Anda di halaman 1dari 43

Developmental & Therapeutic Interventions

in the NICU
Elsie R. Vergara, Rosemarie Bigsby

Contoh Kasus
Teknik pemberian makan yang spesifik berada di luar cakupan buku ini. namun, setiap
rekomendasi yang dihasilkan dari evaluasi pemberian makan terkait dengan pemilihan puting,
posisi dan penanganan untuk pemberian ASI dan botol susu, penyimpanan tenaga dan
modifikasi lingkungan, dan peningkatan interaksi pengasuh-bayi memberikan unsur yang kuat
secara keseluruhan yang dapat dipertimbangkan sebagai strategi pemberian makan. contoh-
contoh kasus berikut ini mengilustrasikan banyak prinsip yang disajikan pada bab ini.
Kasus pertama merangkum proses evaluasi untuk menentukan kesiapan bayi untuk
menyusu melalui puting susu dari sudut pandang yang berpusat pada bayi, dan memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan kesiapan menyusu dan partisipasi bayi dalam proses
pemberian makanan. Kasus kedua membahas transisi dari gavage ke menyusu melalui puting
susu untuk bayi prematur yang mengalami gangguan pernapasan dan membutuhkan intubasi
awal dan suplementasi oksigen selanjutnya.

Bayi cukup bulan dengan asfiksia


Suzanne merupakan bayi cukup bulan yang lahir dari seorang ibu berusia 40 tahun,
gravida 2 (wanita pada kehamilan kedua), para 2 (kelahiran hidup kedua), melalui operasi sesar
darurat akibat ruptur uteri posterior. suzanne memerlukan resusitasi saat lahir, dengan skor
apgar 1, 3, dan 6. Ia mengalami kejang-kejang segera setelah lahir, sehingga ia diberikan
fenobarbital. ia juga memerlukan ventilasi mekanik selama 2 hari pertama setelah lahir.

Penilaian kesiapan menyusui dengan dot


Suzanne dirujuk untuk evaluasi kesiapannya menyusu melalui dot pada usia 10 hari,
ketika kejang-kejangnya telah berhenti dan ia telah berhenti menggunakan obat kejang. ia
menerima oksigen tambahan sebesar 25%-30% melalui kanula hidung, diisap cairan mulutnya,
dan diberi makan melalui selang. Pemeriksaan neurologisnya menunjukkan beberapa gejala
kegelisahan dan hipo- dan hiperrefleksia campuran. Elektroensefalogram (EEG) dan pencitraan
resonansi magnetik (MRI) yang dilakukan berulang-ulang masih menunggu hasil, dan ia telah
menerima diagnosis sementara, yaitu diduga mengalami ensefalopati hipoksia-iskemik.
Kedua orang tua berada di samping tempat tidur bayi untuk konseling. Suzanne berada dalam
kondisi siaga yang tenang di tempat tidur bayi yang terbuka. Matanya tetap terbuka, meskipun
sulit untuk fokus pada wajah atau objek.
Suzanne merespons peningkatan kebisingan dan aktivitas di sekitar tempat tidurnya
dengan menggeliat dan gelisah, tetapi ia tidak kaget dengan suara keras. Ia menoleh untuk
melokalisasi suara ibunya di sisi kanan. Semua tonus bercampur aduk - terlihat adanya kekakuan
ekstensor pada panggul dan ekstremitas bawahnya, tetapi leher dan batang tubuhnya tidak
bergerak, dan tangannya bergerak secara aktif ke arah wajah dan mulut dengan jari-jari yang
mengepal secara perlahan. Beberapa gerakan ibu jari yang khas dapat terlihat sesekali. Gerakan
suzanne dinilai buruk, dengan clonus yang ditimbulkan pada akhir jangkauan di keempat
ekstremitas. respon refleks ekstremitas atas dan bawah seperti tanda babinski, genggaman
telapak tangan dan plantar, dan penempatan proprioseptif dapat dikatakan lemah.
Sudah 3 jam berlalu sejak Suzanne terakhir kali menyusu. Perawatnya melaporkan
bahwa ia membutuhkan pengisapan cairan mulutnya satu kali selama kurun waktu 3 jam
tersebut dan pada saat pemberian makanan melalui selang. Suzanne diselimuti dengan selimut
pelindung dan dibawa ke posisi semi fleksi dan semi tegak untuk pemeriksaan struktur dan
fungsi mulutnya. Pemeriksaan visual rongga mulut sulit dilakukan karena suzanne mengatupkan
rahangnya dengan erat. penahanan melalui bedong dan pemijatan wajah yang lembut
membuatnya cukup rileks untuk melanjutkan pemeriksaan.
Rongga mulut suzanne terlihat normal, dengan pengecualian adanya retraksi yang kuat
dan peninggian lidah. Dia sesekali melakukan gerakan menepuk bibir sebagai respon terhadap
stimulasi perioral, tetapi respon rooting tidak muncul secara lateral maupun vertikal. suzanne
tidak memiliki gerakan lidah ke arah lateral, tidak batuk, dan tidak ada muntah sebagai respon
terhadap stimulasi intraoral pada lidah, gusi, atau bagian lelangit yang keras maupun lunak.
ketika dinding faring posteriornya disentuh, dia memiliki refleks muntah. Untuk menggerakkan
lidah, terapis harus meletakkan jarinya yang bersarung tangan ke sisi mulut suzanne dan dengan
hati-hati menyendok lidah dari dinding faring, memberikan tekanan lembut ke bawah untuk
membawanya ke depan. setelah lidah dibawa ke depan, suzanne menghasilkan beberapa
gerakan mengisap yang teratur pada jari.
Respon mengisap ini diperoleh beberapa kali, dengan gerakan ke bawah/ke depan yang
diulang-ulang pada lidah. NS tidak dilakukan pada saat itu. suzanne tetap tenang selama
evaluasi, dan nilai fisiologisnya stabil dan dalam batas normal untuk bayi cukup bulan. Orang tua
Suzanne sangat prihatin dengan kurangnya respon visualnya. terapis mendiskusikan hasil
pengamatan ini, bersama dengan hasil pemeriksaan lainnya, dengan orangtua Suzanne dalam
kaitannya dengan bayi yang sedang dalam masa pemulihan dari kelahiran yang traumatis.
Terapis menjelaskan bahwa beberapa temuan neuromotorik yang tidak umum kemungkinan
akan menjadi kurang terlihat dalam beberapa minggu ke depan, seiring dengan pemulihan
suzanne yang terus berlanjut, akan tetapi beberapa temuan lainnya mungkin akan tetap ada
atau bahkan semakin kuat seiring berjalannya waktu.
Beberapa minggu ke depan akan menjadi masa evaluasi yang berkelanjutan untuk
suzanne. untuk sementara waktu, peran orang tua sebagai pengasuh suzanne sangat
ditekankan, begitu juga pentingnya menyediakan lingkungan sensorik yang tenang dan
menenangkan ketika suzanne belajar untuk menyusu. Direkomendasikan agar bila
memungkinkan, pemberian makan dilakukan di ruang keluarga NICU yang lebih tenang daripada
di ruang inkubator untuk mengoptimalkan keterlibatan suzanne dalam kegiatan pemberian
makanan pendamping ASI dan interaksi dengan keluarga.
Pemberian makanan melalui dot tidak direkomendasikan berdasarkan evaluasi. suzanne
membutuhkan pengisapan sekresi mulutnya; tidak mengalami batuk protektif; dan respon
muntahnya lemah, tidak konsisten, dan terdapat lapisan yang dalam pada daerah faring. telah
ditentukan bahwa ia tidak akan dapat melindungi jalan napasnya untuk aspirasi cairan saat ini.
namun, suzanne dapat mengatupkan bibirnya dan mengisap secara non-nutrisi dengan
kekuatan bantuan yang harus didukung.

Rekomendasi untuk mendukung kesiapan menyusu


NNS direkomendasikan sebagai cara untuk menstimulasi refleks mengisap-menelan
suzanne. diharapkan hal ini juga akan mengarah pada perkembangan lebih lanjut dari respon
batuk dan muntahnya karena mengisap, menelan, tersedak, dan batuk memiliki sumber
persarafan yang sama. empeng yang panjang, kokoh, dan berlekuk-lekuk lurus - seperti empeng
playtex (http://www.playtextbaby.com) dengan cetakan bibir berbentuk kupu-kupu - disarankan
karena empeng ini cukup panjang untuk menjangkau lidahnya yang tertekuk dan dapat dengan
lembut digunakan untuk menstimulasi protraksi lidah.

Rencana Awal
Rencana pemberian makan awal dibuat setelah diskusi dengan tim medis. instruksi
berikut ini ditempelkan di samping tempat tidur suzanne:
- Menciptakan relaksasi dan daya tanggap yang optimal dengan menjaga ruang tidur
suzanne setenang mungkin. Memijat lembut anggota tubuhnya dan mengikuti
rekomendasi posisi khusus untuk mendukung posisi fleksi ketika dia berbaring di tempat
tidurnya atau ketika dia digendong. Membedong suzanne dalam posisi fleksi sebelum
pemberian makanan melalui selang.
- bawa suzanne ke tempat yang lebih tenang untuk menyusu dan berinteraksi sosial
dengan keluarganya
- tawarkan empeng playtext (empeng yang panjang dan keras) ketika ia terjaga, terutama
selama pemberian makanan melalui selang, untuk mendukung NNS dan koordinasi
mengisap-menelan dalam membersihkan atau mengeluarkan cairan mulut secara aktif
dan untuk memulai hubungan antara mengisap dan menyusu
- berikan suzanne usapan lembut ke bawah dengan empeng atau jari yang bersarung
tangan untuk membawa lidahnya ke depan dan mendorong lidahnya menangkup di
sekitar puting.

Orang tua suzanne sangat ingin berpartisipasi dalam proses pemberian makannya. suzanne
akan dinilai kembali secara berkelanjutan. selama kunjungan harian ini, terapis akan memantau
kemajuannya dan membantu perawat dan orang tuanya dalam memberikan posisi dan
penanganan untuk mengurangi kekakuan ekstensor pada anggota tubuh bawahnya.

Evaluasi ulang
Suzanne berulang kali menunjukkan refleks muntah sebagai perlindungan pada hari ke-
15 setelah kelahirannya; dengan persetujuan dokter yang merawatnya, pemberian makanan
melalui puting susu dimulai. ia membutuhkan bantuan untuk menggerakkan lidahnya ke depan
untuk penempatan puting susu namun memiliki penutupan bibir yang baik di atas puting susu,
dan setelah puting susu ditempatkan di lidahnya, ia melakukan gerakan menangkupkan
lidahnya. suzanne mengisap secara teratur, namun isapannya berdurasi pendek-satu atau dua
kali isapan, diikuti jeda yang lama. Sebagian saluran napas bagian atas dapat dirasakan dan
didengar saat suzanne disusui, menunjukkan bahwa ia membutuhkan waktu tambahan untuk
menelan guna membersihkan cairan dari daerah faringnya. setelah ia menelan cairan, ia
membutuhkan bantuan sesekali untuk melanjutkan mengisap. bantuan ini berupa menyapukan
lidah ke arah puting sekali atau dua kali, kemudian berhenti sejenak untuk mulai mengisap lagi.
dengan bantuan seperti ini, suzanne dapat meminum 5 cc air steril dari dot standar berwarna
kuning tanpa mengalami kesulitan.

Perkembangan pemberian makan


Pada pemberian makan berikutnya, ASI diberikan, dan suzanne meminum 10 cc dalam 5
menit dengan sedikit bantuan, kemudian mengantuk dan tertidur. sisa 25 cc menyusunya
diperah melalui selang silastik tipis, yang tetap berada di tempatnya selama beberapa hari pada
satu waktu. rencananya ialah menyusui apa pun yang dapat diminum oleh suzanne dengan
nyaman dalam waktu setengah jam menggunakan dot standar, yang akan memberikan durasi
yang sesuai dan kekuatan yang tepat untuk memudahkan hisapannya. susu yang masih ada di
dalam botol akan diberi melalui selang.
Dengan seiring perkembangan, suzanne menunjukkan isapan yang lebih lama dan terus
menerus, menunjukkan koordinasi yang lebih baik dalam mengisap dan menelan, dan
mengambil total volume ASI yang lebih besar. seminggu kemudian, ia tidak lagi memerlukan
bantuan sewaktu-waktu untuk memulai kembali isapannya. kompetensi menyusuinya terus
berkembang. ia meminum 40 cc melalui dot setiap 4 jam. ibunya diinstruksikan untuk
memberikan melalui selang, sehingga suzanne dapat dipulangkan dan melanjutkan
perkembangan menyusu melalui dot di rumah dengan dukungan perawat yang datang setiap
hari.
Mata suzanne tampak fokus pada wajah, tetapi masih sulit untuk menentukan apakah ia
dapat melihat karena ia tidak mampu mengikuti wajah atau objek yang bergerak. meskipun ia
merespons dengan relaksasi sementara terhadap pijatan dan latihan pasif yang diberikan pada
setiap periode perawatan, suzanne terus menunjukkan tanda-tanda spastisitas yang muncul
pada punggung bagian bawah, panggul, dan anggota tubuh bagian bawah. untuk memberikan
bantuan terus-menerus dalam hal pemberian makanan melalui puting susu, posisi dan
penanganan, serta aktivitas sensorik yang sesuai dengan perkembangannya, rencana
pemulangannya mencakup kunjungan oleh ahli terapi okupasi NICU selama masa pemulangan.
rencana ini juga mencakup rujukan ke tim pemberian makanan dan spesialis terapi fisik di
departemen rehabilitasi pediatrik rumah sakit setempat. hal ini memungkinkan penyediaan
layanan yang tidak terputus selama rujukan suzanne ke program intervensi dini setempat
sedang diproses.
Dalam contoh kasus suzanne, pertimbangan terpenting terkait kesiapan untuk menyusu
melalui dot adalah perlindungan jalan napas dan kemampuan mengkoordinasikan isapan,
menelan, dan bernapas. Berdasarkan pertimbangan ini, dari hasil evaluasi diketahui bahwa
pada awalnya suzanne tidak siap untuk menyusu melalui dot. hasil evaluasi tersebut juga
menghasilkan saran untuk intervensi dan rencana untuk memonitor dan mengoptimalkan
kesiapan suzanne. Pemilihan dot untuk keduanya, baik untuk dot dan NS, merupakan faktor
penting dalam rencana intervensi suzanne. setelah 1 minggu perawatan persiapan dan
pemilihan dot yang tepat, suzanne dapat mulai menyusu melalui dot. dukungan pemberian
makan memungkinkan suzanne secara bertahap memperoleh kemampuan menyusu dalam
waktu 1 minggu. hal ini memungkinkannya untuk dipulangkan dari NICU.

