Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN KELUARGA BINAAN

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU

KEDOKTERAN KOMUNITAS

DI UPT PUSKESMAS SEI MENCIRIM

PERIODE 5 s/d 17 DESEMBER 2022

DISUSUN OLEH :

ENJELIN SASA KRISTANTI HUTABARAT

21010022

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

2022
LAPORAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ ILMU KEDOKTERAN

KELUARGA BINAAN
DESA SEI MENCIRIM
KECAMATAN SUNGGAL KAB. DELI SERDANG
05 DESEMBER 2022 S/D 17 DESEMBER 2022

Disusun Oleh :
Enjelin Sasa Kristanti Hutabarat
21010022

Diketahuin Oleh :
Kepala UPT Puskesmas Sei Mencirim

dr. Juliani Perangin-angin


NIP.197308032007012016
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya, kami
dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan ini kami susun sebagai syarat
untuk menyelesaikan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat
di Dinas Kesehatan Kota Medan. Laporan ini dapat selesai tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya penyusunan
laporan ini, yaitu :

1. dr. Ade Budi Krista, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

2. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, Selaku Dosen Pembimbing dan Kepala
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas HKBP
Nommensen Medan.

3. dr. Novita Hasiani Simanjuntak, MARS; dr. Putri Eyanoer, MSEpid.,Ph.D; Dr.
Fotarisman Zaluchu, S.KM., M.Si, MPH; selaku Dosen Pembimbing di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
HKBP Nommensen

4. dr. Juliani Perangin-angin, Kepala UPT Puskesmas Sei Mencirim

5. Seluruh pegawai di UPT Puskesmas Puskesmas Sei Mencirim

6. Keluarga Bapak Faryono di Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli
Serdang yang bersedia menjadi keluarga binaan.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dalam penyempurnaan tugas
kepaniteraan klinik ini. Kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Kemenkes RI UU Nomor 36 Tahun 2009 mendifinisikan arti Kesehatan


yaitu keadaan sehat meliputi secara fisik, mnetal, spiritual dan sosial sehingga setiap
individu dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis dalam kehidupan sehari-
hari.1 Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) definisi sehat
merupakan keadaan seorang individu yang sempurna dan tidak hanya bebas dari
penyakit maupun kecacatan. Oleh karena itu, pentingnya setiap orang untuk mencapai
dan menikmati kata sehat agar mampu menciptakan kehidupan yang damai, aman, dan
bebas dalam melakukan aktivitasnya. 2 Untuk mencapai masyarakat yang sehat, maka
diperlukan kesadaran setiap individu dengan mempertahankan nilai-nilai kesehatan
yang mencakup baik secara sosial, fisik dan lingkungan.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) keluarga didefiniskan


sebagai unit terkecil dalam masyrakat, dimana keluarga terdiri dari kepala keluarga
dan anggota keluarga yang tinggal pada suatu bangunan yang atau dibawah satu atap,
dimana masing-masing anggota memiliki ketergantungan satu sama lain. Menurut
Puspitawati (2012), keluarga merupakan suatu unit sosial ekonomi yang terkecil dalam
suatu masyarakat, dimana unit ini merupakan landasan dasar dari setiap institusi yang
terbentuk.3 Keluarga harus berfungsi untuk menyediakan kondisi lingkungan yang
mendukung bagi setiap anggota keluarga baik dari setiap aspek, baik secara fisik,
psikologis, sosial maupun mental. Fungsi dari keluarga ini ditinjau dari bagaimana
setiap anggota keluarga dapat berhubungan dan berkomunikasi satu sama lain, baik
dalam mengambil keputusan maupun saat penyelesaian masalah. Keluarga berfungsi
pula sebagai suatu konsep dalam kesatuan interaksi untuk mencapai tujuan bersama.
Fungsi suatu keluarga diharapkan dapat menjadi suatu acuan untuk mengupayakan
kesejahteraan yang berkualitas.4

Salah satu upaya untuk mencapai fungsi keluarga tersebut diperantarai oleh adanya
Program Indonesia Sehat yang memeiliki 3 pilar utama yang terdiri, pertama
penerapan paradigma sehat, yang diterapkan dalam pembangunan, upaya promotif dan
preventif dan pemberdayaan masyarakat, yang kedua yaitu penguatan pelayanan
kesehatan, dilakukan dengan meningkatkan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi
sistem rujukan dan meningkatkan pendekatan continuum of care dan intervensi risiko
kesehatan. Ketiga, pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN), dilakukan dengan
pelruasan sasaran dan benefit serta pengendalian mutu dan biaya. Pendekatan keluarga
merupakan salah satu cara puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan cara mendatangi keluarga demi keluarga. Kegiatan ini
dilakukan secara terjadwal dan rutin serta mengendalikan data dari Profil Kesehatan
Keluarga (family folder). Tujuan dari adanya Pendekatan Keluarga adalah untuk
meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang komprehensif, mendukung pencapaian
Standar Pelayanan Minimum baik ditingkat Kabupaten/kota dan Provinsi, mendukung
pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN) dan Program Indonesia Sehat.5 Selain
itu, hal yang tidak kalah penting adalah terciptanya bangunan yang sehat bagi suatu
keluarga. Syarat suatu rumah dikatakan sehat adalah dengan meninjau dari berbagai
aspek seperti lokasi, kualitas udara, kualitas tanah, sarana dan prasarana lingkungan
yang memadai, bahan bangunan, komponen serta penataan ruang, ventilasi, dan
kepadatan penghuni rumah.6

Pembinaaan yang dilakukan pada tanggal 7 Desember sampai 12 Desember 2022 di


Desa Sei Mencirim. Pemilihan keluarga sehat sendiri dilakukan berdasarkan data yang
diberikan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat UPT Puskesmas Sei Mencirim yang
diarahkan oleh Kepala Puskesmas dr. Juliani Perangin-angin merupakan desa yang
memiliki kesadaran akan kesehatan minimal dengan angka indikator keluarga sehat
(IKS) sebesar 0,50 termasuk keluarga pra sehat.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk memahami kondisi kesehatan keluarga di masyarakat dan untuk memenuhi


persyaratan dalam mengikuti kegaiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu
Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan masyarakat di Puskesmas Sei Mencirim

2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi keluarga di Puskesmas Sei


Mencirim

3. Untuk memberi promosi kesehatan kepada keluarga di Puskesmas Sei Mencirim

1.3 Manfaat

Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca
khususnya pengetahuan mengenai kondisi kesehatan masyarakat dan kegiatan promosi
kesehatan di Puskesmas Sei Mencirim
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016) keluarga


didefiniskan sebagai unit terkecil dalam masyrakat, dimana keluarga terdiri dari kepala
keluarga dan anggota keluarga yang tinggal pada suatu bangunan yang atau dibawah
satu atap, dimana masing-masing anggota memiliki ketergantungan satu sama lain.
Menurut Puspitawati (2012), keluarga merupakan suatu unit social ekonomi yang
terkecil dalam suatu masyarakat, dimana unit ini merupakan landasan dasar dari setiap
institusi yang terbentuk. Teori lain mengungkapkan arti keluarga sebagai kelompok
primer yang didalamnya terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki hubungan
internal secara personal, seperti hubungan darah, hubungan pernikahan maupun
melalui adopsi. Hal ini mengambarkan bahwa di dalam keluarga adanya hubungan
yang mengikat satu sama lain serta kesatuan interaksi dan komunikasi antar peran baik
suami dan istri, orangtua dan anak, maupun anak dan saudaranya. Dari hal ini suatu
keluarga diharapkan dapat berperan dalam mempertahankan suatu kebudayaan
bersama seperti yang dinyatakan dalam UU No. 1 Tahun 1974.1

2.1.2 Status dan Fungsi Keluarga

Status sosial ekonomi suatu keluarga terdiri daro tiga hal utama, dimana ketiga
hal ini saling berhubungan satu dengan yang lain, yaitu tingkat pendidikan orangtua,
ststus oekerjaan orangtua, dan pendapatan keluarga. Kondisi status sosial ekonomi ini
pastinya akan mempengaruhi kebutuhan pendidikan anak, baik keluarga yang
memiliki tingkat perekonomian yang tinggi atau rendah.2

Suatu keluarga dapat dibangun dengan baik apabilan ketahanan dan


kesejahteraannya terwujud. Hal ini tentunya berpengaruh dalam mengoptimalkan
penerapan fungsi dari keluarga itu sendiri Untuk mencapai ini, orangtua merupakan
pengendali utama dalam keluarga. Dasar dari fungsi dibentuknya suatu keluarga yaitu
jika keluarga tersebut dalam mengayomi kebutuhan dasar anggotanya dan dapat
menyesuaikan terhadap tekanan baik untuk diri sendiri dan lingkungan. Selain itu,
keluarga juga harus berfungsi untuk menyediakan kondisi lingkungan yang
mendukung bagi setiap anggota keluarga baik dari setiap aspek, baik secara fisik,
psikologis, sosial maupun mental. Fungsi dari keluarga ini ditinjau dari bagaimana
setiap anggota keluarga dapat berhubungan dan berkomunikasi satu sama lain, baik
dalam mengambil keputusan maupun saat penyelesaian masalah. Keluarga berfungsi
pula sebagai suatu konsep dalam kesatuan interaksi untuk mencapai tujuan bersama.
Fungsi suatu keluarga diharapkan dapat menjadi suatu acuan untuk mengupayakan
kesejahteraan yang berkualitas. Salah satu kendala yang dihadapi untuk mencapai
fungsi keluarga ini yaitu ketika adanya masalah dan kesulitan yang dihadapi, misalnya
seperti gagalnya keluarga menciptakan lingkungan yang harmonis bagi anggota
keluarga, kurangnya kontrol orangtua terhadap prilaku anak, kurnagnya dukungan
maupun penghargaan orangtua terhadap anak dan sebagainya. Selain itu, permasalahan
yang kerap dihadapi dalam menjalankan fungsi keluarga yaitu faktor kemisikinan. Hal
ini tentunya berdampat terhadap gagalnya pemenuhan kebutuhan akan pendidikan,
kesehatan, dan pangan. Beberapa fungsi keluarga mencakup dalam beberapa aspek
dibawah ini :

1) Fungsi agama

Keluarga berfungi sebagai wadah pertama dalam menanamkan nilai-nilai


keagamaan dan memberi identitas agama pada setiap anak, hal ini juga
termasuk melaksanakan ibadah dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Fungsi Cinta Kasih

Keluarga berfungsi mencipatakan suasana yang penuh kasih saying serta aman
bagi setiap anggota keluarga

3) Fungsi Sosial Budaya

Keluarga berfungsi sebagai tempat untuk membina dan menanamkan nilai-nilai


luhur budaya bangsa serta dalam adat istirahat yang berlaku disekitarnya.

4) Fungasi Perlindungan

Keluarga bermakna sebagai tempat perlindungan bagi seluruh anggota


keluarganya, untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi keluarga.
5) Fungsi Reproduksi

Keluarga merupakan pusat pengatur reproduksi keturunan bagi masyarakat, hal


ini diharapkan untuk melahirkan generasi-generasi yang sehat dan bekualitas

6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Keluarga berfungsi sebagai wadah utama dalam memberikan pendidikan untuk


mencerdaskan dan menjadi bekal bagi anak bangsa.

7) Fungsi Ekonomi

Keluarga digambarkan menjadi tempat pertama untuk membina dan


menanamkan nilai-nilai yang benar tentang keuangan baik untuk memenuhi
kebutuhan hidup maupun dukungan finansial bagi setiap anggota keluarganya.

8) Fungsi Pembinaan Lingkungan

Keluarga berperan dalam mengelola kehidupan lingkungan keluarganya. Juga


untuk tetap memelihara hubungan antar sesame maupun keletarian alam
sekitar.3

2.1.3 Bentuk Keluarga

Bentuk-bentuk keluarga sebagai berikut:

1) Keluarga Tradisional

- Keluarga Inti (nuclear family): terdiri atas bapak, ibu, dan anak-anak

- Keluarga Besar (extended family): keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misal kakek, nenek, paman, bibi.

