Laporan SGD LBM 1 Blok Reproduksi 1
Laporan SGD LBM 1 Blok Reproduksi 1
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya saya dapat melaksanakan dan menyusun laporan Small Group
Discussion (SGD) LBM 1 yang berjudul “Tubuhku Mengalami Perubahan” ini
tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan sebagai
syarat nilai SGD serta Pleno dalam Blok Reproduksi 1. Dalam penyusunan
laporan ini, saya mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesampatan ini saya menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan kaporan ini dengan lancar.
2. dr. Sulatun Hidayati, S. Ked selaku Tutor serta Fasilitator Small Group
Discussion (SGD) kelompok 13
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar yang
memberikan masukan terkait laporan yang saya buat.
4. Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait dengan laporan
yang telah saya buat.
5. Serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan dukungannya
kepada saya.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata saya berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang akan
menggunakannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Embriologi Organ Reproduksi Wanita ..................................................... 3
2.5 Pubertas (Tahapan Pubertas, Tanda Seks Primer dan Tanda Seks
Sekunder) ......................................................................................................... 42
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
LBM 1
“Tubuhku Mengalami Perubahan”
Ayu adalah seorang mahasiswa kedokteran sedang semangat mempelajari
tentang blok reproduksi, dimana saat mempelajari blok tersebut, ia dijelaskan
terkait perubahan tubuh Wanita dari sejak kecil menuju remaj yang disebut
dengan pubertas. Kemudian ia berkaca dan memperhatikan perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan. Ternyata
tubuhnya mengalami banyak perubahan dari bentuk tubuh, alat reproduksi, dan
postur tubuh pada masa pubertas. Ia memperhatikan bagian tubuhnya seperti
perubahan pada payudara, mulai tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, dan
mengalami menarche. Setelah itu, ia membaca kembali teori yang sudah diajarkan
terkait perubahan tubuh Wanita dari masa anak-anak ke masa pubertas. Berikut
gambar yang dipelajari:
1
1.2 Deskripsi Masalah
Dalam SGD LBM 1 Pada blok Reproduksi 1 yang berjudul Tubuhku
Mengalami Perubahan, kami mendapatkan beberapa identifikasi masalah. Dalam
scenario tersebut diceritakan bahwa terdapat seorang mahasiswa kedokteran
bernama Ayu sedang semangat mempelajari tentang blok reproduksi, dimana saat
mempelajari blok tersebut, ia dijelaskan terkait perubahan tubuh Wanita dari sejak
kecil menuju remaj yang disebut dengan pubertas. Kemudian ia berkaca dan
memperhatikan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sesuai dengan teori yang
sudah dijelaskan. Ternyata tubuhnya mengalami banyak perubahan dari bentuk
tubuh, alat reproduksi, dan postur tubuh pada masa pubertas. Pubertas merupakan
masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa pubertas terjadi
perubahan pada seks primer dan juga seks sekunder. Perubahan tersebut
dipengaruhi beberapa faktor, seperti faktor gen, lingkungan, hingga hormon.
Hormon yang ada pada pubertas bermacam-macam jenisnya dengan fungsi yang
berbeda beda pula. Dalam laporan ini akan dibahas mulai dari embriologi,
anatomi, histologi, fisiologi, Perubahan seks primer dan seks sekunder, hingga
perubahan hormon yang memengaruhi pubertas. Pembahasan selengkapnya akan
dibahas pada pembahasan di Bab II. Materi ini penting untuk dipelajari untuk
memahami blok Reproduksi dan akan berguna di blok selanjutnya yang relevan
dengan blok Reproduksi 1.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
mesenterium hindgut, sampai di gonad primitif pada awal minggu ke lima dan
menginvasi garis genital pada minggu keenam (Sadler TW., 2014).
4
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tanpa kromosom Y,
primitive sex cord memisahkan diri menjadi kelompok sel. Kelompok tersebut,
meliputi sel germinal primitif, menempati daerah medular ovarium. Akhirnya
mereka menghilang dan diganti oleh stroma vaskular yang membentuk medula
ovarium (Sadler TW., 2014), (Rinata Evi, & Widowati Hesty. 2020).
5
Jadi dapat dinyatakan bahwa genetik seks embrio ditentukan pada saat
fertilisasi, tergantung apakah spermatosit membawa kromosom X atau Y. Pada
embrio dengan kromosom seks XX, jaringan medular gonad mengalami regresi
dan jaringan kortikal terbentuk. Pada embrio dengan kromosom sex XY, jaringan
medular berkembang menjadi testis sedangkan jaringan kortikal seksunder tidak
terbentuk (Sadler TW., 2014).
6
Gambar 4 Embriologi genetalia femina
Pada garis tengah menempel dengan duktus paramesonefrikus dari bagian
samping. Dua duktus pada mulanya dipisahkan oleh septum tetapi kemudian
berfusi menjadi saluran uterus. Ujung kaudal mengarah pada dinding belakang
sinus urogenital membentuk tuberkel mullerian. Duktus mesonefrikus terbuka ke
arah sinus urogenital pada salah satu tuberkel mulerian (Sadler TW., 2014).
SRY adalah gen utama dalam perkembangan testis dan berpengaruh secara
langsung pada gonad dan secara tidak langsung pada duktus mesonefrikus. Jadi,
SRY memacu testis mengeluarkan faktor kemotaktik yang menyebabkan tubulus
dari duktus mesonefrikus menembus gonad dan memacu perkembangan testikuler
lebih lanjut (Sadler TW., 2014), (Rinata Evi, & Widowati Hesty. 2020).
7
terikat pada DNA untuk meregulasi transkripsi gen spesifik dan produk protein
mereka. Testosteron memacu virilisasi duktus mesonefrikus sedangkan
dihidrotestosteron memacu diferensiasi genitalia eksterna laki-laki (Sadler TW.,
2014).
