Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH

KEPERAWATAN DASAR II
PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

OLEH
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
NI LUH RAHAYU (203213212)
NI LUH ADE DWI ANTARI (203213214)
PUTU INTAN SATWICA DEVI (203213215)
NI MADE ELIA SANTI (203213217)
NI PUTU DIAH AYUNINGTYAS P. (203213221)
KADEK KUSUMA DWIJAYANTI (203213222)
PUTU ECHA LEONA SETIAWAN (203213230)
I PUTU AGUS ARTAWAN (203213235)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Prosedur Persiapan Pemeriksaan Penunjang tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dasar II. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai kebijakan promosi kesehatan di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu , kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 23 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PEMERIKSAAN
PENUNJANG EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)................................................................4
2.2 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG EEG (ELECTROENCEPHALOGRAPHY)......................10
2.3 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG X-RAY..............................................................................14
2.4 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG CT SCAN..........................................................................19
2.5 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG USG..................................................................................24
2.6 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG BIOPSI..............................................................................30
2.7 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM DARAH...........................................31
2.8 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM DAHAK...........................................34
2.9 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM URINE.............................................36
2.10 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM FESES..............................................38
BAB III..................................................................................................................................41
PENUTUP.............................................................................................................................41
3.1 SIMPULAN.....................................................................................................................41
3.2 SARAN............................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................42

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan


oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya
dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat
penyakit pada pasien. Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,
maka dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-
lain. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari
tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat
melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan keperawatan. Hasil suatu
pemeriksaan penunjang sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor
yang mempengaruhi hasil pemeriksaan penunjang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang EKG (elektrokardiogram)?
2. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang EEG (electroencephalography)?
3. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang X-Ray?
4. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang CT Scan?
5. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan

1
penunjang USG?
6. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang biopsi?
7. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium darah?
8. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium dahak?
9. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium urine?
10. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium feses?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang
EKG (Elektrokardiogram)
2. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang EEG
(Electroencephalography)
3. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang X-
Ray
4. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang CT
Scan
5. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang USG
6. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang
biopsi
7. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang
laboratorium darah
8. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang
laboratorium dahak
9. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang

2
laboratorium urine
10. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang
laboratorium feses

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)
Prosedur pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan sederhana
untuk mengukur irama dan aktivitas listrik jantung. Karena itu, prosedur ini juga
sering disebut rekam jantung. Tiap kali jantung berdetak, aliran listrik akan mengalir
dan memicu kontraksi otot jantung. Kontraksi otot ini menyebabkan jantung mampu
memompa darah ke seluruh tubuh. Pada pemeriksaan EKG, aliran listrik jantung
direkam oleh mesin dan hasilnya akan diperiksa untuk melihat ada tidaknya gangguan
atau kerusakan jantung.

Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam


aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung
dan menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung. Elektrokardiogram dilakukan
menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik jantung yang disebut elektrokardiograf.
Dengan alat tersebut, impuls atau aktivitas listrik jantung akan terpantau dan tampak
berupa grafik yang ditampilkan di layar monitor.

Dokter kemudian akan mengevaluasi aktivitas listrik jantung pasien melalui


monitor tersebut. Selain itu, grafik yang menunjukkan aktivitas listrik jantung pasien
juga dapat dicetak di kertas dan dilampirkan pada rekam medis pasien. Dokter
umumnya akan menyarankan EKG pada pasien yang mengalami gejala-gejala
gangguan jantung, seperti sulit bernapas, tubuh mudah lelah dan lemas, nyeri dada,
dan jantung berdebar.

A. Indikasi dan Kontraindikasi Elektrokardiogram

Elektrokardiogram dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi-kondisi berikut:

4
a) Serangan jantung
b) Kardiomiopati
c) Gangguan irama jantung
d) Penyakit jantung coroner
e) Gangguan elektrolit
f) Keracunan obat-obatan

Dokter juga dapat menggunakan EKG untuk memeriksa kesehatan jantung pasien
sebelum dan setelah menjalani operasi, serta untuk menilai efektivitas pengobatan
penyakit jantung, seperti penggunaan alat pacu jantung dan obat-obatan.

Tes EKG tidak menyakitkan, cepat, dan aman dilakukan. Oleh karena itu, secara
umum, tidak ditemukan kontraindikasi pada elektrokardiogram, kecuali pasien
menolak untuk menjalani pemeriksaan tersebut. Dengan kata lain, EKG dapat
dijalankan pada siapa saja dalam semua golongan usia.

B. Pemeriksaan elektrokardiogram direkomendasikan bagi pasien yang


memiliki gejala gangguan jantung.

Gejala tersebut bisa berupa:

a. Nyeri dada
b. Jantung berdebar
c. Gangguan irama jantung (aritmia)
d. Sesak napas
e. Pusing
f. Badan lemas
g. Cepat lelah

C. Prosedur Elektrokardiogram

Elektrokardiogram bisa dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan lama


pemeriksaan kurang lebih 10 menit. Berikut ini adalah rangkaian pemeriksaan EKG:

5
1. Pasien akan diminta untuk mengganti semua pakaian dengan baju operasi,
kemudian mencopot perhiasan atau benda apapun di tubuh yang bisa
memengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Pasien akan diminta untuk berbaring di tempat tidur. Selanjutnya,
elektroda yang tersambung dengan mesin EKG akan ditempelkan di dada,
lengan dan tungkai.
3. Mesin EKG akan merekam aktivitas listrik jantung pasien dan
menampilkannya dalam bentuk grafik gelombang listrik di monitor, yang
kemudian akan dianalisis oleh dokter.
4. Selama pemeriksaan EKG berjalan, hindari berbicara dan bergerak karena
dapat memengaruhi hasil tes.

D. Sebelum Elektrokardiogram

EKG sering kali dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk mendeteksi
serangan jantung. Namun, pada beberapa kasus, EKG dapat dilakukan melalui
perencanaan sebelumnya atau ketika pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(check-up). Dalam kondisi ini, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Beri tahu dokter jika Anda menggunakan alat pacu jantung.


2. Beri tahu dokter tentang obat-obatan dan suplemen, termasuk suplemen herba,
yang sedang Anda konsumsi karena obat tersebut bisa memengaruhi hasil
EKG.
3. Bila terdapat bulu di dada, sebaiknya dicukur terlebih dulu agar elektroda
tidak sulit menempel di tubuh.
4. Hindari pemakaian losion, minyak, atau bedak pada tubuh, terutama di bagian
dada.
5. Hindari minum air dingin atau olahraga sebelum menjalani EKG karena dapat
memengaruhi hasil tes.
E. Setelah Elektrokardiogram

6
Setelah pemeriksaan EKG, pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa,
kecuali bila dokter menyarankan pasien membatasi aktivitas karena adanya suatu
penyakit. Hasil EKG juga dapat langsung didiskusikan dengan dokter di hari itu juga
atau di lain waktu.

Jika hasil EKG normal, maka pemeriksaan lain mungkin tidak diperlukan.
Tetapi bila hasil EKG menunjukkan suatu penyakit, pasien mungkin akan diminta
menjalani EKG ulang atau pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan enzim jantung,
tergantung pada penyakit yang dicurigai oleh dokter.

F. Jenis-Jenis Elektrokardiogram

Terkadang, gangguan jantung bisa tidak terdeteksi dengan pemeriksaan


elektrokardiogram biasa (standar). Hal ini terjadi karena gangguan tersebut dapat
hilang timbul, atau mungkin saat pemeriksaan EKG biasa tidak muncul.

Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa jenis pemeriksaan aktivitas listrik
jantung lain yang bisa dilakukan dan sedikit berbeda dengan pemeriksaan EKG biasa,
yaitu:

1. Stress test
Stress test adalah pemeriksaan EKG yang dilakukan saat pasien
beraktivitas di treadmill, baik berjalan atau berlari. Pasien juga dapat diminta
untuk mengayuh sepeda statis dalam stress test.
2. Holter monitor
Holter monitor adalah pemeriksaan EKG untuk merekam aktivitas
listrik jantung selama pasien beraktivitas dalam 1–2 hari. Holter monitor
merupakan alat kecil yang dikalungkan di leher dan dilengkapi elektroda yang
ditempelkan di dada. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa ketika
menggunakan holter monitor, asalkan elektroda dan monitornya tetap kering.
Selama menggunakan holter monitor, dokter akan meminta pasien untuk
mencatat segala aktivitas yang mengakibatkan perubahan aktivitas listrik
jantung.

7
3. Event monitor
Event monitor adalah alat yang serupa dengan holter monitor.
Bedanya, event monitor merekam aktivitas listrik jantung selama beberapa
menit ketika gejala gangguan jantung muncul. Event monitor dapat digunakan
dalam jangka waktu hingga 1 bulan.

G. Persiapan untuk menjalani elektrokardiogram

Tidak ada persiapan khusus sebelum pemeriksaan elektrokardiogram. Pasien


dapat makan dan minum seperti biasa. Namun agar berjaga-jaga agar hasil rekam
jantung tidak terganggu, Anda dianjurkan untuk menerapkan aktivitas di bawah ini
sebelum pemeriksaan:

1. Tidak merokok sebelum pemeriksaan dilakukan.


2. Tidak minum air es dan berolahraga.
3. Menghindari pemakaian krim atau lotion berminyak karena elektroda bisa
sulit menempel di kulit.
4. Sebisa mungkin tidak mengenakan celana panjang karena elekroda juga
perlu ditempelkan pada kaki.
5. Mengenakan pakaian yang mudah dilepas agar elektroda mudah dipasang
pada kulit dada.
6. Cukur bulu dada jika Anda memilikinya.

