KEDOKTERAN KOMUNITAS
DISUSUN OLEH :
21010022
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
LAPORAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU KEDOKTERAN
KELUARGA BINAAN
DESA SEI MENCIRIM
KECAMATAN SUNGGAL KAB. DELI SERDANG
05 DESEMBER 2022 S/D 17 DESEMBER 2022
Disusun Oleh :
Enjelin Sasa Kristanti Hutabarat
21010022
Diketahuin Oleh :
Kepala UPT Puskesmas Sei Mencirim
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya, kami
dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan ini kami susun sebagai syarat
untuk menyelesaikan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya penyusunan
laporan ini, yaitu :
1. dr. Ade Budi Krista, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
2. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, Selaku Dosen Pembimbing dan Kepala
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas HKBP
Nommensen Medan.
3. dr. Novita Hasiani Simanjuntak, MARS; dr. Putri Eyanoer, MSEpid.,Ph.D; Dr.
Fotarisman Zaluchu, S.KM., M.Si, MPH; selaku Dosen Pembimbing di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
HKBP Nommensen
6. Keluarga Bapak Faryono di Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli
Serdang yang bersedia menjadi keluarga binaan.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dalam penyempurnaan tugas
kepaniteraan klinik ini. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk mencapai fungsi keluarga tersebut diperantarai oleh adanya
Program Indonesia Sehat yang memeiliki 3 pilar utama yang terdiri, pertama
penerapan paradigma sehat, yang diterapkan dalam pembangunan, upaya promotif dan
preventif dan pemberdayaan masyarakat, yang kedua yaitu penguatan pelayanan
kesehatan, dilakukan dengan meningkatkan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi
sistem rujukan dan meningkatkan pendekatan continuum of care dan intervensi risiko
kesehatan. Ketiga, pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN), dilakukan dengan
pelruasan sasaran dan benefit serta pengendalian mutu dan biaya. Pendekatan keluarga
merupakan salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan cara mendatangi keluarga demi keluarga. Kegiatan ini
dilakukan secara terjadwal dan rutin serta mengendalikan data dari Profil Kesehatan
Keluarga (family folder). Tujuan dari adanya Pendekatan Keluarga adalah untuk
meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang komprehensif, mendukung pencapaian
Standar Pelayanan Minimum baik ditingkat Kabupaten/kota dan Provinsi, mendukung
pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) dan Program Indonesia Sehat.5 Selain
itu, hal yang tidak kalah penting adalah terciptanya bangunan yang sehat bagi suatu
keluarga. Syarat suatu rumah dikatakan sehat adalah dengan meninjau dari berbagai
aspek seperti lokasi, kualitas udara, kualitas tanah, sarana dan prasarana lingkungan
yang memadai, bahan bangunan, komponen serta penataan ruang, ventilasi, dan
kepadatan penghuni rumah.6
1.3 Manfaat
Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca
khususnya pengetahuan mengenai kondisi kesehatan masyarakat dan kegiatan promosi
kesehatan di Puskesmas Sei Mencirim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga
Status sosial ekonomi suatu keluarga terdiri daro tiga hal utama, dimana ketiga
hal ini saling berhubungan satu dengan yang lain, yaitu tingkat pendidikan orangtua,
ststus oekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga. Kondisi status sosial ekonomi ini
pastinya akan mempengaruhi kebutuhan pendidikan anak, baik keluarga yang
memiliki tingkat perekonomian yang tinggi atau rendah.2
1) Fungsi agama
Keluarga berfungsi mencipatakan suasana yang penuh kasih saying serta aman
bagi setiap anggota keluarga
4) Fungasi Perlindungan
7) Fungsi Ekonomi
1) Keluarga Tradisional
- Keluarga Inti (nuclear family): terdiri atas bapak, ibu, dan anak-anak
- Keluarga Besar (extended family): keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misal kakek, nenek, paman, bibi.
- Keluarga Dyat (Pasangan inti): terdiri dari suami dan istri saja
- Keluarga Single Adult: seorang yang berada jauh dari keluarga (pasangan)
untuk sementara waktu
2) Keluarga Non-Tradisional
- The Stepparent Family: seorang anak diadopsi oleh sepasang suami istri, baik
yang sudah memiliki anak maupun belum.
Pada tahap ini merupakan pembentukan keluarga dari pasangan yang baru
menikah dan belum mempunyai anak. Dimana seorang laki-laki/perempuan
melepas masa lajang (single) mereka ke hubungan yang baru. Tugas keluarga
saat ini diharapkan dapat dibangun dari perkawinan yang sehat, harmonis, dan
juga pastinya mempersiapkan untuk rencana keluarga menjadi orangtua.
Masa transisi dari pasangan suami-istri menjadi orangtua terjadi di tahap ini.