8
Gambar 5 Embriologi genetalia femina
Duktus paramesonefrikus berkembang menjadi duktus genital utama
wanita. Mulanya, tiga bagian dapat dikenali yaitu (a) bagian cranial yang terbuka
pada kavum abdomen, (b) bagian horizontal yang melintasi duktus mesonefrikus
dan (c) bagian kaudal yang bergabung dengan duktus mesonefrikus dari sisi yang
berlawanan. Dengan penurunan ovarium, kedua bagian pertama berkembang
menjadi tuba uterina dan bagian kaudal bergabung membentuk saluran uterus.
Saat bagian kedua duktus paramesonefrikus bergerak ke mediokaudal, garis
urogenital bertahap mengarah pada bidang transversal. Setelah duktus berfusi
pada garis tengah, lipatan transversal pelvik terbentuk. Lipatan ini, yang meluas
dari bagian samping duktus paramesonefrikus yang berfusi menuju dinding pelvis
adalah ligamentum latum uteri. Tuba uterina terletak pada batas atas dan ovarium
terletak pada permukaan belakang. Uterus dan ligamentum latum membagi kavum
pelvis menjadi kavum uterorektal dan kavum uterovesikal. Duktus
paramesonefrikus yang berfusi membentuk corpus dan servik uteri. Mereka
dikelilingi oleh lapisan mesenkim yang membentuk pelindung muskular uterus
yaitu miometrium dan lapisan peritoneum yaitu perimetrium (Sadler TW., 2014).
9
Gambar 6 Embriologi genetalia femina
Segera setelah ujung duktus paramesonefrikus mencapai sinus urogenital,
dua evaginasi padat muncul dari bagian pelvis sinus. Evaginasi tersebut, bulbus
sinovaginal berproliferasi dan membentuk lempeng vagina padat. Proliferasi
berlanjut pada bagian kranial lempeng vagina, melebarkan jarak antara uterus dan
sinus urogenital. Pada bulan ke lima, vagina sudah seluruhnya mengalami
kanalisasi. Perluasan vagina menyerupai sayap diseksitar uterus disebut fornik
vagina berasal dari paramesonefrik. Sehingga vagina memiliki dua pembentuk,
bagian atas berasal dari uterus dan bagian bawah dari sinus urogenital. Lumen
vagina tetap terpisah dari sinus urogenital oleh selaput tipis yaitu hymen, yang
terdiri dari lapisan epitelial sinus dan lapisan tipis sel vagina. Ini biasanya
membentuk lubang kecil selama masa perinatal. Waniita masih menyisakan
beberapa jaringan tubulus ekseksretorius kaudal dan kranial di mesovariumn,
10
dimana mereka membentuk epoophoron dan paroophoron. Duktus mesonefrikus
menghilang kecuali sedikit bagian kranialditemukan di epoophoron dan biasanya
bagian kecil di kaudal yang ditemukan di dinding uterus atau vagina seperti kista
Gartner (Sadler TW., 2014).
Pada perkembangan minggu ketiga, sel mesenkim yang berasal dari regio
primitive streak berpindah menuju seksitar membran kloaka membentuk pasangan
lipatan cloacal. Bagian kranial lipatan kloakal membentuk tuberkel genital.
Lipatan kaudal dibagi menjadi lipatan uretral dan lipatan anal. Sementara itu,
penonjolan lain berupa genital swelling tampak pada tiap sisi lipatan urethral.
Genital swelling akan berubah menjadi scrotal pada laki-laki dan labia mayora
pada perempuan. Pada akhir minggu ke enam, masih sulit membedakan jenis
kelamin (Sadler TW., 2014).
11
tidak memanjang secara ekstensive, tonjolan tersebut lebih besar dibandingkan
pada laki-laki selama masa awal perkembangan. Sehingga penggunaan panjang
tonjolan sebagai kriteria penentuan jenis kelamin pada usg menghasilkan
kesalahan identifikasi selama bulan ketiga dan keempat kehamilan (Sadler TW.,
2014).
12
gubernaculum fetus serta menghubungkan bagian ujung proximal (uterine) end
ovarium ke sudult lateral uterus, di sebelah inferior tempat masuknya. Karena
ovarium berada dalam peritoneal cavity dan permukaannya tidak ditutupi oleh
peritoneum, maka oocyte yang dikeluarkan saat ovulasi melewati peritoneal
cavity namun biasanya masih terperangkap dalam fimbriae tuba uterine dibawa ke
ampulla (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).
Uterine tubes memanjang secara lateral dari cornu uterus dan membuka ke
dalam rongga peritoneal di dekat ovarium. Uterine tubes berada dalam
mesosalphinx pada tepi bebas dari broad ligament. Tiap uterine tube dibedakan
menjadi 4 bagian: infundibulum, ampulla, isthmus, dan bagian uterine. Pada
posisi ideal, tuba uterine di sebelah posterolateral dinding lateral pelvis. Namun
berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi, posisi tuba uterine bervariasi dan
asimetris antara sisi kiri dan kanan. Wanita memiliki dua tuba uterina (fallopii),
atau oviduktus, yang terbentang ke lateral dari uterus. Saluran ini, yang
panjangnya seksitar 10 cm, terdapat di dalam lipatan ligamentum latum uterus.
Saluran ini merupakan rute bagi sperma untuk mencapai ovum dan mengangkut
oosit seksunder dan ovum yang telah dibuahi dari ovarium ke uterus. Bagian dari
tuba yang berbentuk corong, yang dinamai infundibulum, terletak dekat dengan
ovarium, tetapi membuka ke rongga panggul. Bagian ini berakhir dalam rangkaian
tonjolan mirip jari yang dinamai fimbriae, dengan salah satu tonjolan melekat ke
ujung lateral ovarium. Dari infundibulum, tuba uterina terbentang ke medial dan
akhirnya ke inferior serta melekat ke sudut lateral superior uterus. Ampula tuba
uterina adalah bagian yang paling panjang dan lebar, membentuk seksitar dua
pertiga lateral dari panjangnya. Ismus tuba uterina adalah bagian yang lebih
medial, pendek, sempit, dan berdinding tebal yang menyatu dengan uterus
(Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).
