KEPERAWATAN DASAR II
PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
OLEH
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
NI LUH RAHAYU (203213212)
NI LUH ADE DWI ANTARI (203213214)
PUTU INTAN SATWICA DEVI (203213215)
NI MADE ELIA SANTI (203213217)
NI PUTU DIAH AYUNINGTYAS P. (203213221)
KADEK KUSUMA DWIJAYANTI (203213222)
PUTU ECHA LEONA SETIAWAN (203213230)
I PUTU AGUS ARTAWAN (203213235)
PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Prosedur Persiapan Pemeriksaan Penunjang tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dasar II. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai kebijakan promosi kesehatan di Indonesia bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu , kritik dan saran yang membangun sangat dinantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA PEMERIKSAAN
PENUNJANG EKG (ELEKTROKARDIOGRAM)................................................................4
2.2 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG EEG (ELECTROENCEPHALOGRAPHY)......................10
2.3 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG X-RAY..............................................................................14
2.4 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG CT SCAN..........................................................................19
2.5 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG USG..................................................................................24
2.6 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG BIOPSI..............................................................................30
2.7 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM DARAH...........................................31
2.8 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM DAHAK...........................................34
2.9 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM URINE.............................................36
2.10 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM FESES..............................................38
BAB III..................................................................................................................................41
PENUTUP.............................................................................................................................41
3.1 SIMPULAN.....................................................................................................................41
3.2 SARAN............................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................42
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penunjang USG?
6. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang biopsi?
7. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium darah?
8. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium dahak?
9. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium urine?
10. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan
penunjang laboratorium feses?
2
laboratorium urine
10. Prosedur persiapan pemeriksaan penunjang pada pemeriksaan penunjang
laboratorium feses
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
a) Serangan jantung
b) Kardiomiopati
c) Gangguan irama jantung
d) Penyakit jantung coroner
e) Gangguan elektrolit
f) Keracunan obat-obatan
Dokter juga dapat menggunakan EKG untuk memeriksa kesehatan jantung pasien
sebelum dan setelah menjalani operasi, serta untuk menilai efektivitas pengobatan
penyakit jantung, seperti penggunaan alat pacu jantung dan obat-obatan.
Tes EKG tidak menyakitkan, cepat, dan aman dilakukan. Oleh karena itu, secara
umum, tidak ditemukan kontraindikasi pada elektrokardiogram, kecuali pasien
menolak untuk menjalani pemeriksaan tersebut. Dengan kata lain, EKG dapat
dijalankan pada siapa saja dalam semua golongan usia.
a. Nyeri dada
b. Jantung berdebar
c. Gangguan irama jantung (aritmia)
d. Sesak napas
e. Pusing
f. Badan lemas
g. Cepat lelah
C. Prosedur Elektrokardiogram
5
1. Pasien akan diminta untuk mengganti semua pakaian dengan baju operasi,
kemudian mencopot perhiasan atau benda apapun di tubuh yang bisa
memengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Pasien akan diminta untuk berbaring di tempat tidur. Selanjutnya,
elektroda yang tersambung dengan mesin EKG akan ditempelkan di dada,
lengan dan tungkai.
3. Mesin EKG akan merekam aktivitas listrik jantung pasien dan
menampilkannya dalam bentuk grafik gelombang listrik di monitor, yang
kemudian akan dianalisis oleh dokter.
4. Selama pemeriksaan EKG berjalan, hindari berbicara dan bergerak karena
dapat memengaruhi hasil tes.
D. Sebelum Elektrokardiogram
EKG sering kali dilakukan pada kondisi gawat darurat untuk mendeteksi
serangan jantung. Namun, pada beberapa kasus, EKG dapat dilakukan melalui
perencanaan sebelumnya atau ketika pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(check-up). Dalam kondisi ini, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan, yaitu:
6
Setelah pemeriksaan EKG, pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasa,
kecuali bila dokter menyarankan pasien membatasi aktivitas karena adanya suatu
penyakit. Hasil EKG juga dapat langsung didiskusikan dengan dokter di hari itu juga
atau di lain waktu.
Jika hasil EKG normal, maka pemeriksaan lain mungkin tidak diperlukan.
Tetapi bila hasil EKG menunjukkan suatu penyakit, pasien mungkin akan diminta
menjalani EKG ulang atau pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan enzim jantung,
tergantung pada penyakit yang dicurigai oleh dokter.
F. Jenis-Jenis Elektrokardiogram
Untuk mengatasi hal tersebut, ada beberapa jenis pemeriksaan aktivitas listrik
jantung lain yang bisa dilakukan dan sedikit berbeda dengan pemeriksaan EKG biasa,
yaitu:
1. Stress test
Stress test adalah pemeriksaan EKG yang dilakukan saat pasien
beraktivitas di treadmill, baik berjalan atau berlari. Pasien juga dapat diminta
untuk mengayuh sepeda statis dalam stress test.