Hal ini dimulai ketika lahir seorang anak pertama dari suatu keluarga sampai
anak tersebut berusia 30 bulan atau 2,5 tahun. Disini terjadi proses penyesuaian
dari perubahan pasangan keluarga yang juga harus mempertahankan hubungan
yang kondusif dengan tetap menjalankan tugas dan peran dalam masa tumbuh
kembang anak.
Tahap ini dimulai saat anak berusia 2.5 sampai 5 tahun. Pada tahap ini tugas
orangtua adalah memeunhi kebutuhan dasar anak, termasuk untuk prasekolah,
serta mulai mempersiapkan rencana kelahiran selanjutnya
4) Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)
Tahap IV dimulai ketika anak memasuki sekolah dasar (6 tahun) dan berakhir
di usia 13 tahun. Pada fase ini, anak harus diperkenalkan dengan lingkungan
sosial dan keluaga harus tetap dapat mempertahankan hubungan yang harmonis
dan menyediakan kebutuhan bagi keluarga.
Tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun setelah anak melewati usia 13 tahun.
Tugas keluarga di tahap ini memberikan kebebasan yang bertanggung jawab
pada anak dengan tetap mempertahankan etika dan moral dalam keluarga
Tahap ini dimulai dari anak pertama hingga anak terakhir meninggalkan
rumah. Disini keluarga mendorong anak untuk belajar mandiri, sambal tetap
memperhatikan hubungan keluarganya dan orangtuanya yang mulai lansia
Pada tahap ini, orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir ketika
keduanya pensiun. Dalam hal ini, hubungan dalam keluarga lebih ditingkatkan
kehangatannya dan tetap menjaga Kesehatan antar keluarga
Tahap ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun hingga keduanya
meninggal. Perkembangan keluarga saat ini adalah mulai menyesuaikan diri
dengan perubahan yang ada seperti masa-masa pensiun atau kehilangan
pasangan, serta tetap mempertahankan hubungan dan ikatan yang baik antar
keluarga.5
2.1.4 Genogram
Genogram merupakan peta skema dari sisilah keluarga pasien yang dapat
membantu pelayan kesehatan mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga,
kualitas hubungan antar anggota keluarga. Genogram juga dapat disebut pohon
keluarga, yang mencatat tetntang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam
keluarga serta hubungan keluarga. Dalam genogram berisi : nama, umur,status
menikah, riwayat perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit
spesifik, tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting dengan
profesional yang lain serta informasi-informasi. 6
Pada dasarnya genogram diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan
selalu dilengkapi dan di update setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga
pada kunjungan-kunjungan selanjutnya. Setiap kejadian emosional keluarga dapat
mempengaruhi dan melibatkan setidaknya 3 generasi keluarga. Sehingga idealnya,
genogram dibuat minimal untuk 3 generasi. Maka dari itu genogram dapat membantu
dokter untuk :
1) Faktor sosial.
Kehidupan sosial manusia memiliki dampak terhadap usia harapan hidup seseorang
ataupun seberapa besar kemungkinan seseorang mengidap suatu penyakit. Ekonomi,
teknologi, tren gaya hidup, edukasi, jenis pekerjaan hingga akses air bersih dan
makanan sehat akan mempengaruhi kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Commission on Social Determinants of Health (CSDH) yang dibentuk oleh WHO
memiliki 3 rencana kerja utama untuk mengkondisikan keadaan sosial untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Tiga rencana kerja tersebut adalah meningkatkan
kondisi kehidupan sehari-hari, mengatasi ketidakmerataan distribusi sumber daya dan
kuasa serta memahami dan mengukur ketidakmerataannya kesehatan dan
menindaklanjutinya
2) Faktor perilaku.
3) Faktor lingkungan.
Lingkungan tempat dimana manusia bertempat tinggal atau bekerja memiliki dampak
langsung kepada kesehatannya. Air dan sanitasi merupakan komponen yang vital
dalam kehidupan manusia dan penyebaran infeksi. Sebelum adanya proses sanitasi
yang baik, parasit, protozoa, bakteri dan virus dapat dengan mudah tersebar dan
menginfeksi populasi dalam skala besar. Selain itu air juga dapat menjadi media
dimana zat-zat kimia yang bersifat toksik tersimpan. Diare, tifus, trakoma hingga
malnutrisi merupakan kondisi atau penyakit yang timbul akibat pengelolaan air dan
sanitasi yang buruk. Makanan, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka
panjang. Konsumsi makanan tinggi garam atau gula dan mudahnya mendapatkan
makanan tersebut berkontribusi pada tingginya insidensi obesitas dan hipertensi yang
berujung pada stroke dan gangguan jantung. Paparan bunyi keras, bahan kimia hingga
radiasi dari tempat tinggal dan tempat kerja berpengaruh pada kesehatan pekerja. Isu
pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi juga merupakan faktor yang
berkaitan dengan kematian akibat infeksi sistem pernapasan atau gangguan sistem
kardiovaskuler.
