Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“Bedside Monitor, Pemantauan Hemodinamika (Pengukuran Cvp), Analisa Gas


Darah, Pemantauan EKG”

OLEH:
Kadek Adi Widiada (223221357)
B15-B Nonreg

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
BALI DENPASAR
2023
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Bedside Monitor, Pemantauan Hemodinamika
Pengukuran Cvp, Analisa Gas Darah, Pemantauan EKG” ini tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari Keperawatan Kritis.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghar gai
bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga
semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bias
terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kami miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan
kritik yang dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan
datang.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 11 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................2

BAB II (PEMBAHASAN)

2.1 Bedside Monitor................................................................................................3

2.1.1 Definisi Bedside Monitor.....................................................................3

2.1.2 Fungsi Bedside Monitor.......................................................................4

2.1.3 Jenis-Jenis Bedside Monitor................................................................4

2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Bedside Monitor.......................................5

2.1.5 Parameter Bedside Monitor.................................................................5

2.1.6 Prinsip Kerja Bedside Monitor............................................................7

2.1.7 Standar Operasional Prosedur (SOP) Bedside Monitor.......................8

2.2 Analisa Gas Darah

2.2.1. Pengertian Analisa gas darah................................................................9

ii
2.2.2. Indikasi Analisa gas darah..................................................................10

2.2.3. Pwesiapan Analisa gas darah..............................................................11

2.2.4. Prosedur Analisa gas darah................................................................12

2.2.5. Pelaksanaan setelah prosedur Analisa gas darah................................13

2.2.6. Penilaian Analisa gas darah................................................................14

2.2.7. Kewaspadaan perawat pada Analisa gas darah..................................15

2.3 HEMODINAMIK

2.3.1. Definisi Hemodinamik.......................................................................16

2.3.2. Tujuan pemantauan hemodinamik.....................................................17

2.3.3. Metode non infansif pada pemantauan hemodinamik........................18

2.3.4. Prinsip pemeriksaan tenakan sentral..................................................19

2.4 EKG ............................................................................................................23

2.4.1 Definisi ..............................................................................................23

2.4.2 Macam makna gelombang...................................................................24

2.4.3 Tujuan EKG..........................................................................................25

BAB III (PENUTUP)

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12

3.2 Saran................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini semakin meningkat


terutama di bidang ilmu elektronika. Dengan adanya ditemukan sensor-sensor
yang bisa digunakan untuk mengamati dan mengindera besaran-besaran fisis
yang ada di lingkungan seperti: temperatur, kelembapan, tekanan, dan lain-la in.
Dengan adanya sensor-sensor yang bisa mengindera besaran fisis tersebut, tak
jarang pula dalam dunia kesehatan banyak diperlukan sensor-sensor yang
digunakan untuk mengindera kondisi tubuh manusia seperti denyut jantung,
sinyal otak, serta temperatur tubuh manusia. Kondisi seperti ini membuat kita
semakin mudah untuk melakukan sesuatu di bidang medis dan membant u
untuk memodernisasikan sistem medis. Jantung, Infus, dan suhu tubuh adalah
sesuatu yang sensitif sehingga untuk monitoringnya harus dilakukan secara
berkala. Terutama pasien dengan penanganan intensif perlu adanya
pengawasan dengan memonitoring kondisi pasien.
Salah satu penanganan yang harus dilakukan pada pasien intensif yaitu
memantau kondisi fisiologis pasien atau disebut juga tanda-tanda vital pasien
yang meliputi detak jantung, respirasi, tekanan darah, dan suhu tubuh. Selain
tanda-tanda vital tersebut, pembukaan mata, respon gerakan, dan respon suara
juga diperhatikan guna menghitung tingkat kesadaran pasien koma.
Pemantauan tanda-tanda vital dilakukan dengan memasangkan alat-alat
pendeteksi berupa sensor yang kemudian hasil pemantauan akan ditampilka n
pada monitor pasien (Bedside Monitor) yang diletakkan di dekat pasien.
Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital
sign pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa
jantung secara terus menerus. Dilihat dari keadaan pasien dalam penanganan
intesif perlu dilakukannya pemantuan menggunakan bedside monitor yang
dimana tujuan dari pamasangan alat bedside monitor ini dapat membatu
mempermudah pemantuan kondisi pasien.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemantauan pasien kritis dengan menggunakan bedside


monitor, cvp, pemantauan ekg dan analisa gas darah?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menyelesaikan tugas keperawatan kritis

2. Untuk mengetahui dan memahami pemantauan pasien kritis


dengan menggunakan bedside monitor cvp, pemantauan ekg dan
analisa gas darah

1.4 Manfaat Penulisan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemantauan pasien


kritis dengan menggunakan bedside monitor cvp, pemantauan ekg
dan analisa gas darah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Bedside Monitor

2.1.1 Definisi Bedside Monitor

Bedside monitor merupakan suatu alat yang digunakan untuk


memonitor vital sign pasien secara kontinu atau berkelanjutan. Bedside
monitor digunakan untuk mengetahui kondisi fisiologis pasien, monitor
ini biasa digunakan pada pasien di ruang ICU atau ruang rawat intens if
lainnya. Bedside monitor ini bertujuan untuk memantau vital sign pasien,
berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur secara terus
menerus. Pasien monitor ini menampilkan parameter-parameter yang
dibutuhkan dokter untuk mengecek keadaan pasien selama 24 jam penuh
secara real-time. Komponen alat dari bedside monitor, yaitu:
preamplifier, modul electrode dan pasien kabel, parameter sesuai
kebutuhan, dan monitor.

Gambar 1. Bedside Monitor

Pemakaian dan penggunaan bedside monitor ini biasanya digunakan


di Rumah Sakit yang kebanyakan memakai patient monitor vital sign dan
5 parameter adalah diruangan ICU, UGD, ruang-ruang perawatan, dan
beberapa ruang operasi. Sedangkan untuk pasien monitor yang 7
parameter biasanya pemakaian dilakukan di ruang operasi. Bedside
monitor diharapkan dapat membantu mengetahui kondisi terkini pasien
sehingga tim medis dapat memantau dan memberikan tindakan cepat

3
apabila terjadinya penurunan tanda-tanda vital.

