Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION


LBM 1
“Tubuhku Mengalami Perubahan”

Disusun Oleh:

NAMA : S. K. Karyadi Putra


NIM : 021.06.0091
KELOMPOK : SGD 13
TUTOR : dr. Sulatun Hidayati, S. Ked
BLOK : Reproduksi 1

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya saya dapat melaksanakan dan menyusun laporan Small Group
Discussion (SGD) LBM 1 yang berjudul “Tubuhku Mengalami Perubahan” ini
tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan sebagai
syarat nilai SGD serta Pleno dalam Blok Reproduksi 1. Dalam penyusunan
laporan ini, saya mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesampatan ini saya menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan kaporan ini dengan lancar.
2. dr. Sulatun Hidayati, S. Ked selaku Tutor serta Fasilitator Small Group
Discussion (SGD) kelompok 13
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar yang
memberikan masukan terkait laporan yang saya buat.
4. Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait dengan laporan
yang telah saya buat.
5. Serta kepada teman-teman yang memberikan masukan dan dukungannya
kepada saya.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata saya berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang akan
menggunakannya.

Mataram, 16 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Skenario ........................................................................................................ 1

1.2 Deskripsi Masalah ....................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Embriologi Organ Reproduksi Wanita ..................................................... 3

2.2 Anatomi Organ Reproduksi Wanita dan Payudara .............................. 12

2.3 Histologi Organ Reproduksi Wanita ....................................................... 23

2.4 Fisiologi Reproduksi Wanita dan Payudara ........................................... 37

2.5 Pubertas (Tahapan Pubertas, Tanda Seks Primer dan Tanda Seks
Sekunder) ......................................................................................................... 42

2.6 Faktor Yang Memengaruhi Pubertas (Internal dan Eksternal) ........... 48

2.7 Hubungan Perubahan Bentuk Organ Genetalia Dengan Perubahan


Hormonal (Organ Primer dan Organ Sekunder)......................................... 51

BAB III ................................................................................................................. 53


KESIMPULAN .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
LBM 1
“Tubuhku Mengalami Perubahan”
Ayu adalah seorang mahasiswa kedokteran sedang semangat mempelajari
tentang blok reproduksi, dimana saat mempelajari blok tersebut, ia dijelaskan
terkait perubahan tubuh Wanita dari sejak kecil menuju remaj yang disebut
dengan pubertas. Kemudian ia berkaca dan memperhatikan perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan. Ternyata
tubuhnya mengalami banyak perubahan dari bentuk tubuh, alat reproduksi, dan
postur tubuh pada masa pubertas. Ia memperhatikan bagian tubuhnya seperti
perubahan pada payudara, mulai tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, dan
mengalami menarche. Setelah itu, ia membaca kembali teori yang sudah diajarkan
terkait perubahan tubuh Wanita dari masa anak-anak ke masa pubertas. Berikut
gambar yang dipelajari:

1
1.2 Deskripsi Masalah
Dalam SGD LBM 1 Pada blok Reproduksi 1 yang berjudul Tubuhku
Mengalami Perubahan, kami mendapatkan beberapa identifikasi masalah. Dalam
scenario tersebut diceritakan bahwa terdapat seorang mahasiswa kedokteran
bernama Ayu sedang semangat mempelajari tentang blok reproduksi, dimana saat
mempelajari blok tersebut, ia dijelaskan terkait perubahan tubuh Wanita dari sejak
kecil menuju remaj yang disebut dengan pubertas. Kemudian ia berkaca dan
memperhatikan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sesuai dengan teori yang
sudah dijelaskan. Ternyata tubuhnya mengalami banyak perubahan dari bentuk
tubuh, alat reproduksi, dan postur tubuh pada masa pubertas. Pubertas merupakan
masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa pubertas terjadi
perubahan pada seks primer dan juga seks sekunder. Perubahan tersebut
dipengaruhi beberapa faktor, seperti faktor gen, lingkungan, hingga hormon.
Hormon yang ada pada pubertas bermacam-macam jenisnya dengan fungsi yang
berbeda beda pula. Dalam laporan ini akan dibahas mulai dari embriologi,
anatomi, histologi, fisiologi, Perubahan seks primer dan seks sekunder, hingga
perubahan hormon yang memengaruhi pubertas. Pembahasan selengkapnya akan
dibahas pada pembahasan di Bab II. Materi ini penting untuk dipelajari untuk
memahami blok Reproduksi dan akan berguna di blok selanjutnya yang relevan
dengan blok Reproduksi 1.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Embriologi Organ Reproduksi Wanita


Diferensiasi seks merupakan proses komplek yang dipengaruhi banyak
gen, meliputi beberapa gen autosomal. Kunci untuk perbedaan seksual adalah
kromosom Y yang mengandung gen SRY (sex-determining region on Y) terdapat
pada lengan pendek (Yp11). Produk protein gen ini adalah faktor transkripsi yang
memulai rangkaian rudimentari organ seksual. Protein SRY adalah testis-
determining factor yang memengaruhi pembentukan genital maskulina. Tanpa
adanya SRY maka akan terbentuk genitalia feminine (Sadler TW., 2014), (Rinata
Evi, & Widowati Hesty. 2020).

Gambar 1 Embriologi genetalia femina


Walaupun seks embrio ditentukan secara genetik pada saat fertilisasi,
gonad tidak menunjukkan karakteristik laki-laki maupun perempuan hingga usia
tujuh minggu. Gonad pada mulanya berupa sepasang garis longitudinal disebut
garis genital atau gonadal. Mereka terbentuk oleh proliferasi epitel dan kondensasi
mesenkim. Sel germinal tidak tampak dalam garis genital hingga perkembangan
enam minggu (Sadler TW., 2014).

Sel germinal primordial pertama kali muncul pada tahap awal


perkembangan diantara sel endoderm pada dinding yolk sac dekat dengan
allantois. Mereka bermigrasi dengan gerakan ameboid sepanjang bagian dorsal

3
mesenterium hindgut, sampai di gonad primitif pada awal minggu ke lima dan
menginvasi garis genital pada minggu keenam (Sadler TW., 2014).

Gambar 2 Embriologi genetalia femina


Jika gagal mencapai garis genital, maka gonad tidak akan terbentuk. Oleh
karena itu sel germinal primordial memiliki pengaruh induktif pada
perkembangan gonad menjadi ovarium atau testis. Segera sebelum dan selama
kedatangan sel germinal primordial, epitel garis genital berproliferasi dan sel
epitel melakukan penetrasi mesenkim. Mereka membentuk sejumlah primitive sex
cord (gbr 14.19). Pada embrio laki-laki maupun perempuan, primitive sex cord
terhubung dengan permukaan epitel dan sel tersebut tidak mungkin berdiferensiasi
menjadi gonad laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu disebut indifferent gonad
(Sadler TW., 2014).

4
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tanpa kromosom Y,
primitive sex cord memisahkan diri menjadi kelompok sel. Kelompok tersebut,
meliputi sel germinal primitif, menempati daerah medular ovarium. Akhirnya
mereka menghilang dan diganti oleh stroma vaskular yang membentuk medula
ovarium (Sadler TW., 2014), (Rinata Evi, & Widowati Hesty. 2020).

Permukaan epitel gonad perempuan, tidak seperti pada laki-laki, terus


berproliferasi. Pada minggu ke tujuh, primitive sex cord membentuk generasi
kedua yaitu cortical cords yang memasuki lapisan dalam mesenkim tetapi masih
dekat dengan permukaan. Pada bulan ke empat, cortical cord membelah menjadi
kelompok sel terisolasi, yang masing-masing mengelilingi satu atau lebih sel
germinal primitive. Sel germinal selanjutnya berkembang menjadi oogonia dan
melingkari sel epitel, membentuk sel folikular (Sadler TW., 2014).

Gambar 3 Embriologi genetalia femina

5
Jadi dapat dinyatakan bahwa genetik seks embrio ditentukan pada saat
fertilisasi, tergantung apakah spermatosit membawa kromosom X atau Y. Pada
embrio dengan kromosom seks XX, jaringan medular gonad mengalami regresi
dan jaringan kortikal terbentuk. Pada embrio dengan kromosom sex XY, jaringan
medular berkembang menjadi testis sedangkan jaringan kortikal seksunder tidak
terbentuk (Sadler TW., 2014).

Pada awalnya embrio laki-laki maupun perempuan memiliki dua pasang


duktus genital: duktus mesonefrikus (wolffian) dan duktus para mesonefrikus
(mullerian). Duktus paramesonefrikus muncul sebagai invaginasi longitudinal
epitel diatas permukaan anterolateral daerah urogenital. Pada bagian atas duktus
terbuka ke dalam kavum abdomen dengan struktur menyerupai corong. Pada
bagian kaudal berjalan disebelah lateral duktus mesonefrikus, kemudian melintasi
duktus mesonefrikus dan mengarah ke kaudomedial (Sadler TW., 2014).

6
Gambar 4 Embriologi genetalia femina
Pada garis tengah menempel dengan duktus paramesonefrikus dari bagian
samping. Dua duktus pada mulanya dipisahkan oleh septum tetapi kemudian
berfusi menjadi saluran uterus. Ujung kaudal mengarah pada dinding belakang
sinus urogenital membentuk tuberkel mullerian. Duktus mesonefrikus terbuka ke
arah sinus urogenital pada salah satu tuberkel mulerian (Sadler TW., 2014).

SRY adalah gen utama dalam perkembangan testis dan berpengaruh secara
langsung pada gonad dan secara tidak langsung pada duktus mesonefrikus. Jadi,
SRY memacu testis mengeluarkan faktor kemotaktik yang menyebabkan tubulus
dari duktus mesonefrikus menembus gonad dan memacu perkembangan testikuler
lebih lanjut (Sadler TW., 2014), (Rinata Evi, & Widowati Hesty. 2020).

Terbukti, tanpa adanya penetrasi oleh tubulus tersebut, diferensiasi testis


akan gagal. SRY juga mengatur faktor steroidogenesis 1 (SF1) yang bekerja
melalui faktor transkripsi lain, SOX9 untuk memacu diferensiasi sel sertoli dan
leydig. Sel sertoli kemudian memproduksi mullerian inhibiting substance (MIS)
atau juga disebut anti mullerian hormone (AMH) yang menyebabkan regresi
duktus paramesonefrikus. Sel leydig memproduksi testosteron, yang memasuki
jaringan sel target dalam kondisi tetap atau dirubah menjadi dihidrotestosteron
oleh enzim 5α reductase (Sadler TW., 2014).

Testosteron dan dihidrotestosteron terikat pada reseptor protein


intraseluler dengan afinitas tinggi dan akhirnya komplek hormon-reseptor ini akan

7
terikat pada DNA untuk meregulasi transkripsi gen spesifik dan produk protein
mereka. Testosteron memacu virilisasi duktus mesonefrikus sedangkan
dihidrotestosteron memacu diferensiasi genitalia eksterna laki-laki (Sadler TW.,
2014).

diferensiasi seksual pada wanita sebelumnya dianggap karena tidak adanya


kromosom Y, tetapi seksarang diketahui terdapat beberapa gen yang memacu
perkembangan ovarium. Sebagai contoh, DAX1, golongan reseptor hormon,
berlokasi pada lengan pendek kromsom X dan bekerja dengan menurunkan
aktifitas SF1, sehingga mencegah diferensiasi sel sertoli dan leydig. Faktor
pertumbuhan WNT4 juga berpengaruh pada diferensiasi ovarium dan pada
ekspresi awal pada gonad dipelihara pada wanita dan mengalami penurunan pada
laki-laki. Dengan tidak adanya produksi MIS oleh sel sertoli, duktus
paramesonefrikus distimulasi oleh estrogen dan terbentuk tuba uterina, uterus,
servik dan vagina bagian atas. Estrogen juga mempengaruhi pembentukan
genitalia eksterna berupa labia mayora, labia minora, klitoris dan vagina bawah
(Sadler TW., 2014).

