Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN PARITAS DENGAN


BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI PKM SINGKUT
TAHUN 2023

Oleh:
NURHAYANTI
PO.71.24.12.30.469

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI
SARJANA TERAPAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT berkat rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “hubungan kadar heomoglobin (HB) dan
paritas dengan berat badan bayi baru lahir di PKM Singkut Tahun 2023” Sholawat serta
salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat,dan para pengikutnya yang senantiasa istikomah dalam sunnahnya
hingga akhir zaman.
Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Rusmimpong, S.Pd, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Ibu Yuli Suryanti, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi.
3. Ibu Enny Susilawati, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jambi
4. Ibu Nuraidah, S. Pd, M. Kes selaku dosen pengampuh mata kuliah motode penelitian
dan biostatistik.
5. Seluruh staf dosen program studi sarjana terapan Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi
atas ilmu, do’a dan dorongan serta semangatnya.
6. Kepada sahabat dan teman-teman yang selalu memberi semangat, bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan
penelitian ini, oleh sebab itu penulis mohon kritik dan sarannya guna perbaikan
dikemudian hari. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di kebidanan.

Jambi, 2023
Penulis

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian s................................................................................ 4
E. Ruang Lingkup ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kehamilan TM III .................................................................................. 6
B. Bayi Baru Lahir ...................................................................................... 17

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS


A. Kerangka Konsep ................................................................................... 46
B. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ........................... 47
C. Hipotesis ................................................................................................ 48

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................................... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 49
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 49
D. Pengumpulan Data .................................................................................. 50
E. Pengelolahan Data .................................................................................. 50
F. Analisis Data .......................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir (BBL) adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang

manusia yang lahir dari dalam Rahim seorang ibu. Sedangkan menurut kamus

kedokteran Ronald (2003) bayi baru lahir (BBL) adalah masa kehidupan bayi

pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim (Heryani,

2019:16).

Bayi baru lahir (BBL) disebut dengan neonatus yang merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra

uterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-

42 minggu dan berat badan antara 2500-4000 gram (Dewi,Vivian, 2013: 1).

Data badan kesehatan dunia World Health Organitation (WHO),

menyatakan bahwa prevelensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau

sekitar 20 juta bayi yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% di antaranya terjadi di

negara berkembang (WHO,2018), upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30%

pada tahun 2025 mendatang dan sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi

BBLR di banding tahun 2012 sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Data tersebut

menunjukan telah terjadi pengurangan dari tahun 2012-2019 yaitu dari 20 juta bayi

menjadi 14 juta bayi BBLR (Ferdiyus, 2019

1
2

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017), angka

kejadian BBLR di Indonesia mencapai 6,2%. Provinsi Sulawesi tengah menduduki

peningkatan pertama kejadian BBLR yaitu 8,9%, sedangkan provinsi yang

memiliki presentase angka kejadian BBLR paling rendah provinsi jambi yaitu

2,6% (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Statistik,

Kesehatan & USAID, 2018).

Pada data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2020 jumlah bayi dengan

BBLR sebanyak 1.057 bayi 1,81% bayi yang lahir dengan berat lahir rendah

(BBLR) (Profil Kesehatan Provinsi Jambi,2020).

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi berat badan lahir tidak

normal antara lain seperti ibu hamil yang mengalami anemia, ibu hamil yang

menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda < 20 tahun,

terlalu tua > 35 tahun, terlalu dekat jaraknya nya 2 tahun dan terlalu banyak

anaknya > 3). Sebanyak 54,2 per 1000 perempuan di bawah usia 20 tahun telah

melahirkan, sementara perempuan yang melahirkan di atas 40 tahun sebanyak 207

per 1000 kelahiran hidup, hal ini di perkuat oleh data yang menunjukkan masih

adanya umum perkawinan pertama pada usia sangat muda (< 20 tahun) sebanyak

46,7

Bayi dengan berat lahir rendah memiliki dua komplikasi yang mungkin

terjadi, yang mana komplikasi langsung dan komplikasi tidak langsung.

Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah ialah

hipotermi, hipoglikemia, asfiksia, hiperbilirubinemia, sepsis, kelainan kongenital,

trauma kelahiran, pneumonia aspirasi. Sedangkan komplikasi tidak langsung yang


3

mungkin terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah ialah gangguan

perkembangan, gangguan pertumbuhan, gangguan penglihatan (Retinopati),

gangguan pendengaran, gangguan paru kronis, kenaikan angka kesakitan dan

kenaikan frekuensi kelainan bawaan (Rukiyah, et all, 2022:10-15).

Berdasarkan data-data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul hubungan kadar hemoglobin (HB)dan paritas dengan

berat badan bayi baru lahir di PKM Singkut Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Bagaimana gambaran berat badan bayi baru lahir di PKM Singkut Tahun

2023.

2. Bagaimana gambaran kadar hemoglobin (HB) pada ibu hamil TM III di PKM

Singkut Tahun 2023.

3. Bagaimana gambaran paritas pada ibu hamil di PKM Singkut Tahun 2023.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan

bayi baru lahir di PKM Singkut Tahun 2023.


4

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran berat badan bayi baru lahir di PKM Singkut

Tahun 2023.

b. Untuk mengetahui gambaran kadar hemoglobin (HB) pada ibu hamil TM III

di PKM Singkut tahun 2023.

c. Untuk mengetahui gambaran paritas pada ibu hamil di PKM Singkut Tahun

2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi PKM Singkut

Penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai sumber reverensi dan

bahan rujukan tentang penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan berat

badan bayi baru lahir di tempat penelitian yang berbeda.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang

berguna untuk dijadikan acuan bagi civitas akademik dan bagi peneliti untuk

memperkuat pembuktian serupa sehingga dapat di manfaatkan untuk mendasari

penelitian berikutnya khusus nya di poltekkes kemenkes jambi.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan

penelitian yang sama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Berat

badan bayi baru lahir di tempat penelitian yang berbeda.


5

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain

cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan berat badan bayi baru lahir di PKM Singkut pada tahun

2023. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi baru lahir (BBL) mulai bulan

oktober 2023, sampel diambil dengan teknik total sampling di PKM Singkut

2023. Dengan cara menganalisi faktor-faktor yang berhubungan dengan berat

bayi lahir (BBL) pada saat kehamilan, analisis yang di gunakan dalam

penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi

square.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan TM III

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis, setiap wanita

yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat maka besar

kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan menurut

kalender nasional (Oktaviani, 2017: 274).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu

40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester dimana trimester 1 dimulai 0-12 minggu,

trimester ke 2 dimulai dari 13-27 minggu dan trimester ke 3 dimulai dari 28-40

minggu (Prawihardjo, 2016: 213).

Klasifikasi kehamilan meliputi kehamilan trimester I yaitu umur kehamilan 0-

12 minggu, kehamilan trimester II yaitu umur kehamilan 13 sampai 28 minggu, serta

kehamilan trimester III yaitu umur kehamilan 29 sampai 42 minggu (Manuaba,

2018: 52).

6
7

2. Kenaikan Berat Badan Selama Hamil

Peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencangkup produk

konsepsi (janin, plasenta dan cairan amniotik), dan hipertrofi beberapa jaringan

maternal (uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan ekstraselular dan

ekstravaskular). Sebagian besar protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada

uterus, darah, plasenta dan payudara. Sebaiknya sebagian besar deposit lemak

terdapat pada jaringan adiposa maternal, terutama region gluteal dan paha atas, dan

juga janin yang merupakan satu-satunya hal penting utama lainnya (Myles, 2009:

199-200).

Peningkatan berat badan janin terjadi dengan lambat pada pertengahan

pertama kehamilan dan peningkatan lebih cepat pada 20 minggu ke dua.

Peningkatan berat plasenta terjadi berlawanan, lebih cepat pada pertengahan

kehamilan pertama, cairan amniotik meningkat dengan cepat sejak minggu ke 10

dari 300 ml pada 20 minggu, hingga puncaknya 1.000 ml pada minggu ke 35,

kemudian mengalami sedikit penurunan, berat uterus bertambah lebih cepat pada 20

minggu pertama. Berat payudara dan volume darah meningkat secara stabil selama

kehamilan, sebagian besar lemak yang diperoleh disimpan pada 30 minggu pertama,

sebagian besar cairan di retensi pada 30 minggu pertama tetapi meskipun tidak

terjadi edema klinis 2 hingga 3 liter cairan ekstraselular mengalami retensi pada 10

minggu terakhir (Myles, 2009: 200).

Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5 kg, 9

kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini berkaitan

dengan resiko komplikasi terendah selama kehamilan dan persalinan serta berat
8

badan bayi lahir rendah (BBLR). Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan

berat badan. Tingkat edema, laju metabolik, asupan diet, muntah dan diare,

merokok, jumlah cairan amniotik, dan ukuran janin, semuanya harus

diperhitungkan. Usia maternal, ukuran-ukuran tubuh kehamilan, paritas, ras-

etnisitas, hipertensi, dan diabetes juga mempengaruhi pola peningkatan berat badan

maternal (Myles, 2009:200).

Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil saat ini di dasarkan

pada indeks masa tubuh kehamilan (Body mass index (BMI)), yang menggambarkan

perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan ibu. Secara umum,

pertumbuhan optimal bayi yang belum lahir terjadi jika ibu yang memiliki BMI

prakehamilan rendah (≤ 20) megalami peningkatan berat badan lebih banyak, dan

ibu yang memiliki BMI tinggi (≥ 27) peningkatan berat badan lebih sedikit dari

pada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan sehat. Wanita yang

bernutrisi baik dengan BMI prakehamilan normal dan kehamilan tanpa komplikasi

akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal, rata-rata peningkatan berat

badan gestasional adalah antara 11 sampai 16 kg, tetapi variabilitasnya sangat besar

(Myles,2009: 200).

Setiap wanita hamil mengalami penambahan berat badan yang berarti janin

juga tumbuh dan berkembang. Tetapi, berapa rata-rata kenaikan berat badan selama

hamil, secara umum kenaikan berat badan berkisar 11 kg. lebih tepatnya, berikut ini

perkiraan presentase penambahan berat badan ibu hamil (Sutanto, Fitriana,

2021:88).
9

Tabel 2.1
Presentase penambahan berat badan selama hamil menurut BMI

Kehamilan Bulan Ke- Presentase Penambahan Berat


Badan
0-3 10%
3-5 25%
5-7 45%
7-9 20%

Penambahan berat badan menyebar ke bagian-bagaian tubuh berikut :

Bagian Tubuh Penambahan


Berat janin 2,5-3,5 kilogram
Plasenta ± 0,5 kilogram
Cairan Ketuban 0,5-1 kilogram
Darah ± 2 kilogram
Rahim 0,5-1 kilogram
Payudara ± 0,5 kilogram
Cadangan lemak ± 3-5 kilogram
Untuk menghitung berapa berat badan yang tepat pada saat hamil, dapat di

hitung berdasarkan kategori berat badan ibu sebelum hamil (Body Index / BMI)

seperti berikut :

Berat badan
( Tinggi Badan x Tinggi Badan )

Klasifikasi Berat Badan (BB) BMI Penambahan Berat Badan


Berat badan kurang ≤ 18,50 ± 12-15 kg
Berat badan normal 18,50-24,99 9-12 kg
Berat badan lebih ≥ 25,00 6-9 kg
Probes (sedikit gemuk) 25,00-29,99 ± 6 kg
Obesitas ≥ 30,00 ± 6 kg

Sumber : Asuhan pada Kehamilan (Sutanto Andina Vita, Fitriana Yuni, 2021:88-89).
10

3. Kebutuhan Gizi Selama Kehamilan

Kata gizi berasal dari bahasa arab yaitu ghidza, yang berarti makanan. Ilmu

gizi biasanya berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia, pengertian gizi di

bedakan pada masa lalu dan sekarang. Pada masa lalu gizi banyak di hubungkan

dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan

tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh). Sementara saat ini

gizi selain untuk kesehatan, jika di kaitkan dengan potensi ekonomi seseorang

karena gizi selain untuk kesehatan, juga di kaitkan dengan perkembangan otak,

kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Hutahaenan, 2013: 55).

Adapun kebutuhan gizi pada ibu hamil menurut (Hutahaenan, 2013:5 8-62) di

antaranya:

a. Karbohidran atau Energi

Kebutuhan energi pada ibu hamil bergantung pada berat badan sebelum

hamil dan pertambahan berat badan selama kehamilan, karena adanya

peningkatan basal metabolism pertumbuhan janin yang pesat terutama pada

trimester II dan III, direkomendasikan penembahan jumlah kalori sebesar 285-

300 kalori pada trimester II dan III. Dampak kekurangan energi adalah

pertumbuhan dalam janin terhambat yang disebut dengan intra-uterine growth

restriction (IUGR) bahkan dampak lebih parah dapat mengakibatkan kematian.

Pada trimester I energi perkembangan uterus, pertumbuhan massa

mammae/payudara, dan penimbunan lemak, sedangkan pada trimester ke tiga

energi di butuhkan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Sumber energi


11

adalah hidrat arang seperti beras, jagung, gandum, kentang, ubi-ubian, dan lain-

lain.

b. Protein

Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin uterus, jaringan

payudara, hormone, penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi.

Sebanyak 2/3 dari protein yang di konsumsi sebaiknya berasal dari protein

hewani yang mempunyai nilai biologis tinggi. Tambahan protein yang

diperlukan selama kehamilan sebanyak 12 g/hari, sumber protein hewani

terdapat pada daging, ikan, unggas, telur, kerang, dan sumber protein nabati

banyak terdapat pada kacang-kacangan.

c. Lemak

Lemak besar sekali manfaatnya untuk cadangan energi tubuh dan agar

tubuh ibu tidak mudah merasa lelah. Pertumbuhan dan perkembangan janin

selama dalam kandungan membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama,

lemak merupakan sumber tenaga yang vital, selain itu juga di gunakan untuk

pertumbuhan jaringan plasenta. Pada kehamilan yang normal, kadar lemak

dalam aliran darah akan meningkat pada akhir trimester III, tubuh ibu hamil

juga menyimpan lemak yang akan mendukung persiapan untuk menyusui

setelah bayi lahir. Makanan ibu sebelum dan selama kehamilan berperan

penting dalam ketersediaan asam lemak esensial pada simpanan jaringan lemak

ibu, jenis-jenis asam lemak ini adalah sebagai berikut :


12

1) Asam lemak omega 3, yaitu asam lemak linoleat yang terdiri atas asam

eikosapentaenoat (EPA) dan asam dekosahektaenoat (DHA). Fungsi asam

lemak omega 3 pada ibu hamil :

a) DHA merupakan 50% dari asam lemak yang ada di jaringan otak dan

retina.

b) DHA merupakan 2/3 dari asam lemak yang ada di sel penerimaan cahaya

dan retina.

c) Mempengaruhi fungsi membrane sel-sel saraf.

d) Termasuk fungsi enzim, aktivitas reseptor, dan hantaran ransang yang

akan mempengaruhi fungsi otak untuk pertumbuhan otak untuk

pertumbuhan dan perkembagan plasenta dan fetus.

e) Mencegah aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.

f) Penyembuhan penyakit nefritis dan artitis.

2) Asam lemak omega 6, yaitu asam lemak linoleat (LNA), yang di dalam

tubuh dikonversi menjadi asam lemak arakidonat. Fungsi asam lemak omega

6 pada ibu hamil :

a) Pertumbuhan dan perkembangan janin.

b) Kesehatan kulit ibu dan janin.

d. Vitamin

1) Asam folat dan vitamin B12 (sianokobalamin).

Asam folat berfungsi untuk memenuhi kebutuhan volume darah janin

dan plasenta (pembentukan sel darah), vitamin B12 merupakan faktor

penting pada metabolism protein. Dalam bahan makanan asam folat dapat
13

diperoleh dari hati, sereal, kacang kering, asparagus, bayam, jus, jeruk, dan

padi-padian. Asam folat di anjurkan untuk di konsumsi sebanyak 300-400

mcg/ hari untuk mencegah anemia megaloblastik serta mengurangi resiko

efek tabung neural jika di konsumsi sebelum dan selama 6 minggu pertama

kehamilan.

2) Vitamin B6 (Piridoksin).

Penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh. Vitamin B6 juga

diberikan untuk mengurangi keluhan mul-mual pada ibu hamil.

3) Vitamin C (Asam askorbat).

Kekurangan atau defisiensi vitamin C dapat mengakibatkan kerancuan

kehamilan dan juga ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk

mencegah terjadinya rupture membrane, sebagai bahan semen jaringan ikat

dan pembuluh darah. Fungsi lain dapat meningkat absorbsi suplemen besi

dan profilaksis perdarahan postpartum, kebutuhannya 10 mg/hari lebih

tinggi dari ibu tidak hamil.