4
2.1.2 Fungsi Bedside Monitor

Bedside monitor berfungsi memonitor vital sign pasien yang terdiri


dari deta jantung, tekanan darah temperature bentuk pulsa jantuk secara
terus menerus.
Adapun fungsi dari masing- masing bagian dari bedside monitor :

1. LCD Display

Berfungsi menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinya l


hasilpengukuran yang telah diolah dan didapatkan darimain processor
board.
2. Main Prosessor Board

Berfungsi untuk afirmaware programed microcomputer, system


tinggi,interface, pada rangkainan lainnya seperti display monitor,
speaker front-end dan keyboard, alaram, recorder serta interface pada
keuaran
3. Keypad Board

Berfungsi untuk mengetik dan mengisi data-data paisen yang sedang


diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk program yang
akan dilakukan.
4. Main conector board

Pada bagian ini memiliki 3 fungsi yaitu ECG/ defib syn, unity
auxiliary port dan docking port.
2.1.3 Jenis-Jenis Bedside Monitor

Bedside monitor memiliki terbagi dalam beberapa jenis. Jenis-jenis


bedside monitor, diantaranya:
a. Vital Sign Patient Monitor

Bedside monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu


pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar
oksigen dalam darah / saturasi darah / SpO2.

5
b. 5 Parameters Patient Monitor

Bedside monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG,


Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, kadar oksigen dalam darah
SpO2, dan Temperatur.
c. 7 Parameters Patient Monitor

Bedside monitor 7 parameter ini biasanya dipakai diruanga n


operasi, karena ada satu parameter tambahan yang biasa dipakai
pada saat operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan darah atau
NIBP , kadar oksigen dalam darah SpO2, temperatur, dan sebagai
tambahan adalah IBP (Invasive Blood Pressure). Pengukuran
tekanan darah melalui pembuluh darah langsung, EtCo2 yaitu
pengukuran kadar karbondioksida dari sistem pernafasan pasien.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Bedside Monitor

Alat bedside monitor juga memiliki kelebihan dan kekurangan.


Kelebihan dari alat ini, yaitu dapat memberikan informasi yang akurat
dan lengkap terkait kondisi fisiologis pasien yang dirawat di ruang
intensif, alat dapat digunakan dengan mudah, dan sistem penilaian dari
alat ini yaitu dalam periode waktu real-time atau terus menerus.
Sedangkan kekurangan dari alat ini, yaitu jika pasien bergerak akan
membuat sinyal ECG menjadi noise atau dapat memperbesar nilai eror
pada sistem bedside monitor, apabila adanya perbedaan sensor finger
pada pemasangan bedside monitor akan mempengaruhi hasil bacaan di
layar monitor, dan pemasangan suhu harus tepat pada aksila pasien.
Apabila tidak dilakukan dengan tepat, maka akan mempengaruhi hasil
bacaan di layar monitor.
2.1.5 Parameter Bedside Monitor

Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang


diperiksa melalui pasien monitor. Jika kita ketahui ada sebuah pasien
monitor dengan 5 parameter, maka yang dimaksud dari lima parameter
tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan
oleh

6
pasien monitor tersebut. Didalam istilah pasien monitor kita
mengetahui beberapa parameter yang diperiksa, parameter itu antara
lain adalah:
a. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam
pemeriksaan ECG ini juga termasuk pemeriksaan "Heart Rate"
atau detak jantung pasien dalam satu menit, serta memberikan
gambaran terkait ritme denyut jantung, laju denyut jantung,
serta kekuatan dan timing sinyal listrik saat melewati masing-
masing bagian jantung,
b. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit.
Bagian ini membantu mengetahui keadaan napas pasien apakah
dalam keadaan teratur atau tidak. Dan secara tidak langsung dapat
mengetahui keadaan paru-paru pasien apakah ruang udara di paru-
paru berfungsi dengan baik atau tidak
c. Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah,
serta Capnography yang melibatkan pengecekan CO2 yang disebut
dengan EtCO2 atau end-tidal carbon dioxide concentration. Bagian
ini berhubungan erat dengan bagian respirasi.
d. Neurological Monitoring merupakan parameter seperti Tekanan
Intrakranial atau tekanan yang terdapat di dalam tengkorak kepala.
Dan juga ada beberapa patient monitor yang khusus untuk mengecek
Brain waves atau gelombang otak (electroencephalography),
konsentrasi gas anestesi dan lainnya. Parameter tersebut biasanya
termasuk dalam alat-alat anestesi.
e. Tensi/NIBP (Non Invasive Blood Pressure)/Pemeriksaan
tekanan darah secara non-invasiv, tekanan darah normal dewasa
adalah 120/80. Angka 120 menunjukkan tekanan saat jantung
memompa darah ke seluruh tubuh.
f. IBP (Invasive Blood Pressure), merupakan parameter pemeriksaan
darah secara invasive atau dari pembuluh darahnya langsung dengan
cara menusukkan jarum kanula pada arteri yang tepat. Keuntungan
dari parameter ini yaitu dapat memantau tekanan darah pasien detak
demi detak.

7
g. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa.
2.1.6 Prinsip Kerja Bedside Monitor

Dalam penggunaan bedside monitor pada pasien, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu prinsip kerja dari bedside monitor.

Gambar 2. Blok Diagram Bedside Monitor

Adapun prinsip kerja dari bedside monitor, yaitu:

a) Power Supplyboard

1. Penyearah dan filter input tegangan AC

2. Penstabil dan menghasilkan tegangan DC untuk semua


rangkaian
3. Baterai charger

4. Menghasilkan perintah power fail ke main board

5. Memilih ON/OFF DC powersupply dari front panel

6. Mematikan DC powersupply, jika terjadi kerusakan pada power


b) LCD Display

Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang


telah diolah dan didapatkan dari main prossesor board.
c) Backligth

Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV),
heater current control grid voltage, arus katoda.
d) Main Prosessor Board

Fungsinya untuk a firmware programed micro computer, system timing,


interface, pada rangkaian lainnya seperti display monitor,
8
spiker front-end dan keyboard, alarm, recorder serta interface pada
keluaran dan mini recorder.
e) Keypad

Fungsinya keyboard adalah untuk mengetik dan mengisi data-data pasien


yang sedang diperiksa dan memberikan perintah-perinta h untuk
melakukan program yang akan dilakukan.
f) Main Connector Board

Terdiri dari 3 fungsi blok : ECG/ Defibsyn, Unity, Auxilary port,


Expansion and docking port. Auxilary parameter board dibagi dalam 3
daerah operasi utama :
1. Input channel (2 pressure dan 2 temperatur)

2. Control dan A/D conversion dari front panel dan semua input
channel
3. Pressure, temperature, ECG, peripheral pulse dan respiration
2.1.7 Standar Operasional Prosedur (SOP) Bedside Monitor

Dalam penggunaan bedside monitor, ada beberapa hal yang perlu


diperhatikan oleh tenaga medis, yaitu standar operasional prosedur dari
pemasangan bedside monitor. Pemasangan bedside monitor harus sesuai
dengan standar yang telah diterapkan dan dapat dilakukan oleh tenaga medis
yang memiliki skill khusus sehingga alat ini dapat berfungsi dengan baik dan
tidak memperparah kondisi pasien. Standar operasional prosedur dari bedside
monitor, ialah:
1. Persyaratan

a. SDM, terkini terlatih

b. Peralatan kerja lengkap

c. Dokumen teknisi penyerta lengkap

d. Bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu tersedia

e. Mekanisme kerja jelas

2. Persiapan

a. Siapkan perintah kerja

9
b. Siapkan formulir laporan kerja

c. Siapkan dokumentasi teknis penyerta :

- Service manual

- Wiring diagram

d. Siapkan peralatan kerja :

- Toolset current

- Leakage Current Meter

- Multimeter digital

- Thermometer

- ECG Phantom

- NIBP Phantom

- SaO2 Phantom

- Stopwatch Elektronik

e. Siapkan bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu:


- Cairan pembersih

- Lampu indikator

- Kuas

- Kain lap/kertas tissue

- Pasta/jelly

- Kertas rekam

f. Pemberitahuan kepada user

3. Pelaksanaan

a. Cek kondisi fisik dan bersihkan seluruh bagian alat

b. Cek standar 1mV (untuk pulsa EKG)

c. Cek kecepatan pada posisi 5mm/sec


10
d. Cek lead selector ( hasil rekaman sesuai dengan lead yang dipilih)

e. Cek fungsi filter, ganti bila perlu

f. Cek fungsi NIBP & IBP, perbaikan bila perlu

g. Cek fungsi temperature, perbaikan bila perlu

h. Cek fungsi SaO2, perbaiki bila perlu

i. Cek fungsi indikator, perbaiki bila perlu

j. Cek fungsi-fungsi kontras gambar, brightness, colour

k. Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat

l. Lakukan pengukuran arus bocor

m. Lakukan uji kinerja alat

4. Pencatatan

a. Isi kartu pemeliharaan alat

b. Isi formulir laporan kerja

c. User menandatangani laporan kerja dan alat diserahkan kembali pada


user
5. Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis penyerta

a. Cek alat kerja dan sesuaikan dengan catatan

b. Cek dan rapikan dokumen teknis penyerta

c. Kembalikan alat kerja dan dokumen teknis penyerta ke tempat semula


6. Pelaporan

Laporkan hasil pekerjaan kepada pemberi tugas

Indikasi pemasangan pasien monitor/beside monitor adalah pasien dengan


krisis atau kegagalan pada beberapa sistem, yaitu: sistem pernapasan, sistem
hemodinamik, sistem syaraf pusat, sistem endokrin dan metabolik, overdosis
obat, reaksi obat dan keracunan, sistem pembekuan darah, dan infeksi berat.

Cara pengoperasian pasien monitor/bedside monitor:


11
1. Lepaskan penutup debu

2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan

3. Hubungkan alat ke terminal listrik (terminal pembumian)

4. Hubungkan alat ke catu daya

5. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF

6. Set rentang nilai (range) untuk temperature, pulse dan alarm

7. Perhatikan protap pelayanan

8. Beritahukan sien mengenai tindakan yang akan dilakukan

9. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode kepasien dan


pastikan sudah terhubung dengan baik
10. Lakukan monitoring

11. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave, pulse,
temperature, saturasi oksigen dan NiBP
Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol
ON/OFF:

1. Lepaskan hubungan alat dari catu daya

2. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian

3. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan

4. Pastikan bahwa bedside monitor dalam kondisi baik dan siap


difungsikan lagi
5. Pasang penutup debu

6. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.

2.1 Pengertian Analisa Gas Darah


Analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes
darah yang diambil melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.Analisa gas darah
umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel
darah merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh
tubuh.Selain itu, tes ini dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi organ jantung
12
dan ginjal, serta gejala yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen serta
karbon dioksida, atau keseimbangan pH dalam darah, seperti mual, sesak napas,
dan penurunan kesadaran. Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang
menggunakan alat bantu napas untuk memonitor efektivitasnya.

2.2 Indikasi Analisa Gas Darah

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :


1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun
reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema,
tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.

2. Pasien dengan edema pulmo

Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan


yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya
udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen
dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah
yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika
menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.

Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia


dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau

dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary


edema.

3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)


ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar
dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan
ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru
menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan
karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia.

13
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton,
2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).

5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan
kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit
lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.

6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan
yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah,
dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor
lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga
terjadi

hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel


sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.

7. Post pembedahan coronary arteri baypass


Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang
menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang
luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat
disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan
Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).

8. Resusitasi cardiac arrest


Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang
banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun
14
serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat
penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest
adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti
jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah
aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti
berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac
arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius
seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

2.3 Persiapan pada Analisa Gas Darah

Persiapan analisa gas darah pada umumnya tidak membutuhkan persiapan


khusus. Pasien akan melakukan tes Allen terlebih dahulu atau memeriksa fluiditas
pembuluh darah dengan cara menekan pergelangan tangan yang dilakukan selama
beberapa detik.Apabila dibutuhkan dokter akan memberikan tambahan oksigen
pada pasien dengan menggunakan tabung oksigen 20 menit sebelum analisa gas
darah dilakukan. Dalam kondisi tertentu, tindakan anestesi lokal akan
dilakukan dokter

untuk menghilangkan rasa sakit yang dapat terjadi ketika jarum dimasukkan ke
dalam arteri.

2.4 Prosedur Analisa Gas Darah


Langkah pertama dari analisa gas darah adalah melakukan steril pada area
dimana dokter akan mengambil sampel darah, seperti siku, pergelangan tangan atau
paha, dengan antiseptik. Setelah dokter menemukanan arteri yang akan menjadi
lokasi pengambilan sampel darah, dokter akan menggunakan jarum suntik untuk
mengambil sampel darah sebanyak 1 ml.Setelah sampel darah dikumpulkan, jarum
suntik akan dilepaskan perlahan dan bekas area pengambilan darah akan ditutup
menggunakan perban. Untuk mengurangi risiko pembengkakan, tekan area tersebut
selama beberapa saat lamanya setelah jarum suntik dikeluarkan.Sampel darah yang
sudah diambil akan segera dilakukan analisa di laboratorium.

2.5 Pelaksanaan setelah prosedur Analisa Gas Darah


Pasien akan merasa nyeri dan tidak nyaman pada saat pengambilan darah
15
hingga beberapa menit setelahnya, karena pembuluh darah arteri cukup sensitif.
Pasien disarankan tidak langsung meninggalkan ruangan untuk memantau hal yang
mungkin terjadi, seperti pusing, mual, atau pingsan sesaat setelah darah diambil.
Biasanya, pasien dapat menerima hasil tes sekitar 15 menit setelah pengambilan
darah. Jika diperlukan analisa lebih lanjut, hasil akan diberikan kepada dokter yang
merujuk.

2.6 Penilaian Analisa Gas Darah


Hasil analisa gas darah umumnya meliputi pengukuran terhadap beberapa hal, antara lain:
 Asam basa (pH) darah, yaitu dengan mengukur jumlah ion hidrogen dalam darah.
Jika pH darah di bawah normal dikatakan lebih asam, sementara jika pH di atas
nilai normal maka darah dikatakan lebih basa.
 Saturasi oksigen, yaitu pengukuran jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin
di dalam sel darah merah.

 Tekanan parsial oksigen, yaitu pengukuran tekanan oksigen yang larut di dalam
darah. Pengukuran ini dapat menentukan seberapa baik oksigen dapat mengalir dari
paru ke dalam darah.
 Tekanan parsial karbon dioksida, yaitu pengukuran tekanan karbon dioksida
yang larut di dalam darah. Pengukuran ini menentukan seberapa baik karbon
dioksida dapat dikeluarkan dari tubuh.
 Bikarbonat, yaitu zat kimia penyeimbang yang membantu mencegah pH darah
menjadi terlalu asam atau terlalu basa.
Berdasarkan unsur pengukuran tersebut, ada dua jenis hasil analisa gas darah, yaitu
normal dan abnormal (tidak normal).
 Hasil normal. Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika:

o pH darah arteri: 7,38-7,42.

o Tingkat penyerapan oksigen (SaO2): 94-100%.

o Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75-100 mmHg.

o Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2): 38-42 mmHg.

o Bikarbonat (HCO3): 22-28 mEq/L.


 Hasil abnormal dapat menjadi indikator dari kondisi medis tertentu. Berikut ini
beberapa kondisi medis yang mungkin terdeteksi melalui analisa gas darah.

16
pH darah Bikarbonat PaCO2 Kondisi Penyebab Umum

<7,4 Rendah Rendah Asidosis Gagal ginjal, syok,

metabolik ketoasidosis diabetik.


>7,4 Tinggi Tinggi Alkalosis Muntah yang bersifat

metabolik kronis, hipokalemia.


<7,4 Tinggi Tinggi Asidosis Penyakit paru,
respiratorik termasuk pneumonia atau
penyakit paru obstruktif

kronis (COPD).
>7,4 Rendah Rendah Alkalosis Saat nyeri atau cemas.

respiratorik

Angka kisaran normal dan tidak normal umumnya bervariasi tergantung pada
laboratorium tempat pasien menjalani analisa gas darah. Hal ini dikarenakan beberapa
laboratorium menggunakan pengukuran atau metode yang berbeda dalam menganalisa
sampel darah. Konsultasikan hasil tes kepada dokter untuk mendapatkan penjelasan
secara detail. Dokter akan menentukan apakah pasien membutuhkan pemeriksaan
lanjutan atau terapi pengobatan tertentu.

2.7 Kewaspadaan pada Analisa Gas Darah


Kewaspadaan dalam melakukan tindakan analisa gas darah
a. Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih

b. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin


untuk mencegah darah membeku
c. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri,
berikan anestesi lokal
d. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui
kepatenan arteri
e. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat
darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri.
f. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah
17
tercampur rata dan tidak membeku
g. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih
deras dari pada vena)
h. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup
ujung jarum dengan karet atau gabus
i. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil

j. Segera kirim ke laboratorium ( sito )

2.1 Defenisi Hemodinamik


Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung
dan karakterisitik fisiologis vaskular perifer (Mosby 1998, dalam Jevon dan Ewens
2009). Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif,
dan turunan. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons terhadap terapi yang
diberikan (gomersall dan Oh 1997, dalam Jevon dan Ewens 2009), pengukuran
hemodinamik ini terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin,
sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Hinds dan
Watson 1999, dalam Jevon dan Ewens2009).
2.2 Tujuan Pemantauan Hemodinamik
Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan
fisiologis secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan
informasi keseimbangan homeostatik tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan
terapeutik tetapi hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu
disesuaikan denganpenilaianklinispasienagardapatmemberikanpenangananyangoptimal.
Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah perfusi jaringan yang adekuat, seperti
keseimbangan antara pasokan oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi,
suhu tubuh dan keseimbangan elektro kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan
hemodinamik berupa gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak ditangani secara cepat
dan tepat akan jatuh ke dalam gagal fungsi organ multipel (Erniody, 2008).
2.3 Metode Non Invasive Pada Pemantauan Hemodinamik
1. Penilaian Laju Pernapasan

Laju pernafasan merupakan indikator awal yang signiikan dari disfungsi selluler.
Penilaian ini merupakan indikator fisiologis yang sensitif dan harus dipantau dan
direkam secara teratur. Laju dan kedalaman pernafasan pada awalnya meningkat
18
sebagai respons terhadap hipoksia selluler.
a. FrekuensiPernapasan
- Normal dewasa Respiratory Rate (RR) adalah 12-20 kali /menit.
- RR harus dihitung selama 30detik.
- Jika RR pasien berada di luar parameter RR dewasa normal maka RR harus
dihitung selama satu menit penuh untuk memastikanakurasi.
- RR harus dihitung sambil meraba nadi radial pasien sehingga pasien tidak
sadar bahwa Anda sedang mengamatimereka.
- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen meningkat
untuk mempertahankan laju pernapasanpasien.
b. SaturasiOksigen

- Pulse oximetry mengukur saturasi oksigen dalam darah pasien. Perubahan


saturasi oksigen adalah tanda akhir dari gangguan pernapasan. Awalnya
tubuh akan mencoba dan mengkompensasi hipoksia dengan meningkatkan
laju dan kedalaman pernapasan. Pada saat saturasi oksigen menurun
pasien biasanya sangatterganggu.
- Saturasi oksigen normal adalah antara95-100%.
- Saturasi oksigen <90% berkorelasi dengan kadar oksigen darah yang
sangat rendah dan membutuhkan tinjauan medis yang mendesak. Jika
saturasi oksigen pasien Anda rendah Anda biasanya akan melihat tanda-
tanda lain bahwa pasien sesak napas seperti peningkatan laju pernapasan
dan usaha.
- Panggilan Darurat Klinik harus dilakukan jika kebutuhan oksigen
meningkat untuk mempertahankan saturasi oksigen.

2. PenilaianDenyut EKG

Denyut yang cepat, lemah dan bergelombang merupakan tanda


khas dari syok. Denyut yang memantul penuh atau menusuk mungkin
merupakan tanda dari anemia, blok jantung, atau tahap awal syok septik.
Perbedaan antara denyut sentral dan denyut distal meungkin disebabkan
oleh penurunan curah jantung dan juga suhu sekitarnya yang dingin.
Pematauan EKG merupakan metode noninvasif yang sangat berharga dan
memantau denyut jantung secara kontinu. Pemantauan ini dapat
memberikan informasi kepada praktisi terhadap tanda-tanda awal
19
penurunan curah jantung.

3. PenilaianHaluaranUrin

Urin yang keluar dari tubuh secara tidak langsung memberikan


petunjuk mengenai curah jantung. Pada orang sehat, 25% curah jantung
memberikan perfusi ke ginjal. Ketika perfusi ginjal adekuat, maka urin
yang keluar harusnya lebih dari 0,5 mL/kg/jam. Menurunnya urin yang
keluar dari tubuh mungkin merupakan tanda awal dari syok
hipovolemik karena ketika curah jantung menurun, maka perfusi ginjal
juga akan menurun. Jika urin yang keluar dari tubuh kurang dari 500
mL/hari, maka ginjal tidak mampu mengekskresikan sisa-sisa
metabolisme tubuh, dan jika terjadi dalam waktu yang lama bisa
menyebabkan uremia, asidosis metabolik, dan hiperkalemia. Pada
pasien kritis, gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh perfusi ginjal
yang tidak adekuat yaitu kegagalan prarenal. Apabila diuretik telah
diberikan, misalnya furosemid, maka urin yang keluar dari tubuh tidak
dapat membantu penilain curah jantung. Jika pasien penggunakan
kateter, maka pastikan selang kateter tidak tersumbat atau terpelintir.
4. PengukuranTekananDarah Arterial

Tekanan darah arterial (arterial blood pressure, ABP) adalah gaya


yang ditimbulkan oleh volume darah yang bersirkulasi pada dinding
arteri.Perubahan pada curah jantung atau resistensi perifer dapat
mempengaruhi tekanan darah. Pasien dengan curah jatung yang rendah
dapat mempertahankan tekanan darah normalnya melaui vasokontriksi,
sedangkan pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi
walaupun curah jantungnya tinggi, misanya pada sepsis. Tekanan
arterial rata-rata (mean arterial presure, MAP) merupakan hasil
pembacaan tekanan rata-rata didalam sistem arterial juga berfungsi
sebagai indikator yang bermanfaat karena dapat memperkirakan perfusi
menuju organ-organ yang esensial seperti ginjal. Banyak faktor yang

20
mempengaruhi tekanan darah, misalnya nikotin, ansietas, nyeri, posisi
pasien, obat-obatan, dan latihan fisik. Keakuratan pengukuran tekanan
darah juga hal yang sering terlupakan. Faktor yang akurat dalam
pengukuran terkanan darah adalah lebar manset dan posisi lengan.
Manset yang terlalu sempit akan menghasilkan pembacaan tekanan
darah yang tinggi palsu, sedangkan jika manset yang terlalu lebar akan
menghasilkan pembacaan tekanan darah yang rendah palsu. European
standart merekomendasikan lebar manset sebaiknya 40%, dan
panjangnya 80-100% dari lingkar ekstremitas. Posisi lengan harus
ditopang pada posisi horizontal setinggi jantung. Pengaturan posisi yang
tidak benar selama mengukur tekanan darah dapat menyebabkan
kesalahan sebesar 10%. Penilaian darah arterial dapat dilihat melalui
denyut nadi, dan tekanan darah (jevon dan ewens, 2009).

a. DenyutNadi

- Denyut nadi harus diukur dengan meraba nadi radialpasien.

- Jika Anda tidak dapat mengakses pulsa radial pasien, situs lain
dapat digunakan sebagaimanamestinya.

- Nadi radial pasien harus dinilai untuk tingkat, irama dan


amplitudo(kekuatan).

- Denyut nadi harus dihitung selama 30 detik atau lebih (1 menit)


jika ritme tidak teratur.

- Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100bpm.

- Denyut nadi harus dihitung ketika pasien sedang beristirahat (saat


istirahat = tidak ada aktivitas fisik selama 20menit).

b. TekananDarah

- Dewasa Optimal BP harus <130 mmHg sistolik dan

<85mmHgdiastolik.

- The sistolik dewasa Tekanan Darah (SBP) harus lebih besar dari
90mmHg. Jika SBP adalah <90mmHg yang RPAH Clinical Sistem
21
Tanggap Darurat harus diaktifkan.

- Jika SBP adalah> 200mmHg yang RPAH Clinical Sistem Tanggap


Darurat harus diaktifkan.
- Tekanan nadi dewasa normal (perbedaan antara SBP dan Tekanan
Darah Diastolik (DBP)) adalah antara 30 - 50mmHg.

5. Penilaian Suhu Tubuh

Peningkatan suhu tubuh dapat menimbulkan kehilangan cairan dan


elektrolit. Dehidrasi hipernatremia (peningkatan Natrium) dapat
meningkatkan peningkatan suhu. Penurunan suhu tubuh dapat diakibatkan
oleh hipovolemia, padakekurangan cairan yang berat, suhu rektal dapat
turun sampai 35 C (Horne dan Swearingen, 2001).

- Suhu yang akan dinilai sesuai dengan kondisi pasien, alasan untuk
masuk atau sesuai pedoman kebijakan lokal /lainnya.

- Suhu dewasa normal adalah antara 36,5 ° dan 37,5 °C.

- Minimal, suhu yang akan dinilai dua kali sehari. (Sydney South West
Area Health Service,2010).

2.4 Prinsip-Prinsip Pemantauan Tekanan Vena Sental


Tekanan vena sentral (central vemous pressure, CVP) mencerminkan tekanan
pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume
darah, tonus vaskular, dan fungsi jantung. CVP normal adalah 0-8 mmHg. Hasil
pembacaan CVP yang rendah biasanya menunjukkan hipovolemia, sedangkan hasil
pembacaan CVP yang tinggi memiliki berbagai penyebab, meliputi hipervolemia,
gagal jantung, dan embolisme paru (Jevon dan Ewens, 2009).

1. Indikasi PemakaianKateter Vena Sentral

Berbagai indikasi untuk pemakaian kateter vena sentral adalah:


1. Resusitasicairan

2. Pemberian obat cancairan

3. Pemberian makan secaraparenteral.

4. Pengukuran tekanan venasentral

5. Akses vena yangburuk


22
6. Pacu jantung

2. MetodePemantauan CVP

Terdapat dua pemantauan CVP:


- Sistem manometer: memungkinkan permbacaan intermitten dan kurang akurat
dibandingkan sistem transduser dan lebih jarang digunakan.
- Sistem transduser: memungkinkan pembacaan secara kontinu yang ditampilkan
dimonitor.

3. Bentuk Gelombang CVP

Bentuk gelombang CVP mencerminkan perubahan-perubahan pada tekanan atrium


kanan selama siklusjantung.

- Gelombang A: kontraksi atrium kanan (gelombang P pada EKG). Jika kelombang A


naik, maka pasien mungkin mengalami kegagalan ventrikel kanan dan stenosis
trikuspid.

- Gelombang C: penutupan katup trikuspid (mengikuti komplek QRS pada EKG).


Jarak dari A-C harus berhubungan dengan PR padaEKG.

- Gelombang V: tekanan yang terjadi pada atrium kanan selama


kontrakasiventrikel,walaupunkatuptrikuspidtelahtertutup(bagianakhir gelombang T
pada EKG). Jika gelombvang V naik, maka pasien mungkin memiliki penyakit
katup trikuspid.

4. Pengukuran CVP Normal

Pemantauan CVP secara normal menunjukkan pengukuran sebagai berikut:


- 5- 10 mmHgmid-aksila
- 7-14 mmH2Omid-aksila

23
A. DEFINISI EKG
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang merekam perubahan
potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu.(Ruhyanudin, 2007)

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-


perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung.
(Ruhyanudin, 2007) Elektrokardiograf adalah alat untuk mengetahui aktivitas
kelistrikan jantung.

B. Sistem Konduksi Jantung

Jantung adalah organ muskular berlubang yang berfungsi sebagai


pompa ganda sistem kardiovaskular. Sisi kanan jantung memompa darah ke
paru sedangkan sisi kiri memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung
mempunyai empat ruangan, atrium kanan dan kiri , ventrikel kanan dan kiri.
Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat
membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan
impuls listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung. Adapun jalur hantaran
listrik jantung normal terjadi dalam urutan berikut : nodus sinoatrial (SA) -
nodus atrioventrikular (AV) – berkas His – cabang berkas – serabut purkinje
– otot ventrikel.

Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik


yang lemah dan menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung
ini dapat direkam oleh elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda-

24
elektroda ke berbagai permukaan tubuh (sadapan/leads. Sebuah perangkat
elektrokardiograf yang penampil outputnya berupa plotter akan menampilkan
hasil perekaman pada sebuah kertas grafik millimeter blok.
C. Macam dan Makna Gelombang EKG

1. Bentuk Gelombang.

Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan
segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian
referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR
interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen,
dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah
kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu
terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang
R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sinyal EKG terdiri atas :
1. Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif
kecil karena otot

atrium yang relatif tipis.

2. Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal


sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan
depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah
gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut

25
gelombang S.
3. Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan
listrik istirahat (repolarisasi)
2. Pembentukan Gelombang

Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi


depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya
sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi
arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar
ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje.
Selanjutnya, terjadi depolarisasi

di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali di


aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian
mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan
gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR.
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , gelombang Q,
gelombang R, gelombang S atau bisa disebut “Kompleks QRS”, dan
sebuah gelombang T. Kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang
tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di
sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam
elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S sering sangat menonjol
dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen , tetapi walau
bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks
QRS atau hanya gelombang QRS.

Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu


atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS
di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel
mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P
dan komponen komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi.
Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu

26
ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
Karakteristik Elektrokardiogram
Defleksi Deskripsi

Gelombang P gelombang yang timbul karena depolarisasi atrium dari


nodus

sinoatrial ke nodus atrioventrikular


Gelombang Q defleksi negatif pertama sesudah gelombang P dan
yang
mendahului defleksi R, dibangkitkan oleh depolarisasi
permulaan
ventrikel
defleksi positif pertama sesuadah gelombang P dan
Gelombang R yang

ditimbulkan oleh depolarisasi utama ventrikel.


Gelombang S defleksi negatif sesudah defleksi R. Keseluruhan
depolarisasi

ventrikel ini membangkitkan gelombang QRS kompleks.


Gelombang T gelombang yang timbul oleh repolarisasi ventrikel.

Fase depolarisasi merupakan kondisi dimana terjadi proses penyebaran


impuls/sinyal pada jantung. Fase repolarisasi merupakan kondisi dimana
otot-otot jantung tidak melakukan aktifitas sementara (istirahat). Fase
defleksi merupakan penyebaran proses depolarisasi.

D. Tujuan Pemasangan EKG

1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia

2. Kelainan-kelainan otot jantung

27
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung

4. Ganguan -gangguan elektrolit

5. Perikarditis

6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel

7. Menilai fungsi pacu jantung.


E. KERTAS EKG

Kertas grafik yang terdiri dari bidang horizontal (mendatar) dan vertikal
(keatas), yang berjarak 1 mm (satu kotak kecil). Garis horizontal
menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik, sedangkan 5 mm = 0.2
detik. Garis vertikal menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0.1 mV,
sedangkan 10 mm = 1 mV. Pada perekaman normal sehari-hari, kecepatan
kertas dibuat 25 mm/detik, kalibrasi pada 1 mV. Bila dirubah harus dicatat
pada setiap sandapan (lead).

F. PROSEDUR PEMASANGAN EKG Persiapan Pemeriksaan EKG


1. Persiapan alat-alat yang di butuhkan

a. Mesin EKG (yang dapat merekam 12 lead)

b. Kertas EKG

c. Elektroda EKG

1. Elektroda untuk pergelangan tangan dan kaki

2. Elektroda isap prekordial

d. Tissue

e. Balon elektroda

f. Plat elektroda

g. Kapas

h. Alkohol

28
i. Gel EKG

j. Kabel sebagai sumber listrik

Prosedure Pelaksanaan :

1. Mempersiapkan alat EKG

2. Memastikan alat berfungsi dengan baik

3. Mempersiapkan pasien, bila pasien memakai jam tangan , gelang, logam lain
agar dilepas.

4. Pasien dipersilahkan membuka baju atas dan kaos dalamnya serta berbaring
di atas tempat tidur, dan dianjurkan untuk tidak tegang (rileks) serta
memberitahu prosedure yang akan dilakukan.
5. Membersihkan tempat-tempat yang akan ditempel elektroda dengan kapas
alkohol pada bagian ventral kedua lengan bawah (dekat pergelangan tangan)
dan bagian lateral ventral kedua tungkai bawah (dekat pergelangan kaki),
serta dada. Jika perlu dada dan pergelagan kaki dicukur.
6. Keempat elektroda ekstermitas diberi jelly.

7. Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang akan dipasangkan


elektroda.

8. Pasang keempat elektroda tersebut pada kedua pergelangan tangan dan


kaki, dengan ketentuan sbb :
Merah : lengan kanan (RA)
Kuning : lengan kiri (LA)
Hijau : tungkai kiri (LF)

Hitam : tungkai kanan (RF)

29
9. Dada diberi jelly sesuai lokasi untuk elektroda
10. Pasang elektroda prekordial (V1-V6) disesuaikan dengan kabel
V1 pada interkosta keempat garis sternum kanan V2 pada interkosta keempat
garis sternum kiri V3 pada pertengahan V2 dan V4
V4 pada interkosta kelima garis pertengahan clavikula kiri V5 pada axila
sebelah depan kiri
V6 pada axila sebelah belakang kiri

11. Tekan “On” untuk menghidupkan alat

12. Atur posisi jarum penulis agar terletak ditengah lebar kertas, kemudian
membuat rekaman kalibrasi
13. Membuat rekaman EKG dari : Lead I, Lead II, Lead III, aVR, aVL, aVf,
V1, V2, V3, V4, V5 dan V6
14. Rekaman setiap sadapan dibuat minimal 3 siklus

15. Setelah selesai membuat rekaman tekan power “Off”, elektroda dilepas, sisa
pasta elektroda pada orang dibersihkan dan dipersilahkan mengenakan baju
kembali.
16. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempat seperti semula.

30
G. Cara menilai EKG.

1. Tentukan irama jantung (Rhytme).

1. Irama teratur.

2. HR = 60 – 100 x/menit.

3. Gelombang “P” normal, setiap gelombang “P” selalu diikuti oleh


kompleks “QRS”.

4. Interval “PR” normal (0.12-0.20 detik).

5. Kompleks “QRS” normal (0.06-0.12 detik).

6. Semua gelombang sama.

2. Tentukan frekuensi.

1. 300 : (jumlah kotak besar pada interval “RR”).

2. 1500 : (jumlah kotak kecil pada interval “RR”.

3. Bila kemungkinan bradikardi, atau denyut yang tidak teratur, ambil


lead II sepanjang 6 detik, kemudian hitung jumlah kompleks QRS
dikalikan 10.
3. Tentukan ada tidaknya tanda akibat gangguan elektrolit.

1. Hiperkalemia : gelombang T lancip.

2. Hipokalemia : adanya gelombang U.

3. Hiperkalsemia : interval QT memendek.

31
4. Hipokalsemia : interval QT memanjang.

32
Hal-hal yang harus dicatat setelah tindakan pemasangan dan memonitori
elektrokardiogram meliputi:
1. Label rekaman EKG dengan nama pasien, nomor ruangan/kamar, dan
nomor identitas.

2. Catat tanggal dan waktu tes atau tindakan dilakukan.

3. Catat respon yang ditunjukkan atau dikeluhkan klien.

4. Catat tanggal, waktu, dan nama pasien dan nomor ruang yang tertera
di EKG.
5. Catat informasi klinik lainnya terkait pemasangan EKG.
A. Interprestasi EKG

Untuk membaca/ interpretasi sebuah EKG, paling sedikit kita harus


mempunyai data-data tentang hal-hal di bawah ini:
a. Umur penderita: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-
anak sangat berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
b. Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai
dinding dada yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG
lebih kecil, sebab voltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak
elektroda dengan sel otot jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum penderita: Hal ini penting apakah
peningkatan voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya
dengan kemungkinan hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.
d. Penyakit paru pada penderita: posisi jantung dan voltase dari
komplek-komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema
pulmonum yang berat, pleural effusion dan lain-lain.
e. Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sangat mempengaruhi
bentuk EKG. Maka misalnya diperlukan hasil EKG yang bebas dari
efek, digitalis, perlu dihentikan sekurang- kurangnya 3 minggu dari
obat digitalis tersebut.

Terdapat 2 jenis sandapan pada EKG, yaitu :

1. Sandapan Bipolar
Dinamakan sandapan bipolar karena sandapan ini hanya merekam
33
perbedaan potensial dari 2 elektroda, sandapan ini ditandai dengan angka
romawi I,II dan III.
1. Sandapan I
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
(LA), dimana tangan kanan bermuatan negatif dan tangan kiri
bermuatan positif.
2. Sandapan II
Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri
(LF), dimana tangan kanan bermuatan negative dan kaki kiri bermuatan
positif.
3. Sandapan III
Merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF),
dimana tangan kiri bermuatan negative dan kaki kiri bermuatan positif.

2. Sandapan Unipolar
Sandapan unipolar terbagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Sandapan unipolar ekstremitas

Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda


eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan
elektroda-elektroda pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda
indiferen.
a. aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang
bermuatan (+),dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri
membentuk elektroda indifiren.
b.aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang
bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indifiren.
c. aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang
bermuatan (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan
kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
2. Sandapan unipolar prekordial

a. Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.

b. Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.


34
c. Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.

d. Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun


detak apeks berpindah).

e. Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris


anterior.

f. Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea


midaxillaris.

B. Morfologi Gelombang EKG

KETERANGAN :

A. Gelombang P: aktivasi atrium.

35
a. Lebar < 0,12 detik

b. Tinggi < 0,3 milivolt

c. Selalu positif di lead II dan negatif di lead aVR - Interval PR

d. Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS

e. Durasi normal 0,12–0,20 detik

B. Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri

a. Lebar 0,06–0,12 detik

b. Panjang bervariasi di antara tiap lead

c. Gelombang Q : defleksi negatif pertama

d. Gelombang R : defleksi positif pertama

e. Gelombang S : defleksi negatif setelah gelombang R

f. Durasi kompleks QRS : durasi depolarisasi otot ventrikel

C. Interval PP : durasi siklus atrium

D. Interval RR : durasi siklus ventrikel

E. Interval QT : durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel

F. Segmen ST

a. Dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T

b. Normal : isoelektrik - Gelombang T

c. Positif di lead I, II, V3–V6 dan negatif di aVR


Ukuran kotak kecil: 1 mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan
kertas pencatatan 25 mm/detik, berarti satu kotak kecil adalah 0,04
detik. Amplitudo standar 1 milivolt.

36
BAB III
PENUTU
P
3.1 Kesimpulan

Bedside monitor merupakan suatu alat yang digunakan untuk memonitor


vital sign pasien secara kontinu atau berkelanjutan. Bedside monitor digunaka n
untuk mengetahui kondisi fisiologis pasien, monitor ini biasa digunakan pada
pasien di ruang ICU atau ruang rawat intensif lainnya. Bedside monitor ini
bertujuan untuk memantau vital sign pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan
darah, temperatur secara terus menerus. Parameter yang terdapat dalam bedside
monitor, yaitu ECG, respirasi, temperature, NIBP, Saturasi darah, IBP, dan
neurogical monitoring. Kelebihan dari alat ini, yaitu dapat memberikan informas i
yang akurat dan lengkap terkait kondisi fisiologis pasien yang dirawat di ruang
intensif, dan kekurangannya yaitu jika pasien bergerak akan membuat sinyal ECG
menjadi noise atau dapat memperbesar nilai eror pada sistem bedside monitor,
apabila adanya perbedaan sensor finger pada pemasangan bedside monitor akan
mempengaruhi hasil bacaan di layar monitor. Penggunaan alat ini harus
berdasarkan prinsip kerja dan standar operasional prosedur sehingga proses
monitoring kondisi pasien dapat dilakukan secara maksimal.

3.2 Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini penulis berharap, pembaca maupun


penulis dapat menambah wawasan dan materi bedside monitor ini dapat
diaplikasikan dalam melakukan pemantauan terhadap pasien dengan kondisi kritis
khususnya di ruang rawat intensif.

37
DAFTAR PUSTAKA

Amran, Rita. 2015. Bedside Monitor. Tersedia pada


https://id.scribd.com/doc/214622711/Bedside_Monitor diakses pada
12 Oktober 2020
Budi, Arif Wahyu Setyo.Buku Keperawatan Kritis.2019.UMY Press:Yogyakarta
Dyas. 2016. Pengenalan Alat Bedside Patient Monitor (Vital Sign Monitor).
Tersedia pada https://id.scribd.com/doc/248363605/2-Pengenalan-
Alat-Bedside-Patient-Monitor-Vital-Sign-Monitor diakses pada 12
Oktober 2020

Farina, Dyna. 2015. Pasien monitor. Tersedia pada


https://www.academia.edu/6305928/PASIEN_MONITORING diakses
pada tanggal 12 Oktober 2020

Morton, Patricia Gonce dkk. 2012. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Holistik (Volume 2) (Edisi 8). Jakarta : EGC.

NN. TT. Diakses melalui http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/24872


diakses pada 12 Oktober 2020

Skolastika, Juita. 2015. Bedside Monitor. Tersedia pada


https://www.academia.edu/16153117/TUGAS_DIAGNOSTIK

Stillwell, Susan B. 2011. Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC .

13

Anda mungkin juga menyukai