8
Gambar 5 Embriologi genetalia femina
Duktus paramesonefrikus berkembang menjadi duktus genital utama
wanita. Mulanya, tiga bagian dapat dikenali yaitu (a) bagian cranial yang terbuka
pada kavum abdomen, (b) bagian horizontal yang melintasi duktus mesonefrikus
dan (c) bagian kaudal yang bergabung dengan duktus mesonefrikus dari sisi yang
berlawanan. Dengan penurunan ovarium, kedua bagian pertama berkembang
menjadi tuba uterina dan bagian kaudal bergabung membentuk saluran uterus.
Saat bagian kedua duktus paramesonefrikus bergerak ke mediokaudal, garis
urogenital bertahap mengarah pada bidang transversal. Setelah duktus berfusi
pada garis tengah, lipatan transversal pelvik terbentuk. Lipatan ini, yang meluas
dari bagian samping duktus paramesonefrikus yang berfusi menuju dinding pelvis
adalah ligamentum latum uteri. Tuba uterina terletak pada batas atas dan ovarium
terletak pada permukaan belakang. Uterus dan ligamentum latum membagi kavum
pelvis menjadi kavum uterorektal dan kavum uterovesikal. Duktus
paramesonefrikus yang berfusi membentuk corpus dan servik uteri. Mereka
dikelilingi oleh lapisan mesenkim yang membentuk pelindung muskular uterus
yaitu miometrium dan lapisan peritoneum yaitu perimetrium (Sadler TW., 2014).

9
Gambar 6 Embriologi genetalia femina
Segera setelah ujung duktus paramesonefrikus mencapai sinus urogenital,
dua evaginasi padat muncul dari bagian pelvis sinus. Evaginasi tersebut, bulbus
sinovaginal berproliferasi dan membentuk lempeng vagina padat. Proliferasi
berlanjut pada bagian kranial lempeng vagina, melebarkan jarak antara uterus dan
sinus urogenital. Pada bulan ke lima, vagina sudah seluruhnya mengalami
kanalisasi. Perluasan vagina menyerupai sayap diseksitar uterus disebut fornik
vagina berasal dari paramesonefrik. Sehingga vagina memiliki dua pembentuk,
bagian atas berasal dari uterus dan bagian bawah dari sinus urogenital. Lumen
vagina tetap terpisah dari sinus urogenital oleh selaput tipis yaitu hymen, yang
terdiri dari lapisan epitelial sinus dan lapisan tipis sel vagina. Ini biasanya
membentuk lubang kecil selama masa perinatal. Waniita masih menyisakan
beberapa jaringan tubulus ekseksretorius kaudal dan kranial di mesovariumn,

10
dimana mereka membentuk epoophoron dan paroophoron. Duktus mesonefrikus
menghilang kecuali sedikit bagian kranialditemukan di epoophoron dan biasanya
bagian kecil di kaudal yang ditemukan di dinding uterus atau vagina seperti kista
Gartner (Sadler TW., 2014).

Duplikasi uterus diakibatkan oleh tidak adanya fusi duktus para


mesonefrikus. Bentuk paling berat adalah uterus didelfis, bentuk yang ringan
berupa uterus arkuatus (gambar). Salah satu anomali yang banyak dijumpai adalah
uterus bicornis berupa uterus ganda dengan satu vagina. Keadaan ini banyak
dijumpai pada mamalia seperti primata. Pasien dengan atresia duktus
paramesonefrikus komplit atau parsial, bagian rudimenter menjadi bagian
tambahan pada sisi yang berkembang normal. Oleh karena lumen tersebut tidak
terdapat hubungan dengan vagina, maka sering dijumpai komplikasi. Kelainan ini
dikenal sebagai uterus bikornis unikolis dengan bagian rudimenter. Jika atresia
terjadi pada kedua sisi, mengakibatkan atresia servik. Jika tabung sinovaginal
gagal menyatu akan terjadi vagina ganda, dan jika tidak berkembang semuanya,
maka akan terjadi atresia vagina. Pada atresia vagina biasanya dijumpai kantong
vagina yang mengelilingi daerah servik. Kantong vagina tersebut berasal dari
duktus paramesonefrikus (Sadler TW., 2014).

Pada perkembangan minggu ketiga, sel mesenkim yang berasal dari regio
primitive streak berpindah menuju seksitar membran kloaka membentuk pasangan
lipatan cloacal. Bagian kranial lipatan kloakal membentuk tuberkel genital.
Lipatan kaudal dibagi menjadi lipatan uretral dan lipatan anal. Sementara itu,
penonjolan lain berupa genital swelling tampak pada tiap sisi lipatan urethral.
Genital swelling akan berubah menjadi scrotal pada laki-laki dan labia mayora
pada perempuan. Pada akhir minggu ke enam, masih sulit membedakan jenis
kelamin (Sadler TW., 2014).

Estrogen memacu perkembangan genitalia eksterna wanita. Tonjolan


genitalia memanjang hanya sedikit dan membentuk klitoris; lipatan urethral tidak
menyatu seperti pada laki-laki tetapi berkembang menjadi labia minora.
Pembengkakan genital membesar dan membentuk labia mayora. Lekukan
urogenital terbuka dan membentuk vestibula. Walaupun tonjolan genital wanita

11
tidak memanjang secara ekstensive, tonjolan tersebut lebih besar dibandingkan
pada laki-laki selama masa awal perkembangan. Sehingga penggunaan panjang
tonjolan sebagai kriteria penentuan jenis kelamin pada usg menghasilkan
kesalahan identifikasi selama bulan ketiga dan keempat kehamilan (Sadler TW.,
2014).

2.2 Anatomi Organ Reproduksi Wanita dan Payudara


Organ reproduksi wanita dibagi menjadi 2, yakni organ reproduksi internal
dan organ reproduksi eksternal. Organ reproduksi internal wanita meliputi
ovarium sebagai gonad wanita, tuba uterine (fallopii), uterus, dan vagina. Untuk
organ genetalia eksterna wanita terdiri dari mons pubis, labia majora (termasuk
pudendal cleft), labia minora (termasuk vestibule), clitoris, bulbus vestibulum,
glandula vestibularis major dan minor, serta vulva (pudendum) (Schunke, M.,
Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Gambar 7 Antomi Skematik Organ Reproduksi Internal Femina


Ovarium merupakan organ gonad wanita yang berbentuk seperti kacang
almond biasanya berada di dekat perlekatan antara broad ligament dengan dinding
lateral dari pelvis, dipisahkan dari kedua organ tersebut oleh peritoneal folds,
yaitu memisahkan mesovarium dengan bagian posterosuperior dari broad
ligament, dan memisahkan suspensory ligament dari ovarium dengan dinding
pelvis. Ovarium melekat dengan uterus melalui ligamentum ovarium yang
berjalan dalam mesovarium. Ligamen ini merupakan sisa bagian superior ovarian

12
gubernaculum fetus serta menghubungkan bagian ujung proximal (uterine) end
ovarium ke sudult lateral uterus, di sebelah inferior tempat masuknya. Karena
ovarium berada dalam peritoneal cavity dan permukaannya tidak ditutupi oleh
peritoneum, maka oocyte yang dikeluarkan saat ovulasi melewati peritoneal
cavity namun biasanya masih terperangkap dalam fimbriae tuba uterine dibawa ke
ampulla (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Uterine tubes memanjang secara lateral dari cornu uterus dan membuka ke
dalam rongga peritoneal di dekat ovarium. Uterine tubes berada dalam
mesosalphinx pada tepi bebas dari broad ligament. Tiap uterine tube dibedakan
menjadi 4 bagian: infundibulum, ampulla, isthmus, dan bagian uterine. Pada
posisi ideal, tuba uterine di sebelah posterolateral dinding lateral pelvis. Namun
berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi, posisi tuba uterine bervariasi dan
asimetris antara sisi kiri dan kanan. Wanita memiliki dua tuba uterina (fallopii),
atau oviduktus, yang terbentang ke lateral dari uterus. Saluran ini, yang
panjangnya seksitar 10 cm, terdapat di dalam lipatan ligamentum latum uterus.
Saluran ini merupakan rute bagi sperma untuk mencapai ovum dan mengangkut
oosit seksunder dan ovum yang telah dibuahi dari ovarium ke uterus. Bagian dari
tuba yang berbentuk corong, yang dinamai infundibulum, terletak dekat dengan
ovarium, tetapi membuka ke rongga panggul. Bagian ini berakhir dalam rangkaian
tonjolan mirip jari yang dinamai fimbriae, dengan salah satu tonjolan melekat ke
ujung lateral ovarium. Dari infundibulum, tuba uterina terbentang ke medial dan
akhirnya ke inferior serta melekat ke sudut lateral superior uterus. Ampula tuba
uterina adalah bagian yang paling panjang dan lebar, membentuk seksitar dua
pertiga lateral dari panjangnya. Ismus tuba uterina adalah bagian yang lebih
medial, pendek, sempit, dan berdinding tebal yang menyatu dengan uterus
(Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Vaskularisasi ovarium dan tuba uterine berasal dari arteri ovarica. Arteri
ovarica berasal dari abdominal aorta dan berjalan menuruni dinding posterior
abdomen. Pada pelvic brim, arteri ini melewati pembuluh darah iliaca external dan
memasuki suspensory ligaments. Arteri ovarica memberikan cabang melalui
mesovarium menuju ovarium dan melewati mesosalpinx untuk memberikan suplai

13
darah pada uterine tube. Cabang ascending arteri uterine (cabang internal iliac
arteries) melewati aspectus lateral uterus sampai ke aspectus medial ovarium dan
tuba. Arteri ovarica dan ascending uterine arteries berakhir dengan berrcabang dua
menjadi cabang ovarium dan tuba serta beranastomose satu sama lain memberikan
sirkulasi kolateral untuk abdominen dan pelvis. Ovarian veins membentuk
pampiniform plexus of veins dalam broad ligament di dekat ovarium dan tuba
uterine. Pada right ovarian vein memasuki inferior vena cava, left ovarian vein
bermuara ke left renal vein, tubal veins bermuara ke ovarian veins dan uterine
(uterovaginal) venous plexus. Pembuluh limfe dari ovarium bergabung dengan
yang berasal dari uterine tubes dan fundus uterus dan bersama-sama menuju right
and left (caval/aortic) lumbar lymph nodes (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Ovarium dan tuba uterine di inervasi oleh beberapa saraf, yakni ovarian
plexus, uterine (pelvic) plexus, pelvic pain line. Serat visceral afferent berjalan
bersama serat simpatis ovarian plexus dan lumbar splanchnic nerves menuju
badan sel dalam T11-L1 spinal sensory ganglia. Visceral afferent reflex mengikuti
serat parasimpatis berjalan retrograde melalui uterine (pelvic) dan inferior
hypogastric plexuses serta pelvic splanchnic nerves menuju cell bodies in the S2-
S4 spinal sensory ganglia (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).

Uterus merupakan organ muskular berongga, berdinding tebal, dan


berbentuk seperti buah pir. Uterus non gravid biasanya terletak di daerah pelvis
bagian bawah, di mana bagian badannya terletak di atas kandung kemih, dan
bagian servikalnya terletak antara kandung kemih dan rektum. Posisi uterus
dewasa biasanya anteversion (relatif anterosuperior terhadap aksis vagina) dan
anteflexion (fleksi corpus uteri ke arah anterior secara relatif terhadap cervix)
sehingga organ ini terletak di atas kandung kemih. Posisi uterus berubah sesuai
penuh tidaknya vesica urinaria dan rectum. Uterus atau Rahim berfungsi sebagai
bagian dari jalur untuk sperma yang diletakan di vagina utuk mencapai tuba
uterine. Organ ini juga berfungsi sebagai tempat implantasi sel ovum yang telah
dibuahi, tempat perkembangan jani selama kehamilan dan persalinan. Selama

14
siklus reproduksi, apabil tidak terjadi implantasi, uterus inilah yang menjadi
sumber darah haid (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus.
2021).

Subdivisi anatomis uterus mencakup beberapa bagian, yakni bagian


berbentuk kubah di superior dari tuba uterina yang dinamai fundus, bagian tengah
yang meruncing yang dinamai korpus, dan bagian sempit inferior yang dinamai
serviks yang membuka ke vagina. Di antara korpus uteri dan serviks terdapat
ismus, regio sempit yang panjangnya seksitar 1 cm. Bagian dalam korpus uteri
disebut kavitas uteri, dan bagian dalam serviks dinamai kanalis servikalis. Kanalis
servikalis yang membuka ke kavitas uteri disebut ostium internum dan ke dalam
vagina disebut ostium eksternum (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).