Bayi prematur melakukan transisi ke pemberian dot


Adapula kasus lain yang umum terjadi ketika melakukan evaluasi pemberian makanan
awal dan intervensi pemberian makanan di NICU, yaitu pada bayi prematur yang diberi
makanan lewat selang dan mulai beralih ke pemberian makanan melalui dot. Buku teks
neonatologi dan artikel jurnal biasanya melaporkan bahwa koordinasi pertama dalam
menghisap, menelan, dan bernapas terjadi antara 32 dan 34 minggu (Blackburn & Loper, 1992;
Omari et al., 1999). Namun, berdasarkan praktek, beberapa bayi prematur memiliki koordinasi
yang cukup baik dalam kemampuan tiga serangkai ini sejak usia 30 minggu. Tergantung pada
status medis, stabilitas fisiologis, dan pengaturan perilaku mereka, banyak bayi prematur di
NICU yang diperkenalkan dengan menyusu pada dot antara usia 30 dan 34 minggu (Kinneer &
Beachy, 1994).
Adanya kecenderungan untuk dipulangkan lebih awal turut mempengaruhi pengenalan
pemberian makan lebih awal (Raddish & Merritt, 1998). Banyak bayi prematur yang dipulangkan
dari NICU pada usia 32-34 minggu, selama mereka telah mencapai kriteria pemulangan
minimum (yaitu, mempertahankan suhu tubuh di luar Isolette, tidak adanya apnea atau
bradikardia yang mengancam jiwa, dan kemampuan untuk menyusu secara penuh melalui dot
dan / atau payudara) (Kinneer & Beachy, 1994).
Dengan demikian, berat badan dan GA tidak lagi menjadi pertimbangan utama untuk
memulai pemberian makan melalui dot. Faktor yang lebih penting dalam membuat keputusan
pemulangan adalah stabilitas fisiologis bayi; regulasi rangsangan, dan pengaturan fungsi motorik
oral/faring. Karena alasan ini, penilaian pemberian makan tidak dapat dibatasi pada struktur
dan mekanisme mulut bayi. Evaluasi pemberian makan yang menyeluruh juga harus mencakup
fisiologis, motorik, dan organisasi perilaku bayi; jenis dukungan pengasuh yang dibutuhkan; dan
modifikasi lingkungan yang mungkin perlu dilakukan untuk mengoptimalkan dalam mendukung
bayi.
Contoh kasus ini mengilustrasikan perkembangan program pemberian makan yang
cukup umum untuk membantu bayi prematur melakukan transisi dari selang ke menyusu
melalui dot. Matthew adalah bayi mungil prematur dengan IUGR; ia lahir pada usia kehamilan
28 minggu, dengan berat badan hanya 600 g. Riwayat kehamilan ibunya tidak menunjukkan
adanya komplikasi yang jelas kecuali pertumbuhan Matthew yang lambat, yang telah diawasi
secara ketat oleh dokter kandungan. Ultrasonografi khusus tidak menunjukkan adanya kelainan
bawaan. Ketuban pecah dini terjadi pada usia kehamilan 26 minggu, dan ibu Matthew harus
beristirahat di tempat tidur selama 2 minggu sebelum akhirnya diputuskan bahwa Matthew
harus dilahirkan melalui operasi caesar. Selama masa itu, steroid antenatal betametason
diberikan beberapa kali untuk meningkatkan pertumbuhan paru-paru Matthew. Dia dilahirkan
tanpa masalah, awalnya bernapas sendiri, tetapi membutuhkan bantuan intubasi dan ventilasi
dalam waktu satu jam setelah dilahirkan.
Matthew tetap menggunakan ventilasi mekanis selama seminggu sebelum ia beralih ke
CPAP dan, akhirnya, ke oksigen kanula hidung pada usia 31 minggu. Pada usia 32 minggu, ia
masih kecil tetapi sangat aktif, dengan berat hanya 1.280 gram dan, menurut para perawatnya,
ia mengisap kepalan tangan dan pakaiannya dengan kuat.
Matthew dapat mentoleransi pemberian makanan melalui selang dengan baik dan telah
menggunakan empeng sejak hari pertamanya menggunakan ventilator. Ia dirujuk untuk evaluasi
potensinya untuk mulai menghisap dot karena perawatnya merasa ia mengonsumsi kalori yang
sangat berguna saat aktif di tempat tidurnya dan menghisap dot dapat menenangkannya.
Mereka meminta penilaian formal sebelum mencoba memberi makan Matthew karena di NICU
mereka, dia lebih kecil dalam ukuran dan berat badan daripada kebanyakan bayi yang biasanya
mulai minum dengan dot.
Pengkajian
Matthew dalam kondisi tidur nyenyak ketika terapis mendekati inkubatornya, tetapi
mulai sadar ketika ibunya mengangkat selimut yang menutupi inkubator. Gerakannya cepat dan
meluas, serta postur tubuhnya simetris. Tonus tubuhnya secara keseluruhan sesuai untuk bayi
berusia 32 minggu, dengan tonus yang lebih besar pada tungkai bawah dibandingkan tungkai
atas dan batang tubuh. Refleks genggaman telapak tangan dan kaki dengan mudah muncul. Ia
melakukan gerakan merangkak dalam posisi tengkurap, berusaha menoleh untuk mengeluarkan
cairan dari hidungnya.
Dia berusaha untuk mendongakkan kepalanya ke kanan saat dibawa ke tempat duduk
yang disangga dan tampak sangat responsif terhadap suara ibunya, namun tidak berhasil
menoleh ke arah ibunya. Ia terlihat waspada selama perawatan dan menunjukkan beberapa
tanda ketidaknyamanan saat posisinya diubah-merentangkan jari-jarinya, mengangkat tangan,
dan berusaha menyandarkan kakinya ke sisi inkubator. Saat didekap dan dipegang dalam posisi
fleksi, ia dengan mudah membawa tangannya ke mulut dan memasukkan ibu jarinya, sesuatu
yang menurut ibunya sudah sering ia lakukan sejak lama.
Penilaian lisannya berlangsung baik. Matthew memiliki NNS yang kuat dan teratur
dengan gerakan cupping dan penjuluran lidah yang baik. Rooting, lateralisasi lidah, dan refleks
muntah juga ada. Terapis menawarkan untuk memberi makan Matthew (untuk mengevaluasi
kemampuannya dalam mengisap cairan) sementara ibunya mengawasi. Ibu Matthew senang
dapat mengamati saat itu; ia sempat mengungkapkan kecemasannya tentang memberi makan
Matthew karena ia masih sangat kecil. NS Matthew teratur, dengan isapan yang terus-menerus
lebih dari 8 kali isapan tanpa jeda untuk bernapas. Dengan menggunakan dot prematur
berwarna merah, ia terlihat mampu memperlihatkan jumlah yang cukup untuk setiap
isapannya, namun dengan beberapa kali tersedak. Lengannya yang bergetar, pucat di sekitar
mata dan mulut, serta penurunan saturasi oksigen menandakan Matthew perlu istirahat.
Mengganti ke dot standar kuning menghasilkan lebih sedikit air yg keluar dari sudut
mulut dan tersedak, tetapi akan terjadi pengisapan terus menerus tanpa jeda untuk bernapas
dan desaturasi oksigen terus meningkat. Gerakan eksternal (yaitu, melepas atau memiringkan
dot untuk menghentikan aliran cairan setiap enam sampai delapan kali isapan) diperlukan agar
Matthew dapat bernapas setiap kali ia mengisap. Desaturasi berhenti dengan gerakan eksternal,
tetapi Matthew terus terlihat lelah dan mulai mengalami kesulitan untuk meminum ASI dari
botol. Laju pernapasannya meningkat, dan hidungnya mengembang saat ia berhenti sejenak
untuk bernapas.
Meskipun perawatnya telah meningkatkan oksigennya, Matthew mulai membutuhkan
bantuan untuk memulai kembali mengedot. Ia menjadi mengantuk dan menolak meminum
lebih banyak lagi setelah meminum sekitar 15 cc dalam 10 menit. Ibu Matthew sangat senang
melihat kemampuannya minum, tetapi ia khawatir tentang belajar memberinya makan tanpa
desaturasi oksigen.
Kesan dan Saran
Matthew adalah bayi kecil yang baru berusia 32 minggu dengan refleks dan tonus otot
yang sesuai. Ia memiliki irama mengisap yang baik, namun mengalami kesulitan dalam
mengkoordinasikan antara menelan dan bernapas saat menyusu, yang mengakibatkan
gangguan perilaku dan fisiologis. A slower flowing nipple mengurangi terjadinya dribbling dan
tersedak serta memungkinkan Mathhew menelan teratur, tetapi ia juga membutuhkan bantuan
untuk mengatur napasnya. Untuk itu, dot harus dikeluarkan dari mulutnya atau diberi ujung
untuk menghentikan aliran cairan, sehingga ia dapat menarik napas. Selain itu, pemberian
minum jelas meningkatkan kerja pernapasannya, dan ia akhirnya lelah hingga mengantuk,
mungkin sebagai cara adaptif untuk mengakhiri keterlibatannya dalam aktivitas yang penuh
tekanan ini.
Banyak tenaga Matthew yang ditunjukkan kepada ibunya. Energi awal dan
kemampuannya dalam membawa tangannya ke mulut dan di NNS merupakan persiapan yang
baik untuk pemberian makanan bernutrisi. Namun, ia membutuhkan suplementasi oksigen
setiap saat, terutama saat menyusu. Dia juga menunjukkan peningkatan kerja pernapasan
dengan upaya NS, bahkan ketika diberikan bantuan eksternal untuk meningkatkan pernapasan
secara teratur. regulation of states of arousal nya merupakan kekuatan tambahan karena ia
menggunakan kemampuan ini secara adaptif untuk mengakhiri perannya dalam menyusu saat ia
merasa lelah. Dengan adanya external pacing dan mengatur kecepatan menyusu Matthew
dengan cara ini, ia tidak lagi terlihat menakutkan bagi ibunya, dan ia mengungkapkan
keinginannya untuk belajar mengenali isyarat perilakunya serta mengatur kecepatan
menyusunya secara eksternal.
Matthew siap untuk diperkenalkan secara bertahap pada pemberian makanan melalui
dot. Dia akan membutuhkan a slower flowing nipple untuk mengakomodasi isapannya yang kuat
namun belum sempurna. Dia juga akan membutuhkan external pacing untuk memastikan
bahwa dia mengambil napas secara teratur. Rekomendasi berikut ini ditempelkan di samping
tempat tidurnya:
- Tawarkan minum dengan dot hanya beberapa kali sehari untuk menghemat tenaganya,
idealnya pada saat ibu Matthew hadir.
- Berikan susu melalui dot dengan selang nasogastrik untuk memberikan makanan
tambahan yang tidak dapat diterima Matthew melalui dot.
- Gunakan dot standar berwarna kuning untuk mendapatkan aliran cairan yang cukup dan
dengan demikian mengakomodasi kemampuan mengisap dan menelannya yang belum
sempurna.
- Perhatikan tingkah laku Matthew dan perubahan warna sebagai tanda bahwa ia
mungkin memerlukan istirahat atau peningkatan oksigen tambahan.
- Berikan external pacing, biarkan dot tetap berada di dalam mulut Matthew untuk
menghindari gangguan pengalaman sensorik minum dengan dot, namun miringkan dot
untuk menghentikan aliran cairan hingga ia menarik napas.
Rencananya, kami akan bertemu dengan ibu Matthew secara berkala untuk membantunya
belajar membaca tanda-tanda yang diberikan Matthew dan mengatur waktu makannya. Terapis
akan terus mengevaluasi kemajuan Matthew dan mengubah panduan di samping tempat tidur
sesuai kebutuhan. Dalam waktu 2 minggu, Matthew mulai mengatur nafasnya sendiri dan
minum susu melalui dot.
Selama 2 minggu berikutnya, evaluasi pemberian makan yang sedang berlangsung
menunjukkan bahwa volume minumnya terus meningkat, dan dia mengalami kenaikan berat
badan yang signifikan, yang menunjukkan bahwa dia tidak mengeluarkan tenaga secara
berlebihan saat minum susu. Ia dipulangkan 1 bulan setelah evaluasi pemberian pakan awal,
dengan menggunakan dot kuning standar. Seperti yang ditunjukkan dalam contoh ini, Mathhew
telah menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan NNS tanpa kesulitan, namun perlu
mendapatkan pengawasan lebih lanjut atas fungsi fisiologisnya sebelum ia dapat meminum
seluruh susu dan sebelum pemberian susu melalui dot menjadi bagian rutin dari perawatannya.

Konsultasi Menyusui
Memiliki bayi di NICU dapat menjadi penghalang utama untuk menyusui bagi banyak
bayi dan ibunya. Terlepas dari apakah bayi tersebut sangat prematur atau sakit, banyak faktor
yang mengganggu pemberian ASI pada hari-hari dan minggu-minggu pertama kehidupan bayi di
NICU. Banyak ibu dengan bayi baru lahir yang sakit di NICU telah mengalami persalinan yang
sulit dan persalinan yang sering kali sakit. Mereka mungkin tidak cukup sehat untuk mulai
memompa ASI mereka segera setelah persalinan bayi mereka, atau mereka mungkin sedang
dalam pengobatan yang melarang pemberian ASI.
Namun demikian, hambatan yang paling umum untuk menyusui adalah kondisi bayi. ASI
adalah makanan bayi yang paling disukai, dan para ibu dianjurkan untuk membawa ASI yang
telah diperah untuk bayi mereka bila memungkinkan. Namun, mungkin diperlukan waktu
berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan sebelum bayi yang sakit atau sangat prematur
cukup stabil untuk mulai menyusu dari payudara. Konsultan laktasi dan perawat memiliki peran
penting dalam membantu para ibu untuk merangsang suplai ASI yang cukup dan mendorong
mereka untuk terus memompa selama masa penantian yang panjang ini. Beban karena memiliki
bayi yang sakit di samping semua tuntutan kehidupan sehari-hari lainnya sering kali membuat
ibu menjadi lelah dan putus asa selama masa ini dan, pada gilirannya, meninggalkan kegiatan
memompa ASI (Furman, Minich, & Hack, 1998). Ibu-ibu lain hanya diberi sedikit dukungan atau
instruksi untuk menempatkan bayi kecil ke payudara (lihat Gambar 49) dan berhenti mencoba
setelah bayi berada di rumah. Ada pula yang lebih mementingkan kenaikan berat badan bayi
daripada keinginan untuk menyusui dan akan berhenti mencoba menyusui jika bayi terlihat
mendapatkan semua yang ia butuhkan dari botol.
Faktanya, bayi yang respon fisiologisnya diamati secara bergantian antara menyusu dari
payudara dan dari botol, secara konsisten menunjukkan saturasi oksigen yang lebih tinggi ketika
menyusu dari payudara dan tanpa masalah dalam mempertahankan suhu (Bier et al., 1993).
Meskipun bayi-bayi ini menyusu lebih sedikit dari payudara dibandingkan dari botol,
memperlihatkan kebutuhan mereka yang terus menerus akan makanan tambahan, namun
mereka tidak mengalami stres akibat menyusu pada payudara. Desaturasi oksigen lebih sering
terjadi selama pemberian susu botol dibandingkan dengan pemberian ASI, mungkin karena
botol mengalir lebih cepat, mengakibatkan bayi meneguk dan sesekali tersedak, sedangkan ASI
mengalir sesuai dengan kebutuhan bayi, sesuai dengan kekuatan isapannya. Mitos lainnya
adalah bahwa pemberian susu botol dapat menyebabkan "kebingungan puting" sehingga bayi
kehilangan minat untuk menyusu. Gerakan bingung puting belum diteliti, tetapi pada literatur
serta pengalaman klinisi menunjukkan bahwa hanya ada sedikit dasar untuk menyatakan bahwa
pemberian susu botol membuat upaya menyusui ibu gagal.
Furman (1995) memberikan contoh ibu yang berhasil menggabungkan botol dan
payudara dengan bayi prematur, termasuk ibu dari "multiples''. Salah satu cara penting untuk
membantu ibu dan bayi dalam mempersiapkan proses menyusui adalah dengan memberikan
rawat gabung dari kulit ke kulit (Kangaroo care). Skin-to-skin atau kulit ke kulit memberikan
pengalaman sentuhan dan proprioseptif menyusui ketika bayi terlalu rentan atau terlalu
tertekan oleh alat bantu pernapasan untuk mencoba mengisap puting dan memulai NNS pada
payudara ibu. Ketika digunakan bersamaan dengan pemberian makanan melalui selang, hal ini
menjadi makanan pembuka yang alamiah untuk menyusui karena memungkinkan bayi untuk
mulai mengisap puting dengan perasaan kenyang.
Alternatif lain untuk bayi yang mampu mengkoordinasikan mengisap dan menelan tetapi
tidak dapat memperoleh ASI dari payudara adalah dengan memberikan ASI melalui sistem
pemberian makanan tambahan. Sebuah tabung tipis ditempelkan pada payudara ibu sehingga
ketika bayi menggigit payudara, ASI diberikan secara pasif melalui tabung tersebut, yang
terhubung ke spuit yang dipegang oleh ibu atau digantungkan di lehernya dengan tali pengikat.
Supplemental Nursing System (tersedia di Medela; http://www.medela.com; lihat Gambar 50)
menghilangkan kebutuhan penempatan selang oral atau nasal dan karenanya menjadi alternatif
yang lebih nyaman untuk pemberian ASI secara pasif dibandingkan dengan selang. Melalui
kedua metode ini, pendekatan, bayi belajar untuk melekatkan diri pada payudara dalam konteks
pengasuhan yang alami dan secara bertahap dipersiapkan untuk menyusui secara aktif
(Kliethermes, Cross, Lanese, Johnson, & Simon, 1999). Bagi ibu, manfaat dari perawatan kulit ke
kulit dan kontak awal bayi dengan payudara meliputi kedekatan yang ia alami dengan bayinya,
keakraban yang ia dapatkan dengan menempatkan bayi ke payudara, dan peningkatan produksi
ASI dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan perawatan kulit ke kulit (Bier dkk., 1996).
Selain itu, Bier dan rekannya (1996) menemukan bahwa pengalaman dengan perawatan
dari kulit ke kulit dan meletakkan bayi untuk menyusu secara non-nutrisi pada payudara
merupakan faktor pendukung keberhasilan ibu dalam menyusui setelah bayi lahir. Dengan
demikian, tampaknya penting untuk memberikan pengalaman seperti itu sedini mungkin
selama di NICU untuk meningkatkan keakraban bayi dengan payudara dan kenyamanan serta
kepekaan ibu terhadap upaya bayinya untuk menyusu. Terapis memiliki peran penting dalam
memfasilitasi pemberian ASI dan pelekatan bayi-pengasuh dengan menganjurkan perawatan
dari kulit ke kulit dan pemberian ASI dini untuk bayi di NICU; dengan mengevaluasi kemampuan
bayi untuk ikut serta dalam pemberian ASI; serta dengan memberikan anjuran untuk
penyesuaian sensorik, motorik, dan pemosisian untuk meningkatkan pelekatan bayi. Untuk
waktu yang optimal dan keselamatan bayi, keputusan ibu untuk memulai perawatan kulit ke
kulit perlu dibuat bersama antara terapis dan tim medis.
Lampiran
Masalah dan Solusi Pemberian Makan yang Umum Terjadi