4) Vitamin A.

Vitamin A berfungsi pada pertumbuhan sel dan jaringan, gigi, serta

tulang, juga penting untuk kesehatan mata, kulit, rambut, dan juga mencegah

kelainan bawaan. Bila kelebihan vitamin A dapat mengakibatkan cacat

tulang wajah, kepala, otak dan jantung. Sumber vitamin A banyak terdapat

pada minyak ikan, kuning telur, wortel, sayuran berwarna hijau, dan buah-

buahan berwarna merah. Ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi bahan

makanan yang mengandung vitamin A dosis tinggi. Kebutuhan vitamin A


14

ibu hmail 200 RE (retional ekivalen) hari lebih tinggi dari pada ibu tidak

hamil.

5) Vitamin D.

Selama kehamilan, mengkonsumsi vitamin D akan dapat mencegah

hipokalsemia, karena vitamin D dapat membantu penyerapan kalsium dan

fosfor yang berguna untuk meneralisai tulang dan gigi. Sumber vitamin D

banyak terdapat pada kuning telur, susu, produk susu, dan juga di buat

sendiri oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D dapat

menembus plasenta sehingga kebutuhan vitamin D pada janin dapat

terpenuhi bila terjadi defisiensi vitamin D, akan menimbulkan

ketidaknormalan gigi dan lapisan luar gigi menjadi buruk.

6) Vitamin E.

Jarang dilaporkan terjadi defisiensi vitamin E. vitamin E berfungsi

pada pertumbuhan sel, jaringan, dan integrasi sel darah merah, ibu hamil

dianjurkan mengkonsumsi vitamin E melebihi 2 mg/hari. Defisiensi vitamin

E pada binatang percobaan dapat menyebabkan kegagalan.

7) Vitamin K.

Jarang di laporkan terjadinya defisiensi vitamin K. Bila terjadi

kekurangan dapat mengakibatkan gangguan perdarahan pada bayi.

e. Mineral

1) Kalsium (Ca).

Jumlah kalsium pada janin sekitar 30 gram, terutama diperlukan pada

20 minggu terakhir kehamilan. Rata-rata setiap penggunaan kalsium pada


15

ibu hamil 0,08 gram dan sebagian besar untuk perkembangan tulang janin.

Bila asupan kalsium kurang, maka kebutuhan kalsium akan di ambil dari gigi

dan tulang ibu, kondisi tersebut tak jarang membuat ibu hamil yang kurang

asupan kalsium mengalami karies gigi ataupun keropos serta diikuti dengan

nyeri pada tulang dan persendian.

Metabolisme kalsium memerlukan vitamin D yang cukup, namun

demikian ibu yang sering hamil cenderung terjadi defisiensi akibatnya janin

menderita kelainan tulang dan gigi. Sumber kalsium terdapat pada susu dan

produk susu (Yogurt dan keju), ikan, kacang-kacangan, tahu, tempe, dan

sayur berdaun hijau. Konsumsi kalsium yang di anjurkan untuk ibu hamil

sebanyak 900-1.200 mg/hari.

2) Fasfor.

Fosfor berhubungan erat dengan kalsium, fosfor berfungsi pada

pembentukan rangka dan gigi janin serta kenaikan metabolisme kalsium ibu.

Jika jumlah didalam tubuh tidak seimbang sering mengakibatkan kram pada

tungkai.

3) Zat besi (Fe).

Zat besi merupakan zat yang sangat esensial bagi tubuh. Zat besi

berhubungan dengan meningkatnya jumlah eritrosit ibu (kenaikan sirkulasi

darah ibu dan kadar HB) yang man diperlukan untuk mencegah terjadinya

anemia. Asupan yang tinggi dan berlebihan pada zat besi juga tidak baik

karena dapat mengakibatkan konstipasi (sulit buang air besar) dan nausea

(mual muntah).
16

Zat besi paling baik di konsumsi di antara waktu makan bersama jus

jeruk. Konsumsi kopi, teh, dan susu dapat mengurangi absorbs zat besi,

sehingga sebaiknya menghindari meminum kopi, teh, ataupun susu jika akan

mengkonsumsi zat besi (Fe). Sumber zat besi banyak terdapat pada daging

merah, ikan, unggas, kacang-kacangan, sea food, dan lain-lain.

4) Seng (Zn).

Zat seng berguna dalam pembentukan tulang, selubung saraf, serta

tulang belakang. Hasil menunjukkan bahwa rendahnya kadar Zn pada ibu

ditemukan pada persalinan abnormal dan berat badan lahir rendah (BBLR ≤

2.500 gram). Sumber Zn terdapat pada kerang dan danging, kadar Zn yang

dibutuhkan pada ibu hamil yaitu sebanyak 20 mg/hari atau lebih besar 5 mg

dari pada kadar wanita dewasa yang hanya 15 mg/hari.

5) Flour.

Dalam air sebenarnya cukup mengandung flour. Flour diperlukan untuk

pertumbuhan tulang dan gigi. Bila kurang dari kebutuhan, maka gigi tidak

terbentuk dengan sempurna dan jika kadar flour berlebih maka warna dan

struktur gigi menjadi tidak normal.

6) Yodium.

Defisiensi yodium mengakibatkan kretinisme. Jika kekurangan terjadi

kemudian pertumbuhan anak akan terhambat, tambahan yodium yang

diperlukan oleh ibu hamil sebanyak 25 mg/hari.


17

7) Natrium.

Kebutuhan natrium meningkat sejalan dengan meningkatnya kerja

ginjal. Natrium memegang peranan penting dalam metabolism air dan

bersifat mengikat cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi

keseimbangan cairan tubuh pada ibu hamil. Natrium pada ibu hamil

bertambah sekitar 3,3 gram per minggu sehingga ibu hamil cenderung

menderita anemia.

B. Bayi Baru Lahir (BBL)

Bayi baru lahir (BBL) disebut dengan neonatus yang merupakan individu yang

sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin. Bayi

baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-42 minggu dan

berat badan antara 2500-4000 gram (Dewi, Vivian, 2013: 1).

1. Berat Badan Lahir Normal (BBLN)

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gr-4.000 gr

(Maternity, Dainty, dkk, 2018: 2). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan

berat lahir 2500-4000 garam (Dwienda, et all, 2014: 1).

b. Ciri-bayi normal menurut Dwienda,et all 2014:5-6 di antaranya sebagai

berikut :
18

1) Berat badan 2.500-4.000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38 cm.

4) Lingkar kepala 33-35 cm.

5) Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.

6) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

7) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.

8) Kuku agak panjang dan lemas.

9) Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,

dan pada laki-laki testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

10) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

11) Refleks Moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.

12) Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

13) Refleks rooting mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi

dan daerah mulut terbentuk dengan baik

14) Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan

c. Tanda bahaya pada bayi baru lahir menurut Kemenkes RI (2020: 37).

1) Bayi dingin

2) Lemah

3) Kulit dan mata bayi kuning

4) Menangis atau merintih terus-menerus

5) Muntah-muntah
19

6) Sesak napas

7) Diare

8) Kejang

9) Demam/panas tinggi

10) Tidak mau menyusu

11) Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat

12) Tali pusat kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah

d. Penilaian Awal pada BBL.