F. Pemeriksaan elektrokardiogram dapat dilakukan di klinik ataupun rumah


sakit.

Pemeriksaan elektrokardiogram dapat dilakukan di klinik ataupun rumah


sakit. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Pasien diminta berbaring di meja pemeriksaan.


2. Pasien akan diminta membuka pakaian atas.
3. Melepas aksesoris seperti kalung, gelang, ikat pinggang, handphone yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil.

8
4. Petugas medis akan meletakkan beberapa elektroda pada lengan, kaki, dan
dada pasien.
5. Elektroda yang terhubung ke komputer tersebut akan merekam aktivitas listrik
jantung.
6. Aktivitas listrik jantung akan ditampilkan di layar komputer dan hasilnya
dicetak pada lembaran kertas.

Prosedur rekam jantung biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit.


Selama proses ini, jangan menggerakan anggota tubuh dan jangan berbicara.

G. Hasil tes elektrokardiogram

Dokter akan memeriksa adanya irama dan denyut jantung yang tidak normal.
Kondisi-kondisi ini dapat menjadi pertanda adanya masalah pada jantung Anda.
Berikut penjelasannya:

1. Denyut jantung
Jumlah denyut atau detak jantung normal berkisar antara 60-100 kali
per menit. Biasanya, denyut ini dapat diukur dari nadi. Pemeriksaan
elektrokardiogram dibutuhkan apabila jantung Anda berdetak terlalu cepat,
terlau lambat, tidak teratur, atau detaknya sulit dihitung.
2. Irama jantung

Rekam jantung bisa menunjukkan adanya gangguan irama jantung


(aritmia). Aritmia terjadi ketika terdapat gangguan pada sistem aliran listrik
jantung. Konsumsi obat-obatan tertentu seperti beta-blocker juga dapat
menyebabkan masalah ini.

3. Serangan jantung
Serangan jantung, baik yang sedang atau yang pernah terjadi dapat
terdeteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram. EKG juga bisa menunjukkan
bagian jantung mana yang mengalami kerusakan akibat serangan jantung.
4. Kurangnya suplai oksigen dan darah ke jantung

9
Pemeriksaan EKG dapat mendeteksi apakah nyeri dada disebabkan
oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otot jantung.
5. Kelainan struktur jantung
Adanya kelainan struktur jantung seperti pembesaran pada ruang-
ruang jantung, juga dapat dideteksi dari pemeriksaan ini.

Setelah pemeriksaan rekam jantung, pasien dapat melanjutkan aktivitas seperti


biasa. Dokter akan memberi tahu hasilnya segera setelah tes dilakukan. Perlu atau
tidaknya penanganan lebih lanjut akan tergantung dari hasil pemeriksaan ini.

Pemeriksaan elektrokardiogram umumnya aman dan sangat jarang


menimbulkan efek samping apapun. Namun, pada beberapa kasus, pasien mengalami
reaksi alergi kulit terhadap elektroda yang ditempelkan di tubuh. Pasien juga
mungkin akan mengalami sedikit sakit saat elektroda EKG dicabut dari kulit.

2.2 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG EEG (ELECTROENCEPHALOGRAPHY)
Elektroensefalografi (EEG) adalah pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan
gelombang otak atau aktivitas elektrik abnormal yang terjadi di otak. Pemeriksaan
EEG merupakan prosedur utama untuk mendiagnosis epilepsi. Selain itu, prosedur ini
juga dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan otak yang lain. Pada pasien yang
mengalami koma, EEG juga dapat dilakukan untuk memeriksa aktivitas otaknya.

Selama prosedur EEG dilakukan, lempengan logam yang merupakan


elektroda akan ditempelkan ke kulit kepala pasien. Elektroda tersebutlah yang akan
mendeteksi adanya perubahan gelombang listrik yang muncul saat otak melakukan
aktivitas tertentu lantas mengirimkan laporan tersebut ke layar komputer.

EEG dijadikan sebagai pemeriksaan untuk berbagai penyakit otak sebab sel-
sel pada organ ini, berkomunikasi satu sama lain melalui impuls elektrik. Saat fungsi
otak terganggu, maka impuls yang timbul pun akan berbeda. Perbedaan inilah yang
akan dideteksi oleh EEG. Hasil pemeriksaan EEG akan berupa garis bergelombang

10
dengan puncak dan lembah (seperti grafik). Dari pola pada garis tersebut, dokter
dapat menilai apabila terdapat pola gelombang listrik yang tidak normal.

Pada beberapa pasien, dokter akan memberikan stimulus berupa cahaya,


suara, atau sentuhan sambil merekam gelombang otak. Tujuannya adalah mengukur
aktivitas listrik pada otak selama stimulus diberikan.

Teknik pemeriksaan electroencephalography/EEG harus diperhatikan mulai


dari persiapan pasien, persiapan peralatan, posisi pasien saat pemeriksaan, hingga
pengawasan selama pemeriksaan. Terdapat beberapa prosedur EEG khusus untuk
mendeteksi adanya gelombang pada otak yang bersifat patologis, yaitu sleep
deprivation/kurang tidur, hyperventilation/pernafasan cepat dan dangkal, dan photic
stimulation/rangsang cahaya dengan metode lampu berkedip.

Syarat minimal untuk pencatatan aktivitas otak, sehingga dapat mendeteksi


area dengan pola normal dan abnormal, adalah pemasangan elektroda EEG sebanyak
16 unit. Untuk menjabarkan pendistribusian aktivitas otak, harus diperhatikan
pencatatan secara berkelanjutan dari banyak area pada kulit kepala. Jika elektroda
EEG yang digunakan terlalu sedikit maka akan meningkatkan kesalahan interpretasi,
sedangkan jika elektroda yang digunakan lebih banyak kemungkinan kesalahan akan
menurun.

A. Fungsi pemeriksaan EEG

EEG dilakukan untuk mendeteksi kelainan aktivitas listrik pada otak, yang
dapat disebabkan oleh penyakit otak. Elektroensefalografi dapat membantu dokter
untuk mendiagnosis beberapa penyakit sekaligus menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang memiliki gejala yang mirip dengan penyakit otak, seperti:

1. Penyakit epilepsi alias kejang


2. Cedera otak
3. Peradangan otak (ensefalitis)
4. Tumor otak
5. Ensefalopati (gangguan fungsi otak)

11
6. Gangguan ingatan
7. Gangguan tidur
8. Stroke
9. Demensia

EEG juga mungkin dilakukan pada pasien dalam kondisi koma untuk memeriksa
aktivitas otaknya. Pemeriksaan ini dapat pula dianjurkan guna memantau aktivitas
listrik selama operasi otak.

B. Prosedur pemeriksaan elektroensefalografi

Berikut ini tahap-tahap pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) dari awal hingga


akhir:

1. Sebelum pemeriksaan EEG

Sebelum pemeriksaan EEG dilakukan, beberapa hal di bawah ini perlu


diperhatikan:

1. Pasien akan diminta untuk keramas pada malam sebelum pemeriksaan.


2. Pasien tidak boleh memakai produk rambut, seperti gel atau spray, pada hari
pemeriksaan.
3. Beritahukan pada dokter terkait obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh
4. Hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kafein
setidaknya delapan jam sebelum EEG.
5. Pada beberapa kasus, pasien akan diberi obat bius agar pasien tetap tenang
dan tertidur selama pemeriksaan

2. Selama pemeriksaan EEG

Elektroensefalografi dilakukan dengan menggunakan beberapa elektroda yang


dipasang pada kulit kepala. Elektroda adalah penghantar aliran listrik yang dapat
mengirimkan informasi dari otak ke mesin, sehingga data aliran listrik otak dapat
direkam dan diukur.

12
Pemeriksaan EEG biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 menit.
Prosedurnya meliputi:

1. Pasien diminta berbaring di tempat tidur atau kursi khusus.


2. Teknisi medis akan mengukur ukuran kepala dan menandai lokasi
pemasangan
3. Lokasi pemasangan elektroda akan diolesi dengan krim khusus.
4. Selama pemeriksaan dilakukan, elektroda akan bekerja dengan mengirimkan
data aktivitas listrik dari otak ke mesin perekam.
5. Mesin tersebut akan mengubah aktivitas listrik menjadi gambar gelombang
berpola yang ditampilkan pada layar komputer.
6. Teknisi medis bisa meminta pasien untuk melakukan beberapa hal selama
pemeriksaan, seperti menutup mata, menarik napas dalam, atau melihat
stimulus cahaya.
7. Setelah tes selesai, teknisi medis akan melepas elektroda-elektroda dari kulit
kepala pasien.

3. Setelah pemeriksaan EEG

Tidak ada hal khusus yang perlu dilakukan setelah pemeriksaan


elektroensefalografi. Pasien dapat kembali beraktivitas normal. Namun pasien yang
diberi obat bius sebelum EEG perlu beristirahat dan tidak berkendara selama
beberapa waktu hingga efek obat benar-benar hilang.