Dalam konteksnya, keluarga memiliki fungsi yang menjadi faktor pendukung bagi
keluarga dalam menyelesaikan suatu masalah kesehatan yang ada. Hal ini salah satu
tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga. Fungsi keluarga ini
perlu untuk ditinjau dan diukur untuk mengetahui terlaksana tidaknya fungsi suatu
keluarga. Bentuk alat ukur ini sering yaitu APGAR Keluarga (Family APGAR).
Pengukuran ini menilai fungsi keluarga yang dilihat dari bagaimana hubungan antar
keluarga. Dimana APGAR ini terdiri dari aspek Adaptasi (Adaptation), Kemitraan
(Partnership), Pertumbuhan (Growth), Kasih sayang (Affection), dan Kebersamaan
(Resolve).
10) Aspek Kemitraan (Partnership), dalam aspek ini menilai sikap keluarga dalam
hal saling berbagi satu sama lain, bagaimana antar anggota dapat
berkomunikasi dengan baik untuk bekerja sama dalam pengambilan keputusan
dan memecahkan masalah yang ada.
11) Aspek Pertumbuhan (Growth), dalam aspek ini menilai bagaimana kepuasan
setiap anggota keluarga untuk dapat menyatakan aspirasi, perubahan dan
berkembang dengan leluasa baik secara fisik maupun mental.
12) Aspek Kasih sayang (Affection), dalam aspek ini menilai bagaimana
kenyamanan dan kepuasan anggota keluarga terhadap keintiman hubungan
maupun respon emosional satu sama lain
13) Aspek Kebersamaan (Resolve), dalam aspek ini meninjau dari kualitas waktu
yang digunakan dalam hal kebersamaan maupun materi yang dinikmati dan
dibagi antar anggota.8
Pada poin ini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga saat ada kebersanaan
dalam membagi waktu dan ruang antar keluarga.
Kadang-
No. Pernyataan Sering/Selalu Jarang/tidak
kadang
4-6 : keluarga kurang sehat yang artinya hubungan antar keluarga masih perlu
untuk ditingkatkan
0-3 : keluarga tidak sehat, yang artinya masih sangat memerlukan banyak
perbaikan dan meningkatkan hubungan antar keluarga
2.4.1 Asuransi
Biaya operasi terkait jasa tim dokter bedah termasuk biaya konsultasi setelah
operasi paling lama 14 hari
Biaya P3K yang dibeurkan kepada pihak Tertanggung dalamw aktu 24 jam
sejak kejadian.9
1. Tugas 12
Dalam melaksanakan fungsinya, BPJS bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan
sosial kepada peserta dan masyarakat.
2. Wewenang 12
Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang:
a. Menagih pembayaran iuran
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
2.5.4 Hak dan kewajiban BPJS
1. Hak BPJS 12
UU BPJS menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya,
BPJS berhak:
a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
jaminan sosial dari DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional)
2. Kewajiban BPJS 12
UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS
berkewajiban untuk:
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta. Yang dimaksud
dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara
khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib
administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas
tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
besarnya kepentingan peserta
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya. Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan
BPJS mencakup informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas,
penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/
atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran BPJS
d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku
f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban
g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari Tua
(JHT) dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan jaminan sosial
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
l. Kewajiban-kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan tata kelola BPJS
sebagai badan hukum publik.
2.5.5 Kepesertaan BPJS
Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah. Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayar iuran, meliputi : 15
Tenaga kesehatan terdiri dari dokter, bidan, dan tenaga paramedis lainnya. Hal
ini agar mencegah masyarakat awam masih menggunakan tenaga non medis
seperti dukun bayi (paraji) untuk membantu persalinan, hal ini yang
dikhawatirkan memberikan dampak dan risiko baik kepada Ibu maupun bayi.
ASI eksklusif disini yaitu pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman lain, sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan
Memakai air bersih baik untuk memasak, mandi dan kebutuhna air minum
Syarat jamban yang dikatakan sehat yaitu jika tidak berbau, tidak ada binatang
seperti serangga atau tikus, tidak mencemari sumber air minum dan tanah
sekitar, mudah dibersihkan, adanya ventilasi dan penerangan yang cukup serta
tersedia alat pembersih yang memadai.
Melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) secara rutin. Hal ini meliputi
memeriksan tempat perkembangan nyamuk seperti bak mandi, WC, vas bunga,
talang air dll. Juga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M, Menguras, Mengubur, dan Menutup.
Tidak merokok juga berarti menghindari asap rokok yang mencamari kualitas
udara. 11
Berikut jenis-jenis perilaku hidup sehat yang perlu dipahami dan dipraktikkan :
Program Indonesia Sehat menjadi salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa
Cita, yaitu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Program ini tentunya didukung dengan program lainnya, dimana Program Indonesia
Sehat menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang direncanakan tercapai
melalui Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 melalui Keputusan Mentri
Kesehatan R.I Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran Program Indonesia Sehat
terdiri dari :
2) Mengendalikan penyakit
- Mengganti masker secara setiap empat jam, dan membuang ditemoat yang
tepat
- Menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain dan menghindari
kerumunan
4) Anak dengan usia di bawah 6 (enam) tahun dan orang yang tidak dapat
menerima vaksin karena kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid
disarankan untuk tidak mengikuti Kegiatan Berskala Besar
8) Fasilitas atau sarana prasarana yang digunakan dalam Kegiatan Berskala Besar
harus memenuhi ketentuan/persyaratan.
11) Pelaku Kegiatan Berskala Besar wajib mengikuti protokol kesehatan dan
persyaratan pelaku perjalanan luar negeri persyaratan perjalanan domestik yang
berlaku di daerah/wilayah tujuan.
a. Lokasi, yaitu rumah tidak terletak di daerah yang rawan bencana alam,
bekas pembuangan sampah, bekas tambang, rawan kecelakaan, dan
jalur pendaratan penerbangan
b. Kualitas udara, kebisingan dan tanah. Lingkungan harus bebas dari gas
beracun baik alami maupun buatan. Pmeter kualitas udara berikut ini :
Tingkat kebisingan maksimal 45-55 dbA.
c. Kualitas tanah. Dalam hal ini harus memenuhi syarat peraturan yang
belaku, yang terdiri atas syarat fisik, kimiawi, dan mikrobiologi
b. Komponen & Penataan Ruang, harus memenuhi syarat fisik dan biologi
berikut ini :
1. Promosi kesehatan;
2. Surveilans TB
3. Pengendalian faktor risiko
4. Penemuan dan penanganan kasus TB
5. Pemberian kekebalan
6. Pemberian obat pencegahan
DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit tropis yang disebabkan
oleh virus Dengue yang dibawa dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD
sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Faktor yang mempengaruhi yaitu
rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, banyaknya populasi nyamuk
akibat banyak tempat untuk nyamuk bereproduksi yang biasanya terjadi pada
musim hujan yang dimana banyak genangan dan tampungan air. Dalam rangka
mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus DBD, Kementerian Kesehatan telah
menghimbau melalui surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor
PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 perihal Kesiapsiagaan
Peningkatan Kasus DBD yang himbauannya untuk :
1. Meningkatkan upaya penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui kegiatan menguras, menutup dan memanfaatkan kembali
barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk (3M plus), dengan cara
mengimplementasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
2. Memeningkatkan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap kejadian
demam berdarah dengue, diantaranya melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) dan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
3. Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional penanggulangan DBD
(Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya pencegahan dan pengendalian DBD, meliputi
peningkatan kapasitas SDM, biaya serta bahan dan peralatan.
5. Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam rangka
kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
Disamping itu, Kementerian Kesehatan juga telah mengupayakan :
1)Melalui surat edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
nomor PV.02.01/4/87/2019 tanggal 11 Januari 2019 kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia untuk ikut mendukung dan menggerakan
pelaksanaan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di wilayahnya
serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk upaya antisipasi dan
penanggulangan KLB DBD.
2)Sosialisasi kepada masyarakat untuk melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus
melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
3)Dukungan Tim Terpadu kementerian Kesehatan dalam asistensi upaya
penanggulangan KLB di beberapa daerah
4)Mendistribusikan dukungan bahan dan alat pengendalian vektor keseluruh
provinsi berupa insektisida, larvasida, Jumantik Kit, Mesin fogging, dan media
KIE.
Pencegahan yang efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan pemberantasan
sarang
nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yaitu :
1) Menguras : membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi ember
air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dsb.
2) Menutup : menutup tempat penampungan air dengan rapat seperti drum, kendi,
toren air, dsb.
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam
Berdarah
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan
lainnya seperti:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan,
misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air hujan, dll.
2. Menggunakan kelambu saat tidur,
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk,
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun
oles bila diperlukan.12
Dalam perkembangan ilmu giz, slogan 4 Sehat 5 Sempurna saat ini kurang
tepat untuk mengambarkan keseimbangan gizi saat ini. Istilah "Isi Piringku" pada
umumnya menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang
terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri atas karbohidrat
dan protein. Istilah ini juga digunkan dengan tujuan menekankan untuk membatasi
gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Untuk itu istilah "4 Sehat 5
Sempurna" saat inin berubah menjadi pedoman gizi seimbang yang terdiri dari 10
pesan tentang menjaga gizi. Dari 10 pesan tersebut, dikelompokkan lagi menjadi
empat pesan pokok yakni pola makan gizi seimbang, minum air putih yang cukup,
aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang
sesuai untuk mengetahui kondisi tubuh. Kemudian, hal yang tidak kalah penting tidak
lupa untuk cuci tangan sebelum makan, aktivitas fisik yang cukup, minum air putih
cukup, dan memantau tinggi badan dan berat badan demi tercapainya kesehatan gizi
yang sehat dan seimbang. Pola makan adalah pilar utama yang mempengaruhi keadaan
gizi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas gizi, sehingga akan berdampak pada kesehatan seseorang dan orang
sekitar. Sehingga gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan serta
perkembangan fisik. Maka dari itu pola makan masyarakat perlu diarahkan ke gizi
yang seimbang dan makanan yang beragam didalam satu porsi piring.
2.12.1 Pengertian
1) Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah sekelompok pangan setiap hari yang memiliki
kandungan zat gizi dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dimana seseorang harus tetap memperhatikan prinsip pangan yang
beragam, aktivitas fisik, memantau dan mempertahankan berat badan
normal, guna mencegah terjadinya masalah gizi.
2) Pangan
Pangan ialah segala sesuatu yang berasal dari sumber air dan hayati, sesuatu
yang diolah maupun yang tidak diolah yang dapat dikonsumsi manusia.
3) Makanan Beragam
Berbagai jenis makanan yang dikonsumsi kelompok pangan (makanan
pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Berbagai contoh kelompok pangan :
Makanan pokok : Beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas,
sagu, sukun
Lauk Pauk sumber protein : Ikan, telur, unggas, daging, susu dan
kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe)
Sayuran : Sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya seperti ketimun,
selada, brokoli, kangkung, bayam merah, daun katuk dan daun melinjo.
Buah : Alpokat, anggur, pisang, jeruk, kurma dan lainnya. Pada
dasarnya semua buah baik dikonsumsi.
Gizi seimbang memiliki empat pilar dimana hal ini adalah rangkaian
usaha untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang masuk dan zat gizi yang
masuk dengan cara mempertahankan / memantau berat badan secara teratur.
Empat pilar yang dimaksud ialah
PENILAIAN KELUARGA
Keluarga ini merupakan keluarga Bapak Faryono yang tinggal di Jalan Purwo,
Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli Serdang dimana keluarga ini termasuk Tahap
VII yaitu Tahap Keluarga lanjut usia. Pada tahap ini perkembangan keluarga mulai
menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada seperti masa-masa pensiun atau
kehilangan pasangan, serta tetap mempertahankan hubungan dan ikatan yang baik
antar keluarga
Nama Fariyono
Umur 63 tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pensiunan
Status Menikah
Penghasilan Rp 1.000.000
Nama Misyati
Umur 53 tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Status Menikah
Umur 15 tahun
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan -
Status Lajang
Penghasilan -
Jenis Umur
No. Nama Status Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (Tahun)
1. Fariyono Kepala Laki-laki 63 SD Pensiunan
Keluarga
Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan kedua ke rumah keluarga binaan (Kamis,
8 Desember 2022)
4. Pemakaian obat dan jamu- Tidak ada anggota keluarga yang mengonsumsi
jamuan obat dan jamu-jamuan
Tabel 3.5 Status Kesehatan dan Kejadian darurat keluarga Bapak Faryono
2. Penderita Faryono
3. Pengobatan
3. 4 Tahap Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
* : Anggota yang masih tinggal dirumah
3.5 Analisis Kesehatan Keluarga Berdasarkan 12 Indikator Kesehatan Keluarga
3.5.1 Program KB
Pada keluarga Bapak Faryono, yaitu Ibu Masyati sudah memasuki masa menopause
Menurut pengakuan Ibu Masyati, semua anaknyanya dilahirkan di Klinik Bersalin dan
ditolong tenaga kesehatan yaitu Bidan.
3.5.3 Imunisasi
Menurut pengakuan Ibu Masyati, semua anaknya mendapat imunisasi yang lengkap
yang disertai dengan buku imunisasi.
Menurut pengakuan Ibu Masyati, 5 anaknya diberikan ASI eksklusif hingga usia 3
tahun, anak yang terakhir mendapat MP-ASI mulai usia 3 bulan yaitu susu formula.
Menurut pengakuan Ibu Masyati, dalam keluarganya semua anaknya selalu dibawa ke
posyandu untuk imunisasi dan dipantau tumbuh kembangnya.
Pengetahuan tentang penyakit menular dalam keluarga ini kurang baik, dimana
keluarga ini tidak mengetahui penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM dan
sebagainya, walaupun tidak terdapat penyakit menular dalam semua anggota keluarga.
Pengetahuan tentang penyakit tidak menular dalam keluarga ini kurang baik dan masih
ditemukan penyakit tidak menular seperti hiperkolesterolemia.
Tabel 3.6 Pemantauan Tekanan Darah, KGD Sewaktu, Asam Urat dan
Kolesterol
Adaptation (Adapatasi) √
Partnership √
(Kemitraan)
Growth (Pertumbuhan) √
Affection (Kasih √
Sayang)
Resolve (Kebersamaan) √
Skor Pak Faryono : 9
Adaptation (Adapatasi) √
Partnership (Kemitraan) √
Growth (Pertumbuhan) √
Resolve (Kebersamaan) √
Skor : 10
Keluarga dikategorikan dalam keluarga sehat, artinya setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain. Sebagai istri memiliki tanggung jawab untuk mendukung
Bapak Faryono baik dalam mempertahankan tangga dalam masa-masa lanjut usia serta
dalam melakukan setiap usaha untuk memenuhi kebutuhan yang secukupnya,
dikarenakan Bapak Faryono sudah memasuki masa pensiun. Ibu Masyati juga
bertanggungjawab untuk tetap menyiapkan makanan keluarga.
Penilaian M. Rendi
Adaptation (Adapatasi) √
Partnership (Kemitraan) √
Growth (Pertumbuhan) √
Resolve (Kebersamaan) √
Skor : 7
Keluarga dikategorikan dalam keluarga sehat, artinya setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain. Sebagai anak memiliki tanggungjawab untuk membantu
ikut serta dalam pekerjaan rumah. Pada item Partnership (Kebersamaan) skor
M.Rendi hanya 1 dengan keterangan kadang-kadang, hal ini disebabkan karena dalam
kesehariannya, M.Rendi tidak selalu berada dirumah dan bersama-sama dengan kedua
orangtuanya, hal ini disebabkan karena M.Rendi lebih sering beraktifitas di rumah
kakaknya. Hal ini berkaitan dengan item Affection (Kasih Sayang) dan Resolve
(Kebersamaan). Dimana ketidakberadaan seseorang akan mempengaruhi waktu
mereka bersama-sama. Waktu yang ada tentunya merupakan kesempatan untuk
masing-masing anggota keluarga dapat menyalurkan kasih sayang satu sama lain.
Pada keluarga Bapak Faryono tidak dijumpai adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan pada kejiwaan.
3.5 9 Merokok
Pada keluarga ini terdapat anggota keluarga yang merokok yaitu Bapak Faryono.
Dalam wawancara, Bapak Faryono mengaku bila dirinya merokok bisa didalam
ataupun didalam rumah saat ada anggota keluarga. Bapak Faryono sudah
mengkonsumsi rokok sejak di bangku SMP. Jenis rokok yang dipakai yaitu rokok
tanpa filter. Bapak Faryono menyadari bahaya merokok dan menerima saran untuk
mengurangi sampai bisa berhenti merokok.
Indeks Brinkman : Jumlah batang rokok dihisap tiap hari x lama merokok
: 20 x 32
: 640 (Perokok berat)
Dalam keluarga Bapak Faryono tidak ada yang menggunakan JKN atau pun BPJS.
Keluarga sudah menyadari penggunaan JKN atau BPJS sangat membantu, namun
semenjak Bapak Faryono memasuki masa pensiun, maka penggunaan dan pembayaran
JKN atau BPJS dinonaktifkan.
Keterangan :
: Pintu
: Jendela
: Kamar Mandi
: Dapur
: Kamar Tidur
: Teras Rumah
: Lampu
: Ruang Tamu
Tabel 3.9 Karakteristik Lingkungan Rumah
No Profil Keterangan
1 Rumah Rumah beratap seng, berdinding beton dan berlantai semen
1) Luas Rumah yakni 8 x 10 m persegi. Luas ruang tamu 6
m x 3 m, luas kamar tidur 3 m x 3 m, luas kamar mandi
2.3 m x 3 m dan luas dapur 4,5 m × 6 m
2) Rumah memiliki 6 pintu, 1 di depan, 1 pintu kamar
mandi, 2 pintu kamar, 1 pintu dapur, 1 pintu belakang.
Ukuran pintu berbeda-beda. Pintu depan berukuran 1 m
x 2 m, kedua pintu kamar berukuran 0,6 m x 1,7 m,
pintu dapur, pintu kamar mandi dan pintu belakang
berukuran 1,8 m x 0,7 m.
3) Jendela terdapat sebanyak 5 buah, yang terdapat 2 di
kamar tidur A, 2 di ruang tamu dan 1 kamar tidur B.
Ukuran jendela ruang tamu 1,2 m x 0,6 m dengan
ventilasi, ukuran jendela kamar tidur A 0,5 m x 0,6 m
tanpa ventilasi dan ukuran jendela kamar tidur B 0,6 x
0,7 m.
4) Ratio perbandingan luas ventilasi dengan luas lantai
harus mencapai 10 %. Dimana luas keseluruhan lantai
yaitu 8 m x 10 m = 80 m2 luas ventilasi minimal yaitu
1,2 m x 0,6 m x 2 = 1,44 m2 , 0,5 m x 0,6 m x 2 = 0,6
m2, 0,6 x 0,7 x 1 = 0,42 m2. 1,44 m2 + 0,6 m2 + 0,42 m2
= 2,46 m2 : 80 m2 = 3,07 % dimana angka ini tidak
memenuhi kriteria ventilasi normal.
5) Pencahayaan cukup yakni di setiap ruangan memiliki
sumber cahaya lampu. Terdapat 6 lampu dengan
kekuatan 18 watt
2 Mandi, Cuci Terdapat kamar mandi dengan sumber air dari sumur bor dan
dan Kakus jamban dengan konstruksi leher angsa.
(MCK)
3 Air bersih Air bersih jernih dan tidak berbau untuk keperluan makan,
minum, mencuci atau keperluan rumah tangga berasal dari
sumur bor
4 Pembuangan Jarak sumber air ke septic tank di depan rumah sejauh
limbah 10 meter
Pembuangan air limbah kamar mandi dialirkan ke
selokan besar di belakang rumah.
IKS :
: 2/(12-8)
: 0,50 (Keluarga pra sehat)
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap
keluarga binaan yang dibina, maka ditemukan masalah keluarga sehat dalam
rumah tangga ini yaitu :
1. Bapak Faryono yang masih mengonsumsi rokok
2. Ibu Masyati yang mengalami gizi kurang dan hiperkolesterolemia
3. Keluarga Bapak Faryono tidak ada yang menjadi anggota JKN/Askes
3.6.2 PHBS
Tabel 3.11 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No Nama Anggota Keluarga
Indikator PHBS
Faryono Masyati M. Rendi
1 Persalinan N Y N
2 ASI Eksklusif N N T
3 Timbang Balita N N Y
4 Air Bersih Y Y Y
5 Cuci Tangan Y Y Y
6 Gunakan Jamban Y Y Y
7 Berantas Jentik Y Y Y
9 Aktivitas Fisik Y N N
10 Merokok di Rumah Y T T
Dari data dan informasi diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah PHBS dalam rumah tangga yang ditemukan dalam keluarga ini
adalah:
1. Semua anggota keluarga Bapak Faryono tidak rutin berolahraga
2. Bapak Faryono yang masih mengonsumsi rokok
Personal/Prilaku
Terdapatnya kebiasaan
merokok dan Aktifitas fisik
seperti berolahraga yang
kurang, kurangnya
pengetahuan akan
Sosial Lingkungan
hiperkolesterolemia
Petugas Kesehatan
BAB IV
Tabel 4.2 Upaya Intervensi dan Evaluasi Pretest dan Postest Pengukuran
Kesehatan
Nama Pretest Posttest Kesimpulan
Faryono KGD: 136 mg/dL KGD: 142 mg/dL Hasil pemeriksaan
A.urat: 6,5 mg/dL A.urat: 6,7 mg/dL kolesterol belum normal
Kolesterol: 302 mg;dL Kolesterol:232mg/dL namun sudah dijumpai
penurunan
Masyati KGD: 104 mg/dL KGD: 98 mg/dL Hasil pemeriksaan
A.urat: 4,1 mg/dL A.urat: 4,3 mg/dL kolesterol belum normal
Kolesterol: 363 mg/dL Kolesterol:256 mg/dL namun sudah dijumpai
BB : 37,5 kg BB : 38 kg penurunan. Perhitungan
TB : 147 cm TB : 147 cm IMT masih dikategorikan
IMT : 17,35 IMT : 17,60 sebagai Underweight (gizi
kurang), namun sudah
dijumpai peningkatan.
M. Rendi KGD: 98 mg/dL KGD: 102 mg/dL Hasil pemeriksaan masih
A.urat: 3,4 mg/dL A.urat: 3,4 mg/dL dalam kategori normal.
Kolesterol: 150 mg/dL Kolesterol: 138 mg/dL
BAB V
REFLEKSI
Selama saya melakukan kegiatan keluarga binaan ini saya merasa bersyukur
boleh diterima ketika mendatangi rumah dan melakukan pembinaan terhadap keluarga.
Selama kegiatan ini saya mendapat sedikit masalah kesehatan didalam keluarga.. Dalam
hal melakukan pembinaan, kebetulan kesempatan waktu untuk bertemu Bapak Faryono
dan Muhammad Rendi sangat terbatas, dikarenakan pekerjaan dan kesibukan lainnya.