Masalah/kondisi yang Presentasi yang umum Rekomendasi


muncul dan penyebab terjadi
potensial (disusun
berdasarkan urutan
frekuensi kemunculannya)
Rangsangan rendah
 Regulasi kondisi  Bayi tidak dapat  Menyusui bayi
rangsangan yang menyelesaikan proses dengan posisi
belum matang mengedot atau setengah tegak
 Hiperbilirubinemia menyusul  Gunakan gendongan
 Anemia  Bayi tertidur atau berhadapan
 Kelelahan setelah terlalu mengantuk (menghadap
menjalani perawatan untuk makan pengasuh)
yang membuat stress dibandingkan
 Obat kejang gendongan di lengan
 Pakaikan
pakaian/bungkus bayi
dengan lembut.
 Kurangi atau hindari
pencahayaan dan
kebisingan
 Menyendawakan bayi
dengan posisi duduk
dibandingkan dengan
posisi di atas bahu
 Hindari rangsangan
berirama (goyang,
nyanyian, musik)
 Berikan rangsangan
yang terputus-putus
(sentuhan, suara,
gerakan)
 Tinjau jadwal
perawatan untuk
kecukupan istirahat di
antara waktu
menyusui
 Disarankan memberi
makan setiap 4 jam
sekali namun jika bayi
harus dibangunkan
untuk makan lakukan
setiap 3 jam sekali

Kelelahan/ peningkatan
beban kerja pernapasan
 Terpapar situasi yang  Bayi pada awalnya  Tentukan apakah bayi
membuat stress tampak waspada membutuhkan
 Beralih dari tetapi memiliki peningkatan oksigen
penggunaan CPAP kemampuan dengan pemberian
atau ventilator baru- mengisap dan makanan (untuk bayi
baru ini menelan yang lemah yang menerima
 Istirahat yang tidak  Terjadi desaturasi oksigen melalui
cukup oksigen selama kanula hidung)
 Kondisi paru atau menyusui  Periksa aliran dot;
jantung yang  Laju pernapasan bayi bayi mungkin
memburuk meningkat membutuhkan dot
 Munculnya sepsis  Bayi mengalami yang mengalir lebih
retraksi dada cepat agar lebih
 Bayi menunjukkan sedikit usaha yang
gejala hidung dilakukan
mengembang  Tinjau ulang jadwal
 Terjadi perubahan perawatan untuk
warna (memerah, memastikan
pucat, sianotik) kecukupan istirahat di
 Bayi memiliki postur antara waktu
tubuh yang lemas menyusui
 Bayi mengantuk  Sarankan makan
setiap 4 jam sekali,
jika bayi dibangunkan
untuk menyusu
lakukan 3 jam sekali
 Batasi pemberian ASI
hingga 30 menit dan
sisanya diberikan
dengan cara lewat
selang, jika perlu.
(Sarankan
menggunakan selang
nasogastrik yang tipis,
silastik, dan menetap
untuk mengurangi
sumbatan jalan napas
dan gangguan
menelan)

Koordinasi yang buruk antara


menelan dengan mengisap
 Pengaturan mengisap  Bayi pada awalnya  Periksa posisi leher
dan menelan yang memiliki isapan yang dan kepala bayi
belum matang antusias, kuat, dan apakah jalan napas
 GER berirama bayi cukup saat
 Kelumpuhan pita  Ada dribbling atau mengisap dan
suara tersedak menelan
 Keterlibatan sistem  Ada tersedak dengan  Periksa kecukupan
saraf pusat NS tetapi tidak refleks faring bayi
 Keterlibatan saraf dengan NNS untuk melindungi
kranial  Bayi mengalami jalan napas
bradikardia dengan  Periksa apakah ada
perbaikan diri yang ventorefleksi, fleksi
cepat atau bradikardia lateral, atau rotasi
dengan perbaikan leher yang
yang lambat dan berlebihan, yang
desaturasi oksigen dapat mengganggu
yang terkait proses menelan.
 Ada tanda-tanda  Periksa aliran dot;
perilaku stres bayi mungkin
(misalnya, menarik membutuhkan dot
diri dari puting, yang mengalir lebih
meringis, memberi lambat/
hormat,  Berikan external
merentangkan jari) pacing:
 Ada perubahan warna  Lepaskan atau berikan
(pucat, sianotik) tip setiap 5-8 kali
isapan untuk
memberikan waktu
menelan
 Dorong penggunaan
empeng di antara
waktu menyusu untuk
memperkuat isapan-
telan
Koordinasi pernapasan yang
buruk dengan mengisap dan
menelan
 Sistem mengisap-  Bayi pada awalnya  Periksa aliran dot;
menelan-bernapas memiliki gerakan bayi mungkin
yang belum matang mengisap-telan yang memerlukan dot yang
 Pernapasan melalui berirama dan antusias mengalir lebih lambat
mulut (misalnya,  Laju pernapasan untuk memberikan
setelah intubasi yang menurun saat bayi waktu bernapas
lama) mengisap  Berikan external
 Depresi sementara  Terjadi desaturasi pacing:
pada hisap-telan- oksigen saat bayi  Lepaskan atau
bernapas (misalnya, mengisap gunakan tip setiap 5-8
setelah persalinan  Ada tanda-tanda kali isapan untuk
dengan anestesi) perilaku stres memberikan waktu
(misalnya, meringis, bernapas
saluting,  Dorong penggunaan
merentangkan jari) empeng di antara
 Laju pernapasan dan waktu menyusui dan
saturasi oksigen akan selama pemberian
segera pulih dengan makanan melalui
dilepasnya dot selang untuk
memperkuat
pernapasan saat
mengisap

Pengisapan yang lemah


dan/atau hipotonisitas
 Keterlibatan sistem  Terdapat sedikit  Bedong atau gendong
saraf pusat pengeluaran cairan bayi untuk stabilitas
 Sindrom (misalnya, dari dot yang optimal
Down, Prader-Willi)  Bayi memiliki lidah  Pastikan leher dan
 Hipoglikemia yang normal, datar, kepala dalam posisi
 Anemia atau bergelombang netral
 Hiperbilirubinemia  Ada gerakan cupping  Posisikan bayi
dan/atau stripping setengah tegak (lebih
lidah yang buruk ke depan jika lidah
 Ada elevasi lidah yang bayi jatuh ke belakang
lemah dan/atau dan menghalangi
kecenderungan lidah jalan napas)
untuk jatuh ke  Pilihlah bentuk dot
belakang dan yang sesuai dengan
menghalangi jalan gerakan lidah bayi
napas (misalnya, dot datar
 Bayi memiliki untuk lidah yang datar
penutupan bibir yang atau bergerombol)
buruk  Gunakan dot yang
lembut dan mengalir
lancar
 Berikan bantuan yang
lembut pada pipi
dengan arah ke
bawah dan ke depan
atau berikan tekanan
ke atas yang stabil
pada rahang bawah,
tepat di belakang
dagu
 Rangsang isapan
dengan menekan dot
ke langit-langit mulut
bayi

Masalah yang ada dan potensi Presentasi yang sering Rekomendasi


akibat ditemukan
Gerakan Terbatas dari Lidah dan Rahang dan/atau Hipertonisitas
Keterlibatan Sistem Saraf Terdapat gerakan rahang yang Siapkan anak untuk makan
Pusat terbatas dengan mengisap atau dengan melakukan pijat
Athrogrypsosis gigitan phasic relaksasi, terutama pada muka,
Terdapat retraksi dan elevasi pelipis dan mandibula
dari lidah Periksa postur untuk posisi
Terdapat ekstensi badan dan lurus leher yang netral dan
leher fleksi dari pinggang dan lutut
Kekakuan pada ekstremitas yang cukup
Berikan dukungan pada bagian
belakang leher dan kepala,
mencegah tekanan pada
penonjolan oksipital (stimulasi
meningkatkan ekstensi kepala)
Memfasilitasi refleks palmar
grasp (menggunakan jari
terapis), dan penggunaan
kontak mata untuk
mempromosikan fleksi dan dan
dagu yang tertutup
Memastikan bahwa puting/dot
berada di atas lidah anak
Stimulasi mengisap
menggunakan putting untuk
memberikan tekanan yang
halus dan berirama pada lidah
anak, lalu berhenti sejenak
untuk respon dari bayi
Hipersensitivitas oral
Status: post-ECMO; Terdapat refeks muntah, Mempersiapkan bayi untuk
pembedahan untuk trakea, dimunculkan pada setengah sentuhan dengan memberikan
esofagus, atau pengkondisian anterior dari lidah atau pada sentuhan halus tapi
jantung yang melibatkan gusi berkelanjutan pada badan,
intubasi yang berkepanjangan Terdapat tanda perilaku stress bahu, kepala dan muka
dengan sedasi saat percobaan untuk makan Berikan tekanan yang
Pengalaman oral positif yang (melengkung pergi, meringis, berkelanjutan dengan jari yang
minimal rewel, melambaikan lengan, bersarung hingga bibir luar,
dan membuang putting susu dari lateral ke medial
keluar) Berikan beberapa usapan yang
Tersedak dengan NS tapi tidak tegas pada bagian lateral pada
NNS palatum di belakang alveolar
ridge
Berikan sentuhan tegas dan
berirama pada lidah
menggunakan gerakan ke
bawah dan kedepan
Motivasi eksplorasi tangan ke
mulut
Berikan pengalaman NNS,
terutama saat pemberikan
makan gavage, dengan
menggunakan dot dan
berprogers ke benda lain
dengan tekstur dan bentuk
yang berbeda-beda
Pantau tanda kesulitan dan
lanjutkan sesuai dari toleransi
bayi
Iritabilitas
Iritabilitas sistem saraf pusat Bayi rewel sebelum dan saat Penilaian kesulitan menelan
Penghentian obat pemberian makan dan/atau obstruksi jalan nafas
GER Bayi rewel hanya saat saat NS untuk
Disfungsi menelan pemberian makan mengesampingkan sumber
Obstruksi jalan napas Bayi rewel atau tidak mau tekanan
Lingkungan yang penuh diberikan makan ditengah- Periksa aliran puting/dot
tekanan tengah pemberian makan mungkin bisa telalu lambat
Positioning yang tidak nyaman atau terlalu cepat pada bayi
Tinjau kembali jadwal
perawatan untuk kecukupan
istirahat di antara waktu
pemberian makan
Siapakan bayi untuk pemberian
makan dengan aktivitas
inhibitorik yang melibatkan
kehangatan netral, penahanan,
menenangkan, dan stimulus
berirama
Sediakan lingkungan yang
tenang yang bebas dari
stimulus mengganggu
Tangani bayi dengan sentuhan
dan perubahan posisi yang
minimum
Pertimbangkan GER sebagai
masalah jika anak rewel
setelah pemberikan makan
dilakukan
Penutupan bibir yang buruk
Bibir sumbing Terdapat mengiler Coba menyusui dengan
Tonus otot orang yang rendah Bayi tidak bisa payudara ibu, mungkin lebih
Paralisis Muka (biasanya mempertahankan penutupan mudah dibandingkan
wajah lemah pada satu sisi) dari putting pemberian makan dengan botol
Bayi mempunyai kemampuan karena terdapat permukaan
mengisap intraoral yang lemah yang lebih luas untuk stabilitas
Berikan dukungan untuk pipi
dan/atau rahang
Gunakan putting yang halus
dan mempunai aliran yang
stabil atau Haberman Feeder
(Medela)
Mengisap intra-oral yang kurang adekuat
Sumbing palatum Bayi mempunyai irama Mengenal bahwa pemberian
Retrognathia mengisap tetapi tidak bisa susu menggunakan putting/dot
mengeluarkan cairan dari ibu biasanya tidak
putting atau botol memungkinkan pada kasus ini
Bayi mengalami nasal reflux karena bayi tidak bisa
Bayi mempunyai gas yang menciptakan tekanan negative
berlebihan (sekunder dari yang cukup untuk
mengisap yang tidak efesien) mengeluarkan cairan dari
Bayi menunjukkan tanda awal puting/dot
kelelahan Berikan putting dengan aliran
yang cepat dan stabil, seperti
Ross Products Orthodontic
Nipple yang digunakan pada
posisi terbalik, atau putting
dengan aliran pasif seperti
Haberman Feeder
Berikan cairan dengan cara
perlahan dan berirama untuk
membantu bayi mengantisipasi
pemberian cairan berikutnya
Berikan makan bayi pada
posisi tegak untuk mengurangi
nasal reflux
Sendawakan bayi dengan
sering
Berhenti sesekali untuk
memberikan waktu tambahan
untuk menelan dan
mengosongkan faring
Biarkan adanya waktu
tambahan untuk pemberian
makan
Perhatikan bahwa bayi mungin
memerlukan metode
pemberianmakan yang berbeda
setelah dipasang peralatan
palatal dan setelah operasi
bibir atau palatum.

