Anda di halaman 1dari 25

Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Tentang Berbagai Tema 2023


10/08/2023 by Haji Anwar
Hajijatim.Id – Dalam agama Islam, shalat Jum’at merupakan salah satu ibadah yang
memiliki keistimewaan tersendiri. Selain melaksanakan shalat berjamaah, shalat Jum’at juga
disertai dengan Khutbah Jumat Singkat yang dilakukan oleh seorang khatib.

Khutbah dalam shalat Jum’at memiliki peran penting dalam memberikan pengajaran, nasihat.
Tentunya mengingatkan umat Muslim akan kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai
seorang Muslim.

Contoh Naskah Khutbah Jumat Singkat


Khutbah dalam shalat Jum’at memiliki peran penting dalam kehidupan umat Muslim. Melalui
khutbah, umat Muslim diberikan pengajaran, motivasi, dan pengingat akan ajaran agama
Islam.

Khutbah Jumat Singkat membantu meningkatkan keimanan dan ketakwaan, mempererat


persaudaraan, serta mengingatkan umat Muslim akan tanggung jawab mereka sebagai umat
Islam.

Berikut contoh naskah Khutbah Jumat Singkat :

1. Bertutur yang Baik atau Diam


Hadirin sholat Jumat yang dimuliakan Allah. Pada kesempatan ini, khatib mengajak jamaah
sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT
dengan menjauhi larangan Allah sejauh-jauhnya dan menjalankan perintah-Nya
semampunya.

Sesungguhnya umat Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam mengajarkan kasih sayang
kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan. Di antara bentuk kasih sayang yang terkandung
dalam ajaran Islam adalah berkata-kata yang baik.

Perkataan dan ucapan yang baik merupakan perbuatan terpuji yang mendatangkan kebaikan
dan dapat meninggikan derajat, baik di sisi Allah maupun di tengah-tengah manusia. Allah
SWT memerintahkan kita untuk mengucapkan perkataan yang baik. Dalam Surat al-Baqarah
ayat 83 Allah berfirman :

‫َو ِإْذ َأَخ ْذ َنا ِم يَثاَق َبِني ِإْس َر اِئيَل اَل َتْعُبُد وَن ِإاَّل َهَّللا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًنا َوِذ ي اْلُقْر َبٰى َو اْلَيَتاَم ٰى َو اْلَم َس اِكيِن َو ُقوُلوا ِللَّناِس ُحْس ًنا‬
‫َو َأِقيُم وا الَّص اَل َة َو آُتوا الَّز َكاَة ُثَّم َتَو َّلْيُتْم ِإاَّل َقِلياًل ِم ْنُك ْم َو َأْنُتْم ُم ْع ِر ُضوَن‬
Artinya: “Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.”

Di ayat lain tepatnya pada dalam surat Al-Isra’ ayat 53, Allah menegaskan agar orang-orang
beriman untuk berkata-kata yang baik.

‫َو ُقْل ِلِع َباِد ي َيُقوُلوا اَّلِتي ِهَي َأْح َس ُۚن ِإَّن الَّشْيَطاَن َيْنَز ُغ َبْيَنُهْۚم ِإَّن الَّشْيَطاَن َك اَن ِلِإْل ْنَس اِن َع ُدًّو ا ُم ِبيًنا‬

Artinya: Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan


perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di
antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.

Ayat-ayat yang telah dibacakan tadi merupakan pengingat bagi kita supaya senantiasa
menjaga ucapan kita. Tidaklah yang keluar dari mulut kita melainkan kebaikan, minimal, jika
kita tidak bisa mengucapkan kebaikan, maka lebih baik diam. Jangan sampai ucapan yang
keluar dari lisan kita malah menyakiti hati orang lain. Ingatlah pesan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam untuk kita semua:

‫َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباِهّٰلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َفْلَيُقْل َخْيًرا َأْو ِلَيْص ُم ْت‬

Artinya: “Siapa pun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia
mengucapkan perkataan yang baik atau diam.” (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam
Muslim).

Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Semoga kita dapat menjadi pribadi yang baik dalam berperilaku maupun bertutur kata,
semoga kita digolongkan sebagai orang yang beriman, dan orang yang beriman itu bukanlah
mereka yang suka mencaci maupun melaknat.

2. Mengobati Hati dari Penyakit Riya


Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,

Takwa adalah kata yang ringan untuk diucapkan, akan tetapi berat dalam timbangan amal
perbuatan. Takwa tempatnya adalah hati. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk ke
dadanya tiga kali dan mengatakan:

‫ َالَّتْقَو ى َها ُهَنا (َر َو اُه َأْح َم ُد ِفي ُم ْسَنِدِه) ـ‬،‫َالَّتْقَو ى َها ُهَنا‬

Artinya: “Takwa ada di sini, takwa ada di sini” (HR Ahmad dalam Musnad-nya).

Jadi, hati adalah pemimpin anggota badan. Jika hati baik, maka seluruh anggota badan akan
baik sehingga orang menjadi bertakwa. Sebaliknya jika hati rusak, maka anggota badan
menjadi rusak sehingga orang menjadi pelaku maksiat.
Saudaraku seiman rahimakumullah,

Oleh karenanya mari kita perbaiki hati kita dengan menerapkan adab-adab yang diajarkan
dalam Islam secara lahir dan batin. Kita obati hati dengan mengikuti ajaran Allah ta’ala dan
meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penyakit-penyakit hati itu hanya bisa
diobati dengan kesungguhan kita mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.

Saudaraku seiman rahimakumullah,

Di antara penyakit hati adalah riya’, yaitu melakukan bentuk ketaatan agar dilihat oleh orang
lain dengan tujuan mengharapkan pujian darinya.

Mari kita ikhlaskan niat selalu hanya karena Allah ta’ala dan jangan sampai jatuh pada
maksiat riya’. Sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu meriwayatkan hadits qudsi bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman:

‫َأَنا َأْغ َنْى الُّش َر َك اِء َع ِن الِّش ْر ِك َم ْن َع ِمَل َع َم ًال َأْش َر َك ِفْيِه َم ِع ْي َغْيِر ْي َتَر ْكُتُه َو ِش ْر َك ُه (رواه مسلم) ـ‬

Artinya: “Aku tidak menerima tujuan lain dalam beramal, barangsiapa melakukan satu amal
perbuatan dan memiliki tujuan lain selain ridha-Ku, maka Aku akan meninggalkannya dan
tidak menerimanya” (HR Muslim)

Oleh karenanya, mari kita jadikan ridha Allah Sang pencipta kebaikan dan keburukan sebagai
tujuan kita. Kita ikhlaskan niat karena Allah dan jangan kita pedulikan apakah orang mencela
atau memuji kita. Sungguh kebaikan seluruhnya ada pada ridha Allah subhanahu wa ta’ala.

Saudaraku seiman rahimakumullah,

Jika kita melakukan shalat, maka kita lakukan karena Allah. Jika kita bersedekah, maka kita
bersedekah karena Allah. Jika kita perindah akhlak, kita lakukan itu karena Allah. Jika kita
belajar ilmu agama, maka juga karena Allah. Jika kita mengajarkan ilmu agama, maka kita
mengajar karena Allah. Jika kita menaati Allah, maka kita taat karena semata-mata ingin
meraih ridha-Nya. Jika kita melakukan itu semua bukan karena Allah melainkan karena
tujuan-tujuan lain, maka sia-sialah umur kita dan alangkah ruginya waktu kita.

