Anda di halaman 1dari 2

NAMA : YOSUA Y KAAT

NIM :2210113025

MATA KULIAH : ARSITEKTUR NUSANTARA

UNIVERSITAS CITRA BANGASA KUPANG

MITOS MOKO (GENDANG PERUNGGU ) DARI PULAU ALOR, NUSA TENGGARA TIMUR

Moko adalah sebutan lokal masyarakat Alor bagi sebuah gendang perunggu (nekara) berukuran kecil.
Gendang sejenis juga dapat ditemukan tersebar di beberapa wilayah timur Indonesia.

Para ahli sejarah menyebut teknologi drum perunggu yang muncul di Indonesia mendapat pengaruh dari
dongson Vietnam. Keterkatan antara kebudayaan dongson dengan Alor adalah ketika pada tanggal 20
agustus 1972, ditemukan nekara besar di desa aimoliAlor barat laut.

Mitos asal usul Moko yang berkembang di masyarakat Alor bercerita bahwa moko muncul dari bumi
Alor dan tumbuh bersama – sama dangan manusia – manusia Alor. Penyebutan Moko sendiri diduga
dari legenda putri Mako yang muncul di Alor Barat Laut, ia di yakini bersemayam di puncak gunung
Mako yang ada di pulau Ternate Alor Barat Laut, istilah ini kemungkinan berkembang seiring dengan
kisah sejarah yang berkembang dengan Alor kecil yang menjadi dermaga kedatangan kapal – kapal
asing, serta aliansi raja – raja Alor Bunga Bali yang berpusat di Alor Besar, kedua lokasi tersebut berada
di seberang selat berjarak 20 menit perjalanan air dengan perahu motor dari desa Umapura di pulau
Ternate Alor

Gambar: Moko penemuan di Desa Aimoli Gambar: Pulau Ternate, Alor Barat Laut, Kab. Alor

Moko memiliki fungsi penting dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Alor. Kepemilikan
sejumlah Moko dapat menunjukan status sosial seseorang. Moko juga merupakan benda pusaka dan
benda ritual yang hanya dikeluarkan atau diguankan pada saat upacara adat. Selain itu Moko juga
merupakan mas kawin yang jumlahnya diatur oleh adat, dan terakhir Moko digunakan juga untuk alat
pembayaran dan denda adat.
Gambar: Moko untuk pacara adat, dsb.

Anda mungkin juga menyukai