C. Hasil tes elektroensefalografi (EEG)

Dokter spesialis saraf (neurolog) akan menginterpretasikan hasil pemeriksaan


EEG. Dokter mungkin akan mengatur jadwal konsultasi untuk membahas hasilnya
dengan pasien. Aktivitas listrik dalam otak pasien akan tampak sebagai pola
gelombang. Pada hasil EEG yang normal, pola gelombang tanpa adanya kelainan
pada otak pasien. Hasil EEG yang tidak normal dapat terjadi karena beberapa kondisi
di bawah ini:

1. Epilepsi atau penyakit kejang lainnya

13
2. Pendarahan pada otak
3. Gangguan tidur
4. Pembengkakan otak (ensefalitis)
5. Tumor
6. Kematian jaringan karena sumbatan pembuluh darah otak
7. Migrain
8. Konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang berlebih
9. Cedera kepala
10. Dokter akan mendiskusikan hasil pemeriksaan EEG bersama pasien.

D. Risiko elektroensefalografi

Elektroensefalografi tergolong aman dan tidak menimbulkan rasa sakit. Pasien


mungkin akan hanya merasa sedikit lelah setelah pemeriksaan. Selain itu, pasien bisa
merasa sedikit pusing atau kesemutan selama beberapa menit ketika diminta untuk
menarik napas dalam selama pemeriksaan. Beberapa pasien juga mengalami ruam
ringan di lokasi pemasangan elektroda. Pasien dengan epilepsi mungkin mengalami
kejang selama pemeriksaan. Tapi kondisi pasien akan diawasi dengan ketat sehingga
penanganan dapat segera dilakukan.

Setelah perekaman EEG dilakukan maka hasil perekaman akan dievaluasi


ulang oleh operator, jika ditemukan hasil perekaman EEG terdapat banyak artefak
sehingga data sulit diinterpretasikan maka pemeriksaan EEG dapat diulang kembali.
Selain itu, tinjauan klinis setelah pemeriksaan EEG juga mutlak diperlukan untuk
menyingkirkan penyebab kejang yang mendasarinya. Jika tidak ada hasil klinis yang
penting maka pemeriksaan EEG tidak perlu dilakukan ulang. Pemeriksaan EEG
merupakan metode noninvasif yang dapat diulang kapanpun saat dibutuhkan.

2.3 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG X-RAY
Pada dunia medis, pemeriksaan sinar X biasanya dikenal dengan sebutan X-
ray, radiografi, atau rontgen. Indonesia paling sering menyebut pemeriksaaan sinar-X

14
ini dengan rontgen. Sinar X adalah jenis radiasi yang disebut sebagai gelombang
elektromagnetik. Pemeriksaan atau pencitraan Sinar X ini adalah prosedur medis
yang dapat menciptakan gambar bagian dalam tubuh pasien. Gambar dari hasil
pemeriksaan akan berbentuk hitam dan putih.

X-ray adalah tes pencitraan yang digunakan dokter untuk melihat bagian
dalam tubuh tanpa harus membedah pasiennya. Prosedur pemeriksaan ini membantu
dokter dalam mendiagnosis, memantau, dan mengobati berbagai kondisi medis. X-ray
juga tersedia dalam berbagai jenis, tergantung pada area mana yang butuh diperiksa.

A. Cara Kerja Pemeriksaan X-Ray

Sebelum skrining dilakukan, dokter atau ahli radiologi memberitahu untuk


mengatur posisi tubuh untuk mendapatkan gambar yang jelas. Mereka akan meminta
untuk berbaring, duduk atau berdiri selama proses pencitraan. Ketika X-ray
bersentuhan dengan jaringan tubuh, alat tersebut akan menghasilkan gambar pada
film logam.

Jaringan lunak, seperti kulit dan organ tidak mampu menyerap sinar X, sehingga
sinar akan melewatinya. Sinar hanya dapat terserap oleh bahan padat di dalam tubuh.
Area hitam pada X-ray mewakili area ketika X-ray melewati jaringan lunak.
Sedangkan, area putih menunjukkan tempat jaringan yang lebih padat, seperti tulang,
yang telah menyerap sinar-X. Selama proses skrining, kamu diminta untuk tetap
diam, untuk mendapatkan gambar sejelas mungkin.

B. Tujuan Penggunaan X-Ray

X-ray tidak boleh sembarangan digunakan. Tes pencitraan ini hanya boleh
digunakan ketika kamu mengalami ketidaknyamanan di bagian tubuh tertentu.
Seseorang yang mengidap penyakit dapat melakukan X-ray untuk memantau penyakit
dan memeriksa seberapa baik pengobatan yang dilakukan. Beberapa kondisi berikut
ini sering membutuhkan pemeriksaan X-ray, yaitu:

1. Kanker tulang;

15
2. Tumor payudara;
3. Pembesaran jantung;
4. Penyumbatan pembuluh darah;
5. Penyakit yang memengaruhi paru-paru;
6. Masalah pencernaan;
7. Patah tulang;
8. Infeksi;
9. Osteoporosis;
10. Radang sendi;
11. Kerusakan gigi.

Pemeriksaan sinar X ini biasanya dilakukan dokter pada pasiennya dengan tujuan
untuk:

a. Memeriksa bagian tubuh yang terasa tidak nyaman atau sakit;


b. Memonitor kemajuan dari diagnosis suatu penyakit, seperti osteoporosis;
c. Memeriksa keefektifan prosedur pengobatan/terapi yang sedang dijalani
pasien;
C. Perbedaan X-Ray, CT Scan dan MRI

Banyak orang yang terkadang sulit membedakan atau bahkan tidak mengerti
perbedaan dari pemeriksaan X-ray, CT (Computed Tomography) scan, dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging). Ketiganya sama-sama berfungsi untuk mengambil
gambar pada bagian dalam tubuh pasien.

1. CT scan
CT Scan adalah salah satu jenis pemeriksaan hasil pengembangan
teknologi yang memadukan sinar X dan perangkat komputer untuk mendapat
hasil yang lebih baik di pemeriksaan sinar X/rontgen biasa. Pemeriksaan CT
scan biasanya dilakukan untuk pemindaian dengan prosedur darurat karena ia

16
relatif lebih cepat seperti cedera tulang, pencitraan dada, paru-paru, atau
pendeteksian kanker.
2. MRI
Sedangkan pemeriksaan MRI adalah pengambilan gambar dalam
tubuh dengan menggunakan gelombang radio dan magnet. MRI dapat
menghasilkan gambaran internal jaringan lunak seperti sumsum tulang
belakang, tumor otak, ligamen, dan tendon. Pemeriksaan MRI juga terbilang
lebih mahal, dan lebih lambat, namun dianggap lebih aman karena tidak
memanfaatkan radiasi yang berpotensi membahayakan.
D. Jenis Pemeriksaan X-Ray

Ada beberapa jenis pemeriksaan lainnya yang menggunakan teknologi sinar X.


Berikut adalah jenis dan penjelasan singkatnya.

a. CT (Computed Tomography)
Adalah jenis pemeriksaan yang memadukan sinar X dengan perangkat
komputer untuk memberi gambaran detil dari bagian tubuh dan digabungkan
untuk mendapat hasil sinar X dalam bentuk tiga dimensi.
b. Flouroskopi
Jenis ini adalah paduan sinar X dengan layar neon serta cairan kontras
untuk mempelajari struktur gerak atau kondisi tubuh secara saat itu juga (real
time) seperti melihat keadaan detak jantung pasien.
c. Mammografi
Adalah jenis pemeriksaan radiografi sinar X yang digunakan untuk
membantu mendeteksi kanker pada payudara.
d. Angiografi
Angiografi adalah jenis enis pemeriksaan sinar X untuk mengambil
gambar pada arteri di otak, jantung, dan ginjal pasien. Pemeriksaan ini juga
biasanya dibantu oleh cairan kontras.
E. Prosedur Pemeriksaan X-Ray

17
Tahapan yang akan dilakukan oleh dokter dan pasien saat pemeriksaan X-ray
dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pasien akan diminta untuk melepaskan pakaian dan menggantinya


dengan pakaian khusus pemeriksaan.
b. Pasien juga akan diminta untuk melepaskan perhiasan yang dikenakan.
c. Pasien akan diminta untuk berbaring di atas meja atau berdiri di atas
permukaan yang rata untuk memastikan tubuh pasien berada di tempat
sinar X melewati bagian yang akan diperiksa.
d. Pasien akan diminta untuk tidak bergerak agar hasil dari pemindaian
sinar X terlihat jelas.
e. Dokter atau radiolog yang menjalankan pemeriksaan akan pergi ke
bagian belakang layar untuk menyalakan mesin.
f. Dokter atau radiolog akan mengganti posisi bagian tubuh yang akan
dipindai untuk mendapat beberapa gambar dari beberapa sudut
pandang.

Prosedur ini hanya akan berlangsung dalam hitungan beberapa menit, kecuali
digunakannya cairan kontras sebagai alat bantu. Jika pasien akan diberikan cairan
kontras, maka pemeriksaan bisa saja berlangsung selama satu jam atau lebih.