Menurut Noordiati (2018:16-17) Untuk semua BBL, lakukan penilaian

awal dengan menjawab 4 pertanyaan :

1) Sebelum bayi lahir

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

2) Setelah bayi lahir

a) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap ?

b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung

menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan

manajemen BBL normal. Jika bayi kurang bulan (<37 minggu/259 hari)

atau bayi lebih bulan (≥ 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban

bercampur mekonium dan atau tidak bernapas atau megap – megap dan

atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan asfiksia.
20

Tabel: 2.2
Nilai Apgar (NA)
Tanda N: 0 N: 1 N: 2 NA
Seuruh tubuh
Appearance Badn merah,
Pucat kemerah –
(warna kulit) ekstremitas biru
merahan
Pulse rate
Tidak
(frekuensi Kurang dari 100 Lebih dari 100
ada
nadi)
Grimace
Tidak Sedikit gerakan
(reaksi Batuk/bersin
ada mimik (grimace)
rangsangan)
Activity Tidak Ekstremitas dalam
Gerakan aktif
(tonus otot) ada sedikit fleksi
Respiration Tidak
Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernapasan) ada
Jumlah
(Sumber: Prawirohardjo, 2002: 249)
Catatan:
NA 1 menit lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 bag and mask ventilation
NA 1 menit 0-3 lakukan intubasi

e. Perubahan fisiologis pada BBL

1) Perubahan pada sistem pernafasan

Penyesuaian paling kritis yang harus dialami oleh bayi baru lahir

ialah penyesuaian sistem pernapasan. Paru-paru bayi cukup bulan

mengandung sekitar 20 ml cairan/kg (Blackburn, Loper, 1992) udara harus

diganti oleh cairan yang mengisi traktus respiratorius sampai alveoli. Pada

kelahiran pervaginam normal, sejumlah kecil cairan keluar dari trakea dan

paru-paru bayi. Dalam satu jam pertama bayi, sistem limfatik paru secara

kontinu mengeluarkan cairan dalam jumlah besar. Pengeluaran cairan ini

juga diakibatkan perbedaan tekanan dari alveoli sampai jaringan interstisial

ke sirkulasi pulmoner. Retensi cairan ini akan mengganggu kemampuan


21

bayi memperoleh oksigen yang cukup. Tarikan napas pertama terjadi. Hal

ini di sebabkan oleh refleks yang dipicu oleh perubahan tekanan,

pendinginan, bunyi, cahaya, dan sensasi lain yang berkaitan dengan proses

kelahiran. Selain itu, kemoreseptor di aorta dan badan karotid

menginisiatifkan refleks neurologis ketika tekanan oksigen arteri menurun

dari 80 menjadi 15 mmHg, tekanan karbon dioksida arteri meningkat dari

40 menjadi 70 mmHg, dan pH arteri menurun sampai di bawah 7,35

(Bobak et al, 2004: 364).

Apabila perubahan yang terjadi sangat ekstrem, depresi pernapasan

dapat terjadi. Pada kebanyakan kasus timbul reaksi pernapasan yang

berlebihan dalam satu menit setelah bayi lahir, sehingga bayi mulai

menarik napas yang pertama dan menangis. Pola pernapasan tertentu

menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan. Setelah

pernapasan mulai berfungsi, napas bayi menjadi dangkal dan tidak teratur,

bervariasi dari 30 sampai 60 kali per menit, disertai apnea singkat (kurang

dari 15 detik). Periode apnea singkat ini paling sering terjadi selama siklus

tidur aktif. Durasi dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia.

Periode apnea lebih dari 15 detik harus dievaluasi (Bobak et al, 2004: 364).

2) Perubahan sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah

bayi lahir. Foramen ovale, duktusar teriosus, dan duktus venosus menutup.

Arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan arteri hepatika menjadi

ligamen.Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru


22

berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah

paru-paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun. Rangkaian

peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan

atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke

jantung dan masuk ke jantung kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri

meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup.

Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat mengembalikan

aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan

sianosis ringan (Bobak et al, 2004: 364).

Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50mmHg,

duktus arteriosus akan konstriksi (PO2 janin=27 mmHg). Kemudian duktus

arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligamentum. Tindakan mengklem

dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan

duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamen. Arteri

hipogastrik juga menutup dan menjadi ligamen.Sistem kardiovaskuler

mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi lahir. Foramen ovale,

duktusar teriosus, dan duktus venosus menutup. Arteri umbilikalis, vena

umbilikalis, dan arteri hepatika menjadi ligamen (Bobak et al, 2004: 364).

Nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru

berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah

paru-paru mengalir. Tekanan arteri pulmoner menurun. Rangkaian

peristiwa ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan

atrium kanan menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke


23

jantung dan masuk ke jantung kiri, sehingga tekanan dalam atrium kiri

meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup.

Selama beberapa hari pertama kehidupan, tangisan dapat mengembalikan

aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan

sianosis ringan (Bobak et al, 2004: 364).

Bila tekanan PO2 dalam darah arteri mencapai sekitar 50mmHg,

duktus arteriosus akan konstriksi (PO2 janin: 27 mmHg). Kemudian

duktus arteriosus menutup dan menjadi sebuah ligamentum. Tindakan

mengklem dan memotong tali pusat membuat arteri umbilikalis, vena

umbilikalis, dan duktus venosus segera menutup dan berubah menjadi

ligamen. Arteri hipogastrik juga menutup dan menjadi ligamen (Bobak et

al, 2004: 364).

a) Bunyi dan denyut jantung

Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir,

dengan variasi berkisar antara 120 dan 160 kali/menit. Frekuensi saat

bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu

minggu, frekuensi denyut jantung bayi rata-rata ialah 128 kali/menit saat

tidur dan 163 kali/menit saat bangun. Pada usia satu bulan, frekuensi

138 kali/menit saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia sinus

(denyut jantung yang tidak teratur) pada usia ini dapat dipersepsikan

sebagai salah suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi

jantung yang baik.


24

Bunyi jantung bayi setelah lahir mencerminkan suatu rangkaian

kerja pompa jantung. Bunyi jantung terdengar sebagai suara “lub, dub,

lub, dub.” Bunyi “lub” dikaitkan dengan penutupan katup mitral dan

trikuspid pada permulaan sistol dan bunyi “dub” dikaitkan dengan

penutupan katup aortik dan katup pulmoner pada akhir sistol. Bunyi

“lub” merupakan bunyi jantung pertama dan bunyi “dub” merupakan

bunyi jantung kedua. Siklus normal jantung bermula dari sistol. Bunyi

jantung selama periode neonatal bernada tinggi, lebih cepat, dan

memiliki intensitas yang lebih besar dari bunyi jantung orang dewasa.

Bunyi pertama dibedakan dari bunyi jantung kedua karena bunyi ini

lebih keras dan lebih redup, sedangkan bunyi jantung kedua memiliki

kualitas bunyi yang lebih tajam. Kebanyakan bunyi murmur yang

terdengar pada periode neonatal tidak bermakna patologis dan lebih dari

separuhnya menghilang setelah bayi berusia enam bulan.

Pada kehamilan cukup bulan, jantung janin terletak di tengah

puncak kepala dan bokong. Titik impuls maksimum pada bayi baru lahir

berada di ruang interkosta keempat dan di sebelah kiri garis

midklavikular.

b) Volume dan tekanan darah

Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 dan tekanan

diastolik rata-rata ialah 42. Tekanan darah berbeda dari hari ke hari

selama bulan pertama kehamilan. Tekanan darah sistolik bayi sering

menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir.


25

Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan

darah sistolik.Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai

110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat

pada akhir tahun pertama. Secara proposional, bayi baru lahir memiliki

volume darah sekitar 10% lebih besar dan memiliki jumlah sel darah

merah hampir 20% lebih banyak dari pada orang dewasa. Akan tetapi,

darah bayi baru lahir mengandung volume plasma sekitar 20% lebih

kecil bila dibandingkan dengan kilogram berat badan orang dewasa.

Bayi prematur memiliki volume darah yang relatif lebih besar dari pada

bayi baru lahir cukup bulan. Hal ini disebabkan bayi prematur memiliki

proporsi volume plasma yang lebih besar, bukan sel darah merah yang

lebih banyak.

Pengkleman tali pusat mengubah dinamika sirkulasi darah bayi

baru lahir. Tindakan klem yang terlambat akan meningkat volume darah

dari transfusi plasenta. Keadaan ini akan menyebabkan ukuran jantung,

tekanan darah sistolik, dan kecepatan pernapasan meningkat.

3) Perubahan termoregulasi dan metabolik

Pengaturan suhu pada neontaus masih belum baik selama beberapa

saat. Karena hipotalamus bayi masih belum matur, pengaturan suhu belum

efisien, dan bayi masih rentan terhadap hipotermia, terutama jika terpajan

dingin atau aliran udara dingin, saat basah, saat sulit bergerak bebas, atau

saat kekurangan nutrisi. Bayi yang kedinginan tidak dapat menggigil, oleh

karena itu bayi berusaha mempertahankan panas tubuh dengan melakukan


26

postur fleksi janin, yang meningkatkan frekuensi pernapasan dan

aktivitasnya. Aktivitas ini meningkatkan konsumsi energi dan dapat

menyebabkan hipoglikemia, yang pada gilirannya memperparah efek

hipoglikemia, hipoksia, asidosis, dan hiperbilirubinemia (Fraser, Diane M

& Margaret A Cooper 2009: 710).

