Anda di halaman 1dari 11

+OPOSAL

PROGRAM PENDIDIKAN KELUARGA


BERWAWASAN GENDER (PKBG)

1. LATAR BELAKANG

Pada tahun 1994, Konferensi Internasional Kependudukan dan


Pembangunan atau Internationale Conference on Population and
Development (ICPD) yang dilaksanakan di Kairo telah menghasilkan POA
(Plan Of Action) yang dijadikan sebagai instrumen dalam membuat agenda
international untuk menjamin hak-hak kesehatan seksual dan reproduksii
perempuan, termasuk di dalamnya untuk mempromosikan keadilan
gender yang merupakan prasyarat pemenuhan hak-hak tersebut.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang turut serta menandatanganii
kesepakatan ICPD Cairo tersebut.

Sebagai konsekuensi dari komitment Negara yang turut serta


menandatangani kesepakatan ICPD Cairo tersebut, kemudian dengan
tegas diamanatkan dalam GBHN 1999-2004 dan UU Nomor 25 tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2004, yaitu
dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender perlu
dikembangkan kebijakan nasional yang responsive gender. Salah satu
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah strategi
pengarusutamaan gender dalam pembangunan. Hal ini dipertegas dengan
diterbitkannya Inpres Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa seluruh
Departemen maupun Lembaga Pemerintah Non Departemen dan
Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota harus melakukan
pengarusutamaan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program pembangunan.

Berlandaskan kepada kesepakatan ICPD Cairo dan Amanat GBHN


serta UU dan Kebijakan lainnya yang telah berpersfektif gender,
bagaimana dengan realitas social yang ada ? Memang, banyak prestasi
dan kemajuan yang telah didapat, namun kita juga harus mengakui bahwa
masih banyak kekurangan dan ketertinggalan kita dalam banyak hal. Salah
satu indicator yang dapat dipergunakan untuk mengukur kesenjangan
gender adalah Gender Empowerment Measurement (GEM) dan Gender
Related Development Index (GDI) yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Human Development Index (HDI). Berdasarkan
Human Development Report 2000, GDI Indonesia menduduki urutan ke
109 dari 174 negara yang diukur dan lebih rendah dari negara-negara
Asean lainnya. Demkian juga dengan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia memang semakin membaik, namun masih tetap tinggi dan yang
terburuk di Asia Tenggara. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2000 angka kematian ibu (MMR) adalah 320 per 100.000
KH (MOH,2002). Tingkat partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan
juga masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh di beberapa desa di
Propinsi Jambi yaitu jumlah laki-laki yang melanjutkan sekolah ke
perguruan tinggi dua kali lebih banyak dibanding jumlah perempuan. Belum
lagi permasalahan-permasalahan lainnya seperti kekerasan terhadap
perempuan, pelecehan seksual dan kekerasan lainnya yang berbasis
gender. Yang paling menderita dalam ini adalah perempuan.

Kesenjangan gender di berbagai bidang pembangunan ditandai oleh


masih rendahnya peluang yang dimiliki perempuan untuk bekerja dan
berusaha, serta rendahnya akses mereka terhadap sumber daya ekonomi,
seperti teknologi, informasi, pasar, kredit, dan modal kerja.

Selain itu, struktur hukum dan budaya hukum yang terdapat dalam
masyarakat juga masih kurang mendukung terwujudnya kesetaraan dan
keadilan gender. Keadaan ini ditandai oleh masih rendahnya kesadaran
gender dikalangan penegak hukum, sedikitnya jumlah penegak hokum
yang menangani kasus-kasus ketidakadilan terhadap perempuan.

Realitas kehidupan kaum perempuan yang entah sejak kapan


hingga kini masih berada di sudut-sudut dan pinggir-pinggir social.
Perempuan dalam realitas social masih dipandang sebagai makhluk Tuhan
kelas dua, perempuan masih sangat tergantung dengan laki-laki dalam
berbagai hal, politik, ekonomi dan social budaya. Kondisi ini biasa
disebutkan dengan budaya patriarkhi.

Atas dasar realitas social yang belum berpihak kepada perempuan,


maka Koalisi Perempuan Indonesia Sekretariat Wilayah Jambi mencoba
untuk melakukan usaha keberpihakan terhadap perempuan melalui
program Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender (PKBG). Keluarga
sebagai komunitas terkecil di masyarakat memiliki peranan penting dalam
membangun kesadaran dan perilaku adil dan setara gender yang
kemudian akan terwujud dalam kehidupan di masyarakat. Program ini akan
diusulkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
Departemen Pendidikan Nasional melalui Program Penguatan
Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak.