Vaskularisasi ovarium dan tuba uterine berasal dari arteri ovarica. Arteri
ovarica berasal dari abdominal aorta dan berjalan menuruni dinding posterior
abdomen. Pada pelvic brim, arteri ini melewati pembuluh darah iliaca external dan
memasuki suspensory ligaments. Arteri ovarica memberikan cabang melalui
mesovarium menuju ovarium dan melewati mesosalpinx untuk memberikan suplai
13
darah pada uterine tube. Cabang ascending arteri uterine (cabang internal iliac
arteries) melewati aspectus lateral uterus sampai ke aspectus medial ovarium dan
tuba. Arteri ovarica dan ascending uterine arteries berakhir dengan berrcabang dua
menjadi cabang ovarium dan tuba serta beranastomose satu sama lain memberikan
sirkulasi kolateral untuk abdominen dan pelvis. Ovarian veins membentuk
pampiniform plexus of veins dalam broad ligament di dekat ovarium dan tuba
uterine. Pada right ovarian vein memasuki inferior vena cava, left ovarian vein
bermuara ke left renal vein, tubal veins bermuara ke ovarian veins dan uterine
(uterovaginal) venous plexus. Pembuluh limfe dari ovarium bergabung dengan
yang berasal dari uterine tubes dan fundus uterus dan bersama-sama menuju right
and left (caval/aortic) lumbar lymph nodes (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus. 2021).
Ovarium dan tuba uterine di inervasi oleh beberapa saraf, yakni ovarian
plexus, uterine (pelvic) plexus, pelvic pain line. Serat visceral afferent berjalan
bersama serat simpatis ovarian plexus dan lumbar splanchnic nerves menuju
badan sel dalam T11-L1 spinal sensory ganglia. Visceral afferent reflex mengikuti
serat parasimpatis berjalan retrograde melalui uterine (pelvic) dan inferior
hypogastric plexuses serta pelvic splanchnic nerves menuju cell bodies in the S2-
S4 spinal sensory ganglia (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).
14
siklus reproduksi, apabil tidak terjadi implantasi, uterus inilah yang menjadi
sumber darah haid (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus.
2021).
15
panggul ke serviks dan vagina. Ligamentum teres adalah pita-pita jaringan ikat
fibrosa antara lapisan-lapisan ligamentum latum; pita-pita ini terbentang dari satu
titik di uterus tepat inferior dari tuba uterina ke bagian dari labium mayus
genitalia eksterna. Meskipun secara normal mempertahankan posisi antefleksi
uterus, ligamentum-ligamentum ini juga memungkinkan korpus uteri bergerak
sedemikian sehingga uterus dapat mengalami malposisi. Uterus yang miring ke
posterior, yang dinamai retrofleksi, adalah variasi yang tidak berbahaya dari posisi
normal uterus. Keadaan ini sering tidak ada penyebabnya, tetapi dapat terjadi
setelah melahirkan (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus.
2021).
Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina, dengan suplai kolateral dari
arteri ovarica, vena uterina yang berjalan pada broad ligament, bermuara di
uterine venous plexus yang dibentuk pada masing-masing sisi uterus and vagina.
Vena dari plexus ini bermuara ke internal iliac veins. Aliran pembuluh limfe
uterus mengikuti tiga jalur, yakni Sebagian besar uterine fundus dan superior
uterine body melewati ovarian vessels menuju limfonodi lumbalis (caval/aortic),
namun beberapa pembuluh darah melewati round ligament menuju superficial
inguinal lymph nodes. Pembuluh darah dari sebagian besar corpus uteri melewati
broad ligament menuju external iliac lymph nodes. Pembuluh darah dari cervix di
dalam transverse cervical ligaments, mengalir menuju internal iliac lymph nodes
dan sepanjang uterosacral ligaments menuju sacral lymph nodes (Schunke, M.,
Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).
16
bagian superior, dan berbatasan dengan vestibulum di bagian inferior. Terdapat
empat otot pada vagina yang berperan sebagai spinchter, yakni pubovaginalis,
external urethral sphincter, urethrovaginal sphincter, dan bulbospongiosus. Pada
bagian anterior, vagian berbatasan dengan fundus vesica urinaria dan urethra,
pada bagian lateral berbatasan dengan levator ani, visceral pelvic fascia, dan
ureter, pad bagian posterior (inferior hingga superior) berbatasan engan anal
canal, rectum, dan recto-uterine pouch (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher,
U., Prometheus. 2021).
Arteri yang mensuplai bagian superior vagina berasal dari arteri uterine.
Arteri yang mensuplai bagian medial dan inferior vagina berasal dari arteri
vaginalis dan arteri pudendalis interna. Vena membentuk vaginal venous plexuses
di sepanjang vagina dan dalam mukosa vaginal. Vena-vena ini berhubungan
dengan uterine venous plexus dalam bentuk uterovaginal plexus dan bermuara ke
internal iliac veins melalui uterine vein. Pembuluh limfe vagina dibagi menjadi
empat bagian, yakni Superior: menuju internal and external iliac lymph nodes,
Middle: menuju internal iliac lymph nodes, Inferior: mengalir ke sacral and
common iliac nodes, dan External orifice: menuju superficial inguinal lymph
nodes (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).
17
spinal ganglia; kemudian membentuk subperitoneal uterine cervix and vagina (di
sebelah inferior pelvic pain line) (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).