Suhu inti normal bayi sekitar 36-37 oC. Bayi aterm, memakai baju

dan sehat dapat mempertahankan suhu tubuh dengan baik sehingga dapat

memelihara suhu lingkungan antara 18-21oC, pemenuhan kebutuhan

nutrisi cukup, dan pergerakan tidak terbatas karena pembedongan yang

terlalu kencang. Namun, sama halnya dengan dewasa, bayi merupakan

individu yang memiliki laju metabolik yang berbeda. Ini menyebabkan

penentuan tentang suhu pasti, sulit dilakukan. Hipertermia dapat terjadi

ketika bayi terpajan oleh sumber panas radian. Dapat berkeringat dapat

muncul terutama di daerah dahi, meskipun kemampuan bayi untuk

berkeringat terbatas. Suhu yang tidak stabil dapat menandakan terjadinya

infeksi (Fraser, Diane M & Margaret A Cooper 2009: 710).

4) Perubahan Gastrointestinal

Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan

refleks gumoh dan batuk yang matang sudah mulai terbentuk dengan baik

pada saat lahir. Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan

makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung belum sempurna

sehingga mudah gumoh terutama bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas

lambung terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan. Kapasitas


27

lambung akan bertambah bersamaam dengan tambah umur. Usus bayi masih

belum matang sehingga tidak mampu melindungi diri dari zat berbahaya,

kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding

dewasa sehingga bahaya diare menjadi serius pada bayi baru lahir

(Noordiati, 2018: 5).

5) Perubahan ginjal.

Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasnya kecil

hingga setelah lahir. Urin bayi encer, berwarna kekuning-kuningan dan tidak

berbau. Warna coklat dapat disebabkan oleh lendir bebas membrane mukosa

dan udara asam akan hilang setelah bayi banyak minum. Garam asam urat

dapat menimbulkan warna merah jambu pada urine, namun hal ini tidak

penting. Tingkat filtrasi glomerolus rendah dan kemampuan reabsorbsi

tubular terbatas. Bayi tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat

mendapat asupan cairan, juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan

yang tinggi rendah dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan

kandung kemih secara reflek. Urine pertama dibuang saat lahir dan dalam

24 jam , dan akan semakin sering dengan banyak cairan.

6) Perubahan Imun

Neonatus memperlihatkan kerentanan nyata terhadap infeksi, terutama

yang masuk melalui mukosa sistem pernapasan dan pencernaan. Lokalisasi

infeksi berakibat buruk, bahkan infeksi minor sekalipun berpotensi

menyebar keseluruh tubuh dengan sangat mudah. Bayi memiliki

imunoglobulin pada saat lahir, tetapi kondisi yang terlindungi semasa di


28

dalam kandungan membatasi kebutuhan terhadap respons imun yang

dipelajari terhadap antigen spesifik. Ada tiga imunoglobulin utama, hanya

IgG, IgA, dan IgM, dan dari ketiga imunoglobin tersebut, hanya IgG yang

cukup kecil untuk menembus sawar plasenta. Imunoglobulin memberikan

kekebalan terhadap infeksi virus yang spesifik. Pada saat lahir, kadar IgG

bayi sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu. Ini memberikan kekebalan pasif

pada beberapa bulan pertama kehidupan (Fraser, Diane M & Margaret A

Cooper (2009: 712).

2. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian BBLR

Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang

dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada di

bawah pertil 10 di namakan ringan untuk kehamilan (Atikah, Cahyo, 2017:

1). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Rukiyah Ai Yeyeh,dkk,2022: 5).

b. Menifestasi Klinis BBLR

Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR (Atikah, Cahyo, 2017:

2), adalah sebagi berikut :

1) Berat badan kurang dari 2.500 gram.

2) Panjang kurang 45 cm.

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm.

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.


29

6) Kepala lebih besar.

7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak berkurang.

8) Otot hipotonik lemah.

9) Pernafasan tak teratur dapat terjadi apnea.

10) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi lurus.

11) Kepala tidak mampu tegak.

12) Pernafasan 40-50 kali/menit.

13) Nadi 100-140 kali per/menit.

BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan ke

adaannya lemah, yaitu lemah sebagai berikut :

1) Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB)

a) Kulit tipis dan transparan

b) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan

sempurna

c) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak di temukan terutama pada

punggung

d) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik

e) Pada bayi perempuan, labia mayora belum menutupi labia minora

f) Pada bayi laki-laki,skotum belum banyak lipatan, testis kadang belum

terun

g) Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk

h) Kadang di sertai dengan pernafasan yang tidak teratur

i) Reflex menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah


30

2) Tanda-Tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK).

a) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi baratnya kurang

dari 2.500 gram

b) Geraknya cukup aktif, tangis cukup kuat

c) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

d) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil, bila cukup

bulan, payudara dan putting sesuai masa kehamilan

e) Bayi perempuan bila cukup bulan, labia mayora akan menutupi labia

minora

f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

g) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

h) Menghisap cukup kuat

c. Tanda -Tanda BBLR

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri (Atikah,

Cahyo, 2017: 3-4), di antaranya :

1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram

3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama

dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari

30 cm

4) Rambut lanugo masih banyak

5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya


31

7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup labia mayora,

klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam

skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)

9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemat

10) Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif pertumbuhan ototdan jaringan

lemak masih kurang

11) Varniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada

d. Diagnosa BBLR

Dalam mendiagnosa bayi dengan BBLR maka hal–hal yang harus di

perhatikan adalah :

1) Perhitungan HPHT (hari pertama haid terakhir).

2) Penilaian secara klinis : BB, Lingkar dada dan lingkar kepala.

e. Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara mengkelompokkan bayi BBLR menurut (Atikah,

Cahyo, 2017: 4), diantaranya :

1) Menurut harapan hidupnya

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-2.500 gram

b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), bayi lahir 100-1500 gram

c) Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER), berat bayi kurang dari 1000

gram
32

2) Menurut masa gestasi

a) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat

badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau di

sebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-

SMK).

b) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan

seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami reterdasi

pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilanny (KMK)

f. Komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi BBLR

Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi BBLR menurut Rukiyah Ai

Yeyeh (2022: 10-18), antara lain :

1) Komplikasi lansung yang mungkin dapat terjadi pada bayi BBLR

a) Hipotermi.

b) Hipoglikemia.

c) Asfiksia, Sepsis.

d) Hiperbilirubinemia.

e) Trauma kelahiran.

f) Kelainan kongenital.

g) Sindrom Aspirasi Mekonium.

h) Pneumonia Aspirasi.

2) Komplikasi jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi BBLR

a) Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan.


33

b) Gangguan Penglihatan (Retinopati) dan gangguan pendengaran

c) Penyakit Paru Kronis.

d) Kenaikan Frekuensi kelainan bawaaan.

e) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.

g. Faktor–Faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,

sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan.

Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran premature.

Semakin muda usia kehamlan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka

panjang yang akan terjadi. Berikut ini adalah faktor – faktor yang berhubungan

dengan bayi BBLR secara umum (Atikah, Cahyo, 2017: 5-7), di antaranya :

1) Faktor Ibu

Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan seperti, anemia sel berat, perdarahan

ante partum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama

kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal).

b) Mendrita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS,

malaria, TORCH.

Ibu :

a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia ≤ 20

tahun atau ≤ 35 tahun.

b) Kehamilan ganda (multi gravida).

c) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
34

d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

Keadaan Ekonomi Sosial :

a) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi.

b) Mengerjakan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.

c) Keadaan gizi yang kurang baik.

d) Pengawasan antenatal yang kurang.

e) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak

sah, yang ternyata lebih tinggi bila di bandingkan dengan bayi yang lahir

pada perkawinan yang sah.

Sebab Lain :

a) Ibu perokok.

b) Ibu peminum alcohol.

c) Ibu pecandu obat narkotik.

d) Penggunaan obat antimetabolik.

2) Faktor Janin

a) Kelainan kromoson (trisomy autosomal).

b) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan).

c) Disautonomia familial.

d) Radiasi.

e) Kehamilan ganda/kembar (gemeli).

f) Aplasia pancreas.

3) Faktor Plasenta

a) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramion).


35

b) Luas permukaan berkurang .

c) Plasentisis vilus (bakteri, virus dan parasite).

d) Infark.

e) Tumor (korioangioma, mola hidatitosa).

f) Plasenta yang lepas.

g) Sindrom plasenta yang lepas.

h) Sindrom transfuse bayi yang kembar.