Gambar 8 Posisi Relatif Ovarium, Uterus dan Ligamentum Penunjangnya


Posisi uterus dipertahankan oleh beberapa ligamentum yang merupakan
perluasan peritoneum parietale atau genjel fibromuskulus (lihat Gambar diatas).
Ligamentum latum yang ber pasangan adalah lipatan rangkap peritoneum yang
melekatkan uterus ke kedua sisi rongga panggul. Ligamentum rektouterinum yang
ber pasangan, juga merupakan perluasan peritoneum, terletak di kedua sisi rektum
dan menghubungkan uterus ke sakrum. Ligamentum kardinale (servikalis lateral)
terletak inferior dari pangkal ligamentum latum dan terbentang dari dinding

15
panggul ke serviks dan vagina. Ligamentum teres adalah pita-pita jaringan ikat
fibrosa antara lapisan-lapisan ligamentum latum; pita-pita ini terbentang dari satu
titik di uterus tepat inferior dari tuba uterina ke bagian dari labium mayus
genitalia eksterna. Meskipun secara normal mempertahankan posisi antefleksi
uterus, ligamentum-ligamentum ini juga memungkinkan korpus uteri bergerak
sedemikian sehingga uterus dapat mengalami malposisi. Uterus yang miring ke
posterior, yang dinamai retrofleksi, adalah variasi yang tidak berbahaya dari posisi
normal uterus. Keadaan ini sering tidak ada penyebabnya, tetapi dapat terjadi
setelah melahirkan (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus.
2021).

Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina, dengan suplai kolateral dari
arteri ovarica, vena uterina yang berjalan pada broad ligament, bermuara di
uterine venous plexus yang dibentuk pada masing-masing sisi uterus and vagina.
Vena dari plexus ini bermuara ke internal iliac veins. Aliran pembuluh limfe
uterus mengikuti tiga jalur, yakni Sebagian besar uterine fundus dan superior
uterine body melewati ovarian vessels menuju limfonodi lumbalis (caval/aortic),
namun beberapa pembuluh darah melewati round ligament menuju superficial
inguinal lymph nodes. Pembuluh darah dari sebagian besar corpus uteri melewati
broad ligament menuju external iliac lymph nodes. Pembuluh darah dari cervix di
dalam transverse cervical ligaments, mengalir menuju internal iliac lymph nodes
dan sepanjang uterosacral ligaments menuju sacral lymph nodes (Schunke, M.,
Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Vagina merupakan suatu bentukan tabung muculomembranous, yang


memanjang dari bagian servikal uterus sampai ke bagian vestibulum, yaitu celah
antara labia minora ke arah terbukanya vagina dan urethra. Pangkal vagina bagian
superior mengelilingi bagian servikal dari uterus. Bagian dinding anterior dan
posterior dari vagina biasanya berdekatan sehinga tampak menempel, kecuali di
ujung akhir vagina bagian superior yang dipisahkan oleh bagian servikal uterus.
Vagina memiliki beberapa fungsi, yakni sebagai saluran cairan menstruasi,
membentuk bagian inferior dari jalan lahir, sebagai tempat penis dan proses
ejakulasi saat proses hubungan intim, berhubungan dengan canalis cervicalis di

16
bagian superior, dan berbatasan dengan vestibulum di bagian inferior. Terdapat
empat otot pada vagina yang berperan sebagai spinchter, yakni pubovaginalis,
external urethral sphincter, urethrovaginal sphincter, dan bulbospongiosus. Pada
bagian anterior, vagian berbatasan dengan fundus vesica urinaria dan urethra,
pada bagian lateral berbatasan dengan levator ani, visceral pelvic fascia, dan
ureter, pad bagian posterior (inferior hingga superior) berbatasan engan anal
canal, rectum, dan recto-uterine pouch (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher,
U., Prometheus. 2021).

Arteri yang mensuplai bagian superior vagina berasal dari arteri uterine.
Arteri yang mensuplai bagian medial dan inferior vagina berasal dari arteri
vaginalis dan arteri pudendalis interna. Vena membentuk vaginal venous plexuses
di sepanjang vagina dan dalam mukosa vaginal. Vena-vena ini berhubungan
dengan uterine venous plexus dalam bentuk uterovaginal plexus dan bermuara ke
internal iliac veins melalui uterine vein. Pembuluh limfe vagina dibagi menjadi
empat bagian, yakni Superior: menuju internal and external iliac lymph nodes,
Middle: menuju internal iliac lymph nodes, Inferior: mengalir ke sacral and
common iliac nodes, dan External orifice: menuju superficial inguinal lymph
nodes (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Innervasi bagian inferior vagina bersifat somatis, berasal dari deep


perineal nerve, cabang pudendal nerve. Innervasi sebagian besar vagina dan
keseluruhan uterus, bersifat visceral dan berasal dari uterovaginal nerve plexus,
yang berjalan melewati arteri uterine pada junction basis peritoneal broad
ligament dan bagian superior transverse cervical ligament. Uterovaginal plexus
adalah salah satu plexus pelvic yang berasal dari the inferior hypogastric plexus.
Serat simpatis, parasimpatis, dan aferen visceral berasal dari plexus ini. Innervasi
simpatis berasal dari inferior thoracic spinal cord segments dan melewati lumbar
splanchnic nerves serta intermesenteric-hypogastric-pelvic series of plexuses.
Innervasi parasimpatis berasal dari S2-S4 spinal cord segments dan melewati
pelvic splanchnic nerves menuju hypogastric-uterovaginal plexus inferior. Serat
aferen visceral membawa sensasi nyeri dari intraperitoneal uterine fundus and
body, berjalan ke arah retrograde bersama serat simpats menuju thoracic lumbar

17
spinal ganglia; kemudian membentuk subperitoneal uterine cervix and vagina (di
sebelah inferior pelvic pain line) (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).

Gambar 9 Komponen Vulva (Pudendum)


Kata vulva yang berarti membungkus menunjukan genetalia eksterna
wanita. Istilah pudendum sering digunakan secara klinis. Vulva berperan sebagai
jaringan erektil dan sensoris untuk rangsangan seksual dan hubungan seksual,
mengarahkan aliran urine, dan mencegah masuknya bahan asing ke dalam tractus
urogenitalis. Komponen-komponen mons pubis, labia majora (termasuk pudendal
cleft), labia minora (termasuk vestibule), clitoris, bulbus vestibulum, glandula
vestibularis major dan minor membentuk struktur vulva (Schunke, M., Schulte,
E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Mons pubis merupakan bagian yang terletak di anterior, terdiri dari


jaringan lemak, menonjol di atas simpisis pubis dan setelah pubertas ditutupi oleh
rambut publis yang kasar dan keriting karena folikel rambut sangat oblik. Mons

18
pubis dikelilingi oleh lapisan lemak di sebelah anterior symphysis pubis,
tuberculum pubicum, dan rami pubis superior. Jumlah lemak pada mons pubis
meningkat saat pubertas dan menurun setelah menopause. Mons pubis berbentuk
segitiga terbalik, memanjang dari bagian atas garis rambut pubis ke bawah,
meluas dari bagian atas garis rambut kemaluan ke klitoris. Mons pubis berfungsi
sebagai bantalan sewaktu berhubungan seksual. Selain itu mons pubis
mengandung kelenjar yang menseksresi feromon, suatu substansi zat yang terlibat
dalam ketertarikan seksual. Pertumbuhan rambut pubis dipengaruhi suku bangsa,
usia, dan jenis kelamin (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus. 2021).

Labia mayora adalah lipatan kulit yang menonjol dan berguna untuk
melindungi orificium vagina dan uretra. Masing-masing labium majus memiliki
lapisan lemak subkutan yang mengandung otot polos dan ligament uterus, yang
berjalan inferoposterior dari mons pubis ke arah anus. Aspectus external labia
pada orang dewasa ditutupi dengan kulit berpigmen yang terdiri dari banyak
sebaceous glands dan diselimuti oleh rambut pubis Aspectus internal labia licin,
berwarna merah muda dan tidak berbulu. Labia lebih tebal di bagian anterior
untuk membentuk commisura anterior. Labia bergabung untuk membentuk
commisura posterior di bagian posterior (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Labia minora merupakan lipatan kulit bebas lemak dan tidak berambut. -
Bagian ini memiliki jaringan ikat spongiosa yang terdiri dari jaringan erektil dan
banyak pembuluh darah kecil. Walaupun permukaan internal labium minus terdiri
dari kulit lembab dan tipis, struktur ini memiliki warna merah muda dan banyak
serat saraf sensoris. Labia minora dibungkus dalam pudendal cleft di labia majora
serta mengelilingi uretra externa dan muara orificium vagina. Di bagian anterior,
labia minora membentuk dua lamina, yaitu lamina medialis yang bersatu sebagai
frenulum clitoris, dan lamina lateralis yang bersatu untuk membentuk preputium
clitoris. Pada wanita muda yang masih gadis (perawan), labia minora terhubung
ke posterior oleh lipatan transversal kecil, frenulum labia minora (fourchette)
(Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus. 2021).

19
Clitoris adalah organ erektil yang ada di pertemuan labia minora di
sebelah anterior. Clitoris terdiri dari root (radix) dan body (corpus), yang terdiri
dari dua crura, dua corpora cavernosa, serta glans clitoris. Glans ditutupi oleh
prepusium clitoris. Clitoris sangat sensitif dan membesar pada stimulasi taktil.
Bagian glans ini paling banyak sarafnya (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus. 2021).

Vestibule adalah suatu ruangan yang dikelilingi oleh labia minora, yang
terdiri dari orificium urethra, vagina, dan ductus glandula vestibularis major dan
minor. Orificium urethra externum berada di sebelah posteroinferior glans clitoris
serta di sebelah anterior orificium vagina. Ukuran orificium vagina bervariasi
sesuai dengan kondisi hymen. Hymen adalah selapis membrane mukosa tipis yang
mengelilingi lumen. Setelah hymen ruptur, maka tinggal sisa hymen yang disebut
hymenal caruncles. Bulbus vestibulum adalah massa jaringan erektil berpasangan
yang ada di seksitar orificium vagina dan diselimuti oleh musculus
bulbospongiosus. Bulbus homolog dengan penis dan corpus spongiosum
(Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U., Prometheus, 2021).

Glandula vestibularis major (Bartholin glands) ada di masing-masing sisi


vestibulum, di sebelah posterior orificium vagina. Kelenjar berbentuk bulat atau
oval dan mengalami overlapping di bagian posterior karena adanya bulbus
vestibulum, dan dikelilingi oleh bulbospongiosus muscles. Kelenjar ini
menseksresi mucus ke dalam vestibule saat terjadi rangsangan seksual. Kelenjar
ini berukuran lebih kecil, terletak di masing-masing sisi vestibulum, di antara
urethra dan orificium vagina. Kelenjar ini menghasilkan mucus, yang berguna
untuk melembabkan labia dan vestibulum (Schunke, M., Schulte, E., &
Schumacher, U., Prometheus, 2021).

Suplai arteri vulva berasal dari external pudendal arteries dan internal
pudendal artery. Internal pudendal artery memberikan suplai darah untuk kulit,
genitalia externa, dan musculus di daerah perineum. Internal pudendal artery
bercabang menjadi labial arteries, untuk memberikan suplai darah pada clitoris.
Vena labialis adalah cabang dari internal pudendal veins serta venae comitantes.
Pelebaran vena saat terangsang secara seksual menyebabkan peningkatan ukuran

20
dan konsistensi clitoris serta bulbus vestibulum. Akibatnya clitoris membengkak
dan kaku. Vulva kaya akan pembuluh limfe yang akan bermuara ke superficial
inguinal lymph nodes. Aliran limfe glans clitoris dan labia minora anterior
mengalir ke deep inguinal nodes or internal iliac nodes (Schunke, M., Schulte, E.,
& Schumacher, U., Prometheus, 2021).