2. Holter monitor
Holter monitor adalah pemeriksaan EKG untuk merekam aktivitas
listrik jantung selama pasien beraktivitas dalam 1–2 hari. Holter monitor
merupakan alat kecil yang dikalungkan di leher dan dilengkapi elektroda yang
ditempelkan di dada. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa ketika
menggunakan holter monitor, asalkan elektroda dan monitornya tetap kering.
Selama menggunakan holter monitor, dokter akan meminta pasien untuk
mencatat segala aktivitas yang mengakibatkan perubahan aktivitas listrik
jantung.
7
3. Event monitor
Event monitor adalah alat yang serupa dengan holter monitor.
Bedanya, event monitor merekam aktivitas listrik jantung selama beberapa
menit ketika gejala gangguan jantung muncul. Event monitor dapat digunakan
dalam jangka waktu hingga 1 bulan.
8
4. Petugas medis akan meletakkan beberapa elektroda pada lengan, kaki, dan
dada pasien.
5. Elektroda yang terhubung ke komputer tersebut akan merekam aktivitas listrik
jantung.
6. Aktivitas listrik jantung akan ditampilkan di layar komputer dan hasilnya
dicetak pada lembaran kertas.
Dokter akan memeriksa adanya irama dan denyut jantung yang tidak normal.
Kondisi-kondisi ini dapat menjadi pertanda adanya masalah pada jantung Anda.
Berikut penjelasannya:
1. Denyut jantung
Jumlah denyut atau detak jantung normal berkisar antara 60-100 kali
per menit. Biasanya, denyut ini dapat diukur dari nadi. Pemeriksaan
elektrokardiogram dibutuhkan apabila jantung Anda berdetak terlalu cepat,
terlau lambat, tidak teratur, atau detaknya sulit dihitung.
2. Irama jantung
3. Serangan jantung
Serangan jantung, baik yang sedang atau yang pernah terjadi dapat
terdeteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram. EKG juga bisa menunjukkan
bagian jantung mana yang mengalami kerusakan akibat serangan jantung.
4. Kurangnya suplai oksigen dan darah ke jantung
9
Pemeriksaan EKG dapat mendeteksi apakah nyeri dada disebabkan
oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otot jantung.
5. Kelainan struktur jantung
Adanya kelainan struktur jantung seperti pembesaran pada ruang-
ruang jantung, juga dapat dideteksi dari pemeriksaan ini.
EEG dijadikan sebagai pemeriksaan untuk berbagai penyakit otak sebab sel-
sel pada organ ini, berkomunikasi satu sama lain melalui impuls elektrik. Saat fungsi
otak terganggu, maka impuls yang timbul pun akan berbeda. Perbedaan inilah yang
akan dideteksi oleh EEG. Hasil pemeriksaan EEG akan berupa garis bergelombang
10
dengan puncak dan lembah (seperti grafik). Dari pola pada garis tersebut, dokter
dapat menilai apabila terdapat pola gelombang listrik yang tidak normal.
EEG dilakukan untuk mendeteksi kelainan aktivitas listrik pada otak, yang
dapat disebabkan oleh penyakit otak. Elektroensefalografi dapat membantu dokter
untuk mendiagnosis beberapa penyakit sekaligus menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain yang memiliki gejala yang mirip dengan penyakit otak, seperti:
11
6. Gangguan ingatan
7. Gangguan tidur
8. Stroke
9. Demensia
EEG juga mungkin dilakukan pada pasien dalam kondisi koma untuk memeriksa
aktivitas otaknya. Pemeriksaan ini dapat pula dianjurkan guna memantau aktivitas
listrik selama operasi otak.
12
Pemeriksaan EEG biasanya membutuhkan waktu sekitar 30 hingga 60 menit.
Prosedurnya meliputi:
13
2. Pendarahan pada otak
3. Gangguan tidur
4. Pembengkakan otak (ensefalitis)
5. Tumor
6. Kematian jaringan karena sumbatan pembuluh darah otak
7. Migrain
8. Konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang berlebih
9. Cedera kepala
10. Dokter akan mendiskusikan hasil pemeriksaan EEG bersama pasien.
D. Risiko elektroensefalografi
14
ini dengan rontgen. Sinar X adalah jenis radiasi yang disebut sebagai gelombang
elektromagnetik. Pemeriksaan atau pencitraan Sinar X ini adalah prosedur medis
yang dapat menciptakan gambar bagian dalam tubuh pasien. Gambar dari hasil
pemeriksaan akan berbentuk hitam dan putih.
X-ray adalah tes pencitraan yang digunakan dokter untuk melihat bagian
dalam tubuh tanpa harus membedah pasiennya. Prosedur pemeriksaan ini membantu
dokter dalam mendiagnosis, memantau, dan mengobati berbagai kondisi medis. X-ray
juga tersedia dalam berbagai jenis, tergantung pada area mana yang butuh diperiksa.
Jaringan lunak, seperti kulit dan organ tidak mampu menyerap sinar X, sehingga
sinar akan melewatinya. Sinar hanya dapat terserap oleh bahan padat di dalam tubuh.
Area hitam pada X-ray mewakili area ketika X-ray melewati jaringan lunak.