Demikian khutbah singkat ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Lihat Juga : Doa Qunut Subuh versi Panjang dan Pendek – Arab, Latin, Artinya

Tata Cara Pelaksanaan Khutbah dalam


Sholat Jum’at
Tata cara Khutbah Jumat Singkat mengacu pada langkah-langkah yang harus diikuti oleh
khatib dalam melaksanakan khutbah Jumat. Berikut adalah tata cara khutbah Jumat yang
umum dilakukan:

1.Persiapan:
1. Khatib melakukan persiapan materi khutbah, yang mencakup pemilihan tema yang relevan
dan bermanfaat bagi jamaah.
2. Khatib juga sebaiknya melakukan penelitian dan studi mendalam terkait tema yang akan
disampaikan untuk memperoleh pemahaman yang baik.

2. Waktu Pelaksanaan:
1. Khutbah Jumat dilaksanakan pada hari Jumat setelah dilakukan shalat Jumat.
2. Khutbah dilakukan sebelum pelaksanaan shalat Jumat.

3. Persiapan Mental dan Spiritual:


1. Khatib sebaiknya melakukan persiapan mental dan spiritual sebelum memulai khutbah,
seperti berdoa dan memohon petunjuk serta keberkahan dari Allah SWT
2. Khatib juga dapat melakukan bacaan istighfar untuk memohon ampunan Allah SWT.

4. Memasuki Masjid:
1. Khatib memasuki masjid dengan berhati-hati dan memperhatikan tata tertib masjid.
2. Khatib dianjurkan untuk memperbanyak bacaan tasbih dan doa-doa sunnah saat memasuki
masjid.

5. Pelaksanaan Khutbah:
1. Khatib naik ke mimbar dengan bismillah dan berdiri di atas mimbar.
2. Khutbah dimulai dengan membaca hamdalah dan shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW.
3. Setelah itu, khatib membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pengantar khutbah.
4. Khutbah Jumat terdiri dari dua bagian, yang dipisahkan oleh waktu singkat untuk shalat.
5. Khatib menyampaikan khutbah dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh jamaah
6. Khutbah Jumat Singkat dapat mengandung nasehat, pengajaran agama, motivasi, atau
pembahasan tentang umat Muslim.
7. Khatib sebaiknya menggunakan bahasa yang jelas, lugas, dan mudah dipahami oleh
jamaah.

6. Sholat Jumat:
1. Setelah selesai bagian pertama khutbah, khatib duduk sebentar untuk melaksanakan shalat
sunnah tahiyatul masjid.
2. Setelah itu, khatib melanjutkan dengan bagian kedua khutbah.
3. Setelah selesai khutbah, khatib memberikan salam kepada jamaah.

7. Doa Penutup:
1. Setelah memberikan salam, khatib membaca doa penutup khutbah
2. Jamaah mengikuti dengan membaca doa.
Lihat Juga : Bacaan Doa Selamat Dunia Akhirat Pendek, Panjang, Arab & Latin

Syarat Khatib Pada Khutbah Jumat


Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang khatib dalam melaksanakan Khutbah
Jumat Singkat. Berikut adalah syarat-syarat yang umumnya berlaku:

1. Muslim:
Seorang khatib harus beragama Islam.
2. Dewasa:
Khatib harus berusia dewasa, yaitu telah mencapai usia baligh.
3. Berilmu:
Khatib sebaiknya memiliki pengetahuan agama yang memadai.
4. Adil dan bertakwa:
Khatib harus memiliki sifat adil dan bertakwa.
5. Mampu berkomunikasi:
Khatib sebaiknya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.
6. Tidak terhalang hukum:
Khatib tidak boleh memiliki hambatan hukum yang menghalangi pelaksanaan tugasnya
sebagai khatib.
7. Dapat dipercaya:
Khatib harus memiliki reputasi yang baik dan dapat dipercaya oleh jamaah.
Syarat-syarat ini penting untuk memastikan bahwa khutbah Jumat dilakukan oleh orang yang
memenuhi persyaratan agama.

Rukun Khutbah Sholat Jumat


Rukun Khutbah Jumat Singkat adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh khatib dalam
menyampaikan khutbah Jumat. Berikut adalah rukun-rukun khutbah Jumat:

1. Niat:
Sebelum memulai khutbah, khatib harus berniat secara ikhlas untuk melaksanakan
khutbah Jumat.
2. Berdiri di atas mimbar:
Khatib harus berdiri di atas mimbar sebagai tempat untuk menyampaikan khutbah.
3. Membaca hamdalah:
Khutbah Jumat dimulai dengan membaca hamdalah, yaitu memuji Allah SWT sebagai
ungkapan rasa syukur.
4. Membaca shalawat:
Setelah membaca hamdalah, khatib membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
5. Membaca ayat-ayat Al-Qur’an:
Khatib membaca beberapa ayat Al-Qur’an sebagai pengantar khutbah Jumat.
6. Memberikan salam:
Khatib memberikan salam kepada jamaah dengan mengucapkan salam
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh”.
7. Memberikan khutbah:
Khatib mulai menyampaikan khutbah Jumat.
8. Menghindari gangguan:
Khatib harus menjaga ketertiban dan menghindari gangguan selama khutbah. .
9. Membaca doa:
Setelah selesai menyampaikan khutbah, khatib membaca doa penutup sebagai ungkapan
rasa syukur.
Rukun-rukun ini penting untuk dipatuhi agar khutbah Jumat dapat dilaksanakan dengan baik
dan sesuai dengan tuntunan agama.
Lihat Juga : Kumpulan Doa Setelah Sholat Fardhu – Arab, Latin dan Artinya
ARTIKEL LAINNYA
Doa Sayyidul Istighfar: Arab, Latin Keajaiban & Cara Mengamalkan
16/08/2023

Doa Sebelum Belajar di Sekolah – Arab, Latin dan Artinya


16/08/2023
Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Hijriyah, Latin Arab dan Artinya
16/08/2023

Doa Tahiyat Akhir Lengkap Sebelum Salam NU & Muhammadiyah


16/08/2023
BANDUNGRAYA.ID- Seluruh umat Islam laki-laki berkewajiban untuk melaksanakan
sholat Jumat. Berikut ini adalah contoh teks materi khutbah Jumat berjudul " 2 Tiang Agama
yang Wajib Diketahui Umat Muslim ".

