Anda di halaman 1dari 43

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENYEBAB UMUM JATUH

DAN PENCEGAHANNYA SERTA MENCUCI TANGAN UNTUK HIDUP


YANG LEBIH SEHAT DI RUANG ANGGREK B RSUD KABUPATEN
TANGERANG 2023

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase keperawatan


medikal bedah
Disusun Oleh:
1. Heni Fitriyah 23030061
2. Yulis Setyawati 23030066
3. Siti Romizatul Halawiyah 23030067
4. Upit Sarimanah 23030072
5. Dina Alfionita 23030082
6. Rini Lestari 23030090

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS YATSI MADANI
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Satuan Acara Penyuluhan Mahasiswa Profesi Ners Universitas Yatsi Madani


Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyebab Umum Jatuh dan Pencegahannya Serta
Mencuci Tangan untuk Hidup yang Lebih Sehat di Ruang Anggrek B RSUD
Kabupaten Tangerang

Mengetahui,
Ketua Pelaksana Sekretaris

Rini Lestari Yulis Setyawati

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Imas Sartika, S.Kep., M.Kep Ns. Ade Suryati, S.Kep

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penyuluhan Kesehatan


Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyebab Umum Jatuh dan Pencegahannya
Serta Mencuci Tangan untuk Hidup yang Lebih Sehat di Ruang Anggrek B
RSUD Kabupaten Tangerang
2. Ketua Pelaksana : Rini Lestari (23030090)
Nama Anggota :
1. Heni Fitriyah (23030061)
2. Yulis Setyawati (23030066)
3. Siti Romizatul H (23030067)
4. Upit Sarimanah (23030072)
5. Dina Alfionita (23030082)

Lokasi Kegiatan: Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang Mahasiswa


Profesi Ners Universitas Yatsi Madani
Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Imas Sartika, S.Kep., M.Kep Ns. Ade Suryati, S.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun proposal Penyuluhan
Kesehatan Tentang Penyebab Umum Jatuh dan Pencegahannya Serta Mencuci
Tangan untuk Hidup yang Lebih Sehat di Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten
Tangerang 2023.
Adapun tujuan penyusunan proposal ini untuk memenuhi tugas dalam
menyelesaikan stase keperawatan dasar program profesi ners Universitas Yatsi
Madani. Dalam penulisan dan penyusunan proposal ini, kami selaku penulis
menemukan banyak kesulitan dan hambatan tetapi berkat bantuan dan motivasi dan
berbagai pihak, akhirnya pembuatan proposal ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Trisonjaya, M.Si., MM selaku rektor Universitas Yatsi Madani.
2. Ibu Ns. Cicirosnita J. Idu, S.Kep., M.Kep selaku Kaprodi Profesi Ners.
3. Ibu Ns. Imas Sartika, S.Kep., M.Kep selaku dosesn pembimbing akademik
Stase Keperawatan Dasar Universitas Yatsi Madani.
4. Ibu Ns. Ade Suryati, S.Kep selaku pembimbing lahan Ruang Anggrek B
RSUD Kabupaten Tangerang.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Kami
mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
proposal ini di masa yang akan datang.

Tangerang, 28 Oktober 2023


KELOMPOK

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................ 4
1.3 Manfaat .......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hand Hygiene ................................................................... 6
2.2 Tujuan Hand Hygiene .................................................................... 6
2.3 Manfaat Hand Hygiene .................................................................. 7
2.4 Cara Melakukan Hand Hygiene dengan Benar .............................. 8
2.5 Pentingnya Hand Hygiene .............................................................. 9
2.6 Dampak Ketidakpatuhan Hand Hygiene ........................................ 11
2.7 Definisi Resiko Jatuh ..................................................................... 12
2.8 Sasaran Resiko Jatuh ...................................................................... 13
2.9 Etiologi Resiko Jatuh ..................................................................... 13
2.10 Faktor Resiko Jatuh ....................................................................... 14
2.11Pengukuran Resiko Jatuh ............................................................... 15
2.12Pencegahan Resiko Jatuh ............................................................... 16
BAB III METODE KEGIATAN
3.1 Bentuk Kegiatan ............................................................................. 16
3.2 Waktu dan Pelaksanaan .................................................................. 16
3.3 Sesi yang Digunakan ...................................................................... 16
3.4 Peserta dan Sasaran ........................................................................ 16
3.5 Keterlibatan Mitra .......................................................................... 16
3.6 Rancangan Evaluasi ....................................................................... 17
3.7 Rencana Anggaran Biaya ............................................................... 17

iv
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 35
4.2 Saran ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk
mengetahui status kesehatan pasien yang paling utama. Keluarga pasien
mempunyai hak untuk diberitahukan tentang apa saja yang terjadi pada pasien.
Keluarga pasien juga berpengaruh penting dalam kejadian infeksi nosokomial
yang ada di suatu ruangan rumah sakit, hal tersebut dikarenakan banyaknya
keluarga pasien yang keluar masuk ke ruang perawatan pasien dengan
mengabaikan hand hygiene dan tanpa perawat mengetahui status kesehatan
keluarga pasien tersebut (Puspitasari, 2018).
RS bertujuan untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi juga dapat
menjadi sumber infeksi (Darmadi, 2019). Masyarakat yang menerima
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung di rumah sakit
memiliki resiko mengalami infeksi. Healthcare Associated infections (HAIs)
merupakan infeksi yang diperoleh selama pasien menerima pengobatan atau
dalam proses asuhan keperawatan untuk kondisi lain, yang terjadi di rumah
sakit dan tempat pelayanan kesehatan lainya karena adanya transmisi mikroba
patogen yang berasal dari lingkungan pelayanan kesehatan (Darmadi,2019).
Jika melihat banyaknya kerugian yang disebabkan oleh HAIs, maka
diperlukan upaya untuk menekan angka kejadian tersebut, salah satunya
dengan membersihkan tangan, karena 80% infeksi disebarkan melalui tangan
(Keevin, Bill, 2021). Salah satu strategi untuk melindungi dan mengurangi
infeksi di RS adalah melakukan tindakan kewaspadaan standar atau standard
precaution (Setiawati, 2018).
Hand Hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi yang termasuk salah satu
komponen dalam kewaspadan standar atau standard precaution. Tujuan hand
hygiene adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel di
tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu (WHO 2018).

1
2

Jatuh merupakan suatu kejadian fisik yang sering dialami oleh pasien.
Terjadinya jatuh pada pasien dapat meningkatkan angka morbiditas, mortalitas,
kecacatan, gangguan fungsi sosial, dan penurunan kualitas hidup (Lowlar et
al., 2019).
Resiko jatuh pada pasien dapat disebabkan dari banyak hal dan di
klasifikasikan dalam beberapa kategori (1) lingkungan (karpet yang terlipat,
kamar mandi tanpa pegangan di dalamnya, ketidakamanan tangga, kurangnya
pencahayaan, kondisi sepatu), (2) Obat – obatan (antidepresan, obat tidur, dan
obat hipnotik), (3) kondisi kesehatan akibat penyakit maupun penuaan (mata
buram, keseimbangan pasien).
Berdasarkan survey di masyarakat AS, Tinetti (2018) mendapatkan
sekitar 30% pasien umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari
angka tersebut mengalami jatuh berulang. Reuben dkk (2017) mendapatkan
insiden jatuh di masyarakat AS pada umum lebih dari 65 tahun berkisar 1/3
populasi pasien setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0.6/orang. Insiden di
rumah-rumah perawatan (nursing home) 3 kali lebih banyak (Tinetti, 2019).
Lima persen dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan
perawatan tambahan. Kecelakaan yang mengakibatkan kematian no. 6 di
Amerika Serikat tahun 1992, dan no. 5 tahun 1994 untuk penderita pasien,
duapertiganya akibat jatuh. Kematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi
karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter pemeriksanya,
sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain misalnya serangan
jantung mendadak (Tinetti, 2019).
Pencegahan jatuh pada pasien harus diperhatikan oleh semua pihak
yaitu keluarga, penjaga bayaran, perawat di rumah sakit dan juga pihak-pihak
yang menentukan keputusan bagi pembangunan rumah sakit. Keluarga
merupakan support system utama bagi pasien dalam mempertahankan
kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap
pasien oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai faktor
resiko jatuh pada pasien (Maryam, 2019). Perawat dan pihak – pihak rumah
sakit harus menunjang fasilitas dalam rumah sakit dengan pengawasan penuh
3

akan aktivitas masing – masing pasien opname dan juga pemenuhan fasilitas –
fasilitas yang aman di daerah yang memungkinkan untuk terjadinya kejadian
jatuh pada pasien yang sedang opname di rumah sakit.
Caregiver adalah seorang individu yang secara umum merawat dan
mendukung individu lain (pasien) atau istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan pelaku perawatan pada orang yang mengalami keterbatasan
(Awad dan Voruganti, 2018:87). Caregiver mempunyai tugas sebagai
emotional support, merawat pasien (memandikan, memakaikan baju,
menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat
keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan
formal (Kung, 2019 : 3). Caregiver pada masyarakat Indonesia umumnya
adalah keluarga, dalam hal ini adalah pasangan, anak, menantu, cucu atau
saudara yang tinggal satu rumah (Sarafino, 2016).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok selama hampir
satu minggu pada keluarga pasien, baik yang mendampingi atau menjenguk
pasien seringkali abai akan mencuci tangan dan kurangnya pengetahuan
keluarga terhadap pasien yang mengalami resiko jatuh. Selain untuk mencegah
penyebaran infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit dan mencegah
terjadi hal yang tidak diinginkan akibat kurangnya pengetahuan terhadap
pasien resiko jatuh, maka tindakan mencuci tangan dan edukasi resiko jatuh
yang dilakukan pendamping atau kerabat yang menjenguk sangatlah
menguntungkan mereka dari tertularnya berbagai macam penyakit yang
tersebar diseluruh rumah sakit dan pengetahuan tentang resiko jatuh agar
mencegah hal yang tdak diinginkan, khususnya di ruang Anggrek B. Di RSUD
Kabupaten Tangerang, khususnya ruang Anggrek B juga sudah tersedia hand
rub di setiap pintu ruang rawat inap dan tanda resiko jatuh di gelang pasien
berwarna kuning dan tanda di bed pasien resiko jatuh, yang memudahkan
orang-orang mengetahui pasien resiko jatuh dan yang akan bertemu dengan
pasien untuk melakukan cuci tangan dengan waktu tidak memakan 1 menit.
Hal yang memungkinkan ketidakpatuhan dan pengetahuan resiko jatuh
pada pendamping atau kerabat pasien untuk tidak mencuci tangan dan
4

kurangnya pengetahuan karena rasa malas tanpa mengetahui bahwa tangan


merupakan media utama untuk menyentuh virus dan mikroorganisme lainnya
dan pengetahuan tentang resiko jatuh sangan penting untuk menghindari hal
yang tidak diinginkan. Menurut laporan BBC (2020), kebiasaan yang kurang
ditanamkan sejak kecil bisa menjadi penyebab orang malas membersihkan
tangan. Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Kuntjoro
mengatakan bahwa tidak sedikit orang tua yang hanya mengingatkan cuci
tangan saat sebelum makan saja.
Dengan memberikan penyuluhan tentang cuci tangan dan edukasi
tentang resiko jatuh diharapkan penyakit menular tersebut bisa mengurangi
resiko terjadinya penularan penyakit melalui tangan dengan mencuci bersih
tangan-tangan anda dan diharapkan keluarga pasien paham akan resiko jatuh
terdap kerabat yang mengalami resiko jatuh.. Makanan dan minuman yang
dimasak dengan tangan kotor itu dapat menularkan penyakit, cobalah mencuci
tangan anda dengan air menalir dan sabun pada saat anda akan mempersiapkan
dan memakan makanan serta sesudah BAB.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan Hand hygine terhadap
kepatuhan prosedur mencuci tangan 6 langkah pada keluarga pasien dan
tingkat pengetahuan pasien keluarga mengenai resiko jatuh tentang faktor
resiko, pencegahan, dan komplikasi jatuh yang dapat berakibat fatal di
Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga
tentang pengertian hand hygiene dan etiologi jatuh di Ruang Anggrek
B RSUD Kabupaten Tangerang.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga mengenai
manfaat hand hygiene dan faktor risiko jatuh di Ruang Anggrek B
RSUD Kabupaten Tangerang.
5

c. Mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga mengenai


waktu yang tepat untuk mencuci tangan dan dampak kejadian jatuh di
Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.
d. Mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga mengenai
langkah-langkah hand hygiene dan pengukuran risiko jatuh di Ruang
Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.
e. Mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien dan keluarga mengenai
pencegahan penyakit akibat abai mencuci tangan dan risiko jatuh di
Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.

1.3 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu khususnya dalam
keperawatan dengan menerapkan cuci tangan dengan benar dan tentang
faktor resiko, pencegahan, dan komplikasi jatuh.
2. Bagi Pendidikan Kesehatan
Diharapakn untuk pendidikan kesehatan khususnya keperawatan medikal
bedah, yaitu untuk menambah sumber pengetahuan dan wawasan baru bagi
mahasiswa mengenai cuci tangan yang benar dan resiko jatuh sehingga
dapat menjadi referensi untuk bahan penelitian selanjutnya yang dapat
dikembangkan untuk mendapatkan pengetahuan yang baru.
3. Bagi Keluarga Pasien
Dapat memberikan langkah-langkah mencuci tangan dengan benar kepada
pasien, keluarga, dan wawasan tentang resiko jatuh sehingga dapat lebih
mengetahui manfaat mencuci tangan dan mencapai tujuan sesuai SKP.
4. Bagi Anggota Kelompok
Manfaat yang diperoleh adalah untuk memperdalam ilmu pengetahuan
tentang cara mencegah penyakit akibat tidak menerapkan langkah-langkah
mencuci tangan dengan benar dan akan lebih mudah mempraktikan ilmu
yang didapatkan setelah mendapatkan materi dari hasil kerja kelompok.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hand Hygiene


Hand hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyakit infeksi.
Hand hygiene merupakan cara mencuci tangan dengan membasahi kedua
tangan pada air mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan kuman yang
menempel di tangan dan menghindari penyakit (Kemenkes RI, 2020).
Hand hygiene merupakan istilah yang dipakai untuk mencuci
tangan, baik menggunakan antiseptik pencuci tangan ataupun menggunakan
hand rub antiseptik. Antiseptik merupakan zat kimia yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya multiplikasi mikroorganisme pada permukaan tubuh
dengan cara menghambat pertumbuhan dan aktivitas metabolik serta
membunuh mikroorganisme. World Health Organization (WHO)
menjelaskan bahwa hand hygiene merupakan tindakan atau prosedur
membersihkan tangan mengunakan sabun dan air mengalir atau dengan
hand rub menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang bertujuan
untuk mengurangi dan mencegah berkembangnya mikroorganisme di
tangan. Hand hygiene harus dilakukan dengan benar, baik sebelum ataupun
sesudah melakukan tindakan medis guna mengurangi terjadinya penyebaran
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

2.2 Tujuan Hand Hygiene


Adapun tujuan hand hygiene secara umum, yaitu:
a. Menjaga kebersihan diri
b. Mencegah terjadinya infeksi
c. Sebagai pelindung diri.

Tujuan hand hygiene untuk menghilangkan mikroorganisme yang


bersifat sementara, yang dapat ditularkan ke dokter, perawat, pasien serta
tenaga kesehatan lainnya. Hand hygiene bertujuan untuk melakukan

6
7

pengendalian terhadap infeksi nosokomial dan untuk melindungi pasien


dari infeksi dengan pencegahan, surveilans serta pengobatan yang bersifat
rasional. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial mutlak harus
dilakukan oleh tenaga medis seperti perawat, dokter dan seluruh orang yang
terlibat dalam perawatan pasien, sehingga insiden infeksi dapat
diminimalisasi.

2.3 Manfaat Hand Hygiene


Adapun manfaat dari hand hygiene, diantaranya:
a. Dapat menurunkan tingkat risiko infeksi
b. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien
c. Mengurangi penyebaran mikroorganisme multiresisten pada saat
melakukan tindakan perawatan
d. Dari segi efektif dan efisien

Menjaga kebersiga tangan juga bisa menurunkan terjadinya risiko bahaya


yang disebabkan oleh infeksi pada pasien karena kurang melakukan hand
hygiene. Menurut dr. I Made Cock Wirawan dalam karyanya yang berjudul
“Kata Dokter” menyatakan bahwa 80 persen dari seluruh kasus penyakit
infeksi atau penyakit menular berasal dari sentuhan tangan. Oleh karena itu,
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir merupakan cara yang paling sederhana untuk
mencegah penularan penyakit. Adapun manfaat dari hand hygiene, yaitu:

a. Mencegah risiko penularan penyakit seperti flu, demam, dan lainnya


sebesar 50%.
b. Mencegah penularan penyakit seriys seperti hepatitis A, meningitis.
c. Menurunkan risiko penyakit pencernaan seperti diare sebanyak 59%.
d. Menurunkan angka kematian setiap tahunnya.
e. Membuat keluarga sehat dan jauh dari penyakit.

Infeksi nosokomial atau Hospital Acuired Infections (HAIs) memiliki


pengaruh signifikan terhadap upaya peningkatan keselamatan dan kualitas
8

mutu kesehatan di dunia. Oleh sebab itu, World Health Organization


mengidentifikasikan program hand hygiene sebagai prioritas utama dalam
menangani Hospital Acuired Infections (HAIs), karena bersifat: sederhana;
murah; dan memiliki standar yang kuat berdasarkan bukti ilmiah.

2.4 Cara Melakukan Hand Hygiene dengan Benar

1. Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain:


a. Dilakukan dengan menggososkkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar
ruangan pelayanan pasien secara merata.
b. Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan handwash 40-
60 detik.
c. 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash
2. 6 langkah cuci tangan yang benar menurut organisasi dunia (WHO),
yaitu:
a. Tuang cairan handrub pada telapak tangan, kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih.
9

d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling


mengunci.
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

2.5 Pentingnya Hand Hygiene


Hand hygiene terbukti telah memberikan kontribusi dalam
mencegah terjadinya Hospital Acuired Infections (HAIs). Hospital Acuired
Infections (HAIs) atau lebih dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur yang muncul selama
masa perawatan medis di rumah sakit. Hospital Acuired Infections di rumah
sakit terjadi karena adanya peningkatan resistansi patogen terhadap agen
anti-mikroba. Kemudian, HAIs juga disebabkan karena ketidakpatuhan
tenaga kesehatan terhadap hand hygiene. Hasil dari beberapa studi
menunjukkan bahwa kepatuhan tenaga kesehatan terhadap hand hygiene
hanya sebesar 50%.
Perawatan yang disebabkan oleh Hospital Acuired Infections (HAIs)
merupakan salah satu komplikasi yang memiliki dampak buruk dan serius
serta memakan banyak biaya, baik dari segi fasilitas pelayanan kesehatan
maupun pasien. Infeksi nosokomial atau Hospital Acquired Infection (HAI)
merupakan infeksi perawatan kesehatan yang terjadi pada pasien saat
mendapatkan perawatan medis. Infeksi nosokomial dapat terjadi selama
masa perawatan yaitu selama 72 jam pasien dirawat dan pasien tersebut
tidak menunjukkan gejala infeksi saat melakukan perawatan tersebut.
Infeksi nosokomial ini terjadi di seluruh dunia Infeksi nosokomial
menyebabkan banyak kerugian terutama pada pasien, seperti waktu
perawatan bertambah lama, kecacatan, meningkatnya angka kematian, serta
beban ekonomi.
Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit merupakan tempat yang
penuh risiko dan berbahaya terutama bagi pasien. Dalam rangka
mengurangi risiko dan bahaya tersebut perlu dilakukan realisasi untuk
10

meningkatkan keselamatan pasien. Saat ini, keselamatan pasien (patient


safety) merupakan isu global yang sangat penting. Karena, ada jutaan pasien
di dunia setiap tahunnya menjadi korban kecacatan, cidera bahkan
meninggal yang disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang tidak aman.
Pada 2014, WHO melakukan survei terkait pencegahan infeksi nosokomial
(INOS) di 55 rumah sakit dari 14 negara di antaranya Eropa, Mediterania
Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Dari hasil survei tersebut
menunjukkan bahwa: 1. Pasien rumah sakit yang mengalami infeksi rata-
rata sebesar 8,7 persen; 2. Pasien yang menderita komplikasi infeksi di
rumah sakit sebesar 1,4 juta orang; 3. Infeksi nosokomial yang paling serius
di antaranya: infeksi yang disebabkan oleh luka bedah, infeksi pada saluran
kemih dan infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah (Idris, 2022).