Tumbuh di NICU
Kebanyakan bayi premature dapat keluar dari NICU mendekati tanggal kelahiran yang diharapkan
sebelumnya, dan kebanyakan bayi cukup bulan dengan kondisi sementara biasanya pulang beberapa hari
atau minggu setelah lahir. Bayi yang mempunyai komplikasi mengancam nyawa, mempunyai kondisi
yang membutuhkan perawatan yang diperpanjang, atau menunggu anak untuk diadopsi atau ditempatkan
di tempat asuh mungkin butuh untuk tetap berada di NICU untuk waktu yang lebih lama. Bayi-bayi ini
mungkin membuthkan pendekatan intervensi yang berbeda dengan bayi yang melanjutkan intervensinya
di rumah.
Definisi dari NICU merupakan sebuah lingkungan unutk neonatus yang sakit. Namun, banyak bayi
membutuhkan tata laksana di NICU jauh dari periode neonatus.Pada kasus dari bayi premature, bayi yang
sangat kecil dan rapuh – lahir diatara usia kehamilan 23-26 minggu dan berat badan lahir kurang dari
1.000 gram- membutuhkan perawatan NICU setidaknya 3-4 bulan. Komplikasi seperti sepsis, penyakit
paru kronik, NEC, atau IVH dengan hidrosephalus dapat memperpanjang perawatan bayi preamtur
menjadi tanggal kelahirannya yang seharusnya dan terkdanag melebihi. Bayi cukup bulan bulan dengan
kondisi kompleks seperti meconium aspiration syndrome, hernia diaphragma, atau PPHN terkadang
memerlukan periode pemulihan yang lebih lama dikarenakan anak perlu disapih dari sedasi, mengalami
ventilasi yang berkepanjangan dan mulai diperkenalkan dengan makan melalui oral. Bayi dengan anomali
kongenital membutuhkan beberapa intervensi bedah mungkin memerlukan waktu perawatan
berkepanjangan. Kebetuhan perkembangan dan perilaku dari bayi ini akan berubah saat kondisi mereka
berprogress dari status tidak stabil secara fisiologis dan kritis menjadi pulih. Terkadang, bayi ini dapat di
transfer ke PICU atau rumah sakit rehabilitasi pediatri, namun di beberapa kasus, NICU sendiri yang
merupakan lingkungan rawat untuk bayi dan keluarganya.

Contoh Kasus
Contoh kasus di bawah ini mengilustrasikan intervensi perkembangan dan terapeutik yang diberikan ke
bayi yang dirawat NICU berkepanjangan setelah periode neonatal. Beberapa contoh ini juga
mendemostrasikan isu penting yang perlu dikonsiderasi saat memberikan terapi ke bayi.
Julia
Sejarah Neonatus
Julia merupakan kelahiran pertama dari Pam, ibu tunggal yang bekerja dan pergi sekolah hingga usia
kehamilah 27 minggu, saat terjadi pecah ketuban premature yang mengakibatkan dirinya perlu dirawat. 2
minggu setelah itu, tokolisis gagal, dan Julia lahir dengan sectio sesaria darurat, sekunder dari fetal
tracing yang lemah. Berat badan Julia merupakan 95 gram. Pada awalnya, Julia merespon baik dengan
osilasi ventilator frekuensi tinggi dan berprogres dengan nasal CPAP pada saat ia 1.000 gram. Namun,
saat 32 minggu, status pernafasannya memburuk dan lingkar kepalanya mulai membesar secara cepat.
Ultrasound cranial menunjukkan adanya grade III IVH, bilateral, dengan hydrocephalus. Julai
mendapatkan ventricular-peritoneal shunt, namun shunt tersebut gagal beberapa hari kemudian, dan para
dokter memilih untuk menempatkan shunt eksterior. Drainase dari shunt external memerlukan Julia untuk
diposisikan pada sudut yang tepat pada Sebagian besar waktu, melimitasi pilihan untuk positioning dan
handling. Pada masa ini, beberapa percobaan untuk menyapih Julia menjjadi ventilasi CPAP gagal.
Penyakit parunya memburuk, dan Julia cenderuh gelisah, sehingga memerlukan sedasi. Shunt external
menjadi infeksi, dan Julia diobati dengan antibiotik secara agresif.
Pam tinggal 35 menit dari rumah sakit, dan transportasi menjadi masalah karena ia tidak punya mobil.
Bapak Julia jarang mengunjunginya. Pada malam hari. Namun, dengan bantuan keluarga dan teman, Pam
pada awalnya berkunjung setiap hari untuk menghabiskan waktu di samping Julia dan memberikan
penanganan lembut dan secara halus membacakan puisi dan cerita. Mengingat kondisi Julia yang tidak
stabil, Pam tidak bisa memegang putrinya. Bahkan, dengan sedasi yang berat, Julia sering berbaring diam
pada open warmer. Posisi Julia jarang berubah-ubah. Dokter bedah tidak membiarkan tekanan pada shunt
eksternal yang berada di area occipital kanan. Karena Julia memerlukan dukungan ventilator semakin
melimitasi pilihan untuk positioning; sehingga, kepalanya secara konsisten berputar ke bagian kanan
selama beberapa bulan. Walaupun gel cushion digunakan untuk mendistribusikan tekanan, Julia
mengembangkan plagiocephaly yang signifikan. Saat bulan-bulan ini, terapis-terapis NICU bersedia
untuk membantu positioning namun tidak bisa melakukan hands on terapi karena kondisi Julia yang
rapuh. Pada saat sedasinya diturunkan, Julia menjadi gelisah, memukul-mukul tempat tidur dan
meresikokan dirinya untuk melakukan self extubation. Hal ini sangat sulit untuk keluaga Julia. Pam
menjadi depresi karena kondisi anaknya. Ia mengurangi kunjungannya dari setiap hari menjadi beberapa
kali dalam seminggu, dan ia datang saat larut malam, pada saat staf pendukung tidak ada. Pam tidak
membalas panggilan dari pekerja sosial NICU, namun pekerja sosial tersebut meninggalkan pesan
mendukung di mesin jawab telfon Pam, memotivasi Pam untuk menjenguk Julia kapanpun ia bisa.
Voucher taksi diberikan untuk mempermudah Pam untuk datang pada siang hari, saat ia bertemu dengan
pekerja sosial.
Penyakit paru Julia pada akhirnya stabil, dan infeksi terselesaikan pada umur 3 bulan usia koreksi,
memungkinkan operasi untuk ventricular peritoneal shunt lainnya. Ia pulih secara cepat setelah
pembedahan dan mulai berprogres secara lambat dari pemberian makan nasograstic secara berkelanjutan
menuju pemberian makan bolu, dengan oxygen yang diberikan melalui nasal cannula. Pada saat tahap ini,
keluarga Julia melanjutkan kunjungan yang sering. Dua minggu setelah operasi, terapis NICU lebih bisa
berpartisipasi dalam perawatan Julia.

Proses Intervensi
Julia mengalami ketatan yang berlebihan di aduktor bahu, punggung dan pelvis, dan plagiocephaly
(pemendekan otot leher ke kiri yang terlihat jelas dan asimetris). Kekuatan dari Julia adalah anak terjaga
secara visual dan responsif secara sosial dan termoticasti terhadap gerakan antigravitasi, mendorong
kepala dan pundaknya ke atas saat ditempatkan tengkurap dan mencoba untuk membenarkan posisi
kepalanya saat duduk dengan bantuan. Julia diberikan kesempatan untuk mengisap secara non-nutritive
selama keperawatannya di NICU. Ia mempunyai isapan yang berirama dengan kompresi yang cukup
tetapi bekaman lidah yang lemah dan aksi pengupasan. Penilaian pemberian makan menungkapkan
bhawa ia semangat untuk mengisap secara non-nutritive dan dapat menangani menelan sekresinya sendiri
dengan baik.Namun, saat dipresentasikan pemeberian makan nutritif dengan ASI terfortifikasi, Julia
menolak putting/dot, memutarkan kepalanya dari sisi sat uke sisi lain dan melengkung ke belakang.
Terapis NICU menasehati perkenalan lambat ke nippling, membuat postur badan Julia menjadi fokus
dalam intervensi. Untuk mempersiapkan pemberian makan, Julia diberikan masase yang halus dan hangat
dan gerakan yang bervariasi, dan elongasi halus dari otot leher dan batang tubuh, dengan fleksi dan rotasi
pada bahu dan pelvis. Persiapan oral motor termasuk, memberikan input inhibitor dengan memberikan
sentuhan tegas disekitar luar mulut Julia, diikuti demgan tekanan ke gusi, dan terakhir, ke lidah untuk
memfasilitasi aksi cupping dan stripping. Dot dengan aliran lambat digunakan untuk memperkenalkan
cairan yang sangat sedikit. Saat Julia memperlihatkan kegelisahan dengan melengkungkan badan atau
menolak dot, Tanda ini dikenal dan dot dilepas. Sentuhan diulang dan dot diperkenalkan kembali. Jika
Julia tetap menolak atau keperluan oksigennya meningkat, sesi pemberian makan ini disudahi dan sisa
makanan diberikan melalui selang (gavage). Strategi intervensi ini didemonstrasikan oleh perawat dan
dipasang di sebelah tempat tidur Julia. Strategi ini digunakan oleh perawat setiap periode perawatan,,
sesuai jadwal perawat, dan terapis NICU setiap hari. Pam juga diajari mengenai intervensi ini,
menyebabkan dirinya untuk melakukan intervensi tersebut setiap kunjungan. Pam mulai merenanakan
kunjungan pada siang hari agar ia bisa bekerja bersama terapis, dan ia menjadi cukup handal untuk
positioning Julia secara optimal dan memberikan pijatan, gerakan bervariasi, persiapan oral motor. Paa
saat ini, Pam juga lebih mengerti dengan isyarat Julia dan lebih sabar mengenai progresi lambat dari
nipple feeding, karena iya dapat melihat perkembangan kecil setiap harinya

Tantangan Kontekstual
Perawat Julia cemas untuk Julia mengambil nutrisi dari botol dan ada beberapa waktu saat perawat
mencoba untuk tetap memberikan makan walaupun terdapat isyarat gelisah dari Julia. Beberapa perawat
merasa bahwa Julia seharusnya berkembang lebih cepat, memberikan kemntar sepeti “Bagaimanapun,
Jula sudah berumur 6 bulan- anak saya sudah merangkak dan menarik dirinya ke atas pada saat umur
ini!”. Untuk mengatasi hal tersebut, terapis bekerja dengan tim yang menekankan bahwa usia koreksi
Julia yang dipakai (3 bulan). Terapis juga mengingatkan bahwa mempertimbangkan sejarah Julia tidak
beraktivitas dalam waktu yang lama dan penyakit paru yang berat (menguras energinya secara terus
menerus), Ia tidak seterbelakang yang dipikirkan orang. Manajer perawat dikonsultasikan untuk meminta
perawat primer untuk Julia, tidak hanya pada waktu siang namun untuk shift sore dan malam. Dengan
cara ini, perawat primer dapat lebih mudah untuk diikutsertakan dalam perencanaan perawatan Julia
Selain itu, penilaian postur dan motorik halus bayi (Posture and Fine Motor Assessment of Infants (Case-
Smith & Bigsby, 2000)) juga dilakukan untuk mengevaluasi postur Julia dan kemampuan kontrol motorik
halusnya. Pam dan perawat primer Julia saat pagi hari hadir pada saat evaluasi. Mereka bisa melihat
ketertarikan Julia terhadap stimulus mainan begitu juga percobaannya untuk bergerak melawan gravitasi
saat tengkurap dan telentang serta untuk meraih makanan saat duduk dengan bantuan. Mereka juga dapat
meninjau penilaian dengan terapis dan untuk membandingkan skor Julia dengan skor bayi lain dengan
usia koreksi yang sama. Hasil Julia merupakan kategori “Berresiko” untuk umurnya di bagian postur dan
“delayed” di bagian motorik halus. Walaupun begitu, Pam dan perawat diyakinkan dengan penilaian
karena mereka bisa melihat keterampilan Julia di kedua domain. Dengan terapis, Pam dan perawat
mengidentifikasi area kekhawatiran dan prioritas untuk intervensi. Mereka mulai melihat dengan jelas
bahwa postur Julia mungkin mempengaruhi upaya untuk makan dan bagaimana kekurangan gerakan yang
Julia lakukan melimitasikan kemampuannya untuk menjelajah lingkungan dan mendapat pengalam
sensori yang cukup. Pengetahuan ini sudah dikomunikasikan ke perawat primer sore dan malam, dan
hasilnya mendapat tindak lanjut yang lebih baik pada rekomendasi perawatan bedside.

Rencana Pemulangan
Julia terus membuat kemajuan yang lambat namun stabil. Tiga minggu setelah penilaian, Julia secara
konsisten mengambil lebih banyak dari satu ons menggunakan dot setiap pemberian makan. Kebutuhan
oksigen stabil dan ia tidak mendapat intervensi medis tambahan. Pada saat itu, pertemuan tim dibuat, dan
tim medis memutuskan bahwa pemasangan tabung gastrostomy dapat membuat Julia untuk terus melatih
teleransi pemberian makan di rumah – lingkungan yang lebih kondusif untuk perkembangannya secara
umum. Pam reseptif terhadap ide ini karena ia sangat siap untuk membawa bayi nya pulang. Pam belajar
bahwa aspek tambahan ini dari perawatan Julia dengan mudah, dan Julia dipulangkan pada usia koreksi 4
bulan, menggunakan dot sesuai tolerasnsinya (dengan gastrostomy apabila dot tiak tertoleransi) dan
dengan oksien suplemen dari nasal cannula.
Seminggu setelah pemulangan, terapis NICU melakukan evaluasi kunjungan rumah. Julia menyapa
tamunya dengan senyuman yang lebar. Pam melaporkan Julia tetap bertahan pada jadwal pemberian
makan 4-jam selama transisi ke rumah. Malam pertama Julia gelisah, tetapi dengan music, Julia tidur
lebih nyenyak dibandingkan di NICU dan bangun setiap waktunya diberi makan. Saat waktu kunjungan,
Julua bermain di atas selimut di lantai, menoleransi penanganan ibu dan terapisnya, meraih ke midline
dengan kedua lengan saat telentang, dan, untuk pertama kali, mencoba untuk berguling dari perut ke
belakang dengan beberapa disosiasi dari batang tubuh dan pelvis. Lalu, Julia mendemostrasikan
kecakapannya dalam minum dengan botol, minum 2 ons tanpa kesulitan dan tetap waspada untuk waktu
main lainnya. Administrasi oksgigen dengan nasal cannula ada pada setting 1/8 liter (setting minimal)
dan tidak ada tanda stress atau kelelahan seletah semua aktivitas ini. Pam menjadi lebih rileks
dibandingkan sebelumnya pada saat Julia dirawat. Walaupun ia merupakan pengasuh utama dari Julia,
Pam mendapat bantuan dari ibunya dan dari bapak Julia. Janji bertemu dengan dokter anak Julia berjalan
dengan baik – dokter sayangat senang melihat Julia mengingat perawatannya yang Panjang dan resiko
medis yang cukp banyak. Julia terdapat kunjungan ulang dengan beberapa layanan: dokter bedah anak,
dokter bedah saraf, dokter anak gastroenterology, dan evaluasi lanjutan neonatal. Julia juga di daftarkan di
program intervensi awal local. Pekerja intervensi awal mendapatkan rencana intervasi dari NICU dan
merencanakan kunjungan rumah awal dari perawat, ahli gizi, terapis okupasional dan terapis fisik di
minggu berkutnya. Terapis NICU dapat memulangkan Julia dari program rumah sakit Infant Development
Center, meyakinkan Pam bahwa ia dan perawat Julia lainnya dapat menelfon kapan saja untuk konsultasi
tambahan