Contoh Teks Materi Khutbah Jumat I " 2 Tiang Agama yang Wajib Diketahui Umat
Muslim "

‫ َو َأْش َهُد‬، ‫ َو َع َلى آِلِه َو َصْح ِبِه َو َتاِبِع ْيِه َع َلى َم ِّر الَّز َم اِن‬، ‫ َو الَّص اَل ُة َو الَّس اَل ُم َع َلى ُم َح َّم ٍد َسِّيِد َو َلِد َعْد َناَن‬، ‫الَح ْم ُد ِهّٰلِل اْلَم ِلِك الَّد َّياِن‬
‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَد َنا ُم َح َّم ًدا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬، ‫َأْن اَّل ِإلَه ِإاَّل ُهللا َو ْح َدُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْسِمَّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن‬
‫ َو َقٰض ى‬: ‫ اْلَقاِئِل ِفي ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن‬، ‫ َفإِّني ُأْو ِصْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن‬، ‫ ِع َباَد الَّرْح ٰم ِن‬،‫اَّلِذْي َك اَن ُخ ُلَقُه اْلُقْر آُن َأَّم ا َبْع ُد‬
‫َر ُّبَك َااَّل َتْعُبُد ْٓو ا ِآاَّل ِاَّياُه َو ِباْلَو اِلَدْيِن ِاْح ٰس ًنۗا ِاَّم ا َيْبُلَغَّن ِع ْنَدَك اْلِكَبَر َاَح ُدُهَم ٓا َاْو ِكٰل ُهَم ا َفاَل َتُقْل َّلُهَم ٓا ُاٍّف َّو اَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل َّلُهَم ا‬
)٢٤-٢٣ :‫َقْو اًل َك ِر ْيًم ا َو اْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح الُّذ ِّل ِم َن الَّرْح َم ِة َو ُقْل َّرِّب اْر َح ْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبٰي ِنْي َصِغ ْيًر ۗا (اإلسراء‬

Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Tauhid merupakan dasar dalam kita beragama. Merupakan dakwahnya para anbiya war rurul
‘alaihimus shalatu was salam. Dengan tauhid ini, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
memberikan keberkahan dalam hidup ini. Juga kenikmatan, ketenangan, kebahagiaan, serta
balasannya adalah surga.

Baca Juga: Contoh Teks Materi Khutbah Jumat Hari Ini: Lakukanlah Hal Ini untuk
Berbakti kepada Orang Tua

Kalau kita berjalan di atas wahyu, maka akhiri nantinya dengan tauhid. Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengingatkan kepada Nabi-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk
mengetahui tentang tauhid. Kemudian juga meminta ampun atas semua dosa. Karena kedua
hal ini merupakan tiang dari agama; tauhid dan istighfar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

‫َفاْعَلْم َأَّنُه اَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَّللا َو اْسَتْغ ِفْر ِلَذْنِبَك َو ِلْلُم ْؤ ِمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِتۗ َو ُهَّللا َيْع َلُم ُم َتَقَّلَبُك ْم َو َم ْثَو اُك ْم‬

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS.
Muhammad[47]: 19)

Di dalam ayat ini, kalimat ‫ َفاْع َلْم‬arti dari asal katanya adalah mengetahui. Di sini ada
perintah bagi kita untuk belajar, belajar, dan belajar. Kita tidak akan mengetahui
tentang agama kecuali dengan belajar. Dan pelajaran pertama yang harus kita
ketahui adalah tentang tauhid.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memulai dengan kalimat ‫َفاْع َلْم‬, artinya kita harus
mengetahui tentang agama ini. Asasnya agama adalah tauhid. Maka Al Imam
Bukhari menyebutkan di dalam kitabnya, babul ‘ilmu qabla qauli wal ‘amal (Bab ilmu
itu sebelum berkata dan berbuat).
Artinya kita harus belajar dan terus belajar. Dan kita harus mengetahui bahwa tiada
Ilah yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga: Materi Khutbah Jumat Hari Ini Akhir Ramadhan Tentang 6 Amalan
Pembuka Rezeki

Kita bisa mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya Ilah yang
disembah. Tidak ada yang lain yang boleh disembah kecuali hanya Allah
Subhanahu wa Ta’ala saja.

Kita bisa mengetahui dari rububiyyah, uluhiyyah, dan asma wa shifat–nya Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bahwasanya tidak ada yang menciptakan di langit dan di
bumi kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hatta kaum musyrikin mengakui hal
ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

‫ۚ َو َلِئن َس َأْلَت ُهم َّمْن َخ َلَق ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر َض َلَي ُقوُلَّن ٱُهَّلل‬

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”.” (QS. Az-Zumar[39]: 38)

Kita harus mengetahui bahwa tidak ada yang menciptakan di langit, di bumi, dan
seluruh makhluk ini kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, orang tua kita, dan orang-orang
Sebelum kita, maka kita wajib beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

‫َيا َأُّيَها الَّناُس اْع ُبُدوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah[2]: 21)

Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Khaliq (yang menciptakan), kita wajib beribadah
pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang kedua, kita harus mengetahui juga bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
memberikan rezeki kepada kita. Tidak ada yang memberika rezeki di langit dan di bumi
kecuali hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Entah itu kepada kita, kepada orang fasik, orang
fajir, mau pun kafir. Semua itu Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-
sifat-Nya yang tinggi. Yang mengharuskan kita untuk beribadah hanya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata. Kita juga mengetahui bahwa hidup ini pasti ada kematian.

Setelah itu ada hisab, kemudian ada adzab. Ada surga yang berisi kenikmatan dan ada adzab
yaitu neraka. Kita wajib untuk mengetahui itu sehingga kita beribadah hanya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata.
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Kita wajib mengetahui bahwa kita harus beribadah
hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalimat ‫ ال إله إال هللا‬untuk menunjukkan bahwa ‫آل‬
‫َم ْع ُبْو َد َح ٍق ِإَّال ُهللا‬, tidak ada yang disembah dengan benar kecuali hanya Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Semua yang disembah oleh manusia kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
sesembahan yang batil. Manusia menyembah Nabi Isa ‘alaihissalam, pohon, batu, kubur, atau
pun menyembah yang lainnya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, semuanya batil. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

‫َٰذ ِلَك ِبَأَّن َهَّللا ُهَو اْلَح ُّق َو َأَّن َم ا َيْدُع وَن ِم ْن ُدوِنِه اْلَباِط ُل َو َأَّن َهَّللا ُهَو اْلَعِلُّي اْلَك ِبيُر‬

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
Selanjutnya
Editor: Siti Resa Mutoharoh

Sumber: Ngaji.id

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang
mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha
Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Luqman[31]: 30)

Kita wajib mengetahui itu dan kita wajib beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Kalimat ‫ ال إله إال هللا‬merupakan awal diciptakannya segala makhluk ini. Dan juga akhir
kehidupan kita dengan ‫ال إله إال هللا‬. Kalau kita mati dalam keadaan kita mengetahui tentang ‫ال إله‬
‫ إال هللا‬, maka kita akan masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

‫َم ْن َم اَت َو ُهَو َيْع َلُم َأَّنُه َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َد َخ َل اْلَج َّنَة‬

“Barangsiapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Allah, maka dia akan masuk surga.” (Hadits shahih riwayat Imam Muslim)

Dalam riwayat yang lain disebutkan orang yang mati dalam keadaan dia tidak menyekutukan
Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan masuk surga. Ini yang harus kita pahami. Dan ini
adalah dasar. Bukan sekedar orang mengucapkan ‫ال إله إال هللا‬, tapi dia juga harus mengetahui
tentang isinya.