Vulva diinervasi oleh beberapa saraf. Aspectus anterior vulva disuplai oleh
nervus labialis anterior, yang berasal dari ilioinguinal nerve dan cabang genital
nervus genitofemoralis. Aspectus posterior mendapatkan darah dari cabang
perineal nervus cutaneous posterior dan nervus pudendalis. Nervus pudendalis
adalah saraf utama perineum. Nervus labialis posterior mensuplai labia cabang
muscular dan profundus mensuplai orificium vagina dan superficial perineal
muscles. Nervus dorsalis clitoris mensuplai deep perineal muscles dan sensasi
clitoris. Bulbus vestibulum dan badan erektil clitoris menerima serat parasimpatis
melalui nervus cavernosus dari uterovaginal plexus. Stimulasi parasimpatis
menyebabkan peningkatan sekresi vagina, ereksi clitoris, dan pelebaran jaringan
erektil pada bulbus vestibulum (Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U.,
Prometheus, 2021).

Gambar 10 Kelenjar Mamaria Dalam Payudara

21
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh keduajenis kelamin, namun
kelenjar ini menjadi berkembang sangat penting pada wanita saat pubertas dan
sangat senstip terhadap hormon estrogen. Sedang pada laki-laki biasanya tidak
berkembang (rudimenter). Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai
perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah
persalinan. Pada wanita, payudara mengalami perkembangan yang sempurna
menjadikan bentuk yang menonjol didepan dinding dada dengan komposisi
jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular /kelenjarnya Jaringan glandular
terdiri dari 15 sampai 20lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya
sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula). Lobus dikelilingi
jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas
jaringan ikat fibrosal. Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus,
setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus, Duktus kecil yang berakhir di
alveoli seksretori (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Puting susu adalah bagian yang terdapat di tengah-tengah areola. Puting


susu memliki ujung-ujung saraf perasa yang sangat ensitif dan otot polos yang
akan berkontraksi bila ada rangsangan. Puting memiliki kulit berpigmen dan
berkerut membentang keluar seksitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk areola.
Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen (berwarna lebih gelap) di
sekseliling puting.Pada areola inilah saluran kelenjar morgagni yang merupakan
kelenjar keringat besar, bermuara. Fungsi kelenjar ini untuk mengeluarkan. cairan
yang melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui. Selain itu pada
areola juga otot polos dan ujung-ujung serabut saraf (Guyton, A.C., dan Hall, J.E.
2019).

22
2.3 Histologi Organ Reproduksi Wanita

Gambar 11 Histologi Ovarium


Ovarium memiliki panjag sekitar 3 cm, dengan lebar 1,5-2 cm, dan tebal 1
cm. secara anatomi, ovarium dibungkus oleh peritonium, yakni broad ligament.
Ovarium dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang kaya dengan kolagen yang
disebut dengan tunika albuginea. Diluar tunika albuginea, terdapat sebuah struktur
epitel yang disebut dengan germinal epitelium yang merupakan epitel kuboid
rendah atau skuamosa yang menutupi permukaan ovarium. Istilah epitel
germinativum pada manusia tidak akurat karena epitel ini tidak menghasilkan
ovum. Istilah ini muncul dikarenakan pada suatu waktu, peniliti mempercayai
bahwa ovum dihasilkan dari struktur ini. Kemudian dipelajari bahwa sel-sel yang
menghasilkan ovum berasal dari yolk sac dan bermigrai ke ovarium sewaktu
perkembangan masa mudigah (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017).

Struktur selanjutnya adalah korteks ovarium yang merupakan regio di


dalam tunika albuginea. Bagian ini terdiri dari folikel ovarium yang dikelilingi
oleh jaringan ikat tak teratur padat yang mengandung serat kolagen dan sel mirip
fibroblast yang dienal dengan sel stroma. Medulla ovarium terletak dissebelah
dalam korteks ovarium. Batas antara korteks dan medulla tidak jelas, namun
medulla terdiri dari jaringan ikat yang tersusun lebih longgar dan mengandung
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017).

23
Gambar 12 Skematik Ovarium
Folikel ovarium berada di dalam korteks dan terdiri dari oosit dalam
berbagai stadium perkembangan plus sel-sel yang mengelilinginya. Ketika sel-sel
sekitar membentuk suatu lapisan maka dinamai sel folikular. Pada tahap
perkembangan selanjutnya, ketika membentuk beberapa lapisan, disebut dengan
sel granulosa. Sel-sel sekitar memberi makan oosit yang sedang tumbuh dan
mengeluarkan estrogen seiring dengan membesarnya folikel. Folikel matang
(graaf) merupakan folikel besar berisi cairan yang siap pecah dan mengeluarkan
oosit sekundernya. Proses inilah yang disebut dengan ovulasi. Struktur
selanjutnya adalah korpus luteum (badan kuning). Struktur ini mengandung sisa-
sisa folikel matang setelah ovulasi. Korpus luteum menghasilkan progesterone,
esterogen, relaksin, dan inhibin sampai berdegenerasi menjadi jaringan parut
fibrosa yang dikenal dengan korpus albikans (badan putih) (DiFiore, 2017),
Megasari, Melisa (2019).

Sejak embrio, wanita sudah memiliki satu jenis folikel yang disebut
dengan folikel primordial. Folikel merupakan nama lain dari oosit. Selama masa
perkembangan janin dini, sel-sel germinativum primordial (primitive) bermigrasi
dari yolk sack ke ovarium. Di ovarium, sel-sel germinativum berdiferensiasi ke
dalam ovarium menjadi oogonia yang merupakan bentuk tunggal dari oogonium.
Oogonia merupakan sel punca diploid yang membelah secara mitotic untuk
menghasilkan jutaan sel germinativum. Bahkan sebelum lahir, Sebagian besar dari

24
sel-sel germinativum ini mengalami degenerasi dalam proses yang dikenal dengan
atresia. Namun, beberapa berkembang menjadi sel yang lebih besar yang dinamai
oosit primer. Dan masuk ke profase meiosis 1 selama perkembangan masa janin,
tetapi tidak menuntaskan fase tersebut sampai setelah pubertas. Selama tahap
perkembangan tertunda ini, masing-masing oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel folikular gepeng, dan keseluruhan strukturnya dinamai folikel
primordial yang terdiri dari serat kolagen dan sel stroma mirip fibroblast. Saat
lahir, masing-masing terkandung sekitar 200.000-2.000.000 oosit primer. Dari
jumlah tersebut, sekitar 40.000 bertahan hingga pubertas, dan sekitar 400 akan
matang dan berovulasi selama usia subur seorang wanita dan oosit primer yang
lain akan megalami atresia (DiFiore, 2017), Megasari, Melisa (2019).

Gambar 13 Folicle Primer


Setiap bulan setelah pubertas hingga menopaus, gonadotropin (FSH dan
LH) yang disekresikan oleh hipofisis anterior merangsang perkembangan lebih
lanjut beberapa folikel primordial, meskipun biasanya hanya satu yang mencapai
tingkat kematangan yang dibutuhkan untuk ovulasi. Beberapa folikel primordial
mulai tumbuh, berkembang menjadi folikel primer. Setiap folikel primer terdiri
dari sebuah oosit primer yang pada tahap perkembangan selanjutnya dikelilingi
oleh beberapa lapisan sel kuboid dan sel kolumnar rendah yang disebut sel
granulosa. Sel-sel granulosa yang terletak paling luar melekat ke membran basal.
Seiring dengan pertumbuhannya, folikel primer membentuk lapisan glikoprotein

25
jernih yang disebut zona pelusida antara oosit primer dan sel granulosa. Selain itu,
sel-sel stroma yang mengelilingi membran basal mulai membentuk lapisan teratur
yang disebut teka folikuli (DiFiore, 2017).

Gambar 14 Folicle Sekunder


Dengan berlanjutnya proses pematangan, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada folikel sekunder, teka berdiferensiasi menjadi dua
lapisan yakni teka interna, suatu lapisan internal sel kuboid sekretorik dengan
banyak pembuluh darah serta mengeluarkan estrogen, dan teka eksterna, lapisan
luar sel stroma dan serat kolagen. Selain itu, sel-sel granulosa mulai menyekresi
cairan folikel, yang menumpuk di rongga yang disebut antrum di tengah folikel
sekunder. Lapisan sel granulosa paling dalam kemudian melekat erat ke zona
pelusida dan kini disebut korona radiata (DiFiore, 2017)

Folikel sekunder akhirnya membesar dan berubah menjadi folikel matang


(graaf). Sementara berada di folikel ini dan tepat sebelum ovuasi, oosit primer
diploid menuntaskan meiosis I, menghasilkan dua sel haploid dengan ukuran tidak
setara-masing-masing dengan 23 kromosom. Sel yang lebih kecil dari proses
meiosis I, yang disebut badan polar pertama, pada hakikatnya adalah sepaket
bahan nukleus sisa. Sel lebih besar, yang dikenal sebagai oosit sekunder,
mendapat sebagian besar dari sitoplasma. Setelah terbentuk, oosit sekunder
memulai proses meiosis II, tetapi kemudian berhenti di metafase. Folikel matang
(graaf) cepat pecah dan membebaskan oosit sekundernya, proses yang dinamai
ovulasi. Folikel yang telah melepas oosit sekunder berubah menjadi korpus

26
luteum. Korpus luteum mengalami degenerasi sehingga membentuk korpus
albicans (DiFiore, 2017).

Saat ovulasi, oosit sekunder dilepaskan ke dalam rongga panggul bersama


dengan badan polar pertama dan korona radiata. Sel-sel ini, dalam keadaan
normal, disapu ke tuba uterina. Jika tidak terjadi pembuahan, sel-sel mengalami
degenerasi. Namun, jika terdapat sperma di tuba uterina dan salah satunya dapat
menembus oosit sekunder, meiosis II berlanjut kembali. Oosit sekunder terbelah
menjadi dua sel haploid, juga dengan ukuran yang tidak setara. Sel yang lebih
besar adalah ovum, atau telur matang; yang lebih kecil disebut badan polar kedua.
Nukleus sel sperma dan ovum kemudian menyatu, membentuk zigot diploid. Jika
badan polar pertama mengalami pembelahan selanjutnya untuk menghasilkan dua
badan polar, oosit primer akhirnya menghasilkan tiga badan polar haploid, yang
semuanya mengalami degenerasi, dan satu ovum haploid. Karena itu, satu oosit
primer menghasilkan satu gamet (ovum). Sebaliknya, ingatlah pada pria satu
spermatosit primer menghasilkan empat gamet (sperma) (DiFiore, 2017).

Gambar 15 Histologi Uterus


Struktur selanjutnya adalah uterus. Uterus memiliki fungsi untuk
menyimpan konsepsi atau embrio yang telah mengalami fertilisasi pada ampula
tuba fallopi. Uterus memiliki 3 struktur utama, yakni struktur endometrium,
myometrium, dan perimetrium. Endometrium merupakan lapisan yang paling

27
dalam. Endometrium ini terdiri dari lapisan fungsional dan lapisan basal. Lapisan
fungsional terdiri dari epitel simple kolumnar dengan silia dan beberapa tidak
bersilia. Pada struktur ini terdapat invaginasi dari sel epitel dimana terdapat
kelenjar yang dikenal dengan simple tubular gland. Terdapat juga struktur lamina
propria yang di dalamnya terdapat sel sel mirip fibroblast. Terdapat juga ujung-
ujung arteri pada struktur ini yang dinamai dengan arteri spiral. Pada struktur
lapisan basal, terdapat dasar dari kelenjar tubular gland dan juga dasar dari arteri
dan vena. Saat wanita mengalami menstruasi dikarenakan kematian korpus
lutheum, lapisan fungsional akan lepas. Pada lapisan myometrium disusun oleh
otot polos yang memiliki fungsi kontraksi. Struktur ini akan membantu ibu hamil
dalam proses persalinan. Struktur yang terluar adalah serosa/adventitia. Serosa
dilapisi oleh peritonium, sedangkan pada adventitia tidak dilapisi oleh peritonium
(DiFiore, 2017).

