PSIKIATRI
Pembimbing :
dr. Rihadini, Sp.
KJ
Oleh :
Claudia Fernanda Santini
22010122220118
KURVA GAF
E. RIWAYAT PREMORBID DAN PRIBADI
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien dan keluarga
pasien tidak ingat mengenai riwayat masalah kesehatan dan kebiasaan saat
hamil serta saat dan pasca melahirkan. Pasien lahir dibantu bidan dan lahir
spontan tanpa penyulit.
2. Masa Anak Awal
Pasien diasuh oleh ayah dan ibu pasien. Riwayat tumbuh kembang pasien
sesuai dengan anak-anak seusianya. Pasien tidak memiliki kebiasaan
menggigit kuku atau mengisap jempol. Interaksi dengan teman baik. Tidak
ada riwayat gangguan kepribadian dan temperamen sebagai anak-anak.
3. Masa Anak Pertengahan
Pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar saat usia 7 tahun. Pasien dapat
beradaptasi dengan guru dan teman-teman disekolahnya. Pasien selalu
naik kelas, pasien dan keluarga pasien tidak ingat untuk prestasi selama di
SD. Pasien tidak memiliki riwayat dibully.
4. Masa Anak Akhir
Pasien memiliki teman yang cukup banyak. Pasien orang yang tidak
mudah emosi. Pasien tidak memiliki riwayat dibully.
5. Masa Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan seperti remaja lain. Pasien tidak pernah
terlibat kenakalan remaja. Pasien tidak pernah dibully oleh teman-
temannya. Pasien tidak pernah mengalami pelecehan seksual.
6. Riwayat Dewasa
a) Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai tamat SMA. Selama SD, SMP, dan SMA
sosialisasi pasien dengan teman sekolahnya baik dan memiliki teman seperti
siswa pada umumnya. Tidak terdapat riwayat masalah dalam prestasi dan
aktivitas selama sekolah. Pasien tidak pernah tinggal kelas.
b) Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan terakhir sebagai buruh konveksi di Semarang selama lebih dari 10
tahun. Selanjutnya pasien keluar sendiri karena sering marah-marah dan berpikir
orang-orang disekitarnya berpikiran jahat terhadapnya.
c) Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah saat berusia 25 tahun dan dikaruniai satu anak. Anak
pasien perempuan berusia 22 tahun yang bekerja sebagai Marketing Digital.
d) Riwayat Keagamaan
Pasien dilahirkan dalam keluarga yang menganut agama Islam. Pasien sangat
rajin beribadah dan mengikuti pengajian rutin dan selalu mengikuti perkataan
Ustadz nya.
e) Riwayat Kemiliteran
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kemiliteran, pasien juga tidak pernah
tinggal di lingkungan kemiliteran maupun peperangan.
f) Riwayat Aktivitas Sosial
Hubungan pasien dengan teman dan tetangga kurang baik. Pasien sudah menarik
diri dari lingkungannya, lebih sering berada didalam rumah saja.. Pasien hanya
bersosialisasi dengan keluarganya, terutama anaknya.
g) Riwayat Hukum
Pasien hingga saat ini belum pernah terlibat masalah hukum.
h) Situasi Hidup Sekarang
Pasien saat ini hanya beraktivitas di dalam rumah bersama suami dan anak
pasien yang merawatnya.
i) Riwayat Psikoseksual
Genogram:
Keterangan:
: Meninggal
Hipoaktif - Stereotip -
Normoaktif X Katatonia -
b. Sikap
Apatis - Tenang -
Kooperatif X Pasif -
Negativisme - Aktif -
Dependent - Bermusuhan -
C. PEMBICARAAN
1. Kualitas
Dapat berbicara dengan lancar, volume cukup, intonasi cukup, artikulasi
jelas.
Kesimpulan : Cukup
2. Kuantitas
Spontan dan berlebih.
Kesimpulan : Logorrhea
D. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
Visual X Taktil -
Auditorik X Gustatorik -
Olfaktorik -
Protocol wawancara:
DM : Apakah Bu Ruslaini pernah melihat sesuatu yang tidak dapat
dilihat orang lain?
P : Seperti apa misalnya?
DM : Seperti misalnya makhluk halus, atau makhluk yang aneh
wujudnya?
P : Tidak pernah
DM : Kalo melihat orang yang sudah meninggal apakah pernah
bu? P : Saya pernah lihat ayah saya
DM : Ibu lihat ayah ibu sekali saja atau berulang kali
bu? P : Ayah saya sering menghampiri saya
DM : Apakah ibu dalam kondisi sadar saat melihat sosok ayah
ibu? P : Sadar mbak
DM : Saat ibu melihat ayah ibu apakah samar-samar atau terlihat
dengan jelas bu?
P : Jelas
DM : Sudah berapa lama ibu merasakan ini?
P : Sudah lama pokoknya, dari sebelum pertama kali dirawat disini
DM : Apakah setelah ibu dirawat inap lalu pulang, ibu masih sering
melihat sosok ayah ibu?