2. TUJUAN PELAKSANAAN PROGRAM

Program Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender ini dilakukan


bertujuan untuk;
(1) Menanamkan kebiasaan hidup dalam keberagaman dan saling
menghormati perbedaan serta berlatih menyelesaikan persoalan
melalui dialog dan musyawarah.
(2) Pengenalan HAM, Hak Anak, dan Hak Perempuan sebagai bekal
menghindari bentuk-bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.
(3) Penanaman wawasan, kesadaran dan perilaku adil dan setara gender
dalam pengasuhan anak dalam keluarga dan masyarakat.
(4) Penguatan pengelolaan ekonomi keluarga yang diarahkan untuk
menjamin keberlanjutan pendidikan anak-anak, baik anak perempuan
maupun laki-laki.

3. HASIL YANG DIHARAPKAN

Dari Program Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender yang


dilaksanakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia diharapkan akan dapat
mengantarkan keluarga (prioritas Ibu) mencapai standar kompetensi
sebagai berikut :
1) Mampu menghargai perbedaan-perbedaan pandangan dalam
keluarga serta memecahkan masalah-masalah yang ditimbulkannya
melalui dialog dan musyawarah.
2) Memahami HAM, Hak Anak, dan Hak Perempuan serta
alternatif-alternatif pemecahan masalah pelanggaran HAM.
3) Berlangsungnya perilaku adil dan setara gender dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.
4) Meningkatnya kualitas pengelolaan ekonomi keluarga yang
mendukung terwujudnya keberlanjutan.

4. PROSEDURE PENYELENGGARAN PKBG

A). SASARAN

Kelompok sasaran utama penerima manfaat program ini adalah


masyarakat, khususnya perempuan dengan kriteria sebagai berikut :
1). 20 Keluarga miskin di Desa Muhajirin (diprioritaskan Ibu).
2). Keluarga miskin yang memiliki anak perempuan dan laki-laki
usia sekolah.
3). Keluarga miskin yang memiliki usia produktif ( umur Ibu
antara 20 s/d 45 tahun

Kemudian sasaran antaranya adalah : Tokoh Masyarakat, Tokoh


Agama, Bapak/suami, Pemerintahan Desa dan masyarakat desa
Muhajirin.

B) KEGIATAN UTAMA YANG AKAN


DILAKUKAN
1). Persiapan social (social
preparation)
Kegiatan utama yang akan dilakukan untuk persiapan social
meliputi :
 Konsultasi internal tim pengelola program
 Membangun kesepakatan dengan masyarakat kelompok
sasaran dan pihak-pihak terkait, seperti; Pemerintah Desa,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan
masyarakat setempat.

2). Pemetaan social partisipatif;


yang bertujuan untuk menghimpun berbagai data atau informasi
menyangkut besaran masalah pendidikan dalam keluarga,
keadilan dan kesetaraan gender dalam keluarga dan isu-isu
perempuan yang rentan dan memerlukan perlindungan khusus,
faktor-faktor determinan yang mempengaruhinya, identifikasi
kebutuhan dan harapan masyarakat, pemetaan kondisi social
budaya dan ekonomi (potensi lokal).

3). Penyusunan action plan di


tingkat komunitas untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat (kelompok sasaran) serta menyelesaikan berbagai
masalah gender yang ada di masyarakat.

4). Penyiapan Community


Organizer (Kader Penggerak).

Actor utama program ini adalah Kader Penggerak Masyarakat


atau Community Organizer yang memiliki kapasitas dalam
mengorganisir masyarakat, terutama dalam melakukan
pemetaan dan analisa masalah-masalah gender di komunitas,
menyusun action plan bersama masyarakat, memiliki
kemampuan membangun interaksi social, mampu memobilisasi
sumberdaya/potensi masyarakat di wilayah kerjanya, serta
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam mengidentifikasi
kearifan local.

Untuk mempersiapkan kader penggerak masyarakat atau


community organizer sesuai dengan criteria di atas, diperlukan
langkah-langkah sistematis melalui serangkaian kegiatan :

 Training Analysis Social-Gender


 Training Ketrampilan

Selain melalui upaya-upaya di atas, peningkatan kapasitas bagi


Community Organizer akan dilakukan melalui; Workshop, diskusi
kampong, dan technical assistance oleh Tim Teknis.