Sedangkan, area putih menunjukkan tempat jaringan yang lebih padat, seperti tulang,
yang telah menyerap sinar-X. Selama proses skrining, kamu diminta untuk tetap
diam, untuk mendapatkan gambar sejelas mungkin.
X-ray tidak boleh sembarangan digunakan. Tes pencitraan ini hanya boleh
digunakan ketika kamu mengalami ketidaknyamanan di bagian tubuh tertentu.
Seseorang yang mengidap penyakit dapat melakukan X-ray untuk memantau penyakit
dan memeriksa seberapa baik pengobatan yang dilakukan. Beberapa kondisi berikut
ini sering membutuhkan pemeriksaan X-ray, yaitu:
1. Kanker tulang;
15
2. Tumor payudara;
3. Pembesaran jantung;
4. Penyumbatan pembuluh darah;
5. Penyakit yang memengaruhi paru-paru;
6. Masalah pencernaan;
7. Patah tulang;
8. Infeksi;
9. Osteoporosis;
10. Radang sendi;
11. Kerusakan gigi.
Pemeriksaan sinar X ini biasanya dilakukan dokter pada pasiennya dengan tujuan
untuk:
Banyak orang yang terkadang sulit membedakan atau bahkan tidak mengerti
perbedaan dari pemeriksaan X-ray, CT (Computed Tomography) scan, dan MRI
(Magnetic Resonance Imaging). Ketiganya sama-sama berfungsi untuk mengambil
gambar pada bagian dalam tubuh pasien.
1. CT scan
CT Scan adalah salah satu jenis pemeriksaan hasil pengembangan
teknologi yang memadukan sinar X dan perangkat komputer untuk mendapat
hasil yang lebih baik di pemeriksaan sinar X/rontgen biasa. Pemeriksaan CT
scan biasanya dilakukan untuk pemindaian dengan prosedur darurat karena ia
16
relatif lebih cepat seperti cedera tulang, pencitraan dada, paru-paru, atau
pendeteksian kanker.
2. MRI
Sedangkan pemeriksaan MRI adalah pengambilan gambar dalam
tubuh dengan menggunakan gelombang radio dan magnet. MRI dapat
menghasilkan gambaran internal jaringan lunak seperti sumsum tulang
belakang, tumor otak, ligamen, dan tendon. Pemeriksaan MRI juga terbilang
lebih mahal, dan lebih lambat, namun dianggap lebih aman karena tidak
memanfaatkan radiasi yang berpotensi membahayakan.
D. Jenis Pemeriksaan X-Ray
a. CT (Computed Tomography)
Adalah jenis pemeriksaan yang memadukan sinar X dengan perangkat
komputer untuk memberi gambaran detil dari bagian tubuh dan digabungkan
untuk mendapat hasil sinar X dalam bentuk tiga dimensi.
b. Flouroskopi
Jenis ini adalah paduan sinar X dengan layar neon serta cairan kontras
untuk mempelajari struktur gerak atau kondisi tubuh secara saat itu juga (real
time) seperti melihat keadaan detak jantung pasien.
c. Mammografi
Adalah jenis pemeriksaan radiografi sinar X yang digunakan untuk
membantu mendeteksi kanker pada payudara.
d. Angiografi
Angiografi adalah jenis enis pemeriksaan sinar X untuk mengambil
gambar pada arteri di otak, jantung, dan ginjal pasien. Pemeriksaan ini juga
biasanya dibantu oleh cairan kontras.
E. Prosedur Pemeriksaan X-Ray
17
Tahapan yang akan dilakukan oleh dokter dan pasien saat pemeriksaan X-ray
dilakukan adalah sebagai berikut:
Prosedur ini hanya akan berlangsung dalam hitungan beberapa menit, kecuali
digunakannya cairan kontras sebagai alat bantu. Jika pasien akan diberikan cairan
kontras, maka pemeriksaan bisa saja berlangsung selama satu jam atau lebih.
Setelah pemeriksaan, tidak ada tahapan medis lain yang harus dikerjakan oleh
pasien. Pasien dapat kembali pada kegiatan seperti semula. Hasil tes biasanya dapat
diperoleh setelah dokter memeriksa dan mendiskusikan gambar yang telah didapat.
18
Pasien mungkin akan diminta untuk menunggu beberapa hari kemudian dan kembali
lagi. Barulah dokter akan memberi tahu pengobatan atau pemeriksaan apa yang harus
dilakukan selanjutnya.
Pasien yang telah menjalani pemeriksaan X-ray biasanya bisa langsung pulang dan
melakukan kegiatannya seperti semula. Namun, memang terkadang terjadi efek
samping yang akan dirasakan oleh pasien khususnya jika digunakannya kontras,
seperti:
a. Gatal-gatal
b. Mual
c. Pusing
d. Rasa logam di mulut.
Ada juga efek samping lain yang sangat jarang terjadi dan menimbulkan reaksi
yang cukup parah seperti tekanan darah rendah, syok anafilaksis, dan henti jantung.