Dzikir yang paling utama, kata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam;

‫ َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬: ‫َأْفَض ُل الِّذْك ِر‬


“Seutama-utamanya dzikir adalah Laa ilaaha illallah.” (HR. At Tirmidzi)

Tapi orang harus tahu tentang makna dari ‫ َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬dan harus tahu tentang rukun ‫َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬.
Rukunnya ‫ َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬ada dua. Yang pertama adalah nafi yang kedua yang itsbat. Nafi artinya:

‫َناِفًيا َجِم يَع َم ا ُيْع َبُد ِم ْن ُدوِن هللا‬

“Kita mengingkari/ meniadakan semua yang disembah manusia kepada selain Allah
Subhanahu wa Ta’ala.”

Dan itsbat artinya:

‫ُم ْثِبًتا اْلِعَباَد َة ِهلل َو ْح َد ُه‬

Baca Juga: Contoh Naskah Khutbah Jumat Hari Ini 25 Maret 2022: Hikmah Sabar
Menjalani Ibadah Ramadhan di Masa Pandemi

“Kita wajib menetapkan ibadah itu hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja.”

Semua sesembahan yang disembah manusia selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah batil
dan merupakan syirik akbar. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengampuni dosa orang
berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

‫ِإَّن َهَّللا اَل َيْغ ِفُر َأْن ُيْش َر َك ِبِه َو َيْغ ِفُر َم ا ُد وَن َٰذ ِلَك ِلَم ْن َيَش اُء ۚ َو َم ْن ُيْش ِرْك ِباِهَّلل َفَقِد اْفَتَر ٰى ِإْثًم ا َع ِظ يًم ا‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa'[4]:
48)

Kita, istri, dan anak kita harus paham tentang ‫َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬. Kita wajib mendidik anak-anak ini di
atas kalimat ‫َال ِإلَه ِإَّال ُهللا‬. Jadi kalimat yang paling penting yang wajib diketahui oleh setiap
mukmin dan mukminah, setiap muslim dan muslimah adalah kalimat ini.

Harus dia pahami dan dia yakini. Dan wajib bagi dia untuk mengamalkan seumur hidupnya.
Dia wajib beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja dan tidak boleh
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun juga.

Kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kepada Nabi-Nya;

‫َو اْسَتْغ ِفْر ِلَذْنِبَك‬

“dan mohonlah ampunan bagi dosamu..” (QS. Muhammad[47]: 19)

Artinya engkau istighfar (minta ampun) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun disuruh untuk minta ampun, apalagi kita. Dan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
‫ياأيها الناس توبوا إلى هللا واستغفروه فإنى أتوب في اليوم مائه مرة‬

“Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, dan minta ampunlah kepada-Nya.
Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim)

Kita harus terus minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian kita mohonkan
ampun untuk kaum mukminin dan mukminat. Mohonkan ampunan untuk mereka agar
mereka diampuni dosa-dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan masalah istighfar adalah masalah penting dalam kehidupan. Makanya Allah Subhanahu
wa Ta’ala selalu menyebutkan para Nabi yang berdakwah itu, setelah memerintahkan untuk
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian mereka diperintahkan untuk taubat
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan minta ampun kepada-Nya.

Setelah mereka diajak untuk mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian mereka
diperintahkan untuk bertaubat dan minta ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab kalau seandainya kaum itu tetap istighfar
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

Halaman:
2
3
4
5
6
7
8
9
Selanjutnya
Editor: Siti Resa Mutoh

‫َو َم ا َك اَن ُهَّللا ِلُيَع ِّذ َب ُهْم َو َأْن َت ِفيِه ْم ۚ َو َم ا َك اَن ُهَّللا ُم َع ِّذ َب ُهْم َو ُه ْم َي ْس َتْغ ِفُروَن‬

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun.” (QS. Al-Anfal[8]: 33)

Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu setelah ibadah beliau
beristighfar. Setelah selesai shalat lima waktu, beliau mengucapkan astaghfirullah,
astagfirullah. Selalu demikian. Setiap akhir amal, kita akhiri dengan istighfar minta
ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena kita lalai dalam masalah ibadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita lupa kepada-Nya dan lain-lainnya.

Begitu juga kita dari mulai pagi sampai sore hingga malam, kita ibadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala kemudian diakhir malam kita disuruh istighfar pada waktu
sahur. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman;

‫َو ِباَأْلْس َح اِر ُه ْم َي ْس َتْغ ِفُروَن‬


“Dan mereka selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.” (QS. Az-
Zariyat[51]: 18)

Kemudian setelah itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan;

‫َو ُهَّللا َي ْع َلُم ُم َت َقَّلَب ُك ْم َو َم ْث َو اُك ْم‬

“Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS.
Muhammad[47]: 19)

Artinya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui semua yang kita lakukan. Maka kita
wajib berhati-hati untuk terus bertaubat dan meminta ampun kepada Allah
Subhanahu wa Ta’

Contoh Teks Materi Khutbah Jumat II " 2 Tiang Agama yang Wajib Diketahui Umat Muslim
"
Ma’asyiral muslimin,

Di dalam ayat ini ada fawaid yang dapat kita ambil. Yang pertama adalah Allah Subhanahu
wa Ta’ala memerintahkan kita untuk belajar, belajar, dan belajar. Menuntut ilmu itu wajib
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

‫َطَلُب اْلِع ْلِم َفِر يَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم‬

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah No. 224)

Kita tidak akan tahu tentang agama Islam kecuali dengan belajar. Pun kita tidak akan tahu
tentang bagaimana mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali dengan belajar. Kita
tidak akan tahu mana yang tauhid dan mana yang syirik, mana sunnah dan mana bid’ah,
mana yang taat dan mana yang maksiat, serta mana yang ma’ruf dan mana yang munkar
kecuali dengan belajar.

Belajar, belajar, dan belajar. Banyak kaum muslimin yang tidak belajar padahal itu adalah
kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan kepada dia untuk belajar agama. Allah
Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita untuk ibadah. Firman-Nya;

‫ ِإَّن َهَّللا ُهَو الَّر َّز اُق ُذ و اْلُقَّو ِة اْلَم ِتيُن‬. ‫ َم ا ُأِر يُد ِم ْنُهْم ِم ْن ِر ْز ٍق َو َم ا ُأِريُد َأْن ُيْطِعُم وِن‬. ‫َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل ْنَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang
mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Az-Zariyat[51]: 56-58)

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rezeki kepada kita. Tapi kita harus sisihkan
waktu kita untuk ibadah dan untuk mempelajari agama ini sampai kita mati.

Faedah yang kedua yang bisa kita ambil dari ayat ini yaitu pelajaran pertama yang harus kita
pelajari adalah tentang tauhid. Ini yang pokok. Dan semua da’i wajib mengetahui tentang ini.
Tidak boleh menyimpang dia dari dakwahnya para anbiya wa Rusul. Semua Nabi dan Rasul,
dakwahnya adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman;

‫ۖ َو َلَقْد َبَع ْث َن ا ِفي ُك ِّل ُأَّمٍة َر ُسواًل َأِن اْع ُبُد وا َهَّللا َو اْج َت ِنُبوا الَّط اُغ وَت‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”,” (QS. An-Nahl[16]:
36)

Faedah yang ketiga, bahwasanya tidak ada yang disembah dengan benar kecuali
hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Satu-satunya yang wajib kita ibadahi hanya satu,
Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Selain-Nya yang manusia sembah semuanya
adalah batil, sesat, kufur, syirik, dan semuanya membawa ke neraka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan rezeki, yang menciptakan, yang


mengatur alam semesta, yang memiliki surga dan neraka. Kita wajib untuk
beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak boleh kita palingkan
ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Faedah yang keempat, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk


beristighfar siang dan malam. Meminta ampun karena kita banyak dosa yang tidak
terhitung jumlahnya.