4) Faktor Lingkungan

a) Bertempat tinggal di dataran tinggi.

b) Terkena radiasi.

c) Terpapar zat beracun.

h. Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat di golongkan

menjadi sebagi berikut :

1) BBLR tipe KMK, di sebabkan oleh :

a) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi.

b) Ibu hamil hipertensi, preeklamsia atau anemia.

c) Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu.

d) Malaria kronik, penyakit kronik

e) Ibu hamil merokok

2) BBLR tipe Prematur, di sebabkan oleh :

a) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, gameli

b) Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya.


36

c) Cervical imcompentance (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu

menahan berat bayi dalam rahim).

d) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum homerrhage).

e) Ibu hamil yang sedang sakit.

f) Kebanyaka tidak mengatahui penyababnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir (BBL).

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui

suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Menurut hasil

penelitian (Nur Rosmala, dkk, 2016) tentang analisis faktor resiko kejadian

berat badan lahir rendah (BBLR) di RSU Anutapura Palu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi berat badan lahir (BBL) ialah :

a. Umur ibu

Menurut hasil penelitian (Azizah Elsa Nur, dkk, 2021) tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di

RSUD DR. Soekardjo di Tasikmalaya. Usia ibu yang < dari 20 tahun atau > 35

tahun lebih banyak terdapat pada kelompok control (20,4 %) di banding dengan

proporsi usia ibu > 20 tahun dan < 35 tahun. Kehamilan pada usia remaja < dari

20 tahun berdampak pada pertumbuhan yang kurang optimal karena kebutuhan

zat gizi pada masa tubuh berkembang remaja sangat di butuhkan oleh tubuhnya

sendiri.

Kehamilan remaja dengan usia < dari 20 tahun mempunyai resiko seperti

sering mengalami anemia, gangguan tumbuh kembang janin, keguguran,

prematuritas atau BBLR, gangguan persalinan, preeklamsi dan perdarahan


37

antepartum. Selain ibu yang melahirkan dengan usia > 35 tahun tidak di

anjurkan dan sangat berbahaya, mengingat pada wanita yang hamil pada umur

yang lebih dari 35 tahun menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya

komplikasi kehamilan, trauma meningkatnya kasus melahirkan dengan BBLR.

Hal ini disebabkan karena munculnya masalah kesehatan kronis. Ibu berumur

> 35 tahun juga perlu energi yang besar karena fungsi organ yang semakin

melemah dan di haruskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan energi

yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.

b. Jarak kehamilan

Banyak nya anak yang di lahirkan seorang ibu dapat mempengaruhi

kesehatan ibu dan merupakan faktor-faktor resiko terjadinya berat badan lahir

rendah (BBLR), tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan anak lebih

rendah dan nutrisi kurang. jarak kehamilan < 2 tahun dapat menimbulkan

pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat

persalinan karena keadan rahim belum pulih dengan baik. Ibu dengan kelahiran

terlalu dekat < 2 tahun akan mengalami peningkatan resiko terhadap kejadian

perdarahan pada trimester III, termasuk juka karena plasenta previa, anemia dan

ketuban pecah dini dapat menyebabkan BBLR (Rukiyah, et all, 2022:25-26).

Dari suatu studi prosptif di dapatkan bahwa interval persalinan

menunjukkan hubungan bermakna dengan kejadian BBLR. Jarak kehamilan

yang sangat pendek dan jarak sangat penjangmenjadi faktor resiko terjdinya

iibu melahirkan BBLR, faktor resiko ibu hamil hubungannya dengan BBLR
38

didapatkan resiko relative 1,32 pada primipara dan resiko relative 1,48 pada ibu

dengan interval kehamilan lebih dari 6 tahun (Rukiyah, et all, 2022:25-26).

c. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan (frekuensi) yang pernah dialami oleh

seorang ibu, baik pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.

Paritas mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Paritas

dikatakan tinggi bila seorang ibu yang melahirkan anak ke empat atau lebih.

Seorang wanita yang sudah mempunyai 3 anak dan terjadi kehamilan lagi,

keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering mengalami kurang

darah/anemia, terjadinya pendarahan lewat jalan lahir dan letak bayi sungsang

maupun melintang.

Paritas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terganggunya uterus

terutama dalam hal pembuluh. Kehamilan yang berulang-ulang akan

menyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah uterus hal ini akan

mempengaruhi nutris ke janin pada kehamilan selanjutnya, selain itu dapat

menyebabkan atonia uteri (Wiknjosastro, 2006; Hasfianty E, 2015).

d. Kadar hemoglobin (HB)

Hemoglobin (HB) adalah metal protein pengangkut oksigen yang

mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainya.

Molekul HB terdiri dari globin apoprotein dan empat gugus heme, suatu

molekul organik dengan satu atom besi. Hb adalah protein yang kaya akan zat

besi memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Melalui fungsi ini maka
39

oksigen di bawah dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelynn, 2009),).

Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah, yang

memberi warna merah pada sel darah merah (Atikah, 2018: 7).

Fungsi utama sel darah merah ialah mengikat dan membawa O2 dari

paru-paru untuk diedarkan ke seluruh sel di berbagai jaringan. Untuk memenuhi

keperluan seluruh sel tubuh akan oksigen tiap saat, yang jumlahnya besar,

senyawa ini tidak cukup untuk dibawa dalam keadaan terlarut secara fisik saja

di dalam air, yang dalam hal ini cairan serum. Kelarutan oksigen secara fisik di

dalam darah sangat dipengaruhi oleh tekanan parsial dari gas ini (PO2) serta

oleh suhu. Kedua faktor ini merupakan faktor lingkungan yang sangat mudah

berubah-ubah. Oleh karena itu tidaklah mungkin untuk memenuhi keperluan

akan oksigen dalam jumlah yang besar secara terus menerus, bila tubuh hanya

mengandalkan kedua faktor ini. Harus ada suatu mekanisme lain, yang sedikit

atau banyak membebaskan tubuh untuk membebaskan dari dari kedua faktor

tersebut (Almatsier, 2003:134).

Kadar hemoglobin merupakan indikator biokimia untuk mengetahui

status gizi ibu hamil. Kehamilan normal terjadi penurunan sedikit kon-sentrasi

hemoglobin dikarenakan hipervolemia yang terjadi sebagai suatu adaptasi

fisiologis di dalam ke-hamilan. Konsentrasi hemoglobin <11 gr/dl merupakan

keadaan abnormal yang tidak berhubungan dengan hipervolemia tersebut.

Ketidak adekuatan hipervolemia yang terjadi malah dapat mengakibatkan

tingginya kadar hemoglobin ibu hamil. Kadar hemoglobin ibu hamil yang tinggi
40

juga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin

normal.

Anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau

penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Defenisi anemia

yang diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12,0gr per 100

milimeter untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0gr per 100 milimeter

untuk wanita hamil (Varney, 2007: 623).

Anemia adalah kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau

hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda

pada laki-laki dan perempuan, untuk pria anemia di definisikan sebagai kadar

hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita kurang dari 12,0

gram/100ml (Atikah, 2018:1).

Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa

oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan

curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan

fungsi ventrikular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain

(misalnya preeklampsia) dapat mengakibatkan gagal jantung kongestif (Bobak,

et all, 2005: 737).

Kadar HB yang rendah memengaruhi kemampuan sistem maternal untuk

memindahkan oksigen dan nutrisi yang cukup ke janin. Kadar HB yang tinggi

dianggap mencerminkan ekspansi volume plasma yang buruk seperti kondisi

patologis, misalnya preeklamsia (Myles, 2009: 329).


41

Menurut hasil penelitian Kamiliah dkk (2021) tentang anemia ibu hamil

dan efeknya pada bayi. Dampak yang mengkin terjadi pada ibu hamil yang

mengalami anemia di antaranya :

1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah kondisi bayi yang lahir

dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram. Bayi BBLR memiliki

tingkat kerentanan penyakit dan organ vital yang tingg saat lahir, pada tahun

2018 diketahui bahwa rata-rata jumlah bayi BBLR di Indonesia mencapai

6,2 %. Angka ini telah memenuhi target RPJMN 2019 yakni 8%, namun

begitu, dengan selisih angka yang kecil peningkatakan dapat terjadi dengan

mudah di tahun-tahun selanjutnya, sehingga masalah BBLR perlu tetap

diperhatikan.

2) IUGR (Intrauterine Growth Restriction).

IUGR adalah kondisi janin yang tidak berkembang secara sempurna

yang disebabkan oleh faktor genetic ataupun lingkungan, penyebab umum

dari IUGR adalah malfungsi kronis pada plasenta yang menggangu

pemasukan oksigen dan zat gizi ke janin sehingga menyebabkan

perkembangan janin tidak normal.