Pasien dapat menghubungi dokter jika setelah menjalani pemeriksaan tubuh merasa
reaksi yang parah. Bagi pasien yang mengalami patah tulang mungkin bisa
merasakan rasa sakit atau rasa tidak nyaman. Kemungkinan dokter akan memberikan
obat penghilang rasa sakit sebelum pemeriksaan dilaksanakan.
19
Prosedur pemindaian ini memiliki banyak kegunaan, namun biasanya dipakai
untuk memeriksa secara cepat pada pasien yang dicurigai mengalami cedera dalam
tubuh akibat kecelakaan. CT scan juga bisa digunakan untuk memberikan visualisasi
dari hampir seluruh bagian tubuh dan mendiagosis penyakit atau cedera.
Tindakan medis ini seringkali menjadi pemeriksaan pilihan untuk
mendiagnosis penyakit kanker. Misalnya, kanker hati, kanker paru, dan kanker
pankreas. Melalui gambaran CT scan, dokter pun dapat merencanakan perawatan
medis yang cocok untuk pasien. Contohnya, operasi atau radiaoterapi.
A. Indikasi dan Kontraindikasi CT Scan
Berikut ini contoh penerapan metode CT scan pada sejumlah organ tubuh, di
antaranya adalah:
1. Dada, untuk melihat adanya infeksi, emboli paru, kanker paru, penyebaran
kanker dari organ lain ke daerah dada, atau masalah pada jantung,
kerongkongan (esofagus), dan pembuluh darah besar (aorta).
2. Perut, untuk mendeteksi terjadinya infeksi, kista, abses, tumor,
perdarahan, aneurisma, benda asing, dan pembesaran kelenjar getah
bening, atau melihat adanya divertikulitis serta radang usus buntu.
3. Saluran kemih, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam saluran kemih,
batu ginjal, batu kandung kemih, penyakit terkait lainnya.
4. Panggul, untuk mendeteksi adanya gangguan pada rahim, indung telur,
saluran tuba, atau kelenjar prostat.
5. Tungkai atau lengan, misalnya untuk melihat kondisi lengan, bahu, siku,
pergelangan tangan, tangan, paha, tungkai, lutut, pergelangan kaki, atau
kaki.
6. Kepala, untuk melihat tumor dan infeksi, atau perdarahan dan keretakan
tulang tengkorak setelah cedera kepala.
7. Tulang belakang, untuk melihat struktur dan celah tulang belakang, serta
melihat keadaan saraf tulang belakang.
20
Secara umum, CT scan merupakan pemeriksaan yang aman, cepat, dan tanpa
rasa sakit. Namun, CT scan sebaiknya tidak dilakukan pada ibu hamil karena paparan
sinar radiasi dapat menimbulkan bahaya terhadap janin. Penggunaan kontras pada CT
scan juga perlu dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan
alergi terhadap kontras. Dokter akan merekomendasikan CT scan bagi pasien untuk
beberapa tujuan medis di bawah ini:
a. Mendiagnosis gangguan tulang dan otot, seperti tumor atau patah tulang.
b. Menentukan lokasi tumor, infeksi, atau gumpalan darah. Sebagai bagian
dari prosedur lain, misalnya bedah, biopsi, dan terapi radiasi.
c. Mendeteksi dan memantau penyakit tertentu, contohnya kanker, penyakit
jantung, benjolan pada paru, dan tumor hati.
d. Memantau efektivitas pengobatan tertentu, seperti obat-obatan kanker.
e. Mendeteksi cedera atau perdarahan di bagian dalam tubuh.
CT scan termasuk salah satu pemeriksaan penunjang paling cepat dan paling akurat.
Pasalnya, prosedur ini dapat menghasilkan gambar mendetail dari potongan lintang
tiap bagian tubuh. Pemeriksaan CT scan umumnya dianjurkan untuk memeriksa
orang dengan kondisi-kondisi berikut:
21
CT scan dapat dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain yang
menyediakannya. Prosedur ini tidak menyakitkan dan tidak butuh waktu lama.
Umumnya, keseluruhan proses CT scan memakan waktu sekitar 30 menit dengan
prosedur sebagai berikut:
22
menyetir. Namun, bagi pasien yang diberikan zat pewarna khusus
(kontras), akan disarankan untuk menunggu di rumah sakit setidaknya satu
jam untuk mengantisipasi reaksi alergi.
C. Hasil CT scan
Hasil CT scan akan disimpan sebagai data elektronik dan biasanya dapat dilihat di
layar komputer. Dokter spesialis radiologi akan menganalisis gambar pemindaian lalu
mengirimkan laporannya ke dokter Anda.
Hasil pemindaian ini terbilang normal apabila dokter spesialis radiologi tidak
menemukan adanya tumor, gumpalan darah, patah tulang, atau kelainan lain. Jika
ditemukan kelainan tertentu pada hasil CT scan, pasien mungkin memerlukan
pemeriksaan atau penanganan lebih lanjut, tergantung dari kondisi medisnya.
Sedangkan bagi pasien yang sedang menyusui dan telah mendapatkan suntikan
cairan kontras, proses menyusui baru dapat kembali dilakukan setelah 24 jam
pascaprosedur. Pasalnya, cairan ini bisa masuk ke dalam air susu ibu (ASI).
E. Risiko CT scan
Secara umum, CT scan merupakan prosedur yang relatif aman dan jarang
menimbulkan risiko. Namun sederet risiko dan efek samping di bawah ini mungkin
saja terjadi:
1. Paparan radiasi
Selama prosedur CT scan dilakukan, pasien akan terpapar radiasi
dalam waktu singkat. Kadar radiasi pada pemindaian ini lebih besar
dibandingkan prosedur rontgen karena gambar yang dihasilkan juga lebih
23
detail. Akan tetapi, kadar radiasi pada CT scan cenderung rendah dan
tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan pasien.
2. Gangguan pada bayi dalam kandungan
Bagi pasien wanita yang sedang hamil, sebaiknya informasikan
kehamilan Anda pada dokter menjalani CT scan. Meski radiasinya tidak
berbahaya bagi janin, dokter bisa menganjurkan jenis pemeriksaan lain.
Misalnya, USG atau MRI guna meminimalisir paparan radiasi pada calon
bayi.
3. Reaksi terhadap cairan kontras
Meski sangat jarang, cairan kontras yang dimasukkan ke dalam tubuh
sebelum prosedur CT scan dapat menimbulkan masalah medis atau reaksi
alergi. Sebagian besar keluhannya meliputi ruam dan rasa gatal pada kulit.
Sementara cairan kontras yang mengalami kebocoran di bawah kulit akan
menyebabkan rasa nyeri, bengkak, dan merah pada kulit. Pada kondisi
yang lebih jarang, alergi serius dan mengancam nyawa (anafilaksis) juga
dapat terjadi. Pasien dengan anafilaksis akan mengalami kesulitan
bernapas, gatal-gatal, ruam kulit, serta pembengkakan pada tubuh. Gejala
alergi terhadap cairan kontras biasanya terjadi sesaat setelah prosedur
dilakukan. Sedangkan keluhan alergi yang terjadi setelah pasien pulang
dari rumah sakit sangatlah jarang. Namun apabila tetap mengalami gejala
alergi terkait cairan kontras setelah pulang ke rumah, Anda sebaiknya
segera kembali menghubungi fasilitas kesehatan tempat Anda menjalani
CT scan.
24
memonitor kesehatannya, USG juga sering digunakan untuk memeriksa kondisi
organ dalam tubuh lainnya seperti jaringan pembuluh darah, sendi, tendon, serta otot.
USG atau ultrasonografi adalah teknik menampilkan gambaran atau citra dari
kondisi bagian dalam tubuh. Dalam mengambil gambar, alat ini memanfaatkan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi.
Salah satu jenis tes USG yang bertujuan untuk mendiagnosis kondisi
kesehatan tubuh lain yang tidak berhubungan dengan kehamilan adalah tes USG
abdomen (abdominal) atau USG perut.
Selain itu, perkembangan teknologi membuat hasil pencitraan USG bukan saja
lebih akurat, namun juga bisa digunakan dengan tujuan lebih spesifik, misalnya pada
25
USG 3 dimensi. Beberapa tujuan pemakaian dan jenis USG yang digunakan antara
lain:
Gelombang suara tersebut akan terpantul kembali dalam bentuk sinyal listrik.
Kemudian sinyal tersebut akan diterjemahkan oleh mesin menjadi gambar yang dapat
disaksikan melalui layar monitor secara real-time.
C. Jenis-jenis USG
26
2. USG internal, dilakukan dengan memasukkan transducer dengan ukuran
selebar dua jari melalui vagina. USG jenis ini digunakan untuk
pemeriksaan organ daerah panggul, seperti rahim dan indung telur.
3. USG endoskopi, adalah jenis USG yang menggunakan alat khusus
bernama endoskopi. Berbeda dengan transducer, endoskopi berbentuk
selang panjang tipis yang dilengkapi dengan kamera, lampu, dan sensor
pada ujungnya. USG endoskopi khusus dioperasikan untuk pemeriksaan
organ bagian atas, seperti kerongkongan hingga lambung dengan cara
dimasukkan melalui mulut.
Selain metode yang berbeda, ada beberapa jenis teknik USG berdasarkan
teknologi yang digunakan, yaitu USG 2 dimensi, 3 dimensi, dan 4 dimensi.
Perbedaannya dilihat berdasarkan hasil yang ditampilkan di layar monitor.
27
b. Pembuluh darah, termasuk pembuluh darah halus.
c. Payudara, terutama untuk mendeteksi benjolan pada jaringan payudara.
d. Sendi, kerangka, serta sistem yang mendukungnya seperti ligamen dan otot-
otot.
e. Kelainan pada jantung seperti rusaknya katup jantung, detak jantung yang
tidak normal, serta pembengkakan pada dinding jantung.