Faedah yang kelima, kita juga hendaknya memohonkan ampun untuk orang-orang
mukmin. Terutama orang tua kita. Kemudian saudara kita, sanak famili, lalu kaum
mukminin dan mukminat.

Kemudian faedah selanjutnya yang keenam adalah bahwa Allah Subhanahu wa


Ta’ala mengetahui semuanya ini. Allah Maha Mengetahui apa pun yang kita
lakukan. Kita wajib berhati-hati agar kita berjalan di atas jalan yang haq untuk taat
kepada-Nya. Dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

Demikianlah Contoh Teks Materi Khutbah Jumat berjudul " 2 Tiang Agama yang
Wajib Diketahui Umat Muslim ".***

Khutbah Jumat: Substansi Shalat dalam Membentuk


Karakter Pribadi Muslim
“Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan shalat,
padahal sebenarnya mereka tidak shalat”. (HR. Ahmad)

by admin
ARTIKEL
Oleh : KH. Jamaluddin F. Hasyim, SH,I, MH (Ketua KODI DKI Jakarta)

Jakarta, www.istiqlal.or.id - Ma'asyiral muslimin rahimakumullah. Pertama-tama


marilah kita bersama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu
wata’ala dengan sesungguh hati tanpa basa-basi. Karena kesungguhan dalam
bertakwa akan berimplikasi dalam sikap laku taat terhadap syariat dan menghindar
dari maksiat. Sesungguhnya syariat bawaan rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa diragukan lagi. Shalat, zakat,
puasa, dan haji merupakan di antara bukti formal ketaatan seseorang dalam
berislam.

Sidang Jum’at yang berbahagia. Perputaran waktu dari detik, ke menit, menit ke
jam, jam ke hari, hari ke minggu dan bulan ke bulan tak terasa kita sudah berada di
awal bulan sya’ban yang artinya beberapa minggu lagi kita akan menghadapi Bulan
Ramadhan dan beberapa hari yang lalu kita sudah melewati bulan rajab yang telah
kita ketahui bersama bahwa merupakan bulan memperingati terjadinya peristiwa
yang luar biasa dalam sejarah peradaban Islam pada masa Rasulullah, yakni Isra’
dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsha dan dari
masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha.

Peristiwa besar sekaligus bersejarah ini terukir dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim.
Dalam surah al-Isra’ ayat 1 Allah subhanahu wata'ala berfirman:

‫ُسْب ٰح َن اَّلِذ ْٓي َاْس ٰر ى ِبَع ْبِدٖه َلْي اًل ِّم َن اْلَم ْس ِجِد اْلَح َر اِم ِاَلى اْلَم ْس ِجِد اَاْلْق َص ا اَّلِذْي ٰب َر ْك َن ا َح ْو َلٗه ِلُنِر َي ٗه ِمْن ٰا ٰي ِتَن ۗا ِاَّن ٗه ُه َو الَّسِمْيُع‬
١ ‫اْلَبِص ْيُر‬

Artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

Barangkali kita semua sudah maklum mengenai rentetan peristiwa yang


menunjukkan kebesaran Allah ini. Dimana dengan kekuasaan-Nya yang maha luas,
Allah telah menunjukkan kebesarannya kepada manusia melakukan sesuatu yang
berada di luar hukum-hukum thabi`i (hukum alam), di luar kemampuan nalar
manusia pada umumnya.

Perjalanan Nabi Muhammad saw. dari Makkah ke Bayt Al-Maqdis, kemudian naik ke
Sidrat Al-Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam
waktu sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah AlQuran disodorkan
oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa ‘ilm dan qudrat
Tuhan meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang finite (terbatas)
dan infinite (tak terbatas) tanpa terbatas waktu atau ruang.

Kaum empirisis dan rasionalis, yang melepaskan diri dari bimbingan wahyu, dapat
saja menggugat: Bagaimana mungkin kecepatan, yang bahkan melebihi kecepatan
cahaya, kecepatan yang merupakan batas kecepatan tertinggi dalam continuum
empat dimensi ini, dapat terjadi? Bagaimana mungkin lingkungan material yang
dilalui oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengakibatkan gesekan-
gesekan panas yang merusak tubuh beliau sendiri? Bagaimana mungkin beliau
dapat melepaskan diri dari daya tarik bumi? Ini tidak mungkin terjadi, karena ia tidak
sesuai dengan hukum-hukum alam, tidak dapat dijangkau oleh pancaindera, bahkan
tidak dapat dibuktikan oleh patokan-patokan logika. Demikian kira-kira mereka yang
menolak peristiwa ini.

Memang, pendekatan yang paling tepat untuk memahaminya adalah pendekatan


imaniy. Inilah yang ditempuh oleh Abu Bakar Al-Shiddiq, seperti tergambar dalam
ucapannya: “Apabila Muhammad yang memberitakannya, pasti benarlah adanya.”

Merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj
adalah sesuatu yang penting dalam rangka mengingatkan kita kepada jati diri kita
sebagai manusia dan tugas kita dalam menjalani hidup di dunia ini. Namun yang
tidak kalah penting juga adalah sejauh mana kita mampu menangkap substansi dari
peristiwa luar biasa ini.

Sidang Jum’at yang berbahagia.

Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa
bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah yang akan menjadi
titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. John
Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic
Experience,” mengatakan bahwa Isra Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan
terpenting dalam sejarah hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, selain
perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj, menurutnya, benar-benar merupakan
perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan dunia spiritual.

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari
sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan
kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan
seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah
perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil) Sehingga, perjalanan ini
menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju langit
yang tinggi.

Inilah perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. salah satu
momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni ketika Rasulullah “berjumpa” dengan
Allah. Ketika itu, dengan penuh hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush
shalawatuth thayyibatulillah“; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan
hanyalah milik Allah saja”. Allah pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakaatuh“.

Mendengar percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah


syahadat. Ashadu an La Ilaha Illa LLAH wa ashadu anna Muhammadan rasulullah
Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai
bagian dari bacaan shalat.
Selain itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993)
mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat
Mi’raj mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam sehari-
hari.

Sebagaimana telah kita maklumi bersama, inti dari pertemuan Allah dan Nabi
Muhammad di Sidratul Muntaha adalah diturunkan kewajiban yang paling
fundamental di dalam Islam, yakni melaksanakan shalat lima waktu. Begitu
pentingnya perintah shalat ini bagi manusia sehingga peribaratan yang dapat
digambarkan untuk melukiskannya secara singkat adalah “Ash-sholatu `imaduddin”,
sholat adalah tiang agama. Jika tiang tersebut rusak atau kurang sempurna maka
agama seseorangpun dikhawatirkan akan rubuh atau tidak sempurna pula.

