DISUSUN OLEH :
DIAN LUCKY MERLIAN
NIM. 202004014
1
LEMBAR PENGESEHAN
Mahasiswa,
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI DESA BAYU KECAMATAN
SONGGON BANYUWANGI TAHUN 2021....................................................................1
LEMBAR PENGESEHAN................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB 2................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Keluarga......................................................................................6
2.2 Konsep Diabetes Melitus..................................................................................21
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................................34
BAB 3............................................................................................................................120
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DM (DIABETES MELITUS) DI
WILAYAH DESA BAYU KEC.SONGGON KAB.BANYUWANGI 2021...............120
LEMBAR PENGESEHAN............................................................................................121
FORMAT PENGKAJIAN.............................................................................................122
ANALISA DATA............................................................................................................135
DAFTAR...................................................................................................................137
DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS..........................................................137
SKALA UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS..................................................................140
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.........................................................................140
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................142
CATATAN KEPERAWATAN..........................................................................................148
CATATAN PERKEMBANGAN......................................................................................151
CATATAN PERKEMBANGAN......................................................................................152
BAB 4............................................................................................................................153
PENUTUP.....................................................................................................................153
3
1. Kesimpulan........................................................................................................153
2. Saran..................................................................................................................154
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP).................................................................154
DIABETES MELITUS................................................................................................155
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................207
LEMBAR KONSULTASI.............................................................................................212
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2010).Diera globalisasi ini terjadi pergeseran penyakit menular ke
penyakit tidak menular, penyakit degeneratif adalah salah satu dari penyakit
tidak menular, penyakit yang diakibatkan oleh degeneratif yaitu seperti
penyakit Deabetes Melitus, penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit
kronis yang dikarenakan insulin endogen yang tidak efektif.
Diabetes Melitus berkembang pada tahun 1980 sebesar 4,1%. Di
Indonesia pada tahun 2020Diabetes Melitus sebesar 2,0%, sedangkan di Jawa
Timur yang menderita Diabetes Melitus lebih besar 2,6% pada penduduk
umur diatas 15 tahun. Penyakit dea betus semakin meningkat merupakan
bukti bahwa DM merupakan masalah kesehatan di masyarakat Indonesia
(Widiyoga, Sichudin, & Andria, 2020)
Meningkatnya gula darah pada pasien DM berperan sebagai penyebab
ketidak seimbangan jumlah insulin, oleh karena itu Diabetes Melitus
merupakan penyakit yang dapat dikendalikan dengan empat pilar
penatalaksanaan, diet menjadi salah satu hal terpenting, dikarenakan pasien
dapat memperhatikan asupan makanan yang seimbang.Pengendalian tingkat
gula darah normal memerlukan penatalaksanaan diet yang baik dan benar, hal
ini dapat dilaksanakan dengan cara edukasi gizi melalui perencanaan pola
makan yang baik(Istianah, Septiani, & Dewi, 2020)
5
1.2.3 Bagaimana konsep teori penyakit Deabetes Melitus?
1.2.4 Bagaimana konsep teori askep DM?
1.2.5 Bagaimana Penerapan Askep keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan penyakit DM
1.3 Tujuan
1.3.1 Masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yaitu terdapat penyakit
DM
1.3.2 Mengetahui konsep teori keluarga
1.3.3 Mengetahui konsep teori penyakit Deabetes Melitus
1.3.4 Mengetahui konsep teori askep DM
1.3.5 Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan penyakit DM
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Menurut UU No.10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Sedangkan menurut WHO, keluarga
adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang
tergabung karena ikatan tertentu untuk saling berbagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasikan diri mereka
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Menurut Sudiharto (2012),
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Sedangkan menurut Harmoko (2012), keluarga adalah
perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
sama lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
unit terkecil yang berupa dua atau lebih individu yang terdiri dari kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap yang
tergabung karena adanya ikatan berupa hubungan darah, perkawinan atau
adopsi untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional
serta mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari anggota keluarga yang selalu
berinteraksi satu sama lain.
2. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga tradisional, antara lain:
a) Keluarga inti
7
Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman, 2010).
Sedangkan menurut Sudiharto (2012) keluarga inti (nuclear famil,), adalah
keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri dan anakanak, baik karena kelahiran (natural)
maupun adopsi.
b) Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi,
biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi
orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi
asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi
diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman,
2010).
c) Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan
rumah tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik,
dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak kemudian dibesarkan oleh
generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk
pola perilaku mereka (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Sudiharto
(2012) keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orangtua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
d) Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai,
ditelantarkan, atau berpisah (Friedman, 2010).
e) Dewasa lajang yang tinggal sendiri
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa
bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas
kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman seperti mereka yang
sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup
8
bertetangga. Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga
yang penting (Friedman, 2010).
f) Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks
dan peneuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan
sering kali individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru
terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun
seluruh anggota keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga
yang baru, anak – anak seing kali memiliki masalah koping yang lebih
besar karena usia dan tugas perkembangan mereka (Friedman, 2010).
g) Keluarga binuklear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota
dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti,
maternal dan paternal, dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan
waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
3. Fungsi Keluarga
Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal.
Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari
nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah
(Sudiharto, 2012).
Fungsi dasar keluarga ada 5, yaitu:
a) Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasih dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung. Fungsi afektif merupakan dasar utama baik
untuk pembentukan maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri,
sehingga fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling
penting (Friedman, 2010). Keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan
mempertahankan saat terjadi stress (Sudiahrto, 2012).
9
b) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan
di lingkungan sosial. Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman
belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditujukan untuk mendidik
anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang
dewasa seperti peran yang dipikul suami-ayah dan istri-ibu (Friedman,
2010). Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan
mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan petunjuk dalam
pemecahan masalah (Sudiharto, 2012).
c) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia (Friedman, 2010).
d) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga seperti sandang, pangan, dan papan (Friedman, 2010). Keluarga
melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial,
ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan
keputusan dan kepentingan di masyarakat (Sudiharto, 2012).
e) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Keluarga
memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk penyembuhan dari
sakit (Friedman, 2010). Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang
menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap
kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik
kesehatan adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi perawat
keluarga (Sudiharto, 2012).
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman (2010), antara lain:
a) Struktur peran.
Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang
sebuah posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang
dalam suatu system social.
b) Struktur nilai keluarga
10
Nilai keluarga adalah suatu sistem ide, perilaku dan keyakinan tentang nilai
suatu hal atau konsep yan secara sadar maupun tidak sadar mengikat
anggota keuarga dalam kebudayaan sehari-hari atau kebudayaan umum.
c) Proses komunikasi
Proses komunikasi ada dua yaitu prses komunikasi fungsional dan proses
komunikasi disfungsonal.
1) Proses komunikasi fungsional. Komunikasi fungsional dipandang
sebagai landasan keberhasilan keluarga yang sehat, dan komunikasi
funsional didefenisikan sebagai pengirim dan penerima pesan yang baik
isi maupun tingkat intruksi pesan yang langsung dan jelas, serta
kelarasan antara isi dan tingkai intruksi.
2) Proses komunikasi disfungsional. Sama halnya ada cara berkomunikasi
yang fungsional, gambaran dar komuniasi disfungsional dari pengirim
dan penerima serta komunkasi disfungsinal juga melibatkan pengirim
dan penerima.
d) Struktur kekuasaan dan pengambilan keputusan. Kekuasaan keluarga
sebagai arakteristik system keluarga adalah kemampua atau potensial,
actual dari individu anggota keluarga yang lain. Terdapat 5 unit berbeda
yang dapat dianalisis dalam karakteristik kekuasaan keluarga yaitu :
kekuasaan pernikahan (pasangan orang dewasa), kekuasaan orang tua,
anak, saudara kandung dan kekerabatan. Sedangkan pengambil keputusan
adalah teknik interaksi yang digunakan anggota keluarga dalam upaya
mereka untuk memperoleh kendali dan bernegosiasi atau proses pembuatan
keputusan.
5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Tugas pokok keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (2010),
antara lain:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang
dialami anggota keluarga. Keluarga perlu mengetahui dan mengenal fakta-
fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
11
factor penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b) Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan
keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat
keputusan.
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui keadaan penyakitnya; sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan; keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk
perawatan; sumber-sumber yang ada dalam keluarga (keuangan atau
financial, fasilitas fisik, psikososial) dan bagaimana sikap keluarga
terhadap yang sakit.
d) Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat dan keluarga mengetahui sumber dan manfaat
pemeliharaan lingkungan serta bagaimana upaya pencegahan terhadap
penyakit.
e) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui keuntungan dan keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat
terjangkau oleh keluarga.
6. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (2010), yaitu:
a) Tahap I (Keluarga dengan pasangan baru / Beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang
baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan, perencanaan keluarga.
12
b) Tahap II (Keluarga kelahiran anak pertama / Childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut samapi berusia 30
bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci menjadi
siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan tahap ini adalah
membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil ( menggabungkan
bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah
terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai
keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan,
memperluas hubungan dengan hubungan dengan keluarga besar dengan
menambah peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.
c) Tahap III (Keluarga dengan anak prasekolah / Families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini
dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-
ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putrisaudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota
keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai,
menyosialisasikan anak, mengintegrasi anak kecil sebagai anggota keluarga
baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, mempertahankan
hubungan yang sehat didalam keluarga dan diluar keluarga. Peralatan dan
fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d) Tahap IV (Keluarga dengan anak sekolah / Families with school children)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai
pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada tahap ini juga maksimal.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyosialisasikan
anak- anak termasuk meningkatkan restasi, mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan.
e) Tahap V (Keluarga dengan anak remaja / Families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
13
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal
dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk
meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi.
f) Tahap VI (Keluarga melepaskan anak dewasa muda/ Launching center
families)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga disini
adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orang tua
juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi
mandiri.
g) Tahap VII (Orang tua paruh baya / Middle age families)
Merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian
salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk
hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang
berkembang untuk lebih mandiri.
h) Tahap VIII (Keluarga lansia dan pensiunan)
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah
satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai salah satu kehilangan pasangan
dan berakhir dengan kematian pasangan lain. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini adalah mempertahanka penataan kehidupan yang
14
memuaskan. Kembali ke rumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja
dapat menjadi problematik.
7. Peran Perawat Keluarga
Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada keluarga
sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar
manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehat yang optimal untuk
setiap anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatan keluarga, fungsi keluarga
menjadi optimal (Sudiharto, 2012).
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perwat keluarga perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a) Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif
b) Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga
c) Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan
keluarga
d) Menerima dan mengakui struktur keluarga
e) Menekankan pada kemampuan keluarga (Sudiharto, 2012).
Adapun peran perawat keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah sebagai
berikut:
a) Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan. Peran perawat keluarga dalam
memberikan pendidikan kesehatan yaitu memberikan penjelasan dan
pengetahuan kepada klien dan keluarga bagaimana perawatan dan
penatalaksanaan diabetes mellitus kepada klien dan keluarga.
b) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk
menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan Rumah Sakit). Peran perawat sebagai koordinator yaitu
memberikan motivasi kepada keluarga agar membawa keluarga dengan
diabetes mellitus ke pelayanan terdekat dan menganjurkan serta
15
menyarankan keluarga agar mengontrol gula darah ke pelayanan kesehatan
terdekat.
c) Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
“entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
keluarga secara komprehensif. Peran perawat sebagai pelaksana pelayanan
keperawatan adalah perawat melakukan pengontrolan gula darah pasien
dan melakukan pengukuran tekanan darah pada pasien dengan diabetes
mellitus.
d) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak.
e) Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak
keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan
serta memodifikasi sistem pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi
hak dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat
untuk memandirikan keluarga.
f) Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan di keperawatan yang mereka hadapi
sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam
mengatasi masalah diabetes melitus.
g) Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalahmasalah
kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
di praktikan keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada
16
kemampuan keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, menanggulangi,
dan melakukan promosi kepada anggota keluarganya. Selain itu, perawat
perlu mengembangkan asuhan keperawatan keluarga terhadap binaanya.
Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada keluarga
sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar
manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk
setiap anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatab keluarga, fungsi keluarga
menjadi optimal. Bila keluarga dapat menjalankan fungsinya secara optimal,
setiap individu didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak
mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya negatif sehingga memiliki
kemapuan berfikir yang cerdas, dan pada akhirnya memiliki daya saing yang
tinggi terutama di era kompetisi yang semakin sengit (Sudiharto, 2012).
8. Karakteristik Usia Pertengahan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu:
a) Usia pertengahan (middle age) : 45 -59 tahun
b) Lanjut usia (elderly) : 60 -74 tahun
c) Lanjut usia tua (old) : 75 – 90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.
Usia pertengahan disebut juga usia paruh baya atau usia madya, karakteristik
usia pertengahan, yaitu:
a) Masa yang Ditakuti
Bagi wanita, usia setengah baya tidak saja berarti menurunnya kemampuan
reproduktif dan datangnya menopause, tetapi juga bararti merosotnya daya
tarik seksual. Pada umumnya wanita merasa tidak lagi menggiurkan bagi
suami mereka. Tambahan pula dala usia ini, bagi banyak keluarga, karena
adnya peningkatan karier serta pemantapan jabatan suami, banyak di antara
suami yang sibuk dan berkurangnya waktu di rumah. Akibatnya, banyak
isteri yang merasa terabaikan dan kesepian dan merasakan depresi. Khusus
bagi pria, setengah baya merupakan usia yang mengandung arti
menurunnya kemampuan fisik ( secara menyeluruh ) termasuk
berkurangnnya vitalitas seksualnya. Beberapa kaum pria yang mulai
17
mengalami adanya tanda-tanda menurunnya kemampuan seksual ini,
mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan kerja demi peningkatan
prestasi. Ada pula diantaranya yang justru sebaliknya; semakin
memperhatikan penampilannya, berdandan sedemikian rupa untuk menarik
perhatian wanita muda. Perilaku ini sesungguhnya merupakan pembungkus
dari ketidakpercayaan terhadap daya tarik seksual mereka. Kaum pria
setengah baya seakan ingin membuktikan dirinya sebagai orang yang masih
muda dan mampu, hal yang justru sering menjerumuskan untuk
memperoleh cap “nafsu besar tenaga kurang.”
b) Masa Transisi
Tidak jauh bedanya dengan masa pubertas yang merupakan masa transisi
dari masa kanak-kanak ke masa remaja (adolescence) dan masa dewasa,
usia setengah baya juga merupakan suatu masa transisi. Bagi orang dewasa
dalam usia setengah baya, sebagian ciri-ciri fisik dan perilakunya
memperlihatkan ciri-ciri dewasa awal, sementara banyak ciri fisik dan
perilakunya memperlihatkan ciri-ciri dewasa awal, sementara banyak ciri
fisik dan perilaku lainnya memperlihatkan ciri-ciri baru sebagai orang yang
sudah tua. Dengan adanya perubahan-perubahan hal fisik dan adanya pola-
pola prilaku baru, mengharuskan individu-individu dalam usia ini untuk
belajar dan memainkan peranan-peranan baru pula. Sebagaimana halnya
dalam masa remaja, orang-orang dewasa setengah baya diharapkan untuk
berfikir dan berlaku hal yang berbeda dengan ketika mereka masih muda
atau dewasa awal. Sama halnya dengan masa pubertas, dengan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya mempunyai hubungan
yang berarti dengan keruwetan atau kesukaran-kesukaran emosional yang
dialami baik oleh pria maupun wanita. Dengan ini berarti bahwa
menurunya kejantanan bagi pria dapat membingungkan, menghawatirkan
dan menyusahkan. Menurunnya kesuburan bagi wanita setengah baya dapat
sangat menyedihkan.
c) Masa Penyesuaian
Kembali Dalam masa setengah baya, cepat atau lambat, seseorang haruslah
membuat penyesuaian-penyesuaian kembali terhadap adanya perubahan-
18
perubahan fisik yang dialaminya. Apabila usia telah melangkah maju,
meninggalkan masa muda dengan berbagai keindahan dan dinamikanya,
dan seseorang telah memasuki pintu gerbang setengah baya, diharapkan
kepadanya telah siap untuk mengadakan pengubahan terhadap pola-pola
perilaku yang sesuai.perombakan-perombakan pola perilaku itu, terutama
dilakukan jika ternyata banyak yang tidak selaras dengan “kewajaran”
perilaku umum sebagai mana layaknya orang tua dalam masa usia ini.
Dengan demikian, bagi beberapa orang dewasa, perombakan-perombakan
itu mungkin harus telah dilakukannya sejak awal masa setengah baya. Bagi
beberapa orang lainnya barangkali tidak ada hal-hal yang memaksa dalam
perombakan sebab mereka telah memiliki pola perilaku yang layak atau
baik sepanjang masa dewasanya. Namun, bagaimanapun juga, cepat atau
lambat, penyesuaian perilaku itu sangat perlu adanya seirama dengan
datangnya perubahan-perubahan pisik secara pasti. Dengan kata lain,
diperlukan adanya penyesuaian kembali baik terhadap perubahan-
perubahan pisik maupun perubahanperubahan peranan.
d) Masa Keseimbangan dan Ketakseimbangan
Keseimbangan atau “equilibrium” pengertiannya mengacu pada adanya
penyesuaian layak yang dilakukan oleh orang-orang dewasa (sehubungan
dengan perubahan fisiknya) yang dicapainya dalam tingkat usia tertentu.
Sedangkan ketakseimbangan merupakan keadaan yang sebaliknya, yaitu
masih terjadinya kegoncangan penyesuaian yang dialami dalam usia-usia
tertentu. Kesimbangan dan ketakseimbangan itu, dialami oleh orang
setengah baya baik bagi dirinya sendiri (internal) maupun dalam
hubungannya dengan pasangan suami-isteri. Baik wanita maupunn pria
setengah baya keseimbangan diri sendiri dapat dicapai jika ada penyesuaian
secara menyeluruh dan radikal bagi pola-pola kehidupannya. Adanya
keseimbangan itu ditandai oleh dicapainya suatu keadaan tenang dan damai
di rumah, tidak lagi “keluyuran” baik dalam artian pisik maupun psikis.