Namun, walau begitu anggota keluarga terlihat cukup antusias untuk mendengarkan
informasi yang saya berikan, meskipun dalam pelaksanaannya mereka masih sulit
beradaptasi dengan beberapa kebiasaan dan pola makan yang baru. Kegiatan ini
membantu saya untuk memantau seberapa tingkat kesadaran keluarga terhadap PHBS
dan PIS-PK, serta kontrol penyakit tidak menular yang diderita. Masalah ini merupakan
masalah yang termasuk dalam indikator PHBS dan masalah ini dapat ditangani dengan
memberikan edukasi dan dorongan kepada keluarga untuk berperilaku hidup sehat
sesuai dengan seluruh indikator PHBS. Beberapa point masalah yang saya temukan
dalam keluarga Bapak Faryono adalah kebiasaan merokok, hiperkolesterolemia, gizi
kurang, dan ketidakikutsertaan dalam anggota JKN. Dari beberapa masalah ini, hal yang
paling sulit untuk diatasi yaitu kebiasaan merokok, selain itu masalah terkait pola
makan juga merupakan masalah yang sulit diatasi berhubung Bapak Faryono dan Ibu
Masyati sudah memasuki usia tua, ditambah juga kondisi perekonomian dan pendidikan
yang rendah. Masalah lain yang saya temukan juga adalah bahwa keluarga binaan saya
tidak terbiasa dengan beberapa prosedur kesehatan diakibatkan kurangnya edukasi yang
harusnya dapat terus-menerus diberikan misalnya oleh tenaga kesehatan di wilayah
setempat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dilihat dari kegiatan keluarga binaan pada keluarga
Bapak Faryono yang tinggal di Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan
Deli Serdang adalah :
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan keluarga, yaitu:
1) Pasien dan keluarga secara terbuka menerima edukasi dan motivasi yang
diberikan selama pembinaan.
2) Perlunya kesadaran dan perhatian keluarga terhadap kesehatan anggota
keluarga.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan keluarga:
1) Masalah tingkat pengetahuan terkait kondisi masalah kesehatan yang diderita
2) Masalah ekonomi yang rendah
3) Kurangnya inisiatif keluarga dalam memeriksakan kesehatan ke Puskesmas
karena merasa tidak ada gejala
4) Sulitnya mengubah kebiasaan merokok yang sudah berpuluh tahun ditekuni
5) Kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan di dalam dan di laur rumah,
seperti pembuangan sampah.
6.2 Saran
Saran bagi petugas kesehatan di UPT Puskesmas Sei Mencirim
1) Kepada penanggung jawab program GERMAS untuk memberikan edukasi
kepada pasien tentang Gerakan Masyarakat Sehat salah satunya untuk
menjaga pola makan agar penyakit yang dideritanya dapat terkontrol dan
tidak bertambah parah.
2) Mengadakan Posbindu dan Posyandu lansia secara rutin sebagai upaya
pencegahan dini penyakit tidak menular
3) Kepada penanggung jawab Promkes untuk lebih rutin melakukan edukasi
dengan promosi kesehatan khususnya terkait dengan bahaya merokok,
hiperkolesterolemia dan penyakit tidak menular lainnya
4) Mengadakan olahraga rutin seperti senam lansia
Lampiran
Surat Pernyataan
Dokumentasi
`
Gambar Penampakan Kamar Mandi
1. Pusat Krisis Kesehatan. Mengenal makna sehat [Internet]. Kementerian Kesehatan RI.
2021 [dikutip 25 November 2022]. hal. 1. Tersedia pada:
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/mengenal-makna-kesehatan
11. Oktowaty S, Setiawati EP, Arisanti N. Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas
hidup pasien penyakit kronis degeneratif di fasilitas kesehatan tingkat pertama. J Sist
Kesehat. 2018;4(1):1–6.
12. Segara T. Perasuransian - Seri literasi keuangan perguruan tinggi. 4 ed. Vol. 4, Otoritas
Jasa Keuangan. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan; 2019. 88–100 hal.
13. BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Panduan layanan peserta
jaminan kesehatan nasional kartu Indonesia sehat (JKN-KIS). [Internet]. Vol. 3,
Kemenkes 2022. 2022 [dikutip 23 November 2022]. hal. 6–20. Tersedia pada:
https://www.bpjs-kesehatan.go.id
14. Direktorat Rehabilitas Sosial Anak- Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kementrian
Sosial. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penguatan kapabilitas anak dan
keluarga. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2020.
15. COVID-19 STP. Protokol kesehatan pada pelaksanaan kegiatan berskala besar dalam
masa pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) [Internet]. 2022 [dikutip 22
November 2022]. hal. 4–8. Tersedia pada: https://tumj.tums.ac.ir/article-1-11063-
fa.html