IMUNOMODULATOR
● Imunomodulator adalah bahan alami atau sintetis yang mengatur sistem kekebalan tubuh
dan menginduksi mekanisme pertahanan bawaan dan adaptif
● Zat - zat ini diklasifikasikan menjadi 2 jenis :
○ Imunostimulan
○ Imunosupresan
IMUNOSTIMULAN
● Imunostimulan dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai infeksi melalui
peningkatan level basal respon imun
● Imunostimulan dapat meningkatkan aktivitas oksidatif neutrofil, meningkatkan
aktivitas menelan sel fagositik dan merangsang sel sitotoksik sebagai mekanisme
pertahanan yang diperlukan
● Banyak kelainan yang dapat diobati menggunakan beberapa imunostimulan seperti
penyakit autoimun, infeksi virus, dan kanker
● Ada beberapa alasan penggunaan imunostimulan dalam pengendalian berbagai penyakit
menular antara lain :
○ Resistensi bakteri terhadap antibiotik → Dapat digunakan bersama (bersinergi)
dengan antibiotik meskipun memiliki mekanisme yang berbeda namun akan
bersama-sama melawan infeksi
○ Reaksi alergi terhadap antibiotik → jika tidak ada sediaan antibiotik lainnya
maka dapat diberi imunostimulan
○ Efek imunosupresif dari antibiotik → misalnya penggunaan antibiotik yang
berkepanjangan mematikan flora normal usus (fungsi flora normal : pertahanan
tubuh alami)
○ Efek buruk antibiotik pada infeksi virus
● Ada beberapa tipe dari imunostimulan dengan berbagai mekanisme dan fungsi, seperti:
⭐biasanya keluar di ujian - dokter
Bacillus Calmette - Produk bakterial Meningkatkan respon yang dimediasi oleh sel
Guerin (BCG) B dan T pada fagositosis dan resistensi
terhadap infeksi
Imunostimulan Fungsi
Fungsinya masih banyak diteliti sampai saat ini, walaupun tingkat kepercayaan masih ada
yang belum sampai ke uji klinis.
● Konseling gizi harus dimulai sejak dini, dengan menekankan pentingnya makanan yang
memiliki sifat modulasi kekebalan, dan mendorong pola makan yang sehat → Konseling
bisa diberikan kepada orang tua
● Informasi lebih lanjut mengenai asupan makanan yang optimal (dan kadar darah /
plasma) untuk mencapai tindakan imunoregulasi nutrisi ini diperlukan.
● Diperlukan studi intervensi yang dirancang dengan baik, yang menyelidiki dampak pola
makan secara keseluruhan terhadap sistem kekebalan tubuh.
Vitamin B9 (asam folat) Berperan penting dalam respon imun sitotoksik yang dimediasi
dan Vitamin B12 oleh sel Natural Killer (NK) dan sel T CD8+ dengan
meningkatkan regulasi sel.
Defisiensi vitamin B12 menyebabkan asam tetrahydofolic (THF)
terperangkap dalam bentuk termetilasi dan akumulasi metil-THF
yang menyebabkan sejumlah gangguan kesehatan. Penting untuk
menjaga keseimbangan kedua vitamin ini dalam kaitannya dengan
respon imun. Telah terbukti bahwa kedua vitamin ini memberikan
efek khusus pada sel NK dan sel T CD8+ sitotoksik. Kadar
vitamin B12 diatas 221 pmol/L (>300 ng/L atau pg/mL) dianggap
normal
IMUNOSUPRESAN
● Obat imunosupresan adalah golongan obat yang menekan / menurunkan kekuatan
sistem kekebalan tubuh
● Beberapa dari obat - obatan ini digunakan untuk mengurangi kemungkinan tubuh
menolak organ yang ditransplantasikan, seperti hati, jantung, atau ginjal. Obat-obatan ini
disebut anti-rejection drugs.