Gambar 16 Siklus Endometrial


Lepasnya ovum menyebabkan endometrium robek dan meluruh sehingga
terjadi perdarahan. Hormon pembebas gonadotropin atau gonadotropin releasing
hormone (GnRH) yang disekresikan hipotalamus memacu kelenjar hipofisis untuk
mensekresikan hormon pemicu folikel atau follicle stimulating hormone (FSH).
FSH memacu pematangan folikel dan merangsangnya untuk mensekresikan

28
hormon estrogen. Hormon estrogen menyebabkan dinding endometrium
berproliferasi. Pada saat ovulasi, tebalnya sekitar 2-3 mm. Peningkatan hormon
estrogen menyebabkan serviks menyekresikan lendir bersifat basa yang berfungsi
untuk menetralkan suasana keasaman vagina sehingga mendukung kehidupan
sperma. Ovulasi terjadi pada hari ke-14 pada siklus normal (28 hari). Peningkatan
kadar hormon estrogen menghambat sekresi FSH, lalu kelenjar hipofisisis
mensekresikan luteinizing hormone (LH). Peningkatan kadar LH merangsang
terjadinya ovulasi (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017), (Guyton, A.C., dan Hall,
J.E. 2019).

Fase sekresi berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.


Folikel yang telah melepas oosit sekunder akan mengerut dan menjadi korpus
luteum. Korpus luteum mensekresikan hormon progesteron dan tetap
mensekresikan hormon estrogen meskipun jumlahnya tidak sebanyak saat menjadi
folikel. Hormon progesteron mendukung estrogen untuk menumbuhkan pembuluh
darah, menebalkan dinding endometrium, dan mempersiapkan endometrium
untuk menerima implantasi (perlekatan ovum) apabila terjadi pembuahan. Apabila
tidak terjadi pembuahan, maka korpus luteum akan berubah menjadi korpus
albicans. Korpus albicans mensekresikan hormon dalam jumlah sedikit, akibatnya
kadar hormon estrogen dan progesteron menjadi rendah sehingga terjadi
menstruasi (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017), (Sherwood, L.Z., 2019).

Gambar 17 Histologi Oviducts (Tuba Faloppi)

29
Struktur selanjutnya adalah oviducts dengan nama lain tuba fallopi atau
tuba uterine. Oviducts merupakan struktur dari genetalia femina yang berfungsi
sebagai tempat fertilisasi atau pertemuan sel telur dengan sel sperma. Secara
struktu histologis, oviducts merupakan tabung dari otot polos yang
memungkinkan terjadinya peristaltic dan terjadi perpindahan oosit. Terdapat
lapisan mukosa pada bagian dalam, yang terdiri atas 2 lapisan epitel, epitel
kolumnar bersilia dan epital kolumnar tidak bersilia. Kemudian struktur dibawah
epitel disebut dengan lamina propria. Struktur yang has pada sediaan histologi
oviducts adalah ditemukannya struktur mukosa dan terutama pada bagian ampula.
Pada bagian ampula inilah yang nantinya akan terjadi proses fertilisasi (DiFiore,
2017), Megasari, Melisa (2019).

Gambar 18 Jenis Epitel dalam Oviducts


Gambar diatas merupakan jenis epitel yang ada pada tuba fallopi. Terdapat
2 jenis sel epitel, yakni epitel bersilia, dan epitel yang tidak bersilia. Sel bersilia
berfungsi untuk membantu pergerakan dari oosit dan embrio dan bersama sama
dengan otot polos menuju uterus. Sel yang tidak bersilia atau secretory cells
berfungsi untuk memproduksi cairan yang kaya akan nutrisi dan memberi nutrisi
pada embrio dikarenakan embrio akan berada dalam tuba fallopi kurang lebuh
selam lima hari. Cairan yang diproduksi oleh struktur ini juga berfungsi untuk
kapasitasi spermatozoa (DiFiore, 2017), Megasari, Melisa (2019).

30
Gambar 19 Histologi Serviks
Struktur selanjutnya adalah serviks yang merupakan area peralihan
sebelum menjadi vagina. Terdapat dua epitel dalam struktur ini, yakni epitel yang
mirip dengan epitel yang melapisi uterus (Endoserviks; epitel simple kolumnar)
dan epitel yang mirip dengan epitel yang melapisi vagina (Ektoserviks; epitel
berlapis pipih). Pada bagian endoserviks terdapat kelenjar yang dikenal dengan
servikal gland yang merupakan kelenjar yang berfungsi untuk melumasi vagina.
Dalam aktivitas seksual, vagina perlu untuk dilumasi. Pada kenyataanya, vagian
tidak memiliki kelenjar sama sekali, sehingga seluruh cairan pelumas untuk
melumasi vagian berasal dari serviks (DiFiore, 2017).

Sel-sel sekretorik mukosa serviks menghasilkan sekresi yang disebut


mukus serviks, suatu campuran air, glikoprotein, lemak, enzim, dan garam non-
organik. Selama masa reproduksi, wanita menyekresi 20-60 mL mukus serviks
setiap hari. Mukus serviks lebih ramah terhadap sperma saat atau menjelang
waktu ovulasi karena menjadi lebih encer dan lebih basa (pH 8,5). Pada waktu
lain, mukus lebih kental dan membentuk sumbat serviks yang secara fisik

31
menghambat penetrasi sperma. Mukus serviks memberikan energi yang
dibutuhkan oleh sperma, dan baik serviks maupun mukus serviks melindungi
sperma dari fagosit dan lingkungan yang tidak ramah vagina dan uterus. Mukus
serviks juga mungkin berperan dalam kapasitasi-serangkaian perubahan
fungsional yang dialami sperma di saluran reproduksi wanita sebelum mampu
membuahi oosit sekunder. Kapasitasi menyebabkan ekor sel sperma bergerak
lebih aktif dan mempersiapkan membran plasma sel sperma untuk menyatu
dengan membran plasma oosit (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017).

Gambar 20 Histologi Vagina


Struktur selanjutnya adalah vagina. Vagina merupakan tabung otot polos
yang kaya dengan serabut elastic dan serabut kolagen. Vagina ini memiliki
struktur yang elastis yang memungkinkan terjadi proses persalinan dan dalam
beberapa waktu bisa kembali ke bentuk semula. Hal ini dikarenakan teerdapat
banyak serabut elastis. Di struktur ini juga terdapat otot polos, dan juga pembuluh
darah. Vagian memiliki epitel dengan tipe berlapis pipih dan sangat tebal. Epitel
ini ditemukan pada usia reproduksi, dikarenakan epitel ini dipengaruhi oleh
hormon esterogen. Pada usia pra pubertas dan menopause epitelnya sangat tipis,
sehingga memiliki risiko yang besar apabila melakukan hubungan seksual. Produk
glikogen yang ada pada vagina akan dirubah oleh lactobacillus menjadi produk

32
asam laktat sehingga kondisi dalam vagina akan asam sebagai salah satu fungsi
proteksi (DiFiore, 2017).

Mukosa vagina bersambungan dengan mukosa uterus. Secara histologis,


lapisan ini terdiri dari epitel skuamosa berlapis tak-berkeratin dan jaringan ikat
areolar yang membentuk serangkaian lipatan transversal yang dinamai rugae. Sel-
sel dendritik di mukosa adalah sel penyaji antigen. Sayangnya, sel-sel ini juga ikut
serta dalam penularan virus-misalnya HIV (virus yang menyebabkan AIDS) -ke
wanita sewaktu hubungan seksual dengan pria yang terinfeksi. Mukosa vagina
mengandung banyak glikogen, yang dekomposisinya menghasilkan asam-asam
organik. Lingkungan asam yang terbentuk menghambat pertumbuhan mikroba,
tetapi juga berbahaya bagi sperma. Komponen basa di dalam semen, terutama dari
vesikula seminalis, meningkatkan pH cairan di vagina dan meningkatkan
viabilitas sperma (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017), (Guyton, A.C., dan Hall,
J.E. 2019).

Muskularis terdiri dari lapisan otot polos sirkular di sebelah luar dan
lapisan longitudinal di sebelah dalam yang dapat sangat teregang untuk
mengakomodasi penis sewaktu hubungan seksual dan anak sewaktu melahirkan.
Adventisia, lapisan superfisial vagina, terdiri dari jaringan ikat areolar. Jaringan
ini melekatkan vagina ke organ-organ sekitar misalnya uretra dan kandung kemih
di anterior dan rektum dan kanalis analis di posterior. Suatu lipatan tipis membran
mukosa vaskular, yang disebut himen membentuk batas di sekitar dan menutup
sebagian ujung inferior lubang vagina ke eksterior, orifisium vagina. Setelah
pecah, biasanya setelah hubungan seksual pertama, hanya sisa himen yang
tertinggal. Kadang himen menutup orifisium secara total, kondisi yang dinamai
himen imperforata. Pembedahan mungkin diperlukan untuk membuka orifisium
dan memungkinkan keluarnya darah haid (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017).

33
Gambar 21 Struktur Histologi Plasenta

Pada gambar diatas terdapat struktur vili korionik yang tersusun atas sel-
sel sinsiotropoblast dan sitotropoblast. Terdapat juga istilah vili primer dan vili
sekunder. Diluar vili terdapat pulau pulau darah yang diisi oleh darah. Tidak
terdapat kontak langsung antara pembuluh darah ibu dengan vili yang membentuk
plasenta (DiFiore, 2017).

34
Gambar 22 Struktur Mammae
Kelenjar mammae (payudara) dimiliki oleh kedua jenis kelamin, namun
kelenjar ini menjadi berkembang sangat penting pada wanita saat pubertas dan
sangat sensti terhadap hormon estrogen. Sedang pada laki-laki biasanya tidak
berkembang (rudimenter). Saat kehamilan, kelenjar mammae mencapai
perkembangan puncaknya dan berfungsi untuk produksi susu (laktasi) setelah
persalinan. Pada wanita, payudara mengalami perkembangan yang sempurna
menjadikan bentuk yang menonjol didepan dinding dada dengan komposisi
jaringan glandular dan adiposa yang tertutup kulit. Payudara terletak diatas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah glandular /kelenjarnya Jaringan glandular
terdiri dari 15 sampai 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus laktiferusnya
sendiri yang membesar menjadi sinus lakteferus (ampula). Lobus dikelilingi
jaringan adipose dan dipisahkan oleh ligament suspensorium cooper (berkas
jaringan ikat fibrosal.Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobulus,
setiap lobulus kemudian bercabang menjadi duktus, Duktus kecil yang berakhir di
alveoli sekretori (Tortora, GJ., Derrick. son, B. 2017), (Guyton, A.C., dan Hall,
J.E. 2019).

35
Puting susu adalah bagian yang terdapat di tengah-tengah areola. Puting
susu memliki ujung-ujung saraf perasa yang sangat sensitif dan otot polos yang
akan berkontraksi bila ada rangsangan. Puting memiliki kulit berpigmen dan
berkerut membentang keluar sekitar 1 cm sampai 2 cm untuk membentuk areola.
Areola merupakan bagian yang lebih berpigmen (berwarna lebih gelap) di
sekeliling puting. Pada areola inilah saluran kelenjar morgagni yang merupakan
kelenjar keringat besar, bermuara. Fungsi kelenjar ini untuk mengeluarkan. cairan
yang melemaskan dan melindungi areola sewaktu menyusui. Selain itu pada
areola juga otot polos dan ujung-ujung serabut saraf (Tortora, GJ., Derrick. son,
B. (2017).

Gambar 23 Struktur Histologi Kelenjar Mammae


Pada gambar diatas merupakan perbandingan struktur histologis dari
kelenjar mamae dari 3 kondisi. Pada gambar A merupakan struktur histologi dari
kelenjar mamae yang tidak aktif. Gambar B merupakan struktur histologi dari
kelenjar mamae saat ibu dalam keadaan hamil, pada gambar C merupakan struktur
histologi dari kelenjar mamae yang sedang menyusui. Kemudian terdapat epitel
yang melapisi ductus laktiferus adalah epitel berlapis kuboid, dan kemudian yang
dekat dengan alveolus akan berubah menjadi simple kolumnar, dan kearah sinus
akan menjadi simple skuamus (DiFiore, 2017).