Sekaitan dengan ketakseimbangan hubungan suani isteri itu, E.B. Hurlock
mengatakan bahwa banyak persoalan-persoalan perkawinan yang
mendatangkan ketidakbahagiaan, perceraian, suami meninggalkan isteri
19
atau menceraikan isteri, dapat ditelusuri penyebabnya pada perbedaan-
perbedaan saat tibanya ketakseimbangan (disequilibrium) kedua jenis
kelamin atau pasangan tersebut.
e) Usia Berbahaya
Usia setengah baya sebagai usia berbahaya, juga mengandung arti bagi
banyak aspek kehidupan lainnya. Antara lain, jika individu sakit karena
berlebihan dala bekerja, berlebihan kekhawatirannya, atau hidup yang
sembarangan. Apabila sakit akibat kelebihan kerja demikian serius, dapat
menuntun seorang ke arah kematian. Usaha-usaha menghindari timbulnya
keadaan berbahaya dalam usia setengah baya. Para ahli umumnya menitik
beratkan perhatiannya pada akar permasalahan atau cikal-bakal terjadinya
keadaan bahaya itu.apabila ditelusuri latar belakanngnya, maka
kebanyakann kasus menghantarkan pada pekerja sosial, penyuluh
( konselor) perkawinan, atau psikiater pada adanya perbedaan-perbedaan
tingkat usia pasangan suami isteri sehingga dialai ketakseimbangan dalam
hal pencapaian keadaan “ betah di rumah.” Juga karena rasa terancam yang
dialami oleh wanita sehubungan datangnya menopause dan oleh pria
sehubungan dengan datangnya climacteric dan pensiun. Pengobatan yang
sering dilakukan adalah usaha-usaha membelajarkan orang dewasa
setengah baya dalam menyesuaikan diri dengan perubahanperubahan pisik
dan peranan yang dialaminya. Semuanya diarahkan agar mereka “betah di
rumah ,” dan menemukan aktivitas-produktif.
f) Usia Kaku atau Canggung
Seperti halnya masa remaja yang tidak lagi dapat disebut sebagai kanak-
kanak dan juga belu dapat dikatakan telah dewasa; posisi setengah baya
demikian pula, sudah tidak lagi muda dan juga belum tua. Oleh karena
posisi yang demikian itu, para setengah baya ini banyak yang merasa tidak
mendapat pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Karena itu, mereka ingin
menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin mencoba agar
tidak terlihat tua. Adanya keinginan untuk tidak nampak tua itu,
dinyatakanya dengan antara lain pemilihan busana yang dikenakan.
Beberapa pria dan kebanyakan wanita setengah baya mengenakan pakaian
20
yang rapih seakan ingin mengalahkan anak-anak muda usia dengan maksud
untuk meyakinkan diri sendiri dan orang-orang lain bahwa “ saya belum
lagi setengah baya”. Dua keadaan yang bertentangan itu, yaitu berpakaian
dan berdandan rapi “pembungkus” ketuaan disatu pihak dan gejala
konservatisme dalam hal mode pada lain pihak, membuat para orang
dewasa setengah baya ini Nampak janggal dalam penampilannya.
Kejanggalan-kejanggalan dalam banyak penampilan orang dewasa usia ini
menggambarkan keadaan yang kaku atau canggung yang dialami oleh para
orang setengah baya pada umumnya.
g) Masa Berprestasi
Berprestasi dalam usia setengah baya merupakan satu gambaran keadaan
yang sangat positif dalam masa ini. Sejak tahun-tahun pertama usia
setengah baya, terbuka peluang berprestasi ini, bahkan puncak prestasi
yang dapat dicapai individu dalam tiap-tiap jangka kehidupannya tidak
dapat menandingi puncak prestasi yang dicapai dalamm usia ini. Dengan
demikian, usia setengah baya tidak melulu berisi gambaran yang tak enak.
Dalam hal ini Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai ini,
tidak hanya sukses dalam hal keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal
kekuasaan dan prestasi. Pada umumnya, puncak prestasi itu dicapai dalam
usia 40 sampai 50 tahun. Setelah itu seseorang tinggal bersenang-senang
menikmati jerih payahnya. Para pejabat dan pemimpin formal kebanyakan
dalam usia itu. Dapat disimpulkan bahwa usia setengah baya merupakan
masa yang penuh peluang untuk berprestasi bagi individu, yang walaupun
dalam banyak hal, terdapat variasi yang dapat dicapai oleh masing-masing
individu dan kecepatan individu dalam mencapai prestasi tersebut.
h) Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Ciri kedelapan usia madya adalah bahwa usia ini dievaluasi dengan standar
ganda, satu standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Meskipun standar
ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita
madya, tapi ada dua aspek khusus yang perlu diperhatikan. Pertama adalah
aspek yang berhubungan dengan perubahan jasmani. Kedua, dimana
21
standar ganda dapat terlihat nyata pada cara mereka (pria dan wanita)
menyatakan sikap terhadap usia tua.
i) Usia Madya Merupakan Masa Sepi
Ciri kesembilan usia madya adalah bahwa usia ini dialami sebagi masa sepi
(empity nest), masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua.
Kecuali dalam beberapa kasus, dibandingkan dengan usia rata-rata, atau
menunda kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier atau
mempunyai keluarga besar sepanjang masa, usia madya masa sepi dalam
kehidupan perkawinan.
j) Usia Madya Merupakan Masa Jenuh
Ciri kesepuluh usia madya adalah bahwa sering kali periode ini merupakan
masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria menjadi jenuh dengan
kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya
memberikan sedikit hiburan, wanita yang menghabiskan waktunya untuk
memelihara runah dan membesarkan anknya, bertanya-tanya apa yang akan
mereka lakukan pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian.
Kejenuhan tidak akan mendatangkan kebahagiaan ataupun kepuasan pada
usia manapun. Akibatnya usia madya sering kali merupakan periode yang
tidak menyenangkan dalam hidup.
2.2 Konsep Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan Bare,
2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah (PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
22
efektifitas biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah ( Rendy dan Margareth, 2012).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin
oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).
2. Etiologi
Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau
sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada pankreas
yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes mellitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat
terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui. (Smeltzer dan
Bare, 2015).
Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis
mempunyai beberapa penyebab, antara lain:
a) Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam
darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes mellitus.
b) Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes mellitus. Sembilan dari
sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
c) Faktor Genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
23
menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pancreas
menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
e) Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan
radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun
sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme
tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan dislipedemia
dapat meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus.
f) Pola Hidup
Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes mellitus.
Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit diabetes mellitus karena olahraga berfungsi untuk membakar
kalori yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang tertimbun di dalam tubuh
merupakan faktor utama penyebab diabetes mellitus selain disfungsi
pankreas.
g) Kadar kortikosteroid yang tinggi. Kehamilan diabetes gestasional.
h) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
i) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.
3. Klasifikasi
DM dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori klinis (Smeltzer dan Bare,
2015), yaitu:
a) DM tipe 1
DM tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus), dapat terjadi
disebabkan karena adanya kerusakan sel-β, biasanya menyebabkan
kekurangan insulin absolut yang disebabkan oleh proses autoimun atau
idiopatik. Umumnya penyakit ini berkembang ke arah ketoasidosis diabetik
24
yang menyebabkan kematian. DM tipe 1 terjadi sebanyak 5-10% dari
semua DM. DM tipe 1 dicirikan dengan onset yang akut dan biasanya
terjadi pada usia 30 tahun (Smeltzer dan Bare, 2015).
b) DM tipe 2
DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus), dapat
terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat resistensi
insulin. DM tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan metabolik dengan
kondisi insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak cukup jumlahnya akan
tetapi reseptor insulin di jaringan tidak berespon terhadap insulin tersebut.
DM tipe 2 mengenai 90-95% pasien dengan DM. Insidensi terjadi lebih
umum pada usia 30 tahun, obesitas, herediter, dan faktor lingkungan. DM
tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (Smeltzer dan Bare,
2015).
c) DM tipe tertentu
DM tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain, misalnya, defek genetik
pada fungsi sel-β, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas (seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), penyakit metabolik
endokrin, infeksi, sindrom genetik lain dan karena disebabkan oleh obat
atau kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi
organ) (Smeltzer dan Bare, 2015).
d) DM gestasional
DM ini merupakan DM yang didiagnosis selama masa kehamilan, dimana
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan. Terjadi
pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang saat melahirkan (Smeltzer dan
Bare, 2015).
4. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang
tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia prosprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
25
glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eksresikan ke dalam urin,
eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia). (Smeltzer dan Bare, 2015).
Difisiensi insulin juga akan menganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal
insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glikosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino dan
substansi lain). Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini kan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbilkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang disebabkannya dapat
menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah,
hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
perunahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta
ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering
merupakan komponen terapi yang penting (Smeltzer dan Bare, 2015).
DM tipe 2 merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemik kronik. Meskipun pola pewarisannya
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting
dalam munculnya DM tipe 2. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan
faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendahnya aktivitas fisik,
diet, dan tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer dan Bare, 2015).
26
Mekanisme terjadinya DM tipe 2 umumnya disebabkan karena resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terjadi
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan (Smeltzer dan Bare, 2015).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi DM tipe 2. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe 2, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik
tidak terjadi pada DM tipe 2. Meskipun demikian, DM tipe 2 yang tidak
terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainnya seperti sindrom
Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik (HHNK) (Smeltzer dan Bare, 2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahuntahun) dan progresif, maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan,
seperti: kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama-
lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya
sangat tinggi). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya penyakit DM selama
bertahun-tahun adalah terjadinya komplikasi DM jangka panjang (misalnya,
kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah
terjadi sebelum diagnosis ditegakkan (Smeltzer dan Bare, 2015).
27
5. Pathway Diabetes Melitus
28
7. Manifestasi Klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Manifestasi klinis Diabetes Melitus
dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Jika
hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul
glikosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) jika melewati ambang ginjal untuk
ekskresi glukosa yaitu ± 180 mg/dl serta timbulnya rasa haus (polidipsia). Rasa
lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat
kehilangan kalori (Price dan Wilson, 2012).
Pasien dengan diabetes tipe I sering memperlihatkan awitan gejala yang
eksplosif dengan polidipsia, pliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah,
somnolen yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu. Pasien
dapat menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal kalau
tidak mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan
untuk mengontrol metabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
Sebaliknya pasien dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya dibuat berdasarkan
pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada
hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita polidipsia,
poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis
karena pasien ini tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif.
Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk mnenghambat
ketoasidosis (Price dan Wilson, 2012).
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut
dan gejala kronik (PERKENI, 2015):
a) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin
tidakmenunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala
yang ditunjukkan meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak makan
(poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan banyak kencing (poliuri).
Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak
29
minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan
turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah,
dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual (PERKENI, 2015).
b) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan,
kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit,
kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal
di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat
lahir lebih dari 4 kg (PERKENI, 2015).
7. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien DM tipe 2 akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe 2 terbagi dua
berdasarkan lama terjadinya yaitu: komplikasi akut dan komplikasi kronik
(Smeltzer dan Bare, 2015 ; PERKENI, 2015).
a) Komplikasi akut
1) Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai
dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/mL) dan terjadi
peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
2) Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-
1200 mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma
sangat meningkat (330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-), anion gap
normal atau sedikit meningkat (PERKENI, 2015).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL.
Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami
keadaan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar,
30
banyak keringat, gementar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran
menurun sampai koma (PERKENI, 2015).
b) Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM
saat ini sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama.
Penyakit DM yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan
menyebabkan terjadinya komplikasi kronik. Kategori umum komplikasi
jangka panjang terdiri dari:
1) Komplikasi Makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari
pembuluh-pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak
ateroma. Makroangiopati tidak spesifik pada DM namun dapat timbul
lebih cepat, lebih sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi
epidemiologis menunjukkan bahwa angka kematian akibat penyakit
kardiovaskular dan penderita DM meningkat 4-5 kali dibandingkan
orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada
hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapitelah
terbukti secara epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu
faktor resiko mortalitas kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin
dapat menyebabkan terjadinya risiko kardiovaskular menjadi semakin
tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL akanmeningkatkan risiko
mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati, mengenai
pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah jantung atau
penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan
penyakit pembuluh darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor
aterogenik dan diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi
makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015)
2) Komplikasi Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh
darah kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan
nefropati diabetik. Retinopati diabetik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu
retinopati non proliferatif dan retinopati proliferatif. Retinopati non
31
proliferatif merupakan stadium awal dengan ditandai adanya
mikroaneurisma, sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan
adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya
hipoksia retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan fungsi
ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Nefropati diabetik
ditandai dengan adanya proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat
retinopati dan hipertensi. Kerusakan ginjal yang spesifik pada DM
mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga molekul-molekul
besar seperti protein dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria).
Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan
ginjal progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol
metabolisme dan kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015)
3) Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius
akibat DM. Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah
neuropati perifer, berupa hilangnya sensasi distal dan biasanya
mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian tangan. Neuropati
berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang
sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan
lebih terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada
setiap pasien perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya
polineuropatidistal. Apabila ditemukan adanya polineuropati distal,
perawatan kaki yang memadai akan menurunkan risiko amputasi.
Semua penyandang DM yang disertai neuropati perifer harus diberikan
edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki (PERKENI,
2015).
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penderita diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:
a) Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas
hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
32
b) Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
c) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid (mengukur kadar lemak
dalam darah), melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
Pada dasarnya, pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan
disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2- 4
minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi
kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi
farmakologik dengan obat - obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai
dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya
ketoasidosis, DM dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat,
insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes
juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk
dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan
sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu (PERKENI,
2015).
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi
pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari
terjadinya komplikasi.
Tatalaksana diabetes terangkum dalam 4 pilar pengendalian diabetes.
Empat pilar pengendalian diabetes, yaitu:
a) Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan
mengetahui faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala
diabetes, komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes,
penderita diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya pengendalian
diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan
diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu menanggulangi
diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit yang di luar kendalinya.
33
Terdiagnosis sebagai penderita diabetes bukan berarti akhir dari segalanya.
Edukasi (penyuluhan) secara individual dan pendekatan berdasarkan
penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.
b) Pengaturan Makan (Diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan
gula darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal.
Dengan demikian, komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap
mempertahankan kenikmatan proses makan itu sendiri. Pada prinsipnya,
makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam sehari. Seperti
halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita diabetes sebaiknya
rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang
berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta
seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari
penderita.
c) Olahraga/ Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga
membutuhkan aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki
efek sangat baik meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh penderita
sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai. Porsi olahraga perlu
diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak
mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang
dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit
dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan
adalah olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa,
berkebun, dll. Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam
kegiatan sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dll.
Sebelum olahraga, sebaiknya penderita diperiksa dokter sehingga penyulit
seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi sebelum olahraga dimulai.
d) Obat/ Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap
tidak terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup
sehat di atas. Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-
34
keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan
kadar gula darah yang terlampau tinggi.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
A. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti
wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang
dilaporkan anggota keluarga.
a) Data umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan
anggota keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan
pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa pendidikan
berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola makan dan
kemampuan pasien dalam pengelolaan serta perawatan diabetes
mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua ( >40 tahun ) adalah
resiko tinggi diabetes mellitus (Harmoko, 2012).
2) Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau
faktor keturunan untuk timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapar
terjadi pada bentuk keluarga apapun.
4) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait
dengan penyakit diabetes melitus.
5) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
6) Status Sosial Ekonomi Keluarga
35
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga. Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa
tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan
seseorang. Diabetes Melitus sering terjadi pada keluarga yang
mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor lingkungan
dan gaya hidup yang sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang
aktivitas fisik, dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes
(Friedmann, 2010).
7) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton
televisi serta mendengarkan radio.
b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
ini. Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada lakilaki atau
perempuan yang berusia > 40 tahun. Tahap perkembangan keluarga
yang beresiko mengalami masalah Diabetes Melitus adalah tahap
perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan lansia. Karena
pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu kemunduran
fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan fungsi dari sel beta
pankreas.
2) Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi. Biasanya keluarga dengan
diabetes mellitus kurang peduli terhadap pengontrolan kadar gula darah
jika belum menimbulkan komplikasi lain.
36
3) Riwayat Keluarga Inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status
imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias digunakan keluarga
dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. Perlu dikaji riwayat
kesehatan keluarga karena diabetes mellitus juga merupakan salah satu
dari penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang
perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri untuk mengetahui kemungkinan jika diabetes nelitus yang
terjadi pada pasien merupakan faktor keturunan.
c) Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah
(Friedman, 2010). Penataan lingkungan yang kurang pas dapat
menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita diabetes melitus bila
mengalami suatu cidera atau luka biasanya sulit sembuh.
2) Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan /
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan penderita diabetes melitus.
3) Mobilitas Geografis Keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat tinggal.
37
4) Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dalam Masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat. Misalnya perkumpulan keluarga
inti saat malam hari, karena saat malam hari orang tua sudah pulang
bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah atau perkumpulan
keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya. Interaksi dengan
masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan kegiatan-kegiatan di
lingkungan tempat tinggal seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki
keluarga untuk menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau pendukung dari anggota keluarga dan fasilitas social
atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap pasien dengan
diabetes melitus. Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Melitus
dikeluarga sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga,
petugas dari pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya
berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor atau
mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus.
d) Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan
keluarga yang berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah prilaku, struktur peran yang
menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing anggota
keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan mengenai nilai
dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus.
e) Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
38
dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya
dan seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,
hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian
terhadap perasaan (Friedman, 2010). Semakin tinggi dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat
kesembuhan dari penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi
pembentukan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan
persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga.
Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda - tanda gangguan
kesehatan selanjutnya. Bagaimana keluarga, merasakan hal-hal yang
dibutuhkan oleh individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang
kurang memparhatikan keluarga yang menderita DM akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
2) Fungsi Sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, penghargaan,
hukuman dan perilaku serta memberi dan menerima cinta (Friedman,
2010). Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga
yang menderita DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan
mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM akan
kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan
yang berlaku seumur hidup. Pada kasus penderita diabetes mellitus
yang sudah komplikasi, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik
didalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok keluarga, yaitu:
39
a) Mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
sejauh mana keluarga mengetahui pengertian, faktor penyebab,
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah. Pada kasus diabetes mellitus ini dikaji bagaimana
pemahaman keluarga mengenai pengertian diabetes mellitus,
penyebab diabetes mellitus, tanda dan gejala diabetes mellitus serta
bagaimana pananganan dan perawatan terhadap keluarga yang
menderita diabetes mellitus.
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga
yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai dan tepat untuk
keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan dan menentukan tindakan
dalam keluarga. Yang perlu dikaji adalah bagaimana mengambil
keputusan apabila anggota keluarga menderita diabetes mellitus dan
kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan
mendukung kesembuhan anggota keluarga yang menderita diabetes
mellitus.
c) Mengetahui sejauh mana keluarga mampu merawat anggota
keluarga yang menderita diabetes mellitus, bagaimana keadaan
penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit diabetes
mellitus.
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Bagaiman keluarga mengetahui
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan
keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mencegahan
timbulnya komplikasi dari diabetes mellitus. Pemeliharaan
lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan
membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan biasanya disebabkan karena terbatasnya
sumber – sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik
rumah yang tidak memenuhi syarat.
40
e) Mengatuhi sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan
seseorang. Keluarga mengetahui ke fasilitas kesehatan mana
anggota keluarga yang menderita diabetes mellitus dibawa untuk
melakukan pengontrolan rutin kadar gula darah untuk mencegah
terjadinya komplikasi. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggotakeluarga yang
sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan agar
masalah teratasi.
4) Fungsi Reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga. Biasanya pada penderita
diabetes yang laki-laki akan mengalami beberapa masalah seksual
seperti disfungsi ereksi atau bahkan kehilangan gairah seksual,
sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami radang vagina yang
disebabkan infeksi jamur.
5) Fungsi Ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber
yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga. Pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang mencukupi akan
memperhatikan kebutuhan perawatan penderita diabetes, misalnya
dengan menggunakan susu diabetasol.
f) Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor Jangka Pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu kurang dari enam bulan.
2) Stressor Jangka Panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam
waktu lebih dari enam bulan.
41
3) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi Koping Yang Digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi
permasalahan / stress.
5) Strategi Adaptasi Disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan / stress.
g) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di
gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
klinik head to toe, untuk pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus adalah
sebagai berikut:
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes
didapatkan berat badan yang diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada
leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada
pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui
penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan lensa mata yang
keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah.
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
42
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem
pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan
menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi,
hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri,
retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan
sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis
tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperawatan klinik. (Sudiharto,
2012). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem,
etiologi dan simptom) dimana untuk problem menggunakan rumusan masalah
dari SDKI (2016) sedangkan untuk etiologi dapat menggunakan pendekatan
43
lima tugas keluarga atau dengan menggambarkan pohon masalah (Padila,
2012).
Diagnosis yang dapat muncul pada keluarga terkait fungsi perawatan
keluarga seperti kesiapan peningkatan koping, ketidakmampuan koping
keluarga,manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, dll. Dalam menyusun
diagnosa keperawatan keluarga, perawat keluarga harus mengacu pada tipologi
diagnosa keperawatan keluarga (Sudiharto, 2012), yaitu:
a) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
b) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (promkes) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga
dengan diabetes mellitus yaitu (SDKI, 2016) :
1. Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan gaya hidup
sehat
b. Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatkan kesehatan
Objektif:
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Anggota keluarga mengidentifikasi pengalaman yang
mengoptimalkan kesejahteraan
b. Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak krisis terhadap
perkembangan
c. Anggota keluarga mengungkapkan minat dalam membuat kontak
dengan orang lain yang mengalami situasi yang sama
Objektif:
44
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait
a. Kelainan genetik (mis. Sindrom down, fibrosis kistik)
b. Cedera traumatic (mis. Amputasi, cedera spinal)
c. Kondisi kronis (mis. Asma, AIDS, penyakit alzhaimer)
45
i. Perilaku individualistik
j. Upaya membangun hidup bermakna terganggu
k. Perilaku sehat terganggu
l. Ketergantungan anggota keluarga meningkat
m. Realistis kesehatan anggota keluarga terganggu
Kondisi Klinis Terkait:
a. Penyakit Alzheimer
b. AIDS
c. Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d. Kanker
e. Penyekit kronis (mis. Kanker, arthritis rheumatoid)
f. Penyalahgunaan zat
g. Krisis keluarga
h. Konflik keluarga yang belum terselesaikan
3. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
Penyebab:
a. Kurang terpapar informasi
b. Ketidakadekuatan dukungan sosial
c. Self efficacy yang rendah
d. Status sosio-ekonomi rendah
e. Stressor berlebihan
f. Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan
g. Pemilihan gaya hidup tidak sehat (mis. Merokok, konsumsi alkohol
berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Menunjukkan penolakan terhadap perubahan status kesehatan
b. Gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
c. Menunjukkan upaya peningkatan status kesehatan yang minimal
Gejala dan Tanda Minor
46
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Gagal mencapai pengendalian yang optimal
Kondisi Klinis Terkait:
a. Kondisi baru terdiagnosis penyakit
b. Kondisi perubahan gaya hidup baru akibat penyakit
c. Tumor otak
d. Penyalahgunaan zat
e. Gangguan kepribadian dan psikotik
f. Depresi/psikosis pasca persalinan
4. Penurunan Koping Keluarga
Penyebab:
a. Situasi penyerta yang mempengaruhi orang terdekat
b. Krisis perkembangan yang dihadapi orang terdekat
c. Kelelahan orang terdekat dalam memberikan dukungan
d. Disorganisasi keluarga
e. Perubahan peran keluarga
f. Tidak tersedianya informasi bagi orang terdekat
g. Kurangnya saling mendukung
h. Tidak cukupnya dukungan yang diberikan klien pada orang terdekat
i. Orang terdekat kurang terpapar informasi
j. Salahnya/tidak pahamnya informasi yang didapatkan orang terdekat
k. Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga
l. Penyakit kronis yang menghabiskan kemampuan dukungan orang
terdekat
m. Krisis situasional yang dialami orang terdekat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Klien mengeluh/khawatir tentang respon orang terdekat pada masalah
kesehatan
Objektif:
47
a. Orang terdekat menarik diri dari klien
b. Terbatasnya komunikasi orang terdekat dengan klien
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Orang terdekat menyatakan kurang terpapar informasi tentang upaya
mengatasi masalah klien
Objektif:
a. Bantuan yang dilakukan orang terdekat menunjukkan hasil yang tidak
memuaskan
b. Orang terdekat berperilaku protektif yang tidak sesuai dengan
kemampuan/kemandirian klien
Kondisi Klinisi Terkait:
a. Penyakit Alzheimer
b. AIDS
c. Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d. Kanker
e. Penyekit kronis (mis. Kanker, arthritis rheumatoid)
f. Penyalahgunaan zat
g. Krisis keluarga
h. Konflik keluarga yang belum terselesaikan
5. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif
Penyebab:
a. Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
b. Kompleksitas program perawatan/pengobatan
c. Konflik pengambilan keputusan
d. Kesulitan ekonomi
e. Banyak tuntutan
f. Konflik keluarga
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita
b. Mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
48
Objektif:
a. Gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat
b. Aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor risiko
Kondisi Klinis Terkait:
a. PPOK
b. Sklerosis multiple
c. Arthritis rheumatoid
d. Nyeri kronis
e. Penyalahgunaan zat
f. Gagal ginjal/hati tahap terminal
6. Gangguan Proses Keluarga
Penyebab:
a. Perubahan status kesehatan anggota keluarga
b. Perubahan finansial keluarga
c. Perubahan status sosial keluarga
d. Perubahan interaksi dengan masyarakat
e. Krisis perkembangan
f. Transisi perkembangan
g. Peralihan pengambil keputusan dalam keluarga
h. Perubahan peran keluarga
i. Krisis situasional
j. Transisi situasional
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Keluarga tidak mampu beradaptasi terhadap situasi
49
b. Tidak mampu berkomunikasi secara terbuka diantara anggota
keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan secara leluasa
Objektif:
a. Keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual
anggota keluarga
b. Keluarga tidak mampu mencari atau menerima bantuan secara tepat
Kondisi Klinis Terkait:
a. Hospitalisasi
b. Kondisi penyakit kronis
c. Prosedur pembedahan
d. Cedera traumatis
e. Penyalahgunaan zat
f. Penyakit Alzheimer
g. Kehamilan
7. Kesiapan Peningkatan Menjadi Orang Tua
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan peran menjadi orang
tua
Objektif:
a. Tampak adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau
anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Anak atau anggota keluarga lainnya mengekspresikan kepuasan
dengan lingkungan rumah
b. Anak atau anggota keluarga mengungkapkan harapan yang realistis
Objektif:
a. Kebutuhan fisik dan emosi anak/anggota keluarga terpenuhi
50
Kondisi Klinis Terkait:
Perilaku upaya peningkatan kesehatan
8. Kesiapan Peningkatan Proses Keluarga
Definisi:
Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung kesejahteraan anggota
keluarga dan dapat ditingkatkan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan dinamika keluarga
Objektif
a. Menunjukkan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik, sosial,
dan psikologis anggota keluarga
b. Menunjukkan aktifitas untuk mendukung keselamatan dan
pertumbuhan anggota keluarga
c. Peran keluarga fleksibel dan tepat dengan tahap perkembangan
d. Terlihat adanya respek dengan anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif
a. Keluarga menunjukkan minta melakukan aktivitas hidup sehari-hari
yang positif
b. Terlihat adanya kemampuan keluarga untuk pulih dari kondisi sulit
c. Tampak keseimbangan antara otonomi dan kebersamaan
d. Batasan-batasan anggota keluarga dipertahankan
e. Hubungan dengan masyarakat terjalin positif
f. Keluarga beradaptasi dengan perubahan
Kondisi Klinis Terkait
a. Kondisi kesehatan kronis (mis. Asma, diabetes melitus, lupus sistemik,
sklerosis multipel, AIDS)
b. Gangguan jiwa (mis. Gangguan afektif, gangguan perhatian, sindrom
down)
51
9. Ketegangan Peran Pemberi Asuhan
Definisi:
Kesulitan dalam melakukan peran pemberi asuhan dalam keluarga
Penyebab:
a. Beratnya penyakit penerima asuhan
b. Kronisanya penyakit penerima asuhan
c. Pemberi asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan rekreasi
d. Persaingan komitmen peran pemberi asuhan
e. Ketidakadekuatan lingkungan fisik dalam pemberian asuhan
f. Keluarga atau pemberi asuhan jauh dari kerabat lain
g. Kompleksitas dan jumlah aktifitas pemberi asuhan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit
b. Khawatir tentang kelanjutan perawatan klien
c. Khawatir tentang ketidakmampuan pemberi asuhan dalam merawat
klien
Objektif:
(tidak tersedia)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
(tidak tersedia)
Objektif:
a. Sulit melakukan dan/atau menyelesaikan tugas merawat klien
Kondisi Klinis Terkait
a. Kondisi kronis (mis. Cedera kepala berat, cedera medula spinalis,
keterlambatan perkembangan)
b. Kondisi kelemahan progresif Alzheimer, PPOK tahap terminal, gagal
ginjal, dialysis ginjal)
c. Penyalahgunaan zat
d. Kondisi akhir hayat (menjelang ajal)
e. Kondisi psikiatrik (mis. Gangguan kepribadian, skizofrenia)
52
10. Penampilan Peran Tidak Efektif
Definisi:
Pola perilaku yang berubah atau tidak sesuai dengan harapan, norma, dan
lingkungan
Penyebab:
a. Harapan peran tidak realistis
b. Hambatan fisik
c. Harga diri rendah
d. Perubahan citra tubuh
e. Ketidakadekuatan sistem pendukung (support system)
f. Stres
g. Perubahan peran
h. Faktor ekonomi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. Merasa bingung menjalankan peran
b. Merasa harapan tidak terpenuhi
c. Merasa tidak puas dalam menjalankan peran
Objektif
a. Konflik peran
b. Adaptasi tidak adekuat
c. Strategi koping tidak efektif
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Merasa cemas
Objektif:
a. Depresi
b. Dukungan sosial kurang
c. Kurang bertanggungjawab menjalankan peran
Kondisi klinis Terkait
a. Penyakit keganasan organ reproduksi
b. Kondisi kronis
53
c. Pembedahan mayor
d. Penyalahgunaan zat
e. Cedera medulla spinalis
f. Sindrom keletihan kronis
g. Depresi mayor
11. Pencapaian Peran Menjadi Orang Tua
Definisi:
Terjadinya proses interaktif antar anggota keluarga (suami-istri, anggota
keluarga dan bayi) yang ditunjukkan dengan perkembangan bayi yang
optimal
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
a. (Tidak tersedia)
Objektif:
a. Bounding attacment optimal
b. Perilaku positif menjadi orang tua
c. Saling berinteraksi dalam merawat bayi
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
a. Mengungkapkan kepuasan dengan bayi
Objektif:
a. Melakukan stimulasi visual, taktif atau pendengaran terhadap bayi
Kondisi Klinis Terkait:
a. Status kesehatan ibu
b. Status kesehatan bayi
12. Risiko Gangguan Perlekatan
Definisi:
Beresiko mengalami gangguan interaksi antara orangtua atau orang
terdekat dengan bayi/ anak yang dapat mempengaruhi proses asah, asih,
dan asuh
Faktor risiko:
a. Kekhawatiran menjalankan peran sebagai orang tua
54
b. Perpisahan antara ibu dan anak/ bayi akibat hospitalisasi
c. Penghalang fisik (mis. Inkubator, baby warmer)
d. Ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan anak/ bayi
e. Perawatn dalam ruang isolasi
f. Prematuritas
g. Penyalahgunaan zat
h. Konflik hubungan antara orang tua dan anak
i. Perilaku bayi tidak terkoordinasi
Kondisi Klinis Terkait:
a. Hospitalisasi
b. Prematuritas
c. Penyakit kronis pada orang tua atau anak
d. Retardasi mental
e. Komplikasi maternal
f. Sakit selama periode hamil dan melahirkan
g. Post partum blues
13. Risiko Proses Pengasuhan Tidak Efektif
Definisi:
Beresiko mengalami proses kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan
termasuk perawatan bayi baru lahir yang tidak sesuai dengan konteks
norma dan harapan
Faktor Risiko:
a. Kekerasan dalam rumah tangga
b. Kehamilan tidak diinginkan/ direncanakan
c. Kurang terpapar informasi tentang persalinan/ pengasuhan
d. Ketidak berdayaan maternal
e. Distres psikologis
f. Penyalahgunaan obat
g. Ketidakadekuatan manajemen ketidaknyamanan selama persalinan
h. Akses layanan kesehatan sulit dijangkau
i. Kurangnya minat/ proaktif dalam proses persalinan
j. Ketidaksesuain kondisi bayi dengan harapan
55
k. Ketidaknyaman lingkungan untuk bayi
Kondisi Klinis Terkait:
a. Gangguan pertumbuhan janin
b. Gangguan kesehatan fisik dan psikologis ibu
56
Skala ini digunakan untuk menentukan prioritas masalah dari beberapa
diagnosa keperawatan keluarga yang telah dipaparkan di atas. Adapun kriteria,
skor, dan bobot untuk skala prioritas adalah sebagai berikut:
SKALA PRIORITAS MASALAH
SKO PEMBENARA
NO KRITERIA BOBOT
R N
1. Sifat Masalah 1
(2) Tidak/kurang sehat 3
(3) Ancamankesehatan 2
(4) Keadaan sejahtera 1
57
3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat keluarga
sedang bekerja (Friedman, 2010)
58
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Diagnosi Kesiapan Peningkatan Status koping keluarga a. Fungsi keluarga (L. a. Dukungan koping a. Dukungan
s Koping Keluarga (D.0090) (L. 09088) (Hal. 116) 13114) (Hal. 26) keluarga (I. 09260) pengambilan
(1) (Hal. 199) b. Ketahanan keluarga (Hal. 28) keputusan (I.
Kategori Psikologis (L. 09074) (Hal. 45) b. Pelibatan keluarga (I. 09265) (Hal. 34)
Sub Integritas Ego c. Tingkat ansietas (L. 14525) (Hal. 237) b. Dukungan
kategori 09093) (Hal. 132) c. Promosi koping (I. keluarga
09312) ( Hal. 375) merencanakan
perawatan (I.
13477) (Hal. 26)
c. Koordinasi diskusi
keluarga (I. 12482)
(Hal. 140)
d. Promosi keutuhan
keluarga (I. 13490)
(Hal. 372)
Definisi Pola adaptasi anggota Perilaku anggota keluarga a. Kemampuan a. Memfasilitasi a. Memberikan
keluarga dalam mengatasi dalam mendukung, keluarga memenuhi peningkatan nilai- informasi dan
59
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
situasi yang dialami klien memberi rasa nyaman, kebutuhan anggota nilai, minat dan dukungan saat
secara efektif dan membantu dan keluarga selama tujuan dalam pembuatan
menunjukkan keinginan memotivasi anggota proses perkembangan keluarga keputusan
serta kesiapan untuk keluarga lain yang sakit b. Kapasitas keluarga b. Memfasilitasi kesehatan
meningkatkan kesehatan terhadap kemampuan untuk beradaptasi partisipasi anggota b. Memfasilitasi
keluarga dan klien beradaptasi, mengelola dan berfungsi secara keluarga dalam perencanaan
dan mengatasi masalah positif setelah perawatan emosional penatalaksanaan
kesehatan mengalami kesulitan dan fisik perawatan
atau krisis c. Meningkatkan upaya kesehatan keluarga
c. Kondisi emosi dan kognitif dan perilaku c. Menyeimbangkan
pengalaman subyek untuk menilai dan kegiatan keluarga
terhadap subyek merespon stressor untuk mencapai
yang tidak jelas dan dan/atau kemampuan tujuan bersama
spesifik akibat menggunakan anggota keluarga
antisipasi bahaya sumber-sumber yang d. Meningkatkan
yang memungkinkan ada pengetahuan dan
individu melakukan kemampuan pasien
60
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
tindakan untuk untuk menjaga dan
menghadapi ancaman meningkatkan
kerekatan dan
keutuhan keluarga
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
a. Anggota keluarga b. Kekhawatiran tentang kebutuhan anggota kesesuaian antara pemahaman
menetapkan tujuan untuk anggota keluarga keluarga harapan pasien, keluarga
meningkatkan gaya c. Perilakau b. Anggota keluarga keluarga, dan terhadap masalah
hidup sehat mengabaikan anggota saling mendukung tenaga kesehatan - Identifikasi
b. Anggota keluarga keluarga c. Anggota keluarga - Idenfikasi respons mekanisme
menetapkan sasaran d. Kemampuan menjalankan peran emosionalterhadap koping keluarga
untuk meningkatkan memenuhi kebutuhan yang diharapkan kondisi saat ini b. Terapeutik
kesehatan anggota keluarga d. Adaptasi terhadap b. Terapeutik - Fasilitasi
Objektif: e. Komitmen pada masalah - Dengarkan kunjungan
(tidak tersedia) perawatan/pengobatan Ekspektasi: meningkat masalah, keluarga
61
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Gejala dan Tanda Minor f. Komunikasi antara a. Mendiskusikan perasaan, dan - Fasilitasi
Subjektif: anggota keluarga makna krisis pertanyaan komunikasi
a. Anggota keluarga g. toleransi b. Mempertahankan keluarga terbuka nalar
mengidentifikasi kebiasaan rutin - Fasilitasi setiap anggota
pengalaman yang keluarga pengungkapan keluarga
mengoptimalkan c. Dukungan perasaan antara c. Edukasi
kesejahteraan kemandirian antar pasien dan - Anjurkan
b. Anggota keluarga anggota keluarga keluarga atau anggota keluarga
berupaya menjelaskan d. Verrbalisasi harapan antar anggota mempertahankan
dampak krisis terhadap yang positif antar keluarga keharmonisan
perkembangan anggota keluarga c. Edukasi anggota keluarga
c. Anggota keluarga e. Menggunakan - Informasikan d. Kolaborasi
mengungkapkan minat strategi koping yang kemajuan pasien - Rujuk untuk
dalam membuat kontak efektif secara berkala terapi keluarga,
dengan orang lain yang f. Verbalisasi perasaan - Informasikan jika perlu
mengalami situasi yang antar anggota fasilitas
sama keluarga perawatan
62
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Objektif: g. Mencari dukungan kesehatan yang
(tidak tersedia) emosional dari tersedia
anggota keluarga lain d. Kolaborasi
h. Menganggap - Rujuk untuk
kesulitan sebagai terapi keluarga,
tantangan jika perlu
Ekspektasi: menurun
a. Verbalisasi
kebingunan
b. Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi
c. Perilaku gelisah
d. Perilaku tegang
e. Pola tidur
Diagnosi Ketidakmampuan Koping Status koping keluarga a. Adaptasi disabilitas a. Dukungan koping a. Intervensi krisis (I.
s Keluarga (D. 0093) (Hal. (L. 09088) (Hal. 116) (L. 05037) (Hal. 14) keluarga (I. 09260) 09278) (Hal. 125)
63
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
(2) 204) b. Dukungan keluarga (Hal. 28) b. Mobilisasi keluarga
Kategori Psikologis (L. 13112) (Hal. 21) (I. 13483) (Hal.
Sub Integritas Ego c. Dukungan sosial (L. 234)
kategori 13113) (Hal. 22)
d. Fungsi keluarga (L.
13114) (Hal. 26)
e. Ketahanan keluarga
(L. 09074) (Hal. 45)
f. Manajemen
kesehatan keluarga
(L. 12105) (Hal. 63)
g. Tingkat agitasi (L.
09092) (Hal. 130)
Definisi Perilaku orang terdekat Perilaku anggota keluarga a. Proses penyesuaian Memfasilitasi a. Melakukan
(anggota keluarga atau dalam mendukung, fungsional terhadap peningkatan nilai-nilai, konseling jangka
orang berarti) yang memberi rasa nyaman, tantangan minat dan tujuan dalam pendek untuk
membatasi kemampuan membantu dan keterbatasan fisik keluarga mengatasi krisis
64
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
dirinya dank lien untuk memotivasi anggota b. Ketersediaan dan
beradaptasi dengan masalah keluarga lain yang sakit sokongan anggota mengembangkan
kesehatan yang dihadapi terhadap kemampuan keluarga untuk tingkat fungsi ke
klien beradaptasi, mengelola memenuhi kebutuhan sebelum krisis atau
dan mengatasi masalah individu yang menjadi lebih baik
kesehatan menjalani perawatan b. Memanfaatkan
c. Ketersediaan kekuatan keluarga
sokongan dari oran untuk
lain untuk memenuhi mempengaruhi
kebutuhan individu kesehatan pasien
yang menjalani secara positif
perawatan
d. Kemampuan
keluarga memenuhi
kebutuhan anggota
keluarga selama
proses perkembangan
65
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
e. Kapasitas keluarga
untuk beradaptasi
dan berfungsi secara
positif setelah
mengalami kesulitan
atau krisis
f. Kemampuan
menangani masalah
kesehatan keluarga
secara optimal untuk
memulihkan kondisi
kesehatan anggota
keluarga
g. Manifestasi fisiologis
dan perilaku akibat
stress atau pemicu
biokimia
66
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Verbalisasi - Identifikasi respon - Identifikasi
a. Merasa diabaikan b. Kekhawatiran tentang menyesuaikan diri emosional terhadap kekuatan dan
Objektif: anggota keluarga dengan disabilitas kondisi saat ini sumberdaya di
a. Tidak memenuhi c. Perilakau b. Verbalisasi - Identifikai beban dalam keluarga
kebutuhan anggota mengabaikan anggota rekonsiliasi dengan prognosis secara dan masyarakat
keluarga keluarga disabilitas psikologis - Identifikasi
b. Tidak toleran d. Kemampuan c. Adaptasi dengan b. Terapeutik kesiapan dan
c. Mengabaikan anggota memenuhi kebutuhan keterbatasan fisik - Dengarkan masalah, kemampuan
keluarga anggota keluarga d. Modifikasi pola perasaan, dan anggota keluarga
Gejala dan Tanda Minor e. Komitmen pada hidup sesuai kondisi pertanyaan keluarga untuk belajar
Subjektif: perawatan/pengobatan disabilitas - Terima nilai-nilai - Identifikasi
a. Terlalu khawatir dengan f. Komunikasi antara Ekspektasi: meningkat keluarga dengan keterbatasan,
anggota keluarga anggota keluarga a. Anggota keluarga cara yang tidak kemajuan, dan
b. Merasa tertekan (depresi) g. Toleransi verbalisasi keinginan menghakimi implikasi
Objektif: untuk mendukung - Fasilitasi perawatan
67
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
a. Perilaku menyerang anggota keluarga pengungkapan b. Terapeutik
(agresi) yang sakit perasaan antara - Jadilah
b. Perilaku menghasut b. Menanyakan kondisi pasien dan keluarga pendengar yang
(agitasi) pasien atau antar anggota baik untuk
c. Tidak berkomitmen c. Mencari dukungan keluarga anggota keluarga
d. Menunjukkan gejala sosial bagi anggota - Fasilitasi anggota - BHSP dengan
psikosomatis keluarga yang sakit keluarga dalam anggota keluarga
e. Perilaku menolak d. Mencari dukungan mengidentifikasi - Dukung kegiatan
f. Perawatan yang spiritual bagi anggota dan menyelesaikan anggota keluarga
mengabaikan kebutuhan keluarga konflik nilai dalam
dasar klien Ekspektasi: meningkat c. Edukasi mempromosikan
g. Mengabaikan a. Kemampuan - Informasikan kesehatan atau
perawatan/pengobatan meminta bantuan fasilitas perawatan pengelolaan
anggota keluarga pada orang lain kesehatan yang kondisi
h. Perilaku bermusuhan b. Bantuan yang tersedia - Libatkan anggota
i. Perilaku individualistic ditawarkan oleh d. Kolaboras keluarga untuk
j. Upaya membangun orang lain - Rujuk untuk terapi mengodentifikasi
68
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
hidup bermakna c. Dukungan emosi kelaurga, jika perlu layanan
terganggu yang disediakan oleh kesehatan dan
k. Perilaku sehat terganggu orang lain sumber daya
l. Ketergantungan anggota Ekspektasi: membaik masyarakat
keluarga meningkat a. Pemenuhan c. Edukasi
m. Realistis kesehatan kebutuhan anggota - Berikan
anggota keluarga keluarga informasi
terganggu b. Anggota keluarga kesehatan kepada
saling mendukung keluarga, sesuai
c. Anggota keluarga kebutuhan
menjalankan peran d. Kolaborasi
yang diharapkan - Rujuk anggota
d. Adaptasi terhadap keluarga pada
masalah dukungan
Ekspektasi: meningkat kelompok, jika
a. Mendiskusikan perlu
makna krisis
69
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
b. Mempertahankan
kebiasaan rutin
keluarga
c. Dukungan
kemandirian antar
anggota keluarga
d. Verbalisasi harapan
yang positif antar
anggota keluarga
e. Menggunakan
strategi koping yang
efektif
Ekspektasi: meningkat
a. Kemampuan
menjelaskan masalah
kesehatan yang
dialami
70
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
b. Aktivitas keluarga
mengatasai masalah
kesehatan tepat
c. Verbalisasi kesulitan
menjalankan
perawatan yang
ditetapkan
Ekspektasi: menurun
a. Kegelisahan
b. Frustasi
c. Sifat lekas marah
d. Tidak mampu
menahan diri
Diagnosi Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan (L. a. Manajemen Promosi perilaku upaya a. Identifikasi risiko
s Cenderung Berisiko (D. 12107) (Hal. 88) kesehatan keluarga kesehatan (I. 12472) (I. 14502) (Hal.
(3) 0099) (Hal. 216) (L. 12105) (Hal. 63) (Hal. 380) 120)
Kategori Psikologis b. Konseling (I.
71
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Sub Integritas Ego 10334) (Hal. 133)
kategori
Definisi Hambatan kemampuan Kemampuan dalam Kemampuan menangani Meningkatkan a. Menemukan dan
dalam mengubah gaya mengubah gaya masalah kesehatan perubahan perilaku menganalisis
hidup/perilaku untuk hidup/perilaku untuk keluarga secara optimal penderita/klien agar kemungkinan
memperbaiki status memperbaiki status untuk memulihkan memiliki kemauan dan faktor-faktor risiko
kesehatan kesehatan kondisi kesehatan kemampuan yang yang dapat
anggota keluarga kondusif bagi kesehatan mengganggu
secara menyeluruh baik kesehatan
bagi lingkungan maupun b. Memberikan
masyarakat sekitarnya bimbingan untuk
meningkatkan atau
mendukung
penganan,
pemecahan masalah
dan hubungan
interpersonal
72
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor a. Penerimaan terhadap a. Kemampuan a. Observasi a. Observasi
Subjektif: perubahan status menjelaskan masalah - Identifikasi - Identifikasi
(tidak tersedia) kesehatan kesehatan yang perilaku upaya perilaku keluarga
Objektif: b. Kamampuan dialami kesehatan yang yang
a. Menunjukkan penolakan melakukan tindakan b. Aktivitas keluarga dapat ditingkatkan mempengaruhi
terhadap perubahan pencegahan masalah mengatasai masalah b. Terapeutik pasien
status kesehatan kesehatan kesehatan tepat - Orientasi b. Terapeutik
b. Gagal melakukan c. Kemampuan c. Verbalisasi kesulitan pelayanan - Bina hubungan
tindakan pencegahan peningkatan menjalankan kesehatan yang dan terapeutik
masalah kesehatan kesehatan perawatan yang dapat berdasarkan rasa
c. Menunjukkan upaya ditetapkan dimanfaatkan pervaya dan
peningkatan status c. Edukasi penghargaan
kesehatan yang minimal - Anjurkan - Berikan empati,
Gejala dan Tanda Minor menggunakan air kehangatan, dan
Subjektif: bersih kejujuran
(tidak tersedia) - Anjurkan mencuci - Fasilitasi untuk
73
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Objektif: tangan dengan air mengidentifikasi
a. Gagal mencapai bersih dan sabun masalah
pengendalian yang - Anjurkan c. Edukasi
optimal menggunakan - Anjurkan
jamban sehat mengekspresikan
- Anjurkan makan perasaan
sayur dan buah - Anjurkan
setiap hari mengganti
- Anjurkan kebiasaan
melakukan maladaptif
aktivitas fisik dengan adaptif
setiap hari
- Anjurkan tidak
merokok di dalam
rumah
Diagnosi Penurunan Koping Keluarga Status koping keluarga a. Fungsi keluarga (L. a. Dukungan koping Mobilisasi keluarga (I.
s (D. 0097) (Hal. 212) (L. 09088) (Hal. 116) 13114) (Hal. 26) keluarga (I. 09260) 13483) (Hal. 234)
74
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
(4) b. Ketahanan keluarga (Hal. 28)
Kategori Psikologis (L. 09074) (Hal. 45) b. Promosi koping (I.
Sub Integritas Ego c. Tingkat ansietas (L. 09312) ( Hal. 375)
kategori 09093) (Hal. 132)
Definisi Ketidakadekuatan atau Perilaku anggota keluarga a. Kemampuan a. Memfasilitasi Memanfaatkan
ketidakefektifan dukungan, dalam mendukung, keluarga memenuhi peningkatan nilai- kekuatan keluarga
rasa nyaman, bantuan dan memberi rasa nyaman, kebutuhan anggota nilai, minat dan untuk mempengaruhi
motivasi orang terdekat membantu dan keluarga selama tujuan dalam kesehatan pasien
(anggota keluarga atau memotivasi anggota prosesperkembangan keluarga secara positif
orang berarti yang keluarga lain yang sakit b. Kapasitas keluarga b. Meningkatkan upaya
dibutuhkan klien untuk terhadap kemampuan untuk beradaptasi kognitif dan perilaku
mengelola atau mengatasi beradaptasi, mengelola dan berfungsi secara untuk menilai dan
masalah kesehatannya. dan mengatasi masalah positif setelah merespon stressor
kesehatan mengalami kesulitan dan/atau kemampuan
atau krisis menggunakan
c. Kondisi emosi dan sumber-sumber yang
pengalaman subyek ada
75
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
terhadap subyek
yang tidak jelas dan
spesifik akibat
antisipasi bahaya
yang memungkinkan
individu melakukan
tindakan untuk
menghadapi
ancaman
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: a. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Perasaan diabaikan a. Pemenuhan - Identifikasi - Identifikasi
a. Klien b. Kekhawatiran tentang kebutuhan anggota kesesuaian antara kekuatan dan
mengeluh/khawatir anggota keluarga keluarga harapan pasien, sumberdaya di
tentang respon orang c. Perilakau b. Anggota keluarga keluarga, dan dalam keluarga
terdekat pada masalah mengabaikan anggota saling mendukung tenaga kesehatan dan masyarakat
kesehatan keluarga c. Anggota keluarga - Idenfikasi respons - Identifikasi
76
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Objektif: d. Kemampuan menjalankan peran emosionalterhadap kesiapan dan
a. Orang terdekat menarik memenuhi kebutuhan yang diharapkan kondisi saat ini kemampuan
diri dari klien anggota keluarga d. Adaptasi terhadap b. Terapeutik anggota keluarga
b. Terbatasnya komunikasi e. Komitmen pada masalah - Dengarkan untuk belajar
orang terdekat dengan perawatan/pengobatan Ekspektasi: meningkat masalah, perasaan, - Identifikasi
klien f. Komunikasi antara a. Mendiskusikan dan pertanyaan keterbatasan,
Gejala dan Tanda Minor anggota keluarga makna krisis keluarga kemajuan, dan
Subjektif: h. toleransi b. Mempertahankan - Fasilitasi implikasi
a. Orang terdekat kebiasaan rutin pengungkapan perawatan
menyatakan kurang keluarga perasaan antara b. Terapeutik
terpapar informasi c. Dukungan pasien dan - Jadilah
tentang upaya mengatasi kemandirian antar keluarga atau antar pendengar yang
masalah klien anggota keluarga anggota keluarga baik untuk
Objektif: d. Verrbalisasi harapan c. Edukasi anggota keluarga
a. Bantuan yang dilakukan yang positif antar - Informasikan - BHSP dengan
orang terdekat anggota keluarga kemajuan pasien anggota keluarga
menunjukkan hasil yang e. Menggunakan secara berkala - Dukung kegiatan
77
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
tidak memuaskan strategi koping yang - Informasikan anggota keluarga
b. Orang terdekat efektif fasilitas perawatan dalam
berperilaku protektif f. Verbalisasi perasaan kesehatan yang mempromosikan
yang tidak sesuai dengan antar anggota tersedia kesehatan atau
kemampuan/kemandirian keluarga d. Kolaborasi pengelolaan
klien g. Mencari dukungan - Rujuk untuk terapi kondisi
emosional dari keluarga, jika - Libatkan
anggota keluarga lain perlu anggota keluarga
h. Menganggap untuk
kesulitan sebagai mengodentifikasi
tantangan layanan
Ekspektasi: menurun kesehatan dan
a. Verbalisasi sumber daya
kebingunan masyarakat
b. Verbalisasi khawatir c. Edukasi
akibat kondisi yang - Berikan
dihadapi informasi
78
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
c. Perilaku gelisah kesehatan
d. Perilaku tegang kepada keluarga,
e. Pola tidur sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi
- Rujuk anggota
keluarga pada
dukungan
kelompok, jika
perlu
Diagnosi Manajemen Kesehatan Manajemen kesehatan a. Ketahanan keluarga c. Dukungan keluarga Mobilisasi keluarga (I.
s Keluarga Tidak Efektif keluarga (L. 12105) (Hal. (L. 09074) (Hal. 45) merencanakan 13483) (Hal. 234)
(5) (D.0115) (Hal. 254) 63) b. Status kesehatan perawatan (I. 13477)
Kategori Perilaku keluarga (L. 12108) (Hal. 26)
Sub Penyuluhan dan (Hal. 112) d. Koordinasi diskusi
kategori Pembelajaran keluarga (I. 12482)
(Hal. 140)
Definisi Pola penanganan masalah Kemampuan menangani a. Kapasitas keluarga c. Memfasilitasi Memanfaatkan
79
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
kesehatan dalam keluarga masalah kesehatan untuk beradaptasi perencanaan kekuatan keluarga
tidak memuaskan untuk keluarga secara optimal dan berfungsi secara penatalaksanaan untuk mempengaruhi
memulihkan kondisi untuk memulihkan positif setelah perawatan kesehatan kesehatan pasien
kesehatan anggota keluarga kondisi kesehatan mengalami kesulitan keluarga secara positif
anggota keluarga atau krisis d. Menyeimbangkan
b. Kondisi kegiatan keluarga
kesejahteraan fisik, untuk mencapai tujuan
mental dan sosial bersama anggota
keluarga keluarga
Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: c. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan a. Mendiskusikan - Identifikasi - Identifikasi
a. Mengungkapkan tidak menjelaskan masalah makna krisis kebutuhan dan kekuatan dan
memahami masalah kesehatan yang b. Mempertahankan harapan keluarga sumberdaya di
kesehatan yang diderita dialami kebiasaan rutin tentang kesehatan dalam keluarga
b. Mengungkapkan b. Aktivitas keluarga keluarga - Identifikasi dan masyarakat
kesulitan menjalankan mengatasai masalah c. Dukungan sumber-sumber - Identifikasi
80
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
perawatan yang kesehatan tepat kemandirian antar yang dimiliki kesiapan dan
ditetapkan c. Verbalisasi kesulitan anggota keluarga keluarga kemampuan
Objektif: menjalankan d. Verrbalisasi harapan - Identifikasi anggota keluarga
a. Gejala penyakit anggota perawatan yang yang positif antar tindakan yang untuk belajar
keluarga semakin ditetapkan anggota keluarga dapat dilakukan - Identifikasi
memberat e. Menggunakan keluarga keterbatasan,
b. Aktivitas keluarga untuk strategi koping yang d. Terapeutik kemajuan, dan
mengatasi masalah efektif - Motivasi implikasi
kesehatan tidak tepat f. Verbalisasi perasaan pengembangan perawatan
Gejala dan Tanda Minor antar anggota sikap dan emosi b. Terapeutik
Subjektif: keluarga yang mendukung - Jadilah
(tidak tersedia) g. Mencari dukungan upaya kesehatan pendengar yang
Objektif: emosional dari - Gunakan sarana baik untuk
a. Gagal melakukan anggota keluarga lain dan fasilitas yang anggota keluarga
tindakan untuk h. Menganggap ada dalam - BHSP dengan
mengurangi faktor risiko kesulitan sebagai keluarga anggota keluarga
tantangan e. Edukasi - Dukung kegiatan
81
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Ekspektasi: meningkat - Informasikan anggota keluarga
a. Kesehatan fisik fasilitas kesehatan dalam
anggota keluarga yang ada di mempromosikan
b. Kesehatan mental lingkungan kesehatan atau
anggota keluarga keluarga pengelolaan
- Ajarkan cara kondisi
perawatan yang - Libatkan
bisa dilakukan anggota keluarga
keluarga untuk
mengodentifikasi
layanan
kesehatan dan
sumber daya
masyarakat
c. Edukasi
- Berikan
informasi
82
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
kesehatan
kepada keluarga,
sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi
- Rujuk anggota
keluarga pada
dukungan
kelompok, jika
perlu
Diagnosi Gangguan Proses Keluarga Proses keluarga (L. Dukungan keluarga (L. a. Promosi proses a. Pendampingan
s (D.0120) (Hal. 266) 13123) (Hal. 98) 13112) (Hal. 21) efektif keluarga (I. keluarga (I. 13486)
(6) 13496) (Hal. 383) (Hal. 287)
Kategori Relasional b. Terapi keluarga (I.
Sub Interaksi Sosial 09322) (Hal. 425)
kategori
Definisi Perubahan dalam hubungan Kemampuan untuk Ketersediaan sokongan a. Melakukan tindakan Mendampingi
atau fungsi keluarga berubah dalam hubungan anggota keluarga untuk untuk keluarga dan atau
83
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
aatau fungsi keluarga memenuhi kebutuhan mempertahankan anggota keluarga
individu yang menjalani dan meningkatkan dalam menjalani
perawatan proses dalam regimen pengobatan
keluarga atau menghadapi
b. Menggunakan masalah kesehatan
anggota keluarga
untuk menggerakkan
keluarga melakukan
cara hidup yang
lebih produktif
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: c. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga - Identifikasi tipe - Identifikasi
(tidak tersedia) terhadap situasi verbalisasi keinginan proses keluarga kebutuhan
Objektif: b. Kemampuan keluarga untuk mendukung - Identifikasi keluarga terkait
a. Keluarga tidak mampu berkomunikasi secara anggota keluarga masalah atau masalah
beradaptasi terhadap terbuka diantara yang sakit gangguan dalam kesehatan
84
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
situasi anggota keluarga b. Menanyakan kondisi proses keluarga keluarga
b. Tidak mampu pasien d. Terapeutik - Identifikasi tugas
berkomunikasi secara c. Mencari dukungan - Pertahankan kesehatan
terbuka diantara anggota sosial bagi anggota interaksi yang keluarga yang
keluarga keluarga yang sakit berkelanjutan terhambat
Gejala dan Tanda Minor d. Mencari dukungan dengan anggota b. Terapeutik
Subjektif: spiritual bagi anggota keluarga - BHSP dengan
a. Keluarga tidak mampu keluarga - Motivasi anggota keluarga
mengungkapkan keluarga untuk - Dengarkan
perasaan secara leluasa melakukan keinginan dan
Objektif: aktivitas bersama perasaan
a. Keluarga tidak mampu seperti makan keluarga
memenuhi kebutuhan bersama, diskusi - Dukungan
fisik/emosional/spiritual bersama keluarga mekanisme
anggota keluarga e. Edukasi koping adaptif
b. Keluarga tidak mampu - Diskusikan yang digunakan
mencari atau menerima dukungan sosial keluarga
85
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
bantuan secara tepat dari sekitar c. Edukasi
keluarga - Ajarkan
mekanisme
koping yang
dapat dijalankan
keluarga
Diagnosi Kesiapan Peningkatan Peran menjadi orang tua a. Keamanan lingkungan c. Promosi antisipasi a. Promosi keutuhan
s Menjadi Orang Tua (D. (L. 13120) (Hal. 79) rumah (L. 14126) (hal. keluarga (I. 12466) keluarga (I. 13490)
(7) 0122) (Hal. 270) 36) (Hal. 357) (Hal. 372)
Kategori Relasional b. Penampilan peran (L.
Sub Interaksi Sosial 13119) (hal. 75)
kategori
Definisi Pola pemberian lingkungan Kemampuan orang tua a. Pengaturan ruang Meningkatkan kesiapan Meningkatkan
bagi anak atau anggota memberi lingkungan bagi dan perabot untuk keluarga untuk pengetahuan dan
keluarga yang cukup untuk anak atay anggota mencegah terjadinya mencegah kemampuan pasien
memfasilitasi pertumbuhan keluarga yang cukup, cedera fisik di rumah perkembangan atau untuk menjaga dan
dan perkembangan serta untuk memfasilitasi b. Pola perilaku sesuai krisis situasi akibat meningkatkan
86
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
dapat ditingkatkan pertumbuhan dan dengan harapan, masalah kesehatan kerekatan dan
perkembangan norma dan keutuhan keluarga
lingkungan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: d. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Bounding attachment a. Pemeliharaan rumah - Identifikasi - Identifikasi
a. Mengekspresikan b. Perilaku positif b. Pencahayaan eksterior metode pemahaman
keinginan untuk menjadi orang tua c. Pencahayaan interior pemecahan keluarga
meningkatkan peran c. Interaksi perawatan Ekspektasi: membaik masalah yang terhadap
menjadi orang tua bayi KH: sering digunakan masalah
Objektif: a. Verbalisasi harapan keluarga - Identifikasi
a. Tampak adanya terpenuhi e. Terapeutik adanya konflik
dukungan emosi dan b. Verbalisasi harapan - Fasilitasi dalam prioritas antar
pengertian pada anak terpenuhi memutuskan anggota keluarga
atau anggota keluarga c. Verbalisasi kepuasan strategi - Identifikasi
Gejala dan Tanda Minor peran pemecahan mekanisme
Subjektif: d. Adaptasi peran masalah yang koping keluarga
87
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
a. Anak atau anggota e. Strategi koping yang dihadapi keluarga - Monitor
keluarga lainnya efektif - Libatkan seluruh hubungan antar
mengekspresikan anggota keluarga anggota keluarga
kepuasan dengan dalam upaya b. Terpeutik
lingkungan rumah antisipasi masalah - Fasilitasi
b. Anak atau anggota kesehatan, jika kunjungan
keluarga memungkinkan keluarga
mengungkapkan harapan f. Edukasi - Fasilitasi
yang realistis - Jelaskan keluarga
Objektif: perkembangan dan melakukan
a. Kebutuhan fisik dan perilaku yang pengambilan
emosi anak/anggota normal kepada keputusan dan
keluarga terpenuhi keluarga pemecahan
g. Kolaborasi masalah
Kerjasama dengan - Fasilitasi
tenaga kesehatan komunikasi
terkait lainnya, jika terbuka nalar
88
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
perlu setiap anggota
keluarga
c. Edukasi
- Anjurkan
anggota keluarga
mempertahankan
keharmonisan
keluarga
d. Kolaborasi
- Rujuk untuk
terapi, jika perlu
Diagnosi Kesiapan peningkatan Proses Keluarga a. Dukungan Promosi antisipasi a. Dukungan
s proses keluarga (D.0123) (L.13123) (Hal.98) Keluarga(L. 13112) Keluarga (I. 12466) penampilan peran
(8) (Hal. 21) (Hal. 357) (1.13478) (Hal.33)
Kategori Relasional b. Kinerja Pengasuhan b. Edukasi keluarga
Sub Interaksi Sosial (L.13117) c. Edukasi nutrisi
Kategori c. Status kesehatan anak
89
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Keluarga (L. 12108)
(Hal. 112)
d. Status Koping
Keluarga (L.09088)
(Hal. 116)
Definisi Pola fungsi keluarga yang Ketidakmampuan untuk a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi
cukup untuk mendukung berubah dalam hubungan sokongan anggota keluarga untuk pasien dan
kesejahteraan anggota atau fungsi keluarga keluarga untuk mencegah keluarga untuk
keluarga dan dapat memenuhi perkembangan atau mempernbaiki
ditingkatkan kebutuhan individu krisis situasi akibat hubungan dengan
yang menjalani masalah kesehatan mengklarifikasi
perawatan dan memenuhi
b. Pola pemberian perilaku peran
lingkungan bagi anak tertentu
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
90
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
c. Kondisi
kesejahteraan fisik,
mental dan sosial
keluarga
d. Perilaku anggota
keluarga dalam
mendukung,
memberi rasa
nyaman, membantu
dan memotivasi
anggota keluarga lain
yang sakit terhadap
kemampuan
beradaptasi,
91
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
mengelola dan
mengatasi masalah
kesehatan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: Meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: j. Observasi Observasi:
Subjektif: a. Adaptasi keluarga a. Anggota keluarga - Identifikasi a. Identifikasi
b. Mengekspresikan terhadap situasi verbalisasi metode berbagai peran dan
keinginan untuk b. Kemampuan keluarga keinginan untuk pemecahan periode transisi
meningkatkan dinamika berkomunikasi secara mendukung anggota masalah yang sesua tingkat
keluarga terbuka diantara keluarga yang sakit sering digunakan perkembangan
Objektif anggota keluarga b. Menanyakan kondisi keluarga b. Identifikasi peran
e. Menunjukkan fungsi pasien k. Terapeutik yang ada dalam
keluarga dalam c. Mencari dukungan - Fasilitasi dalam keluarga
memenuhi kebutuhan sosial bagi anggota memutuskan c. Identifikasi adanya
fisik, sosial, dan keluarga yang sakit strategi peran yang tidak
psikologis anggota d. Mencari dukungan pemecahan terpenuhi
keluarga spiritual bagi anggota masalah yang Terapeutik
92
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
f. Menunjukkan aktifitas keluarga dihadapi keluarga d. Fasilitasi adaptasi
untuk mendukung Ekpektasi Meningkat: - Libatkan seluruh peran keluarag
keselamatan dan a. Pemenuhan anggota keluarga terhadap
pertumbuhan anggota kebutuhan fisik anak dalam upaya perubahan peran
keluarga b. Pemenuhan antisipasi masalah yang tidak
g. Peran keluarga fleksibel kebutuhan emosi kesehatan, jika diinginkan
dan tepat dengan tahap anak memungkinkan e. ‘fasilitasi bermain
perkembangan c. Pemebuhan l. Edukasi peran dalam
h. Terlihat adanya respek kebutuhan - Jelaskan mengantisipasi
dengan anggota Ekspektasi: meningkat perkembangan dan reaksi orang lain
keluarga a. Kesehatan fisik perilaku yang terhadap perilaku
Gejala dan Tanda anggota keluarga normal kepada Edukasi
Minor b. Kesehatan mental keluarga f. Diskusikan
Subjektif (Tidak tersedia) anggota keluarga m. Kolaborasi perilaku yang
Objektif Ekepektasi: Meningkat Kerjasama dengan dibutuhkan untuk
g. Keluarga menunjukkan a. Perasaan diabaikan tenaga kesehatan terkait pengembangan
minta melakukan b. Kekhawatiran tentang lainnya, jika perlu peran
93
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
aktivitas hidup sehari- anggota keluarga g. Diskusikan
hari yang positif c. Perilakau perubahan peran
h. Terlihat adanya mengabaikan anggota yang diperlukan
kemampuan keluarga keluarga akibat penyakit
untuk pulih dari kondisi d. Kemampuan atau
sulit memenuhi kebutuhan ketidakmampuan
i. Tampak keseimbangan anggota keluarga Kolaborasi
antara otonomi dan e. Komitmen pada h. Rujuk dalam
kebersamaan perawatan/pengobata kelompok untuk
j. Batasan-batasan n mempelajari peran
anggota keluarga f. Komunikasi antara baru
dipertahankan anggota keluarga
k. Hubungan dengan Toleransi
masyarakat terjalin
positif
l. Keluarga beradaptasi
dengan perubahan
94
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Diagnosi Ketegangan Peran Pemberi Peran Pemberi Asuhan a. Dukungan keluarga Edukasi pada Pengasuh a. Promosi perilaku
s Asuhan (D.0124) (L.13121) (Hal.80) (L. 13112) (Hal. 21) (1.12402) (Hal.77) upaya kesehatan (I.
(9) b. Fungsi Keluarga (L. 12472) (Hal. 380)
Kategori Relasional 13114) (Hal. 26) b. Bimbingan sistem
Sub Interaksi Sosial c. Ketahanan Personal pendukung
Kategori (L.09073) (Hal.44) c. Dukungan
d. Ketahanan Keluarga kelompok
(L. 09074) (Hal. 45) d. Dukungan
e. Kinerja Pengasuhan keluarga
(L.13117) merencanakan
f. Penampilan Peran (L.
13119) (hal. 75)
g. Peran Menjadi Orang
Tua (L.13120)
(Hal.79)
Definisi Kesulitan dalam melakukan Kemampuan berperan a. Ketersediaan Memberikan informasi i. Meningkatkan
peran pemberi asuhan dalam memberikan asuhan sokongan anggota dan dukungan untuk perubahan perilaku
95
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
keluarga dalam keluarga keluarga untuk memfasilitasi pemberian penderita/klien agar
memenuhi kebutuhan perawatan oleh memiliki kemauan
individu yang pengasuh dan kemampuan
menjalani perawatan yang kondusif bagi
b. Kemampuan kesehatan secara
keluarga memenuhi menyeluruh baik
kebutuhan anggota bagi lingkungan
keluarga selama maupun masyarakat
proses perkembangan sekitarnya
c. Kapasistas untuk
beradaptasi dan
berfungsi secara
positif setelah
mengalami kesulitan
atau krisis
d. Kapasitas keluarga
untuk beradaptasi
96
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
dan berfungsi secara
positif setelah
mengalami kesulitan
atau krisis
e. Pola pemberian
lingkungan bagi anak
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
f. Pola perilaku sesuai
dengan harapan,
norma dan
lingkungan
g. Kemampuan orang
97
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
tua memberi
lingkungan bagi anak
atau anggota
keluaraga yang
cukup, untuk
memfasilitasi dan
perkembangan
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
Gejala dan Tanda Mayor KH : KH: Observasi d. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan memberi e. Pemenuhan a. Identifikasi - Identifikasi
d. Khawatir klien akan asuhan kebutuhan anggota pemahaman dan perilaku upaya
kembali dirawat di b. Kemampuan merawat keluarga kesiapan peran kesehatan yang
rumah sakit pasien f. Anggota keluarga pengasuh dapat
e. Khawatir tentang c. Kemampuan saling mendukung b. Identifikasi sumber ditingkatkan
kelanjutan perawatan menyelesaikan tugas g. Anggota keluarga dukungan dan e. Terapeutik
klien merawat pasien menjalankan peran kebutuhan istirahat - Orientasi
f. Khawatir tentang yang diharapkan pengasuh pelayanan
98
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
ketidakmampuan h. Adaptasi terhadap c. Berikan dukungan kesehatan yang
pemberi asuhan dalam masalah pada pengasuh dapat
merawat klien Ekspektasi: membaik selama pasien dimanfaatkan
Objektif: a. Mendiskusikan mengalami f. Edukasi
(tidak tersedia) makna krisis kemunduran - Anjurkan
Gejala dan Tanda Minor b. Mempertahankan d. Dukung keterbatasan menggunakan air
Subjektif: kebiasaan rutin pengasuh dan bersih
(tidak tersedia) keluarga diskusikan dengan - Anjurkan
Objektif: c. Dukungan pasien mencuci tangan
b. Sulit melakukan kemandirian antar e. Edukasi dengan air bersih
dan/atau menyelesaikan anggota keluarga f. Jelaskan dampak dan sabun
tugas merawat klien d. Verrbalisasi harapan ketergantungan anak - Anjurkan
yang positif antar pada pengasuh menggunakan
anggota keluarga g. Ajarkan pengasuh jamban sehat
e. Menggunakan meneksplorasi - Anjurkan makan
strategi koping yang kekuatan dan sayur dan buah
efektif kelmahannya setiap hari
99
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
f. Verbalisasi perasaan h. Ajarkan pengasuh - Anjurkan
antar anggota cara memberikan melakukan
keluarga dukungan perawatan aktivitas fisik
g. Mencari dukungan diri setiap hari
emosional dari Anjurkan tidak
anggota keluarga lain merokok di dalam
h. Menganggap rumah
kesulitan sebagai
tantangan
Ekspektasi: meningkat
a. Verbalisasi harapan
yang positif
b. Menggunakan
strategi koping yang
efektif
c. Menunjukkan garfa
diri yang positif
100
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
d. Mengambil tanggung
jawab
Diagnosi Penampilan peran tidak Penampilan Peran (L. a. Adaptasi Disabilitas Dukungan penampilan a. Promosi perilaku
s efektif (D.0125) 13119) (hal. 75) (L.05037) (Hal. 14) Peran (L.13478) upaya kesehatan (I.
(10) b. Fungsi Keluarga (L. (Hal.33) 12472) (Hal. 380)
Kategori Relasional 13114) (Hal. 26) b. Dukungan
Sub Interaksi Sosial c. Interaksi Sosial Kelompok
Kategori (L.13115) (Hal.34) c. Edukasi orang
Tua; fase bayi
d. Edukasi
OrangTua; Fase
anak
Definisi Pola perilaku yang berubah Pola perilaku sesuai a. Proses penyesuaian Memfasilitasi pasien dan l. Meningkatkan
atau tidak sesuai dengan dengan harapan, norma fungsional terhadap keluarga untuk perubahan perilaku
harapan, norma, dan dan lingkungan tantangan mempernbaiki hubungan penderita/klien agar
lingkungan keterbatasan fisik dengan mengklarifikasi memiliki kemauan
101
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
b. Kemampuan dan memenuhi perilaku dan kemampuan
keluarga memenuhi peran tertentu yang kondusif bagi
kebutuhan anggota kesehatan secara
keluarga selama menyeluruh baik
proses bagi lingkungan
perkembangan maupun masyarakat
c. Kuantitas dan/ atau sekitarnya
kualitas hubungan
sosial yang cukup
102
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
f. Merasa tidak puas dalam peran disabilitas yang ada dalam h. Terapeutik
menjalankan peran d. Adaptasi peran c. Adaptasi dengan keluarga - Orientasi
Objektif e. Strategi koping yang keterbatasan fisik k. Identifikasi adanya pelayanan
d. Konflik peran efektif Ekspektasi: membaik peran yang tidak kesehatan yang
e. Adaptasi tidak adekuat a. Mendiskusikan terpenuhi dapat
f. Strategi koping tidak makna krisis Terapeutik dimanfaatkan
efektif b. Mempertahankan l. Fasilitasi adaptasi i. Edukasi
Gejala dan Tanda Minor kebiasaan rutin peran keluarag - Anjurkan
Subjektif: keluarga terhadap perubahan menggunakan air
b. Merasa cemas c. Dukungan peran yang tidak bersih
Objektif: kemandirian antar diinginkan - Anjurkan
d. Depresi anggota keluarga m. ‘fasilitasi bermain mencuci tangan
e. Dukungan sosial kurang d. Verrbalisasi harapan peran dalam dengan air bersih
f. Kurang yang positif antar mengantisipasi dan sabun
bertanggungjawab anggota keluarga reaksi orang lain - Anjurkan
menjalankan peran e. Menggunakan terhadap perilaku menggunakan
strategi koping yang Edukasi jamban sehat
103
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
efektif n. Diskusikan perilaku - Anjurkan makan
f. Verbalisasi perasaan yang dibutuhkan sayur dan buah
antar anggota untuk setiap hari
keluarga pengembangan peran - Anjurkan
g. Mencari dukungan o. Diskusikan melakukan
emosional dari perubahan peran aktivitas fisik
anggota keluarga lain yang diperlukan setiap hari
h. Menganggap akibat penyakit atau - Anjurkan tidak
kesulitan sebagai ketidakmampuan merokok di
tantangan Kolaborasi dalam rumah
Ekspektasi: Meningkat Rujuk dalam kelompok
a. Perasaan nyaman untuk mempelajari peran
dengan sitiasi sosial baru
b. Perasaan mudah
menerima atau
mengkomunikasikan
perasaan
104
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
c. Responsif pada orang
lain
Diagnosi Pencapaian peran menjadi Peran Menjadi Orang Tua a. Dukungan Keluarga Promosi Antisipasi a. Dukungan
s orang Tua (D.0126) (L. 13120) (Hal. 79) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga (I. 12466) penampilan Peran
(11) b. Dukungan Sosial (L. (Hal. 357) (L.13478) (Hal.33)
Kategori Relasional 13113) (Hal. 22) b. Edukasi Nutrisi
Sub Interaksi Sosial c. Keterlibatan Sosial Anak
Kategori (L.13116) (Hal. 47) c. Edukasi Nutrisi
d. Tingkat Pengetahuan Bayi
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Terjadinya proses interaktif Kemampuan orang tua a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi
antar anggota keluarga memberi lingkungan bagi sokongan anggota keluarga untuk pasien dan
(suami-istri, anggota anak atay anggota keluarga untuk mencegah keluarga untuk
keluarga dan bayi) yang keluarga yang cukup, memenuhi perkembangan atau mempernbaiki
ditunjukkan dengan untuk memfasilitasi kebutuhan individu krisis situasi akibat hubungan dengan
perkembangan bayi yang pertumbuhan dan yang menjalani masalah kesehatan mengklarifikasi
105
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
optimal perkembangan perawatan dan memenuhi
b. Ketersediaan perilaku peran
sokongan dari oran tertentu
lain untuk memenuhi
kebutuhan individu
yang menjalani
perawatan
c. Kemampuan untuk
membina hubungan
yang erat, hangat,
terbuka, dan
independen dengan
orang lain
d. Kecukupan
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topik tertentu
106
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
107
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
b. Melakukan stimulasi anggota keluarga terhadap
visual, taktif atau dalam upaya perubahan peran
pendengaran terhadap antisipasi masalah yang tidak
bayi kesehatan, jika diinginkan
memungkinkan t. ‘fasilitasi bermain
w. Edukasi peran dalam
- Jelaskan mengantisipasi
perkembangan dan reaksi orang lain
perilaku yang terhadap perilaku
normal kepada Edukasi
keluarga u. Diskusikan
x. Kolaborasi perilaku yang
y. Kerjasama dengan dibutuhkan untuk
tenaga kesehatan pengembangan
terkait lainnya, jika peran
perlu v. Diskusikan
perubahan peran
108
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
yang diperlukan
akibat penyakit
atau
ketidakmampuan
Kolaborasi
Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari peran
baru
Diagnosi Risiko gangguan perlekatan Perlekatan (L.13122) a. Dukungan Keluarga a. Promosi Antisipasi a. Dukungan
s (D.0127) (Hal.92) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga (I. 12466) Kelompok
(12) b. Kinerja Pengasuhan (Hal. 357) b. Dukungan
Kategori Relasional (L.13117) b. Promosi Perlekatan Penampilan Peran
Sub Interaksi Sosial c. Kontrol Risiko (L.13478) (Hal.33)
Kategori (L.14128) (Hali.60) c. Dukungan Sibling
d. Organisasi Perilaku
Bayi (L.05043) (Hal.
109
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
70)
e. Tingkat Pengetahuan
(L.12111) (Hal. 146)
Definisi Beresiko mengalami Kemampuan berinteraksi a. Ketersediaan Meningkatkan kesiapan a. Memfasilitasi
gangguan interaksi antara antara orang tua atau sokongan anggota keluarga untuk pasien dan
orangtua atau orang terdekat orang terdekat dengan keluarga untuk mencegah keluarga untuk
dengan bayi/ anak yang bayi/ anak yang dapat memenuhi perkembangan atau mempernbaiki
dapat mempengaruhi proses mempengaruhi proses kebutuhan individu krisis situasi akibat hubungan dengan
asah, asih, dan asuh asah, asih, dan asuh yang menjalani masalah kesehatan mengklarifikasi
perawatan dan memenuhi
b. Pola pemberian perilaku peran
lingkungan bagi anak tertentu
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
110
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
sosial
c. Kemampuan untuk
mengerti, mencegah,
mengeliminasi, atau
mengirangi ancaman
kesehatan yang dapat
dimodifikasi
d. Kemampuan
integrasi respon
fisiologis dan
neurobehavior bayi
terhadap lingkungan
e. Kecukupan
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topik tertentu
111
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: membaik
KH: KH: bb. Observasi Observasi:
a. Mempraktikkan m. Pemenuhan - Identifikasi w. Identifikasi
perilaku sehat selama kebutuhan anggota metode berbagai peran dan
hamil keluarga pemecahan periode transisi
b. Menyiapkan n. Anggota keluarga masalah yang sesua tingkat
perlengkapan bayi saling mendukung sering digunakan perkembangan
sebelum kelahiran o. Anggota keluarga keluarga x. Identifikasi peran
c. Verbalisasi perasaan menjalankan peran cc.Terapeutik yang ada dalam
positif terhadap bayi yang diharapkan - Fasilitasi dalam keluarga
d. Mencium bayi p. Adaptasi terhadap memutuskan y. Identifikasi adanya
e. Tersenyum kepada masalah strategi peran yang tidak
bayi KH: pemecahan terpenuhi
Ekspektasi: Meningkat masalah yang Terapeutik
a. Gerakan pada dihadapi keluarga z. Fasilitasi adaptasi
ekstremitas - Libatkan seluruh peran keluarag
b. Kemampuan jari-jari anggota keluarga terhadap
112
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
menggenggam dalam upaya perubahan peran
c. Gerakan antisipasi masalah yang tidak
terkoordinasi kesehatan, jika diinginkan
d. Respon normal memungkinkan aa. ‘fasilitasi bermain
terhadap stimulus dd. Edukasi peran dalam
sensorik - Jelaskan mengantisipasi
perkembangan dan reaksi orang lain
perilaku yang terhadap perilaku
normal kepada Edukasi
keluarga bb. Diskusikan
ee.Kolaborasi perilaku yang
Kerjasama dengan dibutuhkan untuk
tenaga kesehatan terkait pengembangan
lainnya, jika perlu peran
cc. Diskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
113
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
akibat penyakit
atau
ketidakmampuan
Kolaborasi
Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari peran
baru
Diagnosi Risiko proses pengasuhan Proses Pengasuhan a. Dukungan Keluarga a. Promosi Keutuhan c. Dukungan
s tidak efektif (D.0128) (L.13124) (Hal. 99) (L. 13112) (Hal. 21) Keluarga kelompok
(13) b. Kinerja Pengasuhan b. Promosi perilaku d. Dukungan
Kategori Relasional (L.13117) upaya kesehatan (I. Keluarga
Sub Interaksi Sosial c. Peran Menjadi Orang 12472) (Hal. 380) e. Dukungan
Kategori Tua (L. 13120) (Hal. Pemeliharaan
79) Rumah
d. Tingkat Pengetahuan f. Dukungan
(L.12111) (Hal. 146) Penampilan Peran
114
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
(L.13478) (Hal.33)
Definisi Beresiko mengalami proses Kemampuan menerima a. Ketersediaan Meningkatkan Memfasilitasi pasien
kehamilan, persalinan, dan proses kehamilan, sokongan anggota perubahan perilaku dan keluarga untuk
setelah melahirkan termasuk persalinan, dan setalah keluarga untuk penderita/klien agar mempernbaiki
perawatan bayi baru lahir melahirkan termasuk memenuhi memiliki kemauan dan hubungan dengan
yang tidak sesuai dengan perawatan bayi baru lahir kebutuhan individu kemampuan yang mengklarifikasi dan
konteks norma dan harapan yang sesuai dengan yang menjalani kondusif bagi kesehatan memenuhi perilaku
konteks norma dan perawatan secara menyeluruh baik peran tertentu
harapan b. Pola pemberian bagi lingkungan maupun
lingkungan bagi anak masyarakat sekitarnya
atau anggota
keluarga untuk
mendukung dan
membangun aspek
fisik, emosi, dan
sosial
e. Kemampuan orang
115
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
tua memberi
lingkungan bagi anak
atay anggota
keluarga yang cukup,
untuk memfasilitasi
f. Kecukupan
informasi kognitif
yang berkaitan
dengan topik tertentu
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: membaik
KH: KH: j. Observasi Observasi:
a. Terpapar informasi q. Pemenuhan - Identifikasi dd. Identifikasi
tentang proses kebutuhan anggota perilaku upaya berbagai peran dan
persalinan/ keluarga kesehatan yang periode transisi
pengasuhan r. Anggota keluarga dapat ditingkatkan sesua tingkat
b. Keadkuatan saling mendukung k. Terapeutik perkembangan
manjemen s. Anggota keluarga - Orientasi ee. Identifikasi peran
116
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
ketidaknyamanan menjalankan peran pelayanan yang ada dalam
selama persalinan yang diharapkan kesehatan yang keluarga
adekuat t. Adaptasi terhadap dapat ff. Identifikasi adanya
masalah dimanfaatkan peran yang tidak
Ekspektasi: meningkat l. Edukasi terpenuhi
KH: - Anjurkan Terapeutik
a. Kemampuan mencari menggunakan air gg. Fasilitasi adaptasi
inforamsi tentang bersih peran keluarag
risiko - Anjurkan mencuci terhadap
b. Kemampaun tangan dengan air perubahan peran
mengidentifiaksi bersih dan sabun yang tidak
fakrtor risiko - Anjurkan diinginkan
c. Kemampuan menggunakan hh. ‘fasilitasi bermain
melakukan strategi jamban sehat peran dalam
kontrol risiko - Anjurkan makan mengantisipasi
sayur dan buah reaksi orang lain
setiap hari terhadap perilaku
117
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
- Anjurkan Edukasi
melakukan ii. Diskusikan
aktivitas fisik perilaku yang
setiap hari dibutuhkan untuk
Anjurkan tidak merokok pengembangan
di dalam rumah peran
jj. Diskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
akibat penyakit
atau
ketidakmampuan
Kolaborasi
Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari peran
baru
118
119
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan
memandirikan keluarga dalam bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat
menilai potensi yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui
implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk : mengenal masalah
kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,
memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan terdekat ( Sudiharto, 2012).
Menurut Padila (2012), tindakan perawatan terhadap keluarga mencakup
dapat berupa:
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah dan
kebutuhan kesehatan, dengan cara:
1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
dengan cara:
1) Mendemontrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan.
d) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan dengan
cara:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
120
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan
cara:
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki produktivitas
yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen
kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang menetukan apakah
tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam
melaksanakan evaluasi (Sudiharto,2012).
121
BAB 3
Disusun Oleh :
DIAN LUCKY MERLIAN
NIM. 202004014
122
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2021
LEMBAR PENGESEHAN
Mahasiswa,
123
NIDN. 07.015.1007 NIDN. 06.013.0907
124
125
FORMAT PENGKAJIAN
( KEPERAWATAN KELUARGA )
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn.S
b. Alamat : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
c. Telpon :-
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SD
f. Komposisi : Ayah, Ibu, Anak, Anak
Status Imunisasi
Hub.
J Umur Pendid B Polio DPT Hepatiti Ca
Nama Dng Ket
K (Thn) ikan C mpa
KK
G 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 k
Tn.S L KK 60 STM - - - - - - - - - - - - -
Ny.T P Istri 54 SD - - - - - - - - - - - - -
125
126
: Meninggal
: Laki- laki
: Perempuan
: Pasien
: Garis keturunan
: Garis pernikahan
: Satu rumah
3. Tipe Keluarga
Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak yang hidup dalam rumah tangga
yang sama.
4. Suku Bangsa
5. Agama
Ny.T mengatakan pendapatan dari hasil suaminya yaitu Rp. 1.000.000/bulan, dan
Ny.T diberi jatah dari anak keduanya sebesar Rp. 1.500.000/bulan, jadi penghasilan
126
127
2.000.000/bulan. Dilihat dari penghasilan keluarga ini dan harta benda yang dimiliki
berkumpul bersama keluarga dirumah kadang pergi ke rumah saudara ketika hari
- Riwayat kesehatan ortu suami, Kelg berkata : “tidak ada yang memiliki penyakit
- Riwayat kesehatan ortu Istri, Kelg berkata : “tidak ada yang memiliki penyakit
127
128
PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
Rumah berukuran 6x20 m2, dinding permanen, lantai keramik, jendela kaca bisa
dibuka, ruangan terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, 1 kamar mandi & WC, 3 kamar,
Denah Rumah :
Meja Kamar 3 Kamar 2 Kamar 1
Kamar
mandi & makan
WC
Ruang tamu
Ruang keluarga
Dapur mushola
Masalah kesehatan dengan karakteristik rumah, Kelg berkata :” Ny.T merasa nyaman
Ny.T bertetangga dengan beberapa keluarga petani, wiraswasta, semua tetangga Ny. T
Ny.T mengatakan sudah dari dulu tinggal di dusun Bayurejo-Songgon, tidak pernah
128
129
STRUKTUR KELUARGA
1. Komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan ”Komunikasi yang dilakukan dalam kesehariannya
menggunakan bahasa jawa”
2. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan ”Didalam aktivitas sehari-hari keluarga sangat perhatian dan
merasakan bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab keluarga”
3. Struktur peran
a. Keluarga mengatakan “Tn. S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur rumah tangganya yang tinggal bertiga. Dengan bekerja sebagai petani
untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.”
b. Ny.T bertanggung jawab mengurus rumah.”
4. Norma keluarga
Keluarga mengatakan “Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan
dengan nilai dalam agama islam yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.”
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
keluarga mengatakan ”Menurut keterangan keluarga, dalam kehidupan sehari-
harinya mereka selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama. Suami
memahami keadaan penyakit yang diderita oleh istrinya dan sebaliknya.”
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga mengatakan ” Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku
sosial yang baik. Keluarga juga cukup aktif dalam bermasyarakat, bila ada kegiatan
kemasyarakatan misalkan pengajian, keluarga ikut didalamnya.”
129
130
130
131
131
132
b. Kemampuan keluarga
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh Ny. T, karena
c. Strategi koping
d. Strategi adaptasi
Jika ada masalah, keluarga berkomunikasi dengan anggota keluarga. Dan bila ada
kesalahan yang merugikan anggota keluarga yang lain maka keluraga berusaha
memperbaikinya.
PEMERIKSAAN FISIK ,
Nama : Ny. T
Keadaan Umum
Nama : Tn.S
132
133
BB : 68kg TB : 160 cm
Nama : Ny.B
Inspeksi: warna rambut hitam, pendek, bersih, tidak ada lesi dan benjolan,
2). Hidung
Palpasi: tidak terdapat benjolan atau masa dan tidak terdapat nyeri tekan
3). Telinga
Inspeksi: Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat lesi,
4). Mata
Inspeksi: simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva merah muda, sclera
putih.
Palpasi: mata isokor, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat benjolan
Mulut: Bersih
133
134
Lidah : Bersih
Inspeksi: Tidak ada lesi ,tidak ada pembesaran Vena jugularis, warna kulit
(1). Inspeksi
Bentuk dada normal chest, warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak
terdapat lesi
(2). Palpasi
(3). Perkusi
sonor
sonor sonor
sonor sonor
(4). Auskultasi
- - - -
- -
134
135
- - - -
(1). Inspeksi
(2). Palpasi
(3). Perkusi
8). Payudara
(a). Inspeksi
Warna kulit sama dengan sekitar antara kanan dan kiri, tidak terdapt lesi,
bersih
(b). Palpasi
(a). Inspeksi
Tidak terdapat lesi, warna kulit sama dengan warna daearah sekitar
135
136
(b). Auskultasi
(c). Palpasi
(d). Perkusi
Redup Timpani
Timpani Timpani
Akral hangat, Lesi (-), kuku bersih, Nyeri tekan (-), kekuatan otot, kaki
terasa kebas
5 5
5 5
8. Pemeriksaan Penunjang
136
137
HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap agar penyakit gula darah yang diderita Ny. T dapat segera
sembuh dan dalam keluarga selalu sehat dan keluarga juga berharap petugas
kesehatan terus memperhatikan kesehatan.
137
138
ANALISA DATA
DO :
138
139
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36C
- GDA 398 mg/dl
(2) DS: Ketidakmampuan keluarga Orang terdekat kurang
merawat anggota keluarga terpapar informasi
Ny.T mengatakan bahwa ia tidak
dengan diabetes melitus
mengetahui cara perawatan dan
pencegahan penyakit diabetes melitus
1. Cara perawatan penyakit Diabetes
Melitus:
Keluarga berkata: “Belum
mengetahui”
2. Demonstrasi perawatan penyakit
Diabetes Melitus:
Keluarga: tidak bisa menunjukkan
tindakan perawatan penyakit
diabetes melitus
DO:
- Ny.T gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah diabetes
melitus
- Tensi : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36C
- GDA 398 mg/dl
139
140
DAFTAR
2) Penyebab penyakit
Diabetes Melitus
Kelg berkata : “Tidak
mengerti apa penyebab
dari Diabetes Melitus”
4) Pre dispossi/cara
penularan penyakit
Kelg berkata : “Tidak
140
141
DO :
DS:
Ny.T mengatakan bahwa ia
tidak mengetahui cara
perawatan dan pencegahan
penyakit diabetes melitus
3. Cara perawatan penyakit
Diabetes Melitus:
Keluarga berkata: “Belum
mengetahui”
4. Demonstrasi perawatan
penyakit Diabetes Melitus:
Keluarga: tidak bisa
menunjukkan tindakan
perawatan penyakit diabetes
melitus
DO:
- Ny.T gagal melakukan
tindakan pencegahan
141
142
142
143
143
144
JUMLAH 5
Skoring :
Skore X bobot
Angka tertinggi
144
145
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
penganan,
pemecahan masalah
dan hubungan
interpersonal
Ekspektasi: membaik Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor a. Penerimaan terhadap a. Kemampuan a. Observasi a. Observasi
Subjektif: perubahan status menjelaskan masalah - Identifikasi - Identifikasi
(tidak tersedia) kesehatan kesehatan yang perilaku upaya perilaku keluarga
Objektif: b. Kamampuan dialami kesehatan yang yang
a. Menunjukkan penolakan melakukan tindakan b. Aktivitas keluarga dapat ditingkatkan mempengaruhi
terhadap perubahan pencegahan masalah mengatasai masalah b. Terapeutik pasien
status kesehatan kesehatan kesehatan tepat - Orientasi b. Terapeutik
b. Gagal melakukan c. Kemampuan c. Verbalisasi kesulitan pelayanan - Bina hubungan
tindakan pencegahan peningkatan menjalankan kesehatan yang dan terapeutik
masalah kesehatan kesehatan perawatan yang dapat berdasarkan rasa
c. Menunjukkan upaya ditetapkan dimanfaatkan pervaya dan
peningkatan status c. Edukasi penghargaan
kesehatan yang minimal - Anjurkan - Berikan empati,
Gejala dan Tanda Minor menggunakan air kehangatan, dan
Subjektif: bersih kejujuran
146
147
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
(tidak tersedia) - Anjurkan mencuci - Fasilitasi untuk
Objektif: tangan dengan air mengidentifikasi
a. Gagal mencapai bersih dan sabun masalah
pengendalian yang - Anjurkan c. Edukasi
optimal menggunakan - Anjurkan
jamban sehat mengekspresikan
- Anjurkan makan perasaan
sayur dan buah - Anjurkan
setiap hari mengganti
- Anjurkan kebiasaan
melakukan maladaptif
aktivitas fisik dengan adaptif
setiap hari
- Anjurkan tidak
merokok di dalam
rumah
Diagnosi Manajemen Kesehatan Manajemen kesehatan a. Ketahanan keluarga c. Dukungan keluarga Mobilisasi keluarga (I.
s Keluarga Tidak Efektif keluarga (L. 12105) (Hal. (L. 09074) (Hal. 45) merencanakan 13483) (Hal. 234)
(1) (D.0115) (Hal. 254) 63) b. Status kesehatan perawatan (I. 13477)
Kategori Perilaku keluarga (L. 12108) (Hal. 26)
147
148
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
Sub Penyuluhan dan
kategori Pembelajaran
(Hal. 112) d. Koordinasi diskusi
keluarga (I. 12482)
Definisi Pola penanganan masalah Kemampuan menangani a. Kapasitas keluarga c. Memfasilitasi Memanfaatkan
kesehatan dalam keluarga masalah kesehatan untuk beradaptasi perencanaan kekuatan keluarga
tidak memuaskan untuk keluarga secara optimal dan berfungsi secara penatalaksanaan untuk mempengaruhi
memulihkan kondisi untuk memulihkan positif setelah perawatan kesehatan kesehatan pasien
kesehatan anggota keluarga kondisi kesehatan mengalami kesulitan keluarga secara positif
anggota keluarga atau krisis d. Menyeimbangkan
b. Kondisi kegiatan keluarga
kesejahteraan fisik, untuk mencapai tujuan
mental dan sosial bersama anggota
keluarga keluarga
Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: meningkat
Gejala dan Tanda Mayor KH: KH: c. Observasi a. Observasi
Subjektif: a. Kemampuan a. Mendiskusikan - Identifikasi - Identifikasi
a. Mengungkapkan tidak menjelaskan masalah makna krisis kebutuhan dan kekuatan dan
memahami masalah kesehatan yang b. Mempertahankan harapan keluarga sumberdaya di
kesehatan yang diderita dialami kebiasaan rutin tentang kesehatan dalam keluarga
b. Mengungkapkan b. Aktivitas keluarga keluarga - Identifikasi dan masyarakat
148
149
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
kesulitan menjalankan mengatasai masalah c. Dukungan sumber-sumber - Identifikasi
perawatan yang kesehatan tepat kemandirian antar yang dimiliki kesiapan dan
ditetapkan c. Verbalisasi kesulitan anggota keluarga keluarga kemampuan
Objektif: menjalankan d. Verrbalisasi harapan - Identifikasi anggota keluarga
a. Gejala penyakit anggota perawatan yang yang positif antar tindakan yang untuk belajar
keluarga semakin ditetapkan anggota keluarga dapat dilakukan - Identifikasi
memberat e. Menggunakan keluarga keterbatasan,
b. Aktivitas keluarga untuk strategi koping yang d. Terapeutik kemajuan, dan
mengatasi masalah efektif - Motivasi implikasi
kesehatan tidak tepat f. Verbalisasi perasaan pengembangan perawatan
Gejala dan Tanda Minor antar anggota sikap dan emosi b. Terapeutik
Subjektif: keluarga yang mendukung - Jadilah
(tidak tersedia) g. Mencari dukungan upaya kesehatan pendengar yang
Objektif: emosional dari - Gunakan sarana baik untuk
a. Gagal melakukan anggota keluarga lain dan fasilitas yang anggota keluarga
tindakan untuk h. Menganggap ada dalam - BHSP dengan
mengurangi faktor risiko kesulitan sebagai keluarga anggota keluarga
tantangan e. Edukasi - Dukung kegiatan
Ekspektasi: meningkat - Informasikan anggota keluarga
a. Kesehatan fisik fasilitas kesehatan dalam
149
150
Intervensi
SDKI. SLKI, SIKI Luaran Utama Luaran Tambahan Intervensi Utama
Pendukung
anggota keluarga yang ada di mempromosikan
b. Kesehatan mental lingkungan kesehatan atau
anggota keluarga keluarga pengelolaan
- Ajarkan cara kondisi
perawatan yang - Libatkan
bisa dilakukan anggota keluarga
keluarga untuk
mengodentifikasi
layanan
kesehatan dan
sumber daya
masyarakat
c. Edukasi
- Berikan
informasi
kesehatan
kepada keluarga,
sesuai kebutuhan
150
151
CATATAN KEPERAWATAN
NO
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TT
TUK
12-03-2021 15.00 1 a. BHSP
Menjelaskan/mendiskusikan dengan keluarga
tentang penyakit Diabetes melitus yaitu:
Definisi yaitu dimana kadar gula dalam darah
lebih dari normal sebelum makan:70-130 mg/dl,
2 jam setelah makan : < 180 mh/dl, saaat puasa:
< 100 mg/dl
Tanda gejala:
- Sering merasa haus
- Sering BAK terutama pada malam hari
- BB menurun
- Lemah, letih, dan lesu
- Pandangan kabur
- Luka yang sulit sembuh
Penyebab:
- Gangguan kemampuan tubuh untuk
menggunakan glukosa ke dalam sel
- Gaya hidup yang salah
- Sering makan makanan instan
b. Memeriksa TTV
Tensi : 120/80mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36C
c. Memeriksa GDA: 398 mg/dl
12-03-2021 15.00 2
a. Memeriksa TTV
Tensi : 120 / 80mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
b. Jelaskan kepada klien dan anggota keluarga
lainnya cara perawatan yang tepat untuk pasien
diabetes mellitus
Dengan melakukan senam kaki untuk
151
152
b. Memeriksa TTV
Tensi : 120/80mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,1 C
Memeriksa GDA: 227 mg/dl
13-03-2021 09.00 2.
a. Memeriksa TTV
Tensi : 120 / 80mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
b. Jelaskan kepada klien dan anggota keluarga
lainnya cara perawatan yang tepat untuk pasien
diabetes mellitus
Dengan melakukan senam kaki untuk
memperlancar peredaran darah
c. Memberikan kesempatan pd angg kelg untuk
mendemontrasikan senam kaki
Klien melakukan senam kaki dengan posisi
duduk sebanyak 5 kali dalam seminggu
d. Mengevaluasi keberhasilan kelg dalam
melakukan perawatan
Nyeri kaki yang dirasakan klien berkurang
e. Mengajarkan diit menu untuk penderita DM
Klien mengurangi makaan manis, mengganti
nasi putih dengan beras merah.
152
153
14-03-2021 10.00 1
a. BHSP
Menjelaskan/mendiskusikan dengan keluarga
Klien dan keluarga mampu menjelaskan
pengertian penyakit DM dan penyebabnya
b. Memeriksa TTV
Tensi : 100/80mmHg
Nadi : 94x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,1 C
Memeriksa GDA: 276 mg/dl
14-03-2021 10.00 2
a. Memeriksa TTV
Tensi : 100/80mmHg
Nadi : 94x/menit
RR : 22x/menit
153
154
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
TUK
1 12-01-2021 13-01-2021 14-01-2021
P : Lanjutkan Intervensi
154
155
CATATAN PERKEMBANGAN
NO
TANGGAL TANGGAL TANGGAL
TUK
2 12-03-2021 13-03-2021 14-01-2021
S: Ny.T mengatakan S : Ny. T mengatakan dapat
bahwa ia tidak mengetahui melakukan senam kaki S : Ny. T mengatakan dapat
cara perawatan dan secara mandiri melakukan senam kaki secara
pencegahan penyakit mandiri dan mengatur pola
diabetes melitus makan 3 j
O:TTV:
O:TTV: Tensi :120/80mmHg
Tensi : 120/80mmHg Nadi : 88x/menit O : TTV:
Nadi : 80x/menit RR : 20x/menit Tensi :100/80mmHg
RR : 20x/menit Suhu : 36,1 C Nadi : 94x/menit
Suhu : 36 C Memeriksa GDA: 227 RR : 22x/menit
A : Masalah Belum mg/dl Suhu : 36,1 C
Teratasi Memeriksa GDA: 276
A : Masalah Teratasi mg/dl
P : Lanjutkan Intervensi Sebagian ekspresi wajah klien
tampak rileks
P : Lanjutkan Intervensi A : Masalah Teratasi
P : Hentikan intervensi
155
156
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain. Sedang pengertian dari Diabetes melitus
merupakan kategori penyakit kronis yang disebabkan oleh gagalnya organ
pancreas memproduksi jumlah hormon insulin secara memadai sehingga
menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah, gula darah normalnya
yaitu ≤ 140mg/dL. Definisi dari Asuhan keperawatan keluarga yaitu proses
yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk
bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Pada
tahap pengkajian didapatkan masalah Keluarga Ny.T mengatakan memiliki
masalah kesehatan yaitu menderita DM. Terkadang Ny.T mengeluh kaki
kebas, mudah lapar dan mengantuk, serta lemas Keluarga Ny.T masih minum
kopi dan sering makan yang manis- manis. Ny.T mengatakan apa bila sakit
langsung pergi ke RS untuk kontrol, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 120/80 mmhg, Nadi 80x/menit, GDA 398 mg/dl. Dan setelah
melakukan pengkajian diperoleh diagnosa yaitu Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan Perilaku kesehatan cenderung beresiko b/d Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus dan setelah
dilakukan intervensi serta implementasi dan dilakukan evaluasi didapatkan
data yaitu tekanan darah Ny.T 120/80 mmhg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit,
GDA 276 mg/dl dan keluarga mampu mengenal masalah kesehatan serta
keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit, keluarga rutin
memeriksakan gula darah satu bulan sekali serta dapat melakukan senam kaki
secara mandiri.
156
157
2. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada keluarga Ny.T dan
didapatkan hasil perubahan pada kondisi kesehatan Ny.T dan keluarga
mengenal masalah kesehatan pada Ny.T dan mampu merawat anggota
keluarga diharapkan keluarga Ny.T tetap rutin, rajin dan tetap patuh terhadap
informasi dan edukasi masalah kesehatan yang telah diberikan oleh
mahasiswa.
157
158
DIABETES MELITUS
A. Analisa Situasi
Diabetes melitus merupakan kategori penyakit kronis yang disebabkan
oleh gagalnya organ pancreas memproduksi jumlah hormon insulin secara
memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah,
guladara hnormalnya yaitu ≤ 140mg/dL. Ny.T menderita penyakit diabetes
melitus sejak 10 tahun yang lalu. Ny.T berusia 54th, tidak bekerja hanya
sebagai ibu rumah tangga dan Ny. T tinggal bersama suami, dan anaknya.
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 8 Maret 2021 Ny.T dan
keluarganya kurang memahami tentang penyakit diabetes melitus, Ny.T dan
keluarga hanya tahu tentang penyakit diabetes melitus adalah penyakit
kencing manis yang disebabkan karena makan-makanan manis.
Untuk itu sebagai wawasan dan pengetahuankeluarga Ny.T mengenai
penyakit diabetes melitus maka mahasiswa mengadakan penyuluhan tentang
penyakit Diabetes Melitus kepada keluarga Ny.T.
B. Tujuan
1. TujuanUmum
Setelah diberikan penyuluhan selama ±30 menit keluarga Ny.T diharapkan
mampu memahami tentang konsep penyakit Diabetes Melitus
2. TujuanKhusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan keluarga Ny.T mampu:
a. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
158
159
C. Media
Leaflet
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Pokok Bahasan
1. Pengertian diabetes melitus
2. Tanda dan gejala
3. Faktor resiko
4. Komplikasi
5. Cara Perawatanan
6. Pengaturan Menu Diit Diabetik
159
160
F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
- Menjawab salam
- Memberi salam
- Menyepakati
- Menjelaskan tujuan penyuluhan
- Mendengarkan dan
- Menyebutkan materi/ pokok bahasan
memperhatikan
yang akan disampaikan
2 5 menit Pelaksanakan :
- Keluarga Ny.T
- Penyuluh memberikan pertanyaan
menjawab pertanyaan
- Penyuluh memberikan kesempatan
- Keluarga Ny.T
kepada masyarakat untuk bertanya
memberi pertanyaan
- Menjelaskan materi penyuluhan
- Menyimak dan
secara berurutan dan teratur.
memperhatikan
Materi :
- Pengertian diabetes melitus
- Tanda dan gejala
- Faktor resiko
- Komplikasi
- Pencegahan komplikasi diabetes
melitus
- 5 kunci sehat ala penderita diabetes
melitus
K 3 menit Evaluasi - Merespon dan bertanya
- Memberi kesempatan kepada sasaran
untuk bertanya
4. 2 Menit Penutup: - Menjawab salam
- Mengakhiri penyuluhan,
mengucapkan terimakasih dan salam
160
161
G.Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini diberikan tanya jawab secara lisan kepada audien:
1. Apa pengertian dari diabetes melitus?
2. Apa saja tanda dan gejala penyakit diabetes melitus?
3. Apa faktor resiko dari penyakit diabetes melitus?
4. Apa komplikasi dari penyakit diabetes melitus?
5. Bagaimana caraperawatan?
6. Makananapasaja yang dianjurkanbagipenyakit Diabetes Melitus?
MATERI PENYULUHAN
A. PengertianDiabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan kategori penyakit kronis yang
disebabkanolehgagalnya organ pancreas memproduksi jumlah hormon insulin
secara memadai sehingga menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam
darah, gula darah normalnya yaitu ≤ 140mg/dL.
B. Tanda dan Gejala
Gejala khas yang sering timbul dan dikeluhkan oleh penderita diabetes
mellitus adalah:
1) Triaspoli yaitu:
Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia, maka
terjadilah penambahan bentuk air kemih dengan jelas penarikan cairan
ke sel-sel tubuh.
Polidipsia, yaitu banyak minum. Sebenarnya keluhan ini merupakan
reaksi tubuh akan adanya poliuria yang menyebabkan kekurangan
cadangan air tubuh.
Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah, karena karbohidra tidak
dapat digunakan karena jumlah insulin tidak dapat menjamin proses
metabolism glukosa.
2) Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka tubuh
kekurangan kalori.
161
162
3) Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah tidak dapat
dioksidasi, maka terpaksa menghasilkan tenaga, sehingga tubuh
kehilangan lemak yang mengakibatkan penderita menjadi kurus.
4) Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal seluruh tubuh, seperti diketahui untuk
metabolism karbohidrat diperlukan vitamin B1, dimana vitamin B1
digunakan sebagai co-enzim, karena kadargula yang meningkat.
5) Hyperglikemia, yaitu kadar gula tubuh yang meningkat karena tubuh
kekurangan insulin, sehingga glukosa dapat dirubah menjadi glikogen
C. Faktor Resiko
1. Keturunan
Riwayat keluarga atau keturunan merupakan pembawa sifat yang
berada di dalam kromosom keturunannya. Adanya kemiripan tentang
penyakit DM yang diderita keluarga dan kecenderungan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan adalah contoh pengaruh genetik.
2. PerilakuKebiasaankurangsehat
Perilaku kebiasaan kurang sehat dapat menyebabkan diabetes
melitus seperti kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan
makantidaksesuaidenganperaturan menu diet diabetik.
3. Kegemukan
Faktor resiko kegemukan ini adalah salah satu pencentus yang
dapat beresiko terkena diabetes melitus pada seseorang. Dikarenakanlemak
yang ada ditubuhnya itu dapat menyumbat aliran darah dan salah satunya
dapat menyumbat system kerja pancreas.
4. Tidak pernah berolahraga
Rutin melakukan kegiatan fisik dan olahraga dapat menjaga
kesehatan tubuh serta bermanfaat bagi setiap orang karena dapat
meningkatkan fungsi jantung, paru, otot serta memperlambat proses
penuaan. Aktivitas fisik yang dapat melancarkan peredaran darah di kaki
pada pasien diabetikya itu dengan cara rutin senam kaki diabetik.
5. Terganggunya fungsi Organ pancreas
Banyak kemungkinan organ pancreas tidak berfungsi secara
sempurna, jika organ pancreas tidak berfungsi maka produksi insulin tidak
162
163
akan tercukupi, sedangkan fungsi dari insulin itu sendiri yaitu untuk
mengontrol kadar gula darah didalam tubuh.
D. Komplikasi
1. Kerusakan pada syaraf penglihatan
Saat kadar gula darah tidak kunjung turun maka akan banyak
komplikasi yang akan muncul, seperti glaucoma dan katarak Diabetes
dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini disebut retinopati
diabetik dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh darah di mata
yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko gangguan
penglihatan.
2. Kerusakan ginjal
Komplikasi DM yang menyebabkan gangguan pada ginjal disebut
nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa
berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal
ginjal, penderita harus cuci darah rutin atau transplantasi ginjal
3. Jantung
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah. ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di
seluruh tubuh, termasuk jantung. Komplikasi diabetes yang menyerang
jantung dan pembuluh darah, meliputi penyakit jantung, stroke, serangan
jantung dan penyempiran arteri (aterosklerosis)
4. Stroke
Stroke yaitu salah satu penyakit yang diakibatkan oleh pecahnya
pembuluh darah yang ada di otak, saat stroke muncul dikarenakan gula
darah yang tinggi, maka darah yang ada di tubuh akan mengental, disaat
bersamaan adanya lemak yang menempel dipembuluh darah maka aliran
darah tidak akan lancer dan akan terjadi penyumbatan pembuluh darah jika
penyumbatan tersebut secara terus menrus maka akan terjadinya pembuluh
darah pecah.
5. Maag
163
164
164
165
165
166
166
167
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :1
HARI/TANGGAL : Senin,8 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. latar belakang
Dalam rangka merubah perilaku keluarga yang kurang menunjang
kesehatan karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit maka dilakukan
pembinaan berupa asuhan keperawatan keluarga. Dalam memberikan
pembinaan askep keluarga maka mahasiswa harus mengenal lebih dekat
kepada keluarga binaan.
Mahasiswa yang mau melakukan pembinaan masih belum saling kenal
antara mahasiswa dan keluarga binaan sehingga akan menyebabkan kesulitan
melakukan interkasi dalam pembinaan askep keluarga, juga keluarga belum
mengetahui tujuan, manfaat pembinaan oleh mahasiswa.
Untuk menghindari permasalahan permasalahan tersebut maka
diperlukan adanya perkenalan mahasiswa dengan keluarga yang menjadi
keluarga binaan. Adapun kegiatan perkenalan dan pengkajian tahap I meliputi :
1. Memperkenalkan identitas mahasiswa dan juga seluruh keluarga
binaan
2. Menyampaikan tujuan , manfaat pembinaan
3. Menyampaikan kontrak waktu pembinaan dari awal sampai akhir
4. Data umum, genogram, tipe Keluarga, suku bangsa, status social
5. Pengkajian lingkungan
6. Struktur Keluarga
7. Fungsi Keluarga
167
168
8. Tugas perawatanKeluarga
2. Analisa situasi.
Mahasiswa belum mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan,
demikian juga keluarga binaan juga belum mengenal mahasiswa
3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan perkenalan dan pengkajian tahap 1 dengan
keluarga binaan dengan baik
b. Tujuan khusus ;
1) Mahasiswa mampu memprkenalkan diri, keluarga juga
memperkenalkan diri
2) Mahasiswa mampu menyampaikan tujuan melakukan pembinaan askep
keluarga dan keluarga dapat memahami yang disampaikan oleh
mahasiswa
3) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
keluarga, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
4) Melakukan pengkajian meliputi Data umum, genogram, tipe Keluarga,
suku bangsa, status social, Pengkajian lingkungan, Struktur Keluarga,
Fungsi Keluarga, Tugas perawatanKeluarga
168
169
Keluarga juga
Menyampaikan tujuan dan memperkenalkan
manfaat dari melakukan identitas dari masing
pembinan masing keluarga
169
170
Menyepakati kegiatan
Menyetujui
berikutnya dan waktu
pelaksanaan selnjutnya
(kunjungan berikutnya)
Mengakhiri kunjungan
Menjawab salam
Menyampaikan salam
170
171
RESUME
Pertemuan Hari 1
171
172
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :2
HARI/TANGGAL : Selasa, 9 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. LatarBelakang
2. Analisa situasi.
172
173
3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian dengan keluarga binaan
dengan baik
b. Tujuan khusus :
1) Mahasiswa mampu mengkaji masalah kesehatan Keluarga
dengan DM
2) Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas
kepada Keluarga, dan keluarga dapat menerima kontrak waktu
dan ada kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
173
174
h. Harapan Keluarga
2. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN
KELUARGA
Pembukaa 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S (senyum,
n salam, sapa)
Isi 30 menit Menyampaikan kontrak Mendengarkan dan
waktu selama melakukan mengklarifikasi yang
pembinaan askep keluarga disampaikan sesuai
yang telah di setujui pada kontrak waktu yang
kunjungan sebelumnya disetujui
Mahasiswa melakukan Mendengarkan dan
pengkajian meliputi data: menjawab pertanyaan
Stres dan koping Keluarga, yang disampaikan
Riwayat kesehatan sesuai keadaan/
Keluarga, Pemeriksaan fisik, kenyataan
harapan Keluarga
174
175
RESUME
Pertemuan Hari 2
175
176
176
177
STRUKTUR KELUARGA
5. Komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan ”Komunikasi yang dilakukan dalam kesehariannya
menggunakan bahasa jawa”
6. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan ”Didalam aktivitas sehari-hari keluarga sangat
perhatian dan merasakan bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab
keluarga”
7. Struktur peran
c. Keluarga mengatakan “Tn. S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab
dalam mengatur rumah tangganya yang tinggal bertiga. Dengan bekerja
sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.”
d. Ny.T bertanggung jawab mengurus rumah.”
8. Norma keluarga
Keluarga mengatakan “Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga
menyesuaikan dengan nilai dalam agama islam yang dianutnya serta norma
masyarakat disekitarnya.”
FUNGSI KELUARGA
4. Fungsi afektif
keluarga mengatakan ”Menurut keterangan keluarga, dalam kehidupan
sehari-harinya mereka selalu damai dan saling menjaga kepentingan
bersama. Suami memahami keadaan penyakit yang diderita oleh istrinya
dan sebaliknya.”
5. Fungsi sosialisasi
Keluarga mengatakan ” Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan
perilaku sosial yang baik. Keluarga juga cukup aktif dalam bermasyarakat,
bila ada kegiatan kemasyarakatan misalkan pengajian, keluarga ikut
didalamnya.”
177
178
178
179
179
180
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh Ny.
T, karena keluarga yakin bahwa penyakitnya akan sembuh.
c. Strategi koping
Ny.T dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya keluarga
mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum mengambil suatu keputusan.
d. Strategi adaptasi
Jika ada masalah, keluarga berkomunikasi dengan anggota keluarga. Dan
bila ada kesalahan yang merugikan anggota keluarga yang lain maka
keluraga berusaha memperbaikinya.
PEMERIKSAAN FISIK ,
Nama : Ny. T
Keadaan Umum
a. Tanda – tanda Vital
Tensi : 120/80mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit Suhu : 36C
BB : 65kg TB : 160 cm
HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap agar penyakit gula darah yang diderita Ny. T
dapat segera sembuh dan dalam keluarga selalu sehat dan keluarga juga
berharap petugas kesehatan terus memperhatikan kesehatan.
180
181
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :3
HARI/TANGGAL : Rabu, 10 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. Latar belakang
Dalam memberikan pembinaan askep Keluarga maka mahasiswa
harus menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan untuk
mengenal masalah kesehatan Keluarga. Sehingga diperlukan adanya analisis
dari hasil pengkajian Keluarga binaan dengan DM oleh mahasiswa kepada
Keluarga yang menjadi Keluarga binaan. Adapun kegiatan analisa data dan
perumusan diagnose keperawatan meliputi :
1. Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep
Keluarga yang telah di setujui pada kunjungan sebelumnya.
2. Melakukan Analisa data dan Perumusan diagnosa keperawatan pada
Keluarga dengan DM meliputi:
1) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
2. Analisa situasi.
Mahasiswa sudah mengenal keluarga yang menjadi keluarga binaan,
demikian juga keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada
pertemuan sebelumnya (pertemuan I dan II/ Pengkajian askep keluarga)
mahasiswa telah Mahasiswa melakukan pengkajian meliputi data: Data
umum, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, status social, Riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, Pengkajian lingkungan, Struktur keluarga,
Fungsi keluarga, Tugas perawatan keluarga, Stres dan koping keluarga,
181
182
182
183
Menjawab salam
Mengahiri kunjungan
Menyampaikan salam
183
184
RESUME
Pertemuan Hari 3
b. DATA OBJEKTIF :
- Pasien benar-benar belum mengatahui tentang penyakit yang diderita,
malah bertanya balik kepada pengkaji pada saat pengkajian
- Tensi : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36C
- GDA 398 mg/dl
c. DATA SUBYEKTIF :
Ny.T mengatakan bahwa ia tidak mengetahui cara perawatan dan
pencegahan penyakit diabetes mellitus
d. DATA OBJEKTIF :
- Ny.T gagal melakukan tindakan pencegahan masalah diabetes mellitus
- Tensi : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36C
- GDA 398 mg/dl
e. Perumusan diagnosa
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b/d Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan diabetes melitus
184
185
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :4
HARI/TANGGAL : Kamis, 11 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. Latar belakang
Sebelum melakukan tindakan keperawatan terhadap Keluarga dengan
DM maka diperlukan adanya perumusan rencana tindakan askep keluarga
oleh mahasiswa kepada Keluarga yang menjadi Keluarga binaan sehingga
mahasiswa mempunyai rencana yang bisa dilakukan sebelum melakukan
tindakan keperawatan Keluarga. Adapun kegiatan perumusan rencana
tindakan askep Keluarga meliputi:
1. Menyampaikan kontrak waktu selama melakukan pembinaan askep
Keluarga yang telah di setujui pada kunjungan sebelumnya.
2. Perumusan rencana tindakan askep Keluarga sesuai sesuai dengan
diagnose keperawatan Keluarga yang dirumuskan sebelumnya, meliputi:
1) Intervensi tentang Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b/d
diabetes melitus
185
186
3. Analisa situasi.
Mahasiswa sudah mengenal Keluarga yang menjadi Keluarga binaan,
demikian juga Keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa. Pada
pertemuan sebelumnya (pertemuan III/ Analisa data dan Perumusan
diagnosa keperawatan mahasiswa telah melakukan Analisa data dan
Perumusan diagnosa keperawatan meliputi; Data subyektif dan data
obyektif dengan Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif, dan data
subyektif dan data obyektif dengan Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
Keluarga mengetahui kontrak waktu selama pembinaan. Saat ini mahasiswa
akan Melakukan Perumusan rencana tindakan askep Keluarga dengan DM.
2. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan perumusan rencana tindakan askep
Keluarga dengan keluarga binaan dengan baik
b. Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu menentukan prioritas perumusan rencana tindakan
askep Keluarga yang menunjang tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
2. Mahasiswa mampu menyampaikan kontrak waktu yang jelas kepada
Keluarga, dan Keluarga dapat menerima kontrak waktu dan ada
kesepakatan bersama untuk melaksanakannya.
186
187
2. Uraian kegiatan
TAHAP WAKTU KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN KELUARGA
Pembukaa 3-5 menit 3 S (senyum, salam, sapa) Membalas 3 S (seny
n salam, sapa)
Isi 40-50 Menyampaikan kontrak Mendengarkan dan
menit waktu selama melakukan mengklarifikasi yang
pembinaan askep Keluarga disampaikan sesuai kon
yang telah di setujui pada waktu yang disetujui
kunjungan sebelumnya
Merumuskan rencana Mendengarkan, menjaw
tindakan askep Keluarga pertanyaan yang
sesuai sesuai dengan diagnosa disampaikan sesuai
keperawatan Keluarga yang keadaan/ kenyataan, da
dirumuskan sebelumnya, memahami yang
meliputi: disampaikan
Intervensi tentang
Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif b/d
Kompleksitas program
perawatan/pengobatan
Intervensi tentang Perilaku
kesehatan cenderung
beresiko b/d kurang terpapar
informasi
187
188
diabetes melitus
RESUME
188
189
Pertemuan Hari 4
189
190
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :5
HARI/TANGGAL : Jum’at, 12 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. Latar belakang
Setelah dilakukan perumusan rencana tindakan askep Keluarga maka
selanjutnya dilakukan implementasi atau tindakan keperawatan yang
mengacu pada intervensi yang telah dibuat sebelumnya. Adapun
Implementasi askep Keluarga meliputi :
1) Melakukan BHSP dengan klien
2) Mengobservasi tanda-tanda vital
3) memberikan HE tentang :
a) Pengertian DM dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh
klien
b) Penyebab DM dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh
klien
c) Gejala DM dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh klien
d) Perawatan dirumah dengan penyakit DM
4) Melakukan evaluasi/pertanyaan terhadap Ny. T tentang penyakit DM
dan perawatan yang dilakukan dirumah yang sebelumnya telah
disampaikan oleh mahasiswa
5) Menganjurkan Ny. T untuk tidak stress/banyak pikiran serta
menganjurkan Ny. T untuk selalu berfikir positif
6) Menganjurkan Ny. T untuk meminta bantuan dari tenaga kesehatan
dalam upaya mengurangi masalah kesehatan
7) Menganjurkan Ny. T untuk rajin berolahraga
8) Memberikan penjelasan kepada klien tentang cara minum obat yang
benar.
9) Memberikan penjelasan tentang terapi DM
190
191
191
192
192
193
menggunakan bahasa
yang dipahami oleh klien
c) Gejala DM dengan
menggunakan bahasa
yang dipahami oleh klien
d) Perawatan dirumah
dengan penyakit DM Menjawab pertanyaan
mahasiswa
Melakukan
evaluasi/pertanyaan terhadap
Ny. T tentang penyakit DM Mendengarkan
dan perawatan yang
dilakukan dirumah yang
sebelumnya telah Menerima anjuran dan
disampaikan oleh mahasiswa mau melakukannya
Menerima anjuran dan
Menganjurkan Ny. T untuk mau melakukannya
tidak stress/banyak pikiran
serta menganjurkan Ny. T Menerima anjuran dan
untuk selalu berfikir positif mau melakukannya
Menganjurkan Ny. T untuk
meminta bantuan dari tenaga Mau meminum obat ya
diberikan
kesehatan dalam upaya keluarga mendengarkan
mengurangi masalah dan memperhatikan
kesehatan
Menganjurkan Ny. T untuk
rajin berolahraga
Memberikan penjelasan
kepada klien tentang cara
minum obat yang benar.
Memberikan penjelasan
tentang terapi DM
Menganjurkan klien untuk
tidak melakukan pekerjaan
193
194
yang berat.
Penutup 3-5 menit Mengevaluasi dan Menyimpulkan Menjawab pertanyaan,
yang disampaikan dan Mendengarkan
kesimpulan
Menyepakati kegiatan berikutnya Menyetujui
dan waktu pelaksanaan
selanjutnya (kunjungan
berikutnya)
194
195
RESUME
Pertemuan Hari 5
195
196
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :6
HARI/TANGGAL : Sabtu, 13 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. Latar belakang
Setelah melakukan asuhan keperawatan Keluarga dengan penyakit DM
selanjutnya dilakukan evaluasi askep Keluarga yang meliputi:
3) Mengevaluasi perkembangan setiap intervensi dan implementasi yang
sudah dilaksanakan pada Keluarga dengan DM
4) Mengevaluasi bagaimana perkembangan Keluarga setelah dilakukan
implementasi
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal Keluarga yang menjadi Keluarga binaan,
demikian juga Keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa pada
pertemuan sebelumnya. Saat ini mahasiswa akan mengevaluasi askep
Keluarga yang meliputi catatan perkembangan setiap intervensi dan
implementasi yang telah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
Keluarga dengan DM.
3. Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi Keluarga binaan dengan baik
b. Tujuan khusus :
1) Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi yang telah dilakukan
2) Mahasiswa mampu mengevaluasi bagaimana perkembangan Keluarga
setelah dilakukan kegiatan implementasi
196
197
197
198
198
199
RESUME
Pertemuan Hari 6
199
200
NAMA KK : Tn.S
ALAMAT : RT.01/ RW.02 Ds. Bayu, Kec.Songgon
KASUS : Diabetes Melitus
KUNJUNGAN KE :7
HARI/TANGGAL : Minggu, 14 Maret 2021
I. Fase Persiapan
1. Latar belakang
Setelah melakukan asuhan keperawatan Keluarga dengan penyakit DM,
selanjutnya dilakukan evaluasi askep Keluarga yang meliputi:
1) Mengevaluasi perkembangan setiap intervensi dan implementasi yang
sudah dilaksanakan pada Keluarga dengan DM
2) Mengevaluasi bagaimana perkembangan Keluarga setelah dilakukan
implementasi
2. Analisa situasi
Mahasiswa sudah mengenal Keluarga yang menjadi Keluarga binaan,
demikian juga Keluarga binaan juga sudah mengenal mahasiswa pada
pertemuan sebelumnya. Saat ini mahasiswa akan mengevaluasi askep
Keluarga yang meliputi catatan perkembangan setiap intervensi dan
implementasi yang telah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada
Keluarga dengan DM.
3. Tujuan
1) Tujuan umum :
Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi Keluarga binaan dengan baik
2) Tujuan khusus :
a. Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi yang telah
dilakukan
b. Mahasiswa mampu mengevaluasi bagaimana perkembangan
Keluarga setelah dilakukan kegiatan implementasi
200
201
201
202
(kunjungan berikutnya)
Mengahiri kunjungan Menjawab salam
Menyampaikan salam
202
203
RESUME
Pertemuan Hari 7
203
204
204
205
205
206
206
207
207
208
208
209
209
210
DAFTAR PUSTAKA
210
211
211
212
212
213
PENYAKIT : DIABETESMELITUS
NAMA KK : Tn. S
KUNJU TTD
NO TGL KEGIATAN
NGAN
213
214
214
215
LEMBAR KONSULTASI
2. ACC LP M AL AMIN
(……………………….)
215
216
216