18
pubis dikelilingi oleh lapisan lemak di sebelah anterior symphysis pubis,
tuberculum pubicum, dan rami pubis superior. Jumlah lemak pada mons pubis
meningkat saat pubertas dan menurun setelah menopause. Mons pubis berbentuk
segitiga terbalik, memanjang dari bagian atas garis rambut pubis ke bawah,
meluas dari bagian atas garis rambut kemaluan ke klitoris. Mons pubis berfungsi
sebagai bantalan sewaktu berhubungan seksual. Selain itu mons pubis
mengandung kelenjar yang menseksresi feromon, suatu substansi zat yang terlibat
dalam ketertarikan seksual. Pertumbuhan rambut pubis dipengaruhi suku bangsa,
usia, dan jenis kelamin (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).
Labia mayora adalah lipatan kulit yang menonjol dan berguna untuk
melindungi orificium vagina dan uretra. Masing-masing labium majus memiliki
lapisan lemak subkutan yang mengandung otot polos dan ligament uterus, yang
berjalan inferoposterior dari mons pubis ke arah anus. Aspectus external labia
pada orang dewasa ditutupi dengan kulit berpigmen yang terdiri dari banyak
sebaceous glands dan diselimuti oleh rambut pubis Aspectus internal labia licin,
berwarna merah muda dan tidak berbulu. Labia lebih tebal di bagian anterior
untuk membentuk commisura anterior. Labia bergabung untuk membentuk
commisura posterior di bagian posterior (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus. 2021).
Labia minora merupakan lipatan kulit bebas lemak dan tidak berambut. -
Bagian ini memiliki jaringan ikat spongiosa yang terdiri dari jaringan erektil dan
banyak pembuluh darah kecil. Walaupun permukaan internal labium minus terdiri
dari kulit lembab dan tipis, struktur ini memiliki warna merah muda dan banyak
serat saraf sensoris. Labia minora dibungkus dalam pudendal cleft di labia majora
serta mengelilingi uretra externa dan muara orificium vagina. Di bagian anterior,
labia minora membentuk dua lamina, yaitu lamina medialis yang bersatu sebagai
frenulum clitoris, dan lamina lateralis yang bersatu untuk membentuk preputium
clitoris. Pada wanita muda yang masih gadis (perawan), labia minora terhubung
ke posterior oleh lipatan transversal kecil, frenulum labia minora (fourchette)
(Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).
19
Clitoris adalah organ erektil yang ada di pertemuan labia minora di
sebelah anterior. Clitoris terdiri dari root (radix) dan body (corpus), yang terdiri
dari dua crura, dua corpora cavernosa, serta glans clitoris. Glans ditutupi oleh
prepusium clitoris. Clitoris sangat sensitif dan membesar pada stimulasi taktil.
Bagian glans ini paling banyak sarafnya (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus. 2021).
Vestibule adalah suatu ruangan yang dikelilingi oleh labia minora, yang
terdiri dari orificium urethra, vagina, dan ductus glandula vestibularis major dan
minor. Orificium urethra externum berada di sebelah posteroinferior glans clitoris
serta di sebelah anterior orificium vagina. Ukuran orificium vagina bervariasi
sesuai dengan kondisi hymen. Hymen adalah selapis membrane mukosa tipis yang
mengelilingi lumen. Setelah hymen ruptur, maka tinggal sisa hymen yang disebut
hymenal caruncles. Bulbus vestibulum adalah massa jaringan erektil berpasangan
yang ada di seksitar orificium vagina dan diselimuti oleh musculus
bulbospongiosus. Bulbus homolog dengan penis dan corpus spongiosum
(Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus, 2021).
Suplai arteri vulva berasal dari external pudendal arteries dan internal
pudendal artery. Internal pudendal artery memberikan suplai darah untuk kulit,
genitalia externa, dan musculus di daerah perineum. Internal pudendal artery
bercabang menjadi labial arteries, untuk memberikan suplai darah pada clitoris.
Vena labialis adalah cabang dari internal pudendal veins serta venae comitantes.
Pelebaran vena saat terangsang secara seksual menyebabkan peningkatan ukuran
20
dan konsistensi clitoris serta bulbus vestibulum. Akibatnya clitoris membengkak
dan kaku. Vulva kaya akan pembuluh limfe yang akan bermuara ke superficial
inguinal lymph nodes. Aliran limfe glans clitoris dan labia minora anterior
mengalir ke deep inguinal nodes or internal iliac nodes (Schunke, M., Schulte, E.,
& Schumacher, U., Prometheus, 2021).
Vulva diinervasi oleh beberapa saraf. Aspectus anterior vulva disuplai oleh
nervus labialis anterior, yang berasal dari ilioinguinal nerve dan cabang genital
nervus genitofemoralis. Aspectus posterior mendapatkan darah dari cabang
perineal nervus cutaneous posterior dan nervus pudendalis. Nervus pudendalis
adalah saraf utama perineum. Nervus labialis posterior mensuplai labia cabang
muscular dan profundus mensuplai orificium vagina dan superficial perineal
muscles. Nervus dorsalis clitoris mensuplai deep perineal muscles dan sensasi
clitoris. Bulbus vestibulum dan badan erektil clitoris menerima serat parasimpatis
melalui nervus cavernosus dari uterovaginal plexus. Stimulasi parasimpatis
menyebabkan peningkatan sekresi vagina, ereksi clitoris, dan pelebaran jaringan
erektil pada bulbus vestibulum (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus, 2021).