5). Pengorganisasian
Masyarakat.

Kegiatan-kegiatan utama dalam pengorganisasian masyarakat


akan difokuskan pada upaya meningkatkan kesadaran individu,
keluarga dan kelompok terhadap pentingnya perilaku adil dan
setara gender. Upaya ini akan diberengi dengan peningkatan
kapasitas masyarakat secara terorganisir dengan menggunakan
pendekatan terhadap kelompok-kelompok social
kemasyarakatan yang telah ada di desa Muhajirin, seperti;
kelompok pengajian, PKK, kelompok adat, maupun melalui
inisiatif yang dibangun dan dikembangkan bersama masyarakat
setempat.

Untuk memudahkan pemahaman kelompok terhadap proses-


proses pendidikan dan penyadaran yang dilakukan, proses-
proses pendidikan dikomunitas akan menggunakan berbagai
media interaktif seperti; Booklet, sticker, leaflet, studi kasus dan
lain-lain di sesuaikan dengan karakter sosial budaya kelompok
masyarakat setempat.

Selain kegiatan peningkatan kapasitas kelompok dalam upaya


peningkatan kesadarannya untuk berprilaku adil dan setara
gender, juga akan dilakukan kegiatan penguatan ekonomi yang
dimulai dari pengembangan usaha keluarga secara
berkelompok. Untuk mendukung proses pengembangan usaha
kelompok terlebih dulu dilakukan kegiatan pelatihan
keterampilan. Dan proses ini semua adalah sebuah proses yang
terintegrasi dan holistic, sehingga sebuah proses akan saling
terkait dengan proses yang lain dan pada akhirnya kelompok
dan keluarga akan memiliki tabungan pendidikan.

Bagan model yang dikembangkan dalam melakukan program


PKBG :

Pelatihan Pelatihan
Gender Keterampilan

Pengorganisasian Pengembangan Tabungan


Masyarakat Usaha Keluarga Pendidikan

Pelatihan Kader Pendampingan


Model pendekatan di kelompok masyarakat melalui proses
sebagai berikut :

Mengajak masyarakat
berpikir
Kritis tentang Hak-Hak
asasi Manusia /hak
otonomi perempuan

Mulai dari masyarakat Melakukan analisis kea


sendiri untuk memotret rah pemahaman bersama
permasalahan gender

Lakukan Evaluasi Capai pengetahuan,


Bersama kesadaran dan perilaku
baru di komunitas

Melakukan tindakan
bersama untuk
penyelesaiaan masalah
secara bersama

5. Indikator Pencapaian Program

Indikator pencapaian program sebagai berikut :

 Terbangunnya kesepakatan dan


dukungan dari Keluarga kelompok sasaran, Pemerintah Desa,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarakat setempat
terhadap tujuan program.
 Hasil pemetaan situasi permasalahan
gender dimasyarakat (kelompok sasaran) diperoleh melalui
pendekatan PRA.
 Terbangunnya sistem pendukung
kelancaran kegiatan lapangan dalam bentuk; buku panduan
program, modul-modul pemberdayaan masyarakat, tools
monitoring dan evaluasi, media interaktif untuk pendidikan
berwawasan gender.
 Tersedianya tenaga penggerak
masyarakat atau community organizer sebanyak 5 orang yang
akan memfasilitasi proses-proses peningkatan kapasitas
masyarakat dalam pengelolaan program.
 Terselenggaranya proses-proses
pemberdayaan masyarakat dengan model pendidikan keluarga
berwawasan gender secara partisipatif.
 Meningkatnya pengetahuan dan
kesadaran kelompok terutama dalam keluarga untuk berprilaku
adil dan setara gender.
 Terbangunnya kegiatan ekonomi yang dikelola oleh kelompok
perempuan dan berdampak positip bagi peningkatan status
pendidikan anaknya baik perempuan maupun laki-laki serta
peningkatan kesejahteraan keluarganya.