Kontras yang digunakan untuk membantu dalam pemeriksaan sinar X biasanya


mengandung yodium atau gadolinium. Pasien yang memiliki masalah ginjal akan
menghadapi risiko yang lebih besar dibanding pasien lain, jika saat pemeriksaan
digunakan bantuan kontras. Beberapa orang juga bisa saja alergi terhadap kontras.
Oleh karena itu, penting untuk pasien memberi tahu dokter jika ia memiliki riwayat
penyakit tertentu.

F. Pasca Pemeriksaan X-Ray

Setelah pemeriksaan, tidak ada tahapan medis lain yang harus dikerjakan oleh
pasien. Pasien dapat kembali pada kegiatan seperti semula. Hasil tes biasanya dapat
diperoleh setelah dokter memeriksa dan mendiskusikan gambar yang telah didapat.

18
Pasien mungkin akan diminta untuk menunggu beberapa hari kemudian dan kembali
lagi. Barulah dokter akan memberi tahu pengobatan atau pemeriksaan apa yang harus
dilakukan selanjutnya.

G. Risiko Pemeriksaan X-Ray

Pasien yang telah menjalani pemeriksaan X-ray biasanya bisa langsung pulang dan
melakukan kegiatannya seperti semula. Namun, memang terkadang terjadi efek
samping yang akan dirasakan oleh pasien khususnya jika digunakannya kontras,
seperti:

a. Gatal-gatal
b. Mual
c. Pusing
d. Rasa logam di mulut.

Ada juga efek samping lain yang sangat jarang terjadi dan menimbulkan reaksi
yang cukup parah seperti tekanan darah rendah, syok anafilaksis, dan henti jantung.
Pasien dapat menghubungi dokter jika setelah menjalani pemeriksaan tubuh merasa
reaksi yang parah. Bagi pasien yang mengalami patah tulang mungkin bisa
merasakan rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Kemungkinan dokter akan memberikan
obat penghilang rasa sakit sebelum pemeriksaan dilaksanakan.

2.4 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG CT SCAN
Computed tomography scan atau CT scan adalah prosedur pemeriksaan yang
menggunakan komputer dan mesin yang memancarkan sinar X. Mesin ini akan
bergerak memutari tubuh untuk menghasilkan serangkaian gambar struktur dan
jaringan pada tubuh Anda dari berbagai sudut.
Gambar yang hasil CT scan akan lebih detail daripada rontgen biasa. Kondisi
jaringan lunak, pembuluh darah, dan tulang pada berbagai bagian tubuh dapat diamati
melalui gambar ini. CT scan dapat digunakan untuk melihat kondisi kepala, bahu,
tulang belakang, jantung, perut, lutut, maupun dada Anda.

19
Prosedur pemindaian ini memiliki banyak kegunaan, namun biasanya dipakai
untuk memeriksa secara cepat pada pasien yang dicurigai mengalami cedera dalam
tubuh akibat kecelakaan. CT scan juga bisa digunakan untuk memberikan visualisasi
dari hampir seluruh bagian tubuh dan mendiagosis penyakit atau cedera.
Tindakan medis ini seringkali menjadi pemeriksaan pilihan untuk
mendiagnosis penyakit kanker. Misalnya, kanker hati, kanker paru, dan kanker
pankreas. Melalui gambaran CT scan, dokter pun dapat merencanakan perawatan
medis yang cocok untuk pasien. Contohnya, operasi atau radiaoterapi.
A. Indikasi dan Kontraindikasi CT Scan

Berikut ini contoh penerapan metode CT scan pada sejumlah organ tubuh, di
antaranya adalah:

1. Dada, untuk melihat adanya infeksi, emboli paru, kanker paru, penyebaran
kanker dari organ lain ke daerah dada, atau masalah pada jantung,
kerongkongan (esofagus), dan pembuluh darah besar (aorta).
2. Perut, untuk mendeteksi terjadinya infeksi, kista, abses, tumor,
perdarahan, aneurisma, benda asing, dan pembesaran kelenjar getah
bening, atau melihat adanya divertikulitis serta radang usus buntu.
3. Saluran kemih, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam saluran kemih,
batu ginjal, batu kandung kemih, penyakit terkait lainnya.
4. Panggul, untuk mendeteksi adanya gangguan pada rahim, indung telur,
saluran tuba, atau kelenjar prostat.
5. Tungkai atau lengan, misalnya untuk melihat kondisi lengan, bahu, siku,
pergelangan tangan, tangan, paha, tungkai, lutut, pergelangan kaki, atau
kaki.
6. Kepala, untuk melihat tumor dan infeksi, atau perdarahan dan keretakan
tulang tengkorak setelah cedera kepala.
7. Tulang belakang, untuk melihat struktur dan celah tulang belakang, serta
melihat keadaan saraf tulang belakang.

20
Secara umum, CT scan merupakan pemeriksaan yang aman, cepat, dan tanpa
rasa sakit. Namun, CT scan sebaiknya tidak dilakukan pada ibu hamil karena paparan
sinar radiasi dapat menimbulkan bahaya terhadap janin. Penggunaan kontras pada CT
scan juga perlu dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
alergi terhadap kontras. Dokter akan merekomendasikan CT scan bagi pasien untuk
beberapa tujuan medis di bawah ini:

a. Mendiagnosis gangguan tulang dan otot, seperti tumor atau patah tulang.
b. Menentukan lokasi tumor, infeksi, atau gumpalan darah. Sebagai bagian
dari prosedur lain, misalnya bedah, biopsi, dan terapi radiasi.
c. Mendeteksi dan memantau penyakit tertentu, contohnya kanker, penyakit
jantung, benjolan pada paru, dan tumor hati.
d. Memantau efektivitas pengobatan tertentu, seperti obat-obatan kanker.
e. Mendeteksi cedera atau perdarahan di bagian dalam tubuh.

CT scan termasuk salah satu pemeriksaan penunjang paling cepat dan paling akurat.
Pasalnya, prosedur ini dapat menghasilkan gambar mendetail dari potongan lintang
tiap bagian tubuh. Pemeriksaan CT scan umumnya dianjurkan untuk memeriksa
orang dengan kondisi-kondisi berikut:

a) Mengalami cedera, seperti kecelakaan kendaraan bermotor.


b) Mengalami gejala akut, misalnya nyeri perut, sakit dada, atau sesak
napas.
c) Berpotensi memiliki tumor atau kanker. CT scan merupakan metode
terbaik untuk memastikan keberadaan, mengukur ukuran,
mengindentifikasi lokasi, serta penyebaran tumor secara pasti.
d) Membutuhkan pemeriksaan untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan
menangani penyakit pembuluh darah, seperti emboli paru atau
aneurisma aorta.
B. Prosedur CT scan

21
CT scan dapat dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain yang
menyediakannya. Prosedur ini tidak menyakitkan dan tidak butuh waktu lama.
Umumnya, keseluruhan proses CT scan memakan waktu sekitar 30 menit dengan
prosedur sebagai berikut:

a. Pasien diminta melepas pakaian dan menggantinya dengan gaun khusus


dari rumah sakit.
b. Pasien diminta melepas barang-barang yang terbuat dari logam, seperti
ikat pinggang, perhiasan, gigi palsu, dan kacamata. Benda-benda ini dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
c. Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan yang akan bergerak masuk ke
dalam mesin CT scan yang berbentuk seperti terowongan atau donat.
d. Bantal dan tali pengikat dapat digunakan untuk memastikan pasien
berbaring pada posisi yang tepat. Bagi pasien yang melakukan prosedur
CT scan kepala, meja akan dipasangi cekungan khusus yang dapat
menahan kepala agar posisinya pas.
e. Ketika meja bergerak masuk ke dalam mesin CT scan, detektor dan
tabung X-ray akan bergerak memutari tubuh pasien. Tiap rotasi ini akan
menghasilkan beberapa gambar irisan tipis dari tubuh. Pasien juga
mungkin akan mendengar suara berdengung dari mesin.
f. Teknisi medis (radiolog) dapat melihat dan memantau pasien dari ruang
terpisah. Pasien bisa berkomunikasi dengan radiolog melalui interkom.
g. Radiolog akan meminta pasien untuk menahan napas pada saat-saat
tertentu guna menghindari buramnya gambar hasil pemeriksaan.
h. Pada pasien anak, orangtua bisa diizinkan untuk berdiri atau duduk di
dekat anak dengan mengenakan baju pelindung khusus guna menghindari
paparan radiasi.
i. Sesudah CT Scan
j. Umumnya pasien diperbolehkan untuk pulang dan melanjutkan aktivitas
seperti biasa sesudah CT scan dilakukan, seperti makan, minum, atau

22
menyetir. Namun, bagi pasien yang diberikan zat pewarna khusus
(kontras), akan disarankan untuk menunggu di rumah sakit setidaknya satu
jam untuk mengantisipasi reaksi alergi.
C. Hasil CT scan

Hasil CT scan akan disimpan sebagai data elektronik dan biasanya dapat dilihat di
layar komputer. Dokter spesialis radiologi akan menganalisis gambar pemindaian lalu
mengirimkan laporannya ke dokter Anda.

Hasil pemindaian ini terbilang normal apabila dokter spesialis radiologi tidak
menemukan adanya tumor, gumpalan darah, patah tulang, atau kelainan lain. Jika
ditemukan kelainan tertentu pada hasil CT scan, pasien mungkin memerlukan
pemeriksaan atau penanganan lebih lanjut, tergantung dari kondisi medisnya.