36
2.4 Fisiologi Reproduksi Wanita dan Payudara
Sejak embrio, wanita sudah memiliki satu jenis folikel yang disebut
dengan folikel primordial. Folikel merupakan nama lain dari oosit. Selama masa
perkembangan janin dini, sel-sel germinativum primordial (primitive) bermigrasi
dari yolk sack ke ovarium. Di ovarium, sel-sel germinativum berdiferensiasi ke
dalam ovarium menjadi oogonia yang merupakan bentuk tunggal dari oogonium.
Oogonia merupakan sel punca diploid yang membelah secara mitotic untuk
menghasilkan jutaan sel germinativum. Bahkan sebelum lahir, Sebagian besar dari
sel-sel germinativum ini mengalami degenerasi dalam proses yang dikenal dengan
atresia. Namun, beberapa berkembang menjadi sel yang lebih besar yang dinamai
oosit primer. Dan masuk ke profase meiosis 1 selama perkembangan masa janin,
tetapi tidak menuntaskan fase tersebut sampai setelah pubertas. Selama tahap
perkembangan tertunda ini, masing-masing oosit primer dikelilingi oleh satu
lapisan sel folikular gepeng, dan keseluruhan strukturnya dinamai folikel
primordial yang terdiri dari serat kolagen dan sel stroma mirip fibroblast. Saat
lahir, masing-masing terkandung sekitar 200.000-2.000.000 oosit primer. Dari
jumlah tersebut, sekitar 40.000 bertahan hingga pubertas, dan sekitar 400 akan
matang dan berovulasi selama usia subur seorang wanita dan oosit primer yang
lain akan mengalami atresia (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019), (Sherwood, L.Z.,
2019).

Setiap bulan setelah pubertas hingga menopaus, gonadotropin (FSH dan


LH) yang disekresikan oleh hipofisis anterior merangsang perkembangan lebih
lanjut beberapa folikel primordial, meskipun biasanya hanya satu yang mencapai
tingkat kematangan yang dibutuhkan untuk ovulasi. Beberapa folikel primordial
mulai tumbuh, berkembang menjadi folikel primer. Setiap folikel primer terdiri
dari sebuah oosit primer yang pada tahap perkembangan selanjutnya dikelilingi
oleh beberapa lapisan sel kuboid dan sel kolumnar rendah yang disebut sel
granulosa. Sel-sel granulosa yang terletak paling luar melekat ke membran basal.
Seiring dengan pertumbuhannya, folikel primer membentuk lapisan glikoprotein
jernih yang disebut zona pelusida antara oosit primer dan sel granulosa. Selain itu,
sel-sel stroma yang mengelilingi membran basal mulai membentuk lapisan teratur
yang disebut teka folikuli (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

37
Dengan berlanjutnya proses pematangan, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada folikel sekunder, teka berdiferensiasi menjadi dua
lapisan yakni teka interna, suatu lapisan internal sel kuboid sekretorik dengan
banyak pembuluh darah serta mengeluarkan estrogen, dan teka eksterna, lapisan
luar sel stroma dan serat kolagen. Selain itu, sel-sel granulosa mulai menyekresi
cairan folikel, yang menumpuk di rongga yang disebut antrum di tengah folikel
sekunder. Lapisan sel granulosa paling dalam kemudian melekat erat ke zona
pelusida dan kini disebut korona radiata (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Folikel sekunder akhirnya membesar dan berubah menjadi folikel matang


(graaf). Sementara berada di folikel ini dan tepat sebelum ovuasi, oosit primer
diploid menuntaskan meiosis I, menghasilkan dua sel haploid dengan ukuran tidak
setara-masing-masing dengan 23 kromosom. Sel yang lebih kecil dari proses
meiosis I, yang disebut badan polar pertama, pada hakikatnya adalah sepaket
bahan nukleus sisa. Sel lebih besar, yang dikenal sebagai oosit sekunder,
mendapat sebagian besar dari sitoplasma. Setelah terbentuk, oosit sekunder
memulai proses meiosis II, tetapi kemudian berhenti di metafase. Folikel matang
(graaf) cepat pecah dan membebaskan oosit sekundernya, proses yang dinamai
ovulasi. Folikel yang telah melepas oosit sekunder berubah menjadi korpus
luteum. Korpus luteum mengalami degenerasi sehingga membentuk korpus
albicans (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Saat ovulasi, oosit sekunder dilepaskan ke dalam rongga panggul bersama


dengan badan polar pertama dan korona radiata. Sel-sel ini, dalam keadaan
normal, disapu ke tuba uterina. Jika tidak terjadi pembuahan, sel-sel mengalami
degenerasi. Namun, jika terdapat sperma di tuba uterina dan salah satunya dapat
menembus oosit sekunder, meiosis II berlanjut kembali. Oosit sekunder terbelah
menjadi dua sel haploid, juga dengan ukuran yang tidak setara. Sel yang lebih
besar adalah ovum, atau telur matang; yang lebih kecil disebut badan polar kedua.
Nukleus sel sperma dan ovum kemudian menyatu, membentuk zigot diploid. Jika
badan polar pertama mengalami pembelahan selanjutnya untuk menghasilkan dua
badan polar, oosit primer akhirnya menghasilkan tiga badan polar haploid, yang

38
semuanya mengalami degenerasi, dan satu ovum haploid. Karena itu, satu oosit
primer menghasilkan satu gamet (ovum) (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Selama masa reproduktif, wanita tak-hamil secara normal memperlihatkan


perubahan siklik di ovarium dan uterusnya. Setiap siklus memerlu kan waktu
seksitar satu bulan dan melibatkan oogenesis dan persiapan uterus untuk
menerima ovum yang telah dibuahi. Hormon-hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium mengontrol proses-proses utamanya.
Siklus ovarium adalah serangkaian kejadian di ovarium yang terjadi selama dan
setelah pematangan sebuah oosit. Siklus uterus (haid) adalah serangkaian
perubahan yang terjadi bersamaan di endometrium uterus untuk mempersiapkan
organ ini menerima kedatangan ovum yang telah dibuahi yang akan berkembang
sampai lahir. Jika tidak terjadi pembuahan, hormon-hormon ovarium menurun,
yang menyebabkan stratum fungsional endometrium terlepas. Istilah umum siklus
reproduksi wanita mencakup siklus ovarium dan uterus, perubahan-perubahan
hormon yang mengaturnya, serta per ubahan siklik terkait di payudara dan serviks
(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang diseksresikan oleh


hipotalamus mengontrol siklus ovarium dan uterus. GnRH merangsang pelepasan
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipofisis
anterior. FSH memicu pertumbuhan folikel, sementara LH merangsang
perkembangan lebih lanjut folikel ovarium. Selain itu, keduanya merangsang
folikel ovarium untuk mengeluarkan estrogen. LH merangsang sel-sel teka pada
folikel yang tengah tumbuh untuk menghasilkan androgen. Di bawah pengaruh
FSH, androgen diserap oleh sel-sel granulosa folikel dan kemudian diubah
menjadi estrogen. Pada pertengahan siklus, LH memicu ovulasi dan kemudian
mendorong pembentukan korpus luteum, yang menjadi penyebab hormon ini
dinamai luteinizing hormone. Korpus luteum, yang dirangsang oleh LH,
menghasilkan dan mengeluarkan estrogen, progesteron, relaksin, dan inhibin
(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Paling sedikit terdapat enam jenis estrogen yang dapat ditemukan dalam
plasma wanita, tetapi hanya tiga yang terdapat dalam jumlah bermakna, yakni beta

39
(B)-estradiol, estron, dan estriol. Pada wanita tak-hamil, estrogen paling banyak
adalah ẞ-estradiol, yang disintesis dari kolesterol di ovarium. Estrogen yang
diseksresikan oleh folikel ovarium memiliki beberapa fungsi penting
1) Memicu Estrogen mendorong pembentukan dan pemeliharaan struktur
reproduksi wanita, karakteristik seks seksunder, dan payudara.
Karakteristik seks seksunder mencakup distribusi jaringan lemak di
payudara, abdomen, mons pubis, dan panggul; nada suara; panggul
yang lebar; dan pola pertumbuhan rambut di kepala dan tubuh.
2) Estrogen meningkatkan anabolisme protein, termasuk pem bentukan
tulang yang kuat. Dalam hal ini, estrogen bersifat sinergistik dengan
hormon pertumbuhan (hGH).
3) Estrogen menurunkan kadar kolesterol darah, yang mungkin
merupakan alasan mengapa wanita berusia kurang dari 50 tahun
memiliki risiko penyakit arteri koronaria yang jauh lebih rendah
daripada pria berusia setara.
4) Estrogen kadar moderat dalam darah menghambat pelepasan GnRH
oleh hipotalamus dan seksresi FSH dan LH oleh hipofisis anterior
(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Progesteron, yang terutama diseksresikan oleh korpus luteum, bekerja


sama dengan estrogen untuk mempersiapkan dan memper- terh tahankan
endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi dan frate mempersiapkan
kelenjar mamaria untuk seksresi susu. Progesteron kadar tinggi juga menghambat
seksresi GnRH dan LH. FSH kodo yang Sejumlah kecil relaksin yang diproduksi
oleh korpus luteum dalam setiap siklus bulanan melemaskan uterus dengan
menghambat kem kontraksi miometrium. Implantasi ovum yang telah dibuahi
diperkirakan lebih mudah terjadi pada uterus yang "tenang". Selama kehamilan,
plasenta menghasilkan jauh lebih banyak relaksin, dan bahan ini terus
melemaskan otot polos uterus. Pada akhir kehamilan, relaksin juga meningkatkan
fleksibilitas simfisis pubis dan mungkin membantu pembukaan serviks, keduanya
mempermudah pelahiran bayi. samp Gam pemb mata estro dinar Inhibin
diseksresikan oleh sel granulosa folikel yang sedang tumbuh dan oleh korpus

40
luteum setelah ovulasi. Hormon ini meng hambat seksresi FSH dan, dengan
tingkat yang lebih rendah, LH (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Payudara mengalami 3 macam perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu:


1. Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron
yang dipengaruhi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. 2. Perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Seksitar hari kedelapan menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa
hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal, kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
menstruasi, payudara menjadi tegang dan nyeri, begitu menstruasi mulai
semuanya berkurang. 3. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel
duktus lobul, duktus alveolus berploliferasi dan hipofise anterior memicu laktasi.
Air susu di produksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI


biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.
Pada hari ke 2 atau hari ke 3 pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron
turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah
mulai terjadi seksresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan
puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofise, sehingga seksresi ASI semakin
lancar. 2 refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi adalah: a.
Refleks Prolaktin Sewaktu bayi bisa menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus di dasar otak, lalu memicu hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang diseksresi dan
jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi,
intensitas dan lamanya bayi menghisap (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

41
2.5 Pubertas (Tahapan Pubertas, Tanda Seks Primer dan Tanda Seks
Sekunder)
Kata pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata
ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang
terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan
keturunan. Pubertas juga dapat diartikan sebagai sebuah periode dimana
kematangan fisik berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal, dan
tubuh, yang terutama berlangsung di masa remaja awal. Perubahan-perubahan ini
mencakup bentuk (pematangan seks), ukuran (peningkatan tinggi dan berat badan)
dan komposisi tubuh. Selesainya pertumbuhan tulang bersamaan dengan
peningkatan densitas tulang dan komposisi tubuh. Umumnya perubahan ini
konsisten terjadi di antara remaja, hanya terdapat variasi dalam umur dimulainya
pubertas, lama dan kecepatan perubahan tersebut. Adanya variasi tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, seperti asupan kalori dan
aktivitas fisik. Pubertas umumnya terjadi pada usia 11 tahun (perempuan) dan 13
tahun (laki-laki). Hal ini mengakibatkan remaja dengan umur kronologis yang
sama memiliki penampilan fisik yang berbeda. Remaja yang sudah pubertas akan
memiliki kebutuhan energi dan nutrisi yang berbeda dibandingkan dengan belum
pubertas sehingga kematangan seksual dapat digunakan untuk menilai
pertumbuhan dan perkembangan biologis dan kebutuhan nutrisi remaja (Muliani,
Mangku Karmaya, dkk. 2020).

Masa pubertas dimulai dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir


pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur. Secara klinis
pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin seksunder dan berakhir jika
sudah terdapat kemampuan reproduksi. Urutan peristiwa pubertas wanita yaitu
thelarche (permulaan perkembangan payudara) dimulai pada usia rata-rata 10,5
tahun. Pubarche (pertumbuhan rambut pubis dan ketiak) pada usia rata-rata 11
tahun. Kegiatan pertumbuhan mulai pada usia rata-rata 11,5 tahun, dan menarche
(permulaan periode menstruasi) mulai pada usia rata-rata 12,8 tahun (Muliani,
Mangku Karmaya, dkk. 2020).

