Anda di halaman 1dari 2

KPK: Ada 7 Kasus Jual-Beli Jabatan yang Libatkan Kepala Daerah Sepanjang 2016-

2021

Kompas.com - 01/09/2021, 16:22 WIB Irfan Kamil, Dani Prabowo Tim Redaksi 1 Lihat Foto
Plt Juru Bicara KPK Bidang Pencegahan, Ipi Maryati Kuding(Staf Humas KPK) JAKARTA,

KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut ada tujuh kasus jual beli
jabatan yang ditangani KPK dalam periode 2016-2021 yang melibatkan kepala daerah.

Menurut Pelakana Tugas Juru Bicara KPK Bidang Pencegahan Ipi Maryati, jual beli jabatan
merupakan salah satu modus korupsi yang kerap dilakukan kepala daerah.
"KPK mencatat kasus jual beli jabatan di lingkungan pemda sejak 2016 hingga 2021 ini telah
melibatkan 7 bupati, yaitu Klaten, Nganjuk, Cirebon, Kudus, Jombang, Tanjungbalai, dan
terakhir Probolinggo," ujar Ipi dalam keterangan tertulis, Rabu (1/9/2021).

Adapun tujuh kepala daerah tersebut adalah Bupati Klaten Sri Hartini, Bupati Nganjuk Novi
Rahman Hidayat dan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadisastra. Kemudian, Bupati Kudus
Muhammad Tamzil, Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko, Wali Kota Tanjungbalai M
Syahrial dan Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari.

Dengan terus berulangnya kasus korupsi terkait pengisian jabatan di lingkungan pemerintah
daerah, ujar Ipi, KPK mengingatkan kepada para kepala daerah agar menjauhi potensi
benturan kepentingan dan penyalahgunaan wewenang. Khususnya, dalam proses lelang
jabatan, rotasi, mutasi dan promosi Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan
pemerintahannya.

"Dari hasil pemetaan KPK atas titik rawan korupsi di daerah, KPK mengidentifikasi beberapa
sektor yang rentan terjadi korupsi, yaitu di antaranya terkait belanja daerah seperti
pengadaan barang dan jasa," ucap Ipi.

Kemudian, korupsi pada sektor penerimaan daerah mulai dari pajak dan retribusi daerah
maupun pendapatan daerah dari pusat dan korupsi di sektor perizinan mulai dari pemberian
rekomendasi hingga penerbitan perizinan. Dalam upaya pencegahan korupsi melalui
perbaikan tata kelola pemerintahan daerah, KPK telah mendorong diimplementasikannya
Monitoring Center for Prevention (MCP).

"Manajemen ASN merupakan salah satu dari delapan fokus area intervensi perbaikan tata
kelola pemda yang terangkum dalam aplikasi tersebut," kata Ipi.
Kedelapan area intervensi tersebut adalah Perencanaan dan Penganggaran APBD,
Pengadaan Barang dan Jasa, Perizinan, Pengawasan Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(APIP), Manajemen ASN, Optimalisasi Pajak Daerah, Manajemen Aset Daerah, dan Tata
Kelola Keuangan Desa.
"Untuk mencegah benturan kepentingan dan penyalahgunaan wewenang kepala daerah
dalam pengisian jabatan, KPK mendorong diimplementasikannya manajemen ASN berbasis
'merit system'," ucap Ipi.
Dalam aplikasi MCP, terdapat lima indikator keberhasilan yang disyaratkan bagi pemda
untuk dipenuhi. Contohnya, ketersediaan regulasi manajemen ASN berupa Peraturan
Kepala Daerah (Perkada) atau Surat Kepala Kepala Daerah dan sistem informasi.
Kemudian, kepatuhan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan
pengendalian gratifikasi, tata kelola SDM serta pengendalian dan pengawasan.

Keberhasilan daerah dalam mewujudkan manajemen ASN yang mengedepankan nilai-nilai


profesionalisme dan integritas, menurut Ipi, sangat tergantung pada komitmen kepala
daerah dalam menerapkan prinsip-prinsip tata kelola SDM yang akuntabel dan bebas
kepentingan.
"Termasuk tidak menjadikan proses pengisian jabatan di instansinya sebagai lahan untuk
korupsi," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KPK: Ada 7 Kasus Jual-Beli Jabatan
yang Libatkan Kepala Daerah Sepanjang 2016-2021", Klik untuk
baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/09/01/16224211/kpk-ada-7-kasus-jual-beli-
jabatan-yang-libatkan-kepala-daerah-sepanjang-2016.

Anda mungkin juga menyukai