● Obat imunosupresan lainnya sering digunakan untuk mengobati gangguan autoimun
sepert: SLE, prosirasis, penyakit chron, multiple sclerosis, dan rheumatoid arthritis.
● Imunosupresan dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok :
○ Glucocorticoid → prednisone, dexamethasone, dan hydrocortisone
○ Cytostatic → methotrexate (digunakan dalam pengobatan permasalahan kulit
karena sistem imun), azathioprine, mercaptopurine, fluorouracil
○ Antibodi → poliklonal antibodi dan monoklonal antibodi
○ Drugs acting on immunophilins → ciclosporin, tacrolimus, sirolimus,
everolimus
○ Other → interferon, opioids, TNF binding protein, mycophenolate
ANTIHISTAMIN
● Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling sering diberikan pada anak-anak
● Obat ini digunakan untuk mengobati gejala yang bergantung pada pelepasan histamin →
rhinitis, asma urtikaria dan anafilaksis
GENERASI 1 GENERASI 2
● Diphenhydramine ● Loratadine
● Meclizine ● Desloratadine
● Doxylamine ● Cetrizine
● Promethazine ● Levocetrizine
● Clemastine ● Azelastine
● Dimenhydrinate ● Fexofenadine
● Brompheniramine ● Ketotifen
● Hydroxyzine
● Chlorpheniramine
● Dimentindene
● Cyprohepatadine
ANTIHISTAMIN GENERASI 1
● CNS depression → memberikan efek sedasi, ngantuk dan tidak fokus. Beberapa
antihistamin memiliki efek antiemetik dan anti parkisonism
● Bekerja sebagai anti alergi dan hampir semua manifestasi dari reaksi tipe 1 bisa di
supresi
● Memiliki aksi antikolinergik → mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin
dan lainnya
● Antihistamin H1 dapat diabsorbsi dengan baik lewat oral dan parenteral. Kemudian
didistribusikan ke seluruh tubuh dan dimetabolisme di hati. Lalu, dieliminasi melalui urin
● Efek samping
○ Sedasi, ngantuk, tidak fokus, letargi, sakit kepala, penurunan konsentrasi,
kelemahan, lesu, inkoordinasi, dll
○ Efek antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin
○ Reaksi alergi terhadap anti alergi bisa terjadi namun jarang. Bisa muncul pada
penggunaan obat topikal
ANTIHISTAMIN GENERASI 2
● Cetrizine, loratadine, azelastine dan fexofenadine merupakan antihistamin yang sangat
selektif terhadap reseptor H1
● Tidak memiliki efek antikolinergik dan kurang dalam efek antiemetik
● Tidak dapat melalui BBB (blood brain barrier) → efek sedasi minimal
● Tidak menganggu psikomotor
● Biasanya harganya mahal (terutama non generik). Untuk yang generik lebih terjangkau
harganya
● Generasi 2 lebih sering dan lebih dianjurkan untuk digunakan daripada generasi 1
karena :
○ Lebih aman untuk digunakan
○ Efek samping terhadap kognitif dan antimuskarinik minimal
○ Memiliki mekanisme aksi yang lebih panjang. Contohnya loratadine dan cetrizine
hanya perlu di minum 1x sehari
● Meskipun sudah banyak dijual secara luas di pasaran, penggunaan pada anak perlu
diperhatikan karena masih banyak efek samping khususnya pada tahun pertama
kehidupan
● Banyak antihistamin yang diresepkan off-label khususnya pada anak kurang dari 2 tahun,
dimana masih banyak data mengenai keamanan obat antihistamin masih kurang dan tidak
direkomendasikan
● Efek samping generasi 2 lebih minimal dibanding generasi 1
REFERENSI
● Gunawan SG. 2016. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK UI. Jakarta
● Hilal-Dandan R, Brunton LL. 2011. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of
Therapeutics. 12th ed. McGraw-Hill. USA.
● Katzung, B.G. 2009. Basic & Clinical Pharmacology. 11th Edition. McGraw-Hill. USA.