D. Hal yang perlu diperhatikan setelah CT scan

Setelah CT scan dilakukan, Anda umumnya dapat kembali beraktivitas seperti


biasa. Pada beberapa kasus, Anda bisa diminta untuk menunggu beberapa saat
sebelum meninggalkan rumah sakit. Langkah ini bertujuan memastikan kondisi Anda
baik-baik saja setelah pemeriksaan.

Sedangkan bagi pasien yang sedang menyusui dan telah mendapatkan suntikan
cairan kontras, proses menyusui baru dapat kembali dilakukan setelah 24 jam
pascaprosedur. Pasalnya, cairan ini bisa masuk ke dalam air susu ibu (ASI).

E. Risiko CT scan

Secara umum, CT scan merupakan prosedur yang relatif aman dan jarang
menimbulkan risiko. Namun sederet risiko dan efek samping di bawah ini mungkin
saja terjadi:

1. Paparan radiasi
Selama prosedur CT scan dilakukan, pasien akan terpapar radiasi
dalam waktu singkat. Kadar radiasi pada pemindaian ini lebih besar
dibandingkan prosedur rontgen karena gambar yang dihasilkan juga lebih

23
detail. Akan tetapi, kadar radiasi pada CT scan cenderung rendah dan
tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan pasien.
2. Gangguan pada bayi dalam kandungan
Bagi pasien wanita yang sedang hamil, sebaiknya informasikan
kehamilan Anda pada dokter menjalani CT scan. Meski radiasinya tidak
berbahaya bagi janin, dokter bisa menganjurkan jenis pemeriksaan lain.
Misalnya, USG atau MRI guna meminimalisir paparan radiasi pada calon
bayi.
3. Reaksi terhadap cairan kontras
Meski sangat jarang, cairan kontras yang dimasukkan ke dalam tubuh
sebelum prosedur CT scan dapat menimbulkan masalah medis atau reaksi
alergi. Sebagian besar keluhannya meliputi ruam dan rasa gatal pada kulit.
Sementara cairan kontras yang mengalami kebocoran di bawah kulit akan
menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan merah pada kulit. Pada kondisi
yang lebih jarang, alergi serius dan mengancam nyawa (anafilaksis) juga
dapat terjadi. Pasien dengan anafilaksis akan mengalami kesulitan
bernapas, gatal-gatal, ruam kulit, serta pembengkakan pada tubuh. Gejala
alergi terhadap cairan kontras biasanya terjadi sesaat setelah prosedur
dilakukan. Sedangkan keluhan alergi yang terjadi setelah pasien pulang
dari rumah sakit sangatlah jarang. Namun apabila tetap mengalami gejala
alergi terkait cairan kontras setelah pulang ke rumah, Anda sebaiknya
segera kembali menghubungi fasilitas kesehatan tempat Anda menjalani
CT scan.

2.5 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG USG
Ultrasonografi atau USG merupakan teknik pemeriksaan medis untuk
mengetahui kondisi medis di dalam tubuh. Meski teknik ini paling umum digunakan
untuk memeriksa kondisi kehamilan seperti mengetahui jenis kelamin janin serta

24
memonitor kesehatannya, USG juga sering digunakan untuk memeriksa kondisi
organ dalam tubuh lainnya seperti jaringan pembuluh darah, sendi, tendon, serta otot.

Dengan memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang juga


digunakan pada radar pendeteksi keberadaan kapal laut dan pesawat terbang,
teknologi ini memungkinkan dokter untuk membuat diagnosa tanpa harus membuat
sayatan pada tubuh.

USG atau ultrasonografi adalah teknik menampilkan gambaran atau citra dari
kondisi bagian dalam tubuh. Dalam mengambil gambar, alat ini memanfaatkan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi.

Tes ultrasonografi atau tes USG adalah prosedur pencitraan menggunakan


teknologi gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk memproduksi gambar tubuh
bagian dalam, seperti organ tubuh atau jaringan lunak.

Selain untuk melihat perkembangan kehamilan, tes USG dapat digunakan


sebagai alat untuk diagnosis penyakit, memonitor kondisi janin, serta sebagai alat
bantu saat prosedur pembedahan atau prosedur medis tertentu lainnya, seperti
pengambilan sampel jaringan (biopsi).

Salah satu jenis tes USG yang bertujuan untuk mendiagnosis kondisi
kesehatan tubuh lain yang tidak berhubungan dengan kehamilan adalah tes USG
abdomen (abdominal) atau USG perut.

A. Kondisi yang Membutuhkan Diagnosis USG

Umumnya USG memakai sebuah alat bernama transducer yang ditempelkan di


kulit untuk memancarkan gelombang suara dengan frekuensi tinggi. Namun, ada
beberapa teknik USG yang perlu memasukkan transducer ke dalam tubuh. Teknik ini
membutuhkan transducer khusus.

Selain itu, perkembangan teknologi membuat hasil pencitraan USG bukan saja
lebih akurat, namun juga bisa digunakan dengan tujuan lebih spesifik, misalnya pada

25
USG 3 dimensi. Beberapa tujuan pemakaian dan jenis USG yang digunakan antara
lain:

a. Mengetahui masalah yang ada di dalam prostat dengan memakai USG


transrektal (melalui anus).
b. Mendapatkan pencitraan dari rahim dan ovarium melalui USG
transvaginal.
c. Mendapat gambar yang jelas dari organ jantung melalui ekokardiogram.
d. Memperoleh gambar yang jelas dari peredaran darah pada pembuluh darah
dengan USG teknologi Doppler.
e. Mendapatkan visualisasi jaringan perut dan organ di dalamnya melalui
USG abdomen.
f. Memantau struktur dan jaringan di sekitar ginjal melalui USG ginjal.
B. Cara Kerja USG

Ultrasonografi menggunakan alat khusus yang disebut transducer. Alat ini


berfungsi sebagai transmiter gelombang suara berfrekuensi tinggi, yang diarahkan ke
organ-organ maupun cairan dalam tubuh di area tertentu.

Gelombang suara tersebut akan terpantul kembali dalam bentuk sinyal listrik.
Kemudian sinyal tersebut akan diterjemahkan oleh mesin menjadi gambar yang dapat
disaksikan melalui layar monitor secara real-time.

C. Jenis-jenis USG

Terdapat 3 jenis USG berdasarkan metodenya, yaitu;

1. USG eksternal, merupakan jenis USG yang menggunakan alat bantu


dengan sensor pada ujungnya. Alat bantu atau yang juga disebut
transducer ini mampu menangkap gelombang suara dari permukaan kulit.
Umumnya, USG eksternal digunakan untuk memeriksa ginjal, hati,
payudara, persendian, serta kondisi janin saat kehamilan.

26
2. USG internal, dilakukan dengan memasukkan transducer dengan ukuran
selebar dua jari melalui vagina. USG jenis ini digunakan untuk
pemeriksaan organ daerah panggul, seperti rahim dan indung telur.
3. USG endoskopi, adalah jenis USG yang menggunakan alat khusus
bernama endoskopi. Berbeda dengan transducer, endoskopi berbentuk
selang panjang tipis yang dilengkapi dengan kamera, lampu, dan sensor
pada ujungnya. USG endoskopi khusus dioperasikan untuk pemeriksaan
organ bagian atas, seperti kerongkongan hingga lambung dengan cara
dimasukkan melalui mulut.

Selain metode yang berbeda, ada beberapa jenis teknik USG berdasarkan
teknologi yang digunakan, yaitu USG 2 dimensi, 3 dimensi, dan 4 dimensi.
Perbedaannya dilihat berdasarkan hasil yang ditampilkan di layar monitor.

1. USG 2 dimensi menghasilkan gambar yang berwarna hitam putih dan


cenderung lebih datar. Meski gambar yang dihasilkan tidak terlalu jelas dan
menyerupai sketsa, USG 2 dimensi masih mampu memperlihatkan kondisi
organ dalam tubuh.
2. USG 3 dimensi dapat menampilkan gambar yang lebih riil dibanding 2
dimensi. Dengan teknik ini, kulit, bentuk hidung, dan bentuk mulut bayi dapat
tergambar dengan baik. Jenis ini juga dapat memperlihatkan aktivitas bayi,
seperti menghisap jari dan menjulurkan lidah.
3. USG 4 dimensi memiliki kemampuan lebih baik dalam memperlihatkan
gambar dibanding 2 dimensi dan 3 dimensi. Gambar yang dihasilkan pun
paling jelas jika dibandingkan di antara dua lainnya. Melihat kualitas yang
demikian, butuh biaya yang lebih mahal dibandingkan USG 2 dimensi dan 3
dimensi.

D. Bagian Tubuh yang Bisa Diperiksa oleh USG


Bagian tubuh yang bisa diperiksa oleh USG yaitu:
a. Organ reproduksi baik pria maupun wanita.

27
b. Pembuluh darah, termasuk pembuluh darah halus.
c. Payudara, terutama untuk mendeteksi benjolan pada jaringan payudara.
d. Sendi, kerangka, serta sistem yang mendukungnya seperti ligamen dan otot-
otot.
e. Kelainan pada jantung seperti rusaknya katup jantung, detak jantung yang
tidak normal, serta pembengkakan pada dinding jantung.