Untuk pemeriksaan daerah empedu, hati, pankreas, dan limpa, pasien akan
diminta berpuasa selama 8 hingga 12 jam sebelum tindakan. Hal ini guna mencegah
adanya sisa makanan di lambung dan usus yang dapat menghalangi gelombang suara.
Pertama, pasien akan diminta untuk mengenakan pakaian khusus yang telah
disediakan pihak rumah sakit untuk memudahkan pemeriksaan, lalu pasien diminta
untuk berbaring telentang. Kemudian dokter akan mengoleskan pelumas berbentuk gel
untuk mengurangi gesekan antara transducer dan permukaan kulit. Pelumas ini akan
memberikan sensasi dingin pada kulit.
28
Prosedur pemeriksaan setelah itu beragam, sesuai dengan jenis USG yang akan
dioperasikan.
Usai pemeriksaan, pelumas pada tubuh akan langsung dibersihkan. Bagi pasien
yang sebelum USG diminta untuk menahan kencing, setelah prosedur USG berakhir
akan dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kemih (kencing).
Selain dari itu, tidak ada aktivitas yang dibatasi pasca USG namun bagi pasien
yang diberi obat penenang, disarankan untuk tidak melakukan kegiatan yang
memerlukan konsentrasi seperti mengendarai kendaraan selama 24 jam pertama.
29
Adapun hasil USG akan dapat langsung diterima oleh pasien. Jika butuh rujukan
dokter untuk analisa lebih lanjut, akan memakan waktu beberapa hari tambahan.
H. Keistimewaan USG
Efek samping setelah pemeriksaan USG tidak bersifat mutlak. Kemungkinan yang
dapat terjadi setelah pemeriksaan USG yaitu sensasi panas khusus pada area yang
diperiksa dan reaksi alergi terhadap pelumas yang digunakan.
Bagi yang menjalani USG internal, ada kemungkinan pasien mengalami rasa tidak
nyaman akibat alat yang dimasukkan melalui vagina. Bagi yang menjalani USG
endoskopi, ada kemungkinan pasien mengalami sakit tenggorokan dan perut kembung
sementara. Kemungkinan pendarahan juga ada walaupun tidak sering terjadi. Secara
keseluruhan, pemeriksaan USG tidak menimbulkan efek komplikasi jangka panjang
bagi pasien jika dilakukan sesuai prosedur yang sudah ada.
30
dilakukan oleh dokter untuk mengetahui gambaran bentuk jaringan tubuh dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti kanker.
Salah satu ketidaknormalan pada tubuh yang bisa dideteksi penyebabnya oleh
biopsi yaitu benjolan yang dicurigai sebagai tumor, misalnya benjolan pada payudara
dan sarkoma Kaposi. Biopsi dapat mendeteksi apakah benjolan tersebut bersifat
kanker atau disebabkan oleh hal lainnya.
Ada berbagai jenis biopsi yang dapat dilakukan dokter untuk mengambil
sampel jaringan pada tubuh, disesuaikan dengan lokasi jaringan tubuh yang akan
diambil sebagai sampel dan tipe jaringannya. Adapun jenis-jenisnya:
1. Biopsi jarum
2. Biopsi punch
3. Biopsi eksisional
4. Biopsi endoskopik
5. Biopsi bedah
Persiapan yang dapat Anda lakukan sebelum menjalani biopsi tergantung pada
jenis biopsi yang Anda jalani. Namun secara umum, langkah-langkah yang dapat
Anda lakukan meliputi:
31
4. Menanyakan dan mendiskusikan semua kekhawatiran Anda
A. Prosedur biopsi
Tergantung dari lokasi tubuh yang akan dibiopsi, Anda mungkin diminta
untuk berbaring, terlentang, terlungkup, atau duduk selama prosedur. Untuk beberapa
tipe biopsi, Anda bisa diminta menahan napas saat jarum ditusukkan. Sebelum
prosedur dilakukan, dokter akan memberikan obat bius untuk mengurangi rasa nyeri.
Jenis pembiusan ini akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis prosedur biopsi
yang Anda jalani dan bagian tubuh yang akan menjalani biopsi.
Setelah sampel darah diambil, sampel darah dimasukkan ke dalam botol kecil
khusus lalu dibawa ke laboratorium. Di tempat ini, sampel darah akan diperiksa di
bawah mikroskop atau diuji dengan bahan kimia, tergantung dari jenis dan tujuan tes
darah.
a. Dokter atau petugas medis akan membalut lengan dengan pengikat lengan
atau tourniquet. Tujuannya untuk memperlambat aliran darah dan menjadikan
32
pembuluh vena lebih menonjol. Hal ini membuat proses pengambilan darah
menjadi lebih mudah.
b. Petugas medis mengidetifikasi letak pembuluh vena, lalu membersihkan area
tersebut dengan alkohol.
c. Petugas medis mengambil darah menggunakan jarum.
d. Bekas tusukan ditutup menggunakan plester.