21
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh keduajenis kelamin, namun
kelenjar ini menjadi berkembang sangat penting pada wanita saat pubertas dan
sangat senstip terhadap hormon estrogen. Sedang pada laki-laki biasanya tidak
berkembang (rudimenter). Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai
perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah
persalinan. Pada wanita, payudara mengalami perkembangan yang sempurna
menjadikan bentuk yang menonjol didepan dinding dada dengan komposisi
jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular /kelenjarnya Jaringan glandular
terdiri dari 15 sampai 20lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya
sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula). Lobus dikelilingi
jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas
jaringan ikat fibrosal. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus,
setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus, Duktus kecil yang berakhir di
alveoli seksretori (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
22
2.3 Histologi Organ Reproduksi Wanita
23
Gambar 12 Skematik Ovarium
Folikel ovarium berada di dalam korteks dan terdiri dari oosit dalam
berbagai stadium perkembangan plus sel-sel yang mengelilinginya. Ketika sel-sel
sekitar membentuk suatu lapisan maka dinamai sel folikular. Pada tahap
perkembangan selanjutnya, ketika membentuk beberapa lapisan, disebut dengan
sel granulosa. Sel-sel sekitar memberi makan oosit yang sedang tumbuh dan
mengeluarkan estrogen seiring dengan membesarnya folikel. Folikel matang
(graaf) merupakan folikel besar berisi cairan yang siap pecah dan mengeluarkan
oosit sekundernya. Proses inilah yang disebut dengan ovulasi. Struktur
selanjutnya adalah korpus luteum (badan kuning). Struktur ini mengandung sisa-
sisa folikel matang setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone,
esterogen, relaksin, dan inhibin sampai berdegenerasi menjadi jaringan parut
fibrosa yang dikenal dengan korpus albikans (badan putih) (DiFiore, 2017),
Megasari, Melisa (2019).
Sejak embrio, wanita sudah memiliki satu jenis folikel yang disebut
dengan folikel primordial. Folikel merupakan nama lain dari oosit. Selama masa
perkembangan janin dini, sel-sel germinativum primordial (primitive) bermigrasi
dari yolk sack ke ovarium. Di ovarium, sel-sel germinativum berdiferensiasi ke
dalam ovarium menjadi oogonia yang merupakan bentuk tunggal dari oogonium.
Oogonia merupakan sel punca diploid yang membelah secara mitotic untuk
menghasilkan jutaan sel germinativum. Bahkan sebelum lahir, Sebagian besar dari
24
sel-sel germinativum ini mengalami degenerasi dalam proses yang dikenal dengan
atresia. Namun, beberapa berkembang menjadi sel yang lebih besar yang dinamai
oosit primer. Dan masuk ke profase meiosis 1 selama perkembangan masa janin,
tetapi tidak menuntaskan fase tersebut sampai setelah pubertas. Selama tahap
perkembangan tertunda ini, masing-masing oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel folikular gepeng, dan keseluruhan strukturnya dinamai folikel
primordial yang terdiri dari serat kolagen dan sel stroma mirip fibroblast. Saat
lahir, masing-masing terkandung sekitar 200.000-2.000.000 oosit primer. Dari
jumlah tersebut, sekitar 40.000 bertahan hingga pubertas, dan sekitar 400 akan
matang dan berovulasi selama usia subur seorang wanita dan oosit primer yang
lain akan megalami atresia (DiFiore, 2017), Megasari, Melisa (2019).
25
jernih yang disebut zona pelusida antara oosit primer dan sel granulosa. Selain itu,
sel-sel stroma yang mengelilingi membran basal mulai membentuk lapisan teratur
yang disebut teka folikuli (DiFiore, 2017).
26
luteum. Korpus luteum mengalami degenerasi sehingga membentuk korpus
albicans (DiFiore, 2017).
27
dalam. Endometrium ini terdiri dari lapisan fungsional dan lapisan basal. Lapisan
fungsional terdiri dari epitel simple kolumnar dengan silia dan beberapa tidak
bersilia. Pada struktur ini terdapat invaginasi dari sel epitel dimana terdapat
kelenjar yang dikenal dengan simple tubular gland. Terdapat juga struktur lamina
propria yang di dalamnya terdapat sel sel mirip fibroblast. Terdapat juga ujung-
ujung arteri pada struktur ini yang dinamai dengan arteri spiral. Pada struktur
lapisan basal, terdapat dasar dari kelenjar tubular gland dan juga dasar dari arteri
dan vena. Saat wanita mengalami menstruasi dikarenakan kematian korpus
lutheum, lapisan fungsional akan lepas. Pada lapisan myometrium disusun oleh
otot polos yang memiliki fungsi kontraksi. Struktur ini akan membantu ibu hamil
dalam proses persalinan. Struktur yang terluar adalah serosa/adventitia. Serosa
dilapisi oleh peritonium, sedangkan pada adventitia tidak dilapisi oleh peritonium
(DiFiore, 2017).
28
hormon estrogen. Hormon estrogen menyebabkan dinding endometrium
berproliferasi. Pada saat ovulasi, tebalnya sekitar 2-3 mm. Peningkatan hormon
estrogen menyebabkan serviks menyekresikan lendir bersifat basa yang berfungsi
untuk menetralkan suasana keasaman vagina sehingga mendukung kehidupan
sperma. Ovulasi terjadi pada hari ke-14 pada siklus normal (28 hari). Peningkatan
kadar hormon estrogen menghambat sekresi FSH, lalu kelenjar hipofisisis
mensekresikan luteinizing hormone (LH). Peningkatan kadar LH merangsang
terjadinya ovulasi (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017), (Guyton, A.C., dan Hall,
J.E. 2019).
29
Struktur selanjutnya adalah oviducts dengan nama lain tuba fallopi atau
tuba uterine. Oviducts merupakan struktur dari genetalia femina yang berfungsi
sebagai tempat fertilisasi atau pertemuan sel telur dengan sel sperma. Secara
struktu histologis, oviducts merupakan tabung dari otot polos yang
memungkinkan terjadinya peristaltic dan terjadi perpindahan oosit. Terdapat
lapisan mukosa pada bagian dalam, yang terdiri atas 2 lapisan epitel, epitel
kolumnar bersilia dan epital kolumnar tidak bersilia. Kemudian struktur dibawah
epitel disebut dengan lamina propria. Struktur yang has pada sediaan histologi
oviducts adalah ditemukannya struktur mukosa dan terutama pada bagian ampula.