E. Sebelum Melakukan USG

Persiapan yang harus dilakukan pasien menjelang pemeriksaan USG beragam


tergantung dari area yang ingin diperiksa. Untuk pemeriksaan daerah panggul, pasien
akan diminta untuk mengonsumsi paling sedikit 6 gelas air putih sejak 2 jam sebelum
tindakan. Pasien pun diminta untuk tidak buang air kecil sebelum tindakan. Khusus
pemeriksaan daerah panggul, diperlukan kondisi kandung kemih yang penuh.

Untuk pemeriksaan daerah empedu, hati, pankreas, dan limpa, pasien akan
diminta berpuasa selama 8 hingga 12 jam sebelum tindakan. Hal ini guna mencegah
adanya sisa makanan di lambung dan usus yang dapat menghalangi gelombang suara.

Untuk pemeriksaan payudara, pasien akan diminta menghindari pemakaian


kosmetik pada daerah payudara seperti bedak atau lotion. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan akurasi hasil pemeriksaan akhir.

Pemeriksaan pada area lainnya memerlukan bentuk persiapan yang berbeda-beda


pula. Dianjurkan untuk mengikuti anjuran dokter agar hasil akhir pemeriksaan USG
menjadi akurat.

F. Prosedur Pemeriksaan USG

Pertama, pasien akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus yang telah
disediakan pihak rumah sakit untuk memudahkan pemeriksaan, lalu pasien diminta
untuk berbaring telentang. Kemudian dokter akan mengoleskan pelumas berbentuk gel
untuk mengurangi gesekan antara transducer dan permukaan kulit. Pelumas ini akan
memberikan sensasi dingin pada kulit.

28
Prosedur pemeriksaan setelah itu beragam, sesuai dengan jenis USG yang akan
dioperasikan.

a. Pada teknik USG eksternal, dokter akan menggerakkan transducer di atas


permukaan kulit yang sudah diberi pelumas. Khusus tes USG kehamilan,
pasien dapat melihat kondisi janin melalui gambar pada layar monitor serta
mendengar suara denyut janin secara langsung. Untuk USG eksternal daerah
testis, pasien harus membuka kedua paha lebar-lebar. Kemudian di bagian
bawah kantung buah zakar dan di sekitar paha akan dipasang handuk dan tali
khusus agar posisi skrotum sedikit lebih tinggi.
b. Pada teknik USG internal, pasien akan diminta untuk berbaring dengan sedikit
mengangkat bagian panggul. Lalu dokter akan memasukkan transducer yang
sudah diberi pelumas dan pelindung steril pada bagian ujungnya melalui
vagina. Seperti teknik USG eksternal, pasien dapat melakukan pemantauan
kondisi organ secara langsung melalui monitor di samping tempat tidur
pasien.
c. Pada teknik USG endoskopi, pasien akan diberi obat bius lokal dan obat
penenang untuk mengurangi rasa nyeri maupun gelisah. Pasien juga akan
diminta untuk berbaring menghadap samping. Setelah itu, dokter akan
memasukkan alat endoskopi melalui mulut yang kemudian didorong ke arah
kerongkongan hingga ke bagian yang akan diperiksa. Gambar juga akan dapat
dipantau melalui monitor, sama seperti jenis USG lainnya.
G. Setelah Melakukan USG

Usai pemeriksaan, pelumas pada tubuh akan langsung dibersihkan. Bagi pasien
yang sebelum USG diminta untuk menahan kencing, setelah prosedur USG berakhir
akan dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemih (kencing).

Selain dari itu, tidak ada aktivitas yang dibatasi pasca USG namun bagi pasien
yang diberi obat penenang, disarankan untuk tidak melakukan kegiatan yang
memerlukan konsentrasi seperti mengendarai kendaraan selama 24 jam pertama.

29
Adapun hasil USG akan dapat langsung diterima oleh pasien. Jika butuh rujukan
dokter untuk analisa lebih lanjut, akan memakan waktu beberapa hari tambahan.

H. Keistimewaan USG

Dibandingkan dengan teknik medis lainnya, ultrasonografi atau USG mempunyai


beberapa keistimewaan, yaitu;

A. Biaya yang dibutuhkan cenderung lebih murah dibanding metode lainnya.


B. Tidak memerlukan pembedahan atau penyuntikan, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit.
C. Dapat menangkap gambar dari jaringan lunak dan organ-organ dalam yang
tidak tertangkap sinar X.
D. Teknologi yang digunakan USG tidak memancarkan radiasi bagi tubuh
sehingga cenderung lebih aman dibanding sinar X dan CT scan.
I. Efek Samping USG

Efek samping setelah pemeriksaan USG tidak bersifat mutlak. Kemungkinan yang
dapat terjadi setelah pemeriksaan USG yaitu sensasi panas khusus pada area yang
diperiksa dan reaksi alergi terhadap pelumas yang digunakan.

Bagi yang menjalani USG internal, ada kemungkinan pasien mengalami rasa tidak
nyaman akibat alat yang dimasukkan melalui vagina. Bagi yang menjalani USG
endoskopi, ada kemungkinan pasien mengalami sakit tenggorokan dan perut kembung
sementara. Kemungkinan pendarahan juga ada walaupun tidak sering terjadi. Secara
keseluruhan, pemeriksaan USG tidak menimbulkan efek komplikasi jangka panjang
bagi pasien jika dilakukan sesuai prosedur yang sudah ada.

2.6 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG BIOPSI.
Biopsi merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mendeteksi
ketidaknormalan pada jaringan tubuh dengan menggunakan mikroskop. Prosedur ini

30
dilakukan oleh dokter untuk mengetahui gambaran bentuk jaringan tubuh dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti kanker.

Salah satu ketidaknormalan pada tubuh yang bisa dideteksi penyebabnya oleh
biopsi yaitu benjolan yang dicurigai sebagai tumor, misalnya benjolan pada payudara
dan sarkoma Kaposi. Biopsi dapat mendeteksi apakah benjolan tersebut bersifat
kanker atau disebabkan oleh hal lainnya.

Kondisi medis lainnya yang juga dapat didiagnosis dengan pemeriksaan


biopsi, antara lain adalah:

1. Beberapa jenis masalah kulit, seperti perubahan bentuk tahi lalat.


2. Infeksi pada kelenjar getah bening.
3. Peradangan ginjal atau hati.

Ada berbagai jenis biopsi yang dapat dilakukan dokter untuk mengambil
sampel jaringan pada tubuh, disesuaikan dengan lokasi jaringan tubuh yang akan
diambil sebagai sampel dan tipe jaringannya. Adapun jenis-jenisnya:

1. Biopsi jarum
2. Biopsi punch
3. Biopsi eksisional
4. Biopsi endoskopik
5. Biopsi bedah

Persiapan yang dapat Anda lakukan sebelum menjalani biopsi tergantung pada
jenis biopsi yang Anda jalani. Namun secara umum, langkah-langkah yang dapat
Anda lakukan meliputi:

1. Bertanya pada dokter mengenai perlu tidaknya berpuasa sebelum prosedur


2. Bertanya tentang konsumsi obat rutin yang harus dihentikan sebelum dan
selama prosedur
3. Memberitahu dokter mengenai riwayat medis Ada, termasuk alergi terhadap
obat maupun penyakit yang pernah dan sedang Anda derit

31
4. Menanyakan dan mendiskusikan semua kekhawatiran Anda

A. Prosedur biopsi

Tergantung dari lokasi tubuh yang akan dibiopsi, Anda mungkin diminta
untuk berbaring, terlentang, terlungkup, atau duduk selama prosedur. Untuk beberapa
tipe biopsi, Anda bisa diminta menahan napas saat jarum ditusukkan. Sebelum
prosedur dilakukan, dokter akan memberikan obat bius untuk mengurangi rasa nyeri.
Jenis pembiusan ini akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis prosedur biopsi
yang Anda jalani dan bagian tubuh yang akan menjalani biopsi.

2.7 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM DARAH
Tes darah merupakan pemeriksaan sampel darah yang diambil dari tusukan
pada jari atau melalui pembuluh darah di bagian tubuh tertentu, seperti lengan dengan
menggunakan jarum. Tes darah bertujuan untuk mendeteksi penyakit, mengetahui
fungsi organ, mendeteksi racun, obat, atau zat tertentu, dan memeriksa kondisi
kesehatan secara keseluruhan.

Setelah sampel darah diambil, sampel darah dimasukkan ke dalam botol kecil
khusus lalu dibawa ke laboratorium. Di tempat ini, sampel darah akan diperiksa di
bawah mikroskop atau diuji dengan bahan kimia, tergantung dari jenis dan tujuan tes
darah.

A. Prosedur Pengambilan Darah

Pengambilan sampel darah umumnya menggunakan teknik venipunktur.


Venipunktur adalah proses pengambilan darah melalui pembuluh vena dengan
menggunakan jarum kecil. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Dokter atau petugas medis akan membalut lengan dengan pengikat lengan
atau tourniquet. Tujuannya untuk memperlambat aliran darah dan menjadikan

32
pembuluh vena lebih menonjol. Hal ini membuat proses pengambilan darah
menjadi lebih mudah.
b. Petugas medis mengidetifikasi letak pembuluh vena, lalu membersihkan area
tersebut dengan alkohol.
c. Petugas medis mengambil darah menggunakan jarum.
d. Bekas tusukan ditutup menggunakan plester.