Diskusi
Cerita Julia memberikan kesempatan untuk memperhatikan isu-isu yang dapat muncul saat merawata bayi
premature dengan komplikasi dan perawatan NICU yang berkepanjangan. Depresi merupakan sebuah
pengalaman yang sering teradi di antara orang tua dari Bayi di NICU. Meyer et al (1994)
mendemonstrasikan bahwa orang tua dari bayi premature mengalami depresi yang signifikan secara
klinis, walau saat mereka tidak mempunyai riwayat depresi. Pada uji acak terkontrol, Meyer dkk
menemukan bahwa pendekatan berbasis keluarga untuk mengembangkan intervensi untuk bayi premature
menghasilkan tingkat depresi yang menurun secara signifikan di orang tua setelah bayinya dipulangkan.
Pada kasus Pam, orang tua mungkin merasa lelah menghabiskan waktu di sisi bayi yang terlalu sakit
untuk dipegang atau tidak bisa respon terhadap pendekatan sosial. Ekspektasi yang tidak tercapai dari
orang tua dapat menggagalkan pengalaman ikatan antara orang tua dan bayi dan mengganggu dengan
keikutsertaan orang tua dalam perawatan. Pam mulai ikut serja kembali pada saat Juli lebih mudah
terjangkau dan koneksi emosional dengan Julia tidak terganggu dengan adanya jarak jauh pada waktu
yang sementara. Hal ini mungkin tidak selalu terjadi, sehingga, sangat penting untuk menyertakan ahli
Kesehatan jiwa di tim NICU
Mempunyai staf keperawatan primer melimitasi jumlah dari pengasuh, hal ini merupakan strategi yang
penting untuk tetap melakukan rencana keperawatan secara konsisten. Pada kasus ini, semua perawat
primer Julia mempunyai peran penting tambahan dalam memperhatikan kekuatan Julia yang berubah-
ubah, identifikasi prioritas untuk aspek perkembangan perawatan Julia dan partisipasi dalam rencana
intervensinya.
Walaupun Julia seorang bayi prematu, beberapa isu di presentasi kasusnya mirip pada bayi cukup bulan
dengan perawatan NICU yang berkepanjangan. 2 isu-isu ini adalah keenganan oral dan gerakan lidah
yang atipikal. Lainnya merupakan postur yang atipikal dengan aduksi scapular, ekstensi dari batang tubuh
dan leher, dan, terkadang, otot leher yang asimetris dan plagiocephaly.
Bayi cukup usia yang mengalain intubasi dan sedasi berkepanjang (contoh; setelah pembedahan atau
ECMO) sering hadir dengan isu postural dan oral-motor. Bayi yang berhasil melewati ECMO
(mendapakan bypass jantung-paru – prosedur penyelamat untuk bayi yang sangat sakit) sangat rentan
terhadap masalah ini karena mereka imobil untuk beberapa hari, dengan kepala berputar ke satu sisi,
untuk memungkinkan kanulasi arterio-venous atau veno-venous. Tidak seperti bayi premature, yang
sering mengalami NNS walaupun saan terintubasi, bayi cukup bulan ini imobil dan organisasi dari
mengisap dan menelan ditunda dari lahir – seringnya untuk beberapa minggu. Saat bayi disampih dari
obat bius, bayi biasanya merasakan gejala withdrawal dan diberikan obat tambahan untuk membantu
dalam proses penyapihan, seperti opium tingtur penghilang bau. NNS pada sat ini bisa menjadi
berantakan, dengan predominansi di penggitan phasic dan kompresi. Lidah mungkin tetap terelevasi dan
retraksi di adlam mulut. Usaha untuk melibatkan bayi di penghisapan NNS mungkin tidak berhasil karena
tidak adanya kontak antara dot/putting dan lidah dan respon aversif umum untuk stimulus oral. Tentang
Julia, sangat penting untuk fokus terhadap intervensi dari oral-motor dan isu postur karena masalaj oral-
motor (seperti, lidah yang retraksi) mungkin berhubungan dengan postur badan.

Appendix
Membantu Bayi Prematur untuk Tenang di Rumah

Bayi prematur sudah ada di dunia, merespon terhadap lingkungan dalam berminggu-minggu bahkan
berbulan-bulan. Bayi mungkin sudah banyak berubah pada saat ini dan

 Sudah lulus dari tempat tidur yang terbuka


 Makan/minum dengan botol atau payudara
 Respon terhadap muka, suara, dan sentuhan dengan cara yang sudah dikenal oleh orang tua
Namun, bayi mungkin pulang sebelum tanggal yang seharusnya ia lahir. Artinya, secara perkembangan,
bayi secara fisik lebih matur dibandingkan bayi cukup bulan, bayi mungkin:

 Lebih kecil, kurus ataupun energetic


 Bukut dukungan kepala dan badan saat dipakaikan baju dan mandi
 Lebih sensitive dengan perubahan suhu
Sikap bayi akan kurang matur dibandingkan bayi cukup bulan; bayi mungkin:

 Terkaget pada suara atau gerakan yang tidak terduga


 Mempunyai energi yang sedikit untuk menangis
 Mempunyai waktu yang lebih untuk tenang apabila bayi terlalu terstimulasi
Bayi prematur butuh untuk melalui beberapa perubahan sebelum meraka dapat melakukan apa yang bisa
dilakukan oleh bayi cukup bulan. Sehingga , saat bayi di bawa pulang, orang tua mungkin menyadari
bahwa bayinya sedikit berbeda dengan bayi-bayi cukup bulan yang diketahui.
Walaupun saaat mencapai umur cukup bulan, bayi premature mungkin masih perlu untuk melakukan
sesuatu dengan kecepatan yang lebih lambat agar bayi dapat menyimpan energi untuk tumbuh. Beberapa
bayi prematur mengembangkan keterampilan dengan kecepatan yang berbeda dibandingkan bayi cukup
bulan. Namun, kebanyakan bayi prematur pada akhirnya mencapai milestones perkembangan dan tumbuh
menjadi anak yang sehat dan aktif.
Selamat minggu-minggu awal penting di rumah, terdapat beberapa hal yang dapat membantu bayi untuk
lebih nyaman dirumah sembari membina perkembangan.

Membaca dan Respon terhadap Isyarat Bayi


Bayi berkomunikasi dengan pengasuh menggunakan ekspresi muka dan gerakan. Bayi premature
mempunyai sinyal khusus untuk membiarkan orang tua mengetahui bahwa meraka merasa tenang atau
senang atau mereka menjadi lelah atau stress. Lihat contoh-contoh waktu bayi diam dan waspada –
wakktu ini merupakan wkatu yang ideal untuk berinteraksi dengan bayi. Orang tua bisa tahub saat bayi
merasa tenang dan siap interaksi dengan orang tua saat bayi:

 Mempunyai ekspresi tenang dan lembuh


 Menjaga kaki dan tangannya rileks (tetapi tidak floppy)
 Bisa tetap tenang apabila dipegang, melihat muka orang tua dan mendengar suara orang tua
Mudah untuk bayi prematur untuk terstimulasi berlebihan dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Orang
tua bisa mengetahui bayi merasa lelah atau stress saat bayi:

 Mencegah untuk melihat orang tua langsug


 Berganti warna (menjadi pucat atau memerah)
 Cemberut, meringis, atau terlihat cemas
 Menjadi lemas atau kaku
 Kaget atau tremor
Saat orang tua sadar bahwa bayi lelah atau stress, berhenti apa yang dilakukan saat into. Pegang atau
gendong bayi dengan tenang, bawa lengan dan kakinya mendekati badan. Biarkan anak memegang jari
orang tua. Jika orang tua berbicara dengan bayi, berbicara dengan pelan dan lihat respon bayi. Terkadang,
muka anda sudah cukup untuk menjadi stimulasi untuk bayi.
Opsi lain adalah untuk menaruh bayi untuk istirahat, muat sarang di sekelilingnya dengan gulungan
selimut yang memberikan batasan untuk menyandar dan kakinya menekan. Benda apapun yang ada di
tempat tidur bayi dapat memungkinakan terjadinya pencekikan. Gulungan selimut dan penentu posisi
lainnya harus dijauhkan dari muka bayi. Bantu bayi untuk mengarahkan tangannya ke mulut atau tawari
empeng—kegiatan mengisap sangat menenangkan untuk bayi dan membantu bayi menyimpan energi
untuk makan dan berinteraksi.

Buatlah Rutinitas yang nyaman untuk orang tua dan bayi


Tidur merupakan hal yang penting untuk energi dan pertumbuhan. Setelah terbiasa dengan suara latar dan
cahaya rumah sakit perawatan spesial yang terus menerus ada, bayi premature terkadang mempunyai
kesulitan untuk menenangkan dirinya untuk tidur di rumahnya yang sunyi. Walau bayi mungkin terkaget
dengan suara yang tidak terdua, bayi premature sering tidak mempedulikan (tune out) suara berkelanjutan
ini dan mungkin menganggap bahwa suara ini membantu bayi tidur.

Persiapkan ruangan untuk tidur

 Untuk beberapa hari atau minggu awal setelah pemulangan, coba untuk memainkan radio dengan
lembut didekat tempat tidur bayi untuk memberikan suara yang berkelanjutan. Kipas angin juga
bisa dipaai atau jam yang mencentang dengan keras.
 Di perawatan yang khusus ini, kebanyakan bayi prematur tidur dengan gulungan selimut terhadap
punggung bayi dan di dekat kaki bayi. Ide yang baik untuk terus menyediakan Batasan ini untuk
bayi di rumah. Bayi senang apabila ada penyangga yang dapat di tekan saat bayi tidur, dan bayi
terlihat lebih biasa untuk tetap tidur lebih lama saat memiliki penyangga ini. Sekali lagi, benda
apapun yang ada di boks bayi dapat berpotensi untuk menyekik bayi. Gulungan selimut dan
penyangga lainnnya harus dijauhkan dari muka bayi.
 Gunakan selimut panjang yang dapat melindungi bayi dan dilipat ke sisi-sisi dari matras. Tekanan
halus ini membantu untuk mengurangi terbangun kaget dan meningkatkan tidur yang tenang
 Cegah lapisan selimut atau bantal di bawah bayi karena dapat membekap bayi
 Bantu bayi untuk membangung rutin untuk tidur dengan menaruh bayi di atas tempat tidur
dengan suara yang dikenal seperti mainan gantung bersuara
 Jangan kaget apabila rutinitas berubah di beberapa minggu. Saat bayi tumbuh dan berkembang,
bayi akan terbangun dalam periode yang lebih lama pada siang hari dan pola tidur mungkin
berubah

Ingat bahwa pemberian makan menyediakan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
Orang tua dari bayi yang kecil harus merekam asupan dan keluaran. Terapis dari tempat perawatan khusus
mungkin dapat membuatkan contoh grafik. Pada saat ini perawat yang datang ke rumah dapat melakukan
pemeriksaan berat badan dan memastika kesehatan bayi secara umum.

Persiapkan tempat untuk pemberian makan

 Menyadari bawha tingak stimulasi bayi dan bagiman hal ini mempengaruhi kewaspadaan dan
pemberian makan
 Posisikan bayi dengan benar saat pemberian makan
 Buat pemberian makan menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk orang tua dan bayi
 Pilih dot yang cocok uuntuk keperluan makan bayi

Motivasi interaksi sosial dan bermain

Baca isyarat bayi saat bermain dan interaksi sosial. Coba untuk carikan jumlah stimulasi yang cocok
untuk bayi. Mengenai mainan dan aktivitas, cari benda yang tepat untuk dilihat, didengar dan dipegang.
IDN of bahan buku NICU_ BREAST FEEDING

WHO Recommendation

(https://www.who.int/teams/nutrition-and-food-safety/food-and-nutrition-actions-in-health-systems/
ten-steps-to-successful-breastfeeding)

WHO dan UNICEF meluncurkan Baby-friendly Hospital Initiative (BFHI) pada tahun 1991 untuk
membantu memotivasi fasilitas yang menyediakan layanan bersalin dan bayi baru lahir di seluruh dunia
untuk menerapkan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui. Sepuluh Langkah tersebut
merangkum paket kebijakan dan prosedur yang harus diterapkan oleh fasilitas yang menyediakan
layanan persalinan dan bayi baru lahir untuk mendukung pemberian ASI. Pada tahun 2018, WHO
merevisi Sepuluh Langkah berdasarkan pedoman tahun 2017 tentang perlindungan, promosi, dan
dukungan menyusui di fasilitas yang menyediakan layanan bersalin dan bayi baru lahir.

WHO telah meminta semua fasilitas yang menyediakan layanan bersalin dan bayi baru lahir di seluruh
dunia untuk menerapkan Sepuluh Langkah. Panduan implementasi untuk BFHI berfokus pada
pengintegrasian program di seluruh sistem layanan kesehatan untuk memfasilitasi cakupan universal dan
memastikan keberlanjutan dari waktu ke waktu. Panduan ini menguraikan sembilan tanggung jawab
nasional utama untuk meningkatkan implementasi Sepuluh Langkah.

Prosedur manajemen yang penting:

1a. Mematuhi sepenuhnya International Code of Marketing of Breast-milk Substitutes dan resolusi World
Health Assembly yang relevan.

1b. Memiliki kebijakan pemberian makanan bayi tertulis yang secara rutin dikomunikasikan kepada staf
dan orang tua.

1c. Menetapkan sistem pemantauan dan manajemen data yang berkelanjutan.

2. Memastikan bahwa staf memiliki pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan yang memadai untuk
mendukung pemberian ASI.

Praktik klinis utama:

3. Diskusikan pentingnya dan manajemen menyusui dengan ibu hamil dan keluarganya.

4. Memfasilitasi kontak kulit ke kulit secara langsung dan tanpa gangguan serta mendukung ibu untuk
memulai menyusui sesegera mungkin setelah melahirkan.
5. Mendukung ibu untuk memulai dan mempertahankan pemberian ASI serta mengatasi kesulitan-
kesulitan yang umum terjadi.

6. Jangan berikan makanan atau cairan apa pun selain ASI kepada bayi baru lahir yang disusui, kecuali
jika diindikasikan secara medis.

7. Memungkinkan ibu dan bayinya untuk tetap bersama dan melakukan rawat gabung selama 24 jam
sehari.

8. Dukung ibu untuk mengenali dan merespons isyarat bayi untuk menyusu.

9. Memberikan konseling kepada ibu tentang penggunaan dan risiko pemberian botol susu, dot, dan
empeng.

10. Mengkoordinasikan pemulangan sehingga orang tua dan bayi memiliki akses tepat waktu untuk
mendapatkan dukungan dan perawatan yang berkelanjutan.

Terdapat bukti kuat bahwa penerapan Sepuluh Langkah secara signifikan meningkatkan angka menyusui.
Sebuah tinjauan sistematis terhadap 58 penelitian tentang perawatan ibu dan bayi baru lahir yang
diterbitkan pada tahun 2016 menunjukkan dengan jelas bahwa kepatuhan terhadap Sepuluh Langkah
berdampak pada inisiasi menyusu dini segera setelah kelahiran, pemberian ASI eksklusif, dan total durasi
menyusui.
CDC Recommendation

(https://www.dietaryguidelines.gov/sites/default/files/2020-12/
Dietary_Guidelines_for_Americans_2020-2025.pdf#page=65)

Rekomendasi Utama:

● Selama sekitar 6 bulan pertama kehidupannya, berikan ASI secara eksklusif pada bayi. Lanjutkan
memberikan ASI kepada bayi setidaknya sampai tahun pertama kehidupannya, dan lebih lama lagi
jika diinginkan. Berikan bayi susu formula yang diperkaya zat besi selama tahun pertama
kehidupannya ketika ASI tidak tersedia.
● Berikan bayi suplemen vitamin D segera setelah lahir.
● Pada usia sekitar 6 bulan, perkenalkan bayi dengan makanan pendamping ASI yang padat nutrisi.
● Perkenalkan bayi pada makanan yang berpotensi menyebabkan alergi bersama dengan makanan
pendamping lainnya.
● Doronglah bayi dan balita untuk mengonsumsi berbagai makanan dari semua kelompok makanan.
Sertakan makanan yang kaya akan zat besi dan seng, terutama untuk bayi yang diberi ASI.
● Hindari makanan dan minuman dengan tambahan gula.
● Batasi makanan dan minuman yang mengandung natrium tinggi.
● Saat bayi disapih dari ASI atau susu formula, beralihlah ke pola makan yang sehat.