Pada bagian ampula inilah yang nantinya akan terjadi proses fertilisasi (DiFiore,
2017), Megasari, Melisa (2019).
30
Gambar 19 Histologi Serviks
Struktur selanjutnya adalah serviks yang merupakan area peralihan
sebelum menjadi vagina. Terdapat dua epitel dalam struktur ini, yakni epitel yang
mirip dengan epitel yang melapisi uterus (Endoserviks; epitel simple kolumnar)
dan epitel yang mirip dengan epitel yang melapisi vagina (Ektoserviks; epitel
berlapis pipih). Pada bagian endoserviks terdapat kelenjar yang dikenal dengan
servikal gland yang merupakan kelenjar yang berfungsi untuk melumasi vagina.
Dalam aktivitas seksual, vagina perlu untuk dilumasi. Pada kenyataanya, vagian
tidak memiliki kelenjar sama sekali, sehingga seluruh cairan pelumas untuk
melumasi vagian berasal dari serviks (DiFiore, 2017).
31
menghambat penetrasi sperma. Mukus serviks memberikan energi yang
dibutuhkan oleh sperma, dan baik serviks maupun mukus serviks melindungi
sperma dari fagosit dan lingkungan yang tidak ramah vagina dan uterus. Mukus
serviks juga mungkin berperan dalam kapasitasi-serangkaian perubahan
fungsional yang dialami sperma di saluran reproduksi wanita sebelum mampu
membuahi oosit sekunder. Kapasitasi menyebabkan ekor sel sperma bergerak
lebih aktif dan mempersiapkan membran plasma sel sperma untuk menyatu
dengan membran plasma oosit (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017).
32
asam laktat sehingga kondisi dalam vagina akan asam sebagai salah satu fungsi
proteksi (DiFiore, 2017).
Muskularis terdiri dari lapisan otot polos sirkular di sebelah luar dan
lapisan longitudinal di sebelah dalam yang dapat sangat teregang untuk
mengakomodasi penis sewaktu hubungan seksual dan anak sewaktu melahirkan.
Adventisia, lapisan superfisial vagina, terdiri dari jaringan ikat areolar. Jaringan
ini melekatkan vagina ke organ-organ sekitar misalnya uretra dan kandung kemih
di anterior dan rektum dan kanalis analis di posterior. Suatu lipatan tipis membran
mukosa vaskular, yang disebut himen membentuk batas di sekitar dan menutup
sebagian ujung inferior lubang vagina ke eksterior, orifisium vagina. Setelah
pecah, biasanya setelah hubungan seksual pertama, hanya sisa himen yang
tertinggal. Kadang himen menutup orifisium secara total, kondisi yang dinamai
himen imperforata. Pembedahan mungkin diperlukan untuk membuka orifisium
dan memungkinkan keluarnya darah haid (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017).
33
Gambar 21 Struktur Histologi Plasenta
Pada gambar diatas terdapat struktur vili korionik yang tersusun atas sel-
sel sinsiotropoblast dan sitotropoblast. Terdapat juga istilah vili primer dan vili
sekunder. Diluar vili terdapat pulau pulau darah yang diisi oleh darah. Tidak
terdapat kontak langsung antara pembuluh darah ibu dengan vili yang membentuk
plasenta (DiFiore, 2017).
34
Gambar 22 Struktur Mammae
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin, namun
kelenjar ini menjadi berkembang sangat penting pada wanita saat pubertas dan
sangat sensti terhadap hormon estrogen. Sedang pada laki-laki biasanya tidak
berkembang (rudimenter). Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai
perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah
persalinan. Pada wanita, payudara mengalami perkembangan yang sempurna
menjadikan bentuk yang menonjol didepan dinding dada dengan komposisi
jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular /kelenjarnya Jaringan glandular
terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya
sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula). Lobus dikelilingi
jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas
jaringan ikat fibrosal.Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus,
setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus, Duktus kecil yang berakhir di
alveoli sekretori (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017), (Guyton, A.C., dan Hall,
J.E. 2019).
35
Puting susu adalah bagian yang terdapat di tengah-tengah areola. Puting
susu memliki ujung-ujung saraf perasa yang sangat sensitif dan otot polos yang
akan berkontraksi bila ada rangsangan. Puting memiliki kulit berpigmen dan
berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk areola.
Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen (berwarna lebih gelap) di
sekeliling puting. Pada areola inilah saluran kelenjar morgagni yang merupakan
kelenjar keringat besar, bermuara. Fungsi kelenjar ini untuk mengeluarkan. cairan
yang melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui. Selain itu pada
areola juga otot polos dan ujung-ujung serabut saraf (Tortora, GJ., Derrick. son,
B. (2017).
36
2.4 Fisiologi Reproduksi Wanita dan Payudara
Sejak embrio, wanita sudah memiliki satu jenis folikel yang disebut
dengan folikel primordial. Folikel merupakan nama lain dari oosit. Selama masa
perkembangan janin dini, sel-sel germinativum primordial (primitive) bermigrasi
dari yolk sack ke ovarium. Di ovarium, sel-sel germinativum berdiferensiasi ke
dalam ovarium menjadi oogonia yang merupakan bentuk tunggal dari oogonium.
Oogonia merupakan sel punca diploid yang membelah secara mitotic untuk
menghasilkan jutaan sel germinativum. Bahkan sebelum lahir, Sebagian besar dari
sel-sel germinativum ini mengalami degenerasi dalam proses yang dikenal dengan
atresia. Namun, beberapa berkembang menjadi sel yang lebih besar yang dinamai
oosit primer. Dan masuk ke profase meiosis 1 selama perkembangan masa janin,
tetapi tidak menuntaskan fase tersebut sampai setelah pubertas. Selama tahap
perkembangan tertunda ini, masing-masing oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel folikular gepeng, dan keseluruhan strukturnya dinamai folikel
primordial yang terdiri dari serat kolagen dan sel stroma mirip fibroblast. Saat
lahir, masing-masing terkandung sekitar 200.000-2.000.000 oosit primer. Dari
jumlah tersebut, sekitar 40.000 bertahan hingga pubertas, dan sekitar 400 akan
matang dan berovulasi selama usia subur seorang wanita dan oosit primer yang
lain akan mengalami atresia (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019), (Sherwood, L.Z.,
2019).