Pengertian sholat yang sedemikian vital ini sudah barang tentu bukanlah pengertian
sholat dalam bentuk verbal saja, akan tetapi shalat dalam pengertiannya yang utuh,
sholat yang menjadi sarana pembentukan identitas moral dan karakter sosial.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.


Dalam pelaksanaan shalat sendiri, penting untuk diingat oleh kita semua untuk
senantiasa mengedepankan kualitas shalat. Bukan hanya kuantitas shalat saja.
Kewajiban shalat yang difokuskan kepada kuantitas atau jumlah saja akan
menjadikan diri terbebani dalam menjalankannya.

Jika kewajiban shalat kita kerjakan dengan mengedepankan kualitas, maka shalat
yang dilakukan akan benar-benar bisa dinikmati dan akan berdampak pada perilaku
serta kualitas kehidupan kita. Rasulullah pernah mengingatkan dalam haditsnya
yang diriwayatkan Imam Ahmad:

‫يَأِتى َع َلى الَّن اِس َز َم اٌن ُيَص ّلْو َن َو َال ُيَص ُّلْو َن‬

Artinya : “Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan
shalat, padahal sebenarnya mereka tidak shalat”.

Hadits ini mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjalankan perintah ini
dengan sempurna mulai dari aspek fiqihnya sampai dengan aspek hakikat dari
shalat itu sendiri. Dari sisi fiqih kita harus mengetahui syarat dan rukun shalat dan
beberapa hal lain terkait seperti cara berwudhu, waktu-waktu shalat dan sejenisnya.
Terminologi shalat ini sendiri adalah:

‫َأْق َو اٌل َو َأْف َع اٌل َم ْخ ُصْو َص ٌة ُم ْف َت ِتَح ٌة ِبالَّتْك ِبْي ِر ُم ْخ َت ِتَم ٌة ِبا الَّت ْس ِلْي ِم ِبَش َر اِء َط َم ْخ ُصوَص ٍة‬

Artinya : “Ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali
dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan syarat dan rukun tertentu”
Sementara dari sisi hakikat, shalat memiliki dimensi ibadah rohani yang di dalamnya
berisi doa-doa untuk mendatangkan ketenangan dan ketentraman jiwa. Allah
berfirman:

١٠٣ ‫َو َص ِّل َع َلْي ِه ْۗم ِاَّن َص ٰل وَت َك َس َك ٌن َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْي ٌم‬

Artinya : “Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”
(QS. At-Taubah: 103).

Selain berbuah ketenangan jiwa, shalat juga akan membuahkan ketentraman bagi
orang lain. Kenapa? Karena orang yang melakukan shalat dengan benar akan
membuahkan komitmen untuk tidak berbuat hal yang keji dan mungkar. Hal ini
disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 45:

٤٥ ‫ُاْت ُل َم ٓا ُاْو ِحَي ِاَلْي َك ِمَن اْلِك ٰت ِب َو َاِقِم الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َت ْن ٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء َو اْلُم ْن َك ِر ۗ َو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َب ُرۗ َو ُهّٰللا َي ْع َلُم َم ا َت ْص َن ُعْو َن‬

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)”.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.

Berkaca pada ayat ini, tampak jelas ibadah shalat memiliki kaitan dengan “tanha
‘anil fakhsya wal munkar (gerakan mencegah segenap perbuatan keji yang merusak
dan berbagai bentuk kemungkaran). Dengan kata lain, sholat yang sempurna dapat
membentuk pribadi yang bersih serta memiliki kekuatan memperbaiki kondisi sosial
dalam kerangka besar fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan).

Namun batasan shalat seperti ini tampaknya masih kurang diserap maknanya oleh
masyarakat kita. Berkembang suburnya budaya korupsi, kolusi, kekerasan,
kezaliman, dan lain sebagainya merupakan sebuah fenomena yang sangat
memprihatinkan jika mengingat penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam.
Keadaan ini membuktikan bahwa ibadah shalat (barangkali juga ibadah-ibadah yang
lainnya) hanya dipandang sebagai ritual dan formalitas belaka; tidak ada kaitannya
dengan masyarakat dan lingkungan hidup manusia.

Agama Islam diturunkan untuk membentuk manusia yang sadar akan jati dirinya
sebagai seorang hamba sekaligus sebagai agama yang menjamin kemaslahatan
hidup manusia itu sendiri. Kualitas keimanan dalam Islam selalu dikaitkan dengan
amal shalih, sholat dilekatkan dengan mencegah perbuatan keji dan mungkar, puasa
beriringan dengan spirit peka terhadap sesama manusia, zakat bertalian dengan
kesadaran akan hak-hak fakir miskin, haji dengan spirit kesetaraan manusia dan
seterusnya.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.

Oleh sebab itu, dengan semangat Isra’ Mi'raj tahun ini dan dalam rangka
menghadapi ramadhan marilah kita menjadikan sholat sebagai spirit utama untuk
membentuk pribadi muslim dalam berbagai segmen kehidupan ke arah yang lebih
baik sehingga kita dapat memahami Islam secara Kaafah atau menyeluruh.

Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah subhanahu wata'ala Dengan demikian mudah-
mudahan Allah memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, memberikan
jalan taubat kepada kita semua serta menuntun kita dalam mewujudkan baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur di tengah-tengah negeri yang dilanda krisis ini. Dan
juga semoga kita menjadi insan yang betul-betul menjalankan amanah sebagai
khalifatullah fil ‘adhi, yang bertugas untuk menjaga kedamaian, perdamaian dan
ketentraman. Amin Ya Rabbal Alamin

gkat:

Contoh Pembuka Shalat Jumat 1 :

‫ َأْش َه ُد َأْن اَل ِاٰل َه ِإَّال هّٰللا َو َأْش َه ُد َأَّن‬، ‫َاْلَح ْمُد ِهّٰلِل اَّلِذْي َأْر َس َل َر ُسْو َلُه ِباْلُهَد ى َو ِدْي ِن اْلَح ـِّق ِلُيْظ ِه َر ُه َع َلى الِّدْي ِن ُك ِّل ِه َو َل ْو َك ِر َه اْلُم ْش ِر ُك ْو َن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا ّٰل‬
‫ ُأْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّي اُك ْم‬، ‫ َف َي ا ِع َب اَد‬: ‫ َأَّم ا َب ْع ُد‬، ‫ َال ُهـَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى ٰا ِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْج َم ِعْي َن‬، ‫ُم َح َّم ًد ا َر ُسْو ُل‬
‫َأ‬ ‫هّٰللا‬
‫ َص َد َق ُهّٰللا اْلَع ِظ يْم‬. ‫ َو َق اَل َت َع اَلى َي ا َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِإَّال َو ْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬. ‫ َفَقْد َف اَز اْلُم َّتُقْو َن‬، ‫ِبَت ْق َو ى‬.