Penerapan Rekomendasi Utama

Berikan ASI pada Bayi Selama 6 Bulan Pertama, Jika Memungkinkan

Pemberian ASI eksklusif adalah salah satu cara terbaik untuk memulai bayi di jalur nutrisi sehat seumur
hidup. Pemberian ASI eksklusif, umumnya disebut sebagai ASI eksklusif, mengacu pada bayi yang hanya
mengonsumsi ASI, dan tidak dikombinasikan dengan susu formula dan/atau makanan atau minuman
pendamping (termasuk air), kecuali untuk obat-obatan atau suplementasi vitamin dan mineral.

ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya, kecuali vitamin D
dan zat besi. Selain nutrisi, ASI juga mengandung zat bioaktif dan sifat imunologis yang mendukung
kesehatan dan pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Data di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 84 persen bayi yang lahir pada tahun 2017 di mana
pun diberi ASI, dengan hanya 25 persen yang diberi ASI secara eksklusif hingga usia 6 bulan, dan 35
persen yang tetap diberi ASI pada usia 12 bulan. Hampir seperempat bayi diberi susu formula setelah
usia 12 bulan, dengan sekitar 15 persen balita diberi susu formula pada usia 18 bulan.
Keluarga mungkin memiliki sejumlah alasan untuk tidak memberikan ASI kepada bayi. Misalnya, sebuah
keluarga mungkin memilih untuk tidak menyusui, seorang anak mungkin diadopsi, atau ibu mungkin
tidak dapat memproduksi ASI secara penuh atau mungkin tidak dapat memompa dan menyimpan ASI
dengan aman karena tekanan keluarga atau tempat kerja. Jika ASI tidak tersedia, bayi harus diberi susu
formula komersial yang diperkaya zat besi (yaitu berlabel "mengandung zat besi") yang diatur oleh U.S.
Food and Drug Administration (FDA), yang didasarkan pada standar yang menjamin kandungan nutrisi
dan keamanan. Susu formula bayi dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan tidak
diperlukan di atas usia 12 bulan. Penting untuk melakukan tindakan pencegahan untuk memastikan
bahwa ASI perah dan susu formula bayi yang telah disiapkan ditangani dan disimpan dengan aman.

Susu formula bayi buatan sendiri dan susu formula yang diimpor secara tidak benar dan ilegal ke Amerika
Serikat tanpa tinjauan dan pengawasan FDA yang diwajibkan tidak boleh digunakan. Susu balita atau
susu formula balita tidak boleh diberikan kepada bayi, karena tidak dirancang untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi.

Penanganan dan Penyimpanan ASI dan Susu Formula yang Tepat

● Cuci tangan dengan bersih sebelum memerah ASI atau mempersiapkan pemberian ASI atau susu
formula.
● Jika memerah ASI, pastikan bagian pompa dibersihkan secara menyeluruh sebelum digunakan.
● Jika menyiapkan susu formula bubuk, gunakan sumber air yang aman dan ikuti petunjuk pada label.
● Dinginkan ASI yang baru diperah dalam waktu 4 jam hingga 4 hari. ASI yang sebelumnya dibekukan
dan dicairkan harus digunakan dalam waktu 24 jam. ASI yang telah dicairkan tidak boleh dibekukan
kembali. Dinginkan susu formula yang sudah disiapkan hingga 24 jam.
● Jangan gunakan microwave untuk menghangatkan ASI atau susu formula. Hangatkan dengan aman
dengan meletakkan wadah ASI atau susu formula yang tertutup rapat di dalam mangkuk berisi air
hangat atau di bawah air keran yang hangat dan mengalir.
● Setelah diberikan kepada bayi, gunakan atau buang sisa makanan dengan cepat (dalam waktu 2 jam
untuk ASI atau 1 jam untuk susu formula).
● Cuci bersih semua peralatan makan bayi, seperti botol dan dot. Pertimbangkan untuk
membersihkan peralatan makan untuk bayi di bawah usia 3 bulan, bayi yang lahir prematur, atau
bayi dengan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.

More information on storing and handling human milk is available at cdc.gov/


breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm.

More information on storing and preparing powdered infant formula is available at cdc.gov/
nutrition/downloads/prepare-store-powered-infant-formula-508.pdf.
Additional information on how to clean, sanitize, and store infant feeding items is available at
cdc.gov/healthywater/hygiene/healthychildcare/infantfeeding/ cleansanitize.html.

Feeding and Swallowing Disorder in Infancy, Assessment and Management

(Feeding and swallowing disorders in infancy_ assessment and -- Wolf, Lynn S; Glass, Robin P -- 1992 --
Tucson, Ariz._ Therapy Skill Builders -- 9780127845678 -- 4e3b9eccbf51e78d8e123f43ecdc47d7 -- Anna’s
Archive.pdf)

Chapter 8

Breast-Feeding

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa menyusui adalah bagian penting dari proses
reproduksi, menyusui merupakan cara alami dan ideal untuk memberi nutrisi pada bayi, serta sebagai
dasar biologis dan emosional yang unik untuk perkembangan bayi. ASI dikenal sebagai makanan “ideal”
untuk bayi, yang tercipta khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang unik dan terus berubah.
ASI paling mudah dicerna, melindungi bayi dari infeksi, dan meminimalkan respons alergi. Selain itu,
proses menyusui meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, yang berperan penting penting dalam
keberlangsungan perawatan bayi.

Sayangnya, proses menyusui dapat terganggu oleh kondisi yang dialami bayi, seperti penyakit dan rawat
inap di rumah sakit atau karena kurangnya keberhasilan menyusu pada bayi sehat. Masalah pemberian
nutrisi menjadi fokus bagi ahli nutrisi pada bayi, sehingga sangat penting untuk dapat memahami proses
menyusui secara detail. Hal ini akan memungkinkan ahli nutrisi untuk membantu pemberian ASI, serta
membantu dalam diagnosis dan perbaikan masalah pemberian ASI.

Fisiologi menyusui

Agar pemberian ASI efektif, pemberian ASI harus terkontrol dalam jumlah yang tepat dan pada interval
yang sesuai. Pembentukan dan pemeliharaan sistem tersebut ditentukan oleh beberapa faktor. Pertama,
struktur anatomi dari jaringan payudara ibu, termasuk perkembangan alveoli, saluran susu, dan puting
susu harus adekuat. Struktur anatomi tersebut sebagai sistem penyimpanan, saluran pengeluaran, dan
pelengkap pra-ekstraksi (a storage system, exit channels, and a prehensile appendage). Kedua, sekresi
ASI dimulai dan dipertahankan. Ketiga, ASI harus dikeluarkan atau didorong dari alveoli ke puting.
Terakhir, harus ada reseptor pada ASI yang memberikan rangsangan berkelanjutan untuk sekresi dan
pengeluaran ASI lebih lanjut.
Struktur anatomis

Secara anatomis, payudara merupakan organ eksokrin yang termodifikasi, yang terbentuk dari jaringan
kelenjar dan dikelilingi oleh jaringan lemak. Alveoli, terdiri dari sel sekretori, sebagai tempat
diproduksinya ASI yang kemudian berubah menjadi saluran yang lebih besar secara progresif menjadi
duktus laktiferus, yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai saluran keluar dan tempat ASI terkumpul.
Saluran tersebut akan menyatu dan keluar melalui puting susu. Area pada sekeliling puting susu disebut
sebagai areola. Kedua struktur tersebut memiliki struktur erektil yang memfasilitasi pelekatan mulut bayi
pada puting susu ibu.

Produksi ASI

ASI adalah produk sekresi dari jaringan payudara. ASI diproduksi oleh sel-sel sekretori dari alveoli setelah
distimulasi oleh kadar prolaktin yang tinggi; sebagai respon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Kadar
prolaktin meningkat setelah bayi lahir dan terstimulasi saat bayi menyusu. Kondisi ini memainkan peran
yang penting pada respon persediaan dan kebutuhan ASI, sehingga dapat tersedia jumlah ASI yang cukup
untuk kebutuhan bayi.

Pengeluaran ASI

ASI tidak mengalir secara pasif dari alveoli ke puting. Pengaktifan kelenjar hipofisis posterior, yang juga
dimediasi oleh hipotalamus, menyebabkan pelepasan oksitosin. Hal ini merangsang kontraksi sel
mioepitel yang mengelilingi alveoli, di mana ASI dikeluarkan ke dalam saluran dan tersedia untuk bayi.
Respons ini disebut sebagai let-down reflex atau refleks pengeluaran ASI. Refleks ini dapat terjadi
beberapa kali pada masing-masing payudara selama menyusui. Setelah refleks tersebut muncul,
pengeluaran ASI secara ritmis terus berlanjut tanpa terputus hingga proses menyusu berakhir. Refleks ini
memiliki fungsi kunci dalam keberhasilan menyusui. Jika ASI diproduksi tetapi tidak dikeluarkan, produksi
ASI selanjutnya akan berkurang.

Stimulasi yang paling efisien untuk memicu refleks tersebut adalah dengan mengisap payudara. Peran
relatif rangsangan taktil dan tekanan dalam memunculkan refleks pengeluaran ASI selama mengisap
belum jelas, meskipun hal ini sedang diteliti. Kondisi emosional juga memiliki pengaruh terhadap
pengeluaran ASI, sehingga dapat dipicu oleh tangisan bayi atau pikiran tentang bayi, rasa sakit, stres, dan
penderitaan mental.

Respon Mengisap selama Menyusu

Peran bayi dalam proses menyusui juga sama pentingnya. Seperti yang baru saja dijelaskan, isapan bayi
sangat penting untuk memberikan rangsangan yang tepat untuk produksi dan pengeluaran ASI. Bayi juga
menciptakan wadah untuk ASI dan membantu mengeluarkannya. Perkembangan dan mekanisme
mengisap dijelaskan pada Chapter 1, meskipun karena alasan teknis, sebagian besar penelitian meneliti
pemberian susu melalui botol. Namun, beberapa penelitian secara khusus berfokus pada respons
mengisap selama menyusui.

Mekanisme Mengisap

Mekanisme mengisap selama menyusui pada awalnya dijelaskan oleh Ardran dkk pada tahun 1958
dengan menggunakan film sineradiografi. Penelitian yang sama terhadap pemberian botol susu
memberikan sebuah perbandingan. Peneliti menemukan bahwa ketika bayi mengisap payudara ke dalam
mulut, puting dan areola sebuah memanjang. Elevasi dari rahang dan lidah menekan puting, dengan
tekanan yang dimulai dari tonjolan gusi dan berlanjut ke belakang sepanjang langit-langit mulut. puting
kemudian memendek dan menjadi lebih tebal, rahang turun, dan proses ini terulang kembali.

Studi baru yang menggunakan pencitraan real-time ultrasound telah memberikan deskripsi yang serupa
namun lebih mendalam. Telah diamati bahwa tepi lateral lidah ‘melingkari” puting susu, membentuk alur
tengah (a central groove). Puting susu memanjang hingga dua kali ukuran normalnya selama proses
mengisap, ditekan hingga setengah dari tingginya antara lidah dan lelangit mulut, dan mempertahankan
dimensinya lebarnya (lihat gambar 7-1, halaman 403). Masih menjadi pertanyaan kontroversial apakah
lidah bergerak terutama pada gerakan peristaltik anterior-posterior, atau seperti piston atas-bawah yang
berhubungan dengan mandibula dan hyoid.

Banyak spesialis laktasi yang menggambarkan perbedaan gerakan lidah saat menyusui dengan payudara
dan botol susu, meskipun tidak dapat membuktikan teori ini. “Kebingungan puting susu” atau “Nipple
confusion” yang digambarkan sebagai kesulitan beralih antara botol dan payudara, umumnya dikaitkan
dengan perbedaan gerakan lidah. Namun, meninjau kembali penelitian yang menggunakan teknik
pencitraan, perbedaan gerakan mulut antara menyusui dengan payudara dan botol susu kurang jelas.
Dalam penelitian perintis oleh Ardran, Kemp, dan Lind, tidak ada perbedaan yang dicatat dalam gerakan
lidah antara menyusui dengan botol. Weber menggambarkan gerakan lidah yang menggulung dan
peristaltik pada payudara dan piston seperti meremas botol. Smith melaporkan bahwa gerakan lidah
serupa pada payudara dan dot botol standar, tetapi mencatat bahwa gerakan lidah yang berbeda
digunakan pada dot Nuk®.

Beberapa bayi diamati mengalami kesulitan untuk berganti dot dengan desain yang berbeda, sehingga
fenomena “kebingungan puting susu” mungkin tidak terbatas pada perbedaan antara puting susu botol
dan payudara. Pengamatan ini menunjukkan bahwa kualitas taktil dan proprioseptif dari suatu objek
dapat memengaruhi gerakan dan penerimaan mulut bayi. Ada kemungkinan bahwa perbedaan motorik
utama antara mengisap dari payudara dan dari botol adalah dalam hal memulai mengisap. Namun, area
ini belum sepenuhnya dipelajari. Sementara dot botol yang kaku dimasukkan ke dalam mulut yang
terbuka sebagian dan diletakkan di lidah, mulut harus dibuka lebar untuk menerima payudara dan bayi
harus secara aktif menariknya ke dalam untuk membentuk dot. Selain itu, perbedaan mekanisme
mengisap pada payudara dan botol juga dapat disebabkan oleh variasi laju aliran ASI dari ibu yang
berbeda dan jenis dot yang berbeda.

Peran isapan tekanan negatif dan kompresi tekanan positif pada puting susu dalam proses menyusui
telah diteliti. Terlihat bayi menggunakan isapan untuk menarik puting ke dalam mulut dan
mempertahankannya di sana. Tekanan positif lidah terhadap puting dan areola, ditambah dengan
pengeluaran ASI oleh refleks pengeluaran ASI, mengeluarkan ASI. Lawrence merasa bahwa isapan
memfasilitasi pengisian ulang sinus dan saluran. Di sisi lain, Smith dkk., mengamati bahwa pengeluaran
ASI terjadi lebih lambat dari kompresi puting maksimal, bersamaan dengan depresi rahang dan lidah,
dan menyarankan bahwa tekanan negatif mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam
mengeluarkan ASI. Pada kenyataannya, kemungkinan besar kompresi dan hisapan berperan; karena ASI
dapat dikeluarkan secara ketat dengan kompresi seperti dengan ekspresi manual (tangan) atau semata-
mata dengan hisapan yang dihasilkan oleh pompa ASI mekanis.

Pola Isapan dan Aliran ASI

Kecepatan dan pola isapan pada payudara telah dipelajari. Walaupun ada perbedaan antara isapan
nutritif (nutritive sucking) pada botol dan isapan non-nutritif (non-nutritive sucking) (NS = 1 isapan/detik,
NNS = 2 isapan/detik), variasi yang berkelanjutan tampak pada menyusui (melalui payudara). Kecepatan
isapan (dalam proses mengisap) tinggi pada 3 menit pertama (sama halnya dengan NNS) sampai refleks
let-down muncul. Kemudian kecepatan isapan melambat (sama halnya dengan NS pada botol susu), lalu
kecepatan akan meningkat kembali selama minum. Hubungan linear antara aliran ASI dan kecepatan
mengisap membantu menjelaskan observasi ini: kecepatan isapan tinggi sebelum let-down reflex dan
saat awal aliran ASI; kecepatan isapan lambat dan diikuti let-down reflex saat aliran ASI tinggi; kemudian
meningkat berbarengan dengan aliran ASI yang menurun mendekati akhir minum. Pola ini dapat
terulang kembali saat ibu memiliki lebih dari 1 let-down reflex.