- Keluarga Dyat (Pasangan inti): terdiri dari suami dan istri saja

- Keluarga Single Parent: satu orang sebagai kepala keluarga, merupakan


konsekuensi dari perceraian atau meninggal dunia

- Keluarga Single Adult: seorang yang berada jauh dari keluarga (pasangan)
untuk sementara waktu
2) Keluarga Non-Tradisional

- The Unmarriedteenage Mother: seorang ibu dan anaknya tanpa pernikahan

- Reconstituded Nuclear: keluarga yang tadinya berpisah, kemudian membentuk


keluarga inti lagi melalui perkawinan kembali

- The Stepparent Family: seorang anak diadopsi oleh sepasang suami istri, baik
yang sudah memiliki anak maupun belum.

- Gay and Lesbian Family: pasangan homoseksual

- Cohabiting Couple: pasangan yang hidup bersama tanpa ikatan pernikahan.4

2.1.4 Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap I Keluarga Baru (beginning family)

Pada tahap ini merupakan pembentukan keluarga dari pasangan yang baru
menikah dan belum mempunyai anak. Dimana seorang laki-laki/perempuan
melepas masa lajang (single) mereka ke hubungan yang baru. Tugas keluarga
saat ini diharapkan dapat dibangun dari perkawinan yang sehat, harmonis, dan
juga pastinya mempersiapkan untuk rencana keluarga menjadi orangtua.

2) Tahap II Tahap Mengasuh Anak (child bearing)

Masa transisi dari pasangan suami-istri menjadi orangtua terjadi di tahap ini.
Hal ini dimulai ketika lahir seorang anak pertama dari suatu keluarga sampai
anak tersebut berusia 30 bulan atau 2,5 tahun. Disini terjadi proses penyesuaian
dari perubahan pasangan keluarga yang juga harus mempertahankan hubungan
yang kondusif dengan tetap menjalankan tugas dan peran dalam masa tumbuh
kembang anak.

3) Tahap III Keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)

Tahap ini dimulai saat anak berusia 2.5 sampai 5 tahun. Pada tahap ini tugas
orangtua adalah memeunhi kebutuhan dasar anak, termasuk untuk prasekolah,
serta mulai mempersiapkan rencana kelahiran selanjutnya
4) Tahap IV Keluarga dengan anak usia sekolah (families with school
children)

Tahap IV dimulai ketika anak memasuki sekolah dasar (6 tahun) dan berakhir
di usia 13 tahun. Pada fase ini, anak harus diperkenalkan dengan lingkungan
sosial dan keluaga harus tetap dapat mempertahankan hubungan yang harmonis
dan menyediakan kebutuhan bagi keluarga.

5) Tahap V Keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

Tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun setelah anak melewati usia 13 tahun.
Tugas keluarga di tahap ini memberikan kebebasan yang bertanggung jawab
pada anak dengan tetap mempertahankan etika dan moral dalam keluarga

6) Tahap VI Keluarga yang melepaskan anak dewasa muda (launching


center families)

Tahap ini dimulai dari anak pertama hingga anak terakhir meninggalkan
rumah. Disini keluarga mendorong anak untuk belajar mandiri, sambal tetap
memperhatikan hubungan keluarganya dan orangtuanya yang mulai lansia

7) Tahap VII Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Pada tahap ini, orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir ketika
keduanya pensiun. Dalam hal ini, hubungan dalam keluarga lebih ditingkatkan
kehangatannya dan tetap menjaga Kesehatan antar keluarga

8) Tahap VIII Keluarga lanjut usia

Tahap ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun hingga keduanya
meninggal. Perkembangan keluarga saat ini adalah mulai menyesuaikan diri
dengan perubahan yang ada seperti masa-masa pensiun atau kehilangan
pasangan, serta tetap mempertahankan hubungan dan ikatan yang baik antar
keluarga.5
2.1.4 Genogram

Genogram merupakan peta skema dari sisilah keluarga pasien yang dapat
membantu pelayan kesehatan mendapatkan informasi tentang nama anggota keluarga,
kualitas hubungan antar anggota keluarga. Genogram juga dapat disebut pohon
keluarga, yang mencatat tetntang siklus kehidupan keluarga, riwayat sakit di dalam
keluarga serta hubungan keluarga. Dalam genogram berisi : nama, umur,status
menikah, riwayat perkawinan, anak-anak, keluarga satu rumah, penyakit-penyakit
spesifik, tahun meninggal, dan pekerjaan. Juga terdapat informasi tentang hubungan
emosional, jarak atau konflik antar anggota keluarga, hubungan penting dengan
profesional yang lain serta informasi-informasi. 6

Pada dasarnya genogram diisi sejak kunjungan pertama anggota keluarga, dan
selalu dilengkapi dan di update setiap ada informasi baru tentang anggota keluarga
pada kunjungan-kunjungan selanjutnya. Setiap kejadian emosional keluarga dapat
mempengaruhi dan melibatkan setidaknya 3 generasi keluarga. Sehingga idealnya,
genogram dibuat minimal untuk 3 generasi. Maka dari itu genogram dapat membantu
dokter untuk :

1. Mengumpulkan informasi dengan cepat tentang data yang tersusun antara


kesehatan fisik dan mental di dalam satu keluarga

2. Menyusun pola multigenerasi dari penyakit

3. Memahami ikatan ganda yang pernah dilakukan orang tua.

Gambar 2.1 Contoh Genogram


Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Pernikahan
: Garis keturunan
X : Meninggal
* : Pasien
: Tinggal serumah
2.2 Determinan Kesehatan Keluarga

Seiring berkembangnya waktu diketahui bahwa ada faktor-faktor penentu yang


mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat diantaranya adalah:

1) Faktor sosial.

Kehidupan sosial manusia memiliki dampak terhadap usia harapan hidup seseorang
ataupun seberapa besar kemungkinan seseorang mengidap suatu penyakit. Ekonomi,
teknologi, tren gaya hidup, edukasi, jenis pekerjaan hingga akses air bersih dan
makanan sehat akan mempengaruhi kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
Commission on Social Determinants of Health (CSDH) yang dibentuk oleh WHO
memiliki 3 rencana kerja utama untuk mengkondisikan keadaan sosial untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Tiga rencana kerja tersebut adalah meningkatkan
kondisi kehidupan sehari-hari, mengatasi ketidakmerataan distribusi sumber daya dan
kuasa serta memahami dan mengukur ketidakmerataannya kesehatan dan
menindaklanjutinya

2) Faktor perilaku.

Perilaku kesehatan adalah upaya individu, kelompok atau organisasi yang


berhubungan dengan berbagai determinan kesehatan dan kebijakan dalam
meningkatkan status kesehatan. Perilaku individu bahkan masyarakat memberikan
pengaruh yang sangat signifikan dalam menentukan status kesehatan. Perilaku
kesehatan dibagi menjadi dua, yakni perilaku simpel yang umumnya berkaitan dengan
penyakit menular dan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit tidak menular.
Contoh perilaku simpel yang dapat menyebabkan penyebaran penyakit menular adalah
hubungan seks bebas dalam kalangan homoseksual, yang menyebabkan penyebaran
infeksi HIV. Gaya hidup yang berpengaruh pada suatu penyakit tidak menular, misal
obesitas, merupakan kumpulan dari berbagai perilaku, seperti gaya hidup sedentari,
diet yang berlebih, aktivitas fisik yang kurang hingga kebiasaan merokok.

3) Faktor lingkungan.

Lingkungan tempat dimana manusia bertempat tinggal atau bekerja memiliki dampak
langsung kepada kesehatannya. Air dan sanitasi merupakan komponen yang vital
dalam kehidupan manusia dan penyebaran infeksi. Sebelum adanya proses sanitasi
yang baik, parasit, protozoa, bakteri dan virus dapat dengan mudah tersebar dan
menginfeksi populasi dalam skala besar. Selain itu air juga dapat menjadi media
dimana zat-zat kimia yang bersifat toksik tersimpan. Diare, tifus, trakoma hingga
malnutrisi merupakan kondisi atau penyakit yang timbul akibat pengelolaan air dan
sanitasi yang buruk. Makanan, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang dalam jangka
panjang. Konsumsi makanan tinggi garam atau gula dan mudahnya mendapatkan
makanan tersebut berkontribusi pada tingginya insidensi obesitas dan hipertensi yang
berujung pada stroke dan gangguan jantung. Paparan bunyi keras, bahan kimia hingga
radiasi dari tempat tinggal dan tempat kerja berpengaruh pada kesehatan pekerja. Isu
pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi juga merupakan faktor yang
berkaitan dengan kematian akibat infeksi sistem pernapasan atau gangguan sistem
kardiovaskuler.

4) Faktor pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan berfungsi untuk mencegah atau memperlambat onset kecacatan


atau kematian, meredakan atau mengendalikan nyeri atau penderitaan dan
menyediakan informasi mengenai diagnosis dan prognosis. Pelayanan kesehatan yang
dimaksud dapat berupa dokter, perawat, bidan ataupun staf administrasi yang bekerja
di rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan primer atau praktek pribadi. Efektivitas
pelayanan kesehatan dapat dinilai dari rendahnya angka kematian ataupun cakupan
imunisasi.7
2.3. APGAR Family

Dalam konteksnya, keluarga memiliki fungsi yang menjadi faktor pendukung bagi
keluarga dalam menyelesaikan suatu masalah kesehatan yang ada. Hal ini salah satu
tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup anggota keluarga. Fungsi keluarga ini
perlu untuk ditinjau dan diukur untuk mengetahui terlaksana tidaknya fungsi suatu
keluarga. Bentuk alat ukur ini sering yaitu APGAR Keluarga (Family APGAR).
Pengukuran ini menilai fungsi keluarga yang dilihat dari bagaimana hubungan antar
keluarga. Dimana APGAR ini terdiri dari aspek Adaptasi (Adaptation), Kemitraan
(Partnership), Pertumbuhan (Growth), Kasih sayang (Affection), dan Kebersamaan
(Resolve).

9) Adaptasi (Adaptation), dalam aspek ini menilai kecakapan keluarga untuk


menggunakan dan membagi sumber daya disetiap anggota keluarga.

10) Aspek Kemitraan (Partnership), dalam aspek ini menilai sikap keluarga dalam
hal saling berbagi satu sama lain, bagaimana antar anggota dapat
berkomunikasi dengan baik untuk bekerja sama dalam pengambilan keputusan
dan memecahkan masalah yang ada.

11) Aspek Pertumbuhan (Growth), dalam aspek ini menilai bagaimana kepuasan
setiap anggota keluarga untuk dapat menyatakan aspirasi, perubahan dan
berkembang dengan leluasa baik secara fisik maupun mental.

12) Aspek Kasih sayang (Affection), dalam aspek ini menilai bagaimana
kenyamanan dan kepuasan anggota keluarga terhadap keintiman hubungan
maupun respon emosional satu sama lain

13) Aspek Kebersamaan (Resolve), dalam aspek ini meninjau dari kualitas waktu
yang digunakan dalam hal kebersamaan maupun materi yang dinikmati dan
dibagi antar anggota.8
Pada poin ini dinilai tingkat kepuasan anggota keluarga saat ada kebersanaan
dalam membagi waktu dan ruang antar keluarga.

Kadang-
No. Pernyataan Sering/Selalu Jarang/tidak
kadang

1 Saya puas bahwa saya


dapat kembali kepada
keluarga saya, bila saya
menghadapi masalah

2 Saya puas dengan cara-


cara keluarga saya
membahas serta
membagi masalah
dengan saya

3 Saya puas bahwa


keluarga saya menerima
dan mendukung saya
melaksanakan kegiatan
dan ataupun arah hidup
yang baru

4 Saya puas dengan cara-


cara keluarga saya
menyatakan kasih saying
dan menanggapi emosi

5 Saya puas dengan cara


keluarga saya dalam
membagi waktu bersama

Setiap jawaban sering / selalu diberi poin 2 ,jawaban kadang-kadang diberi 1,


dan jawaban jarang/tidak diberi 0. Setelah lima pernyataan dinilai, maka akan
tergolong dalam:
 7-10 : keluarga sehat yang artinya setiap anggota keluarga saling mendukung
satu dengan yang lain

 4-6 : keluarga kurang sehat yang artinya hubungan antar keluarga masih perlu
untuk ditingkatkan

 0-3 : keluarga tidak sehat, yang artinya masih sangat memerlukan banyak
perbaikan dan meningkatkan hubungan antar keluarga

2.4 Asuransi Kesehatan

2.4.1 Asuransi

Pengertian Asuransi (insurance) berasal dari assurance yang berarti


jaminan atau perlindungan. Menurut UU No. 40 Tahun 2014, asuransi adalah
suatu perjanjian anatar dua pihak, yaitu antara perusahaan asuransi dan
pemegang polis, dimana ini menjadi acuan bagi penerima premi oleh
perusahaan dengan imbalan untuk :

1. Memberiksan penggantian kepada pihak tertanggung atau pemegang polis


karen kerugian, kerusaha atau khilang yang diterimanya atau

2. Menyediakan pembayaran dengan dasar hidup pihak tertanggung yang


ditetapkan berdasarkan hasil pengelolaan dana.