37
Dengan berlanjutnya proses pematangan, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada folikel sekunder, teka berdiferensiasi menjadi dua
lapisan yakni teka interna, suatu lapisan internal sel kuboid sekretorik dengan
banyak pembuluh darah serta mengeluarkan estrogen, dan teka eksterna, lapisan
luar sel stroma dan serat kolagen. Selain itu, sel-sel granulosa mulai menyekresi
cairan folikel, yang menumpuk di rongga yang disebut antrum di tengah folikel
sekunder. Lapisan sel granulosa paling dalam kemudian melekat erat ke zona
pelusida dan kini disebut korona radiata (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
38
semuanya mengalami degenerasi, dan satu ovum haploid. Karena itu, satu oosit
primer menghasilkan satu gamet (ovum) (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
Paling sedikit terdapat enam jenis estrogen yang dapat ditemukan dalam
plasma wanita, tetapi hanya tiga yang terdapat dalam jumlah bermakna, yakni beta
39
(B)-estradiol, estron, dan estriol. Pada wanita tak-hamil, estrogen paling banyak
adalah ẞ-estradiol, yang disintesis dari kolesterol di ovarium. Estrogen yang
diseksresikan oleh folikel ovarium memiliki beberapa fungsi penting
1) Memicu Estrogen mendorong pembentukan dan pemeliharaan struktur
reproduksi wanita, karakteristik seks seksunder, dan payudara.
Karakteristik seks seksunder mencakup distribusi jaringan lemak di
payudara, abdomen, mons pubis, dan panggul; nada suara; panggul
yang lebar; dan pola pertumbuhan rambut di kepala dan tubuh.
2) Estrogen meningkatkan anabolisme protein, termasuk pem bentukan
tulang yang kuat. Dalam hal ini, estrogen bersifat sinergistik dengan
hormon pertumbuhan (hGH).
3) Estrogen menurunkan kadar kolesterol darah, yang mungkin
merupakan alasan mengapa wanita berusia kurang dari 50 tahun
memiliki risiko penyakit arteri koronaria yang jauh lebih rendah
daripada pria berusia setara.
4) Estrogen kadar moderat dalam darah menghambat pelepasan GnRH
oleh hipotalamus dan seksresi FSH dan LH oleh hipofisis anterior
(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
40
luteum setelah ovulasi. Hormon ini meng hambat seksresi FSH dan, dengan
tingkat yang lebih rendah, LH (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
41
2.5 Pubertas (Tahapan Pubertas, Tanda Seks Primer dan Tanda Seks
Sekunder)
Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata
ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang
terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan
keturunan. Pubertas juga dapat diartikan sebagai sebuah periode dimana
kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal, dan
tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja awal. Perubahan-perubahan ini
mencakup bentuk (pematangan seks), ukuran (peningkatan tinggi dan berat badan)
dan komposisi tubuh. Selesainya pertumbuhan tulang bersamaan dengan
peningkatan densitas tulang dan komposisi tubuh. Umumnya perubahan ini
konsisten terjadi di antara remaja, hanya terdapat variasi dalam umur dimulainya
pubertas, lama dan kecepatan perubahan tersebut. Adanya variasi tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, seperti asupan kalori dan
aktivitas fisik. Pubertas umumnya terjadi pada usia 11 tahun (perempuan) dan 13
tahun (laki-laki). Hal ini mengakibatkan remaja dengan umur kronologis yang
sama memiliki penampilan fisik yang berbeda. Remaja yang sudah pubertas akan
memiliki kebutuhan energi dan nutrisi yang berbeda dibandingkan dengan belum
pubertas sehingga kematangan seksual dapat digunakan untuk menilai
pertumbuhan dan perkembangan biologis dan kebutuhan nutrisi remaja (Muliani,
Mangku Karmaya, dkk. 2020).
42
Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik
penting pada tubuh remaja. Perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,
perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks seksunder.
1. Perubahan Ukuran Tubuh.
Perubahan Fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh
dalam tinggi dan berat badan. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi
setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya, pertumbuhan menurun dan
berlangsung lambat sampai usia dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode
pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak
perempuan pada saat sudah matang, karena setelah haid, tingkat pertumbuhan
berhenti seksitar delapan belas tahun. Pertambahan berat tidak hanya karena
lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot bertambah besar. Jadi,
meskipun anak puber dengan pesat bertambah berat, tetapi seringkali kelihatannya
kurus dan kering. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan
terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya
sedikit. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau
dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia enam belas
tahun, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Kegemukan selama masa
puber bagi anak lakilaki dan anak perempuan tidaklah aneh. Antara usia sepuluh
dan dua belas, di seksitar permulaan terjadinya pertumbuhan pesat, anak
cenderung menumpuk lemak di perut, di seksitar puting susu, di pinggul dan paha,
di pipi, leher, dan rahang. Lemak ini biasanya hilang setelah kematangan masa
puber dan pertumbuhan pesat tinggi badan dimulai, meskipun ada yang menetap
sampai dua tahun lebih selama masa awal masa puber (Muliani, Mangku
Karmaya, dkk. 2020).