Lucas dkk melaporkan bahwa sekitar 50% ASI diambil dari payudara selama 2 menit pertama isapan
produktif, dengan 80-90% diambil dalam 4 menit pertama. Aliran ASi tinggi pada awal menyusi dan
menurun secara bertahap. Volume ASI dilaporkan sejumlah 0.14 ml/isapan pada awal menyusui, dan
hanya 0.01 ml/isapan pada akhir menyusui, dan mendukung konsep dari makin tinggi aliran ASI dan
banyaknya jumlah isapan pada awal menyusui. Selain itu, pada awal menyusui semburan ASI lebih
panjang durasinya, dengan jeda yang sedikit dan jarang. Seiring dengan berjalannya progres menyusui,
semburan ASI menjadi lebih pendek dan memiliki jeda yang panjang dan sering. Persentase waktu yang
lebih kecil yang dihabiskan untuk mengisap saat pemberian minum berlangsung juga akan berkontribusi
pada penurunan asupan di akhir pemberian makan. Woolridge dkk. melaporkan bahwa untuk setiap
pasangan ibu-bayi, terdapat karakteristik kecepatan transfer ASI. Hal ini ditentukan oleh kecepatan
pengeluaran ASI oleh ibu dan laju kebutuhan ASI oleh bayi.
Durasi mengisap pada payudara juga tidak selalu berhubungan dengan asupan. Meskipun bayi dapat
menghabiskan waktu yang sama untuk mengisap di setiap payudara, beberapa bayi secara konsisten
minum lebih sedikit ASI dari payudara kedua. Rasa kenyang mungkin berperan, namun ketersediaan ASI
tidak; asupan akan lebih sedikit pada payudara kedua bahkan ketika persediaan ASI yang tersisa
melimpah. Bayi tampaknya memiliki tingkat pengaturan diri yang tinggi terkait asupan ASI. Dalam
penelitian DARLING, jumlah ASI yang tidak diminum (sisa ASI) tidak berbeda secara signifikan antara bayi
dengan asupan “rendah” dan “rata-rata” pada usia 3 bulan. Dengan demikian, bayi dengan asupan yang
lebih rendah menyisakan susu yang tidak dikonsumsi sama banyaknya dengan bayi dengan asupan yang
lebih tinggi.

Butte dan koleganya juga melaporkan bahwa asupan ASI harian tidak berkorelasi secara signifikan
dengan durasi menyusu atau jumlah menyusu per hari. Tampak bayi yang menyusu dapat menghabiskan
sebagian besar waktunya di payudara untuk melakukan isapan non-nutrisi atau bergizi minimal. Peran
NNS pada payudara ini dalam mempertahankan pasokan ASI ibu atau dalam memfasilitasi kesejahteraan
bayi masih belum memiliki penjelasan yang mendalam. Selain itu, hanya sedikit yang diketahui tentang
perubahan tekanan mengisap selama proses menyusui dan bagaimana hal tersebut berhubungan
dengan aliran ASI.

Beberapa perubahan maturasional dalam durasi waktu mengisap di payudara telah dijelaskan. Selama
empat bulan pertama, durasi dan jumlah menyusui menurun, namun total asupan tetap konstan. Oleh
karena itu, setiap kali menyusu, bayi harus lebih efisien untuk mendapatkan volume yang lebih besar
dalam waktu yang lebih singkat. Penjelasan yang mungkin termasuk pengosongan payudara yang lebih
efektif, refleks pelepasan yang lebih cepat, dan berkurangnya kebutuhan untuk mengisap yang tidak
bergizi.

Menyusui dan Bayi Rawat Inap

Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan ASI menjadi kontraindikasi. Sebaliknya, terdapat
beberapa kondisi medis yang justru menghambat perjalanan penyakit atau membantu pemulihan. Akan
tetapi, pada beberapa kondisi, pemberian ASI tidak dapat dilakukan. Alasan yang sering mendasari
kondisi ini adalah rawat inap di rumah sakit dan penggunaan ventilator mekanik, koordinasi mengisap
dan menelan yang tidak adekuat untuk dapat minum sendiri, dan intoleransi minum. Kondisi lain yang
berhubungan dengan kemampuan makan secara oral, menyusui mungkin bukan kontraindikasi,
melainkan potensi keberhasilannya kecil. Kelainan pada oral atau mulut anak (sumbing bibir dan lelangit,
dsb), kelainan neurologis (hipoksia sekunder atau perdarahan intrakranial), dan kelainan motorik (cranial
nerve palsy).

Satu dari keputusan pertama yang dihadapkan pada orang tua saat bayi rawat inap di rumah sakit yaitu
apakah dapat menyediakan ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Keputusan ini terkadang dibuat
saat bayi tidak mendapatkan nutrisi secara enteral. Status kesehatan bayi secara keseluruhan membuat
ibu kewalahan, dan pertimbangan nutrisi mungkin bukan menjadi prioritas utama. Selain itu, sumber
daya untuk membahas manfaat potensial dari pemberian ASI mungkin terbatas.

Meskipun ASI memberikan banyak manfaat bagi bayi yang sehat, manfaat ini mungkin menjadi lebih
penting bagi bayi yang dirawat di rumah sakit. Secara khusus, ASI dapat memberikan perlindungan
terhadap infeksi bagi bayi yang terpapar dengan banyak organisme di lingkungan rumah sakit.
Kemudahan pencernaan ASI dapat meningkatkan toleransi makan pada bayi dengan saluran pencernaan
yang belum matang atau sedang sakit. Berkurangnya insiden gangguan pencernaan pada bayi yang
menerima ASI adalah manfaat lainnya. Sebagian besar kualitas ASI yang bermanfaat dipertahankan
selama penyimpanan sambil menunggu kesiapan bayi untuk menyusu. Memberikan kualitas ASI yang
istimewa kepada bayi yang mengalami gangguan juga dapat memberikan perasaan puas dan
penghargaan bagi ibu.

Kelayakan dan Efek Menyusui Bayi Prematur

Banyak yang berpendapat bahwa menyusui melalui payudara terlalu menegangkan bagi bayi prematur
yang baru mulai menyusu secara oral. Sering kali dirasakan bahwa menyusui melalui payudara
membutuhkan lebih banyak “kerja” dan dengan demikian lebih banyak energi daripada pemberian susu
melalui botol, yang berpotensi membahayakan kenaikan berat badan yang lemah pada bayi-bayi ini.
Oleh karena itu, perkembangan yang umum terjadi adalah transisi dari pemberian ASI ke pemberian
susu melalui botol. Kemudian, jika diinginkan, pemberian ASI diperkenalkan setelah pemberian susu
melalui botol terbentuk dan terjadi tanpa kesulitan.

Pemberian susu botol memiliki beberapa keuntungan bagi staf medis yang merawat bayi prematur di
rumah sakit. Utamanya, asupan yang tepat mudah diukur, dan mudah dilakukan tanpa kehadiran ibu.
Namun, mengikuti urutan yang mewajibkan pemberian susu botol yang efektif sebelum menyusui,
secara tidak sengaja dapat merusak potensi bayi untuk menyusui dengan sukses. Menyusui melalui
payudara mungkin tidak diperkenalkan sampai mendekati waktu pulang dari rumah sakit, sehingga
hanya menyisakan sedikit waktu bagi ibu dan bayi untuk berlatih di lingkungan ruang rawat bayi yang
mendukung di mana perawat berpengalaman tersedia untuk memandu proses ini. Selain itu, bayi telah
terampil mendapatkan makanan dari botol dan mungkin tidak memiliki kesabaran atau fleksibilitas untuk
menyesuaikan diri dengan perbedaan dalam menyusu. Perbedaan-perbedaan ini terutama mencakup
perlunya melekat dan menarik puting payudara ke dalam mulut dan mempertahankan isapan non-
nutritif sembari menunggu refleks pelepasan (let-down reflex). Gerakan lidah yang berbeda diperlukan
atau tidak selama mengisap masih menjadi pertanyaan yang kontroversial.

Meier dkk telah melakukan penelitian yang dirancang untuk mengevaluasi kemampuan bayi prematur
untuk menyusu, serta dampak fisiologis dari pemberian ASI secara dini. Merangkum temuan ini,
pemberian ASI berhasil dimulai pada bayi dengan usia kehamilan 32½ minggu dan berat badan 1.220
gram. Meskipun usia kehamilan dan kematangan dirasakan berperan dalam kesiapan untuk menyusui,
kenyataannya tidak dengan berat badan. Namun, semua bayi yang diteliti menunjukkan koordinasi
mengisap dan menelan sebelum memulai pemberian makanan oral. Setiap bayi memiliki setidaknya satu
botol sebelum dimasukkan ke payudara, meskipun beberapa telah diberikan susu botol selama sembilan
hari. Lamanya waktu pemberian susu botol sebelum pengenalan payudara tampaknya terkait dengan
kemudahan dalam membangun keterampilan menyusui. Meskipun bayi yang minum botol sesekali
selama tiga hingga empat hari memiliki sedikit masalah dalam memulai menyusui, transisi ke ASI
tampaknya lebih sulit bagi bayi yang minum botol secara eksklusif untuk waktu yang lebih lama.
Menariknya, setelah pemberian ASI dimulai, pemberian susu botol secara teratur tampaknya tidak
mengganggu kemampuan bayi untuk mempertahankan kemampuan menyusui. Pengamatan ini dapat
bervariasi pada setiap pasangan ibu dan bayi.

Dalam penelitian ini, karakteristik mengisap bervariasi antara payudara dan botol. Semua bayi
membutuhkan bantuan berulang kali untuk melekat pada payudara selama beberapa kali menyusu.
Selama masa awal menyusui, pola semburan-jeda yang lebih jelas terlihat pada payudara bila
dibandingkan dengan botol, dengan bayi menunjukkan mondar-mandir mengisap semburan dan jeda
pada payudara. Seiring bertambahnya usia, bayi menunjukkan pola semburan-jeda yang lebih lama dan
lebih halus pada payudara dan botol. Meskipun selama menyusui, bayi tidak menunjukkan tanda-tanda
kesusahan (yaitu, bradikardia, takikardia, perubahan warna, atau tersedak), sementara pemberian susu
botol, episode bersendawa, tersedak, dan bradikardia dicatat. Waktu menyusui rata-rata berkisar antara
9 hingga 19 menit pada botol dan 16 hingga 31 menit pada payudara. Hal ini disebabkan oleh isapan
nutrisi yang konsisten pada botol, dengan isapan non-nutrisi dan peningkatan interaksi ibu-bayi yang
diselingi dengan pemberian ASI.

Dalam hal pengukuran fisiologis, Meier dkk. menemukan bahwa pola PO transkutan (tcPO2) sangat
berbeda antara pemberian susu botol dan ASI. Selama menyusui, fluktuasi minimal terlihat di atas dan di
bawah nilai dasar, bahkan selama semburan isapan. Selama pemberian susu botol, tcPO2 turun selama
periode mengisap, meningkat ke nilai awal saat penghisapan berhenti, mendatar selama istirahat yang
lama seperti bersendawa, dan secara bertahap menurun selama 10 menit setelah pemberian susu
selesai.

Temuan ini, meskipun hanya menggambarkan sejumlah kecil bayi prematur, menunjukkan bahwa
pemberian ASI dapat dilakukan pada bayi prematur muda yang menunjukkan kesiapan menyusu.
Menyusui tampaknya tidak menyebabkan stres fisiologis tambahan, dan pada kenyataannya dapat
menyebabkan stres fisiologis yang lebih sedikit daripada pemberian susu botol. Pada kelompok usia ini,
koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas mungkin lebih berhasil dilakukan pada payudara
dibandingkan dengan botol. Spekulasi mengenai mekanisme yang mendasari pengamatan ini berfokus
pada dua faktor: gangguan ventilasi dan aliran ASI. Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa
beberapa tetes tcPO2 selama pemberian susu melalui botol, dan ini dirasakan sebagai observasi yang
mencerminkan interupsi dari ventilasi selama menelan.
Mathew telah mempelajari pola ventilasi selama pemberian susu melalui botol maupun langsung dari
payudara. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pola ventilasi tetap lebih dekat dengan nilai awal
selama pemberian susu melalui payudara dibandingkan dengan pemberian susu melalui botol. Meskipun
penelitiannya menggunakan ibu pada tahap awal laktasi (saat ketersediaan ASI dipertanyakan)
membatasi perbandingan, namun ia berspekulasi bahwa perbedaan pola ventilasi pada payudara
mungkin bertanggung jawab atas perubahan terbatas pada tcPO2 yang dilaporkan oleh rekan-rekan
Meieran. Mathew mengaitkan perbedaan pola ventilasi yang ditemukannya antara payudara dan botol
dengan perbedaan dalam pengiriman susu dan laju aliran. Lebih sedikit aliran per isapan pada payudara,
yang menyebabkan berkurangnya laju menelan, dapat meminimalkan desaturasi oksigen yang
berhubungan dengan menyusui dengan meningkatkan waktu yang tersedia untuk bernapas.

Meskipun Mathew menyatakan bahwa perbedaan yang ditemukannya mungkin akan hilang ketika laktasi
sudah berjalan dengan baik, penelitian Meier menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi. Ia juga
berspekulasi bahwa bayi mungkin dapat memodifikasi tekanan isapan dan/atau aliran ASI pada payudara
untuk memfasilitasi pemberian ASI yang teratur dengan cara yang tidak dapat dilakukan dengan botol.
Penelitian lebih lanjut jelas diperlukan untuk memperkuat pemahaman kita tentang keterkaitan antara
metode pemberian ASI dan respons fisiologis pada bayi cukup bulan dan bayi prematur. Penelitian ini,
bagaimanapun, harus mendorong penyedia layanan kesehatan untuk mencoba menyusui pada tahap
awal memulai pemberian makanan oral, bahkan pada bayi prematur yang lebih muda.

Transisi menuju menyusu dari payudara

Seperti yang dikatakan Lawrence, "Risiko bayi prematur yang kelaparan saat beradaptasi untuk menyusu
pada payudara adalah nyata. Oleh karena itu, proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan penuh
pertimbangan untuk mencapai tiga tujuan: (1) menjaga nutrisi dan pertumbuhan bayi, (2)
mengembangkan keterampilan bayi untuk mendapatkan ASI dari payudara, dan (3)
mempertahankan/membangun pasokan ASI ibu sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Perkembangan yang mungkin terjadi, bersama dengan berbagai pertimbangan untuk penerapannya,
disajikan di bawah ini. Rincian lebih lanjut mengenai beberapa aspek dari proses ini dapat ditemukan di
tempat lain. Tidak ada "resep untuk sukses" dalam proses ini; proses ini harus disesuaikan dengan
masing-masing pasangan ibu-bayi. Karakteristik bayi prematur yang dapat mengganggu proses ini,
seperti keadaan, perilaku, dan postur tubuh (lihat Chapter 3 dan 6) harus dipertimbangkan, bersama
dengan potensi kesulitan oral yang telah dibahas sebelumnya.

1. Isapan non-nutritif (NNS): Penggunaan selang makan merupakan metode yang umum
digunakan untuk memberikan nutrisi pada bayi yang belum memiliki kemampuan makan secara
oral yang matang. NNS tampak sebagai tatalaksana pada pencernaan, membantu dalam kontrol
keadaan, dan meningkatkan berat badan, transisi lebih awal ke pemberian makanan oral, dan
pemulangan lebih awal ke rumah sakit.
Jika NNS memungkinkan, pasangan ibu-bayi yang berencana untuk menyusui harus memulai
NNS pada payudara. Hal ini dapat dilakukan dengan cara ibu mempersiapkan dan mengosongkan
payudaranya. Memulai proses transisi dengan MS pada payudara memiliki beberapa
keuntungan. Pertama, hal ini memungkinkan bayi untuk mulai mempraktekkan mekanisme
menyusui pada usia yang lebih dini. Secara khusus, bayi dapat mengembangkan keterampilan
dalam pelekatan pada payudara. Lingkungan selama latihan ini juga dapat mengurangi stres bagi
ibu dan bayi. Ibu tidak perlu khawatir tentang keberhasilan menyusui dan hanya memperhatikan
proses mengisap. Bayi tidak perlu terlalu lapar dan dengan demikian mungkin lebih sabar dalam
mempelajari keterampilan baru ini, dan mungkin akan merasa puas hanya dengan aktivitas
mengisap. NNS pada payudara dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian ASI atau pada
waktu lain ketika kondisi bayi sesuai. Jika perlu, sebagian dari makanan gavage dapat diberikan
sebelum meletakkan bayi ke payudara untuk mengurangi rasa lapar. Bahkan setelah pemberian
susu botol telah dimulai, NNS pada payudara dapat menjadi metode yang bermanfaat untuk
memulai transisi ke payudara.