42
Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik
penting pada tubuh remaja. Perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,
perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks seksunder.
1. Perubahan Ukuran Tubuh.
Perubahan Fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh
dalam tinggi dan berat badan. Peningkatan tinggi badan yang terbesar terjadi
setahun sesudah dimulainya masa puber. Sesudahnya, pertumbuhan menurun dan
berlangsung lambat sampai usia dua puluh atau dua puluh satu. Karena periode
pertumbuhan yang lebih lama, anak laki-laki lebih tinggi daripada anak
perempuan pada saat sudah matang, karena setelah haid, tingkat pertumbuhan
berhenti seksitar delapan belas tahun. Pertambahan berat tidak hanya karena
lemak, tetapi juga karena tulang dan jaringan otot bertambah besar. Jadi,
meskipun anak puber dengan pesat bertambah berat, tetapi seringkali kelihatannya
kurus dan kering. Pertambahan berat yang paling besar pada anak perempuan
terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Setelah itu pertambahan berat hanya
sedikit. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau
dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia enam belas
tahun, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Kegemukan selama masa
puber bagi anak lakilaki dan anak perempuan tidaklah aneh. Antara usia sepuluh
dan dua belas, di seksitar permulaan terjadinya pertumbuhan pesat, anak
cenderung menumpuk lemak di perut, di seksitar puting susu, di pinggul dan paha,
di pipi, leher, dan rahang. Lemak ini biasanya hilang setelah kematangan masa
puber dan pertumbuhan pesat tinggi badan dimulai, meskipun ada yang menetap
sampai dua tahun lebih selama masa awal masa puber (Muliani, Mangku
Karmaya, dkk. 2020).

2. Perubahan Proporsi Tubuh


Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh.
Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, menjadi terlampau
besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain.
Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Barulah pada bagian akhir masa
remaja seluruh daerah tubuh mencapai ukuran dewasa, meskipun perubahan besar
terjadi sebelum masa puber selesai. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar

43
di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang berkembang. Pada mulanya
ukuran pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi lebih panjang daripada
badan. Dengan bertambahnya panjangnya badan, ukuran pinggang berkurang
sehingga memberikan perbandingan tubuh dewasa. Lebar pinggul dan bahu
dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak laki-laki yang lebih cepat matang
biasanya mempunyai bahu yang lebar daripada anak yang lebih lambat matang,
dan anak perempuan yang lebih lambat matang mempunyai pinggul yang sedikit
lebih besar daripada anak yang cepat matang. Sebelum masa puber, tungkai kaki
lebih panjang daripada badan dan keadaan ini bertahan sampai seksitar usia lima
belas tahun. Pada anak yang lambat matang, pertumbuhan tungkai kaki
berlangsung lebih lama daripada anak yang cepat matang, sehingga tungkai kaki
lebih panjang. Tungkai kaki anak yang cepat matang cenderung pendek, gemuk
sedangkan tungkai kaki yang lambat matang pada umumnya lebih ramping. Pola
yang sama terjadi pada pertumbuhan, lengan yang pertumbuhannya mendahului
pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang. Seperti halnya
dengan pertumbuhan tungkai kaki, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia
kematangan. Anak-anak yang cepat matang cenderung mempunyai lengan yang
lebih pendek daripada anak yang lambat matang. Halnya sama juga dengan anak
yang cepat matang yang mempunyai tungkai kaki lebih pendek daripada tungkai
kaki anak yang lambat matang. Sampai pertumbuhan lengan dan tungkai kaki
mendekati sempurna, barulah tercapai perbandingan yang baik dengan tangan dan
kaki, yang keduanya mencapai ukurannya kematangan pada awal masa puber
(Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

3. Ciri-ciri Seks Primer


Perubahan fisik pokok ketiga adalah pertumbuhan dan perkembangan ciri-
ciri seks primer, yaitu organ-organ seks. Pada pria, gonad atau testis, yang terletak
di dalam scrotum diluar tubuh, pada usia empat belas tahun seksitar sepuluh
persen dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau
dua tahun, setelah itu pertumbuhan menurun; testis sudah berkembang penuh pada
usia dua puluh atau dua pulu satu. Segera setelah pertumbuhan pesat testis terjadi,
maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah
panjangnya, kemudian disertai secara berangsur-angsur dengan besarnya. Kalau

44
fungsi organ reproduksi pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi basah
malam, biasanya kalau anak laki-laki bermimpi tentang seksual yang
menggairahkan, kalau kandung kemihnya penuh atau mengalami sembelit kalau ia
memakai piyama yang ketat atau kalau ia terselimuti dengan hangat.banyak anak
laki-laki tidak menyadari apa yang terjadi sampai ia melihat bercak-bercak pada
alas tempat tidur atau piyama. Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama
masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak
usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram, pada usia enam belas tahun
berkisar rata-rata beratnya 43 gram. Tuba falopi, dan vagina juga tumbuh pesat
pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan
menjadi matang adalah datangnya haid pertama kali (menarche). Jadwal menarche
dipengaruhi oleh genetik, fisik, emosional, dan lingkungan, usia menstruasi
pertama cenderung mirip dengan sang ibu. Menstruasi adalah permulaan dari
serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus
secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai
menopause, apada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun (Hurlock,
2012). Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur
dan lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai
tahap kemandulan remaja. Dalam hal ini tidak terjadi ovulasi, atau pematangan
dan pelepasan sel telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Oleh karena
itu, anak perempuan disebut mandul (sementara). Bahkan setelah mengalami
beberapa periode haid, masih diragukan apakah mekanisme seks sudah cukup
matang untuk pembuahan (Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

4. Ciri-ciri Seks Seksunder


Perubahan fisik keempat adalah perkembangan ciri-ciri seks seksunder.
Perkembangan seks seksunder membedakan pria dari wanita dan membuat
anggota seks tertentu tertarik pada organ jenis kelamin yang lain. Ciri ini tidak
berhubungan dengan reproduksi meskipun secara tidak langsung ada juga
hubungannya, yaitu karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya.
Inilah sebabnya mengapa ciri ini disebut “seksunder”, dibandingkan dengan
organorgan seks “primer” yang langsung berhubungan dengan reproduksi. Selama
penampilan tubuh masih seperti anak-anak, tidak ada “daya tarik seks”. Keadaan

45
ini berubah bila ciri seks seksunder muncul (Muliani, Mangku Karmaya, dkk.
2020).

Beberapa perubahan seks seksunder yang dialami oleh wanita, yakni


pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat akibat membesarnya tulang pinggul
dan berkembangnya lemak bawah kulit. Segera setelah pinggul mulai membesar,
payudara juga berkembang. Puting susu membesar dan menonjol, dan dengan
berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan bulat. Rambut-
rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang.
Rambut ketiak dan rambut pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua
rambut kecuali rambut wajah, mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian
menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap, dan agak keriting. Kulit-kulit
menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan lubang poripori bertambah besar.
Kelenjar-kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sembatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak
mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama haid.
Otot-otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan
tungkai. 7) Suara Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara
serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan (Muliani, Mangku
Karmaya, dkk. 2020).

Menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshall dan Tanner perubahan


fisik pada pubertas anak perempuan dibagi menjadi 5 tahap berdasarkan
perubahan relatif dan absolut dari ciri-ciri seks seksunder. Ciri-ciri seks seksunder
ini juga dapat digunakan sebagai dasar penentuan maturitas seksual dan
bermanfaat untuk menilai tumbuh kembang selama masa remaja. Berikut tabel
dari 5 tahap perkembanga seks seksunder pada wanita (Muliani, Mangku
Karmaya, dkk. 2020).

46
Gambar 24 Tanner Stage Pada Wanita
Perkembangan Genitalia Feminina Stage Pertumbuhan Rambut Pubis
Prapubertas; hanya papilla yang terangkat 1 Prepubertas; tidak ada rambut
pubis.
Tahap permulaan: payudara dan papilla 2 Pertumbuhan yang tipis dari
menonjol seperti gundukan kecil. rambut halus, panjang, dan
Diameter areola membesar sedikit berpigmen terutama di
sepanjang labia.
Pembesaran lebih lanjut pada 3 Rambut seksual tumbuh lebih
payudara dan areola tanpa perbedaan banyak dan menjadi lebih
kontur gelap, kasar, keriting. Rambut-
rambut tersebut tersebat jarang
menutupi pubis.
Areola dan papilla menonjol untuk 4 Rambut menyerupai tipe orang
membentuk gundukan seksunder di atas dewasa, tetapi tidak
payudara menyebar ke paha medial

Tahap matur: penonjolan hanya pada 5 Penampakan dan jumlah


papilla karena kembalinya areola ke rambut seperti pada orang
kontur umum payudara dewasa. Bentuk menyerupai
segitiga terbalik wanita
dewasa, menyebar ke

47
permukaan medial paha.
(Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

2.6 Faktor Yang Memengaruhi Pubertas (Internal dan Eksternal)


Pubertas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik berlangsung
pesat, yang melibatkan perubahan hormonal, dan tubuh, yang terutama
berlangsung di masa remaja awal. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
pubertas yang terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal terdiri dari faktor genetic, faktor ras dan etnis, dan juga faktor
hormonal, sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan, status
gizi, letak geografis, dan sosial ekonomi (Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

Faktor genetik berperan penting dalam onset pubertas, ditunjukkan dengan


usia pubertas yang sama diantara anggota suatu populasi etnis, suatu keluarga, dan
antara kembar monozigot. Jika faktor-faktor sosial ekonomi dan lingkungan
menyebabkan status gizi dan kesehatan yang optimal, usia timbulnya pubertas
pada anak normal terutama ditentukan oleh faktor genetik. Diperkirakan 50% -
80% variasi usia onset pubertas ditentukan oleh faktor genetik. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa variasi dalam usia onset pubertas dapat
dipengaruhi oleh sifat genetik yang tidak mengikuti pola pewarisan klasik Mendel
dari suatu lokus tunggal, tapi lebih merupakan suatu sifat genetik komplek yang
disebabkan oleh variasi berbagai gen. Gen GPR54 yang terletak pada lengan
pendek kromosom yaitu kromosom 19p13.3. mempunyai peran yang sangat
penting terhadap seksresi hormon GnRH dan terjadinya pubertas. Mutasi pada gen
GPR54 menyebabkan terjadinya keterlambatan pubertas, dan infertilitas yang
dapat dikoreksi dengan pemberian hormon GnRH eksogen (Yuwono, N., &
Messakh, G. B. Y. 2021).