P : Setelah pulang dari rawat inap sudah tidak pernah melihat lagi,
tapi sekarang ayah saya datang lagi
DM : Saat ibu tidak pernah melihat sama sekali, apakah hilang
sepenuhnya atau kadang-kadang masih ada?
P : Hilang sepenuhnya
DM : Kalau yang sekarang ibu melihatnya sudah berapa hari bu kira-
kira?
P : Sudah 5 hari
Kesimpulan:
Didapatkan adanya halusinasi visual melihat sosok ayah pasien yang
sudah meninggal secara jelas dan dalam kondisi pasien sadar.
2. Ilusi
Visual - Taktil -
Auditorik - Gustatorik -
Olfaktorik -
Kesimpulan:
Tidak terdapat ilusi visual, auditorik, olfaktorik, gustatorik, dan taktil
pada pasien.
E. GANGGUAN PROSES PIKIR
1. Bentuk Pikir
Non realistik
2. Arus Pikir
Flight of idea - Sirkumtansial -
Koheren X Verbigerasi -
Blocking - Perseverasi -
3. Isi Pikir
Thought of echo - Waham kebesaran X
Protocol wawancara:
DM : Apakah ibu pernah merasa bahwa ada yang mengejar atau mau
menjahati ibu?
P : Iya, banyak yang ingin menjahati saya karena dipengaruhi oleh
roh sepupu saya
DM : Apakah sepupu ibu masih hidup?
P : Sepupu saya yang bawa surat tanah milik saya itu sudah jadi
roh, lalu mempengaruhi orang-orang untuk jahatin saya.
DM : Apakah ibu tahu siapa yang mau jahatin
ibu? P : Tidak tahu, tapi banyak pokoknya
DM : Apakah teman kerja atau tetangga ibu?
P : Tidak tahu, tapi pokoknya mereka semua mau jahatin saya.
Makanya saya gamau ketemu mereka
DM : Sudah sejak kapan ibu merasa roh sepupu ibu itu mempengaruhi
orang-orang di sekitar ibu?
P : Sudah lama
DM : Apakah sebelum dirawat disini sebelumnya ibu sudah merasa
demikian?
P : Ya
DM : Apakah setelah pulang dari rumah sakit 2 bulan lalu, pikiran
tersebut hilang atau masih ada?
P : Masih ada, tapi jarang. Baru sering lagi beberapa hari
terakhir DM : Apakah ibu yakin ada yang ingin menjahati ibu?
P : Yakin
Kesimpulan:
Terdapat Waham Persekutorik/ Waham Kejar dimana pasien meyakini
ada roh sepupunya yang mempengaruhi orang-orang disekitarnya untuk
mengejar dan melakukan hal jahat terhadapnya.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin :-
2. EKG : Normo Sinus Rythm
3. Serologi SARS CoV IgG, IgM : Negative
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Ny.Ruslaini, seorang perempuan berusia 55 tahun, dibawa ke RSJD Dr.
Amino Gondohutomo pada 9 Juni 2023 karena pasien marah-marah dirumah dan
ingin melompat ke sumur. Pasien mulai irritable setelah 7 hari SMRS tidak
minum obat dan diduga terdapat halusinasi visual serta auditorik.
Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan adanya waham
persekutorik, waham magik mistik, dan waham kebesaran. Pasien menjadi
irritable dan marah-marah akibat adanya gangguan isi pikir tersebut. Pasien tidak
merasa bahwa dirinya memang pernah sakit tapi sekarang sudah sembuh dan
tidak perlu melanjutkan pengobatan lagi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien tersebut, pada kasus ini
digolongkan dalam Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III, karena ditemukan
adanya ditemukan adanya penderitaan (distress) atau disfungsi (hendaya) dari
kehidupan pasien dari segi perilaku, psikologik, atau biologis. Berdasarkan
riwayat perjalanan penyakit, pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara
fisiologis mengganggu fungsi otak, tidak memiliki riwayat trauma kepala, atau
kejang sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan keadaan yang
menunjukan gangguan organik di otak. Sehingga Gangguan Mental Organik
(F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan sensorium dan kognitif pasien didapatkan jika pasien
memiliki kesadaran yang jernih, orientasi baik, daya ingat segera, jangka pendek,
dan jangka panjang baik, konsentrasi yang baik, perhatian yang baik, kemampuan
menulis dan visuospasial baik, pikiran abstrak baik, dan tilikan pasien buruk yaitu
tilikan derajat II dimana pasien sadar sedikit bahwa pasien sakit dan
membutuhkan bantuan tetapi di saat yang bersamaan menyangkal penyakitnya.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maupun psikiatri pasien
memenuhi kriterita umum diagnosis F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid
pada PPDGJ III karena memenuhi kriteria diagnosis:
Pada pasien ini ditemukan: halusinasi auditorik fonema tipe command, halusinasi
visual, waham kebesaran, waham magik mistik, dan waham kejar, sehingga
pasien dapat didiagnosis dengan F20.0 Gangguan Schizofrenia Paranoid.