Alhamdulillaahil ladzii arsala rosuulahu bil huda wadiinil haq, liyudzhirohu ‘alad diini kullihi walau
karihal musyrikuun. Asyhadu allaa ilaaha illa llahu, wa asyhadu anna muhammadar rosulullah.
Allaahumma sholli ‘ala sayyidinaa muhammadin wa’ala alihi wa ash-habihi ajma’iin. Ammaa
ba’du. Fayaa ‘ibadallah... uushiinii nafsii wa iyyakum bitaqwa llah, faqod faazal muttaquun.
Wa qoola ta’ala yaa ayyuhal ladziina aamanut taqullaaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna
illa wa antum muslimuun. Shodaqollaahul ‘adziim.

Contoh Pembuka Khutbah Jumat 2 :

‫ِإَّن اْلَح ْمَد ِهّٰلِل َن ْح َم ُدُه َو َن ْس َت ِعْي ُنُه َو َن ْس َتْغ ِفُرْه َو َن ْس َت ْهِدْيِه َو َن ُعوُذ ِباِهّٰلِل ِمْن ُشُرْو ِر َأْنُفِس َن ا َو ِمْن َس ِّي َئ اِت َأْع َم اِلَن ا¸ َم ْن َيْهِدِه ُهّٰللا َفَال ُمِض َّل َل ُه َو َم ْن‬
‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َب اِر ْك َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِلِه‬. ‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال هّٰللا َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْبُدُه َو َر ُسْو ُلُه‬. ‫ُيْض ِلْل َفَال َه اِدَي َلُه‬
‫ َو َق اَل‬. ‫ َف َي ا ِع َب اَد ِهّٰلِلا¸ ُأْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّي اُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهّٰللا¸ َفَق ْد َف اَز اْلُم َّتُق ْو َن‬. ‫ َأَّما َب ْع ُد‬. ‫َو َص ْح ِبِه َو َم ِن اْه َت َدى ِبُهَد اُه ِإَلى َي ْو ِم اْلِقَياَمِة‬
‫ َص َد َق ُهّٰللا اْلَع ِظ يْم‬. ‫َت َع اَلى َي ا َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُمْس ِلُمْو َن‬.

Innal hamda lillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wanastaghfiruh, wanastahdiihi wana’uudzu


billlaahi min syuruuri anfusinaa wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdihillaahu falaa
mudillalah, wa manyudlil falaa haadiyalah. Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna
muhammadan ‘abduhuu wa rosuuluh. Allaahumma sholli wa sallim wabarik ‘alaa sayyidina
muhammadin wa’ala aalihi washohbihi wamanihtada bihudaahu ila yaumil qiyaamah. Ammaa
ba’du.
Fayaa i‘baadallah, uushiinii nafsii wa iyyaakum bitaqwaallah, faqod fazal muttaquun. Wa qoola
ta’alaa yaa ayyuhal ladziina aamaanuut taqullaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illa wa
antum muslimuun. Shodaqollahul adziim.

Contoh Pembuka Khutbah 3

‫ َو َص َّلى ُهّٰللا َو َس َّلَم َع َلى َح ِبْي ِبنَا‬. ‫ َو َب َّلَغ ُهْم ِبَبَر َك ِة َن ِبِّيِه ُك َّل ُأْم ِنَّيٍة‬. ‫ َاْلَح ْمُد ِهّٰلِل اَّلِذْي َأْو َص َل اْلُم ْق ِبِلْي َن إَلْيِه ِبَفْض ِلِه ِإَلى اْلَمَر اِتِب اْلَع ِلَّيِة‬.‫َاْلَح ْمُد ِهّٰلِل‬
. ‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِاَل َه ِإاَّل ُهّٰللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْي َك َل ُه‬. ‫ َو آِلِه َو َص ْح ِبِه َخ ْي ِر اْلَب ِر َّيِة‬. ‫ُم َح َّمٍد اْلَع ْبِد الَّصاِلِح اْلَقاِئِم ِبَم ا اْس َت َط اَع ِمْن َح ِّق الُّر ُبْو ِبَّيِة‬
‫ َأَّما َب ْع َد ه‬. ‫ َاَّلِذْي اَل َن ِبَّي َب ْع َد ْه‬. ‫َو َأْش َه ُد َأَّن َس ِّيَد َن ا َو َم ْو اَل َن ا ُم َح َّمدًا ﷺ َص اِحُب اَأْلْخ اَل ِق الَّس ِنَّيِة‬
‫ َو َم ا‬. ‫ ِبْس ِم ِهّٰللا الَّر ْح َم ِن الَّر ِحْي ِم‬. ‫ َق اَل ُهّٰللا َت َع اَلى ِفْي ِك َت اِب ِه اْلَك ِر ْي ِم‬. ‫ َفَق ْد َف اَز اْلُم َّتُق ْو َن‬.‫ ُأْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهّٰللا‬.‫َف َي ا ِع َب اَد ِهّٰلِلا‬
‫ َأْر َس ْلَن اَك ِإاَّل َر ْح َم ًة ِلْلَع اَلِميَن‬.

Alhamdulillah, alhamdulillahilladzii ausholal muqbiliian ilaihi bifadlihi ilal marootibil ‘aliyyah.


Waballaghohum bibarokati nabiyyihi kulla umniyyatin. Washollallahu wasallama ‘ala
habiibinaa muhammadil ‘abdi shoolihil qooimi bimastathoo’a min haqqirrubuubiyyah.
Waalihi washohbihi khoiril bariyyah. Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalah.
Wa asyhadu anna sayyidanaa wa maulaanaa muhammadan shollallahu ‘alaihi wasallam,
shoohibul akhlaaqis saniyyah. Alladzii laa nabiyya ba’dah. Ammaa ba’dah.
Fayaa ‘ibaada llaah... uushiinii nafsii wa iyyaakum bitaqwallah. Faqod faazal muttaquun.
Qoolallahu ta’aala fii kitaabihil kariim. Bismillahirrohmanirrohiim. Wa maa arsalnaaka illa
rohmatal lil’alamiin.

Contoh Pembuka Khutbah 4

‫ َو َأْش َه ُد َأَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُدُه َو َر ُس ْو ُلُه‬.‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإٰل َه ِإَّال ُهّٰللا َاْلَو اِح ُد اْلَقَّه ُار‬. ‫ َف اْن َت ُهْو ا َع َّما َن َه ى َع ْن ُه َو َح َّذ َر‬. ‫َاْلَح ْمُد ِهّٰلِل َح ْم ًد ا َك ِثْيًر ا َك َم ا َأَمَر‬
‫ َأَّما َب ْع ُد‬. ‫ َف َص َلَو اُت ِهّٰلِلا َو َس َالُمُه َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َم ْن َت ِبَع ُهَد اُه ِإَلى َي ْو ِم اْلَب ْع ِث َو الُّنُشْو ِر‬. ‫َس ِّيُد ْاَألْب َر اِر‬:
‫ َو َق اَل َت َع اَلى َي ا َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِإَّال َو ْم‬. ‫ َفَقْد َف اَز اْلُم َّتُقْو َن‬.‫ ُأْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهّٰللا‬.‫َف َي ا ِع َب اَد ِهّٰلِلا‬
‫ْنُت‬‫َأ‬
‫ َص َد َق ُهّٰللا الَع ِظ يْم‬. ‫ُمْس ِلُمْو َن‬

Alhamdulillahi hamdan katsiiron kamaa amar. Fantahuu ‘ammaa nahaa ‘anhu wahadzdzar.
Asyhadu anllaa ilaaha illa llaahul waahidul qohhar. Wa asyhadu anna muhammadan
‘abduhuu warosuuluhu sayyidul abroor. Fasholaawatullaahi wasalaamuhu 'ala sayyidina
Muhammadin wa’ala aalihi washohbihi wa man tabi’a hudaahu ila yaumil ba’wi wanusyuur.
Ammaa badu.
Fayaa ‘ibaadallaah. Uushiinii nafsii wa iyyaakum bitaqwallaah. Faqod faazal muttaquun. Waqoola
ta’aala yaa ayyuhalladziina aamanut taqulllaaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illaa wa
antum muslimuun. Shodaqollaahul ‘adziim.