2. Memulai pemberian makanan melalui mulut: Seperti yang telah dibahas secara rinci pada
bagian sebelumnya, ketika bayi tampak siap untuk pemberian makanan melalui mulut, pada
umumnya tidak ada kontraindikasi untuk memulai pemberian ASI. Pengenalan payudara dan
botol secara bersamaan telah berhasil, dengan penggunaan kedua metode tersebut secara terus
menerus tampaknya tidak mengganggu keberhasilan menyusui.
Banyak dokter khawatir bahwa “kebingungan puting” akan berkembang ketika bayi minum susu
melalui payudara maupun botol. Namun, tampaknya bingung puting akan lebih menjadi masalah
ketika pemberian susu melalui botol menjadi satu-satunya metode dalam pemberian nutrisi bayi
selama lebih dari 1 minggu sebelum bayi mulai menyusu langsung dari payudara. Di sisi lain, jika
bayi mengalami kesulitan mempertahankan stabilitas fisiologis pada botol, pemberian susu botol
dapat dihentikan, dan pemberian ASI dilanjutkan, sambil menunggu pematangan lebih lanjut.

Pengukuran asupan juga menjadi pertimbangan selama menyusui. Meier dkk menganjurkan
untuk tidak menghentikan sesi menyusui berdasarkan aturan yang dipaksakan, tetapi
melanjutkannya selama ibu dan bayi merasa nyaman. Di rumah sakit, anggota staf keperawatan
dapat memantau perubahan klinis dan fisiologis dan membantu ibu menentukan apakah faktor-
faktor ini harus mengarah pada penghentian pemberian ASI. Pemberian ASI dini dapat dibatasi
pada satu payudara. Penimbangan berat badan setiap hari disarankan untuk memantau
pertumbuhan bayi. Jika metode pemantauan asupan ini tidak dapat diterima, bayi dapat
ditimbang sebelum dan sesudah menyusui. Penggunaan timbangan elektronik khusus yang
melakukan beberapa kali pembacaan secara berurutan dan memberikan nilai rata-rata akan
diperlukan untuk mendapatkan pengukuran yang dapat diandalkan.

Suasana dan tingkat dukungan untuk ibu selama upaya awal menyusui harus dipertimbangkan
dengan cermat. Suasana yang privat dan santai akan memudahkan respons ibu dan bayi.
Bantuan harus tersedia pada tingkat yang dibutuhkan dan diinginkan oleh ibu.

3. Mempertahankan pasokan ASI: Meskipun meletakkan bayi pada payudara akan memberikan
stimulasi tambahan untuk produksi ASI, namun pengosongan yang sempurna juga harus dijaga.
Oleh karena itu, pada fase awal transisi ke pemberian ASI, ibu harus memompa setelah setiap
sesi menyusui. Selain memberikan pengosongan lengkap yang akan merangsang pemeliharaan
suplai ASI, memompa dapat membantu ibu menentukan perkiraan asupan tanpa menimbang
bayi setiap kali menyusui. Pemompaan pasca menyusui harus dihentikan secara bertahap hingga
bayi menyusu sepenuhnya melalui payudara.

4. Nutrisi tambahan: Proses beralih ke pemberian ASI secara total dapat memakan waktu
beberapa minggu hingga beberapa bulan. Selama masa ini, bayi akan membutuhkan makanan
tambahan. Botol tambahan dapat diberikan pada waktu makan tertentu, dengan jumlah
makanan yang diketahui. Sebuah metode yang disebut "triple timing" dapat digunakan. Pertama,
ibu menyusui bayinya. Selanjutnya, bayi diberi ASI yang telah diperah sebelumnya melalui botol.
Terakhir, ibu memompa untuk memerah ASI dalam jumlah maksimal untuk pemberian tersebut
sehingga dapat digunakan pada pemberian berikutnya. Pemberian susu formula sebagai
pelengkap untuk melengkapi pemberian ASI harus dihindari karena dapat menyebabkan
kegagalan laktasi.2 Penggunaan alat bantu berupa selang makanan (lihat halaman 432) juga
dapat membantu untuk memastikan kecukupan nutrisi selama masa transisi ini. Pada beberapa
kasus, pemberian makanan gavage dapat dilanjutkan hingga proses menyusui benar-benar
berjalan dengan baik.

5. Transisi ke rumah: Berada di rumah bersama bayi akan memudahkan pemberian ASI, karena ibu
dan bayi memiliki akses yang konstan satu sama lain. Keberhasilan mungkin tergantung pada
jumlah pengalaman menyusui yang dimiliki ibu dan bayi di rumah sakit dan pengetahuan ibu
tentang apa yang diharapkan selama proses transisi. Menyusui secara rutin selama beberapa
hari pertama disarankan untuk membantu proses transisi ini. Karena beberapa masalah atau
pertanyaan seputar menyusui mungkin terjadi, maka sumber kontak tindak lanjut harus dibuat.
Sebuah studi oleh Howard menghubungkan keberhasilan yang dirasakan sendiri dalam menyusui
bayi pra-dewasa dengan faktor-faktor seperti motivasi yang lebih tinggi dan lebih sedikit
kesulitan menyusui. Kurangnya keberhasilan terkait dengan masalah ibu dengan suplai ASI,
kekecewaan, dan pemompaan, serta kesulitan membuat bayi mengisap payudara. Menetapkan
keberhasilan menyusui sebelum keluar dari rumah sakit tentu saja merupakan cara terbaik untuk
memastikan keberhasilan di rumah. Selain itu, keberhasilan yang lebih besar dalam menyusui
bayi prematur dapat dicapai dengan menyediakan lebih banyak sumber daya untuk membantu
ibu yang mengalami kesulitan menyusui setelah keluar dari rumah sakit.

Bayi Rawat Inap dengan Masalah Kesehatan Lain

Bayi yang di rawat inap dengan beberapa masalah kesehatan mungkin memiliki masalah untuk
memulai menyusu pada payudara. Hal ini mungkin ditemukan pada bayi dengan Down
Syndrome, atau bayi dengan kelainan neurologis akibat asfiksia atau perdarahan intrakranial, dan
pada bayi dengan kelainan wajah-mulut. Beberapa bayi cenderung memiliki masalah makan
secara umum yang berhubungan dengan kelainan karakteristik mulut-wajah. Evaluasi dari
keseluruhan kemampuan makan akan dibahas pada Chapter 3. Hubungan antara masalah oral
secara spesifik dengan proses menyusu pada payudara telah dijelaskan pada awal bab ini. Materi
pelatihan orang tua disediakan dalam gambaran beberapa teknik yang berhubungan dengan
menyusui, dengan kondisi medis yang dimiliki. Jumlah dukungan dan pelatihan pada ibu yang
dilakukan selama inisiasi menyusui, ketika muncul masalah yang cukup besar terjadi, tampaknya
berhubungan dengan kesuksesan menyusui.

Bayi lain akan memiliki kemampuan oromotor yang adekuat namun limitasi medis dapat
mempengaruhi proses menyusui. Banyak informasi yang ditampilkan pada bab ini berhubungan
dengan bayi preterm yang mungkin dapat digunakan pada bayi yang memiliki limitasi endurance
akibat kelainan jantung kongenital dan masalah lain yang serupa. Ketika bayi memiliki masalah
makan yang berkepanjangan dan penggunaan susu formula khusus yang sering, penggunaan
selang makan dapat dipertimbangkan. Informasi mengenai transisi menyusu pada payudara
dapat digunakan pada bayi dengan masalah kesehatan lain. Menyusu dari payudara pada anak
dengan kelainan oral seperti sumbing bibir dan lelangit dibahas terpisah pada Chapter 6.

Sikap dan Keputusan terhadap Menyusui

Sayangnya, ada kalanya para profesional medis terbagi dalam dua kubu yang berbeda mengenai
masalah menyusui: kubu yang mendukung pemberian ASI dengan mengesampingkan pilihan
lain, dan kubu yang tidak melihat adanya alasan untuk mendorong pemberian ASI, terutama jika
ada kondisi yang mempersulit. Ketika pesan-pesan tersebut tidak sesuai dengan sikap, keinginan,
atau pengalaman orang tua, kebingungan, dan/atau rasa bersalah dapat terjadi. Oleh karena itu,
dalam memberikan konseling kepada orang tua mengenai pemberian ASI, harus dicari
keseimbangan antara dukungan yang antusias terhadap pemberian ASI dengan harapan yang
realistis.

Meskipun menyusui memberikan banyak manfaat potensial bagi ibu dan anak, tidak semua ibu
ingin menyusui. Apapun alasannya, harus diterima tanpa menghakimi. Selain itu, harus diakui
bahwa menyusui tidak selalu berhasil, bahkan pada bayi cukup bulan yang sehat. Kasus-kasus ini
harus segera diidentifikasi dan ditangani dengan baik untuk memastikan bahwa ibu tidak merasa
bahwa ibu dan bayinya “gagal” dalam upaya ini. Di sisi lain, ketika bayi sakit atau prematur dan
ibu telah merencanakan untuk menyusui, adalah suatu ketidakadilan untuk mengesampingkan
rencananya. Banyak ibu dari bayi yang sakit atau prematur memutuskan untuk setidaknya
memberikan ASI kepada bayinya. Ini adalah kontribusi yang hanya dapat dilakukan oleh ibu dan
dia harus didukung sepenuhnya bahkan jika ini adalah satu-satunya komponen dari pengalaman
menyusui yang dia miliki dengan bayinya.
Ketika bayi sakit atau menyusui tidak sepenuhnya berhasil, membuat keputusan mengenai
pemberian ASI menjadi proses yang sulit. Ketika para ibu dan keluarga berjuang untuk membuat
keputusan yang tepat dalam situasi yang penuh tekanan ini, ibu dan keluarga berhak
mendapatkan informasi yang menyeluruh dan tidak bias mengenai pilihan menyusui serta
manfaat dan keterbatasan menyusui dalam situasi ini. Selain itu, juga berhak mendapatkan
dukungan dan dorongan untuk menyusui secara penuh jika memungkinkan. Hal ini mencakup:

Pilihan-pilihan untuk menyusui: Sebagian besar orang tua beranggapan bahwa menyusui berarti
secara eksklusif meletakkan bayi ke payudara untuk mendapatkan nutrisi. Bergantung pada
keadaan bayi, memompa untuk mendapatkan ASI yang akan diberikan melalui rute alternatif
harus disajikan sebagai pilihan. Ketersediaan alat bantu selang makanan sebagai metode utama
atau tambahan dalam pemberian ASI juga dapat direkomendasikan. Masing-masing dari hal
tersebut harus dianggap sebagai metode “menyusui”. Orang tua harus menyadari bahwa
meskipun penghentian laktasi mungkin sulit untuk dibatalkan, begitu ibu telah mengembangkan
persediaan ASI, rencana menyusui atau pemberian ASI (termasuk memompa atau menggunakan
alat tabung susu) selalu dapat diubah jika tidak memenuhi kebutuhan orang tua atau bayi.

Manfaat nutrisi: Hal ini harus dibahas sesuai dengan kebutuhan bayi. Manfaat ASI akan sangat
relevan untuk beberapa bayi. Bayi lainnya tumbuh normal dan tidak mengalami komplikasi
tambahan dari susu formula komersial.

Pertimbangan emosional: Meskipun banyak manfaat emosional yang dikaitkan dengan


menyusui, kadang-kadang manfaat ini mungkin lebih besar daripada kesulitan seputar menyusui.
Ketika menyusu pada payudara tidak memungkinkan untuk segera dilakukan, atau tidak berjalan
dengan baik, manfaat emosional akan tertunda. Para ibu harus selalu diyakinkan bahwa ada
banyak cara untuk membangun ikatan emosional yang kuat dengan bayi, bahkan jika tidak
berhasil atau memilih untuk tidak menyusui bayi langsung pada payudara. Memberikan ASI
perah dapat menjadi salah satu pilihan, meskipun ada banyak pilihan lain yang tidak
berhubungan dengan menyusui, termasuk kehadiran fisik ibu, menyentuh, menggendong,
mengajak bicara, dan mengayun-ayunkan bayi.

Perlu juga diakui bahwa menyusui mungkin sulit dilakukan pada beberapa bayi, dan ini bukan
"kesalahan" ibu. Selama proses menyusui pada bayi yang mengalami kesulitan, ibu mungkin
merasa seperti berada di roller coaster emosional yang bergantung pada keberhasilan setiap
menyusui. Hal ini dapat menambah tekanan yang signifikan pada hubungan ibu-bayi yang
sedang berkembang. Selain itu, ibu dari bayi yang sakit mungkin khawatir akan hasil akhir dari
bayi dan ragu untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang membutuhkan investasi emosional.
Manfaat dan keterbatasan praktis: Orang tua harus menyadari bahwa ketika pemberian ASI
sudah mapan dan berjalan dengan lancar, hal tersebut merupakan metode yang mudah dan
nyaman untuk memberi bayi nutrisi. ASI selalu tersedia, tanpa perlu persiapan. Namun, bahkan
ketika bekerja dengan lancar, hal ini membutuhkan komitmen dari ibu untuk hadir dan tersedia
pada waktu menyusui.

Untuk bayi yang dirawat di rumah sakit atau bayi yang mengalami kesulitan untuk menyusu,
komitmen waktu dan energi mungkin jauh lebih besar. Memompa harus dilakukan dengan
komitmen untuk menjaga pasokan ASI. Hal ini sering kali merupakan tambahan dari kunjungan
ke rumah sakit. Memompa mungkin diperlukan bahkan ketika bayi menyusu pada payudara,
sehingga meningkatkan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan menyusui. Jika menggunakan alat
bantu selang makanan, alat tersebut harus dibersihkan dan dipasang setiap kali selesai
menyusui.

Setelah keluarga diberikan informasi yang dijelaskan di atas, keluarga harus mempertimbangkan dua
pertanyaan: metode pemberian makanan apa yang terbaik untuk bayi secara nutrisi dan emosional? dan
metode pemberian makanan apa yang terbaik untuk ibu secara emosional dan praktis? Terkadang
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hanya
keluarga yang dapat menentukan bobot relatif yang diberikan pada kebutuhan ibu dan bayi. Keluarga
berhak mendapatkan dorongan yang sehat atas kemampuannya untuk membuat keputusan yang tepat,
ketika keluarga diberikan informasi yang memadai. Keluarga juga berhak mendapatkan dukungan
profesional untuk keputusan apa pun yang dibuat. Hal ini termasuk dukungan emosional dan juga
bantuan teknis dari orang yang terlatih atau berpengalaman dalam menangani masalah pemberian ASI.
Ketika ada hambatan dalam keberhasilan menyusui, seorang ibu yang memutuskan untuk tetap
menyusui harus diyakinkan bahwa jika pada akhirnya tidak berhasil, berapapun tingkat pemberian ASI
yang dapat ia capai dengan bayinya akan bermanfaat bagi bayi. Kemampuan atau ketidakmampuan ibu
untuk memberikan nutrisi yang lengkap melalui payudara tidak dapat dianggap sebagai cerminan dari
kemampuan ibu untuk menjadi “ibu” bagi bayinya.

Pengambilan keputusan dalam kondisi seperti ini sering kali sulit dilakukan. Memberikan informasi dan
dukungan yang memadai akan memungkinkan proses tersebut berjalan tanpa menambah stres pada
keluarga, baik selama proses pengambilan keputusan maupun di kemudian hari karena merasa kurang
mendapatkan informasi yang cukup untuk mengambil keputusan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai