Anda di halaman 1dari 14

Arsitektur Kota II

Interpretasi Teori
Perancangan Alun-alun di Brebes dengan
pendekatan Sustainable Urban Landscape
Ghani Sayid Hamzah/201003232010464
Elemen Teori

• Antariksa (2007)
menyatakan bahwa alun-alun merupakan salah satu bagian pusat kota yang mempunyai fungsi
sebagai pusat kemasyarakatan dan pusat pemerintahan.
• Hamid Shirvani (1985)
1. keberadaan aktivitas ekonomi seperti munculnya pedagang Kaki Lima merupakan elemen
aktifitas penunjang yang didefinisikan sebagai elemen atau potensi yang mendukung dua atau
lebih pusat kegiatan umum yang berada dikawasan pusat kota.
2. salah satu faktor penting yang menjadikan kota memiliki kualitas lingkungan yang baik adalah
kualitas visualnya.
• Kevin Lynch dan Hack (1984)
menjelaskan mengenai perancangan tapak yang menjadikan perilaku manusia menjadi fokus pada
perancangan lanskap, yakni dengan memperhatikan 3 elemen. Pertama pola aktivitas. Kedua, pola
sirkulasi dalam tata letak saluran gerakan dan hubungan mereka pada lokasi aktifitas. Ketiga, pola
sensible form yang dilambangkan dalam pengalaman manusia terhadap tempat mengenai
tanggapan pada objek dari melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan arti dalam kehidupan
manusia.
• Gordon Cullen (1975)
1. menambahkan bahwa kualitas visual adalah suatu kondisi visual dengan kualitas tertentu
untuk manusia memperhatikan rangkaian pemandangan yang baik dalam suatu lingkungan,
posisi-posisi yang tepat dan kenyamanan dalam lingkungan tersebut.
2. Suatu kualitas visual berkaitan dengan 2 hal, yaitu fenomena psikologis dan fenomena fisik.
Peraturan/Standar

Bahan Lansekap
Hal yang perlu dipahami dalam pengetahuan bahan adalah karakteristik bentuk lahan, fungsi,
spesifikasi, pasca pemeliharaan, dan nilai ekonomisnya. Material keras dapat dibagi menjadi dalam
lima besar yaitu:
• Material keras alami (organic materials), contoh kayu
• Material keras alami dari potensi geologi, contoh: batu-batuan, pasir
• Material keras buatan bahan metal, contoh : alumunium, besi, tembaga
• Material keras buatan sintesis atau tiruan, contoh bahan plastik atau fiberglas
• Material keras buatan kombinasi, contoh beton, plywood.
Peraturan/Standar

Sirkulasi
Sirkulasi di dalam ruang terbuka publik sangat erat kaitannya dengan keberadaan jalur pedestrian.
Untuk itu perlu perhatian khusus terhadap perancangan pedestrian di ruang terbuka publik.
Menurut Anggreini (2009) bahwa desain pedestrian harus memiliki lebar minimum 136 cm untuk
jalur satu arah dan 180 cm untuk jalur dua arah. Untuk pedestrian bagi penyandang cacat jalur
pedestrian harus bebas dari pohon tiang, rambu rambu dan benda benda pelengkap jalan yang
menghalang. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca bertekstur halus dan tidak licin.
Apabila harus terjadi gundukan tingginya tidak lebih dari 1,25 cm. Kemiringan, terutama bagi
penyandang cacat kemiringan maksimum 7 derajat. Tepi pengaman bagi penyandang cacat
dilengkapi pegangan tangan dengan tinggi 0.8 meter dan panjangnya harus melebihi anak tangga
terakhir. Tepi pengaman di buat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur
pedestrian. Selain itu juga dilengkapi lampu penerangan yang diletakkan pada jalur amenitas setiap
10 meter dengan tinggi maksimal 4 meter, dan bahan yang digunakan adalah bahan dengan
durabilitas tinggi seperti metal & beton cetak.
Peraturan/Standar

Parkir
Dalam perancangan tempat parkir harus memperhatikan faktor sebagai berikut:
• Waktu penggunaan dan pemanfaatan tempat parkir
• Untuk kegiatan yang berlangsung sepanjang waktu perlu dilengkapi penerangan yang cukup,
dengan menggunakan lampu taman setinggi 2 meter ataupun penempatan lampu jalan merkuri
• Banyaknya kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas parkir
• Ukuran dari jenis kendaraan yang akan ditampung
• Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas sinar matahari dengan memberikan
tanaman peneduh diantara pembatas parkir
• Cukup penerangan cahaya di malam hari
• Tersedia sarana penunjang parkir, seperti ruang tunggu sopir dan petugas keamanan parkir.
Peraturan/Standar

Pencahayaan
Pencahayaan dapat mempengarui psikologis manusia untuk menimbulkan berbagai suasana.
Fungsi cahaya penerangan di dalam lansekap terdiri atas: penerangan cahaya untuk ruang tempat
kegiatan (parkir,plaza), sirkulasi, tanaman atau pepohonan, perabot lansekap (landscape furniture),
untuk kolam / air mancur, serta benda seni (patung, ornamen lansekap)
Peraturan/Standar

Tata Hijau
Dalam kaitannya dengan perancangan lansekap, tata hijau merupakan satu hal pokok yang menjadi
dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan perancangan tanaman mencakup karakter
tanaman dan fungsi tanaman.

1. Visual Kontrol
Tanaman dapat dipakai untuk komponen pembentuk ruang sebagai dinding, atap dan lantai.
Dinding dapat dibentuk oleh tanaman semak sebagai border. Atap dapat dibentuk oleh tajuk pohon
yang membentuk kanopi atau tanaman merambat pada pergola. Sedangkan sebagai lantai dapat
dipergunakan rumput atau penutup tanah (ground cover). Dengan demikian pandangan dari arah
atau kearah ruang yang diciptakan dapat dikendalikan. Selain itu secara fisik tanaman dapat dipakai
sebagai penghalang pergerakan manusia dan hewan, selain itu juga berfungsi mengarahkan
pergerakan.
Peraturan/Standar

Tata Hijau
2. Kontrol Radiasi Matahari dan Suhu
Tanaman menyerap panas dari pancaran sinar matahari dan memantulkannya sehingga
menurunkan suhu dan menciptakan iklim mikro. Menurut Wahyudi, (2009) fungsi tanaman ini
memiliki kriteria yakni: massa daun banyak, tajuk pohon lebar, tinggi lebih dari 2,5 m, diameter
pohon 2-3 m, bentuk tanaman: menyebar, membulat dan dinamis.
Peraturan/Standar

Tata Hijau
3. Peneduh
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan menjelaskan mengenai kriteria fungsi peneduh adalah
jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan 2 m di atas tanah, bentuk percabangan
batang tidak merunduk, bermassa daun padat.Sebagai contoh jenis tanaman yang berfungsi
peneduh adalah Kiara Payung, Tanjung, Angsana.
Peraturan/Standar

Tata Hijau
4. Penyaring Udara
Menurut Wahyudi, (2009) peran tanamanan sebagai elemen lanskap bisa berfungsi sebagai filter
udara kotor/kurangi cemaran dengan kriteria yakni: tinggi diatas 2 m, tajuk sedang dan lebar,
massa daun sedang dan berbulu, serta diameter pohon 2-3 m. Demikian hal ini telah diperjelas
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008 dan Departemen Pekerjaan
Umum No. 033 Tahun 1996, menjelaskan bahwa kriteria jenis tanaman yang berfungsi sebagai
penyerap polusi udara yakni: terdiri dari pohon, perdu/semak, jarak tanam rapat dan bermassa
daun padat. Sebagai contoh adalah jenis tanaman Angsana, Akasia daun besar, Oleander, Bogenvil,
Teh tehan pangkas.
Peraturan/Standar

Furniture
Furniture atau perabot yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah perabot ruang luar yang juga
merupakan unsur penting dalam mendukung vitalitas ruang terbuka. Perabot ruang luar meliputi
bangku, lampu, gazebo, dan sebagainya perlu di desain dengan mempertimbangkan nilai estetika.
Peraturan/Standar

Aktivitas Pendukung (PKL)


Pola penyebaran aktifitas PKL menurut McGee dan Yeung (1977) adalah sebagai berikut:

1. Pola Penyebaran Memanjang


Pola penyebaran ini dipengaruhi oleh pola jaringan jalan. Pola penyebaran memanjang terjadi di
sepanjang atau pinggir jalan utama atau pada jalan-jalan penghubungannya. Alasannya adalah
karena aksesibilitasnya yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan konsumen.
Peraturan/Standar

Aktivitas Pendukung (PKL)


Pola penyebaran aktifitas PKL menurut McGee dan Yeung (1977) adalah sebagai berikut:

2. Pola Penyebaran Mengelompok


Pola penyebaran ini dijumpai pada ruang-ruang terbuka, taman, lapangan dan sebagainya. Pola ini
dipengaruhi oleh pertimbangan faktor aglomerasi yaitu keinginan penjaja untuk melakukan
pemusatan atau pengelompokan penjaja sejenis dengan sifat dan komoditas sama untuk lebih
menarik minat pembeli.
Terimakasih
Ghani Sayid Hamzah/201003232010464

Anda mungkin juga menyukai