Secara hukum, asuransi didefinisikan sebagai suatu kesepakatan atau


ikatan antar dua pihak yang terdiri atas pihak penanggung (perusahaan
asuransi) dan tertanggung (individu atau badan usaha). Disini, pihak
penanggung bertanggung jawab terhadap ganti rugi kepada pihak tertanggung.
Sementara pihak tertanggung bertanggung jawab untuk membayar sejumlah
uang yang disebut sebagai premi kepada pihak penanggung sebagai bantuk
imbal jasa atas pengalihan risiko. Unsur dalam asuransi terdiri atas :

 Pengalihan risiko dari pihak tertanggung kepada penangung

 Pihak tertanggung wajib membayar premi


 Pihak penanggung wajib mengganti rugi sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang sudah diatur.9

2.4.2 Asuransi Kesehatan

Pengertian Asuransi dalam UU No. 40 Tahun 2014 tentang


perasuransian, asuransi merupakan perjanjian diantara dua pihak, yaitu
perusahaan asuransi dengan pemegang polis, yang menjadi dasar atau acuan
bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi dengan imbalan untuk :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian yang dideritanya, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan maupun tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin diderita tertaggung/pemegang polis karena terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti tersebut; atau
b. Memberikan pembayaran dengan acuan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidup si tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Dari pengertian tersebut, unsur-unsur dari suatu asuransi adalah:


a. Penanggung : Perusahaan asuransi jiwa yang akan memberikan sejumlah
uang pertanggungan apabila terjadi resiko terhadap tertanggung.
b. Tertanggung : Orang yang diberikan perlindungan asuransi jiwa.
c. Uang Pertanggungan: Sejumlah uang yang dibayarkan penanggung
sebagaimana tercantum dalam Data Polis.
d. Polis : Merupakan dokumen bukti perjanjian antara penanggung dan
tertanggung mengenai asuransi Jiwa. Disitu tercantum Hak dan Kewajiban
Penanggung dan tertanggung.
e. Pemegang Polis : Orang atau Badan Hukum yang mengadakan perjanjian
Asuransi Jiwa dengan penanggung atas jiwa tertanggung seperti yang
tercantum dalam data polis.
f. Premi : Sejumlah uang yang disetujui Pemegang Polis untuk dibayarkan
kepada Penanggung sebagaimana tercantum dalam data polis yang memuat
komponen-komponen biaya-biaya dan Dana Investasi.
g. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan.
h. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin akan terjadi.

Asuransi Kesehatan merupakan suatu asuransi yang memberikan jaminan


kesehatan yang terdiri dari rawat inap, rawat jalan, pengobatan gigi,
penggantian kacamata, serta melahirkan sesuai dengan batasan dan indikasi.
Berikut yang termasuk jaminan utama bagi rawat inap

 Pemakaian dan penggantian biaya pemakaian kamar (opname) serta makanan


selama pihak Tertanggung menjadi pasien rawat inap

 Pelayanan dan penggantian biaya pemakaian ruang bedah, anestesi, radiologi,


pemeriksaan laboratorium, obat, fisioterapi dan ambulans

 Biaya operasi terkait jasa tim dokter bedah termasuk biaya konsultasi setelah
operasi paling lama 14 hari

 Biaya visite dan pemeriksaan dokter

 Pelayanan diagnosa dan perubahan yang diagnosa yang disesuaikan dengan


pemeriksaan radiologi dan laboratorium

 Biaya P3K yang dibeurkan kepada pihak Tertanggung dalamw aktu 24 jam
sejak kejadian.9

Berdasarkan jenis pengelolaannya, asuransi dibagi menjadi dua kelompok yaitu


asuransi sosial dan asuransi komersial.
1) Asuransi Sosial. Jenis asuransi ini dikelola oleh BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) dengan tujuan memberikan suatu tingkat jaminan tertentu
kepada seseorang atau kelompok yang mampu maupun tidak mampu
menyediakan jaminan termaksud bagi dirinya.Menurut UU no. 40 tahun 2004,
asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko
sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.
Asuransi sosial atau jaminan sosial ini pada awalnya merupakan
tanggungjawab BUMN berdasarkan UU no. 2 tahun 1992. Namun
berdasarkan Pasal 5 ayat 1 dan pasal 52 UU no. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional, harus dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
dengan Undang-Undang yang merupakan transformasi keempat Badan Usaha
Milik Negara (JAMSOSTEK, TASPEN, ASABRI dan ASKES) untuk
mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh
rakyat Indonesia. Berdasarkan hal tersebut jaminan sosial nasional kini
dikelola oleh Badan Penyelengara Jaminanl Sosial (BPJS) berdasarkan UU
no. 24 tahun 2011.
2) Asuransi Komersial
Asuransi Komersial berbasis kepada kepesertaan kepesertaan sukarela dan
biasanya dikelola oleh badan usaha swasta yang bertujuan untuk mencari
keuntungan (profisable business). Pada asuransi komersial, pihak asuransi
bertindak sebagai pedagang yang menawarkan paket asuransi kepada
masyarakat sebagai calon pembeli. Jika paket yang ditawarkan sesuai dengan
apa yang diperlukan masyarakat, maka paket tersebut akan dibeli dalam
jumlah besar sehingga pihak pedagang akan memperoleh laba yang besar
pula. Namun sebaliknya, jika paket tersebut tidak diminati masyarakat, maka
dengan sendirinya tidak akan laku dan nantinya akan menyebabkan kerugian
bagi pihak asuransi/pedagang. Inilah yang membedakan sistem asuransi
komersial dengan sistem asuransi sosial yang berbasis regulasi. Asuransi
komersial merespon demand (permintaan) masyarakat, sedangkan asuransi
sosial merespon need (kebutuhan) masyarakat. Tujuan utama dari
penyelenggaraan asuransi komersial ini adalah untuk memenuhi perorangan
yang berbeda-beda.

2.4.3 Manfaat Asuransi

1) Menjadi perlindungan dan keamanan terhadap polis asuransi, dimana


agar pihak tertanggung terhindar dari risiko kerugian di kemudian hari

2) Mendistribusikan biaya dan manfaat yang adil

3) Menurunkan konsekuensi dalam hal memberikan kepastian terhadap


kerugian akibat finansial.

4) Menjadi sarana menabung yang memiliki nilai tunai seperti asuransi


whole life atau endowment.
5) Alat ukur pengalihan dan penyebaran risiko kemungkinan kerugian
serta ikut serta meningkatkan kegiatan usaha tertanggung

6) Membuat hidup lebih tenang karena kepastian segala risiko sudah


ditanggung, tersedianya jaminan kredit yang dapat digunakan sebagai
asuransi jiwa dan efektif.9

2.4.4 Prinsip-prinsip Asuransi

Tujuan adanya prinsip dalam asuransi untuk mencegah terjadinya


penyimpangan dalam asuransi. Prinsip asuransi bersifat mutlak dan terikat.

Gambar 2.3 Prinsip Asuransi umum dan Jiwa

2.5 BPJS (Badan Penyedia Jaminan Sosial)

BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara


jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk
badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.12

BPJS dibagi menjadi 2 yaitu BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan

2.5.1 BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk


menyelenggarakan program jaminan kesehatan.12,13 Pada awalnya lembaga
jaminan sosial yang ada di Indonesia adalah lembaga asuransi jaminan
kesehatan PT Askes Indonesia yang kemudian menjadi BPJS Kesehatan. Pada
awal 2013, PT Askes Menjadi BPJS Kesehatan. BPJS diharapkan mampu
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat lebih baik lagi dari
sebelumnya.14
2.5.2 BPJS Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS
Ketenagakerjaan) adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada
Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Pada 1 Januari 2014,
Pemerintah mengubah PT Jamsostek (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan
atas perintah UU BPJS.12

2.5.3 Tugas dan wewenang BPJS

1. Tugas 12
Dalam melaksanakan fungsinya, BPJS bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan
sosial kepada peserta dan masyarakat.
2. Wewenang 12
Dalam melaksanakan tugasnya BPJS berwenang:
a. Menagih pembayaran iuran
b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan
jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,
kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar
pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang
ditetapkan oleh Pemerintah
e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai
ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan
program jaminan sosial.
2.5.4 Hak dan kewajiban BPJS
1. Hak BPJS 12
UU BPJS menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya,
BPJS berhak:
a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang
bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program
jaminan sosial dari DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional)
2. Kewajiban BPJS 12
UU BPJS menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, BPJS
berkewajiban untuk:
a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta. Yang dimaksud
dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara
khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib
administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas
tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial
b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk sebesar-
besarnya kepentingan peserta
c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik
mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil
pengembangannya. Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan
BPJS mencakup informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas,
penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/
atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran BPJS
d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan UU SJSN
e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban
untuk mengikuti ketentuan yang berlaku
f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk
mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban
g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari Tua
(JHT) dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun
i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang
lazim dan berlaku umum
j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
dalam penyelenggaraan jaminan sosial
k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan
secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
l. Kewajiban-kewajiban BPJS tersebut berkaitan dengan tata kelola BPJS
sebagai badan hukum publik.
2.5.5 Kepesertaan BPJS
Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah. Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayar iuran, meliputi : 15

1. Penerima Bantuan Iuran (PBI)


Adalah fakir miskin dan orang tidak mampu yang termasuk dalam
daftar penerima bantuan iuran BPJS. Merujuk pada Peraturan Pemerintah
nomor 101 tahun 2012, fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak
mempunyai sumber pencaharian atau memiliki sumber pencaharian namun
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak bagi dirinya dan
keluarganya. Sedangkan orang tidak mampu adalah orang yang memiliki
sumber mata pencaharian, gaji, atau upah dan hanya mampu memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak, namun tidak mampu membayar iuran
BPJS.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Pegawai Negeri
Sipil, Anggota TNI, Anggota POLRI, Pejabat Negara, Pegawai
Pemerintah non Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan Pekerja yang
tidak termasuk diatas yang menerima upah.
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Pekerja
diluar hubungan kerja atau pekrja mandiri dan pekerja yang tidak
termasuk diatas yang bukan penerima upah.
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya, yaitu Investor, Pemberi kerja,
penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, Janda/duda/anak
yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan dan bukan pekerja
yang tidak termasuk yang mampu membayar iuran.
3. Ketentuan premi
Berdasarkan Perpres RI Nomor 12 Tahun 2013, berikut ini adalah beberapa
ketentuan mengenai premi atau iuran jaminan kesehatan :15
1. Bagi peserta penerima Bantuan iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Iuran
dibayar oleh pemerintah.
2. Iuran bagi peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada lembaga
pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri,
pejabat negara, dan pegawai pemerintahan non pegawai negeri sebesar 5%
dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan : 3% dibayar oeleh pemberi
kerja dan 2% dibayar oleh peserta.
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD,
dan swasta sebesar 4,5% dari gaji atau upah per bulan dengan ketentuan :
4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% dibayar oleh peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari
anak ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua, besaran iuran sebesar 1%
dari gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja Penerima
Upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja Penerima Upah (seperti saudara
kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll), peserta pekerja penerima upah
serta iuran bukan pekerja adalah sebesar :
a. Sebesar Rp 25.500,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan kelas III.
b. Sebesar Rp 51.000,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanandi
ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp 80.000,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di
ruang perawatan Kelas I.
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda,
duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan, iurannya
ditetapkan sebagai 5% dari 45% gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III/a dengan masa kerja 14 tahun per bulan, dibayar oleh pemerintah.
4. Tarif pelayanan di fasilitas kesehatan
1. Pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama:
a. Tarif kapitasi
Merupakan besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh
BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis
dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Tabel 2.1 Tarif kapitasi
NO PUSKESMAS TARIF (Rp)
1 Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan yang 3.000 - 6.000
setara
2 RS. Pratama, Klinik Pratama, Praktek 8.000 - 10.000
Dokter, atau Fasilitas Kesehatan yang
setara (swasta)
3 Praktik Dokter Gigi di luar Fasilitas 2.000
Kesehatan A1 atau B1

b. Tarif non kapitasi


Merupakan besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan. Hal ini termasuk rawat inap tingkat
pertama dan pelayanan kebidanan dan neonatal.
NO Jenis Pelayanan TARIF (Rp)
1 Paket Rawat Inap per hari untuk Fasilitas 100.000
Kesehatan berupa Puskesmas dengan
perawatan, Rumah Sakit Kelas D Pratama,
dan Klinik Pratama
2 Pemeriksaan ANC 25.000
3 Persalinan pervaginam normal 600.000
4 Penanganan perdarahan paska keguguran, 750.000
persalinan pervaginam dengan tindakan
emergensi dasar
5 Pemeriksaan PNC/neonates 25.000
6 Pelayanan tindakan paska persalinan (mis. 175.000
placenta manual)
7 Pelayanan pra rujukan pada komplikasi 125.000
kebidanan dan neonatal
8 Pelayanan KB pemasangan:
- IUD/Implant 100.000
- Suntik 15.000
9 Penanganan komplikasi KB paska 125.000
persalinan

2. INA-CBG (Indonesian - Case Based Groups)


Merupakan besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepada pengelompokan diagnosis penyakit. Tarif INA-CBG’s meliputi :
a. Tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A,
kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 1
b. Tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A,
kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 2
c. Tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A,
kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 3
d. Tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A,
kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 4
e. Tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit kelas A,
kelas B, kelas C dan kelas D dalam regional 5
f. Tarif pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit umum
rujukan nasional

2.6 PHBS dan PIS-PK

2.6.1 Indikator PHBS

1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan terdiri dari dokter, bidan, dan tenaga paramedis lainnya. Hal
ini agar mencegah masyarakat awam masih menggunakan tenaga non medis
seperti dukun bayi (paraji) untuk membantu persalinan, hal ini yang
dikhawatirkan memberikan dampak dan risiko baik kepada Ibu maupun bayi.

2) Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif

ASI eksklusif disini yaitu pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman lain, sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan

3) Menimbang anak sampai usia 6 tahun setiap bulan

Pemeriksaan ini dilakukan di Posyandu mulai usia 1 sampai 5 taun dengan


tujuan melihat pertumbuhan balita setiap bulan dan disimpan hasilnya pada
buku KMS (Kartu Menuju Sehat)

4) Penggunaan Air Bersih

Memakai air bersih baik untuk memasak, mandi dan kebutuhna air minum

5) Mencuci Tangan Memakai Sabun dengan Benar (CTPS)


Mencuci tangan memakai sabun dibawah air mengalir sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas seperti makan, buang air besar, menyusui dan sebagainya.

6) Mengggunakan Jamban yang Sehat

Syarat jamban yang dikatakan sehat yaitu jika tidak berbau, tidak ada binatang
seperti serangga atau tikus, tidak mencemari sumber air minum dan tanah
sekitar, mudah dibersihkan, adanya ventilasi dan penerangan yang cukup serta
tersedia alat pembersih yang memadai.

7) Memberantas Jentik Nyamuk sekali seminggu

Melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) secara rutin. Hal ini meliputi
memeriksan tempat perkembangan nyamuk seperti bak mandi, WC, vas bunga,
talang air dll. Juga perlu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M, Menguras, Mengubur, dan Menutup.

8) Mengkonsumsi Makanan yang Sehat dan Bergizi

Mengkonsumsi jenis makan yang mengandung banyak vitamin, serat, mineral


yang bermanfaat bagi kesehatan.

9) Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari

Melakukan kegiatan yang memelihara kesehatan baik fiisk maupun mental,


seperti jalan kaki, jogging, berkebun dan lain-lain.

10) Tidak Merokok

Tidak merokok juga berarti menghindari asap rokok yang mencamari kualitas
udara. 11

2.6.2 Gambaran PHBS

Berikut jenis-jenis perilaku hidup sehat yang perlu dipahami dan dipraktikkan :

11) Mandi 2x sehari

12) Mencuci Rambut 2x seminggu

13) Membershikan hidung


14) Menggosok gigi minimal 2x sehari

15) Menjaga Kesehatan Mata

16) Mencuci Tangan dengan sabun di air yang mengalir

17) Menggunakan alas kaki

18) Menjaga kebersihan pakaian

19) Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang. 11

2.7 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)

Program Indonesia Sehat menjadi salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa
Cita, yaitu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Program ini tentunya didukung dengan program lainnya, dimana Program Indonesia
Sehat menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang direncanakan tercapai
melalui Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 melalui Keputusan Mentri
Kesehatan R.I Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran Program Indonesia Sehat
terdiri dari :

1) Meningkatkan status kesehatan dan gizi untuk Ibu dan anak

2) Mengendalikan penyakit

3) Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan

4) Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan melalaui Kartu Indonesia


Sehat dan Kualitas SJSN kesehatan

5) Tersedianya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin

6) Meningkatkan respon dalam sistem kesehatan

3 pilar Program Indonesia Sehat terdiri atas :

1) Penerapan paradigma sehat, yang diterapkan dalam pembangunan, upaya


promotif dan preventif dan pemberdayaan masyarakat.
2) Penguatan pelayanan kesehatan, dilakukan dengan meningkatkan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan meningkatkan
pendekatan continuum of care dan intervensi risiko kesehatan.

3) Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN), dilakukan dengan pelruasan


sasaran dan benefit serta pengendalian mutu dan biaya.12

2.7.1 Konsep Pendekatan Keluarga

Pendekatan keluarga merupakan salah satu cara puskesmas untuk


meningkatkan pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan cara mendatangi
keluarga demi keluarga. Kegiatan ini dilakukan secara terjadwal dan rutin serta
mengendalikan data dari Profil Kesehatan Keluarga (family folder). Pendekatan
keluarga ini terdiri atas kegiatan-kegiatan berikut :

1) Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan


Keluarga

2) Kunjungan keluarga sebagai promosi kesehatan dalam promotive dan preventif

3) Kunjungan keluarga untuk melanjutkan akses pelayanan kesehatan

4) Pemanfaatan data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.

Tujuan dari adanya Pendekatan Keluarga adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang komprehensif

2) Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimum baik ditingkat


Kabupaten/kota dan Provinsi

3) Mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN)

4) Mendukung terlaksananya tujuan PIS dalam Rencana Strategis Kementerian


Kesehatan tahun 2015-2019.

2.7.2 Indikator Keluarga Sehat

Keberhasilan program ini tentunya memerlukan pemahaman dan komitmen


yang sungguh-sungguh, sistematis dan terencana dari seluruh petugas
puskesmas. Kesamaan pemahaman dan komitmen yang kuat akan
menghasilkan tercapainya target area prioritas/sasaran dari program ini.
Komitmen untuk bekerja di dalam dan di luar gedung puskesmas tentu juga
perlu didukung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota sebagai
induk dari puskesmas. Salah satu bentuk dukungan dari Dinkes adalah
melalui alokasi anggaran berupa dana operasional puskesmas. Walaupun
puskesmas sudah memiliki dana kapitasi dari BPJS Kesehatan yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan program ini, dukungan alokasi anggaran dari
Dinkes tentu juga diharapkan tetap didapatkan. Terlebih kegiatan kunjungan
rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari petugas puskesmas.
Kunjungan rumah yang dilakukan harus mempertimbangkan jumlah petugas
puskesmas, jumlah keluarga di wilayah kerja puskesmas, kondisi geografis
dan juga pendanaan. Kunjungan rumah yang dilakukan juga dapat menjadi
sarana penyampaian pesan-pesan kesehatan kepada individu-individu dalam
keluarga. Maka petugas dapat memberikan leaflet/flyer tentang keluarga
berencana, pemeriksaan kehamilan, asi eksklusif, imunisasi, gizi seimbang,
pencegahan penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular, bahaya
merokok, cara mencuci tangan yang baik, jaminan kesehatan nasional dan
lain-lain. Profil kesehatan keluarga (prokesga) yang dibawa pada saat
kunjungan rumah mengacu pada indikator keluarga sehat yang telah
ditetapkan Kementerian Kesehatan RI. Setiap keluarga tentu akan
menghasilkan intervensi kesehatan yang berbeda dengan keluarga lain.
Perbedaan ini akan dapat dibaca sebagai hasil yang akurat dengan adanya
keseragaman indikator. Sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah
tercapainya area prioritas/sasaran dari program ini.
Berikut tabel Indikator keluarga sehat

No Indikator Keluarga Sehat Keterangan


1 Keluarga mengikuti program KB
2 Ibu hamil memeriksa kehamilannya
3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4 Pemberian ASI Eksklusif 0 - 6 bulan
5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan
6 Penderita TB paru berobat sesuai standar
7 Penderita hipertensi berobat secara teratur
8 Gangguan jiwa berat tidak ditelentarkan
9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok
10 Keluarga memiliki atau memakai air bersih
11 Keluarga memiliki atau memakai jamban sehat
12 Sekeluarga menjadi anggota JKN / Askes
Dalam Program Indonesia Sehat sendiri terdapat 12 indikator untuk
menilai status kesehatan suatu keluarga dengan tiga kategori, yaitu :

 Tidak sehat < 0,5


 Pra sehat 0,5 – 0,8
 Sehat > 0,8.

2.8 Protokol COVID-19

1) Melaksanakan Kegiatan Berskala Besar Wajib menerapkan Protokol kesehatan


meliputi :

- Menggunakan masker kain 3 lapis atau masker medis yang menutup


hidung, mulut dan dagu

- Mengganti masker secara setiap empat jam, dan membuang ditemoat yang
tepat

- Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun

- Menggunakna Hand sanitizer, sebelum dan sesudah mneyentuh benda atau


orang

- Menjaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang lain dan menghindari
kerumunan

- Menggunakan aplikasi peduli lindungi selama melakukan aktivitas

2) Pelaku Kegiatan Berskala Besar masuk ke kawasan kegiatan melalui perjalanan


domestik, Pelaku Kegiatan Berskala Besar wajib mengikuti protokol kesehatan
dan ketentuan persyaratan perjalanan dalam negeri.
3) Pelaku Kegiatan Berskala Besar masuk ke kawasan kegiatan melalui perjalanan
luar negeri, Pelaku Kegiatan Berskala Besar wajib mengikuti protokol
kesehatan dan ketentuan persyaratan perjalanan luar negeri

4) Anak dengan usia di bawah 6 (enam) tahun dan orang yang tidak dapat
menerima vaksin karena kondisi kesehatan khusus atau penyakit komorbid
disarankan untuk tidak mengikuti Kegiatan Berskala Besar

5) Sebelum memasuki kawasan kegiatan, seluruh Pelaku Kegiatan Berskala Besar


wajib memenuhi ketentuan/persyaratan sebagai berikut:

a. Menggunakan aplikasi PeduliLindungi dan memindai QR Code


PeduliLindungi saat berada di pintu masuk yang ditujukan untuk memeriksa
status vaksinasi dan kapasitas kawasan kegiatan

b. Menunjukkan kartu atau sertifikat (fisik maupun digital) telah menerima


vaksin COVID-19 dosis kedua atau ketiga

c. Menunjukkan bukti dokumen resmi keterlibatan dalam rangkaian kegiatan

d. Menjalani mekanisme skrining kesehatan

6) Selama berada di kawasan kegiatan, seluruh Pelaku Kegiatan Berskala Besar


wajib memenuhi ketentuan/persyaratan sebagai berikut:

a. Menjalani protokol kesehatan secara ketat

b. Melaporkan kepada Petugas Kesehatan dalam kawasan kegiatan atau


fasilitas kesehatan setempat ketika mengalami gejala yang berkaitan dengan
COVID-19 untuk dilakukan pemeriksaan COVID-19 dengan pemeriksaan
rapid test antigen

c. Mematuhi mekanisme pelacakan kontak erat, isolasi dan karantina yang


berlaku di Indonesia

7) Memastikan penerapan protokol kesehatan, pelaksana atau penyelenggara


Kegiatan Berskala Besar wajib mengikuti ketentuan/persyaratan sebagai
berikut:
a. Membuat media komunikasi, informasi, dan edukasi serta melakukan
sosialisasi secara masif terkait penerapan protokol kesehatan

b. Memenuhi ketentuan/persyaratan kapasitas berdasarkan jenis kegiatan dan


level PPKM Kabupaten/Kota

c. Mengerahkan sumber daya manusia sebagai petugas pengawas protokol


kesehatan.

8) Fasilitas atau sarana prasarana yang digunakan dalam Kegiatan Berskala Besar
harus memenuhi ketentuan/persyaratan.

9) Pelaksanaan Kegiatan Berskala Besar wajib mendapatkan rekomendasi dari


Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nasional.

10) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada angka 10 didasarkan pada hasil


pemeriksaan secara langsung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah,
Dinas Kesehatan, dan Kepolisian Daerah.

11) Pelaku Kegiatan Berskala Besar wajib mengikuti protokol kesehatan dan
persyaratan pelaku perjalanan luar negeri persyaratan perjalanan domestik yang
berlaku di daerah/wilayah tujuan.

12) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menyelenggarakan fungsi


terkait dengan pelaksanaan Kegiatan Berskala Besar.13

2.9 Rumah Sehat

Menurut Kementerian Kesehatan, standar Rumah Sehat berdasarkan kriteria


berikut ini :

 Standar Kesehatan Lingkungan

a. Lokasi, yaitu rumah tidak terletak di daerah yang rawan bencana alam,
bekas pembuangan sampah, bekas tambang, rawan kecelakaan, dan
jalur pendaratan penerbangan

b. Kualitas udara, kebisingan dan tanah. Lingkungan harus bebas dari gas
beracun baik alami maupun buatan. Pmeter kualitas udara berikut ini :
 Tingkat kebisingan maksimal 45-55 dbA.

 Tidak mengandung gas H2S dan NH3.

 Kandungan partikel debu 10 μg tidak melebihi 150 μg/m3.

 Kandungan gas SO2 tidak melebihi 0.10 ppm.

 Debu terendap tidak melebihi 350 mm3/m2 per hari.

 Tingkat getaran maksimal 10 mm/detik

c. Kualitas tanah. Dalam hal ini harus memenuhi syarat peraturan yang
belaku, yang terdiri atas syarat fisik, kimiawi, dan mikrobiologi

d. Sarana & Prasarana Lingkungan

 Taman bermain anak & sarana rekreasi yang aman.

 Sarana drainase yang bersih dan tidak malah menjadi sarang


penyakit.

 Sarana jalan yang aman,

 Sumber air bersih yang cukup sepanjang waktu.

 Fasilitas pengelolaan limbah rumah tangga dan pengelolaan


pembuangan sampah.

 Akses terhadap sarana pelayanan umum dan sosial

 Instalasi listrik yang aman.

e. Binatang penular penyakit, seperti jentik nyamuk dan lalat

f. Penghijauan, rumah berfungsi sebagai pelindung, pemberi kesejukan,


dan keindahan.

 Standar Bangunan Rumah

a. Bahan bangunan. Rumah dipastikan tidak memiliki bahan bangunan


seperti :

 Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3.


 Asbes bebas tidak lebih dari 0.5 fiber/m3/4 jam.

 Timah hitam tidak lebih dari 300 mg/kg.

b. Komponen & Penataan Ruang, harus memenuhi syarat fisik dan biologi
berikut ini :

 Lantai kedap air, mudah dibersihkan.

 Dinding ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi ventilasi


untuk sirkulasi udara

 Langit-langit mudah dibersihkan

 Bumbungan rumah dengan tinggi di atas 10 m

 Komposisi ruangan harus terdiri dari ruang tamu, ruang


keluarga, ruang makan, ruang idur, ruang dapur, ruang mandi,
dan ruang bermain anak.

 Ruang dapur harus dilengkapi saranan pembuangan asap.

c. Ventilasi, terdapat minimal 10% ventilasi alami dari luas lantai

d. Binatang Penular penyakit, seperti saranng tikus

e. Air, tersedia minimal 60 liter/hari/orang

f. Penyimpanan makanan yang aman

g. Limbah yang tidak boleh mecemari air, tanah dan bau

h. Kepadatan penghuni rumah, minimal 8 m2 dan maksimal 2 orang tidur


dalam satu ruang (kecuali anak dibawah 5 tahun).14

2.10 Penanggulangan Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
Penanggulangan TB adalah segala upaya kesehatan yang mengutamakan aspek
promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang
ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan,
kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat TB. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan (PMK) nomor 67 tentang penanggulangan tuberkolosis, target
program TB yaitu untuk eliminasi TB pada tahun 2035 dan Indonesia bebas TB
tahun 2050. Dalam mencapat target tersebut, strategi nasional disusun setiap 5
tahun dan ditetapkan oleh menteri. Strategi nasional penanggulangan TB yaitu :
1. Penguatan kepemimpinan program TB
2. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu
3. Pengendalian faktor risiko TB
4. Peningkatan kemitraan TB
5. Peningkatan kemandirian masyarakat dalamnPenanggulangan TB
6. Penguatan manajemen program TB.

Penanggulangan TB diselenggarakan melalui kegiatan :

1. Promosi kesehatan;
2. Surveilans TB
3. Pengendalian faktor risiko
4. Penemuan dan penanganan kasus TB
5. Pemberian kekebalan
6. Pemberian obat pencegahan

Pengendalian faktor resiko TB dilakukan dengan cara :

1. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat


2. Membudayakan perilaku etika berbatuk
3. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya
sesuai dengan standar rumah sehat
4. Peningkatan daya tahan tubuh
5. Penanganan penyakit penyerta tb
6. Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi tb di fasilitas pelayanan
kesehatan, dan di luar fasilitas pelayanan kesehatan
2.11 Penanggulangan Demam Berdarah Dangue

DBD atau demam berdarah dengue adalah penyakit tropis yang disebabkan
oleh virus Dengue yang dibawa dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD
sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Faktor yang mempengaruhi yaitu
rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, banyaknya populasi nyamuk
akibat banyak tempat untuk nyamuk bereproduksi yang biasanya terjadi pada
musim hujan yang dimana banyak genangan dan tampungan air. Dalam rangka
mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus DBD, Kementerian Kesehatan telah
menghimbau melalui surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor
PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018 perihal Kesiapsiagaan
Peningkatan Kasus DBD yang himbauannya untuk :
1. Meningkatkan upaya penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) melalui kegiatan menguras, menutup dan memanfaatkan kembali
barang bekas, plus mencegah gigitan nyamuk (3M plus), dengan cara
mengimplementasikan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J).
2. Memeningkatkan surveilans kasus dan surveilans faktor risiko terhadap kejadian
demam berdarah dengue, diantaranya melalui kegiatan Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) dan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
3. Mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional penanggulangan DBD
(Pokjanal DBD) pada berbagai tingkatan RT/RW, desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi.
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya pencegahan dan pengendalian DBD, meliputi
peningkatan kapasitas SDM, biaya serta bahan dan peralatan.
5. Menerbitkan Surat Edaran Gubernur kepada Bupati/Walikota dalam rangka
kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
Disamping itu, Kementerian Kesehatan juga telah mengupayakan :
1)Melalui surat edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
nomor PV.02.01/4/87/2019 tanggal 11 Januari 2019 kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi seluruh Indonesia untuk ikut mendukung dan menggerakan
pelaksanaan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus di wilayahnya
serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada untuk upaya antisipasi dan
penanggulangan KLB DBD.
2)Sosialisasi kepada masyarakat untuk melaksanakan kegiatan PSN 3M Plus
melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
3)Dukungan Tim Terpadu kementerian Kesehatan dalam asistensi upaya
penanggulangan KLB di beberapa daerah
4)Mendistribusikan dukungan bahan dan alat pengendalian vektor keseluruh
provinsi berupa insektisida, larvasida, Jumantik Kit, Mesin fogging, dan media
KIE.

Pencegahan yang efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan pemberantasan
sarang
nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yaitu :
1) Menguras : membersihkan tempat penampungan air seperti bak mandi ember
air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dsb.
2) Menutup : menutup tempat penampungan air dengan rapat seperti drum, kendi,
toren air, dsb.
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam
Berdarah
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan
lainnya seperti:
1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan,
misalnya water toren, gentong/tempayan penampung air hujan, dll.
2. Menggunakan kelambu saat tidur,
3. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
4. Menanam tanaman pengusir nyamuk,
5. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi
tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain. Menggunakan anti nyamuk semprot maupun
oles bila diperlukan.12

2.12 Porsi Piring

Dalam perkembangan ilmu giz, slogan 4 Sehat 5 Sempurna saat ini kurang
tepat untuk mengambarkan keseimbangan gizi saat ini. Istilah "Isi Piringku" pada
umumnya menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang
terdiri dari 50 persen buah dan sayur, dan 50 persen sisanya terdiri atas karbohidrat
dan protein. Istilah ini juga digunkan dengan tujuan menekankan untuk membatasi
gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari. Untuk itu istilah "4 Sehat 5
Sempurna" saat inin berubah menjadi pedoman gizi seimbang yang terdiri dari 10
pesan tentang menjaga gizi. Dari 10 pesan tersebut, dikelompokkan lagi menjadi
empat pesan pokok yakni pola makan gizi seimbang, minum air putih yang cukup,
aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, dan mengukur tinggi dan berat badan yang
sesuai untuk mengetahui kondisi tubuh. Kemudian, hal yang tidak kalah penting tidak
lupa untuk cuci tangan sebelum makan, aktivitas fisik yang cukup, minum air putih
cukup, dan memantau tinggi badan dan berat badan demi tercapainya kesehatan gizi
yang sehat dan seimbang. Pola makan adalah pilar utama yang mempengaruhi keadaan
gizi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas gizi, sehingga akan berdampak pada kesehatan seseorang dan orang
sekitar. Sehingga gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan serta
perkembangan fisik. Maka dari itu pola makan masyarakat perlu diarahkan ke gizi
yang seimbang dan makanan yang beragam didalam satu porsi piring.

2.12.1 Pengertian

1) Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah sekelompok pangan setiap hari yang memiliki
kandungan zat gizi dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh, dimana seseorang harus tetap memperhatikan prinsip pangan yang
beragam, aktivitas fisik, memantau dan mempertahankan berat badan
normal, guna mencegah terjadinya masalah gizi.
2) Pangan
Pangan ialah segala sesuatu yang berasal dari sumber air dan hayati, sesuatu
yang diolah maupun yang tidak diolah yang dapat dikonsumsi manusia.
3) Makanan Beragam
Berbagai jenis makanan yang dikonsumsi kelompok pangan (makanan
pokok, lauk pauk, sayur dan buah). Berbagai contoh kelompok pangan :
 Makanan pokok : Beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung, talas,
sagu, sukun
 Lauk Pauk sumber protein : Ikan, telur, unggas, daging, susu dan
kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu dan tempe)
 Sayuran : Sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya seperti ketimun,
selada, brokoli, kangkung, bayam merah, daun katuk dan daun melinjo.
 Buah : Alpokat, anggur, pisang, jeruk, kurma dan lainnya. Pada
dasarnya semua buah baik dikonsumsi.

