali abai akan mencuci tangan dan kurangnya pengetahuan
keluarga terhadap pasien yang mengalami resiko jatuh. Selain untuk mencegah
penyebaran infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit dan mencegah
terjadi hal yang tidak diinginkan akibat kurangnya pengetahuan terhadap
pasien resiko jatuh, maka tindakan mencuci tangan dan edukasi resiko jatuh
yang dilakukan pendamping atau kerabat yang menjenguk sangatlah
menguntungkan mereka dari tertularnya berbagai macam penyakit yang
tersebar diseluruh rumah sakit dan pengetahuan tentang resiko jatuh agar
mencegah hal yang tdak diinginkan, khususnya di ruang Anggrek B. Di RSUD
Kabupaten Tangerang, khususnya ruang Anggrek B juga sudah tersedia hand
rub di setiap pintu ruang rawat inap dan tanda resiko jatuh di gelang pasien
berwarna kuning dan tanda di bed pasien resiko jatuh, yang memudahkan
orang-orang mengetahui pasien resiko jatuh dan yang akan bertemu dengan
pasien untuk melakukan cuci tangan dengan waktu tidak memakan 1 menit.
Hal yang memungkinkan ketidakpatuhan dan pengetahuan resiko jatuh
pada pendamping atau kerabat pasien untuk tidak mencuci tangan dan
4
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Hand hygine terhadap
kepatuhan prosedur mencuci tangan 6 langkah pada keluarga pasien dan
tingkat pengetahuan pasien keluarga mengenai resiko jatuh tentang faktor
resiko, pencegahan, dan komplikasi jatuh yang dapat berakibat fatal di
Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga
tentang pengertian hand hygiene dan etiologi jatuh di Ruang Anggrek
B RSUD Kabupaten Tangerang.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga mengenai
manfaat hand hygiene dan faktor risiko jatuh di Ruang Anggrek B
RSUD Kabupaten Tangerang.
5
1.3 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu khususnya dalam
keperawatan dengan menerapkan cuci tangan dengan benar dan tentang
faktor resiko, pencegahan, dan komplikasi jatuh.
2. Bagi Pendidikan Kesehatan
Diharapakn untuk pendidikan kesehatan khususnya keperawatan medikal
bedah, yaitu untuk menambah sumber pengetahuan dan wawasan baru bagi
mahasiswa mengenai cuci tangan yang benar dan resiko jatuh sehingga
dapat menjadi referensi untuk bahan penelitian selanjutnya yang dapat
dikembangkan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
3. Bagi Keluarga Pasien
Dapat memberikan langkah-langkah mencuci tangan dengan benar kepada
pasien, keluarga, dan wawasan tentang resiko jatuh sehingga dapat lebih
mengetahui manfaat mencuci tangan dan mencapai tujuan sesuai SKP.
4. Bagi Anggota Kelompok
Manfaat yang diperoleh adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan
tentang cara mencegah penyakit akibat tidak menerapkan langkah-langkah
mencuci tangan dengan benar dan akan lebih mudah mempraktikan ilmu
yang didapatkan setelah mendapatkan materi dari hasil kerja kelompok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.9 Etiologi
Menurut (R. J. Mitchell et al., 2018), Kejadian jatuh disebabkan beberapa
hal seperti:
a. Lingkungan, seperti kamar mandi tanpa ada pegangan tangan, karpet
yang terlipat, dan pencahayaan yang kurang.
b. Penggunaan obat-obatan antidepresan, obat tidur, dan obat hipnotik.
c. Kondisi kesehatan seseorang; kelemahan fisik, penurunan daya
keseimbangan, gangguan pada area ekstremitas bawah (kaki),
penurunan daya penglihatan, kondisi medis yang serius.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantara cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho, 2020) faktor ekstrinsik tersebut
antara lain:
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah.
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok.
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang.
d. Lantai yang tidak datarm baik ada trapnya atau menurun.
e. Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal/menekuk.
Keterangan:
Tingkat Risiko Nilai
Tidak berisik0 (TR) 0-24
Risiko rendah (RR) 25-44
Risiko Tinggi (RT) >45
16
17
Tabel 3.1
RESIKO JATUH
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada Keluarga
dan Pasien di Ruang Anggrek B RSU Kab. Tangerang.
D. Materi (Terlampir)
20
Materi yang akan disampaikan dalam penyuluhan kesehatan ini terdiri dari:
1. Pengertian Risiko Jatuh dan Mencuci Tangan
2. Tujuan Pencegahan Risiko Jatuh
3. Faktor Risiko Penyebab Kejadian Jatuh
4. Cara Pencegahan Jatuh
E. Media
Leaflet
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Evaluasi
G. Kegiatan Penyuluhan
KEGIATAN
NO. FASE KEGIATAN
PESERTA
1. Orientasi (5 Mengucapkan salam Menjawab salam
menit) Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
Menjelaskan maksud merespon
dan tujuan
Menyampaikan
kontrak waktu
Menanyakan
pertanyaan Apersepsi
kepada sasaran dengan
cara menggali
pengetahuan yang
dimiliki pasien dan
21
keluarga tentang
resiko jatuh
2. Kerja (25 menit) Menjelaskan materi Mendengarkan
tentang : Memperhatikan
- Pengertian resiko
jatuh
- Tujuan
pencegahan resiko
jatuh
- Faktor risiko
- Cara pencegahan
resiko jatuh
H. Pengorganisasian
1. Leader : Rini Lestari
2. Co Leader : Yulis Setyawati
22
3. Fasilitator :
- Heni Fitriyah
- Upit Sarimanah
4. Observer : Siti Romizatul Halawiyah
5. Moderator : Dina Alfionita
Penguraian Tugas
a. Leader
- Memimpin jalannya tugas aktivitas kelompok
- Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya aktivitas
penyuluhan.
- Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan penyuluhan
kesehatan.
- Memimpin aktivitas penyuluhan.
b. Co Leader
- Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan.
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
- Membantu memimpin jalannya kegiatan.
c. Fasilitator
- Memotivasi peserta dalam kegiatan penyuluhan dengan media
penyuluhan kesehatan.
- Mengatur kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
- Membimbing kelompok selama melakukan kegiatan.
d. Observer
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
telah tersedia)
- Mengamati proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat,
dan jalannya acara.
- Menjalankan aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, dan
tugas kelompok.
23
I. Setting Tempat
F PP PP F
O PP PP O
M
Keterangan:
L: Leader
Co: Co Leader
F: Fasilitator
O: Observer
M: Moderator
PP: Peserta Penyuluhan
J. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan
1. 5 menit Absen
2. 10 menit Pembukaan dan Perkenalan
- Moderator memulai
penyuluhan dengan mengucap
salam.
- Memperkanalan diri.
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
24
I. Etiologi
Menurut (R. J. Mitchell et al., 2018), Kejadian jatuh disebabkan beberapa
hal seperti:
a. Lingkungan, seperti kamar mandi tanpa ada pegangan tangan, karpet
yang terlipat, dan pencahayaan yang kurang.
b. Penggunaan obat-obatan antidepresan, obat tidur, dan obat hipnotik.
c. Kondisi kesehatan seseorang; kelemahan fisik, penurunan daya
keseimbangan, gangguan pada area ekstremitas bawah (kaki),
penurunan daya penglihatan, kondisi medis yang serius.
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantara cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho, 2020) faktor ekstrinsik tersebut
antara lain:
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah.
2. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok.
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang.
4. Lantai yang tidak datarm baik ada trapnya atau menurun.
5. Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal/menekuk
Keterangan:
Tingkat Risiko Nilai
Tidak berisik0 (TR) 0-24
Risiko rendah (RR) 25-44
Risiko Tinggi (RT) >45
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hand hygiene merupakan teknik paling dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi yang termasuk salah
satu komponen dalam kewaspadaan standar atau standard precaution.
Mencuci tangan juga merupakan proses pembuangan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme. Tujuan dari mencuci tangan ialah untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel di tangan dan untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme. Beberapa penyakit yang diakibatkan dari
ketidakpatuhan dalam mencuci tangan, diantaranya diare, infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi saluran pencernaan. Dalam sebuah keluarga, bila
kurang adekuat dalam mencuci tangan sebelum makan dan sebelum
penyajian makanan bisa terjadi diare dalam keluarga itu salah satunya yang
terserang adalah anak-anak.
Resiko Jatuh merupakan kejadian yang dialami seseorang dan
merupakan salah satu masalah serius yang terjadi di Ruang Rawat Inap
karena keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas di saat sakit
(Armany, 2019). Penyebab resiko jatuh yaitu lingkungan, penggunaan obat-
obatan, kondisi Kesehatan seseorang(kelemahan otot kaki, gangguan gaya
berjalan, kaku sendi, penurunan daya keseimbangan). Resiko jatuh yaitu
Menganjurkan pasien untuk menekan tombol bel untuk meminta bantuan
yang dibutuhkan, Meminta pasien untuk memakai alas kaki yang tidak licin,
Memastikan jalur kamar mandi bebas hambatan tanpa gangguan dan
memiliki pencahayaan yang cukup, Tempatkan alat bantu berjalan di dekat
pasien seperti walker dan tongkat, Pasang penghalang (siderail) tempat
tidur, Memastikan pasien yang berisiko jatuh berada dalam pengawasan
keluarga, Memperhatikan dan menganalisa lingkungan yang dianggap tidak
aman dan berpotensi untuk meningkatkan risiko jatuh
35
36
4.2 Saran
1. Masyarakat
Sebaiknya masyarakat harus lebih patuh lagi dalam melakukan hand
hygiene. Mengingat dimanapun mereka berada tidak lepas dari
transmisi virus dan bakteri. Dan dapat mengetahui betapa pentingnya
pencegahan risiko jatuh di rumah sakit, maka dari itu diharapkan
masyarakat dapat memperhatikan keselamatan pasien selama ada
dirumah sakit.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit
menyediakan setidaknya hand rub di pintu masuk ruangan dan
mengingatkan keluarga atau kerabat yang akan bertemu pasien untuk
selalu mencuci tangan. Dan pelayanan dan perlu menambah wawasan
untuk mencegah terjadinya pasien resiko jatuh dengan cara mengirim
tenaga kesehatan dalam hal ini perawat untuk mengikuti pelatihan
mengenai keselamatan pasien resiko jatuh.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat terus menerapkan prinsip 5 momen
mencuci tangan dengan 6 langkah mencuci tangan. Mengingat
mahasiswa, khususnya mereka yang sedang bertugas di lapangan akan
bertemu banyak orang. Dan Menjadi suatu tambahan sumber wawasan
dan pengalaman mengenai pengetahuan perawat dalam pencegahan
risiko pasien jatuh.
DAFTAR PUSTAKA
Aeni, dkk. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Pemutaran Video
Tentang PHBS Cuci Tangan Terhadap Pengetahuan dan Sikap. Jurnal
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
Juniarti, dkk. 2020. Cuci Tangan di Ruang Keling 2 RSUP Dr. Mohamad Hoesin
Palembang. Palembang: Universitas Sriwijaya
Kartika, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro,
Semarang
Proverawati, Atikah. 2018. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Yogyakarta:
Nuha Medika
33