43
di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang berkembang. Pada mulanya
ukuran pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang daripada
badan. Dengan bertambahnya panjangnya badan, ukuran pinggang berkurang
sehingga memberikan perbandingan tubuh dewasa. Lebar pinggul dan bahu
dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak laki-laki yang lebih cepat matang
biasanya mempunyai bahu yang lebar daripada anak yang lebih lambat matang,
dan anak perempuan yang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit
lebih besar daripada anak yang cepat matang. Sebelum masa puber, tungkai kaki
lebih panjang daripada badan dan keadaan ini bertahan sampai seksitar usia lima
belas tahun. Pada anak yang lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki
berlangsung lebih lama daripada anak yang cepat matang, sehingga tungkai kaki
lebih panjang. Tungkai kaki anak yang cepat matang cenderung pendek, gemuk
sedangkan tungkai kaki yang lambat matang pada umumnya lebih ramping. Pola
yang sama terjadi pada pertumbuhan, lengan yang pertumbuhannya mendahului
pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang. Seperti halnya
dengan pertumbuhan tungkai kaki, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia
kematangan. Anak-anak yang cepat matang cenderung mempunyai lengan yang
lebih pendek daripada anak yang lambat matang. Halnya sama juga dengan anak
yang cepat matang yang mempunyai tungkai kaki lebih pendek daripada tungkai
kaki anak yang lambat matang. Sampai pertumbuhan lengan dan tungkai kaki
mendekati sempurna, barulah tercapai perbandingan yang baik dengan tangan dan
kaki, yang keduanya mencapai ukurannya kematangan pada awal masa puber
(Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).
44
fungsi organ reproduksi pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi basah
malam, biasanya kalau anak laki-laki bermimpi tentang seksual yang
menggairahkan, kalau kandung kemihnya penuh atau mengalami sembelit kalau ia
memakai piyama yang ketat atau kalau ia terselimuti dengan hangat.banyak anak
laki-laki tidak menyadari apa yang terjadi sampai ia melihat bercak-bercak pada
alas tempat tidur atau piyama. Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama
masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak
usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram, pada usia enam belas tahun
berkisar rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, dan vagina juga tumbuh pesat
pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan
menjadi matang adalah datangnya haid pertama kali (menarche). Jadwal menarche
dipengaruhi oleh genetik, fisik, emosional, dan lingkungan, usia menstruasi
pertama cenderung mirip dengan sang ibu. Menstruasi adalah permulaan dari
serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus
secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai
menopause, apada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun (Hurlock,
2012). Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur
dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai
tahap kemandulan remaja. Dalam hal ini tidak terjadi ovulasi, atau pematangan
dan pelepasan sel telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Oleh karena
itu, anak perempuan disebut mandul (sementara). Bahkan setelah mengalami
beberapa periode haid, masih diragukan apakah mekanisme seks sudah cukup
matang untuk pembuahan (Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).
45
ini berubah bila ciri seks seksunder muncul (Muliani, Mangku Karmaya, dkk.
2020).
46
Gambar 24 Tanner Stage Pada Wanita
Perkembangan Genitalia Feminina Stage Pertumbuhan Rambut Pubis
Prapubertas; hanya papilla yang terangkat 1 Prepubertas; tidak ada rambut
pubis.
Tahap permulaan: payudara dan papilla 2 Pertumbuhan yang tipis dari
menonjol seperti gundukan kecil. rambut halus, panjang, dan
Diameter areola membesar sedikit berpigmen terutama di
sepanjang labia.
Pembesaran lebih lanjut pada 3 Rambut seksual tumbuh lebih
payudara dan areola tanpa perbedaan banyak dan menjadi lebih
kontur gelap, kasar, keriting. Rambut-
rambut tersebut tersebat jarang
menutupi pubis.
Areola dan papilla menonjol untuk 4 Rambut menyerupai tipe orang
membentuk gundukan seksunder di atas dewasa, tetapi tidak
payudara menyebar ke paha medial
47
permukaan medial paha.
(Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).
48
keduanya merangsang folikel ovarium untuk mengeluarkan estrogen. LH
merangsang sel-sel teka pada folikel yang tengah tumbuh untuk menghasilkan
androgen. Di bawah pengaruh FSH, androgen diserap oleh sel-sel granulosa
folikel dan kemudian diubah menjadi estrogen. Pada pertengahan siklus, LH
memicu ovulasi dan kemudian mendorong pembentukan korpus luteum, yang
menjadi penyebab hormon ini dinamai luteinizing hormone. Korpus luteum, yang
dirangsang oleh LH, menghasilkan dan mengeluarkan estrogen, progesteron,
relaksin, dan inhibin (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
49
DDT yang menyebabkan pematangan hipothalamus secara premature (Yuwono,
N., & Messakh, G. B. Y. 2021).
50
dengan kemudahan untuk mendapatkan bahan makanan yang berkualitas dan
akses ke pelayanan kesehatan (Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).
51
menghasilkan dan mengeluarkan estrogen, progesteron, relaksin, dan inhibin
(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).
52
BAB III
KESIMPULAN
53
masa pubertasPubertas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik
berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal, dan tubuh, yang
terutama berlangsung di masa remaja awal. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi pubertas yang terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor genetic, faktor ras dan etnis, dan juga
faktor hormonal, sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan,
status gizi, letak geografis, dan sosial ekonomi. Terdapat beberapa hormon yang
memengaruhi perubahan pada perkembangan seksual. Salah satunya adalah
estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita,
membentuk ketebalan endometrium saat siklus menstruasi, menjaga kualitas dan
kuantitas cairan serviks dan vagina.
54
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi
Berwarna Ke-13.
Sadler TW. (2014). Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 12. Jakarta: EGC;
Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U. (2021). Atlas Anatomi Manusia
Prometheus: Organ Dalam (5 ed.). EGC.
Sherwood, L.Z., (2019). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed: 9. Jakarta:
EGC
Rinata Evi, & Widowati Hesty. (2020). Buku Ajar Genetika Dan Biologi
Reproduksi. UMSIDA Press. ISBN: 978-623-6833-96-4
iii
iv