Prosedur pengambilan darah biasanya berlangsung 5-10 menit. Proses ini bisa
lebih cepat jika pembuluh vena mudah ditemukan. Jika sampel yang dibutuhkan
hanya sedikit, dapat dilakukan pengambilan sampel darah melalui jari, yaitu dengan
menusukkan jarum kecil ke ujung jari lalu menekan-nekan ujung jari agar tetesan
darah keluar dan dapat ditampung. Meski terlihat menyeramkan, sebenarnya proses
pengambilan darah yang benar hanya sedikit menimbulkan rasa sakit.

B. Jenis Tes Darah


Sebelum Anda melakukan tes darah, tidak ada salahnya mengenal lebih lanjut
beragam jenis tes darah beserta fungsinya, sehingga Anda tahu apa tujuan dari
jenis tes darah yang dijalani. Berikut ini merupakan beragam jenis tes darah.
1. Tes darah lengkap
Tes darah lengkap atau yang disebut juga dengan tes hitung darah
lengkap sebenarnya tidak memberikan diagnosis yang definitif terhadap suatu
kondisi. Meski begitu, pemeriksaan ini dapat memberikan petunjuk penting
mengenai masalah kesehatan dalam diri Anda yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan darah ini akan melihat tinggi-rendahnya hemoglobin, jumlah sel
darah putih, hematokrit, dan tinggi-rendahnya jumlah keping darah
(trombosit).
2. Uji protein C – reaktif
Tes darah ini bertujuan untuk mengetahui adanya peradangan. Protein
C-reaktif (CRP) adalah protein yang diproduksi oleh hati. Jika protein C-
reaktif lebih tinggi dari normal, artinya terjadi peradangan di dalam tubuh.
3. Tingkat sedimentasi eritrosit (laju endap darah)

33
Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui seberapa parah peradangan
yang terjadi di dalam tubuh. Peradangan bisa disebabkan oleh infeksi, tumor,
atau penyakit autoimun. Pemeriksaan ini dikerjakan dengan cara melihat
seberapa cepat sel darah merah mengendap ke dasar tabung pengujian.
Semakin cepat sel darah merah mengendap, semakin tinggi tingkat
peradangan. Tes ini biasanya dilakukan untuk mendiagnosis kondisi seperti
endokarditis, radang sendi, polymyalgia rheumatica, radang pembuluh darah
(vaskulitis), dan penyakit Crohn.
4. Tes elektrolit
Elektrolit (mineral di dalam tubuh) berfungsi untuk menjaga
keseimbangan kandungan air yang sehat di dalam tubuh, menunjang listrik
saraf, membantu memindahkan nutrisi ke dalam sel-sel tubuh berikut limbah
yang diproduksi keluar dari sel-sel tersebut, dan menstabilkan kadar alkali dan
asam di dalam tubuh. Perubahan level mineral di dalam tubuh dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti diabetes, dehidrasi, gagal ginjal,
penyakit hati, gangguan jantung, atau sedang menjalani pengobatan tertentu.
Uji elektrolit juga dapat dilakukan untuk menilai kadar elektrolit di dalam
tubuh setelah mendapatkan terapi untuk mengatasi gangguan elektrolit.
5. Tes koagulasi
Tes ini dilakukan untuk melihat adakah masalah pembekuan darah,
seperti yang dialami oleh penderita penyakit von Willebrand dan hemofilia.
Tes ini dilakukan dengan melihat atau mengukur seberapa cepat darah
menggumpal.
6. Tes fungsi tiroid
Tes ini akan menguji sampel darah dengan melihat tingkatan hormon
tiroid, triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), serta TSH (Thyroid Stimulating
Hormone). Biasanya tes ini akan dilakukan jika dokter Anda mencurigai
adanya tiroid yang kurang aktif atau terlalu aktif.

7. Tes enzyme-linked immunosorbent assay atau ELISA

34
Tes darah ini biasanya dilakukan untuk melihat adanya antibodi dalam
tubuh. Jika Anda mengalami infeksi bakteri atau virus seperti HIV,
toksoplasma, atau mungkin mengidap alergi, sistem kekebalan tubuh akan
menghasilkan antibodi spesifik dalam menanggapi alergi atau infeksi. Tes ini
berguna untuk memastikan tingkat keparahannya atau adanya sumber paparan
(alergen) yang tidak umum.
8. Analisa gas darah
Tes darah ini dilakukan guna mengevaluasi tingkat keasaman (pH) darah dan
kadar gas dalam darah seperti oksigen dan karbondioksida. Analisa gas darah
adalah pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk meninjau gangguan
keseimbangan asam basa tubuh seperti asidosis dan alkalosis, untuk meninjau
fungsi paru dan respon terapi oksigen pada paru-paru, serta untuk menilai
apakah terdapat gangguan ginjal.
9. Tes darah untuk menilai risiko penyakit jantung
Tes darah ini dimaksudkan untuk mengetahui risiko penyakit jantung
koroner. Tes ini meliputi pemeriksaan kolestrol baik (HDL), kolesterol buruk
(LDL), dan lemak dalam darah (trigliserida). Kadar kolesterol buruk dan
trigliserida yang tidak normal dalam darah dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner. Kebanyakan orang diharuskan berpuasa selama 9-
12 jam sebelum tes dilakukan.

2.8 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM DAHAK
Kultur dahak (sputum) adalah pemeriksaan dahak untuk mendeteksi adanya
bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan, terutama infeksi paru-paru (pneumonia).
Dahak merupakan cairan yang diproduksi oleh saluran pernafasan, dan dikeluarkan
dari saluran pernafasan saat batuk. Selain bakteri, pemeriksaan kultur dahak juga
dapat mendeteksi infeksi jamur.

A. Indikasi Kultur Dahak

35
Kultur dahak (sputum) dapat dilakukan kepada pasien yang
mengalami pneumonia, abses paru, atau tuberkulosis, dengan gejala antara lain:

 Batuk

 Demam dan menggigil

 Nyeri otot

 Lemas

 Nyeri dada

 Sesak napas

B. Persiapan Kultur Dahak

Pasien dianjurkan untuk banyak minum air pada malam hari sebelum
pengambilan sampel dahak, agar pasien lebih mudah mengeluarkan dahak di pagi
hari. Pasien juga diminta untuk tidak makan apapun sekitar 1-2 jam sebelum
pengambilan. Pasien akan diminta untuk sikat gigi dan kumur mulut menggunakan
air putih atau larutan steril, bukan dengan obat kumur (mouthwash).

C. Prosedur Pengambilan Sampel Pemeriksaan BTA

Untuk mengumpulkan sampel dahak, pasien akan diberikan wadah khusus


dari plastik steril. Untuk mengeluarkan dahak, terlebih dahulu pasien menghirup
napas dalam-dalam dan menahannya selama sekitar lima detik. Setelah ditahan, napas
kemudian dikeluarkan secara perlahan. Ulangi langkah menghirup napas, kemudian
batukan dengan keras hingga dahak naik ke mulut. Dahak yang sudah ada di mulut
kemudian dikeluarkan ke dalam wadah plastik yang sudah disediakan dan ditutup
rapat.

Pengambilan dahak tidak hanya dilakukan 1 kali, melainkan 3 kali dengan


metode waktu SPS (sewaktu-pagi-sewaktu). Sampel dahak pertama diambil sewaktu
dokter meminta sampel dahak. Dahak kedua diambil pagi hari keesokan harinya dan

36
dahak ketiga diambil saat mengantarkan sampel dahak yang kedua ke laboratorium
(lab). Selain metode SPS, dahak juga bisa diambil 3 hari berturut-turut setiap pagi.

2.9 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA


PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM URINE
Tes urine (urinalisis) adalah metode pemeriksaan yang menggunakan urine
sebagai pendeteksi adanya gangguan dalam tubuh. Uji sampel urine biasanya
dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang berkaitan dengan saluran kemih.

A. Fungsi tes urine

Proses pembentukan urine tidak terjadi begitu saja, melainkan melibatkan


ginjal, ureter, kandung kemih, serta uretra. Organ-organ tersebut adalah bagian dari
saluran kemih yang berperan penting dalam menyaring limbah dan mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit.

Apabila salah satu atau beberapa dari komponen tersebut rusak, tentu akan
memengaruhi urine. Baik itu, volume, warna, tekstur, hingga kandungan di dalamnya.

Makaa dari itu, tes urine diperluka untuk menilai, apakah ada perubahan pada
urine yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Berikut ini beberapa fungsi dari
prosedur uji urine.

a. Bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin.


b. Mendiagnosis masalah kesehatan jika mengalami gejala tertentu.
c. Memantau kondisi kesehatan jika telah didiagnosis menderita penyakit.
d. Menilai fungsi ginjal sebelum operasi.
e. Memantau perkembangan kehamilan yang tidak normal, seperti diabetes
gestasional

B. Persiapan sebelum melakukan tes urine

Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum melakukan tes urine:

37
1. Beritahu dokter mengenai obat-obatan dan suplemen yang sedang Anda
konsumsi. Mungkin Anda akan diminta berhenti mengkonsumsi obat-obatan
sementara waktu jika dapat mempengaruhi hasil tes.
2. Biasanya tes urine dapat dilakukan tanpa puasa terlebih dahulu, tapi pada
beberapa pemeriksaan memerlukan puasa.
3. Hindari melakukan hubungan seksual minimal 1 hari sebelum Anda
melakukan tes urine karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil.