Faktor hormon juga memengaruhi terjadinya pubertas. Salah satu hormon


pemicu adalah (GnRH). Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang
diseksresikan oleh hipotalamus mengontrol siklus ovarium dan uterus. GnRH
merangsang pelepasan follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) dari hipofisis anterior. FSH memicu pertumbuhan folikel,
sementara LH merangsang perkembangan lebih lanjut folikel ovarium. Selain itu,

48
keduanya merangsang folikel ovarium untuk mengeluarkan estrogen. LH
merangsang sel-sel teka pada folikel yang tengah tumbuh untuk menghasilkan
androgen. Di bawah pengaruh FSH, androgen diserap oleh sel-sel granulosa
folikel dan kemudian diubah menjadi estrogen. Pada pertengahan siklus, LH
memicu ovulasi dan kemudian mendorong pembentukan korpus luteum, yang
menjadi penyebab hormon ini dinamai luteinizing hormone. Korpus luteum, yang
dirangsang oleh LH, menghasilkan dan mengeluarkan estrogen, progesteron,
relaksin, dan inhibin (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Dalam penelitian yang melibatkan seksitar 1623 responden di Amerika


Serikat, menunjukkan bahwa ras dan etnisitas merupakan salah satu faktor yang
mungkin berperan dalam onset terjadinya pubertas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rerata usia menarche anak perempuan berkulit hitam (Afro-Amerika) lebih
rendah dibandingkan dengan anak perempuan Meksiko-Amerika maupun anak
perempuan berkulit putih (Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

Kemudian, terdapat juga faktor gabungan, yakni faktor lingkungan yang


memengaruhi sistem endokrin sehingga memengaruhi perubahan hormonal yang
terjadi di dalam tubuh. Faktor-faktor lingkungan seperti polusi dan paparan
terhadap insekstisida dapat mempengaruhi pengaturan endokrin dan dengan
demikian diferensiasi dan perkembangan organ-organ endokrin. Bioaktivitas obat-
obat tersebut dapat bertahan dalam waktu lama, oleh karena terjadi akumulasi
pada jaringan lemak atau jaringan lain. Beberapa zat kimia pada lingkungan
diketahui mempunyai aktifitas hormonal, yang dapat digolongkan menjadi
aktivitas estrogenik, antiestrogenik, androgenik, antiandrogenik, dan tiroid. Zat -
zat kimia tersebut meliputi polychlorinated biphenyl, pestisida organochlorin, dan
phthalate. Zat zat kimia tersebut dapat mempengaruhi sistem reproduksi melalui
ikatan dengan reseptor reseptor estrogen dan merubah ekspresi gen GnRH.
Tergantung pada aktifitas hormonal suatu zat kimia, onset pubertas dapat
diperlambat atau dipercepat. Terdapat juga bukti eksperimental yang
menunjukkan bahwa paparan zat kimia selama kehamilan dapat menyebabkan
berubahnya perkembangan kelenjar payudara. Paparan terhadap insekstisida DDT
menyebabkan terjadinya pubertas dini. Hal ini disebabkan oleh aktivitas steroid

49
DDT yang menyebabkan pematangan hipothalamus secara premature (Yuwono,
N., & Messakh, G. B. Y. 2021).

Status gizi memainkan peran yang sangat penting yang memengaruhi


pubertas. Beberapa penelitian mendapatkan adanya hubungan langsung antara
berat badan dan usia onset pubertas, dimana terdapat batas minimal jumlah lemak
tubuh untuk memulai pubertas. Status gizi yang lebih baik, ditandai dengan IMT
yang lebih tinggi, berhubungan dengan usia onset pubertas yang lebih dini.
Meningkatnya jumlah anak dengan status gizi overweight di negara negara maju
berperan terhadap kecenderungan percepatan usia onset pubertas. Waktu
terjadinya pubertas mungkin bergantung pada pencapaian berat badan, rasio
jaringan adiposa terhadap massa tubuh yang tidak berlemak dan tingkat tertentu
dari maturitas tulang. Penurunan kalori kronis menurunkan seksresi FSH dan LH.
Kurang gizi, berat badan rendah atau diet ketat dapat menunda terjadinya
pubertas. Sedangkan pada remaja putri yang mengalami obese sedang, menarche
terjadi lebih awal dan perjalanan menjadi pubertas terjadi lebih cepat. (Yuwono,
N., & Messakh, G. B. Y. 2021).

Pubertas juga dipengaruhi oleh letak geografis suatu daerah. Di negara


berkembang perbedaan status sosial ekonomi dan lingkungan hidup antara desa
dengan kota masih sangat menonjol dan berperan dalam perbedaan usia awitan
pubertas. Penelitian di Amerika Latin dan Afrika menunjukkan bahwa usia
pubertas anak yang tinggal di daerah pedesaan lebih lambat dibandingkan dengan
anak yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini mungkin disebabkan karena anak
di daerah pedesaan mempunyai status sosial ekonomi dan status gizi yang lebih
rendah dibanding anak di daerah perkotaan. Di wilayah Indonesia, usia awitan
pubertas anak perempuan di daerah perkotaan lebih awal 7 bulan dibandingkan
anak perempuan di pedesaan(Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

Faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi usia menarche pada anak


perempuan. Penelitian menunjukkan anak yang berasal dari tingkat sosial
ekonomi tinggi mengalami menarche lebih cepat dibanding anak yang berasal dari
tingkat sosial ekonomi rendah. Kondisi sosial ekonomi yang baik berhubungan

50
dengan kemudahan untuk mendapatkan bahan makanan yang berkualitas dan
akses ke pelayanan kesehatan (Muliani, Mangku Karmaya, dkk. 2020).

2.7 Hubungan Perubahan Bentuk Organ Genetalia Dengan Perubahan


Hormonal (Organ Primer dan Organ Sekunder)
Secara umum, pubertas merupakan hasil dari dua proses fisiologis yang
melibatkan sistem endokrin, yaitu adrenarche dan gonadarche. Adrenarche
merupakan maturasi korteks adrenal yang memicu peningkatan seksresi androgen
adrenal, yaitu androstenedion, dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S). DHEA dan DHEA-S bertanggung jawab
terhadap awal pertumbuhan rambut pubis dan aksila serta petumbuhan dan
seksresi kelenjar sebasea. Gonadarche merupakan aktivitas ovarium pada akhir
fase pubertas yang memicu peningkatan drastis dari produksi steroid gonad dan
penyelesaian gametogenesis. Peristiwa ini diawali oleh kenaikan hormon leptin
sesaat sebelum pubertas yang kemudian menghambat neuropeptida-Y.
Terhambatnya neuropeptida-Y yang merupakan mediator pengontrol
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) mengakibatkan lepasnya GnRH dari
hipotalamus. GnRH kemudian merangsang hipofisis anterior untuk melepaskan
FSH dan LH dan merangsang ovarium serta hormon-hormon ovarium seperti
estrogen dan progesteron untuk aktif dan memulai siklus menstruasi (Guyton,
A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang diseksresikan oleh


hipotalamus mengontrol siklus ovarium dan uterus. GnRH merangsang pelepasan
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari hipofisis
anterior. FSH memicu pertumbuhan folikel, sementara LH merangsang
perkembangan lebih lanjut folikel ovarium. Selain itu, keduanya merangsang
folikel ovarium untuk mengeluarkan estrogen. LH merangsang sel-sel teka pada
folikel yang tengah tumbuh untuk menghasilkan androgen. Di bawah pengaruh
FSH, androgen diserap oleh sel-sel granulosa folikel dan kemudian diubah
menjadi estrogen. Pada pertengahan siklus, LH memicu ovulasi dan kemudian
mendorong pembentukan korpus luteum, yang menjadi penyebab hormon ini
dinamai luteinizing hormone. Korpus luteum, yang dirangsang oleh LH,

51
menghasilkan dan mengeluarkan estrogen, progesteron, relaksin, dan inhibin
(Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Terdapat berbagai jenis estrogen, akan


tetapi yang paling umum untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna
untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita, membentuk
ketebalan endometrium saat siklus menstruasi, menjaga kualitas dan kuantitas
cairan serviks dan vagina, serta membantu mengatur temperatur suhu. Estrogen
alami diproduksi oleh sel teka interna folikel di ovarium secara primer dan dalam
jumlah lebih sedikit diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon
androgen. Hormon progesteron diproduksi oleh korpus luteum, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada masa kehamilan diproduksi di plasenta.
Fungsi progesteron adalah mempertahankan endometrium sehingga dapat
menerima implantasi zigot (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

Human Chorionic Gonadotrophin (hCG) merupakan glikoprotein yang


disintesis di sel sinsitiotrofoblas plasenta. Kadar hCG meningkat dalam darah
dan urin segera setelah implantasi ovum yang sudah dibuahi. hCG berfungsi
meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa kehamilan awal. Prolaktin
diproduksi di hipofisis anterior. Fungsi prolaktin adalah memicu produksi dan
sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada masa
kehamilan prolaktin diproduksi di plasenta. Prolaktin memiliki efek inhibisi
terhadap GnRh hipotaamus, sehingga jika kadar berlebihan dapat terjadi
gangguan pematangan folikel, gangguan ovulasi, dan gangguan menstruasi
berupa amenorea (Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2019).

52
BAB III

KESIMPULAN

Walaupun seks embrio ditentukan secara genetik pada saat fertilisasi,


gonad tidak menunjukkan karakteristik laki-laki maupun perempuan hingga usia
tujuh minggu. Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tanpa
kromosom Y, primitive sex cord memisahkan diri menjadi kelompok sel.
Kelompok tersebut, meliputi sel germinal primitif, menempati daerah medular
ovarium. Akhirnya mereka menghilang dan diganti oleh stroma vaskular yang
membentuk medula ovarium. Organ reproduksi wanita dibagi menjadi 2, yakni
organ reproduksi internal dan organ reproduksi eksternal. Organ reproduksi
internal wanita meliputi ovarium sebagai gonad wanita, tuba uterine (fallopii),
uterus, dan vagina. Untuk organ genetalia eksterna wanita terdiri dari mons pubis,
labia majora (termasuk pudendal cleft), labia minora (termasuk vestibule), clitoris,
bulbus vestibulum, glandula vestibularis major dan minor, serta vulva
(pudendum). Siklus ovarium adalah serangkaian kejadian di ovarium yang terjadi
selama dan setelah pematangan sebuah oosit. Siklus uterus (haid) adalah
serangkaian perubahan yang terjadi bersamaan di endometrium uterus untuk
mempersiapkan organ ini menerima kedatangan ovum yang telah dibuahi yang
akan berkembang sampai lahir. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) yang
diseksresikan oleh hipotalamus mengontrol siklus ovarium dan uterus. GnRH
merangsang pelepasan follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) dari hipofisis anterior. FSH memicu pertumbuhan folikel,
sementara LH merangsang perkembangan lebih lanjut folikel ovarium. Selain itu,
keduanya merangsang folikel ovarium untuk mengeluarkan estrogen. Urutan
peristiwa pubertas wanita yaitu thelarche (permulaan perkembangan payudara)
dimulai pada usia rata-rata 10,5 tahun. Pubarche (pertumbuhan rambut pubis dan
ketiak) pada usia rata-rata 11 tahun. Kegiatan pertumbuhan mulai pada usia rata-
rata 11,5 tahun, dan menarche (permulaan periode menstruasi) mulai pada usia
rata-rata 12,8 tahun. Perubahan fisik pokok ketiga adalah pertumbuhan dan
perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks. Kemudian terdapat
seks sekunder yang biasanya megikuti dari perubahan seks primer. Perubahan
seks primer dan seks sekunder menandakan bahwa seseorang telah menginjak

53
masa pubertasPubertas adalah sebuah periode dimana kematangan fisik
berlangsung pesat, yang melibatkan perubahan hormonal, dan tubuh, yang
terutama berlangsung di masa remaja awal. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi pubertas yang terbagi menjadi dua, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor genetic, faktor ras dan etnis, dan juga
faktor hormonal, sedangkan untuk faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan,
status gizi, letak geografis, dan sosial ekonomi. Terdapat beberapa hormon yang
memengaruhi perubahan pada perkembangan seksual. Salah satunya adalah
estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita,
membentuk ketebalan endometrium saat siklus menstruasi, menjaga kualitas dan
kuantitas cairan serviks dan vagina.

54
DAFTAR PUSTAKA

DiFiore. (2017). Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional (Kedokteran


Umum).
Edisi 11. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi
Berwarna Ke-13.

Megasari, Melisa (2019) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Perempuan


Tentang Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat
(IVA) Di RW 06 Kelurahan Batu Ampar Tahun 2018. S1 thesis,
Universitas Kristen Indonesia.

Muliani, Mangku Karmaya, dkk. (2020). Tahap Pertumbuhan Dan


Perkembangan
Tanda-Tanda Seks Seksunder Remaja Smpn 4 Bangli Desa Pengotan
Kecamatan Bangli. Medicina, 48 (2). ISSN e-ISSN:2540-8321 p-ISSN
2540-8313

Sadler TW. (2014). Embriologi Kedokteran Langman. Edisi 12. Jakarta: EGC;

Schunke, M., Schulte, E., & Schumacher, U. (2021). Atlas Anatomi Manusia
Prometheus: Organ Dalam (5 ed.). EGC.

Sherwood, L.Z., (2019). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed: 9. Jakarta:
EGC

Tortora, GJ, Derrickson, B. (2017). Principles of Anatomy & Physiology 15th


Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Yuwono, N., & Messakh, G. B. Y. (2021). Epidemilogi Pubertas. Prosiding


FK: Gerakan Anak Muda Lindungi Reproduksi Indonesia-2021, 1(1).

Rinata Evi, & Widowati Hesty. (2020). Buku Ajar Genetika Dan Biologi
Reproduksi. UMSIDA Press. ISBN: 978-623-6833-96-4

iii
iv

Anda mungkin juga menyukai