2.6 Dampak Ketidakpatuhan Hand Hygiene


Dikutip dalam situs Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, ada beberapa masalah akibat
malas cuci tangan, berikut ini:
a. Diare
Masalah kesehatan yang paling sering dijumpai karena malas cuci
tangan pakai sabun adalah diare. Salah satu alasan anak rentan terkena
diare karena kurang menjaga kebersihan, termasuk saat sebelum makan.
Banyaknya bakteri di tangan ikut masuk ke dalam tubuh bersama
makanan yang dikonsumsi. Bahkan, anak-anak di bawah 2 tahun yang
terkena diare akut dapat menyebabkan stunting.
b. Keracunan makanan
Tangan yang kotor dipenuhi kuman, bakteri, dan virus dapat
mengontaminasi makanan yang kita konsumsi. Misalnya menempel
pada makanan-makanan bernutrisi, seperti sayur, buah, daging, dan
beberapa makanan lainnya. Kalau sudah begitu, semua makanan yang
seharusnya memberikan nutrisi pada tubuh akan sia-sia, dan akan
‘menyerang balik’ kita dengan diare atau muntah.
11

c. Mudah terkena flu


Masalah kesehatan lain yang cukup sering dijumpai akibat malas cuci
tangan pakai sabun adalah flu. Tangan menjadi salah satu sumber utama
penularan kuman, virus, dan bakteri. Kebiasaan malas cuci tangan akan
membuat memberi kesempatan virus dan bakteri saling berpindah dan
memicu flu.
d. Hepatitis A
Masalah kesehatan selanjutnya adalah Hepatitis A. Penyakit ini
termasuk membahayakan dan dapat menyerang siapa saja. Hepatitis A
terjadi karena adanya virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh dan
menyerang hati.
e. Impetigo
Impetigo adalah salah satu infeksi menular yang kerap terjadi pada
anak-anak. Salah satunya penyebabnya, malas cuci tangan pakai sabun.
Ada beberapa tanda yang terlihat saat terkena impetigo, seperti kulit
kemerahan hingga menjadi luka.

2.7 Definisi Risiko Jatuh


Jatuh adalah suatu kejadian baik disengaja maupun tidak sengaja
yang menyebabkan seseorang terbaring dilantai atau tempat yang rendah
(Weinberg, J et al, 2019). Kejadian Jatuh dapat terjadi pada seseorang secara
sadar ataupun tidak sadar, kejadian ini menyebabkan seseorang tertunduk
dilantai, mendadak terbaring, hingga seseorang tersebut dapat kehilangan
ingatan dan luka (Kusumawaty, 2018).
Jatuh merupakan kejadian yang dialami seseorang dan merupakan
salah satu masalah serius yang terjadi di Ruang Rawat Inap karena
keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas di saat sakit (Armany, 2019).
Resiko jatuh adalah suatu kejadian yang menyebabkan pasien yang sadar
menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Bukan merupakan jatuh bila
kejadian jatuh diakibatkan pukulan keras, kehilangan kesadaran atau kejang
12

kejadian jatuh merupakan penyebab spesifik yang berbeda dari mereka


dalam keadaan sadar mengalami jatuh.

2.8 Sasaran Risiko Jatuh


Fall risk assessment digunakan pada:
a. Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit.
b. Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain.
c. Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya.
d. Pasien yang dirawat lebih dari 2 minggu, dilakukan secara reguler.
e. Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk.
f. Setelah pergantian perawat.

2.9 Etiologi
Menurut (R. J. Mitchell et al., 2018), Kejadian jatuh disebabkan beberapa
hal seperti:
a. Lingkungan, seperti kamar mandi tanpa ada pegangan tangan, karpet
yang terlipat, dan pencahayaan yang kurang.
b. Penggunaan obat-obatan antidepresan, obat tidur, dan obat hipnotik.
c. Kondisi kesehatan seseorang; kelemahan fisik, penurunan daya
keseimbangan, gangguan pada area ekstremitas bawah (kaki),
penurunan daya penglihatan, kondisi medis yang serius.

2.10 Faktor Risiko yang Meningkatkan Risiko Jatuh


a. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi
yang sama mungkin tidak jatuh. Faktor instristik antara lain:
1. Usia
2. Penggunaan obat
3. Kondisi kesehatan seseorang (kelemahan otot kaki, gangguan gaya
berjalan, kaku sendi, penurunan daya keseimbangan)
13

b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantara cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho, 2020) faktor ekstrinsik tersebut
antara lain:
a. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah.
b. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok.
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang.
d. Lantai yang tidak datarm baik ada trapnya atau menurun.
e. Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal/menekuk.

2.11 Pengukuran Risiko Jatuh


Pengukuran resiko jatuh salah satunya dapat diukur dengan instrumen
pengukuran Morse Fall Scale (MFS)/Skala Morse:
SKORING
No. PENGKAJIAN SKALA
Saat Masuk
1. Riwayat jatuh: Apakah pasien Tidak 0
pernah jatuh dalam 3 bulan
Ya 25
terakhir?
2. Diagnosa sekunder: Apakah Tidak 0
pasien memiliki lebih dari satu
Ya 15
penyakit?
3. Alat bantu jalan:
0
a. Bedrest/dibantu perawat
b. Kruk/tongkat/walker 15
c. Berpegangan pada benda-
30
benda di sekitar
4. Terapi intravena: Apakah saat Tidak 0
ini pasien terpasang infus? Ya 20
14

5. Gaya berjalan/cara berpindah:


a. Normal/bed rest/immobile
0
(Tidak dapat bergerak
sendiri)
b. Lemah (tidak bertenaga) 10
c. Gangguan/tidak normal
20
(pincang/diseret)
6. Status mental
a. Pasien menyadari kondisi 0
dirinya
b. Pasien mengalami
15
keterbatasan daya ingat
Total Nilai

Keterangan:
Tingkat Risiko Nilai
Tidak berisik0 (TR) 0-24
Risiko rendah (RR) 25-44
Risiko Tinggi (RT) >45

2.12 Pencegahan Risiko Jatuh


Langkah pencegahan risiko jatuh dapat dilakukan dengan cara:
a. Menganjurkan pasien untuk menekan tombol bel untuk meminta
bantuan yang dibutuhkan.
b. Meminta pasien untuk memakai alas kaki yang tidak licin.
c. Memastikan jalur kamar mandi bebas hambatan tanpa gangguan dan
memiliki pencahayaan yang cukup.
d. Tempatkan alat bantu berjalan di dekat pasien seperti walker dan
tongkat.
e. Pasang penghalang (siderail) tempat tidur.
15

f. Memastikan pasien yang berisiko jatuh berada dalam pengawasan


keluarga.
g. Memperhatikan dan menganalisa lingkungan yang dianggap tidak
aman dan berpotensi untuk meningkatkan risiko jatuh.
BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Bentuk Kegiatan


Bentuk kegiatan yang digunakan merupakan sebuah rangkaian yang
sistematis, diantaranya:
a. Bekerjasama dengan Universitas Yatsi Madani dan RSUD Kabupaten
Tangerang, guna menyelenggarakan penyuluhan kesehatan.
b. Memberikan leaflet sebelum kegiatan.
c. Penyuluhan dilakukan kepada pasien dan keluarga.
d. Memberikan materi tentang hand hygiene.
e. Pelaporan akhir.

3.2 Waktu dan Pelaksanaan


a. Kegiatan: Penyuluhan Kesehatan Tentang Penyebab Jatuh dan
Pencegahannya serta Cuci Tangan untuk Hidup yang Lebih Sehat.
b. Waktu: Kamis, 2 November 2023, pukul 11.00 s/d Selesai.
c. Tempat: Lorong Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.

3.3 Sesi yang Digunakan


Untuk meningkatkan pengetahuan dan tingkat kepatuhan pasien dan
keluarga pasien dalam menurunkan tingkat risiko jatuh dan melakukan hand
hygiene sebagaimana mestinya.

3.4 Peserta dan Sasaran


Peserta dan sasaran dalam program penyuluhan kesehatan ini adalah pasien
dan keluarga pasien di Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.

3.5 Keterlibatan Mitra


Mitra yang terlibat dalam program penyuluhan kesehatan ini adalah RSUD
Kabupaten Tangerang

16
17

3.6 Rancangan Evaluas


1. Evaluasi
a. Struktur
Rencana dieprsiapkan 3 hari sebelum kegiatan dan informasi pada
pengurus 2 hari.
b. Proses
Peserta hadir 100%.
c. Tempat
Di lorong Ruang Anggrek B RSUD Kabupaten Tangerang.
2. Hasil
a. Setelah kelompok melakukan penyuluhan kesehatan mengenai
penyebab dan pencegahan jatuh serta cuci tangan didapati hasil
bahwa terdapat peningkatan tingkat kepatuhan pasien dan keluarga
dalam menerapkan ilmu yang disampaikan oleh kelompok degan
benar.
b. Selain menurunkan tingkat terjadinya jatuh serta risiko penyakit
menular, pasien dan keluarga pun mendapatkan pengetahuan baru
mengenai penyebab dan pencegahan jatuh serta cuci tangan dengan
benar.

3.7 Rencana Anggaran Belanja


a. Kebutuhan Dana
Dana yang dibutuhkan untuk melakukan program penyuluhan kesehatan
ini sekisar Rp. 250.000,- (Dua ratus ribu rupiah).
b. Sumber Dana
Sumber dana untuk menjalankan penyuluhan ini didapatkan dari
mahasiswa profesi ners reguler dan non reguler Universitas Yatsi
Madani.
c. Modal Awal
18

Kegiatan penyuluhan kesehatan harus tetap dilaksanakan dengan dana


awal yang diberikan 75% dari pengajuan awal, ketika proposal sudah
disetujui.
d. Prediksi Biaya
Pembiayaan yang digunakan dalam kegiatan ini diperkirakan habis
untuk:
a. Penyuluhan
b. Pembuatan laporan
c. Desiminasi hasil kegiatan

Adapun rekapitulasi usulan pembiayaan sebagai berikut (rincian


terlampir):

Tabel 3.1

Rekapitulasi Usulan Pembiayaan Penyuluhan Kesehatan

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Proposal dan LPJ Rp. 50.000


2. Bahan/Perangkatan/Penunjang/Peralatan/ Rp. 200.000
Souvenir
Total Biaya Rp. 250.000
19

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

RESIKO JATUH

Tema : Penyuluhan Kesehatan “Resiko Jatuh”

Sasaran : Pasien dan keluraga pasien

Hari / Tanggal : Kamis, 02 November 2023

Waktu : 11.00 s.d 11.45 WIB

Tempat : Ruang Anggrek B RSUD Kab. Tangerang

Pengajar : Mahasiswa Keperawatan Universias Yatsi Madani

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang resiko jatuh diharapkan
pasien dan keluarga mengerti tentang kewaspadaan terhadap resiko jatuh
serta menerapkan mencuci tangan dengan benar.

B. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah mendapat penjelasan tentang resiko jatuh, peserta penyuluhan
diharapkan mampu:
1. Mengetahui Pengertian Resiko Jatuh dan Cuci Tangan
2. Mengetahui Tujuan Pencegahan Resiko Jatuh dan Manfaat Mencuci
Tangan
3. Mengetahui Faktor Resiko dan Dampak Akibat Tidak Mencuci Tangan
4. Mengetahui Cara Pencegahan Resiko Jatuh dan Cara Mencuci Tangan
dengan Benar

C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada Keluarga
dan Pasien di Ruang Anggrek B RSU Kab. Tangerang.

D. Materi (Terlampir)
20

Materi yang akan disampaikan dalam penyuluhan kesehatan ini terdiri dari:
1. Pengertian Risiko Jatuh dan Mencuci Tangan
2. Tujuan Pencegahan Risiko Jatuh
3. Faktor Risiko Penyebab Kejadian Jatuh
4. Cara Pencegahan Jatuh

E. Media
Leaflet

F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Evaluasi

G. Kegiatan Penyuluhan

KEGIATAN
NO. FASE KEGIATAN
PESERTA
1. Orientasi (5  Mengucapkan salam  Menjawab salam
menit)  Memperkenalkan diri  Mendengarkan dan
 Menjelaskan maksud merespon
dan tujuan
 Menyampaikan
kontrak waktu
 Menanyakan
pertanyaan Apersepsi
kepada sasaran dengan
cara menggali
pengetahuan yang
dimiliki pasien dan
21

keluarga tentang
resiko jatuh
2. Kerja (25 menit)  Menjelaskan materi  Mendengarkan
tentang :  Memperhatikan
- Pengertian resiko
jatuh
- Tujuan
pencegahan resiko
jatuh
- Faktor risiko
- Cara pencegahan
resiko jatuh

3. Diskusi dan  Memberikan  Mengajukan


Evaluasi (10 kesempatan kepada pertanyaan
menit) peserta untuk  Menjawab
mengajukan pertanyaan
pertanyaan
 Berdiskusi
 Menanyakan kepada
peserta tentang materi
yang diberikan
4. Terminasi (5  Menyimpulkan materi  Mendengarkan
menit )  Mengucapkan terima  Menjawab salam
kasih kepada peserta
 Mengakhiri pertemuan
dengan salam

H. Pengorganisasian
1. Leader : Rini Lestari
2. Co Leader : Yulis Setyawati
22

3. Fasilitator :
- Heni Fitriyah
- Upit Sarimanah
4. Observer : Siti Romizatul Halawiyah
5. Moderator : Dina Alfionita

Penguraian Tugas

a. Leader
- Memimpin jalannya tugas aktivitas kelompok
- Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya aktivitas
penyuluhan.
- Menyampaikan materi sesuai dengan tujuan penyuluhan
kesehatan.
- Memimpin aktivitas penyuluhan.
b. Co Leader
- Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan.
- Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
- Membantu memimpin jalannya kegiatan.
c. Fasilitator
- Memotivasi peserta dalam kegiatan penyuluhan dengan media
penyuluhan kesehatan.
- Mengatur kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
- Membimbing kelompok selama melakukan kegiatan.
d. Observer
- Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
telah tersedia)
- Mengamati proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat,
dan jalannya acara.
- Menjalankan aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, dan
tugas kelompok.
23

- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota


kelompok dengan evaluasi kelompok.
e. Moderator
Pembawa acara jalannya kegiatan

I. Setting Tempat

F PP PP F

O PP PP O

M
Keterangan:
L: Leader
Co: Co Leader
F: Fasilitator
O: Observer
M: Moderator
PP: Peserta Penyuluhan

J. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan
1. 5 menit Absen
2. 10 menit Pembukaan dan Perkenalan
- Moderator memulai
penyuluhan dengan mengucap
salam.
- Memperkanalan diri.
- Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
24

- Menyebutkan materi yang akan


dijelaskan.
3. 10 menit Sambutan Ketua Pelaksana
4. - Pemateri 1 (10 - Pembahasan: Menjelaskan
menit) tentang penyebab dan
pencegahan jatuh
- Pemateri 2 (10 - Menjelaskan tentang mecuci
menit) tangan
- Demonstrasi cuci tangan
5. 10 menit Tanya Jawab
6. 10 menit Penutup
Evaluasi
- Moderator
Menjelaskan secara singkat,
jelas dan padat terkait materi
yang telah disampaikan oleh
narasumber.
Terminasi
- Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan.
- Mengucapkan salam penutup.
25

PEYEBAB UMUM JATUH DAN PENCEGAHANNYA SERTA MENCUCI


TANGAN UNTUK HIDUP YANG LEBIH SEHAT DI RUANG ANGGREK
B RSUD KABUPATEN TANGERANG

A. Definisi Hand Hygiene


Hand hygiene merupakan teknik dasar yang paling penting dalam
upaya pencegahan dan pengendalian penyakit terutama penyakit infeksi.
Hand hygiene merupakan cara mencuci tangan dengan membasahi kedua
tangan pada air mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan kuman yang
menempel di tangan dan menghindari penyakit (Kemenkes RI, 2020).
Hand hygiene merupakan istilah yang dipakai untuk mencuci
tangan, baik menggunakan antiseptik pencuci tangan ataupun menggunakan
hand rub antiseptik. Antiseptik merupakan zat kimia yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya multiplikasi mikroorganisme pada permukaan tubuh
dengan cara menghambat pertumbuhan dan aktivitas metabolik serta
membunuh mikroorganisme. World Health Organization (WHO)
menjelaskan bahwa hand hygiene merupakan tindakan atau prosedur
membersihkan tangan mengunakan sabun dan air mengalir atau dengan
hand rub menggunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang bertujuan
untuk mengurangi dan mencegah berkembangnya mikroorganisme di
tangan. Hand hygiene harus dilakukan dengan benar, baik sebelum ataupun
sesudah melakukan tindakan medis guna mengurangi terjadinya penyebaran
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

B. Tujuan Hand Hygiene


Adapun tujuan hand hygiene secara umum, yaitu:
a. Menjaga kebersihan diri
b. Mencegah terjadinya infeksi
c. Sebagai pelindung diri.
Tujuan hand hygiene untuk menghilangkan mikroorganisme yang
bersifat sementara, yang dapat ditularkan ke dokter, perawat, pasien serta
tenaga kesehatan lainnya. Hand hygiene bertujuan untuk melakukan
26

pengendalian terhadap infeksi nosokomial dan untuk melindungi pasien dari


infeksi dengan pencegahan, surveilans serta pengobatan yang bersifat
rasional. Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial mutlak harus
dilakukan oleh tenaga medis seperti perawat, dokter dan seluruh orang yang
terlibat dalam perawatan pasien, sehingga insiden infeksi dapat
diminimalisasi.

C. Manfaat Hand Hygiene


Adapun manfaat dari hand hygiene, diantaranya:
a. Dapat menurunkan tingkat risiko infeksi
b. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial pada pasien
c. Mengurangi penyebaran mikroorganisme multiresisten pada saat
melakukan tindakan perawatan
d. Dari segi efektif dan efisien
Menjaga kebersiga tangan juga bisa menurunkan terjadinya risiko
bahaya yang disebabkan oleh infeksi pada pasien karena kurang melakukan
hand hygiene. Menurut dr. I Made Cock Wirawan dalam karyanya yang
berjudul “Kata Dokter” menyatakan bahwa 80 persen dari seluruh kasus
penyakit infeksi atau penyakit menular berasal dari sentuhan tangan. Oleh
karena itu, menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir merupakan cara yang paling
sederhana untuk mencegah penularan penyakit. Adapun manfaat dari hand
hygiene, yaitu:
a. Mencegah risiko penularan penyakit seperti flu, demam, dan lainnya
sebesar 50%.
b. Mencegah penularan penyakit seriys seperti hepatitis A, meningitis.
c. Menurunkan risiko penyakit pencernaan seperti diare sebanyak 59%.
d. Menurunkan angka kematian setiap tahunnya.
e. Membuat keluarga sehat dan jauh dari penyakit
Infeksi nosokomial atau Hospital Acuired Infections (HAIs)
memiliki pengaruh signifikan terhadap upaya peningkatan keselamatan dan
27

kualitas mutu kesehatan di dunia. Oleh sebab itu, World Health


Organization mengidentifikasikan program hand hygiene sebagai prioritas
utama dalam menangani Hospital Acuired Infections (HAIs), karena
bersifat: sederhana; murah; dan memiliki standar yang kuat berdasarkan
bukti ilmiah.

D. Cara Melakukan Hand Hygiene dengan Benar

1. Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain:


a) Dilakukan dengan menggososkkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar
ruangan pelayanan pasien secara merata.
b) Handrub dilakukan selama 20-30 detik, sedangkan handwash 40-
60 detik.
c) 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash
2. 6 langkah cuci tangan yang benar menurut organisasi dunia (WHO),
yaitu:
a. Tuang cairan handrub pada telapak tangan, kemudian usap dan
gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
28

c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih. Bersihkan ujung jari


secara bergantian dengan posisi saling mengunci.
d. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
e. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

E. Pentingnya Hand Hygiene


Hand hygiene terbukti telah memberikan kontribusi dalam
mencegah terjadinya Hospital Acuired Infections (HAIs). Hospital Acuired
Infections (HAIs) atau lebih dikenal dengan infeksi nosokomial merupakan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur yang muncul selama
masa perawatan medis di rumah sakit. Hospital Acuired Infections di rumah
sakit terjadi karena adanya peningkatan resistansi patogen terhadap agen
anti-mikroba. Kemudian, HAIs juga disebabkan karena ketidakpatuhan
tenaga kesehatan terhadap hand hygiene. Hasil dari beberapa studi
menunjukkan bahwa kepatuhan tenaga kesehatan terhadap hand hygiene
hanya sebesar 50%.
Perawatan yang disebabkan oleh Hospital Acuired Infections (HAIs)
merupakan salah satu komplikasi yang memiliki dampak buruk dan serius
serta memakan banyak biaya, baik dari segi fasilitas pelayanan kesehatan
maupun pasien. Infeksi nosokomial atau Hospital Acquired Infection (HAI)
merupakan infeksi perawatan kesehatan yang terjadi pada pasien saat
mendapatkan perawatan medis. Infeksi nosokomial dapat terjadi selama
masa perawatan yaitu selama 72 jam pasien dirawat dan pasien tersebut
tidak menunjukkan gejala infeksi saat melakukan perawatan tersebut.
Infeksi nosokomial ini terjadi di seluruh dunia Infeksi nosokomial
menyebabkan banyak kerugian terutama pada pasien, seperti waktu
perawatan bertambah lama, kecacatan, meningkatnya angka kematian, serta
beban ekonomi.
Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit merupakan tempat yang
penuh risiko dan berbahaya terutama bagi pasien. Dalam rangka
mengurangi risiko dan bahaya tersebut perlu dilakukan realisasi untuk
29

meningkatkan keselamatan pasien. Saat ini, keselamatan pasien (patient


safety) merupakan isu global yang sangat penting. Karena, ada jutaan pasien
di dunia setiap tahunnya menjadi korban kecacatan, cidera bahkan
meninggal yang disebabkan oleh pelayanan kesehatan yang tidak aman.
Pada 2014, WHO melakukan survei terkait pencegahan infeksi nosokomial
(INOS) di 55 rumah sakit dari 14 negara di antaranya Eropa, Mediterania
Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Dari hasil survei tersebut
menunjukkan bahwa: 1. Pasien rumah sakit yang mengalami infeksi rata-
rata sebesar 8,7 persen; 2. Pasien yang menderita komplikasi infeksi di
rumah sakit sebesar 1,4 juta orang; 3. Infeksi nosokomial yang paling serius
di antaranya: infeksi yang disebabkan oleh luka bedah, infeksi pada saluran
kemih dan infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah (Idris, 2022).

F. Dampak Ketidakpatuhan Hand Hygiene


Dikutip dalam situs Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, ada beberapa masalah akibat
malas cuci tangan, berikut ini:
a. Diare
Masalah kesehatan yang paling sering dijumpai karena malas cuci
tangan pakai sabun adalah diare. Salah satu alasan anak rentan terkena
diare karena kurang menjaga kebersihan, termasuk saat sebelum makan.
Banyaknya bakteri di tangan ikut masuk ke dalam tubuh bersama
makanan yang dikonsumsi. Bahkan, anak-anak di bawah 2 tahun yang
terkena diare akut dapat menyebabkan stunting.
b. Keracunan makanan
Tangan yang kotor dipenuhi kuman, bakteri, dan virus dapat
mengontaminasi makanan yang kita konsumsi. Misalnya menempel
pada makanan-makanan bernutrisi, seperti sayur, buah, daging, dan
beberapa makanan lainnya. Kalau sudah begitu, semua makanan yang
seharusnya memberikan nutrisi pada tubuh akan sia-sia, dan akan
‘menyerang balik’ kita dengan diare atau muntah.
30

c. Mudah terkena flu


Masalah kesehatan lain yang cukup sering dijumpai akibat malas cuci
tangan pakai sabun adalah flu. Tangan menjadi salah satu sumber utama
penularan kuman, virus, dan bakteri. Kebiasaan malas cuci tangan akan
membuat memberi kesempatan virus dan bakteri saling berpindah dan
memicu flu.
d. Hepatitis A
Masalah kesehatan selanjutnya adalah Hepatitis A. Penyakit ini
termasuk membahayakan dan dapat menyerang siapa saja. Hepatitis A
terjadi karena adanya virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh dan
menyerang hati.
e. Impetigo
Impetigo adalah salah satu infeksi menular yang kerap terjadi pada
anak-anak. Salah satunya penyebabnya, malas cuci tangan pakai sabun.
Ada beberapa tanda yang terlihat saat terkena impetigo, seperti kulit
kemerahan hingga menjadi luka.

G. Definisi Risiko Jatuh


Jatuh adalah suatu kejadian baik disengaja maupun tidak sengaja
yang menyebabkan seseorang terbaring dilantai atau tempat yang rendah
(Weinberg, J et al, 2019). Kejadian Jatuh dapat terjadi pada seseorang secara
sadar ataupun tidak sadar, kejadian ini menyebabkan seseorang tertunduk
dilantai, mendadak terbaring, hingga seseorang tersebut dapat kehilangan
ingatan dan luka (Kusumawaty, 2018).
Jatuh merupakan kejadian yang dialami seseorang dan merupakan
salah satu masalah serius yang terjadi di Ruang Rawat Inap karena
keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas di saat sakit (Armany, 2019).
Resiko jatuh adalah suatu kejadian yang menyebabkan pasien yang sadar
menjadi berada dilantai tanpa disengaja. Bukan merupakan jatuh bila
kejadian jatuh diakibatkan pukulan keras, kehilangan kesadaran atau kejang
31

kejadian jatuh merupakan penyebab spesifik yang berbeda dari mereka


dalam keadaan sadar mengalami jatuh.

H. Sasaran Risiko Jatuh


Fall risk assessment digunakan pada:
a. Pasien yang akan dirawat inap di rumah sakit.
b. Pasien yang akan dipindahkan dari satu unit ke unit yang lain.
c. Pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya.
d. Pasien yang dirawat lebih dari 2 minggu, dilakukan secara reguler.
e. Pasien yang kondisinya berubah menjadi lebih buruk.
f. Setelah pergantian perawat.

I. Etiologi
Menurut (R. J. Mitchell et al., 2018), Kejadian jatuh disebabkan beberapa
hal seperti:
a. Lingkungan, seperti kamar mandi tanpa ada pegangan tangan, karpet
yang terlipat, dan pencahayaan yang kurang.
b. Penggunaan obat-obatan antidepresan, obat tidur, dan obat hipnotik.
c. Kondisi kesehatan seseorang; kelemahan fisik, penurunan daya
keseimbangan, gangguan pada area ekstremitas bawah (kaki),
penurunan daya penglihatan, kondisi medis yang serius.