2.12.2 Empat Pilar Gizi Seimbang

Gizi seimbang memiliki empat pilar dimana hal ini adalah rangkaian
usaha untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang masuk dan zat gizi yang
masuk dengan cara mempertahankan / memantau berat badan secara teratur.
Empat pilar yang dimaksud ialah

1. Mengkonsumsi anekaragam pangan


2. Melakukan perilaku hidup bersih
3. Melakukan aktivitas fisik
4. Mempertahankan / memantau berat badan secara teratur
Diatas terdapat Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada tingkat yang berurutan dari
bawah ke atas, dimana semakin ke atas semakin kecil. Empat tingkat ini
memiliki arti gizi seimbang didasarkan pada prinsip empat pilar yaitu
konsumsi beranekaragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri, dan
pemantaun/mempertahankan berat badan normal. Semakin ke atas ukuran
tumpeng semakin kecil, hal ini memiliki arti pangan pada lapis paling atas
yaitu gula, garam dan lemak yang hanya dibutuhkan sedikit sekali atau perlu
dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi setiap
kelompok pangan yang dianjurkan. Misalnya pada kelompok sayuran tertulis
3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi oleh remaja atau
dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari dan seterusnya.

2.12.3 Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok

1) Gizi seimbang ibu hamil dan menyusui


Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan
orang dewasa pada umumnya, hal ini dikarnakan selain ibu zat gizi dari
mkanan yang dikonsumsi ibu akan disalurkan lagi kepada janin.

2) Gizi seimbang anak


- Bayi usia 0-6 bulan : ASI eksklusif
- Bayi usia 6-24 bulan : ASI + MP-ASI (karbohidrat, protein nabati dan
hewani)
- Anak usia 2-6 Tahun membutuhkan kecukupan energi 1350-1400 kkal
3) Gizi seimbang remaja
- Anak remaja putra membutuhkan kecukupan energi sebesar 2000-2650
kkal
- Anak remaja putri membutuhkan kecukupan energy 1900-2100
4) Gizi seimbang orang dewasa
- Laki-laki membutuhkan kecukupan energi sebesar 2650 kkal
- Perempuan membutuhkan kecukupan energi sebesar 2250 kkal
Kebutuhan energy karbohidrat 50-60%, protein 10-20%, lemak 20-30%,
konsumsi gula hanya 5%.
5) Gizi seimbang orang tua
- Membiasakan mengkonsumsi makanan sumber kalsium seperti ikan
dan susu
- Membiasakan mengkonsumsi makanan berserat
- Minumlah air putih secukupnya, hal ini disebabkan system hidrasi pada
usia lanjut sudah menurun.
- Tetap melakukan aktivitas fisik
- Membatasi konsumsi gula,garam dan lemak. 16
Gambar 2.4 Isi Piringku
BAB III

PENILAIAN KELUARGA

3.1 Identitas Keluarga

3.1.1 Identitas Secara Umum

Keluarga ini merupakan keluarga Bapak Faryono yang tinggal di Jalan Purwo,
Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli Serdang dimana keluarga ini termasuk Tahap
VII yaitu Tahap Keluarga lanjut usia. Pada tahap ini perkembangan keluarga mulai
menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada seperti masa-masa pensiun atau
kehilangan pasangan, serta tetap mempertahankan hubungan dan ikatan yang baik
antar keluarga

3.1.2 Identitas Anggota Keluarga

Tabel 3.1 Keluarga Bapak Saryono

Identitas Anggota Keluarga : Kepala Keluarga

Nama Fariyono

Umur 63 tahun

Alamat Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli


Serdang

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan Pensiunan

Status Menikah

Penghasilan Rp 1.000.000

Identitas Anggota Keluarga : Istri

Nama Misyati
Umur 53 tahun

Alamat Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli


Serdang

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

Status Menikah

Penghasilan Tidak ada

Identitas Anggota Keluarga : Anak

Nama Muhammad Rendi

Umur 15 tahun

Alamat Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan Deli


Serdang

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan -

Status Lajang

Penghasilan -

3.1.2 Karakteristik Keluarga

Tabel 3.2 Karakteristik Keluarga Bapak Saryono

Jenis Umur
No. Nama Status Pendidikan Pekerjaan
Kelamin (Tahun)
1. Fariyono Kepala Laki-laki 63 SD Pensiunan
Keluarga

2. Misyati Istri Perempuan 53 SD IRT

3. M. Rendi Anak Laki-lai 15 SD -

3.2 Status Kesehatan Keluarga

Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan kedua ke rumah keluarga binaan (Kamis,
8 Desember 2022)

Tabel 3.3 Data Status Kesehatan Keluarga Bapak Faryono

Aspek Pemeriksaan Faryono Misyati M. Rendi

Berat Badan 67 kg 37,5 kg 46

Tinggi Badan 157 cm 147 cm 152

Tekanan Darah 130/80 mmHg 100/70 mmHg 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi 86x/i 78x/i 80x/i

Frekuensi Pernafasan 24x/i 20x/i 21x/i

IMT 27,18 17,35 19,90


(Pre Obesitas) (Gizi Kurang) (Normal)

3.3. Status Perilaku Keluarga Binaan

Tabel 3.4 Stastus Prilaku Keluarga Faryono

No. Profil Keterangan

1. Makanan  Anggota keluarga sering mengkonsumsi


nasi, tahu, tempe, dan jarang mengkonsumsi
ikan apalagi daging

 Sayur selalu ada

2. Kebiasaan merokok Faryono mengkonsumsi rokok sejak lajang

3. Kebiasaan alkohol Tidak ada anggota keluarga yang mengonsumsi


minuman beralkohol

4. Pemakaian obat dan jamu- Tidak ada anggota keluarga yang mengonsumsi
jamuan obat dan jamu-jamuan

5. Kebiasaan olahraga Tidak ada anggota keluarga yang berolahraga


secara teratur

Tabel 3.5 Status Kesehatan dan Kejadian darurat keluarga Bapak Faryono

No. Profil Keterangan

1. Penyakit/kejadian darurat yang diderita Ulkus Peptikum


anggota keluarga

2. Penderita Faryono

3. Pengobatan

a. Tempat dan tenaga medis Rumah Sakit Swasta

b. Jenis obat-obatan Pengobatan rawat inap

c. Tanaman obat keluarga -

3. 4 Tahap Keluarga

Gambar 3.1 Diagram Family Life Cycle Faryono


Pada keluarga Bapak Faryono, dapat diidentifikasi bahwa keluarga ini telah
memasuki tahap ke-VIII yaitu tahap dimana keluarga memasuki masa pensiun dan
lansia. Tugas dan fungsi keluarga dalam tahap ini yaitu

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan


2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka
7) Saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan
8) Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti berolalıraga,
berkebun, mengasuh cucu.
3.4.1 Genogram

Keluarga Bapak Faryono secara skematis dapat digambarkan dalam pohon


keluarga/ikhtisar keluarga sebagai berikut :

Gambar 3.2 Genogram keluarga Faryono

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
* : Anggota yang masih tinggal dirumah
3.5 Analisis Kesehatan Keluarga Berdasarkan 12 Indikator Kesehatan Keluarga

Analisis kesehatan keluarga dinilai berdasarlan 12 indikator kesehatan keluarga


yang terdapat dalam Peratutran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
tahun 2016 tentang Program Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga pada pasal 3.

3.5.1 Program KB

Pada keluarga Bapak Faryono, yaitu Ibu Masyati sudah memasuki masa menopause

3.5.2 Persalinan di Fasilitas Kesehatan

Menurut pengakuan Ibu Masyati, semua anaknyanya dilahirkan di Klinik Bersalin dan
ditolong tenaga kesehatan yaitu Bidan.

3.5.3 Imunisasi

Menurut pengakuan Ibu Masyati, semua anaknya mendapat imunisasi yang lengkap
yang disertai dengan buku imunisasi.

3.5.4 ASI Eksklusif

Menurut pengakuan Ibu Masyati, 5 anaknya diberikan ASI eksklusif hingga usia 3
tahun, anak yang terakhir mendapat MP-ASI mulai usia 3 bulan yaitu susu formula.

3.5.5 Pemantauan Pertumbuhan

Menurut pengakuan Ibu Masyati, dalam keluarganya semua anaknya selalu dibawa ke
posyandu untuk imunisasi dan dipantau tumbuh kembangnya.

3.5.6 Pemantauan Penyakit Menular

Pengetahuan tentang penyakit menular dalam keluarga ini kurang baik, dimana
keluarga ini tidak mengetahui penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM dan
sebagainya, walaupun tidak terdapat penyakit menular dalam semua anggota keluarga.

3.5.7 Pemantauan Penyakit Tidak Menular

Pengetahuan tentang penyakit tidak menular dalam keluarga ini kurang baik dan masih
ditemukan penyakit tidak menular seperti hiperkolesterolemia.
Tabel 3.6 Pemantauan Tekanan Darah, KGD Sewaktu, Asam Urat dan
Kolesterol

Anngota TD KGD Asam Urat Kolesterol


Keluarga sewaktu

Faryono 130/80 mmHg 136 MG/dL 6,5 mg/dL 302 mg/dL

Masyati 110/70 mmHg 104 mg/dL 4.1 mg/dL 363 mg/dL

M.Rendi 120/80 mmHg 98 mg/dL 3,4 mg/dL 150 mg/dL

Berdasarkan pengukuran di atas pemantauan hipertensi, kadar gula darah (KGD)


sewaktu dan asam urat pada keluarga pak Faryono ini baik, artinya semua anggota
keluarga memiliki nilai yang normal dan tidak menunjjukan peningkatan. Sementara
untuk pemantauan kolesterol, dalam keluarga ini Bapak Faryono dan Ibu Masyati
mengalami tidak normal, melainkan mengalami peningkatan.

Tabel 3.7 Penilaian APGAR Keluarga

Sering/ Kadang- Jarang/


No Pernyataan
Selalu Kadang Tidak

1 Saya puas bahwa saya dapat kembali kepada 


keluarga saya, bila saya menghadapi
masalah.

2 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya 


membahas serta membagi masalah dengan
saya.

3 Saya puas bahwa keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya
melaksanakan kegiatan dan ataupun arah
hidup yang baru.
4 Saya puas dengan cara-cara keluarga saya 
menyatakan rasa kasih sayang dan
menanggapi emosi.

5 Saya puas dengan cara keluarga saya 


membagi waktu bersama.

Untuk setiap jawaban sering/selalu diberikan nilai 2, jawaban kadang-kadang diberi


nilai 1, sedangkan jawaban jarang / tidak pernah diberikan nilai 0, kemudian lima nilai
tersebut dijumlah, selanjutnya dinilai sebagai berikut :

1) 7 – 10 berarti keluarga sehat, dalam arti setiap anggota keluarga saling


mendukung satu sama lain.
2) 4 – 6 berarti keluarga kurang sehat, dalam arti hubungan antar anggota
keluarga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.
3) 0 – 3 berarti keluarga tidak sehat, dalam arti sangat memerlukan banyak
perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga.

Tabel 3.8 Penilaian APGAR Keluarga Bapak Faryono

Penilaian Bapak Faryono

Indikator Penilaian Sering/Selalu Kadang-kadang Jarang/Tidak

Adaptation (Adapatasi) √

Partnership √
(Kemitraan)

Growth (Pertumbuhan) √

Affection (Kasih √
Sayang)

Resolve (Kebersamaan) √
Skor Pak Faryono : 9

Keterangan : Keluarga dikategorikan dalam keluarga sehat, artinya setiap anggota


keluarga saling mendukung satu sama lain. Sebagai kepala keluarga memiliki
tanggung jawab besar dalam keluarga. Pada item Resolve (Kebersamaan) skor Bapak
Faryono hanya 1 dengan keterangan kadang-kadang, hal ini disebabkan karena dalam
kesehariannya, Bapak Faryono tidak selalu berada dirumah dan bersama-sama dengan
anggota keluarganya, salah satu penyebab hal ini terjadi karena adanya tuntutan
pekerjaan.

Penilaian Ibu Masyati

Indikator Penilaian Sering/Selalu Kadang-kadang Jarang/Tidak

Adaptation (Adapatasi) √

Partnership (Kemitraan) √

Growth (Pertumbuhan) √

Affection (Kasih Sayang) √

Resolve (Kebersamaan) √

Skor : 10

Keluarga dikategorikan dalam keluarga sehat, artinya setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain. Sebagai istri memiliki tanggung jawab untuk mendukung
Bapak Faryono baik dalam mempertahankan tangga dalam masa-masa lanjut usia serta
dalam melakukan setiap usaha untuk memenuhi kebutuhan yang secukupnya,
dikarenakan Bapak Faryono sudah memasuki masa pensiun. Ibu Masyati juga
bertanggungjawab untuk tetap menyiapkan makanan keluarga.