Contoh Pembuka Khutbah 5

.‫ َو َع َلى آِل ِه الَّط ِّي ِبِين‬.‫ َخ اَت ِم اَألْن ِبَي اِء َو الُمْر َس ِلْين‬. ‫ َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد‬. ‫ اَّلِذي َح َب اَن ا ِباِإْلْي َم اِن َو اْلَي ِقْي ِن‬. ‫َاْلَح ْمُد ِهّٰلِل اْلَمِلِك اْلَح ِّق اْلُم ِبْي ِن‬
‫ َأَّما َب ْع ُد‬. ‫ َو َم ْن َت ِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َي ْو ِم الِّدْي ِن‬.‫َو َأْص َح اِبِه اَألْخ َي اِر َأْج َم ِعين‬
‫ َو َق اَل َت َع اَلى َي ا َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُنْو ا اَّتُقْو ا َهّٰللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َت ُمْو ُتَّن ِإَّال َو ْم‬. ‫ َفَقْد َف اَز اْلُم َّتُقْو َن‬.‫ ُأْو ِص ْيِنِي َن ْف ِس ْي َو ِإَّياُك ْم ِبَت ْق َو ى ِهّٰللا‬.‫َف َي ا ِع َب اَد ِهّٰلِلا‬
‫ْنُت‬‫َأ‬
‫ َص َد َق ُهّٰللا الَع ِظ يْم‬. ‫ ُمْس ِلُمْو َن‬.

Alhamdulillahil malikil haqqil mubiin. Alladzii habaanaa bil iimaani wal yaqiin. Allaahumma sholli
‘alaa sayyidinaa muhammadin. Khootamil anbiyaai wal mursaliin. Wa’alaa aalihithoyyibiin.
Wa ashaabihil akhyaari ajma’iin. Wa man tabi’ahum bi ihsaanin ila yaumiddiin. Ammaa badu.
Fayaa ‘ibaadallaah. Uushiinii nafsii wa iyyaakum bitaqwallaah. Faqod faazal muttaquun. Waqoola
ta’aala yaa ayyuhalladziina aamanut taqulllaaha haqqo tuqootihi walaa tamuutunna illaa wa
antum muslimuun. Shodaqollaahul ‘adziim.***
JANJI Allah bagi yang menjaga sholatnya

Suaramuslim.net – Jika manusia memahami bahwa shalat merupakan momentum


bertemunya makhluk dengan penciptanya, dan bertemunya pencari rezeki dan
Pemberi rezekinya, niscaya ia tidak akan main-main dengan sholatnya. Ia akan
mempersembahkan yang terbaik.

Shalat adalah salah satu cara seorang mukmin berkomunikasi dengan Rabbnya.
Semakin besar rasa cinta seorang mukmin kepada Rabbnya, semakin ia
menyegerakan diri mengerjakan sholat, karena ingin segera ‘berjumpa’ dengan Nya.
Ketika adzan berkumandang, tiada yang lebih ingin dia lakukan selain
menghadap Rabbnya. Dia ingin berkomunikasi dengan Dzat yang dicintainya di
waktu terbaik, dengan cara terbaik.

Waktu terbaik dalam mengerjakan sholat adalah di awal waktu, sebagaimana hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim, “Amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah shalat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua,
dan jihad di jalan Allah.” Sedangkan berjamaah di masjid untuk laki-laki adalah cara
terbaik untuk melakukan sholat sebagaimana yang terdapat pada hadits yang
diriwayatkan Imam Al Bukhari, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sholat berjamaah lebih utama dibandingkan sholat sendirian
dengan dua puluh tujuh derajat.”

Dilansir dari laman ummi-online.com, sholat di awal waktu dengan berjamaah


memiliki beberapa keutamaan, antara lain:

1. Dijanjikan Surga oleh Allah

Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu
shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-
waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang
tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan.”

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa surganya seorang mukmin ada pada
ibadah sholatnya. Apabila sholatnya terjaga maka terjamin pula surganya, namun
apabila sebaliknya, tidak terjaga sholatnya, maka tidak terjamin pula surganya.

2. Dosa-dosanya akan Berguguran

Orang yang shalat tepat waktu berarti telah memprioritaskan Allah subhanahu wa
ta’ala dan mengikhlaskan dirinya menghadap Allah di waktu terbaik. Sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, “Sesungguhnya jika seorang hamba
menunaikan shalat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran
seperti gugurnya daun-daun dari pepohonan.”

3. Memperoleh Pahala Kebaikan yang Amat Besar

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “…Seandainya orang-orang
mengetahui pahala adzan dan barisan shaf pertama, lalu mereka tidak akan
memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan
seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu,
niscaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya.”

Hadits tersebut mengibaratkan, apabila manusia mengetahui pahala dari


barisan shaf pertama ketika sholat berjamaah maka niscaya semua orang akan
berlomba-lomba untuk mendapatkannya, meskipun itu dengan mangadakan undian
sekalipun, karena keutamaannya dan banyaknya pahala di shaf pertama.

4. Memperoleh Sembilan Macam Kemuliaan

Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barang siapa selalu mengerjakan
shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya
dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu :

(1) Dicintai Allah subhanahu wa ta’ala

(2) Badannya selalu sehat

(3) Keberadaannya selalu dijaga malaikat

(4) Rumahnya diberkahi

(5) Wajahnya menampakkan jati diri orang shalih

(6) Hatinya dilunakkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala

(7) Dia akan menyeberang shirath atau jembatan di atas neraka seperti kilat

(8) Dia akan diselamatkan Allah subhanahu wa ta’ala dari api neraka

(9) Allah subhanahu wa ta’ala akan menempatkannya di surga kelak bertetangga


dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih
hati.”
5. Patut Menjadi Rujukan Ilmu

Abul Aliyah mengatakan, “Aku akan bepergian selama beberapa hari untuk menemui
seseorang. Yang pertama kali akan kulihat darinya adalah sholatnya. Jika ia
mendirikan shalatnya dengan sempurna dan tepat waktu, maka aku akan
bersamanya dan mengambil ilmu darinya. Jika kutemukan ia tidak mempedulikan
sholatnya, maka aku akan meninggalkannya dan mengatakan kepada diriku bahwa
hal lain di luar sholat, pastilah dia lebih tidak peduli lagi.” (Agl/smn)

Anda mungkin juga menyukai