6. Monitoring

Pelaksanaan proses monitoring akan dilakukan setiap kegiatan


pembelajaran. Proses monitoring akan dilakukan dengan beberapa
tingkatan/level yaitu:

1. Masyarakat : Di level ini, Ibu/istri, bapak/suami, anak, tokoh


masyarakat, tokoh agama dan masyarakat akan dimonitor
apakah ada proses kearah perubahan perilaku adil dan setara
gender.
2. Pelaksana program (Koalisi Perempuan Indonesia

7. Evaluasi Penyelenggaran Program

Agar program yang dilaksanakan diketahui tahap pencapaiannya,


diperlukan evaluasi terhadap program. Evaluasi program adalah
evaluasi terhadap komponen-komponen yang terlibat dalam program,
aspek yang dievaluasi meliputi ; evaluasi input, proses dan output.

a. Evaluasi input
Evaluasi terhadap komponen yang menjadi sasaran dan pendukung
pelaksana kegiatan meliputi ;
1. Kelompok sasaran.
2. Materi.
3. Metode.
4. Fasilitator.
5. Sarana dan Prasarana.
6. Support system

b. Evaluasi proses
1. Kesesuaian rencana kegiatan dengan
pelaksanaan.
2. Lesson learned.

c. Evaluasi output, dilakukan dalam rangka


mengukur ketercapaian indikator program.

8. Rencana Keberlanjutan Program.

Untuk keberlanjutan program perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Pendampingan
Untuk menjamin keberlangsungan program perlu dilakukan
pendampingan untuk meningkatkan kapasitas kualitas kader
penggerak masyarakat yang diarahkan untuk mampu melakukan
pendampingan pasca program dan juga perlu adanya networking
dengan lembaga-lembaga lain untuk mendukung keberlanjutan
program.

b. Pengembangan Sumber Pendanaan


Salah satu penjamin bagi keberlangsungan program adalah adanya
pendanaan program. Untuk itu perlu dikembangkan pola pola
pengelolaan kegiatan yang produktif dan dapat menghasilkan dana
untuk keberlangsungan program.

9. Anggaran Dana (Budget)

Total dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program ini adalah


sebesar Rp. 20.000.000 (Anggaran Dana terlampir). Sumber
Pendanaan itu berasal dari :
1. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah
Departemen Pendidikan Nasional sebesar : Rp. 15,000,000.-
2. Kontribusi Koalisi Perempuan Indonesia Sekretariat
Wilayah Jambi sebesar : Rp. 5.000.000,-

10. Waktu Pelaksanaan Program

Program ini direncanakan akan dimulai pada bulan September 2005


dan berakhir pada bulan November 2005. ( Time schedule terlampir)

11. Tenaga Pelaksana Program

Kualifikasi Team Pengelola Program sebagai berikut :


No Name Job Position Competencies
1 Dra. Hj. Rizki Program Manager Management,
Takriyanti, M.Psi Resources Mobilization
dan Psikologi Specialist
2 Syafri Hasibuan, SE Program Koordinator Community Based
Organizer
3. Sopiyah, S.Ag Financial Auditor Specialist of
Management CBO
5. Ade Yudiansyah, SPt Facilitator/TA CO Specialist of CO
Koalisi Perempuan
Implementing Partner: Indonesia
Country: Indonesia
Project Title: Program Pendidikan Keluarga Berwa
Reporting Period: 01-Sep s/d Nov 2005

Code Item Cost Unit Cost Volume Loc


10 Project Personnel
10--01 Project Officer @ 500,000 month 3
10--02 Field Coordinator x @ 400.000 month 3
10--03 Field Staff @ 300.000 month 3
10--04 Administration Staff : @ 300,000 month 3
10--99 Sub total

20 PROJECT ACTIVITIES COMPONEN


20-Jan Pengembangan Usaha Kelompok paket 2
21-99 sub total
25 MONITORING AND EVALUATION
25--01 Monitoring : @ 100,000 month 3
25--02 Evaluation : @ 200,000 Act 1
25-99 Sub total

26 IEC MATERIAL
26--01 Leaflet paket 1
26--02 Booklet paket 1
26--03 Sticker paket 1
26-99 Sub total

30 TRAINING COMPONENT
30--01 Training Analysis Sosial-Gender : @ 2.000.000 paket 1
30-02 Training Ketrampilan : @ 2,000,000 paket 1
30-99 Sub total

33 MEETINGS
33-01 Pertemuan Kader month 3
33-02 Focus Group Discussion : 1 act x @ 100,000 month 3
33-99 Sub total
39 COMPONENT TOTAL
40 MISCELLANEUS COMPONENT
41 Operations and Maintenance :@ 100,000 paket 3
52 Report and printing costs : @ 50,000 paket 3
53 Communication (Fax, Phone, E-mail) : @ 100,000 paket 3
59 COMPONENT TOTAL
GRAND TOTAL

Anda mungkin juga menyukai