3) Kelahiran Prematur.

Kelahiran prematur adalah bayi yang lahir sebelum umurnya mencapai

37 minggu di dalam kandungan ibu, bayi yang lahir dengan ibu anemia

memiliki resiko 4,5% kali lebih tinggi lahir secara prematur dari ibu yang

tidak anemia.
42

4) Kematian Janin.

Kematian janin adalah kondisi gugurnya janin secara spontan dalam

kandungan. Ibu dengan anemia memiliki resiko bayi lahir mati lebih tinggi

dari pada ibu yang tidak anemia, resiko ini juga menigkat jika ibu memiliki

status gizi (IMT ≤ 18 kg/m2).

5) Kematian Bayi Pasca Kelahiran.

Kematian bayi pasca lahir (neonatal death) adalah keadaan dimana

bayi bertahan hidup dalam waktu kurang dari 28 hari setelah dilahirkan,

kasus kematian bayi baru lahir ditentukan oleh derajat keparahan anemia

yang diderita oleh ibu semaikin tinggi tingkat keparahannya maka semakin

tinggi resiko kematian bayi baru lahir ≤ 28 hari, resiko ini juga meningkat

jika ibu memiliki status gizi yang kurang (IMT ≤ 18 kg/m2), secara spesifik

jika ibu terkena anemia di trimester pertama maka resiko ini lebih tinggi di

banding ibu yang anemia di trimester III.

e. Status gizi ibu hamil

Gizi memegang peran penting dalam siklus hidup manusia. Kekuragan

gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR), lahir

premature, sehingga bisa berdampak pada rendahnya status gizi pada bayi. Bayi

yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan tumbuh kembang secara fisik,

mental, sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa hingga

dewasa. Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan penurunan dan rendahnya

daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Menurut badan kesehatan dunia

WHO dan UNICEF terjadinya gagal tumbuh akibat kurang gizi pada masa bayi
43

mengakbatkan terjadinya penurunan IQ 11 point lebih rendah di banding anak

yang tidak kurang gizi (Sutanto, Fitriana, 2021:113).

Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan status gizi

ibu sebelum dan selama kehamilan, gizi yang terkandung pada seorang ibu pada

sebelum dan selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang

sedang dikandung. Bila gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil,

kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat dengan berat badan

normal (Sutanto, Fitriana, 2021:113).

Seorang ibu hamil yang akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat

kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Namun, sampai saat ini

masih banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang

seperti kurangnya energy kronis (KEK) dan anemia gizi. Anemia atau kurang

darah sering di kaitkan dengan kondisi lemah, letih dan lesu akibat kurangnya

kandungan zat besi di dalam darah. Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh

memerlukan zat besi dalam tubuh tinggi, seperti saat hamil, menyusui, masa

pertumbuhan anak dan balita dan pada masa puber. Sebab lainya adalah

terjadinya gangguan penyerapan zat besi di dalam tubuh (Sutanto, Fitriana,

2021:114).

Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai resiko kesakitan

yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan, disbanding dengan ibu

hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko lebih besar untuk

melahirkan bayi BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, pascapersalinan

yang sulit karena lemah dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Bayi yang
44

di lahirkan dengan BBLR umumnya kurang mempu meredam tekanan

lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada terhambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan

hidupnya. Selain itu juga akan mengakibat resiko kesakitan dan kematian bayi

karena rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah, gangguan

belajar, masalah perilaku dan lain sebagianya (Sutanto, Fitriana, 2021:114).

f. Usia kehamilan yang < 37 minggu.

Menurut hasil penelitian (Anjas, 2017) tentang Hubungan antara umur

kehamilan, kehamilan ganda, hipertensi dan anemia dengan kejadian bayi berat

lahir rendah (BBLR). Umur kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena

semakin berkurang usia kehamilan ibu maka semakin kurang sempurna

perkembangan alat-alat organ tubuh bayi, sehingga turut mempengaruhi berat

badan bayi. Hasil penelitian ini di dukung dengan penelitian yang di lakukan

oleh (Darmayanti, dkk 2010) bahwa usia kehamilan < 37 minggu beresiko 12,7

kali melahirkan BBLR di bandingkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu.

g. Penyakit selama kehamilan.

Penyakit saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir

diantaranya adalah diabetes melitus gestasional (DMG), cacar air, dan penyakit

infeksi TORCH. Penyakit DMG adalah peningkatan glukosa yang dimulai atau

baru ditemukan pada waktu hamil. Pada ibu akan meningkatkan risiko

terjadinya preeklamsia, secsio sesaria dan terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di

kemudian hari, sedangkan pada janin meningkatkan risiko terjadinya

makrosomi (Prawirohardjo, 2008). Dan hal yang beru dengan kehamilan seperti
45

toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik, infeksi akut, serta

kelainan kardio vaskuler (Heryani, 2019: 496).

Bagan 2.1
Kerangka Teori

1. Kadar hemoglobin (HB)


Berat badan bayi baru
2. Paritas
lahir

Sumber: Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Anak Pra Sekolah (Heryani, 2019: 496)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

A. kerangkan Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti (Notoatmojo, 2012).

Adapun faktor yang berkaitan pada penelitian ini di bagi menjadi 2 variabel,

yaitu variabel independent dan variabel dependen. Sebagai variabel independen

dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin (HB) dan paritas serta sebagai variabel

dependen berat badan bayi baru lahir. Faktor di atas di ambil oleh peneliti di

karenakan kejadian BBLR yang di sebabkan oleh variabel yang di sebutkan masih

di temukan dan menjadi fenomena di PKM Singkut. Kerangka konsep dalam

penelitian ini dapat di gambarkaan seperti bagan 3.1 berikut ini:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

1. Kadar hemoglobin (HB)


Berat Badan Bayi Baru
2. Paritas
Lahir

46
47

B. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Definisi operasional merupakan variabel yang di beri batasan agar variabel

tersebut dapat di ukur dengan menggunkan alat ukur (instrument). Definisi variabel

ini sangat penting agar pengukuran dan pengumpulan variabel tersebut tidak berubah-

rubah antara sumber data (Responden) yang satu dengan responden yang lain

(Notoatmodjo, 2012: 83). Definisi operasional dapat dilihat pada table 3.1 sebagai

berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional (DO)

No Variabel Definisi Operasional Cara/Alat/Skala ukur


1 Berat Hasil penimbangan berat Cara : Melakukan penimbangan berat badan
badan badan bayi setelah di bayi 1 jam setelah lahir
bayi baru lahirkan Alat : Timbangan Badan bayi
lahir Skala : Ordinal
Hasil Ukur :
1: Tidak BBLR jika berat lahir ≥ 2.500 gram
O: BBLR jika berat lahir < 2.500 gram
(Rukiyah, et all, 2022: 5).
Kadar Nilai kadar hemoglobin Cara : Pengecekan kadar HB
Hemoglob (HB) yang di dapatkan Alat : HB Digital Easy Touch
in (HB) pada ibu hamil TM III Skala : Ordinal
pada Ibu Hasil Ukur :
hamil 1: Tidak Anemia ≥ 11 gr /Dl%

4. Paritas Jumlah persalinan yang Cara : Wawancara


sudah di lalui oleh ibu, Alat : Lembaran observasi
baik kelahiran hidup Skala : Ordinal
maupun kelahiran mati. Hasil Ukur :
1: Resiko kecil jika persalinan ≤ 3 kali
O: Resiko besar jika persalinan > 3 kali
(Wiknjosastro, 2006, Hasfianty E, 2015).
48

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya

hipotesis ini di rumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel bebas dan

variabel terkait, hipotesis berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya

hipotesis ini merupakan pertanyan yang harus dibuktikan (Notoatmodjo, 2018: 84).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara usia ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir di PKM

Singkut tahun 2023.

2. Ada hubungan antara kadar hemoglobin (HB) pada ibu hamil TM III dengan berat

badan bayi baru lahir di PKM Singkut tahun 2023.

3. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan berat badan bayi baru lahir PKM

Singkut tahun 2023.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah rancangan yang bersifat desktiptif analitik dengan

pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar

hemoglobin (HB) dan paritas dengan berat badan bayi baru lahir.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di PKM Singkut pada bulan oktober 2023-Juli

2024.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di teliti dan

memiliki sifat-sifat yang sama, populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil

yang akan melahirkan dan berat badan bayi baru lahir (BBL).