Penilaian M. Rendi

Indikator Penilaian Sering/Selalu Kadang-kadang Jarang/Tidak

Adaptation (Adapatasi) √

Partnership (Kemitraan) √
Growth (Pertumbuhan) √

Affection (Kasih Sayang) √

Resolve (Kebersamaan) √

Skor : 7

Keluarga dikategorikan dalam keluarga sehat, artinya setiap anggota keluarga saling
mendukung satu sama lain. Sebagai anak memiliki tanggungjawab untuk membantu
ikut serta dalam pekerjaan rumah. Pada item Partnership (Kebersamaan) skor
M.Rendi hanya 1 dengan keterangan kadang-kadang, hal ini disebabkan karena dalam
kesehariannya, M.Rendi tidak selalu berada dirumah dan bersama-sama dengan kedua
orangtuanya, hal ini disebabkan karena M.Rendi lebih sering beraktifitas di rumah
kakaknya. Hal ini berkaitan dengan item Affection (Kasih Sayang) dan Resolve
(Kebersamaan). Dimana ketidakberadaan seseorang akan mempengaruhi waktu
mereka bersama-sama. Waktu yang ada tentunya merupakan kesempatan untuk
masing-masing anggota keluarga dapat menyalurkan kasih sayang satu sama lain.

3.5.8 Kesehatan Jiwa

Pada keluarga Bapak Faryono tidak dijumpai adanya anggota keluarga yang
mengalami gangguan pada kejiwaan.

3.5 9 Merokok
Pada keluarga ini terdapat anggota keluarga yang merokok yaitu Bapak Faryono.
Dalam wawancara, Bapak Faryono mengaku bila dirinya merokok bisa didalam
ataupun didalam rumah saat ada anggota keluarga. Bapak Faryono sudah
mengkonsumsi rokok sejak di bangku SMP. Jenis rokok yang dipakai yaitu rokok
tanpa filter. Bapak Faryono menyadari bahaya merokok dan menerima saran untuk
mengurangi sampai bisa berhenti merokok.

Indeks Brinkman : Jumlah batang rokok dihisap tiap hari x lama merokok
: 20 x 32
: 640 (Perokok berat)

Jumlah batang rokok : 2 bungkus per hari


3.5.10 Pemantauan anggota JKN

Dalam keluarga Bapak Faryono tidak ada yang menggunakan JKN atau pun BPJS.
Keluarga sudah menyadari penggunaan JKN atau BPJS sangat membantu, namun
semenjak Bapak Faryono memasuki masa pensiun, maka penggunaan dan pembayaran
JKN atau BPJS dinonaktifkan.

3.5.11 Rumah Lingkungan Sehat

Gambar 3.3 Denah Rumah Bapak Faryono

Keterangan :

: Pintu

: Jendela

: Kamar Mandi

: Dapur

: Kamar Tidur

: Teras Rumah

: Lampu

: Ruang Tamu
Tabel 3.9 Karakteristik Lingkungan Rumah
No Profil Keterangan
1 Rumah Rumah beratap seng, berdinding beton dan berlantai semen
1) Luas Rumah yakni 8 x 10 m persegi. Luas ruang tamu 6
m x 3 m, luas kamar tidur 3 m x 3 m, luas kamar mandi
2.3 m x 3 m dan luas dapur 4,5 m × 6 m
2) Rumah memiliki 6 pintu, 1 di depan, 1 pintu kamar
mandi, 2 pintu kamar, 1 pintu dapur, 1 pintu belakang.
Ukuran pintu berbeda-beda. Pintu depan berukuran 1 m
x 2 m, kedua pintu kamar berukuran 0,6 m x 1,7 m,
pintu dapur, pintu kamar mandi dan pintu belakang
berukuran 1,8 m x 0,7 m.
3) Jendela terdapat sebanyak 5 buah, yang terdapat 2 di
kamar tidur A, 2 di ruang tamu dan 1 kamar tidur B.
Ukuran jendela ruang tamu 1,2 m x 0,6 m dengan
ventilasi, ukuran jendela kamar tidur A 0,5 m x 0,6 m
tanpa ventilasi dan ukuran jendela kamar tidur B 0,6 x
0,7 m.
4) Ratio perbandingan luas ventilasi dengan luas lantai
harus mencapai 10 %. Dimana luas keseluruhan lantai
yaitu 8 m x 10 m = 80 m2 luas ventilasi minimal yaitu
1,2 m x 0,6 m x 2 = 1,44 m2 , 0,5 m x 0,6 m x 2 = 0,6
m2, 0,6 x 0,7 x 1 = 0,42 m2. 1,44 m2 + 0,6 m2 + 0,42 m2
= 2,46 m2 : 80 m2 = 3,07 % dimana angka ini tidak
memenuhi kriteria ventilasi normal.
5) Pencahayaan cukup yakni di setiap ruangan memiliki
sumber cahaya lampu. Terdapat 6 lampu dengan
kekuatan 18 watt
2 Mandi, Cuci Terdapat kamar mandi dengan sumber air dari sumur bor dan
dan Kakus jamban dengan konstruksi leher angsa.
(MCK)
3 Air bersih Air bersih jernih dan tidak berbau untuk keperluan makan,
minum, mencuci atau keperluan rumah tangga berasal dari
sumur bor
4 Pembuangan  Jarak sumber air ke septic tank di depan rumah sejauh
limbah 10 meter
 Pembuangan air limbah kamar mandi dialirkan ke
selokan besar di belakang rumah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, rumah
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal
hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup
lainnya serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Oleh karena itu keberadaan
rumah yang sehat, aman, sehat dan serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik. Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui
bahwa keluarga ini menghuni rumah yang belum sesuai dengan kriteria rumah sehat,
yaitu rumah sebagian lantai semen, terdapat anggota keluarga yang merokok serta
limbah rumah tangga yang masih dialiri di selokan besar depan rumah yang bisa
merusak lingkungan rumah.

3.5.12 Protokol COVID-19

Menurut pengakuan keluarga Bapak Faryono sudah melakukan protokol COVID-19


dengan baik, yaitu dengan memakai masker, mencuci tangan dan menghindari
kerumuman.

3.6 Penilaian PIS-PK dan PHBS


3.6.1 PIS-PK
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap
keluarga binaan yang dibina ditemukan juga beberapa masalah indikator
keluarga sehat, yaitu:
Tabel 3.10 Identifikasi Keluarga Sehat (PIS-PK)
No Indikator Keluarga Sehat Keterangan

1 Keluarga mengikuti program KB N

2 Ibu hamil memeriksa kehamilannya N

3 Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap N

4 Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan N

5 Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan N

6 Penderita TB Paru berobat sesuai standar N

7 Penderita hipertensi berobat secara teratur N

8 Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan N

9 Tidak ada anggota keluarga yang merokok T

10 Keluarga memiliki atau memakai air bersih Y

11 Keluarga memiliki atau memakai jamban sehat Y

12 Sekeluarga menjadi anggota JKN/Askes T

Penilaian terhadap Indeks Keluarga Sehat bertujuan untuk menentukan


tingkatan keluarga menurut status kesehatan yang dimiliki keluarga tersebut.
Indeks Keluarga Sehat menjadi tiga tingkatan :
1. Keluarga sehat : > 0,80
2. Keluarga pra-sehat : 0,50-0.80
3. Keluarga tidak sehat : <0,50
Penilaian Indeks Keluarga Sehat keluarga Bapak Faryono :

IKS :

: 2/(12-8)
: 0,50 (Keluarga pra sehat)
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan terhadap
keluarga binaan yang dibina, maka ditemukan masalah keluarga sehat dalam
rumah tangga ini yaitu :
1. Bapak Faryono yang masih mengonsumsi rokok
2. Ibu Masyati yang mengalami gizi kurang dan hiperkolesterolemia
3. Keluarga Bapak Faryono tidak ada yang menjadi anggota JKN/Askes

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh ditemukan juga beberapa


masalah perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini dilakukan untuk mencapai
Rumah Tangga Sehat, yakni yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga.

3.6.2 PHBS
Tabel 3.11 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
No Nama Anggota Keluarga
Indikator PHBS
Faryono Masyati M. Rendi

1 Persalinan N Y N

2 ASI Eksklusif N N T

3 Timbang Balita N N Y

4 Air Bersih Y Y Y

5 Cuci Tangan Y Y Y

6 Gunakan Jamban Y Y Y

7 Berantas Jentik Y Y Y

8 Makan Buah dan Sayur Y Y Y

9 Aktivitas Fisik Y N N

10 Merokok di Rumah Y T T
Dari data dan informasi diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah PHBS dalam rumah tangga yang ditemukan dalam keluarga ini
adalah:
1. Semua anggota keluarga Bapak Faryono tidak rutin berolahraga
2. Bapak Faryono yang masih mengonsumsi rokok

3.7 Determinan Kesehatan Keluarga

Faktor-faktor atau determinan- determinan yg menentukan atau mempengarui


kesehatan baik personal/prilaku, sosial, lingkungan, dan petugas kesehatan pada
keluarga Bapak Faryono, yaitu:

Personal/Prilaku

Terdapatnya kebiasaan
merokok dan Aktifitas fisik
seperti berolahraga yang
kurang, kurangnya
pengetahuan akan
Sosial Lingkungan
hiperkolesterolemia

Keluarga  Hiperkolesterolemia Ketersediaan makanan


berpendapatan rendah bergizi yang kurang,
dan adanya risiko  Gizi Kurang akses terhadap
terkena penyakit paru  Merokok pendidikan yang kurang,
lingkungan sekitar
rumah yang masih
kumuh
Kurangnya
BA akses
penyuluhan dan pencegahan
terkait bahay merokok dan
hiperkolesterolemia