Menyingkirkan diagnosis banding:
F22 Gangguan Waham Menetap
• Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu sistem
waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas
pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
• Gejala-gejala depresif atau bahhkan suatu episode depresif yang lengkap/ “full-
blown” (F32) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-
waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak
• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan
bersifat sementara
• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pikiran,
penumpulan afek, dst)
→ Tidak memenuhi kriteria dimana waham merupakan satu-satunya ciri khas
klinis atau gejala yang paling mencolok, tidak boleh ada halusinasi auditorik yang
menonjol, tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia.
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
• Mania tanpa gejala psikotik:
- Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat
sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
- Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi
aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara (sampai ke flight of
ideas),kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu
optimistik.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia).
→ Tidak memenuhi kriteria yang menyebutkan bahwa afek harus meningkat
secara menonjol, flight of ideas, energi bertambah, dan kebutuhan tidur yang
berkurang.
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AXIS I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
DD Axis I : F22 Gangguan Waham Menetap
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
AXIS II : Tidak ada diagnosis axis II
AXIS III : Tidak ada diagnosis axis
III AXIS IV :
● Psikososial dan lingkungan: Surat tanah milik pasien diambil oleh sepupu
pasien
● Primary support group: Suami pindah agama
AXIS V :
- GAF terbaik satu tahun terakhir 70
- GAF mutakhir 30
VIII. TERAPI
a. Psikofarmakoterapi
RUMAH SAKIT JIWA
RSJD Amino Gondhoutomo
Jawa Tengah
KHUSUS RAWAT INAP
Tanggal : 13 Juni 2023
Nama Dokter Muda :Claudia Fernanda Santini
SIP : 22010122220118
R/ Risperidone 1 mg Tab No. XX
S 2 dd tab 2
● Pemberian Risperidone karena obat ini adalah lini pertama APG II pada
skizofrenia. Dapat untuk symptom positif dan negatif. Risperidon
termasuk APG II dengan mekanisme kerja selektif menghambat aktivitas
D2 Dopamin pada jalur mesolimbic sehingga gejala-gejala positif bisa
hilang. Selain itu, APG II merupakan antagonis reseptor 2A Serotonin
terutama 5HT 2A pada jalur nigrostriatal. Pemblokiran 5HT akan
mengakibatkan pelepasan DA di striatum, sehingga efek samping
sindrom ekstrapiramidal lebih kecil. Gejala negative dan masalah
kognitif juga bisa tertangani, melalui jalur mesocortical APG II akan
memblokir reseptor 5HT 2A sehingga menstimulasi pelepasan dopamine
dan norepinefrin di korteks prefrontal.
● Waktu paruh obat 12 jam sehingga pemberian initial dose nya 2x sehari.
Lalu diobservasi apakah gejala positif dan negatifnya membaik atau
tidak, apabila masih tidak membaik bisa dinaikkan 2-3 hari sampai
ditemukan dosis efektif. Evaluasi lagi 8-12 minggu apakah muncul
stabilisasi. Jika sudah stabil, diberikan dosis maintenance yaitu dosis
dipertahankan sampai 2 tahun. Lalu jika gejala positif dan negative
hilang, diberikan tapering off yaitu dosis diturunkan tiap 2-4 minggu bisa
berlangsung hingga 5 tahun. Jika gejala positif dan negative hilang, lalu
dihentikan.
● Efek samping yang bisa terjadi seperti sedasi, sakit kepala, mual,
muntah, konstipasi, insomnia dan berdebar.
b. Terapi non farmakologi
● Menjelaskan bahwa penyakit pasien adalah penyakit kronis yang
membutuhkan waktu pengobatan yang lama sehingga untuk
mendapatkan prognosis baik, dibutuhkan kepatuhan dan ketekunan
pasien mengkonsumsi obat.
● Pengobatan yang lama bertujuan supaya kronisitas berkurang dan tidak
muncul kekambuhan, cara mengkonsumsi obat adalah setelah makan
dengan dosis terbagi sebanyak 2x sehari karena waktu paruh 12 jam.
● Terdapat efek samping obat (mengantuk, masalah otonom misalnya
berkeringat berlebih, mulut kering, dan ekstrapiramidal sindrom
walaupun kejadiannya minimal dibanding yang tipikal).
● Obat tidak menimbulkan gejala lepas obat hebat walaupun diberikan
jangka waktu lama, jadi potensi ketergantungan obat kecil. Tidak boleh
dihentikan mendadak karena jika mendadak dihentikan bisa
menyebabkan gejala cholinergic rebound misalnya mual, muntah, diare,
pusing, dan gemetar.
● Edukasi perlunya family support untuk upaya kesembuhan terutama dari
suami dan anak pasien.
IX. PROGNOSIS
● Quo ad vitam : dubia ad bonam
● Quo ad functionam : dubia ad bonam
● Quo ad sanationam : dubia ad bonam