J. Faktor Risiko yang Meningkatkan Risiko Jatuh


a. Faktor Intrinsik Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang
menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan
orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh. Faktor
instristik antara lain:
1. Usia
2. Penggunaan obat
3. Kondisi kesehatan seseorang (kelemahan otot kaki, gangguan gaya
berjalan, kaku sendi, penurunan daya keseimbangan)
32

b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)
diantara cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,
tersandung benda-benda (Nugroho, 2020) faktor ekstrinsik tersebut
antara lain:
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak
stabil, atau tergeletak di bawah.
2. Tempat tidur atau WC yang rendah/jongkok.
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang.
4. Lantai yang tidak datarm baik ada trapnya atau menurun.
5. Karpet yang tidak di lem dengan baik, keset yang tebal/menekuk

K. Pengukuran Risiko Jatuh


Pengukuran resiko jatuh salah satunya dapat diukur dengan instrumen
pengukuran Morse Fall Scale (MFS)/Skala Morse:
SKORING
No. PENGKAJIAN SKALA
Saat Masuk
1. Riwayat jatuh: Apakah pasien Tidak 0
pernah jatuh dalam 3 bulan
Ya 25
terakhir?
2. Diagnosa sekunder: Apakah Tidak 0
pasien memiliki lebih dari satu
Ya 15
penyakit?
3. Alat bantu jalan:
0
d. Bedrest/dibantu perawat
e. Kruk/tongkat/walker 15
f. Berpegangan pada benda-
30
benda di sekitar
4. Terapi intravena: Apakah saat Tidak 0
ini pasien terpasang infus? Ya 20
33

5. Gaya berjalan/cara berpindah:


d. Normal/bed rest/immobile
0
(Tidak dapat bergerak
sendiri)
e. Lemah (tidak bertenaga) 10
f. Gangguan/tidak normal
20
(pincang/diseret)
6. Status mental
c. Pasien menyadari kondisi 0
dirinya
d. Pasien mengalami
15
keterbatasan daya ingat
Total Nilai

Keterangan:
Tingkat Risiko Nilai
Tidak berisik0 (TR) 0-24
Risiko rendah (RR) 25-44
Risiko Tinggi (RT) >45

L. Pencegahan Risiko Jatuh


Langkah pencegahan risiko jatuh dapat dilakukan dengan cara:
a. Menganjurkan pasien untuk menekan tombol bel untuk meminta
bantuan yang dibutuhkan.
b. Meminta pasien untuk memakai alas kaki yang tidak licin. C
c. Memastikan jalur kamar mandi bebas hambatan tanpa gangguan dan
memiliki pencahayaan yang cukup.
d. Tempatkan alat bantu berjalan di dekat pasien seperti walker dan
tongkat.
e. Pasang penghalang (siderail) tempat tidur.
34

Memastikan pasien yang berisiko jatuh berada dalam pengawasan


keluarga.
Memperhatikan dan menganalisa lingkungan yang dianggap tidak aman
dan berpotensi untuk meningkatkan risiko jatuh.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hand hygiene merupakan teknik paling dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi yang termasuk salah
satu komponen dalam kewaspadaan standar atau standard precaution.
Mencuci tangan juga merupakan proses pembuangan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme. Tujuan dari mencuci tangan ialah untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel di tangan dan untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme. Beberapa penyakit yang diakibatkan dari
ketidakpatuhan dalam mencuci tangan, diantaranya diare, infeksi saluran
pernapasan, dan infeksi saluran pencernaan. Dalam sebuah keluarga, bila
kurang adekuat dalam mencuci tangan sebelum makan dan sebelum
penyajian makanan bisa terjadi diare dalam keluarga itu salah satunya yang
terserang adalah anak-anak.
Resiko Jatuh merupakan kejadian yang dialami seseorang dan
merupakan salah satu masalah serius yang terjadi di Ruang Rawat Inap
karena keterbatasan pasien dalam melakukan aktivitas di saat sakit
(Armany, 2019). Penyebab resiko jatuh yaitu lingkungan, penggunaan obat-
obatan, kondisi Kesehatan seseorang(kelemahan otot kaki, gangguan gaya
berjalan, kaku sendi, penurunan daya keseimbangan). Resiko jatuh yaitu
Menganjurkan pasien untuk menekan tombol bel untuk meminta bantuan
yang dibutuhkan, Meminta pasien untuk memakai alas kaki yang tidak licin,
Memastikan jalur kamar mandi bebas hambatan tanpa gangguan dan
memiliki pencahayaan yang cukup, Tempatkan alat bantu berjalan di dekat
pasien seperti walker dan tongkat, Pasang penghalang (siderail) tempat
tidur, Memastikan pasien yang berisiko jatuh berada dalam pengawasan
keluarga, Memperhatikan dan menganalisa lingkungan yang dianggap tidak
aman dan berpotensi untuk meningkatkan risiko jatuh

35
36

4.2 Saran
1. Masyarakat
Sebaiknya masyarakat harus lebih patuh lagi dalam melakukan hand
hygiene. Mengingat dimanapun mereka berada tidak lepas dari
transmisi virus dan bakteri. Dan dapat mengetahui betapa pentingnya
pencegahan risiko jatuh di rumah sakit, maka dari itu diharapkan
masyarakat dapat memperhatikan keselamatan pasien selama ada
dirumah sakit.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit
menyediakan setidaknya hand rub di pintu masuk ruangan dan
mengingatkan keluarga atau kerabat yang akan bertemu pasien untuk
selalu mencuci tangan. Dan pelayanan dan perlu menambah wawasan
untuk mencegah terjadinya pasien resiko jatuh dengan cara mengirim
tenaga kesehatan dalam hal ini perawat untuk mengikuti pelatihan
mengenai keselamatan pasien resiko jatuh.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat terus menerapkan prinsip 5 momen
mencuci tangan dengan 6 langkah mencuci tangan. Mengingat
mahasiswa, khususnya mereka yang sedang bertugas di lapangan akan
bertemu banyak orang. Dan Menjadi suatu tambahan sumber wawasan
dan pengalaman mengenai pengetahuan perawat dalam pencegahan
risiko pasien jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, dkk. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Metode Pemutaran Video
Tentang PHBS Cuci Tangan Terhadap Pengetahuan dan Sikap. Jurnal
Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Angga, Dama. 2020. Program Pencegahan dan Pengendalian Healthcare Associated


Infections (HAIs) di Rumah Sakit X. Padang. Universitas Andalas.

Juniarti, dkk. 2020. Cuci Tangan di Ruang Keling 2 RSUP Dr. Mohamad Hoesin
Palembang. Palembang: Universitas Sriwijaya

Kartika, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan
Pakai Sabun Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro,
Semarang

Proverawati, Atikah. 2018. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Yogyakarta:
Nuha Medika

33

Anda mungkin juga menyukai