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang di

teliti dan di anggap mewakili keseluruh objek. Pada penelitian ini sampel total

sampling yaitu seluruh ibu hamil yang akan melahirkan dan berat badan bayi

lahir (BBL).

49
50

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh secara langsung dari responden yang melahirkan di PKM Singkut.

2. Instrument Penelitian

Instrument penelitian ini adalah alat-alat yang di gunakan untuk

mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Instrument yang di gunakan dalam

penelitian ini format pendokumentasian berupa lembaran observasi yang di

gunakan untuk merekap data.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang di

peroleh langsung dari responden dengan cara wawancara, pengisian lembaran

observasi, pengecekan nilai kadar HB, pengukuran lila, pengukuran tinggi

badan ibu, penimbangan berat badan ibu, dan melakukan penimbangan berat

badan bayi 1 jam setelah lahir, dengan cara mencatat hasil pemeriksaan

menggunakan format pendokumentasian data berupa lembaran observasi,

penelitian ini di laksanakan pada bulan oktober 2023 - Juni 2024 di PKM

Singkut, yang di lakukan oleh peneliti sendiri dan di bantu oleh beberapa tim.

E. Pengelolahan Data

Setelah data yang di dapat terkumpul yang diperoleh dari responden,

selanjutnya data tersebut di olah melalui tahap demi tahap sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2010: 176-177).


51

1. Pengeditan data (editing)

Penegeditan data di lakukan untuk penimbangan berat badan bayi lahir

yang telah di kumpulkan dengan meneliti kelengkapan, kejelasan.

2. Memberikan kode (coding)

Setelah semua penimbangan berat badan lahir, di edit selanjutnya di

lakukan peng kodean yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi angka atau bilangan.

a. Berat badan bayi lahir normal

1) Kode 1 = tidak BBLR

2) Kode 0 = BBLR

b. Kadar Hemoglobin (HB)

1) Kode 1 = tidak anemia

2) Kode 0 = anemia

c. Paritas

1) Kode 1 = resiko kecil

2) Kode 0 = resiko besar

3. Scorring

Scorring adalah pemberian skor pada data-data sekunder dan primer

yang telah di beri kode, dan selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada data

tersebut.

a. Berat badan bayi lahir normal

1) Normal jika berat lahir ≥ 2.500 gram

2) BBLR jika berat lahir < 2.500 gram


52

b. Kadar Hemoglobin (HB)

1) Tidak Anemia ≥ 11 gr /Dl%

2) Anemia < 11 gr/Dl %

c. Paritas

1) Resiko kecil jika persalinan ≤ 3 kali

2) Resiko besar jika persalinan > 3 kali

4. Memasukkan data (entry)

Setelah variabel di ubah dalam bentuk kode, selanjutnya data di

masukkan kedalam software compute. Data yang telah di periksa dan di beri

kode kemudian di masukkan kedalam program computer dalam bentuk SPSS.

5. Pembersihan data (cleaning)

Apabila data keseluruhan telah di masukkan. Maka perlu di lakukan

pengecekan kembali untuk melihat keungkinan-kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode sehingga data siap di analisa.

F. Analisis Data

1. Analisi Univariat

Analisis univariat di lakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan gambaran dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012: 188). Variabel independen

yaitu umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar hemoglobin (HB), status gizi ibu

hamil, usia kehamilan dan penyakit selama kehamilan serta varisbel dependen

yaitu berat badan bayi baru lahir yang merupakan data numerik.
53

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang di lakukan terhadap 2 variabel yang di duga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010: 183). Analisis bivariat

dalam penelitian ini di lakukan untuk mengetahui hubungan setiap variabel

independen dengan variabel dependen. Uji statistic yang di gunakan adalah

menggunakan uji chi-square. Apabila nilai p (p value) ≤ a (0,05) maka berarti

hipotesa pada penelitian ini diterima yaitu adanya hubungan antara faktor-

faktor tersebut dengan kejadian berat badan bayi baru lahir di RSU Rimbo

Medika Jambi.
DAFTAR PUSTAKA

Andalas, 2014
Buku Goresan Tangan Spesialis Kandungan. Sibuku media. Yogyakarta: vi+306
hlm

Atikah, Cahyo, 2017


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta xii + 116
hlm

Azizah Nur Elsa, dkk. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat
lahir rendah di RSUD DR SOEKARDJO Kota Tasikmalaya. Jurnal Komunitas
Indonesia 17 (1), 284-294

Bobak,et al, 2004


Buku Ajar Keperawatan maternitas. Penerbit EGC. Jakarta: xx,1121 hlm

Dinkes Kota Jambi, 2022


Laporan Data ibu Hamil yang Mengalami Anemia 2019 – 2021

Evelyn C. Pearcw. 2009


Anatomi dan Fisiologis untuk paramedis. PT Gramedia Pustaka Jakarta

Evasari Erlyna, Nurmala Elsa, (2015). Hubungan umur, paritas dan status gizi ibu dengan
kejadian BBLR. Jurnal Obstretika Scientia, 4 (2).

Heryani Reni, 2019


Asuhan Kebinan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Penerbit CV Trans
Info Medika. Jakarta: xii + 574 hlm

Hutaheaean Serri, 2013


Perawatan Antenatal. Penerbit Selamba Medika. Jakarta: ix + 280 hlm

Heriani, Camelia Rini, (2021). Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR). Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 14 (1). 116-
122

Indrasari Nelly, (2012). Faktor resiko pada kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR).
Jurnal Keperawatan, 8 (2). 114-123

Judha Youngki Mohamad, Sudarti Yodiyah, 2016


Asuhan Kehamilan, Persalinan, Pertumbuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Penerbit
Nuha Medika. Yogyakarta: xii + 244 hlm
Kemenkes, (2015)
Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI

Myles, 2009
Buku Ajar Bidan Myles, Ed.14. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: xv, 1055
hlm

Maternity, Dainty, dkk, 2018


Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Penerbit And.
Yogyakarta: x + 96 hlm

Notoatmodjo, 2018
Metodelogi Penelitian Kesehatan, Penerbin Rineka Cipta. Jakarta:xix + 243 hlm

Nurul Purna Mahardika, 2016


Buku Anemia Defisiensi Zat Besi. Vol 5 No4 2014

Nur Rosmala, dkk, (2013). Analisis faktor risiko kejadian beyi berat lahir rendah (BBLR)
di RSU Anutapura Palu. Jurnal Preventif, 7 (1). 1-64

Prawihardjo, Sarwono, 2016


Ilmu kebidanan, Ed 4, Penerbit Jakarta: xxi + 957 hlm

Proverawati, 2018
Anemia dan Anemia Kehamilan. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta: xii 144

Purwanto Anjas Dwi, Wahyuni Chatarina Umbul. (2016), Hubungan antara usia
kehamilan, kehamilan ganda, hipertensi dan anemia dengan kejadian BBLR. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 4 (3), 349-359

Rukiyah Ai Yeyeh dkk,2022


Buku Saku Asuhan Kebidanan Pada Bayi Berat Lahir Rendah, Penerbit CV Trans
Info Media. Jakarta viii + 116 hlm

Romauli, Suryati, 2011


Asuhan kebidanan 1 konsep dasar asuhan kehamilan, Penerbit Nuha Medika;
Yogyakarta: ix + 218 hlm

Setiyani, Astuti, dkk 2016


Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah, Penerbit
Kemenkes RI. Jakarta selatan : xxi + 237 hlm

Sutanto, Fitriana, 2021


Asuhan pada kehamilan, Penerbit Pustaka Baru Fres. Yogyakarta: vii + 304 hlm
Sari Jeza Permata, Indriani Putu Lusita Nati, (2018). Hubungan anemia pada ibu hamil,
hidramion dan KPD terhadap kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di RS Islam
Siti Khodijah. Jurnal Masker Medika, 8 (1). 185-192
Tarwoto, 2007
Buku saku Anemia pada Ibu Hamil Konsep dan Penatalaksanaan. Penerbit TIM.
Jakarta: 78 hlm

Varney, Helen et al, 2007


Buku ajar asuhan kebidanan, Ed 4, Vol 1, Penerbit EGC; Jakarta: xxi + 670 hlm

Yulianti, dkk 2019


Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Penerbit Cendekia Publisher.
Makasar : v + 180 hlm

Wahyuni Winda, dkk. (2020). Hubungan usia ibu, paritas dan kadar hemoglobin dengan
kejadian (BBLR) di RSU Siti Fatimah Provinsi Sumatra Selatan. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 8 (2). 1-11.

Anda mungkin juga menyukai