C. Prosedur tes urine

Pengambilan sampel urine yang sering digunakan adalah metode clean-catch.


Adapun prosedur pengambilan tes urine dengan metode clean-catch adalah sebagai
berikut:

a. Membersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril supaya bakteri dan sel
di sekitar kemaluan tidak ikut terbawa ke sampel. Untuk wanita, cara
membersihkan kemaluan menggunakan tisu steril dari depan ke belakang dan
jangan lupa membersihkan cairan sekresi vagin dan darah menstruasi untuk
menghindari kontaminasi pada sampel urine. Pada pasien yang tidak bisa
mengambil sampel urine secara mandiri dapat menggunakan kateter. Sampel
urine yang diambil menggunakan kateter harus langsung dari selang kateter.
b. Keluarkan urine selama 1-2 detik dan biarkan terbuang ke dalam toilet. Lalu
masukkan urine selanjutnya ke dalam wadah sampel hingga tingginya 3-6 cm.
c. Tutup rapat wadah sampel urin untuk menghindari kontaminasi dari luar dan
bersihkan bagian luar wadah urine menggunakan tisu steril. Jangan lupa untuk
mencuci tangan setelahnya.
d. Segera bawa sampel urine ke laboratorium untuk dianalisis.

38
2.10 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM FESES
Pemeriksan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan.

Pemeriksaan feses diawali dengan pengambilan sampel tinja pasien.


Selanjutnya, sampel tinja akan dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Sampel tinja
akan dinilai konsistensi, warna, dan baunya, serta dilihat apakah mengandung lendir
atau tidak.

A. Indikasi Pemeriksaan Feses

Dokter akan melakukan pemeriksaan feses pada pasien yang diduga


mengalami kondisi berikut:

1. Alergi atau peradangan di saluran pencernaan, seperti alergi susu pada


bayi
2. Infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, jamur, cacing, maupun virus,
yang menyerang saluran pencernaan
3. Gangguan pencernaan gizi atau sindrom malabsorbsi
4. Perdarahan di dalam saluran pencernaan
5. Selain itu, pemeriksaan feses juga dilakukan untuk:
6. Mengetahui penyebab gejala gangguan saluran cerna, seperti mual,
muntah, diare, perut kembung, nyeri atau kram perut, BAB berlendir, dan
demam
7. Mendeteksi kanker atau polip prakanker pada usus besar, dengan melihat
ada atau tidaknya darah pada tinja
8. Mengidentifikasi penyakit liver, pankreas, atau saluran pencernaan,
dengan memeriksa kadar enzim pada tinja pasien

B. Peringatan Pemeriksaan Feses

39
Sebelum menjalani pemeriksaan feses, ada beberapa hal yang harus diketahui,
yaitu:

a. Pemeriksaan feses tidak boleh dilakukan pada saat menstruasi atau bila
sedang menderita perdarahan akibat wasir.
b. Pemeriksaan FOBT hanya untuk mendeteksi keberadaan darah pada tinja, tapi
tidak bisa mengetahui penyebab perdarahan tersebut.
c. Pemeriksaan FOBT tidak selalu akurat dalam mendeteksi kanker usus besar.
Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan FOBT yang menunjukkan adanya darah di
sampel tinja harus disertai kolonoskopi.
d. Sampel tinja yang digunakan untuk pemeriksaan tidak boleh sampel yang
telah jatuh ke dasar kloset, terkena urine, atau terkena tisu toilet.

C. Sebelum Pemeriksaan Feses

Pasien yang hendak menjalani kultur feses bisa makan dan minum, serta
mengonsumsi obat seperti biasa. Namun, pada pasien yang berencana menjalani
pemeriksaan feses FOBT, dokter akan meminta pasien untuk tidak mengonsumi
daging merah, buah, sayur, suplemen vitamin C, dan OAINS selama 3–7 hari
sebelum pemeriksaan.

D. Prosedur Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses dimulai dengan pengambilan sampel tinja, yang dapat


dilakukan di rumah atau di rumah sakit. Dokter atau perawat akan menjelaskan
kepada pasien tata cara pengambilan sampel tinja yang benar dan memberikan wadah
plastik yang kedap udara untuk menampung sampel tinja.

Berikut ini adalah tahapan yang bisa Anda lakukan dalam mengambil sampel tinja:

1. Usahakan untuk buang air kecil dulu sebelum BAB, sehingga sampel feses
yang akan diambil tidak tercampur dengan urine.
2. Letakkan plastik pembungkus di kloset saat hendak BAB, sehingga tinja tidak
berceceran atau jatuh ke dasar kloset dan terkontaminasi.

40
3. Gunakan sendok khusus atau spatula untuk mengambil sampel feses kira-kira
seukuran biji kurma, lalu pindahkan ke dalam wadah.
4. Pastikan sampel tinja yang diambil tidak tercampur dengan air atau tisu toilet.
5. Setelah sampel tinja terkumpul, segera masukkan ke dalam kantong plastik
dan pastikan ditutup rapat.
6. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih, kemudian tulis nama,
tanggal lahir, dan tanggal pengambilan sampel feses pada wadah untuk
mencegah wadah tertukar.

Segera bawa wadah berisi sampel feses ke laboratorium, tidak lebih dari 24
jam setelah pengambilan sampel, untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.

E. Setelah Pemeriksaan Feses

Pasien umumnya akan mendapatkan hasil pemeriksaan feses dalam 1–3 hari.
Ciri-ciri feses yang dinyatakan normal adalah sebagai berikut:

a. Berwarna coklat, bertekstur lembut, dan keseluruhan bentuknya konsisten


b. Tidak mengandung bakteri, virus, jamur, parasit, lendir, nanah, darah, dan
serat daging
c. Mengandung 2ꟷ7 gram lemak dalam 24 jam
d. Mengandung gula kurang dari 0,25 gram/dL
e. Memiliki tingkat keasaman 7,0–7,5

F. Risiko Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses aman untuk dilakukan. Namun, proses pengambilan


sampel tinja harus dilakukan secara hati-hati, karena sampel tinja mungkin
mengandung kuman berbahaya.

Oleh sebab itu, pastikan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun
antibakteri sampai benar-benar bersih. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan
jika terdapat mikroorganisme berbahaya pada sampel tinja.

41
42
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang
dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau
riwayat penyakit pada pasien. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan
merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan
tindakan keperawatan. Hasil suatu pemeriksaan penunjang sangat penting dalam
membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.
Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan penunjang.

3.2 SARAN
Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah penulis ini, dan
memperluas wawasan dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.

43
DAFTAR PUSTAKA

https://linksehat.com/artikel/biopsi (diakses pada 22 April 2021, pukul 12.19)


https://www.alodokter.com/cari-tahu-penyebab-ketidaknormalan-tubuh-dengan-
biopsi#:~:text=Biopsi%20merupakan%20sebuah%20prosedur%20medis,mendiagnosis
%20penyakit%20tertentu%2C%20seperti%20kanker (diakses pada 22 April 2021, pukul
13.44)
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/biopsi (diakses pada 22 April 2021, pukul
13.55)
https://www.alodokter.com/kenali-jenis-dan-fungsi-tes-darah (diakses pada 22 April
2021, pukul 14.01)
https://www.alodokter.com/ketahui-apa-itu-kultur-dahak#:~:text=Kultur%20dahak
%20(sputum)%20adalah%20pemeriksaan,dari%20saluran%20pernafasan%20saat%20batuk
(diakses pada 22 April 2021, pukul 14.33)
https://hellosehat.com/urologi/tes-urine/ (diakses pada 22 April 2021, pukul 14.54)
https://www.honestdocs.id/tes-urine:-indikasi-persiapan-prosedur-dan-analisis
(diakses pada 22 April 2021, pukul 15.10)
https://www.alodokter.com/pemeriksaan-feses (dikases pada 22 April 2021, pukul
15.24)
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/eeg/teknik (diakses pada 22
April 2021, pukul 15. 37)
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/elektroensefalografi-eeg (diakses pada 22
April 2021, pukul 15.48)
https://www.halodoc.com/artikel/ini-prosedur-melakukan-pemeriksaan-
electroencephalography (diakses pada 22 April 2021, pukul 16.03)
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/elektrokardiografi (diakses pada 22 April
2021, pukul 16.22)
https://www.alodokter.com/elektrokardiografi-ini-yang-harus-anda-ketahui (diakses
pada 22 April 2021, pukul 16.45)
https://idnmedis.com/x-ray (diakses pada 22 April 2021, pukul 17.20)
https://www.halodoc.com/artikel/bagaimanakah-cara-kerja-pemeriksaan-x-ray
(diakses pada 22 April 2021, pukul 17.45)
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/ct-scan (dikases pada 22 April 2021, pukul
18.03)
https://www.alodokter.com/ct-scan-ini-yang-harus-anda-ketahui (diakses pada 22
April 2021, pukul 19.34)

44
https://www.smarterhealth.id/diagnosis/pemeriksaan-usg/ (diakses pada 22 April
2021, pukul 20.38)

45

Anda mungkin juga menyukai