Petugas Kesehatan
BAB IV

UPAYA INTERVENSI DAN EVALUASI

Tabel 4.1 Upaya Intervensi Pertama dan Evaluasi


Masalah Anggota
Intervensi I Evaluasi Intervensi II
Kesehatan Keluarga
Merokok Bapak Memberikan edukasi Setelah intervensi Memberikan
Faryono terkait bahaya merokok, pertama, Bapak pemahaman
efeknya bagi tubuh dan Faryono telah kembali tentang
larangan kepada anggota mengetahui tentang bahaya dan dampak
keluarga yang merokok resiko bahaya merokok dan
agar tidak merokok saat merokok. Bapak mengingatkan
ada anggota keluarga Faryono sudah untuk tidak
didalam maupun diluar memulai kebiasaan merokok di dalam
rumah. Menjelaskan untuk merokok diluar rumah.
risiko bahaya rokok bagi rumah atau di tempat
perokok pasif. yang tidak ada
anggota keluarga.
Bapak Faryono belum
bisa untuk
menghentikan
rokoknya, namun
dalam beberapa hari
setelah intervensi,
menurut pengakuan
Bapak Faryono,
beliau sudah
mengurangi frekuensi
mengonsumsi rokok.
Olahraga 1. Bapak Memberitahukan betapa Setelah dilakukan Memberikan
Faryono pentingnya olahraga intervensi pertama, penjelasan kembali
2. Ibu untuk kesehatan dan keluarga sudah paham tentang pentingnya
Masyati memberikan saran mengenai pentingnya olahraga dan durasi
3. M.Rendi kepada keluarga untuk berolahraga terhadap yang sebaiknya
meluangkan waktu kesehatan tetapi dilakukan dalam
berolahraga misalnya masih belum bisa perminggu.
pada pagi hari. Namun meluangkan waktu
berhubung Bapak untuk berolahraga
Faryono dan Ibu Masyati karena kesibukan
sudah lanjut usia, seperti bekerja.
olahraga yang disarankan Namun, Ibu Masyati
adalah berjalan di pagi sudah mencoba untuk
hari sekitar 30 menit dan jalan pagi sekitar 1-2x
dapat dilakukan 3-5x dalam 1 minggu.
dalam seminggu.
Hiperkoles- 1. Bapak Memberikan edukasi Setelah intervensi Memberikan
teronemia Faryono tentang kolesterol yang pertama, Bapak edukasi kembali
2. Ibu tinggi dalam darah, Faryono dan Ibu tentang terakait
Masyati dampaknya jika tidak Masyati kolesterol yang
diobati, obat yang mengurangi tinggi, efeknya
dikonsumsi dan konsumsi makanan untuk kesehatan
mengontrol konsumsi yang mengandung jangka panjang
makanan yang lemak tinggi, dan
mengandung banyak seperti kuning makanan/minu
kolesterol, hubungan telur, mie, santan, man yang
kolesterol dan penyakit daging-dagingan. dihindari atau
jantung dan efeknya jika Namun, lebih dikurangi.
tidak diturunkan. disarankan untuk
Memberikan edukasi banyak
untuk mengurangi mengkonsumsi
menkonsumsi kuning sayur dan buah-
telur, terlebih di usia buahan yang
yang sudah tua. diikuti dengan
olahraga yang
teratur.
Pada pemeriksaan
kedua kadar
kolesterol Bapak
Faryono dan Ibu
Masyati masih
tinggi namun
sudah mengalami
penurunan.
Under- Ibu Masyati Memberikan edukasi Setelah intervensi, Menjelaskan
weight terkait underweight (gizi dijumpai bahwa kembali tentang
kurang) dan dampak underweight (gizi underweight (gizi
yang bisa ditimbulkan kurang) pada Ibu kurang) dan efek
karena kekurangan berat Masyati akibat kurang yang diberikan.
badan. pada Ibu Masyati mengatur pola makan, Memerikan edukasi
karena kurangnya terkait makanan yang terkait pola makan
mengkonsumsi makanan bergizi. Hal ini juga dan jenis-jenis
yang bergizi dan diimbangi dengan makanan yang
mengandung vitamin. aktifitas fisik kurang dapat
Menurut pengakuan Ibu yang dilakukan. Pada meningkatkan berat
Masyati, dalam perjumpaan setelah badan yang bergizi
keluarganya sangat intervensi, didapati dan seimbang.
jarang mengkonsumsi berat badan Ibu
buah-buahan. Masyati mengalami
peningkatan 0,5 kg
dari awal sebelum
intervensi, walaupun
dalam perhitungan
IMT masih
dikategorikan sebagai
underweight (gizi
kurang) namun
setidkanya sudah
dijumpai peningkatan
berat badan.
Seluruh Menjelaskan tentang apa Setelah dilakukan Memberikan
Ketidakikut
anggota itu BPJS, keuntungan intervensi, pada pemahaman
-sertaan
sebagai keluarga dan kerugian jika keluarga masih belum tentang pentingnya
anggota memiliki BPJS, serta mengurus BPJS untuk penggunaan BPJS
JKN
pentingnya mendaftarkan semua anggota dan manfaat
dan memiliki akses BPJS keluarga, hal ini salah terhadap pelayanan
untuk pelayanan satunya karena kesehatan jangka
kesehatan dalam kesibukan seperti panjang.
mengantisipasi kondisi bekerja.
finansial suatu keluarga
jika terjadi sesuatu hal
yang berhubungan
dengan masalah
kesehatan. terlebih
terdapat keluarga yang
sudah lanjut usia.

Tabel 4.2 Upaya Intervensi dan Evaluasi Pretest dan Postest Pengukuran
Kesehatan
Nama Pretest Posttest Kesimpulan
Faryono KGD: 136 mg/dL KGD: 142 mg/dL Hasil pemeriksaan
A.urat: 6,5 mg/dL A.urat: 6,7 mg/dL kolesterol belum normal
Kolesterol: 302 mg;dL Kolesterol:232mg/dL namun sudah dijumpai
penurunan
Masyati KGD: 104 mg/dL KGD: 98 mg/dL Hasil pemeriksaan
A.urat: 4,1 mg/dL A.urat: 4,3 mg/dL kolesterol belum normal
Kolesterol: 363 mg/dL Kolesterol:256 mg/dL namun sudah dijumpai
BB : 37,5 kg BB : 38 kg penurunan. Perhitungan
TB : 147 cm TB : 147 cm IMT masih dikategorikan
IMT : 17,35 IMT : 17,60 sebagai Underweight (gizi
kurang), namun sudah
dijumpai peningkatan.
M. Rendi KGD: 98 mg/dL KGD: 102 mg/dL Hasil pemeriksaan masih
A.urat: 3,4 mg/dL A.urat: 3,4 mg/dL dalam kategori normal.
Kolesterol: 150 mg/dL Kolesterol: 138 mg/dL
BAB V
REFLEKSI

Selama saya melakukan kegiatan keluarga binaan ini saya merasa bersyukur
boleh diterima ketika mendatangi rumah dan melakukan pembinaan terhadap keluarga.
Selama kegiatan ini saya mendapat sedikit masalah kesehatan didalam keluarga.. Dalam
hal melakukan pembinaan, kebetulan kesempatan waktu untuk bertemu Bapak Faryono
dan Muhammad Rendi sangat terbatas, dikarenakan pekerjaan dan kesibukan lainnya.
Namun, walau begitu anggota keluarga terlihat cukup antusias untuk mendengarkan
informasi yang saya berikan, meskipun dalam pelaksanaannya mereka masih sulit
beradaptasi dengan beberapa kebiasaan dan pola makan yang baru. Kegiatan ini
membantu saya untuk memantau seberapa tingkat kesadaran keluarga terhadap PHBS
dan PIS-PK, serta kontrol penyakit tidak menular yang diderita. Masalah ini merupakan
masalah yang termasuk dalam indikator PHBS dan masalah ini dapat ditangani dengan
memberikan edukasi dan dorongan kepada keluarga untuk berperilaku hidup sehat
sesuai dengan seluruh indikator PHBS. Beberapa point masalah yang saya temukan
dalam keluarga Bapak Faryono adalah kebiasaan merokok, hiperkolesterolemia, gizi
kurang, dan ketidakikutsertaan dalam anggota JKN. Dari beberapa masalah ini, hal yang
paling sulit untuk diatasi yaitu kebiasaan merokok, selain itu masalah terkait pola
makan juga merupakan masalah yang sulit diatasi berhubung Bapak Faryono dan Ibu
Masyati sudah memasuki usia tua, ditambah juga kondisi perekonomian dan pendidikan
yang rendah. Masalah lain yang saya temukan juga adalah bahwa keluarga binaan saya
tidak terbiasa dengan beberapa prosedur kesehatan diakibatkan kurangnya edukasi yang
harusnya dapat terus-menerus diberikan misalnya oleh tenaga kesehatan di wilayah
setempat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dilihat dari kegiatan keluarga binaan pada keluarga
Bapak Faryono yang tinggal di Jalan Purwo, Sei Mencirim Pasar 4, Kecamatan
Deli Serdang adalah :
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan keluarga, yaitu:
1) Pasien dan keluarga secara terbuka menerima edukasi dan motivasi yang
diberikan selama pembinaan.
2) Perlunya kesadaran dan perhatian keluarga terhadap kesehatan anggota
keluarga.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan keluarga:
1) Masalah tingkat pengetahuan terkait kondisi masalah kesehatan yang diderita
2) Masalah ekonomi yang rendah
3) Kurangnya inisiatif keluarga dalam memeriksakan kesehatan ke Puskesmas
karena merasa tidak ada gejala
4) Sulitnya mengubah kebiasaan merokok yang sudah berpuluh tahun ditekuni
5) Kurangnya kesadaran untuk menjaga kebersihan di dalam dan di laur rumah,
seperti pembuangan sampah.
6.2 Saran
Saran bagi petugas kesehatan di UPT Puskesmas Sei Mencirim
1) Kepada penanggung jawab program GERMAS untuk memberikan edukasi
kepada pasien tentang Gerakan Masyarakat Sehat salah satunya untuk
menjaga pola makan agar penyakit yang dideritanya dapat terkontrol dan
tidak bertambah parah.
2) Mengadakan Posbindu dan Posyandu lansia secara rutin sebagai upaya
pencegahan dini penyakit tidak menular
3) Kepada penanggung jawab Promkes untuk lebih rutin melakukan edukasi
dengan promosi kesehatan khususnya terkait dengan bahaya merokok,
hiperkolesterolemia dan penyakit tidak menular lainnya
4) Mengadakan olahraga rutin seperti senam lansia
Lampiran
Surat Pernyataan
Dokumentasi

Gambar Penampakan Rumah dari depan dan samping

Gambar Penampakan Ruang Tamu dan Kamar Tidur

Gambar Penampakan Dapur

`
Gambar Penampakan Kamar Mandi

Gambar Pengukuran Rumah

Gambar Pengukuran Kesehatan


Gambar Edukasi dan Pemberian Intervensi
DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Krisis Kesehatan. Mengenal makna sehat [Internet]. Kementerian Kesehatan RI.
2021 [dikutip 25 November 2022]. hal. 1. Tersedia pada:
https://pusatkrisis.kemkes.go.id/mengenal-makna-kesehatan

2. World Health Organization. Health and well-being [Internet]. World Health


Organization. 2022 [dikutip 24 November 2022]. hal. 1. Tersedia pada:
https://www.who.int/data/gho/data/major-themes/health-and-well-being

3. Wiratri A. Menilik ulang arti keluarga pada masyarakat Indonesia. 2018;13(1):15–26.

4. Patimah IS, Gunawan W. Transformasi bentuk dan fungsi keluarga di Desa


Mekarwangi. SOSIOGLOBAL J Pemikir dan Penelit Sosiol. 2020;4(1):13–9.

5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman umum program Indonesia sehat


dengan pendekatan keluarga [Internet]. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2016.
Tersedia pada: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

6. Ratnasari K. 10 kriteria rumah sehat menurut Kemenkes [Internet]. Rumah123.com.


2021 [dikutip 20 November 2022]. hal. 1–4. Tersedia pada:
https://artikel.rumah123.com/10-kriteria-rumah-sehat-menurut-kemenkes-pastikan-
hunianmu-sudah-memenuhi-syarat-54467

7. Herawati T, Pranaji DK, Pujihasvuty R, Latifah EW. Faktor-faktor yang memengaruhi


pelaksanaan fungsi keluarga di Indonesia. J Ilmu Kel dan Konsum. 2020;13(3):213–
27.

8. Safitri A. Studi literatur: Asuhan keperawatan keluarga penderita skizofrenia dengan


gangguan konsep diri: Harga diri rendah kronis. Repository Muhammadiyah
University of Ponorogo. Universitas Muhammadiyah Ponorogo; 2020.

9. Arisanti N, Gondodiputro S, Djuhaeni H. Penggunaan genogram dalam deteksi dini


faktor risiko penyakit degeneratif dan keganasan di masyarakat. J MKB.
2016;48(38):119–21.

10. International Conference on Public Health. Determinan kesehatan [Internet]. ICPH


Health for All. 2022 [dikutip 22 November 2022]. hal. 1. Tersedia pada:
http://theicph.com/id_ID/id_ID/icph/health-determinants/

11. Oktowaty S, Setiawati EP, Arisanti N. Hubungan fungsi keluarga dengan kualitas
hidup pasien penyakit kronis degeneratif di fasilitas kesehatan tingkat pertama. J Sist
Kesehat. 2018;4(1):1–6.

12. Segara T. Perasuransian - Seri literasi keuangan perguruan tinggi. 4 ed. Vol. 4, Otoritas
Jasa Keuangan. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan; 2019. 88–100 hal.

13. BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Panduan layanan peserta
jaminan kesehatan nasional kartu Indonesia sehat (JKN-KIS). [Internet]. Vol. 3,
Kemenkes 2022. 2022 [dikutip 23 November 2022]. hal. 6–20. Tersedia pada:
https://www.bpjs-kesehatan.go.id

14. Direktorat Rehabilitas Sosial Anak- Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Kementrian
Sosial. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penguatan kapabilitas anak dan
keluarga. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2020.

15. COVID-19 STP. Protokol kesehatan pada pelaksanaan kegiatan berskala besar dalam
masa pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19) [Internet]. 2022 [dikutip 22
November 2022]. hal. 4–8. Tersedia pada: https://tumj.tums.ac.ir/article-1-11063-
fa.html

Anda mungkin juga menyukai