Prosedur pengambilan darah biasanya berlangsung 5-10 menit. Proses ini bisa
lebih cepat jika pembuluh vena mudah ditemukan. Jika sampel yang dibutuhkan
hanya sedikit, dapat dilakukan pengambilan sampel darah melalui jari, yaitu dengan
menusukkan jarum kecil ke ujung jari lalu menekan-nekan ujung jari agar tetesan
darah keluar dan dapat ditampung. Meski terlihat menyeramkan, sebenarnya proses
pengambilan darah yang benar hanya sedikit menimbulkan rasa sakit.
33
Tes darah ini dilakukan untuk mengetahui seberapa parah peradangan
yang terjadi di dalam tubuh. Peradangan bisa disebabkan oleh infeksi, tumor,
atau penyakit autoimun. Pemeriksaan ini dikerjakan dengan cara melihat
seberapa cepat sel darah merah mengendap ke dasar tabung pengujian.
Semakin cepat sel darah merah mengendap, semakin tinggi tingkat
peradangan. Tes ini biasanya dilakukan untuk mendiagnosis kondisi seperti
endokarditis, radang sendi, polymyalgia rheumatica, radang pembuluh darah
(vaskulitis), dan penyakit Crohn.
4. Tes elektrolit
Elektrolit (mineral di dalam tubuh) berfungsi untuk menjaga
keseimbangan kandungan air yang sehat di dalam tubuh, menunjang listrik
saraf, membantu memindahkan nutrisi ke dalam sel-sel tubuh berikut limbah
yang diproduksi keluar dari sel-sel tersebut, dan menstabilkan kadar alkali dan
asam di dalam tubuh. Perubahan level mineral di dalam tubuh dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti diabetes, dehidrasi, gagal ginjal,
penyakit hati, gangguan jantung, atau sedang menjalani pengobatan tertentu.
Uji elektrolit juga dapat dilakukan untuk menilai kadar elektrolit di dalam
tubuh setelah mendapatkan terapi untuk mengatasi gangguan elektrolit.
5. Tes koagulasi
Tes ini dilakukan untuk melihat adakah masalah pembekuan darah,
seperti yang dialami oleh penderita penyakit von Willebrand dan hemofilia.
Tes ini dilakukan dengan melihat atau mengukur seberapa cepat darah
menggumpal.
6. Tes fungsi tiroid
Tes ini akan menguji sampel darah dengan melihat tingkatan hormon
tiroid, triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4), serta TSH (Thyroid Stimulating
Hormone). Biasanya tes ini akan dilakukan jika dokter Anda mencurigai
adanya tiroid yang kurang aktif atau terlalu aktif.
34
Tes darah ini biasanya dilakukan untuk melihat adanya antibodi dalam
tubuh. Jika Anda mengalami infeksi bakteri atau virus seperti HIV,
toksoplasma, atau mungkin mengidap alergi, sistem kekebalan tubuh akan
menghasilkan antibodi spesifik dalam menanggapi alergi atau infeksi. Tes ini
berguna untuk memastikan tingkat keparahannya atau adanya sumber paparan
(alergen) yang tidak umum.
8. Analisa gas darah
Tes darah ini dilakukan guna mengevaluasi tingkat keasaman (pH) darah dan
kadar gas dalam darah seperti oksigen dan karbondioksida. Analisa gas darah
adalah pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk meninjau gangguan
keseimbangan asam basa tubuh seperti asidosis dan alkalosis, untuk meninjau
fungsi paru dan respon terapi oksigen pada paru-paru, serta untuk menilai
apakah terdapat gangguan ginjal.
9. Tes darah untuk menilai risiko penyakit jantung
Tes darah ini dimaksudkan untuk mengetahui risiko penyakit jantung
koroner. Tes ini meliputi pemeriksaan kolestrol baik (HDL), kolesterol buruk
(LDL), dan lemak dalam darah (trigliserida). Kadar kolesterol buruk dan
trigliserida yang tidak normal dalam darah dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner. Kebanyakan orang diharuskan berpuasa selama 9-
12 jam sebelum tes dilakukan.
35
Kultur dahak (sputum) dapat dilakukan kepada pasien yang
mengalami pneumonia, abses paru, atau tuberkulosis, dengan gejala antara lain:
Batuk
Nyeri otot
Lemas
Nyeri dada
Sesak napas
Pasien dianjurkan untuk banyak minum air pada malam hari sebelum
pengambilan sampel dahak, agar pasien lebih mudah mengeluarkan dahak di pagi
hari. Pasien juga diminta untuk tidak makan apapun sekitar 1-2 jam sebelum
pengambilan. Pasien akan diminta untuk sikat gigi dan kumur mulut menggunakan
air putih atau larutan steril, bukan dengan obat kumur (mouthwash).
36
dahak ketiga diambil saat mengantarkan sampel dahak yang kedua ke laboratorium
(lab). Selain metode SPS, dahak juga bisa diambil 3 hari berturut-turut setiap pagi.
Apabila salah satu atau beberapa dari komponen tersebut rusak, tentu akan
memengaruhi urine. Baik itu, volume, warna, tekstur, hingga kandungan di dalamnya.
Makaa dari itu, tes urine diperluka untuk menilai, apakah ada perubahan pada
urine yang berkaitan dengan penyakit tertentu. Berikut ini beberapa fungsi dari
prosedur uji urine.
Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum melakukan tes urine:
37
1. Beritahu dokter mengenai obat-obatan dan suplemen yang sedang Anda
konsumsi. Mungkin Anda akan diminta berhenti mengkonsumsi obat-obatan
sementara waktu jika dapat mempengaruhi hasil tes.
2. Biasanya tes urine dapat dilakukan tanpa puasa terlebih dahulu, tapi pada
beberapa pemeriksaan memerlukan puasa.
3. Hindari melakukan hubungan seksual minimal 1 hari sebelum Anda
melakukan tes urine karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi hasil.
a. Membersihkan area kemaluan menggunakan tisu steril supaya bakteri dan sel
di sekitar kemaluan tidak ikut terbawa ke sampel. Untuk wanita, cara
membersihkan kemaluan menggunakan tisu steril dari depan ke belakang dan
jangan lupa membersihkan cairan sekresi vagin dan darah menstruasi untuk
menghindari kontaminasi pada sampel urine. Pada pasien yang tidak bisa
mengambil sampel urine secara mandiri dapat menggunakan kateter. Sampel
urine yang diambil menggunakan kateter harus langsung dari selang kateter.
b. Keluarkan urine selama 1-2 detik dan biarkan terbuang ke dalam toilet. Lalu
masukkan urine selanjutnya ke dalam wadah sampel hingga tingginya 3-6 cm.
c. Tutup rapat wadah sampel urin untuk menghindari kontaminasi dari luar dan
bersihkan bagian luar wadah urine menggunakan tisu steril. Jangan lupa untuk
mencuci tangan setelahnya.
d. Segera bawa sampel urine ke laboratorium untuk dianalisis.
38
2.10 PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM FESES
Pemeriksan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja.
Pemeriksan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem
pencernaan.
39
Sebelum menjalani pemeriksaan feses, ada beberapa hal yang harus diketahui,
yaitu:
a. Pemeriksaan feses tidak boleh dilakukan pada saat menstruasi atau bila
sedang menderita perdarahan akibat wasir.
b. Pemeriksaan FOBT hanya untuk mendeteksi keberadaan darah pada tinja, tapi
tidak bisa mengetahui penyebab perdarahan tersebut.
c. Pemeriksaan FOBT tidak selalu akurat dalam mendeteksi kanker usus besar.
Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan FOBT yang menunjukkan adanya darah di
sampel tinja harus disertai kolonoskopi.
d. Sampel tinja yang digunakan untuk pemeriksaan tidak boleh sampel yang
telah jatuh ke dasar kloset, terkena urine, atau terkena tisu toilet.
Pasien yang hendak menjalani kultur feses bisa makan dan minum, serta
mengonsumsi obat seperti biasa. Namun, pada pasien yang berencana menjalani
pemeriksaan feses FOBT, dokter akan meminta pasien untuk tidak mengonsumi
daging merah, buah, sayur, suplemen vitamin C, dan OAINS selama 3–7 hari
sebelum pemeriksaan.
Berikut ini adalah tahapan yang bisa Anda lakukan dalam mengambil sampel tinja:
1. Usahakan untuk buang air kecil dulu sebelum BAB, sehingga sampel feses
yang akan diambil tidak tercampur dengan urine.
2. Letakkan plastik pembungkus di kloset saat hendak BAB, sehingga tinja tidak
berceceran atau jatuh ke dasar kloset dan terkontaminasi.
40
3. Gunakan sendok khusus atau spatula untuk mengambil sampel feses kira-kira
seukuran biji kurma, lalu pindahkan ke dalam wadah.
4. Pastikan sampel tinja yang diambil tidak tercampur dengan air atau tisu toilet.
5. Setelah sampel tinja terkumpul, segera masukkan ke dalam kantong plastik
dan pastikan ditutup rapat.
6. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih, kemudian tulis nama,
tanggal lahir, dan tanggal pengambilan sampel feses pada wadah untuk
mencegah wadah tertukar.
Segera bawa wadah berisi sampel feses ke laboratorium, tidak lebih dari 24
jam setelah pengambilan sampel, untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
Pasien umumnya akan mendapatkan hasil pemeriksaan feses dalam 1–3 hari.
Ciri-ciri feses yang dinyatakan normal adalah sebagai berikut:
Oleh sebab itu, pastikan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun
antibakteri sampai benar-benar bersih. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan
jika terdapat mikroorganisme berbahaya pada sampel tinja.
41
42
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang
dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini
umumnya dilakukan setelah pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau
riwayat penyakit pada pasien. Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan
merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan
tindakan keperawatan. Hasil suatu pemeriksaan penunjang sangat penting dalam
membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.
Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan penunjang.
3.2 SARAN
Diharapkan pembaca dapat memahami isi makalah penulis ini, dan
memperluas wawasan dari berbagai sumber lain. Karena makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
https://www.smarterhealth.id/diagnosis/pemeriksaan-usg/ (diakses pada 22 April
2021, pukul 20.38)
45